Anda di halaman 1dari 97

PERBANDINGAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL NEGERI DI

UJUNG TANDUK DAN DAUN YANG JATUH TAK PERNAH


MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE

COMPARISON OF THE VALUE OF EDUCATION IN THE COUNTRY AT


THE END OF THE NOVEL HORN AND LEAVES THAT FELL
NEVER HATED THE WIND WORKS TERE LIYE

TESIS

OLEH:

SAHIRUDDIN
Nomor Induk Mahasiswa : 04.08.899.2013

PROGRAM PASCASARJANA
PENDIDKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2015
PERBANDINGAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL NEGERI
DIUJUNG TANDUK DAN DAUN YANG JATUH TAK PERNAH
MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Magister

Program Studi

Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun dan Diajukan oleh

SAHIRUDDIN
Nomor Induk Mahasiswa : 04.08.899.2013

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA
PENDIDKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2015
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI

PERBANDINGAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL NEGERI DI


UJUNG TANDUK DAN DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN
KARYA TERE LIYE

SAHIRUDDIN
NIM: 04.08.899.2013

Telah diuji dan dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis. Panitia Penguji:

Dr. Abd. Rahman Rahim, M. Hum. ( …………………………………..)


(Ketua/pembimbing I/penguji)

Dr. Munirah, M.Pd. ( …………………………………..)


(sekretaris/pembimbing II/penguji)

Dr. H. M. Ide Said, D. M., M. Pd. ( …………………………………..)

Dr. Syafruddin, M. Pd. ( …………………………………...)

Makassar, 2015
Direktur Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Makassar

(Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M., M.Pd.)


NBM: 988 463
iii

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

Kesuksesan dan kebahagiaan tak lepas dari do,a dan usaha.

Ilmu tidak akan bermanfaat jika tidak diamalkan.

Jadikan hari esok adalah sumber kebahagiaan dunia dan akhirat

PERSEMBAHAN

Tugas akhir ini penulis persembahkan kepada :

Ayah dan Ibuku tercinta.

Istri tersayang

Para dosen yang selalu memberikan motivasi

Saudara dan sahabatku tersayang.

Almamaterku Unismuh Makassar

Para pemerhati dunia pendidikan.


ABSTRAK

SAHIRUDDIN, 2015. Perbandingan Nilai Pendidikan dalam Novel


Negeri di Ujung Tanduk dan Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci
Angin Karya Tere Liye, dibimbing oleh: Abd. Rahman Rahim dan Munirah.
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan nilai pendidikan yang
terdapat dalam novel Negeri di Ujung Tanduk dan Daun yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan
memberikan gambaran tentang nilai-nilai pendidikan dalam berbagai
aspek dalam novel. Data dalam penelitian ini adalah teks dalam novel
Negeri di Ujung Tanduk dan Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci
Angin Karya Tere Liye, yang mengandung nilai pendidikan, sedangkan
sumber data dalam Novel Negeri di Ujung Tanduk Karya Tere Liye. Buku
cetakan keenan, diterbitkan di Jakarta pada tahun 2014 oleh penerbit
Gramedia Pustaka Utama. Novel tersebut keseluruhannya berjumlah 360
halaman. Juga Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Karya Tere Liye. Buku cetakan kelima, diterbitkan di Jakarta pada tahun
2011 oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama. Novel tersebut
keseluruhannya berjumlah 264 halaman. Teknik pengumpulan data
menggunakan teknik dokumentasi, baca dan catat karena datanya berupa
teks. Teknik analisis data yang digunakan adalah pengumpulan data,
menemukan, membandingkan serta penarikan simpulan.
Berdasarkan analisis data dari kedua novel tersebut diperoleh
hasil,(1) terdapat empat nilai pendidikan dalam hal ini nilai sosial, agama,
moral dan budaya, (2) nilai pendidikan yang dominan dalam novel Negeri
di Ujung Tanduk Karya Tere Liye adalah nilai sosial, begitu juga dalam
novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye, (3)
kedua novel tersebut dapat dinobatkan sebagai novel sosial, (4)
persamaan kedua novel tersebut terletak pada nilai agama dan budaya
yang hasilnya sama, (5) perbandingannya terdapat pada nilai sosial dalam
novel Negeri di Ujung Tanduk yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai
sosial yang terdapat dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci
Angin, sedangkan nilai budaya dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin lebih tinggi dibandingkan dengan novel Negeri di Ujung
Tanduk Karya Tere Liye.
viii
vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………. i

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….. ii

MOTO DAN PERSEMBAHAN ……..…………………………………… iii

KATA PENGANTAR……………………………………………………... iv

DAFTAR ISI………………………………………………………………. vi

ABSTRAK ………………………………………………………………… vii

ABSTRACT ………………………………………………………………………… viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………. 1

B. Rumusan Masalah……………………………………………… 7

C. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 7

D. Manfaat Penelitian …………………………………………….. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Penelitian Relevan …………………………………………….. 9

B. Tinjauan Pustaka……………………………………………...... 13

1. Nilai Pendidikan ...………………………………………... 13

2. Macam-macam Nilai Pendidikan ………………………… 17

a. Nilai Agama …………………………………………. 17

b. Nilai Moral …………………………………………… 22

c. Nilai Sosial …………………………………………… 25

d. Nilai Budaya ………………………………………….. 28

3. Pengertian Novel ................................................................. 34


vii
viii

4. Jenis-jenis Novel .......................................................... 37

5. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dalam Nilai Novel ……… 39

1) Unsur Intrinsik………………………………………… 39

2) Unsur Ekstrinsik …………………………………….. 40

C. Kerangka Pikir…………………………………………………. 41

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian …………...…………………………………… 44

B. Desain Penelitian ……………………………………………… 44

C. Data dan Sumber Data ………………………………………… 45

D. Teknik Pengumpulan Data…………………………………….. 45

E. Teknik Analisis Data…………………………………………... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ……………………………………………… 48

1. Nilai Pendidikan dalam Novel Negeri di Ujung Tanduk …. 48

a. Nilai Sosial …………………………………………….. 48

b. NIlai Agama …………………………………………… 57

c. Nilai Moral …………………………………………….. 58

d. Nilai Budaya …………………………………………... 60

2. Nilai Pendidikan dalam Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin ………………………………………….. 61

a. Nilai Sosial …………………………………………….. 61

b. NIlai Agama …………………………………………… 66


viii

c. Nilai Moral ……………………………………………. 67

d. Nilai Budaya …………………………………………... 70

B. Pembahasan …………………………………………………… 72

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ………………………………………………………. 80

B. Saran …………………………………………………………... 81

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 82

LAMPIRAN

Riwayat Hidup

Sinopsis Novel Negeri di Ujung Tanduk

Sinopsis Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin


iv
vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil Alamiin merupakan kalimat syukur yang penulis

selalu panjatkan kepada Allah Swt karena atas rahmat dan hidayah-Nyalah

sehingga penyusunan tesis dengan judul Perbandingan Nilai Pendidikan dalam

Novel Negeri di Ujung Tanduk dan Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci

Angin Karya Tere Liye dapat terselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa

tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. Nabi yang diutus sebagai rahmatan lil

alamin di muka bumi. Nabi yang menjadi idola penulis, baik dalam hal beragama,

berorganisasi maupun bermasyarakat.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini, masih jauh dari

kesempurnaan. Kritikan dan saran sangat diharapkan, karena penulis akui

kesempurnaan hanya milik Allah semata.

Ucapkan terima kasih kepada:

Dr. Abd. Rahman Rahim, M.Hum. sebagai Ketua Prodi sekaligus

Pembimbing I dan Dr. Munirah, M.Pd. Pembimbing II yang telah meluangkan

waktunya memberikan bimbingan.

Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M, M.Pd. sebagai Direktur Program

Pascasarjana Unismuh Makassar. Juga Ayahanda tersayang dan Ibunda tercinta

yang memberikan bantuan finansial terlebih lagi bantuan moriil. Selain itu,

penulis juga ucapkan terima kasih kepada Istriku Tersayang Mirnawati yang

selalu mendampingi dalam keadaan suka maupun duka dalam penyelesaian tesis

ini, serta sobatku Akmal dan Takdir yang selalu memberikan motivasi.
vvi

Atas segala bantuan yang diterima dari pihak yang membantu, penulis

ucapkan Jazakallahu khaeran katsiraa. Semoga mendapat balasan kebaikan dari

Allah Swt. dan bernilai ibadah, Amin.

Makassar, 2015

Penulis,
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada hakikatnya juga berarti mencerdaskan kehidupan

bangsa. Dari pernyataan tersebut terdapat tiga unsur pokok dalam

pendidikan, yaitu: a) cerdas, berarti memiliki ilmu yang dapat digunakan

untuk menyelesaikan persoalan nyata. Cerdas bermakna kreatif, inovatif

dan siap mengaplikasikan ilmunya; b) hidup, memiliki filosofi untuk

menghargai kehidupan dan melakukan hal-hal yang terbaik untuk

kehidupan itu sendiri. Hidup itu berarti merenungi bahwa suatu hari kita

akan mati, dan segala amalan akan dipertanggungjawabkan kepadaNya.

Filosofi hidup ini sangat syarat akan makna individualisme yang artinya

mengangkat kehidupan seseorang, memanusiakan manusia, memberikan

makanan kehidupan berupa semangat, nilai moral, dan tujuan hidup; c)

bangsa, berarti manusia selain sebagai individu juga merupakan makhluk

sosial yang membutuhkan keberadaan orang lain. Setiap individu

berkewajiban menyumbangkan pengetahuannya untuk masyarakat

meningkatkan derajat kemuliaan masyarakat sekitar dengan ilmu, sesuai

dengan yang diajarkan agama dan pendidikan. Indikator terpenting

kemajuan suatu bangsa adalah pendidikan dan pengajaran (Ratna, 2009:

449).

1
2

Segala sesuatu yang digunakan untuk mendidik harus yang

mengandung nilai didik, termasuk dalam pemilihan media. Novel sebagai

suatu karya sastra, yang merupakan karya seni juga memerlukan

pertimbangan dan penilaian tentang seninya Pendidikan pada kahikatnya

merupakan upaya membantu peserta didik untuk menyadari nilai-nilai

yang dimilikinya dan berupaya menfasilitasi mereka agar terbuka

wawasan dan perasaannya untuk memiliki dan meyakini nilai yang lebih

hakiki, lebih tahan lama, dan merupakan kebenaran yang dihormati dan

diyakini secara sahih sebagai manusia yang beradab (Pradopo, 1999: 30).

Adler (dalam Arifin, 1992: 12) mengartikan pendidikan sebagai

proses di mana seluruh kemampuan manusia dipengaruhi oleh

pembiasaan yang baik untuk membantu orang lain dan dirinya sendiri

mencapai kebiasaan yang baik. Secara etimologis, sastra juga berarti alat

untuk mendidik (Ratna, 2009: 447). Masih menurut Ratna, lebih jauh

dikaitkan dengan pesan dan muatannya, hampir secara keseluruhan

karya sastra merupakan sarana-sarana etika. Jadinya antara pendidikan

dan karya sastra (novel) adalah dua hal yang saling berkaitan.

Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas dapat dirumuskan

bahwa nilai pendidikan merupakan segala sesuatu yang baik maupun

buruk yang berguna bagi kehidupan manusia yang diperoleh melalui

proses pengubahan sikap dan tata laku dalam upaya mendewasakan diri

manusis melalui upaya pengajaran. Dihubungkan dengan eksistensi dan

kehidupan manusia, nilai-nilai pendidikan diarahkan pada pembentukan


3

pribadi manusis sebagai makhluk individu, sosial, religius, dan berbudaya.

Nilai-nilai pendidikan yang tersirat dalam berbagai hal dapat

mengembangkan masyarakat dalam berbagai hal dapat mengembangkan

masyarakat dengan berbagai dimensinya dan nilai-nilai tersebut mutlak

dihayati dan diresapi manusia sebab ia mengarah pada kebaikan dalam

berpikir dan bertindak sehingga dapat memajukan budi pekerti serta

pikiran/ intelegensinya. Nilai-nilai pendidikan dapat ditangkap manusia

melalui berbagai hal diantaranya melalui pemahaman dan penikmatan

sebuah karya sastra. Sastra khususnya humaniora sangat berperan penting

sebagai media dalam pentransformasian sebuah nilai termasuk halnya

nilai pendidikan. Karya sastra adalah hasil renungan, imajinatif

pengungkapan gagasan, ide, dan gambaran-gambaran pengalaman.

Karya sastra merupakan hasil kegiatan imajinatif yang menyuguhkan

pengalaman batin yang di alami pengarang terhadap penikmat sastra

yang dibuatnya sendiri.

Komara (2010) mengemukakan bahwa sastra adalah suatu bentuk

dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan

kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sebagai seni

kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam dari segi

kehidupannya, maka ia tidak saja merupakan suatu media untuk

menyampaikan ide, teori, atau sistem berfikir manusia.

Secara ringkas dapat disebutkan bahwa karya sastra selalu

mengacu kepada kenyataan yang ada dalam masyarakat. Pengertian ini


4

tidak harus dimutlakkan sebab karya sastra bukanlah hasil terjemahan

langsung terhadap suatu keadaan tertentu. Karya sastra dalam hal ini

harus dilihat sebagai karya fiktif, hasil rekaan kreatif pengarangnya.

Pradotokusumo (2008: 3), mengemukakan bahwa penulis sastra

atau sastrawan didefinisikan sebagai ahli sastra, pujangga pengarang

prosa dan puisi, orang pandai, cerdik cendekiawan. Maksudnya adalah

sastrawan mampu mengkolaborasikan semua unsur sastra sehingga

terbentuk karya sastra yang luar biasa dengan nilai estetik yang tinggi.

Novel salah salah satu karya sastra yang membutuhkan teknik estetik dan

teknik imajinatif yang tinggi.

Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang

menampilkan serangkaian peristiwa secara tersusun. Namun, jalan

ceritanya dapat menjadi suatu pengalaman hidup yang nyata, dan lebih

dalam lagi novel mempunyai tugas mendidik pengalaman batin pembaca

atau pengalaman manusia. Novel menitikberatkan perhatian yang sangat

besar terhadap masalah kemanusiaan. Di antaranya penderitaan,

kebencian, perjuangan hidup, cinta kasih, kebahagiaan, bahkan kematian

adalah aspek kemanusian yang tidak lepas dari persoalan-persoalan

hidup manusia itu sendiri. Peristiwa-peristiwa selanjutnya berwujud konflik-

konflik. Konflik itu sendiri terjadi, baik konflik batin maupun konflik lahir.

Inilah yang menjadi tema-tema menarik untuk dilanjutkan.

Negeri di Ujung Tanduk dan Daun Yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin merupakan novel sangat sarat nilai-nilai pendidikan.


5

Menekankan hubungan keselarasan dan harmoni antar sesama Manusia,

menghadirkan kerinduan terhadap alam batiniah yang syahdu dan natural

serta memberi kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial terhadap

kehidupan masyarakat kecil.

Novel Negeri di Ujung Tanduk dan Daun Yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin merupakan novel yang sarat dengan nuansa moralitas

yang menceritakan tentang sisi kehidupan tokoh Tere-Liye dalam

memperjuangkan hakikat hidup yang memberikan nilai pendidikan kepada

segenap masyarakat. Sosok yang kharismatik tak luput dari problematika

atau tantangan kehidupan. Situasi problematik yang kadang-kadang

menempatkan tokoh utama dilema, namun dengan kesabaran dan

keyakinan yang dimiliki begitu kuat sehingga akhir cerita dia mampu

menjadi sosok yang kuat dan tangguh. Tidak salah kiranya penulis novel

ini menamakan novelnya Negeri di Ujung Tanduk dan Daun Yang Jatuh

Tak Pernah Membenci Angin karena sesungguhnya tokoh yang

digambarkan dalam novel ini memang memiliki karakter membangun serta

mendidik. Bukan keniscayaan ketika banyak yang mengidolakan penulis

dari segi spirit perjuangan, pembaharuan dan keteguhan di berbagai

sendi-sendi kehidupan.

Karya-karya Tere-Liye merupakan karya yang digemari oleh

masyarakat. Karya-karya yang pernah ditulisnya, seperti Sunset Bersama

Rossie (2011), Kisah Sang Penandai (2011), Ayahku Bukan Pembohong


6

(2011), Sepotong Hati yang Baru (Berjuta Rasanya) (2012), Kau, Aku dan

Sepucuk Angpau Merah (2012, Negeri Para Bedebah (2013).

Peneliti memilih novel Negeri di Ujung Tanduk, karena novel ini

merupakan novel yang baru terbit pada tahun 2013 juga novel Daun yang

Jatuh Tak Pernah Membenci Angin yang terbit pada tahun 2011, yang

sepintas terlihat pada sampulnya bahwa ada rasa penerimaan terhadap

apa yang terjadi serta ada apa dengan daun yang jatuh itu? sehingga

penulis tertarik untuk mengkaji khususnya nilai pendidikan. Karena kita

ketahui bagaimana sosok penulis ini memberikan konstribusi besar

diberbagai lini kehidupan. Membaca karya sastra bukanlah pekerjaan

yang mudah. Membaca karya sastra memerlukan persiapan, strategi agar

karya seni dapat difahami. Baik pengarang maupun pembaca harus

memahami model bahasa, bentuk sastra dan dengan sendirinya isi karya,

secara keseluruhan memerlukan cara-cara tertentu. Melihat realita

pendidikan dewasa ini begitu memilukan, dengan adanya berbagai

penyimpangan nilai pada anak didik yang tidak sedikit keluar dari norma

yang semestinya, akhlak dari anak didik hancur akibat pergaulan bebas,

pemilihan teman bermain yang tidak benar, itu terjadi diluar kelas, begitu

juga didalam proses pembelajaran itu berlangsung tidak sedikit yang

berbuat ulah, ini diakibatkan proses pendidikan masih jauh dari harapan,

misalnya saja pada pemilihan bahan pada proses pembelajaran.

Berdasarkan pada pandangan inilah, maka dalam penelitian perlu

perbandingan, pengkajian dan pengungkapan nilai pendidikan dalam


7

novel Negeri di Ujung Tanduk dan Daun Yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin Karya Tere Liye.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang, fokus penelitian ini adalah

perbandingan nilai pendidikan dalam novel Negeri di Ujung Tanduk dan

Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye, dalam hal

ini nilai pendidikan yang terdapat pada Agama, Moral, Sosial, dan Budaya.

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan nilai pendidikan

yang terdapat dalam novel Negeri di Ujung Tanduk dan Daun yang Jatuh

Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye, dalam hal ini nilai

pendidikan yang terdapat pada Agama, Moral, Sosial, dan Budaya.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat mencapai tujuan secara optimal,

menghasilkan laporan yang sistematis dan dapat bermanfaat secara

umum. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat:

a. Memperkaya kajian yang menerapkan nilai pendidikan dalam

novel Negeri di Ujung Tanduk dan Daun yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin Karya Tere Liye.


8

b. Sebagai bahan masukan serta pengembangan wawasan kajia

humaniora terhadap sastra khususnya kajian nilai-nilai pendidikan

dalam novel Negeri di Ujung Tanduk dan Daun yang Jatuh Tak

Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat:

a. Memberikan informasi kepada masyarakat pembaca tentang nilai

pendidikan dalam novel Negeri di Ujung Tanduk dan Daun yang

Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye.

b. Sebagai acuan dari peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan

kajian nilai pendidikan dalam novel Negeri di Ujung Tanduk dan

Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye.

c. Sebagai masukan bagi guru untuk mengajarkan nilai-nilai

pendidikan kepada peserta didiknya, melalui pengkajian nilai

pendidikan novel Negeri di Ujung Tanduk dan Daun yang Jatuh

Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye.


9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Penelitian Relevan

1. Peneltian yang dilakukan oleh Novalinda (2014). Nilai Nilai

Pendidikan Dalam Novel “Bidadari-bidadari Surga” Karya Tere Liye.

Dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa dalam sebuah penelitian

Norma atau Nilai seharusnya di kedepangkan, karena ia merupakan

cerminan pribadi maupun masyarakat serta cara untuk bergaul

dalam kehidupan sehari-hari.

Peneliti mengemukakan bahwa penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan bentuk-bentuk nilai-nilai pendidikan dalam Novel

Bidadari-Bidadari Surga. Nilai- nilai pendidikan yang dimaksudkan

adalah pendidikan Agama, social, budi pekerti, kecerdasan dan

kesejahteraan keluarga. Jenis penelitian yang Ia gunakan yaitu

kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Teknik

pengumpulan datanya dilakukan dengan langkah membaca dan

memahami ovel, serta menginventarisasikan data terdapat dalam

novel, sedangkan menganalisis datanya dilakukan dengan langkah

menginventarisasi dan mengklasifikasi data, menganalisis,

membahas dan menyimpulkan hasil penelitian. Nilai- nilai yang

ditemukan oelh penulis dalam penelitian tersebut adalah: Pertama,

nilai pendidikan agama. Agama merupakan sebuah landasan atau

9
10

pedoman bagi seseorang. Dalam penemuan tersebut ia

mendapatkan 14 buah data yang berhubungan dengan nilai

pendidikan agama. Kedua, nilai pendidikan sosial. Pendidikan sosial

merupakan tata cara hidup dengan orang lain. terdapat 9 buah data

yang berhubungan dengan nilai social. Ketiga, budi pekerti. Merurut

peneltit nilai budi pekerti berhubungan dengan tingkah laku

seseorang, baik bururknya seseorang dilihat dari sifat atau

akhlaknya. Terdapat 21 buah data yang berhubungan dengan nilai

budi pekerti. Keempat, nilai pendidikan kecerdasan. Nilai

kecerdasan merupakan pendidikan yang berhubungan dengan cara

berpikir seseorang, terdapat 5 buah data yang berhubungan dengan

nilai kecerdasan. Kelima, nilai pendidikan kesejahteraan keluarga.

Terdapat 16 buah data yang berhubungan dengan dengan

pendidikan kesejahteraan keluarga.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2013). Analisis Nilai-Nilai

Pendidikan dalam Novel “Sepatu Dahlan” Karya Khrisna Pabichara.

Peneliti mengukakan bahwa suatu karya sastra yang baik adalah

karya sastra yang langsung memberi pendidikan kepada pembaca

tentang budi pekerti dan nilai-nilai moral. Nilai pendidikan ini

berupaya untuk mengubah budi pekerti dan pikiran pembaca. Novel

sebagai salah satu bentuk karya sastra diharapkan memberikan

nilai-nilai pendidikan bagi penikmatnya.


11

Peneliti mengemukakan penelitian yang dilakukan untuk

mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan dalam novel sepatu dahlan

karya Khrisna Pabichara. Jenis penelitian yang dilakakukan oleh

peneliti adalah kualitatif, metodenya adalah deskriptif.

Hasil peneitiannya sebagai berikut: Pertama, nilai pendidikan

berkaitan dengan kerja keras adalah Ibu dan Bapak yang memiliki

semangat kerja keras untuk memenuhi kebutuhan anaknya, begitu

juga dengan dahlan memiliki kerja keras untuk mencapai cita-

citanya. Kedua, nilai pendidikan berkaitan berkaitan dengan kasih

saying adalah rasa kasih sayang yang dimiliki oleh Dahlan, Ibu,

Bapak, dan Zain. Ketiga, nilai pendidikan berkaitan dangan disiplin

yang selalu diterapkan anak-anaknya agar tidak melalaikan waktu.

Keempat, nilai pendidikan berkaitan dengan kesabaran. Kelima, nilai

pendidikan yang berkaitan dengan rasa tanggungjawab.

Penelitian yang dilakukan oleh Nila Susanti begitu bagus,

sayangnya ia tidak mendeskripsikan dengan kongkrit data-data

yang ditemukanya, sehingga kita tidak dapat melihat pendidikan

apakah yang lebih dominan dalam Novel tersebut.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2010). Analisis Nilai-Nilai

Pendidikan dalam Novel ”Sang Pemimpi” Karya Andrea Hirata.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) nilai-nilai

pendidikan yang digunakan pengarang dalam novel Sang Pemimpi.


12

Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan

adalah metode content analysis. Sumber data adalah novel Sang

Pemimpi cetakan ke-15 dan artikel-artikel dari internet. Teknik

pengumpulan data menggunakan teknik catat. Validitas yang

digunakan adalah triangulasi teori. Teknik analisis data yang

digunakan adalah analisis mengalir (flow model of analysis) yang

meliputi tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan. Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri atas

beberapa tahap yaitu pengumpulan data, penyeleksian data,

menganalisis data yang telah diseleksi, dan membuat laporan

penelitian.

Nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi,

berdasarkan hasil analisis terdiri dari empat nilai. Nilai-nilai pendidikan

tersebut yaitu: (a) nilai pendidikan religius merupakan sudut pandang

yang mengikat manusia dengan Tuhan pencipta alam dan seisinya,

dalam novel Sang Pemimpi. (b) Nilai pendidikan moral yaitu suatu nilai

yang menjadi ukuran patut tidaknya manusia bergaul dalam kehidupan

bermasyarakat, dalam novel Sang Pemimpi. (c) Nilai pendidikan sosial

yaitu suatu kesadaran dan emosi yang relatif lestari terhadap suatu

objek, gagasan, atau orang, dalam novel Sang Pemimpi (d) Nilai

pendidikan budaya tingkat yang palig tinggi dan yang paling abstrak

dari adat istiadat, dalam novel Sang Pemimpi.


13

Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Nila Susanti,

sangat baik, dimana keduanya menemukan aspek nilai, sehingga dapat

disimpulkan bahwa novel tersebut mengandung aspek nilai pendidikan.

Namun, ada hal yang kurang sempurna dalam penelitian tersebut karena

tidak mencantumkan data yang kongkrit yang diperoleh dari hasil

penelitianya sehingga tidak dapat diketahui bahwa novel tersebut lebih

dominan mengandung nilai aspek pendidikan apa.

Dengan melihat beberapa penelitian sebelumnya maka penulis

berkesimpulan bahwa terdapat persamaan dan perbedaan, persamaanya

adalah mengkaji nilai pendidikan berdasarkan agama, moral, sosial.

Sedangkan perbedaannya terletak pada nilai pendidikan budaya juga

terletak pada jumlah novel, penulis sebelumnya meneliti hanya satu novel

sedangkan penulis sekarang mengkaji novel dengan cara

membandingkan dua novel tersebut berdasarkan nilai pendidikan dalam

Novel Negeri Di Ujung Tanduk dan Daun Yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin Karya Tere Liye.

B. Tinjauan Pustaka

1. Nilai Pendidikan

Nilai adalah sesuatu harga/berharga, sesuatu yang berkualitas, dan

sesuatu yang bermutu. Nilai mampu menunjukkan bentuk pengekspresian

pada suatu apapun itu. Sesuatu yang berharga akan mempunyai kualitas

yang baik. Sehingga perlu penghargaan dan pengakuan bahwa sesuatu

itu layak untuk dianugrahi maupun ditinggikan karena mutu dan kualitas.
14

Hermanto dan Winaryo (dalam Reskiawati, 2010: 17)

mengemukakan bahwa nilai-nilai penting bagi kehidupan manusia, sebab

nilai bersifat normatif dan menjadi motifator tindakan manusia. Namun

demikian, nilai belum dapat berfungsi praktis sebagai penuntun tindakan

manusia itu sendiri. Jadi, nilai belum dapat berfungsi bagi manusia. Nilai

perlu dikonkretisasikan atau diwujudkan ke dalam norma, karena norma

merupakan perwujudan dari nilai.

Suyitno (dalam Hadi; 2008). Mengatakan sastra dan tata nilai

merupakan dua fenomena sosial yang saling melengkapi dalam hakikat

mereka sebagai sesuatu yang eksistensial. Sastra sebagai produk

kehidupan, mengandung nilai-nilai sosial, filsafat, religi, dan sebagainya

baik yang bertolak dari pengungkapan kembali maupun yang mempeunyai

penyodoran konsep baru. Nilai-nilai sosial tidak hanya memasuki dunia

individu secara khusus dan dunia kehidupan bermasyarakat secara

umum.

Secara etimologis, pendidikan berasal dari bahasa Yunani

“Paedogogike”, yang terdiri atas kata “Pais” yang berarti Anak” dan kata

“Ago” yang berarti “Aku membimbing” (Hadi, 2008: 17). Sehingga dapat

disimpulkan bahwa “Paedogogike” artinya aku membimbing anak.

Pendidikan adalah adalah proses membimbing anak dari tahu menjadi

tahu, dari kurang faham menjadi faham, dan dari buruk menjadi baik.

Pendidikan pada hakikatnya juga berarti mencerdaskan kehidupan

bangsa. Dari pernyataan tersebut terdapat tiga unsur pokok dalam


15

pendidikan, yaitu: a) cerdas, berarti memiliki ilmu yang dapat digunakan

untuk menyelesaikan persoalan nyata. Cerdas bermakna kreatif, inovatif

dan siap mengaplikasikan ilmunya; b) hidup, memiliki filosofi untuk

menghargai kehidupan dan melakukan hal-hal yang terbaik untuk

kehidupan itu sendiri. Hidup itu berarti merenungi bahwa suatu hari kita

akan mati, dan segala amalan kita akan dipertanggungjawabkan

kepadaNya. Filosofi hidup ini sangat syarat akan makna individualisme

yang artinya mengangkat kehidupan seseorang, memanusiakan manusia,

memberikan makanan kehidupan berupa semangat, nilai moral, dan

tujuan hidup; c) bangsa, berarti manusia selain sebagai individu juga

merupakan makhluk sosial yang membutuhkan keberadaan orang lain.

Setiap individu berkewajiban menyumbangkan pengetahuannya untuk

masyarakat meningkatkan derajat kemuliaan masyarakat sekitar dengan

ilmu, sesuai dengan yang diajarkan agama dan pendidikan.

Dr. M.J. Langeveld (dalam Arifin, 1992: 41-42) berpendapat bahwa

pendidikan dimulai dengan pemeliharaan sebagai persiapan kearah

pendidikan yang sesungguhnya. Pendidikan dalam bentuk pemeliharaan

adalah berbentuk dressur (membiasakan seperti terhadap binatang) yang

belum didasarkan atas kesadaran murni. Sedangkan pendidikan dalam

pengertian sesungguhnya menuntut kepada anak didik untuk memahami

apa yang dikehendaki oleh pendidik, sebagai pemegang kewibawaan

serta ia harus dapat menyadari bahwa apa yang dididiknya adalah amat

diperlukan bagi kehidupan dirinya.


16

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1)

Jadi pendidikan sangat berkonstribusi besar dalam pembentukan

karakter seseorang sehingga terbentuk manusia yang handal dalam

manjalani kahidupan. Karena tujuan pendidikan adalah mendewasakan

anak didik dimana ia telah mampu hidup diatas kemampuannya sendiri,

tidak lagi tergantung atas orang dewasa atau orang lain.

Sebuah keberhasilan sangatlah ditentukan oleh kualitas manusia

yang dihasilkan oleh pendidikan. Nilai-nilai yang mendasari kepribadian

dan kebudayaan Indonesia harus tetap dilestarikan melalui berbagai

media terutama sebuah karya sastra sebagai bentuk penuangan ekspresi

dari sastrawan.

Berdasarkan beberapa pengertian sebelumnya, dapat disimpulkan

bahwa nilai pendidikan adalah suatu proses pendewasaan, pembelajaran

dari hal yang kurang baik (buruk) menjadi baik atau lebih baik. Proses

tersebut yang menjadikan seseorang menjadi berkualitas dan berharga

melewati proses kehidupan yang entah kapan akan berakhir. Proses itulah

yang menyeleksi dan menilai apakah seseorang layak menjadi manusia

yang sebenarnya, dengan kata lain memanusiakan manusia.


17

2. Macam-Macam Nilai Pendidikan

Karya sastra khususnya novel adalah sebuah miniatur kehidupan

yang mengandung nilai-nilai sosial, filosofi, religi, dan sebagainya. Baik

yang bertolak dari pengungkapan kembali maupun yang merupakan

menciptakan terbaru semuanya dirumuskan secara tersurat dan tersirat.

Sastra tidak saja lahir karena kejadian, tetapi juga dari kesadaran

penciptaannya bahwa sastra sebagai sesuatu yang imajinatif, fiktif, dan

lain-lain. Sastrawan pada waktu menciptakan karyanya tidak saja didorong

oleh hasrat untuk menciptakan keindahan, tetapi juga berkehendak untuk

menyampaikan pikiran-pikirannya, pendapat-pendapatnya, dan kesan-

kesan perasaannya terhadap sesuatu. Intinya penulis menginginkan

tercapainya pesan-pesannya kepada masyarakat luas.

Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang banyak

memberikan penjelasan secara jelas tentang sistem nilai. Nilai itu

mengungkapkan perbuatan apa yang dipuji dan dicela, pandangan hidup

mana yang dianut dan dijauhi atau bahkan ditinggalkan, dan hal apa saja

yang harus dijunjung tinggi. Adapun nilai-nilai pendidikan dalam novel

sebagai berikut.

a. Nilai Agama

Nilai agama adalah nilai-nilai yang berkaitan tentang masalah

keyakinan yang bersumber dari dalam hati setiap manusia. Ini

berhubungan tentang kehidupan dunia dan akhirat. Ketika berbicara

dengan agama maka segala aspek dan nilai kehidupan akan tergolong
18

didalamnya yang mencakup, moral, etika, sosial, budaya, politik, dan

ekonomi. Oleh karena itu agama merupakan dorongan pencipta sastra

sebagai sumber ilham dan sekaligus pula sering membuat sastra atau

karya sastra bermuara pada agama. Ia harus melakukan dengan penuh

rasa tanggungjawab sehingga ia mampu memperkokoh kepercayaan

pembaca terhadap agama yang di anutnya, menghancurkan atau

memancing sikap prasangka. (Abdullah, 2007).

Religi merupakan suatu kesadaran yang menggejala secara mendalam

dalam lubuk hati manusia sebagai human nature. Religi tidak hanya

menyangkut segi kehidupan secara lahiriah melainkan juga menyangkut

keseluruhan diri pribadi manusia secara total dalam integrasinya

hubungan ke dalam keesaan Tuhan (Rosyadi, 1995: 90). Nilai-nilai

religious bertujuan untuk mendidik agar manusia lebih baik menurut

tuntunan agama dan selalu ingat kepada Tuhan. Nilai-nilai religius yang

terkandung dalam karya sastra dimaksudkan agar penikmat karya

tersebut mendapatkan renungan-renungan batin dalam kehidupan yang

bersumber pada nilai-nilai agama. Nilai-nilai religius dalam sastra bersifat

individual dan personal.

Agama menurut bahasa sangsekerta adalah agama berarti tidak

kacau (a = tidak – agama = kacau) dengan kata lain, agama merupakan

tuntunan hidup yang dapat membebaskan manusia dari kekacauan.

Peraturan – peraturan berupa hukum yang harus dipatuhi baik dalam


19

bentuk perintah yang wajib dilaksanakan maupun berupa larangan yang

harus ditinggalkan. Ahmadi dan Uhbiyati (2007). Ilmu pendidikan.

Ada beberapa nama yang diberikan untuk agama oleh masing –

masing Negara seperti:

1) Negara Inggris menyebutkan agama dengan istilah (Religon)

2) Negara Perancis menyebut (la religion)

3) Negara Belanda menyebut )de Religion)

4) Dan Negara Jerman menyebut (dei religion)

Didunia barat terdapat suatu istilah umum untuk pengertian agama

ini, yaitu: religi, religie, religion, yaitu berarti melakukan sesuatu perbuatan

dengan penuh penderitaan atau mati-matian, perbuatan ini merupakan

usaha atau sejenis peribadatan yang dilakukan berulang – ulang.

Istilah lain bagi agama ini yang berasal dari bahasa arab, yaitu

addirn yang berarti hukum, keputuasan, dan pembalasan. Kesemuanya itu

memberikan gambaran bahwa “addirn” merupakan pengabdian dan

penyerahan, mutlak dari seseorang hamba kepada tuhan penciptanya

dengan upacara dan tingkah laku tertentu.

Menurut Natsir (dalam Ahmadi dan Uhbiyati 2007) agama

merupakan suatu kepercayaan dan cara hidup yang mengandung faktor –

faktor antara lain:

1) Percaya kepada tuhan sebagai sumber dari segala hukum dan nilai

nilai hidup.

2) Percaya kepada wahyu tuhan yang disampaikan kepada rasulnya.


20

3) Percaya dengan adanya hubungan antara tuhan dengan manusia

4) Percaya dengan hubungan ini dapat mempengaruhi hidupnya

sehari – hari.

5) Percaya bahwa dengan matinya seseorang, hidup rohnya tidak

berakhir.

6) Percaya dengan ibadat sebagai cara mengadakan hubungan

dengan tuhan.

7) Percaya kepada keridhoan tuhan sebagai tujuan hidup di dunia ini.

Sementara agama islam dapat di artikan sebagai wahyu Allah yang

diturunkan melalui para RasulNya sebagai pedoman hidup. Manusia di

dunia yang berisi peraturan perintah dan larangan agar manusia

memperoleh kebahagian dunia dan akhirat.

Agama memilik arti penting bagi manusia agar manusia tidak

tersesat di dalam menjalani kehidupan di dunia.

Kata “Agama” berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “a” à “tidak”

dan “gama” à “kacau”. Maksudnya: orang-orang yang memeluk suatu

agama dan mengamalkan ajaran-ajarannya, hidupnya tidak akan kacau.

Pengertian agama bisa bermacam-macam tergantung dari sudut

pandang atau ruang lingkup yang dipelajari. Karena kata “Agama”

ternyata sangat sulit didefinisikan dikarenakan agama adalah bentuk

keyakinan. Maka kita akan mengambil pengertian agama yang lebih

mudah dimengerti.
21

Agama: Ajaran yang mengatur tata keimanan dan tata kaidah

kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berhubungan dengan pergaulan

manusia dan manusia serta lingkungan.

Begitu yang saya simpulkan dari kamus KBBI. Nah, intinya apabila

kita menganut agama sesuai dengan kepercayaan masing-masing maka

kita tidak akan menjadi manusia yang kacau, karena pada dasarnya

agama itu mengajarkan kita untuk berbuat kebaikan.

Nilai ilahiah adalah nilai yang berhubungan langsung antara

seorang hamba dengan Tuhannya, contohnya beribadah karena takut

kepada Tuhan atau beribadah supaya dapat keselamatan dunia dan

akhirat.

Nilai ilahi (nilai hidup etik religius) memiliki kedudukan vertikal lebih

tinggi daripada nilai hidup lainnya. Disamping itu, nilai ilahi mempunyai

konsekuensi pada nilai lainnya, dan sebaliknya nilai lainnya memerlukan

konsultasi pada nilai ilahi, sehingga relasi termasuk vertikal linier. Nilai

ilahiah merupakan pondasi dari setiap nilai lainya, sebab nilai ini

bersumbe dari dalam diri atau jiwa seseorang. Menurut Muhadjir (dalam

Ahmadi dan Uhbiyati: 2007).

Nilai Insani adalah nilai yang berhubungan dengan rasional yang

memungkinkan kita untuk selalu berbuat hal yang positif baik untuk diri

sendiri maupun kepada sesama makhluk. Misalnya mengejar studi,

menjaga kesehatan mengatur makan dan istirahat.


22

b. Nilai Moral

Moral adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang

lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak

memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki

nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak

yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal

yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral

manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman

sekarang mempunyai nilai implisit karena banyak orang yang mempunyai

moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat

dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus mempunyai

moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-

absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian

terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Moral

adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi

dengan manusia, apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan

nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta

menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai

mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya.Moral adalah produk

dari budaya dan Agama.

Antara etika dan moral memang memiliki kesamaan. Namun, ada

pula berbedaannya, yakni etika lebih banyak bersifat teori, sedangkan

moral lebih banyak bersifat praktis. Menurut pandangan ahli filsafat, etika
23

memandang tingkah laku perbuatan manusia secara universal (umum),

sedangkan moral secara lokal. Moral menyatakan ukuran, etika

menjelaskan ukuran itu. Namun demikian, dalam beberapa hal antara

etika dan moral memiliki perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan

etika, untuk menentukan nilai perbutan manusia baik atau buruk

menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam

pembicaran moral tolak ukur yang digunakan adalah norma-norma yang

tumbuh dan berkembang dan berlangsung di masyarakat. (dalam Zuriah,

2011).

Istilah moral senantiasa mengaku kepada baik buruknya perbuatan

manusia sebagai manusia. Inti pembicaraan tentang moral adalah

menyangkut bidang kehidupan manusia dinilai dari baik buruknya

perbutaannya selaku manusia. Norma moral dijadikan sebagai tolak ukur

untuk menetapkan betul salahnya sikap dan tindakan manusia, baik

buruknya sebagai manusia.

Nilai moral serta hubungannya dengan mausia, baik dalam bidang

etika yang mengatur kehidupan manusia dalam kehidupan sehari-hari,

maupun bidang estetika yang berhubungan dengan persoalan keindahan,

bahkan nilai masuk ketika manusia memahami agam dan keyakinan

beragama. Untuk mempertimbangkan dan mengembangkan keyakinan

diri dan aturan masyarakatnya dibutuhkan pemahaman dan perenungan

yang mendalam tentang mana yang sejatinya dikatakan baik, mana yang

benar-benar buruk. (dalam Zuriah, 2007).


24

Moral dan etika pada hakikatnya merupakan prinsip-prinsip dan

nilai-nilai yang menurut keyakinan seseorang atau masyarakat dapat

diterima dan dilaksanakan secara benar dan layak. Dengan demikian

prinsip dan nilai nilai tersebut berkaitan dengan sikap yang benar dan

yang salah yang mereka yakini. Etika sendiri sebagai bagian dari falsafah

merupakan sistim dari prinsip-prinsip moral termasuk aturan-aturan untuk

melaksanakannya. (Elfindri, 2012).

Moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai moral. Moral

berkaitan dengan nilai baik buruk perbuatan manusia. Pada dasarnya

manusia yang bermoral tindakannya senantiasa didasari dengan nilai-nilai

moral. Tindakan yang bermoral adalah tindakan manusia yang dilakukan

secara sadar, mau dan tahu serta tindakan itu berkenaan dengan nilai-

nilai moral. Dikaitkan dengan karya sastra, bahwa suatu karya seni yang

mengandung keindahan dan bermutu bila karya tersebut mampu

mencerminkan ajaran moral. Selanjutnya Ben Johnson (dalam Minderop,

2010: 63) menyatakan bahwa seorang penyair merupakan panutan

perilaku baik yang kelak akan menyebarkan ajaran-ajaran moral sehingga

seorang penyair bijak seyogyanya menjadi orang baik terlebih dahulu.

Nilai moral yang terkandung dalam karya sastra bertujuan untuk

mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika merupakan nilai baik

buruk suatu perbuatan, apa yang harus dihindari, dan apa yang harus

dikerjakan, sehingga tercipta suatu tatanan hubungan manusia dalam

masyarakat yang dianggap baik, serasi, dan bermanfaat bagi orang itu ,
25

masyarakat, dan lingkungan sekitar. Moral selalu berhubungan dengan

nilai, tetapi tidak semua nilai adalah nilai moral. Moral berhubungan

dengan kelakuan atau tindakan manusia. Nilai moral inilah yang lebih

terkait dengan tingkah laku kehidupan kita sehari-hari.

c. Nilai Sosial

Secara sederhana, nilai sosial dapat diartikan sebagai sesuatu

yang baik, diinginkan, diharapkan, dan dianggap penting oleh masyarakat.

Hal-hal tersebut menjadi acuan warga masyarakat dalam bertindak. Jadi,

nilai sosial mengarahkan tindakan manusia.

Wujud nilai dalam kehidupan itu merupakan sesuatu yang berharga

sebab dapat membedakan yang benar dan yang salah, yang indah dan

yang tidak indah, dan yang baik dan yang buruk. Wujud nilai dalam

masyarakat berupa penghargaan, hukuman, pujian, dan sebagainya.

Berbagai rumusan yang telah dikemukakan oleh para sosiolog

tentang nilai sosial sebagai berikut.

1) Koentjaraningrat

Koentjaraningrat mengartikan nilai sosial sebagai konsepsi

konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga

masyarakat mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat

penting dalam hidup.

2) Charles F. Andrian

Charles F. Andrian mendefinisikan nilai sosial sebagai konsep-

konsep umum mengenai sesuatu yang ingin dicapai, serta


26

memberikan petunjuk mengenai tindakan-tindakan yang harus

diambil

3) Young

Young merumuskan nilai sosial, yaitu sebagai asumsi-asumsi yang

abstrak dan sering tidak disadari tentang apa yang benar dan apa

yang penting.

4) Green

Green melihat nilai sosial itu sebagai kesadaran yang secara relatif

berlangsung disertai emosi terhadap objek, ide, dan orang

perorangan.

5) Woods

Woods menyatakan bahwa nilai sosial merupakan petunjuk-

petunjuk umum dan telah berlangsung lama yang mengarah pada

tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.

6) M.Z. Lawang

M.Z. Lawang berpendapat bahwa nilai sosial merupakan gambaran

mengenai apa yang diinginkan, yang pantas, yang berharga, dan

yang mempengaruhi perilaku sosial.

Berdasarkan fungsinya, nilai dapat dikelompokkan menjadi dua

bentuk, yaitu nilai integratif dan disintegratif.

1) Nilai integratif

Nilai integrative adalah nilai-nilai di mana akan memberikan

tuntutan atau mengarahkan seseorang atau kelompok dalam usaha


27

untuk mencapai cita-cita bersama. Sifat nilai integratif dalam

universal, misalnya sopan santun, tenggang rasa, kepedulian, dan

lain-lain.

2) Nilai disintegratif

Nilai disintegratif adalah nilai-nilai sosial yang berlaku hanya

untuk sekelompok orang di wilayah tertentu. Jadi, sifat nilai

disintegratif adalah lokal dan sangat etnosentris. Oleh karena itu,

jika diterapkan pada lingkungan sosial budaya lain akan

mengakibatkan konflik sosial, karena terjadi benturan-benturan nilai

yang berbeda. Contoh: dalam hal memberi sesuatu kepada

seseorang. Orang Prancis menerima atau memberi dengan tangan

kiri adalah sesuatu yang wajar, namun bagi orang Indonesia

memberi dengan tangan kiri diartikan sebagai penghinaan.

Nilai sosial dalam suatu karya sastra berkenaan dengan

pembentukan dan pemeliharaan jenis-jenis tingkah laku dan hubungan

antar individu dan masyarakat yang dengan bersama-sama

memperjuangkan semua yang berkepentingan. Nilai sosial merupakan

hikmah yang dapat diambil dari perilaku sosial dan tata cara hidup sosial.

Perilaku sosial brupa sikap seseorang terhadap peristiwa yang terjadi di

sekitarnya yang ada hubungannya dengan orang lain, cara berpikir, dan

hubungan sosial bermasyarakat antar individu. Nilai sosial yang ada

dalam karya sastra dapat dilihat dari cerminan kehidupan masyarakat

yang diinterpretasikan (Rosyadi, 1995: 80).


28

d. Nilai Budaya

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sanskerta yaitu

buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)

diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.

Dalam bahasa Inggris kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata

Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga

sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang

diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

Moral termasuk bagian dari kebudayaan, yaitu standar tentang baik

dan buruk, benar dan salah, yang kesemuanya dalam konsep yang lebih

besar termasuk ke dalam ‘Nilai’. Hal ini di lihat dari aspek penyampaian

pendidikan yang dikatakan bahwa pendidikan mencakup penyampaian

pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai. (Soerjono,2006)

Manusia satu yang bersatu dengan manusia lainnya dalam suatu

wilayah tertentu akan membentuk sebuah masyarakat. Dari masyarakat

inilah akan lahir nilai-nilai bermasyarakat yang berkembang menjadi

kebudayaan. Kebudayaan masyarakat di daerah tertentu akan berbeda

dengan kebudayaan masyarakat di daerah lain. Karena setiap kelompok

masyarakat memiliki aspek nilai yang berbeda. Dan kebudayaan juga

dipengaruhi oleh faktor bahasa, keadaan geografis dan kepercayan.

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu

buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)

diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
29

Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata

Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga

sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang

diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J.

Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala

sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan

yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah

Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai

sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain,

yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink,

kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu

pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-

lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi

ciri khas suatu masyarakat.

Kebudayaan merupakan Keseluruhan dari pengetahuan sikap dan

pola perilaku manusia yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan

diwariskan oleh anggota suatu masyarakat. Kebudayaan juga sebagai

hasil karya,rasa dan cipta masyarakat. Karya : teknologi dan kebudayaan

itu sendiri. Rasa : berkaitan dengan perasaan yang dimiliki manusia. Cipta

: hasil dari pemikiran manusia yang bersifat ke-ilmuan.

Berdasarkan wujudnya kebudayan terbagi menjadi dua :

1) Kebudayaan yang bersifat abstrak


30

Kebudayaan yang terletak di dalam pikiran manusia tidak dapat di

raba atau di foto. Contohnya : imaginasi, khayalan.

2) Kebudayaan bersifat konkret

Wujudnya yang berpola tindakan atau aktivitas manusia di dalam

masyarakat yang dapat diraba dan diamati. Contohnya : belajar,

bicara, bermain.

Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di

dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,

hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat

seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo

Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil

karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat

diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yang mana akan

mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan

yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-

hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan

adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang

berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,

misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,

religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu

manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Kebudayaan setiap masyarakat tentu terdiri dari unsur-unsur tertentu,

yang merupakan bagian dari suatu kebulatan, yakni kebudayan itu sendiri.
31

Ada beberapa pendapat ahli tentang unsure-unsur kebudayaan.

Clyde kluckhohn menyebutkan 7 unsur kebudayaan, yakni:

1) Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, rumah, alat-alat

rumah tangga, senjata, alat-alat rumah produksi dan transportasi), 2) Mata

pencarian hidup dan system-sistem ekonomi( pertanian, peternakan,

system produksi, dan system distribusi) ,3) System kemasyarakatan

(system kekerabatan, organisasi, politik, system hokum dan system

perkawinan), 4) Bahasa (lisan maupun tertulis), 5. Kesenian (seni rupa,

seni sastra dan seni gerak), 6) Sistem pengetahuan,7) System

kepercayaan (religi)

Ketujuh unsur kebudayaan pokok diatas disebut sebagai

kebudayaan Universal (culture universal). Dari ketujuh unsure kebudayaan

yang ada, masih terbagi lagi lebih kecil kegiatannya. Ralph linton

menyebutnya dengan kegiatan-kegiatan kebudayaan (culture activity).

culture universal => culture activity => trait complex => trait => item.

Bisa dicontohkan, bahasa => kalimat => kata => suku kata => huruf.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki

bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke

generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk

sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,

bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya,

merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak

orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika


32

seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda

budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan

bahwa budaya itu dipelajari.

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat

kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan

perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi

banyak kegiatan sosial manusia.

Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika

berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi

budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang

dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas

keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-

bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di

Amerika, "keselarasan individu dengan alam" di Jepang dan "kepatuhan

kolektif" di Cina.

Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-

anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan

menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-

anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat

dan pertalian dengan hidup mereka.

Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka

yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan

memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.


33

Jadi, Sistem Nilai Budaya ini merupakan rangkaian dari konsep-

konsep abstrak yang hidup dalam masyarakat, mengenai apa yang

dianggap penting dan berharga, tetapi juga mengenai apa yang dianggap

remeh dan tidak berharga dalam hidup. Sistem nilai budaya ini menjado

pedoman dan pendorong perilaku manusia dalam hidup yang

memanifestasi kongkritnya terlihat dalam tata kelakuan. Dari sistem nilai

budaya termasuk norma dan sikap yang dalam bentuk abstrak tercermin

dalam cara berfikir dan dalam bentuk konkrit terlihat dalam bentuk pola

perilaku anggota-anggota suatu masyarakat.

Aspek budaya berkaitan dengan pemikiran, kebiasaan, dan hasil

karya cipta manusia. Manusia yang beretika akan menghasilkan budaya

yang memiliki nilai etik pula. Etika berbudaya mengandung tuntunan dan

keharusan bahwa budaya yang diciptakan manusia mengandung nilai-nilai

etik yang kurang lebih bersifat universal atau diterima sebagian besar

orang. Budaya yang memiliki nilai-nilai etik adalah budaya yang mampu

menjaga, mempertahankan, bahkan mampu meningkatkan harkat dan

martabat manusia itu sendiri. Budaya merupakan warisan leluhur dan

merupakan hal yang indah ketika hal tersebut tidak keluar dari jalur

keyakinan.

Sistem nilai budaya merupakan inti kebudayaan, sebagai intinya ia

akan mempengaruhi dan menata elemen-elemen yang berada pada

struktur permukaan dari kehidupan manusia yang meliputi perilaku

sebagai kesatuan gejala dan benda-benda sebagai kesatuan material.


34

Sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam

pikiran sebagian besar warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus

mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Karena suatu sisitem nilai

budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan

manusia. Dapat disimpulkan dari pendapat tersebut sistem nilai budaya

menempatkan pada posisi sentral dan penting dalam kerangka suatu

kebudayaan yang sifatnya abstrak dan hanya dapat diungkapkan atau

dinyatakan melalui pengamatan pada gejala-gejala yang lebih nyata

seperti tingkah laku dan benda-benda material sebagai hasil dari

penuangan konsep-konsep nilai melalui tindakan berpola.

3. Pengertian Novel

Dalam bahasa Jerman istilah novel yaitu novella dan secara

harafiah novella berarti sebuah barang baru yang kecil dan kemudian

diartikan sebagai cerita yang pendek dalam bentuk prosa (Abrams dalam

Komara, 2010). Sedang novel dalam dari bahasa latin novellus yang

diturunkan pula dari kata novius yang berarti baru. Dikatakan baru karena

dibandingkan dengan puisi, drama dan karya satra lainnya, novel baru

muncul yang pertama kali Female dari Inggris pada tahun 1740

(Reskiawati, 2010: 9).

Novel adalah jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur, latar

rekaan yang mengelakan kehidupan manusia atas dasar sudut pandang

pengarang dan mengandung nilai hidup, diolah dengan teknik kisahan dan

ragaan yang menjadi dasar konvensi. Novel merupakan salah satu bentuk
35

karya sastra yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan

serangkaian peristiwa secara tersusun. Namun, jalan ceritanya dapat

menjadi suatu pengalaman hidup yang nyata, dan lebih dalam lagi novel

mempunyai tugas mendidik pengalaman batin pembaca atau pengalaman

manusia. Lain halnya dengan Tarigan (1985: 85) yang mengatakan bahwa

novel adalah suatu cerita yang mengunakan alur yang cukup panjang

yang mengisi suatu buku atau lebih yang menggarap kehidupan pria dan

wanita yang bersifat imajinatif. Sedangkan menurut E. Kosasih (2004:

250) mengatakan bahwa novel adalah karya sastra imajinatif yang

mengisahkan sisi utuh atas problematika kehidupan seseorang atau

beberapa tokoh.

Novel lahir dan berkembang dengan sendirinya sebagai sebuah

genre pada cerita atau menceritakan sejarah dan fenomena sosial. Karya

sastra termasuk novel mempunyai fungsi dulce et utile yang artinya

menyenangkan dan bermanfaat bagi pembaca melalui penggambaran

kehidupan nyata. Sebagai karya cerita fiksi, novel sarat akan pengalaman

dan permasalahan kehidupan yang ditawarkan. Oleh karena itu, novel

harus tetap merupakan cerita menarik yang mempunyai bangunan struktur

yang koheren dan tetap mempunyai tujuan estetik. Dari pernyataan-

pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa novel merupakan salah

satu bentuk karya sastra yang di dalamnya memuat nilai-nilai estetika,

pengetahuan, dan nilai-nilai kehidupan.


36

Sebenarnya istilah novel sama dengan istilah roman, novel berasal

dari bahasa Latin, dari Italia yang kemudian berkembang di Inggris dan

Amerika Serikat. Sedangkan istilah roman berasal dari genre romance dari

abad pertengahan yang merupakan cerita panjang tentang kepahlawanan

dan percintaan. Istilah roman berkembang di Jerman, Belanda, Perancis

dan bagian-bagian di Eropa daratan yang lain. Berdasarkan asal usul

istilah tadi ada sedikit perbedaan antara roman dan novel yakni bahwa

bentuk novel lebih pendek dibanding dengan roman. Tetapi ukuran

luasnya unsur cerita hampir sama. Masalah yang dibahas dalam novel

tidak sekompleks roman. Biasanya novel menceritakan peristiwa pada

masa tertentu. Bahasa yang digunakan lebih mirip bahasa sehari-hari.

Meskipun demikian, penggarapan unsur-unsur interinstik masih lengkap,

seperti tema, plot, latar, gaya bahasa, nilai, tokoh dan penokohan. Dengan

catatan, yang ditekankan pada aspek tertentu dari unsur interinstik

tersebut.

Sebutan novel dan roman di Indonesia sering diberi arti yang

berbeda. Novel sering diartikan sebagai cerita yang hanya bercerita

tentang bagian dari kehidupan seseorang saja, seperti pada masa

perkawinannya saja setelah mengalami masa percintaan, atau bagian

kehidupan waktu seseorang tokoh mengalami krisis jiwanya dan

sebagainya. Sedang roman sering diartikan sebagai cerita berbentuk

prosa panjang, banyak tokoh, dan banyak penjelajahan tentang kehidupan

yang meliputi waktu sepanjang hidup tokohnya.


37

Novel dan roman sebenarnya sama saja yaitu salah satu karya

sastra berbentuk prosa dalam ukuran yang panjang dan luas yang

didalamnya terdapat unsur yang membangun karya itu sendiri. Unsur yang

dimaksud adalah unsur intrinsik dan ekstrinsik.

4. Jenis-Jenis Novel

Berdasarkan strukturnya novel dapat dibagi menjadi :

a. Novel plot atau novel kejadian

Novel plot, struktur ceritanya amat dipentingkan pengarang.

Novel ini menitikberatkan pada perkembangan kejadian yang

biasanya penuh ketegasan dan kejutan. Contoh : Hulubalang Raja

karya Nur Sutan Iskandar.

b. Novel tematis

Novel yang menekankan pada unsur tema atau persoalan.

Karena tema begitu banyak, maka muncullah beberapa kategori

novel dari jenis ini, misalnya novel politik, novel sosial, dan novel

pendidikan. Contoh : Negeri di Ujung Tanduk. Karya Tere-Liye

c. Watak novel

Novel janis ini menekankan unsur karakter atau watak

pelakunya. Pengarang menggambarkan watak seseorang atau

tokoh, sehingga seluruh kejadian, atau cerita dalam novel sangat

ditentukan oleh watak tokohnya.

d. Novel romantis
38

Novel ini menekankan kisah percintaan antara para remaja,

penuh intrik cinta yang manis. Tema-tema lebih mengedepankan

romantisme. Contoh : Percobaan Seta karya Suman Hasibuan

e. Novel detektif/ Novel kriminal

Novel yang isinya menceritakan tokoh yang berusaha untuk

mengungkapkan rahasia kejahatan. Biasanya mengungkapkan

teka-teki sebuah kasus hingga pengungkapan apa dan siapa yang

ada dibalik semuanya. Contoh : Cincin Stempel karya Ardi Soma.

Sedangkan jenis novel menurut Sumardjo (dalam, Reskiawati 2010:

29) dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu novel percintaan, novel

petualangan, dan novel fantasi. Uraian ketiga golongan tersebut adalah

sebagai berikut :

a. Novel percintaan

Novel percintaan melibatkan peranan tokoh wanita dan pria

secara berimbang, bahkan kadang peranan wanita lebih dominan.

Dalam golongan novel ini digarap hampir semua tema dan

sebagian besar novel termasuk jenis novel percintaan.

b. Novel petualangan

Novel petualangan sedikit sekali memasukan peranan wanita.

Golongan jenis petualangan adalah bacaan kaum pria karena tokoh

didalamnya pria dan banyak masalah pria yang tidak ada

hubungannya dengan wanita. Meskipun golongan novel ini sering


39

ada percintaan juga, namun hanya bersifat sampingan belaka.

Artinya, novel ini tidak semata-mata berbicara persoalan cinta.

c. Novel fantasi

Novel fantasi bercerita tentang hal-hal yang tidak realistis dan

serba tidak mungkin dilihat dari pengalaman sehari-hari. Jenis

novel ini mementingkan ide, konsep, dan gagasan sastrawan yang

hanya dapat jelas kalau diutarakan dalam bentuk cerita fantasik.

Artinya menyalahi hukum empiris.

Ahli lain yang bernama Goldmann (dalam Faruk, 2010: 92)

membedakan novel menjadi tiga jenis, yaitu novel idealisme abstrak, novel

psikologis, dan novel pendidikan.

5. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dalam Novel

a. Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra

itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir

sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika

orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel yang

didalamnya terdapat nilai yang positif adalah unsur-unsur yang secara

langsung turut serta membangun dalam menjadikan masyarakat sebagai

masyarakat yang dapat mendidik. Keterpaduan antarberbagai unsur

intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud atau sebaliknya, jika

dilihat dari sudut kita membaca sebuah novel. Unsur yang dimaksud,

untuk menyebut sebagian saja, misalnya, pengalaman, peristiwa yang


40

dialami, cerita, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan,

bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain.

b. Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada diluar karya

sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau

sitem organism karya sastra. artinya sesuatu yang dari luar Atau, secara

lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi

bagus tidaknya sebuah pendidikan. Walau demikian, unsur ekstrinsik

cukup berpengaruh terhadap totalitas perkembangan pendidikan yang

dihasilkan oleh sebuah karya sastra.

Oleh karena itu, unsur ekstrinsik sebuah novel haruslah tetap

dipandang sebagai sesuatu yang penting. Sebagaimana halnya unsur

instrinsik, unsur ekstrinsik juga terdiri dari sejumlah unsur. Unsur-unsur

yang dimaksud anatara lain adalah keadaan subjektivitas individu

pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang

kesemuanya itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya. Pendek kata,

unsur biografi pengarang serta pendidikan yang diraihnya akan turut

menentukan corak karya yang akan dihasilkannya. Unsur ekstrinsik

berikutnya adalah psikologi, baik psikologi pengarang, psikologi pembaca,

maupun psikologi dalam karya. Keadaan di lingkungan pengarang seperti

ekonomi, politik, dan sosial juga akan berpengaruh terhadap karya sastra

begitu pula dengan pandangan hidup suatu bangsa dan berbagai seni lain

(Nurgiyantoro (2009: 23-24).


41

C. Kerangka Pikir

Memperhatikan uraian pada tinjauan pustaka, maka pada bagian

ini akan diuraikan beberapa hal yang dijadikan sebagai landasan berfikir

yang dimaksud akan mengarahkan untuk menemukan data dan informasi

dalam penelitian ini guna memecahkan masalah yang telah dipaparkan

sebelumnya. Kerangka pikir dalam penelitian ini adalah : setiap bentuk

sastra menekankan pada salah satu aspeknya. Pada puisi menekankan

pada aspek pencurahan rasa, drama pada aspek perwatakan, fiksi

(novel/roman, cerpen) pada aspek penceritaan. Penekanan ini

memberikan corak terhadap genre sastra tersebut. Drama dalam wujud

dialog, puisi dalam wujud untaian larik dan bait, sedang novel/roman

(prosa/fiksi) dalam bentuk deskripsi.

Novel sebagai karya sastra yang imajinatif selalu membawa kesan

dan pesan untuk pembaca, maka dibutuhkan pembacaan yang cermat.

Kemudian pembaca tinggal menganalisis dengan menyeluruh, teliti, dan

berusaha memahami dengan benar-benar apa maksud karya sastra

tersebut. Novel Negeri di Ujung Tanduk merupakan novel sumber

inspiratif. Maka dari itu penting untuk menemukan nilai-nilai pendidikan

dalam novel tersebut. Untuk menemukan menemukan nilai-nilai

pendidikan yang terdapat dalam novel tersebut, maka dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan beberapa pendekatan, yaitu pendekatan ekstrinsik

mencakup pendekatan didaktis yaitu pendekatan yang berusaha

menemukan dan memahami gagasan tanggapan evaluatif maupun sikap


42

seorang pengarang terhadap kehidupan terutama yang berhubungan

dengan pendidikan. Pendekatan yang kedua adalah pendekatan sosiologi

yang yang mencakup sosiologi pengarang, sosiologi sastra, dan sosiologi

karya sastra.

Untuk mendapatkan gambaran yang lengkap tentang kerangka

pikir, perhatikan bagan kerangka pikir berikut ini:


43

Karya Sastra

Novel Negeri di Ujung Tanduk Novel Daun yang Jatuh Tak


Karya Tere-Liye Pernah Membenci Angin
Karya Tere-Liye

Nilai Pendidikan

Sosial Agama Moral Budaya

Perbandingan Nilai Pendidikan dalam Novel


Negeri di Ujung Tanduk dan Daun yang Jatuh
Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye

Temuan

Bagan Kerangka Pikir


44

BAB III
METODE PENELITIAN

Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk

mencapai maksud (dalam ilmu pendidikan,dsb.); cara kerja yang

bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan untuk

mencapai tujuan yang ditentukan. Metode penelitian merupakan alat,

prosedur dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian dalam

pengumpulan data (Djajasudarma,1993: 1-4).

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian yang bersifat deskriptif

Kualitatif, Pradopo (2001) penelitian yang bersifat deskriptif adalah

penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara tepat sifat-sifat suatu

individu, gejala yang terjadi atau nyata. Pemilihan penelitian kualitatif

dalam tulisan ini, didasarkan pada sasaran yang ingin dicapai oleh

penulis, yaitu mendeskripsikan nilai pendidikan Novel Negeri di Ujung

Tanduk dan Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere

Liye

B. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu proses yang sistematis untuk

memecahkan masalah dengan dukungan data sebagai landasan dalam

mengambil kesimpulan. Penyusunan desain harus dirancang berdasarkan

pada prinsip metode deskriptif kualitatif, yaitu sebuah metode

44
45

mengumpulkan, mengolah, mereduksi, menganalisis dan menyajikan data

secara objektif atau sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan.

C. Data dan Sumber Data

1. Data

Data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterangan atau

bahan nyata analisis atau kesimpulan. Data dalam penelitian ini adalah

teks yang mengandung nilai pendidikan dalam novel Negeri di Ujung

Tanduk karya Tere-Liye dan Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci

Angin Karya Tere Liye.

2. Sumber data

Sumber data adalah objek dari mana data diperoleh yang menjadi

dasar pengambilan atau tempat untuk memperoleh data yang

diperlukan. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data adalah.

Dipilihnya Novel Negeri di Ujung Tanduk Karya Tere Liye. Buku yang

dipilih adalah cetakan keenan, diterbitkan di Jakarta pada tahun 2014

oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama. Novel tersebut

keseluruhannya berjumlah 360 halaman dalam penyajian data dan

memiliki prolog, dialog, dan epilog. Juga Novel Daun yang Jatuh Tak

Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye. Buku yang dipilih adalah

cetakan kelima, diterbitkan di Jakarta pada tahun 2011 oleh penerbit

Gramedia Pustaka Utama. Novel tersebut keseluruhannya berjumlah

264 halaman.
46

D. Teknik Pengumpalan Data

Teknik pegumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1. Teknik dokumentasi, merupakan catatan peristiwa yang sudah

berlaku. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-

karya monumental dari seseorang.

2. Teknik baca, berguna untuk menangkap seperangkat ide pokok,

mendapatkan informasi yang penting dalam waktu singkat atau

terbatas, dan menemukan suatu pandangan atau sikap penulis.

3. Taknik catat, dilakukan setelah teknik pertama, kedua dan

keempat selesai digunakan. Teknik catat ini dapat menggunakan

salah satu dari tiga macam transkripsi yang ada. Yaitu transkripsi

ortografis, fonemis atau fonetis (Abdullah. 1988).

E. Teknik Analisis Data

Pada tahap teknik analisis data, data yang terkumpul dianalisis

secara kualitatif dengan cara sebagai berikut :

1. Peneliti memahami data secara keseluruhan, data penelitian

dikumpulkan, diseleksi, dan ditandai kalimat atau paragraf yang

mengandung nilai pendidikan.

2. Untuk menganalisis data primer, peneliti berfokus pada interpretasi dan

pengetahuan peneliti sendiri beserta data yang diteliti tanpa

bergantung pada pemikiran orang lain.

3. Mencatat kemunculan aspek-aspek pendidikan yang akan diteliti.


47

4. Peneliti mengklasifikasikan dan mengidentifikasi data yang ditandai

berdasarkan aspeknya.

5. Menemukan aspek-aspek dan nilai-nilai pendidikan

6. Peneliti melakukan perbandingan dengan data sekunder sehingga

diketahui ketepatannya, kecermatannya, dan kekuatan hasil

penganalisaan data.

7. Menganalisis nilai pendidikan seperti, nilai religious,moral,sosial dan

budaya.

8. Tahap deskripsi yaitu mengubah hasil analisis data dan menyajikan

hasil penelitian sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan atau

yang ingin dipecahkan.


48

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Perbandingan nilai pendidikan dalam Novel Negeri di Ujung Tanduk

dan Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai pendidikan yang terdapat pada

Agama, Moral, Sosial, dan Budaya.

1. Nilai Pendidikan dalam Novel Negeri di Ujung Tanduk

a. Nilai Sosial
Nilai sosial adalah sesuatu kebersamaan atau rasa kepedulian

kepada seseorang tanpa melihat dari mana asal usul orang tersebut,

sebagaimana yang terdapat dalam kutipan berikut ini.

Jika politik memerlukan moralitas, hanya perlu satu malam


meyakinkan orang-orang untuk mendukung Nelson Mandela. Malam
ini dia bicara tantang kesamaan derajat, dan besok pagi-pagi sekali,
saat matahari terbit, kita semua siap berperang, mengorbankan
nyawa demi kebenaran dan keadilan tersebut, tidak peduli latar
belakang, kepentingan, apalagi ukuran lainnya (NDUT 28).

Berdasarkan kutipan novel di atas dapat diketahui seorang tokoh

Thomas yang berbicara tentang kesamaan derajat, tidak peduli latar

belakang maupun kepentingan yang dimiliki oleh seseorang dalam

sebuah pergaulan, bahwa untuk membangun sebuah kebersamaan, maka

perlu untuk merangkul semua lini. Seorang Thomas dalam novel ini

memiliki rasa kepedulian yang sangat tinggi, sebagaimana kutipan berikut

ini.

48
49

Nah, kita bayangkan saja ada sebuah perkampungan.kampung itu di


kelilingi sungai basar. Satu satunya akses keluar adalah jembatang
beton yang di bangun berpuluh puluh tahun lalu oleh pemerintah
pusat. Pada suatu hari salah satu penduduk yang sedang mencari
ikan di sungai meliahat ada yang ganjil dengan jembatan itu.
Pondasinya yang terbenam di air terlihat retak. Karena dia adalah
sedikit di antara penduduk kampung yang memiliki pengetahuan
tentang konstruksi,dia bergegas mengusulkan pada kepala kampung
agar jembatan itu di renovasi.(ndut 54).

Berdasarkan kutipan di atas, dapat diketahui bahwa Thomas

adalah seorang tokoh dalam novel ini, memiliki rasa sosial yang sangat

tinggi, sebab ditengah-tengah ketidakpedulian seseorang terhadap

keselamatan orang lain, ia mencoba untuk mengambil sebuah keputusan

yang dapat membuat orang lain untuk peduli, dengan rasa sosialnya,

Thomas mencoba memberitahukan pihak yang berwajib, bahwa situasi

jembatan yang tidak layak untuk dipakai seharusnya diperbaiki. Apa yang

dilakukan oleh Kadek seharusnya dapat dicontohi dalam kehidupan kita

yang hidup dengan kebersamaan antara satu dengan yang lainya,

sebagaimana yang tergambar dalam kutipan berikut ini.

Gadis wartawan itu malah semakin panik, menjerit, dan kakinya


tergelincir. Tubuh maryam meluncur kebawah, beruntung kadek
menyambar tanganya sebelum dia jatuh bebas. (NDUT 91).

Dari kutipan tersebut di atas, dapat dilihat bahwa rasa kepedulian

terhadap sesama merupakan tindakan yang harus dimiliki oleh setiap

manusia, sebab dengan kepedulian tersebut dapat membantu bahkan

menolong nyawa seseorang.

Kami sudah sepuluh menit meninggalkan penghancuran gedung tua


itu. Maryam sudah bisa duduk dengan baik, kadek menyerahkan tisu
50

basah, agar maryam bisa menyekah wajahnya yang kotor oleh


debu.(NDUT 99)

Dari kutipan tersebut di atas, digambarkan bagaimana Kadek

berbuat baik kepada sesama dengan memberikan tisu basah kepada

Maryam yang terdapat ketoran diwajahnya, rasa kepedulian seperti yang

dilakukan oleh Kadek perlu untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Lee mengangguk sekali lagi, lalu bertanya sopan, “boleh aku


memeluk Opa Chan?”
Opa yang lebih dulu memeluknya. Erat sekali.(NDUT 103).

Dari kutipan tersebut di atas, dapat diketahui bahwa rasa

kebersamaan dan kepedulian kepada sesama dapat menjadikan

persaudaraan kita semakin erat, sebagaimana yang dilakukan oleh Lee

dan Opa Chan yang saling berpelukan demi rasa persaudaraannya yang

sangat erat. Rasa kepedulian yang digambarkan oleh Om Liem kepada

Thomas perlu untuk diterapkan dalam kehidupan, sebagaimana kutipan

berikut ini.

Terdengar seruan jengkel dari seberang telepon, kau jangan


bertindak gila,Thomas. Aku tidak akan mempertaruhkan nyawa,
rakan kerjaku, konsultan politikku, orang yang paling kupercaya
hanya demi memenangkan konvensi partai, bahkan demi kursi
presiden sekalipun. (NDUT 109).

Dari kutipan di atas, dapat diketahui begitu tingginya kepedulian

seorang sahabat, sehingga Ia tidak ingin terjadi sesuatu yang tidak

diinginkan terhadap sahabatnya, sebagaimana yang dilakukan oleh Om

Liem kepada Thomas, rasa kepedulian dan persaudaraan inilah yang


51

seharusnya menyelimuti lingkungan kita, sehingga terjalin rasa aman dan

saling menyanyangi dapat diwujudkan.

Maka akan berbeda saat aku menjadi wali kota atau gubernur, yang
lebih pokus terhadap kesejahteraan rakyat, pendidikan, dan
kesehatan mereka. Membuat mereka nyaman, tidak mengalami
kemacetan, tdak menderita kebanjiran, bias mendapatkan upah
minimum, dan bias memenuhi kebutuhan minimalnya.(NDUT 115).

Dari kutipan di atas, dapat diketahui bahwa dalam kehidupan ini

masih banyak para pejabat dan pemerintah yang jauh dari harapan

masyarakat, sebab kepedulian dan tanggnungjawabnya masih disalah

gunakan, namun seorang Thomas ingin memperbaiki situasi yang terjadi

dengan berkeinginan mengurangi kemiskinan dan keterpurukan yang ada

dalam system pemerintahan. Rasa kepedulian yang tersirat dalam kutipan

ini sangat penting untuk kita aplikasikan.

Dua pramugari pesawat jet pribadi itu mendorong troli di lorong,


menawarkan makan siang. Mereka membawa menu yang
mengundang selera.sayangnya dalam situasi seperti ini,selera
makanku berkurang drastis. (NDUT 120).

Sebagaimana kutipan di atas, bahwa tindakan pramugari dalam

pesawat dengan rasa hormat kepada sesama perlu dicontohi. Sikap yang

digambarkan oleh Thomas kepada kakeknya adalah sikap kepedulian

yang baik untuk kita contohi, sebagaimana kutipannya berikut ini.

Beda dalam menyikapi topik percakapan. “yah, itu masuk akal. Tapi
setidaknya opa bisa istirahat sejenak. Kita masih dua jam lagi
sebelum mendarat di Jakarta. Kita tidak tahu apakah bisa tidur dalam
beberapa jam atau beberapa hari kedepan. Setelah kejadian tadi
pagi.” (NDUT 124).
52

Berdasarkan kutipan di atas, dapat diketahui bahwa rasa

kepedulian kepada sesama sebagaimana yang digambarkan oleh Thomas

terhadap kakeknya yang menyuruh kakanya untuk beristirahat, sikap

seperti ini perlu diaplikasikan dalam kehidupana sehari-hari. Sikap yang

digambarkan tokoh Opa yang menolong Chain Ten adalah sikap

kepedulian kepada sesama, sebagaimana kutipannya berikut ini.

Orang tua ini tidak melakukan apapun, Thommi. Hanya menunaikan


kewajiban sebagai seorang teman. Kau tidak mungkin membiarkan
teman senasib menderita sendirian. Maka aku merawat chain ten.
(NDUT 126).

Berdasarkan kutipan tersebut di atas, menunjukkan sikap peduli

dan rasa kasihan kepada sesama, sebab Opa memberikan waktunya

untuk merawat tuan Chain yang sedang sakit diatas kapal, dimana tidak

ada orang yang peduli dengan Chain melainkan Opa, sikap yang

dilakukan oleh Opa ini seharusnya kita miliki dalam kehidupan. Sikap

kepedulian, mementingkan kepentingan umum daripada kepentingan

pribadi adalah sikap yang terpuji yang ditunjukkan oleh Maryam,

sebagaimana kutipannya berikut ini.

Kau benar, Thomas. Kejadian di hong kong adalah salah satu


rangkaian dari semuannya. Sejak lama seharusnya aku berhenti
menjadi pemburu berita, tapi menjadi bagian orang-orang yang
membuat berita. Memberikan kabar baik bagi semua orang.
Harapan. Mengirim semangat dimeja makan dipagi hari, menyebar
pesan kebaikan di ruangan kerja di pagi hari, saat mereka sarapan
sambil membaca Koran, review, majalah, atau menyaksikan televisi.
(NDUT 144).

Sebagaimana kutipan di atas, menunjukkan bahwa dengan

kebaikan yang dilakukan akan memberikan kenyamanan tersendiri


53

kepada khalayak ramai, apalagi dengan keinginan maryam untuk

memberikan yang terbaik kepada masyarakat adalah sebuah niatan yang

perlu diapresiasi dan diaplikasin dalam hidup bermasyarakat.

Dua tiga orang dewasa, bapak-bapak tetangga rumah lebih dulu


menyambar sepedaku, menahanku. Jangan kesana, Thomas.
Jangan! Dua tiga ibu-ibu yang lain menarikku masuk ke salah satu
rumah. Usiaku 10 tahun, aku belum mengerti secara lengkap apa
sebenarnya terjadi. Ketika persekongkolan jahat, diotaki dua orang
penegak hukum yang seharusnya melindungi keluarga kami dengan
tega membiarkan puluhan orang yang tidak dikenal mengamuk
menuntut uang arisan berantai “ liem & Edward” dikembalikan.(
NDUT 150).

Berdasarkan kutipan tersebut di atas, menunjukkan sikap atau

tindakan yang dilakukan oleh penegak hukum adalah sikap yang tidak

baik, sebab hanya dengan kepentingan pribadi nyawa seseorang

melayang, tanpa mengetahui bahwa ada keluarga yang ditinggalkan oleh

keluarga yang dibakar tersebut, rasa ketidakpedulian seorang oknum

tersebut tidak dapat dicontoh. Keramahan yang dilakukan oleh Opa

adalah sikap yang baik, sebagaimana kutipannya.

Beberapa anak-anak berlarian mengejar mobil tertawa. Tidak setiap


hari mereka melihat mobil langsung, apalagi mobil besar seperti
yang kami naiki. Opa membuka jendela mobil, ramah melambaikan
tangan kepada mereka. (NDUT 152).

Berdasarkan kutipan di atas, menunjukkan bahwa sikap keramahan

yang harus dimiliki oleh setiap manusia, sebab manusia itu sama dengan

manusia lainnya, sebagaimana yang dilakukan oleh Opa kepada anak-

anak yang ada dijalan tersebut.

Kau baik-baik saja? Aku bertanya kepada Maryam. (NDUT 193).


54

Berdasarkan kutipan di atas, menunjukkan sikap yang digambarkan

oleh Thomas kepada Maryam merupakan sikap peduli kepada sesama.

Rasa kasihan yang ditunjukkan oleh Rudi merupakan kepeduliannya

kepada seorang teman, sebagaimana yang tergambarkan dalam kutipan

berikut ini.

Aku tahu itu, Thomas. Rudi mengangkat tangan. Tapi tidak muda
melepaskanmu dan rekanmu pukul satu dini hari. Harus ada
penjelasan logis. Lebih baik kau kembalikan kesel, tidur sejenak,
mengumpulkan energi. Sepertinya sepanjang hari kau terus terjaga,
kau membutuhkan semua tenaga untuk melawan mereka. (NDUT
216).

Berdasarkan kutipan tersebut di atas, menunjukkan bahwa

kepedulian yang dimiliki seorang sahabat itu sangat penting, pada saat

kita terlalu sibuk dengan karir sehingga melupakan akan kesehatan diri,

ada seorang sahabat yang mengingatkan. Sikap Rudi merupakan

kedermawanan hati, sebagaimana tergambarkan dalam kutipan berikut ini.

Rudi melepas jam di pergelangan tangannya, menyerahkan


kepadaku. Aku tahu kau selalu tergesa-gesa dalam setiap urusan,
terus melirik pukul berapa mendengus cemas, melirik lagi jam. Aku
memberimu kado kecil, Thomas, jam tangan milikku. (NDUT 224).

Berdasarkan kutipan tersebut di atas, menunjukkan kedermawanan

yang dimiliki oleh Rudi, yang rela memberikan jam tangannya untuk

seorang sahabat yang lebih memerlukannya. Rasa kebersamaan yang

tergambar dalam sebuah forum diskusi, sebagaimana kutipan berikut ini.

Mereka berpegangan, membentuk rantai raksasa yang mengelilingi


podium. (NDUT 237).

Berdasarkan kutipan tersebut di atas, dapat dipahami bahwa

meskipun berbeda dalam sebuah pemahaman, namun harus tetap


55

bersatu, itulah yang harus kita aplikasikan. Rasa keterbukaan kepada

sesama harus selalu ditingkatkan, sebagaimana yang dicantumkan dalam

kutipan berikut ini.

“Oh, maaf. Kalian berdua silakan masuk.” Istri klien politikku itu
mengangguk. “kami sedang menyiapkan makan malam, Thomas.
(NDUT 272).

Kutipan di atas menunjukkan sikap baik terhadap sesama yang

ditunjukkan oleh Istri Om Liem kepada Thomas perlu untuk diterapkan,

sebab ia menghidangkan sebuah makanan kepada Thomas.

Kau tidak perlu mencemaskan kami, Thomas. Anak-anak sejak kecil


sudah terbiasa dengan setuasi seperti ini. Nah, makan malamnya
sudah siap. Ayo, Maryam, Thomas, kalian harus bergegas
mengambil pirin, atau lita akan menghabiskan semua makanan
bahkan sebelum yang memegang sendok. (ndut 274).

Berdasarkan kutipan tersebut di atas, menunjukkan kecemasan

Thomas terhadap keluarga Om Liem yang dikelilingi masalah, ia ingin

membantu keluarga tersebut dengan membebaskan Om liem dari tangan

oknum yang tidak bertanggungjawab, sikap Thomas ini perlu untuk kita

miliki. Sikap Opa terhadap Thomas, merupakan sikap yang positif, untuk

melihat Thomas menjadi orang yang lebih baik lagi, sebagaimana kutipan

berikut ini.

Nasehat Papa tentang Om Thomas,. (ndut 281).


Ayo, Thomas, kita selamatkan pamanmu sebelum terlambat! Detektif
Liu sudah berseru memutus percakapan dan segala kejutan. (NDUT
339).

Berdasarkan kutipan tersebut di atas, menunjukkan sikap

kepedulian Liu terhadap paman Liem begitu tinggi, rasa seperti ini perlu
56

untuk untuk dicontohi dalam kehidupan sehari-hari. Sikap yang

ditunjukkan oleh dua orang anggota Rudi menunjukkan kepedulian yang

sangat tinggi, sebab ia ingin menyelamatkan Om Liem dari kematian.

Sebagaimana kutipan berikut ini.

Aku sudah tiba dikursi plastik, mendekat sambil melepas empat


tembakan beruntung. Dua orang bersenjata yang masih menjaga om
Liem terbanting jatuh, bahkan sebelum dia menyadari darimana asal
peluru di tengah kepulan asab. Aku melompat mendekati kursi
pelastik. Om Liem terkulai di atasnya. Tubuhnya semakin lemah,
terlihat mengenaskan. Tapi dia masih bernapas. Dengan bantuan
dua anggota pasukan rudi yang muncul dari belakangku kami
mengangkat om Liem. (NDUT 342).

Membantu sesama merupakan kewajiban setiap insan,

sebagaimana yang dilakukan oleh Lee dalam kutipan berikut.

Siapapun orang di atas sana yang membawa dua helikopter dan


mitraliur, telah memberikan kemenangan kepada kami. (NDUT 348).

Berdasarkan kutipan di atas, menunjukkan begitu hebatnya sebuah

persahabatan, sehingga diwaktu yang tidak ada lagi jalan ia datang

dengan membantu dengan mendatangkan sebuah helikopter untuk

menghancurkan orang yang ingin berbuat jahat. Rasa peduli kepada

sesama merupakan harga mati yang harus dimiliki oleh seseorang untuk

bertahan hidup, sebagaimana kutipan berikut ini.

Kau tahu, Thomas, jarak antara akhir yang baik dan akhir yang buruk
dari semua cerita hari ini hanya dipisahkan sesuatu yang kecil saja,
yaitu kepedulian. (NDUT 385).

Berdasarkan kutipan tersebut di atas, menunjukkan bahwa hidup ini

bukan sekedar jalan begitu saja, akan tetapi perlu ada rambu-rambu yang

harus diperhatikan, apalagi terhadap sesama diperlukan kepedulian yang


57

sangat tinggi untuk tetap bertahan hidup, sebab kepedulian adalah kunci

kehidupan.

b. Nilai Agama

Agama adalah suatu kepercayaan atau keyakinan seseorang

dalam beribadah kepada Tuhan, sebagaimana kutipan berikut ini.

Apakah politik memerlukan moralitas? Hei, berapa tahun Nelson


Mandala dipenjara oleh rezim kulit putih karena isu moralitas yang
dibawanya? Menentang apartheid? Puluhan tahun lamanya. Apa
kurangnya isu moralitas yang dibangun Nelson Mandela? Kesamaan
derajat. Itu perintah kitab suci, perintah Tuhan, dikirim langsung dari
surga.(NDUT 27).

Berdasarkan kutipan novel tersebut di atas, menunjukkan bahwa

manusia memiliki posisi yang sama dimata Tuhan yang tidak membeda-

bedakan antara satu dengan yang lainnya, yang tertian dalam kitab suci

yang merupakan perintah Tuhan.

Apakah demokrasi system terbaik yang di berikan tuhan? Di


firmankan tuhan dalam kitab suci? Jelas tidak. Demokrasi adalah
hasil ciptaan manusia, dalam catatan sejarah, system otoriter
absolute juga bisa memberikan kesejahteraan lebih baik. Tuhan
hanya memerintahkan kita memberikan sebuah urusan kepada
ahlinya. Silahkan cek banyak kitab suci. (NDUT 55).

Berdasarkan kutipan novel di atas, menunjukkan bahwa demokrasi

itu adalah ciptaan manusia dalam artian urusan dunia kita berikan kepada

ahlinya, kalau urusan tentang Akhirat maka kita berikan kepada Tuhan.

c. Nilai Moral

Sikap rendah hati senantiasa dibudayakan oleh setiap manusia.

Begitu halnya dengan seorang pendidik atau penyampai dalam

menyampaikan nilai-nilai positif kepada para pendengarnya. Sama halnya


58

dengan sikap positif yang ditampilkan oleh seseorang akan memberikan

dampak atau persepsi positif pula kepada orang yang melihatnya. Sikap

moral ini terpaparkan dalam kutipan berikut.

Tepat sekali Pak Thom. Kapal baru saja memasuki pelabuhan Hong
Kong. Ini tiang sedang merapatkan kapal, bergegas menelpon
seperti perintah Pak Thom minggu lalu. Segera beri kabar jika kapal
sudah siap. Bukankah begitu Pak Thom?”( NDUT 39).

Berdasarkan kutipan novel di atas, menunjukkan bahwa Kadek

adalah orang yang amanah, sebab ia diberikan tanggungjawab oleh pak

Thomas dan Ia menjalankan dengan baik, sikap seperti ini seharusnya

kita miliki. Prilaku positif yang dilakukan oleh Thomas selama ia berada di

makau merupakan contoh yang harus diaplikasikan, sebagaimana kutipan

berikut ini.

“Makau? Astaga? Sekretarismu yang gesit itu bilang konferensimu


kemarin siang ada di Hong Kong? Kau tidak sedang berjudi di
makau, Thommi? Karena tidak ada anggota keluarga kita yang suka
berjudi selain pamanmu Liem. (NDUT 41).

Kesopanan, keterbukaan dan rasa bersalah yang diucapkan oleh

oknum tersebut merupakan gambaran tentang prilaku baik yang tertanam

dalam jiwa seseorang, artinya ia meminta maaf bukan berarti ia bersalah,

akan tetapi hanya melakukan tanggungjwabnya sebagai petugas untuk

menjadikan situasi lebih aman. Sebagaimana kutipan novel berikut ini.

Well, biarkan petugas kami memastikanya. Orang berpakaian sipil itu


tersenyum. Maaf jika ini mengganggu liburan kalian. (NDUT 66)

Sikap memenuhi janji yang digambarkan oleh Lee merupakan sikap

positif, yang seharusnya itu menjadi gambaran untuk kita semua dalam

menjalani hidup didunia ini. Sebagaimana kutipan berikut ini.


59

Dialah orang yang tidak bisa menolak permintaanku. Juara bertahan


klub petarung Makau yang kuhadapi tadi malam. Aku berhasil
mengalahkannya, dan dia berutang sebuah janji memenuhi
permintaan apapun dariku. (NDUT 88).

Berdasarkan kutipan tersebut di atas, menunjukkan perilaku positif

yang senantiasa menjadi pengangang bagi semua manusia. Ketegaran

didalam hati untuk melakukan sesuatu sangat penting dalam

memecahkan suatu masalah, orang yang tidak punya motivasi dalam

dirinya, pasti mengalami kesulitan dalam mengambil sebuah keputusan,

sebagaimana kutipan berikut ini.

Itulah poin paling pentingnya, bapak presiden. Selam dua hari


kedepan, hingga konvensi berakhir, apapun ending semua skenario,
harus ada yang mengirimkan pesan bahwa kita tidak takut. Biarkan
aku yang melakukanya. Biarkan perhatian mereka tertuju padaku.(
NDUT 108)

Berdasarkan kutipan tersebut di atas, menunjukkan betapa

pentingnya memiliki semangat hidup yang tidak gentar dengan berbagai

macam persoalan, sikap seperti inilah yang harus kita contohi dan kita

kembangkan dalam hidup ini. Sikap yang digambarkan oleh Thomas

dalam novel ini sangat menginspirasi kita untuk selalu berjuang untuk

bertahan hidup, sebagaimana kita ketahui, bahwa hidup yang dijalani

Thomas sangatlah rumit dan berliku, namun dengan ketegaran dan

keberaniannya Ia mampu untuk melaluinya dengan baik. Sebagaimana

kutipan novel berikut ini.

Bersembunyi? Menghindar mencari aman? Itu bukan tabiatku. Aku


petarun.aku akan mengahadapi masalah dengan gagah berani,
siapapun mereka. (NDUT 110)
60

Kepercayaan kepada sesama harus selalu ditingkatkan, demi

mengangkat kepercayaan diri seseorang, sebab kepercayaan diri itu

sangat penting untuk dimilki demi meningkatkan tarap hidup seseorang.

Berikut kutipannya.

Baiklah, Thomas. Baik. Suara klien politikku kembali terdengar. Dia


berusaha berkata dengan intinasi terkendali sebelumnya tersendat.
Aku selalu percaya padamu. Tidak sepantasnya aku mengangapmu
tidak bisa menjaga diri sendiri. Hati hati, nak. Lakukan apa yang
hendak kau lakukan.( NDUT 117)

Jangankan sebuah tembok, gunungpun akan dilaluinya demi

mengungkap sebuah kebenaran, itulah yang digambarkan oleh Thomas

untuk menjadikan negeri ini terlepas dari belengu, sehingga Negara kita

tidak dijuluki sebagai negeri diujung tanduk. Sebagaimana kutipan berikut.

Saatnya aku memasuki lingkaran merah selebar dua meter di dunia


nyata bukan arena klub. Aku petarung sejati. Aku tidak akan pernah
mundur selangkah, sebesar apapun kekuatan lawan. Demi
kehormatan, demi abu hitam papa-mamaku. (NDUT 306).

Berdasarkan kutipan novel tersebut di atas, menunjukkan rasa

percaya diri, berani dan pantang untuk mundur walau selangkah demi

membela sebauh kebenaran.

d. Nilai Budaya

Manusia satu yang bersatu dengan manusia lainnya dalam suatu

wilayah tertentu akan membentuk sebuah masyarakat yang nantinya akan

terbentuk suatu budaya. Begitu juga dengan tempat-tempat tertentu dan

kebiasaan tertentu, sebagaimana kutipan berikut ini.

Klub mereka memiliki anggota yang lebih beragam dan lebih luas,
termasuk anggota wanita. Itu makau, Thomas. Tidak perlu
kujelaskan itu tempat berkumpul uang, kekuasaan, dan seluruh gaya
61

hidup dikawasan asia. Termasuk tempat berkumpul klan hitam mafia


dan sejenisnya.(NDUT 15).

Berdasarkan kutipan di atas, menunjukkan bahwa makau adalah

tempat perputaran uang, gaya hidup serta klan hitam yang menunjukkan

kebiasaan atau budaya suatu masyarakat tersebut.

2. Nilai Pendidikan dalam Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin

a. Nilai Sosial

Nilai sosial merupakan bentuk persembahan dari seseorang

terhadap apa yang ada disekelilingnya. Nilai-nilai sosial dapat dilihat

dalam kutipan berikut.

Tak ada salahnya memberikan hadiah atas keberaniannya. Maka


aku tersenyum tipis, teramat tipis malah, sedikit menoleh meski tak
menatap matanya. Lantas dengan cepat kembali memandang
kedepan. (DYJTPMA, 12).

Kutipan novel di atas menggambarkan sikap Tania kepada seorang

Karyawan tokoh. Ia memberikan senyuman sebagai tanda bersahabat

dengan karyawan tersebut. Hal positif yang dapat diambil bahwa ketika

ada seseorang yang berusaha berniat baik kepada kita, maka seharusnya

kita membalasnya dengan kebaikan pula. Nilai sosial senantiasa diajarkan

ketika anak masih berusia belia. Seperti yang diajarkan Ibu Tania dalam

kutipan berikut.

Kata ibu, ”Tania, hati-hatilah disana! Kita harus mengganti setiap


barang rusak karena kita sentuh! Jaga adikmu, jangan nakal....”
Aku menelan ludah sedikit ragu dan banyak takut mendengar
pesan ibu sebelum berangkat. Dengan apa kami akan mengganti
barang yang aku pecahkan? (DYJTPMA, 17)
62

Inilah yang senantiasa diterapkan dalam hidup dan kehidupan.

Ketika hidup kita ingin lebih baik maka perbanyaklah memberi nasihat.

”Kami berkeliling di lantai satu untuk membeli berbagai


perlengkapan sekolah. Ribut Dede memilih tasnya. Adikku
mengotot minta dibelikan bolpoin, padahal besok dia kan baru
masuk kelas satu, hanya boleh memakai pensil. Aku terkesima
melihat cara dia membujuk Dede soal pensil tersebut. Caranya
memandang adikku, mengelus rambutnya, tersenyum, dan berkata
pelan menjelaskan sungguh memesona. bahkan ibu tak sepandai
itu membujuk Dede kalau adikku sudah merajuk.” (DYJTPMA, 19)

Pelajaran yang dapat di ambil dari kutipan di atas bahwa ketika

membantu meringankan beban orang lain, serta memberikan nasehat

dengan lemah lembut, maka orang itu akan memahami serta menerima

apa yang kita sampaikan. Banyak hal yang harus kita pelajari di dunia ini.

Bagaimana orang-orang di sekitar kita mengerti akan keberadaan kita

yaitu memperbanyak memberi. Sehingga orang-orang di sekitar tahu akan

pentingnya arti kehidupan yang senantiasa diagung-agungkan dimanapun

Islam berpijak, itulah seharusnya yang selalu dilakukan sebagaimana

terlihat dari kutipan berikut.

Dan ajaib, mulai besok kehidupan kami berubah. Esok pagi selepas
subuh, Ibu mengatakan beberapa hal kepadaku dan Dede. Salah
satunya yang paling kuingat dan seketika membuatku berlonjak
gembira, Aku akan kembali sekolah. Dede juga akan disekolahkan.
ibu tersengal haru saat mengatakan itu. Bahkan menangis.
Mendekap kami erta.
”Tetepi siapa yang akan membayarinya?” Aku tersadarkan dari
kegembiraan sesaat. Jangankan sekolah, tiga tahun terakhir
ini,makan saja kami susah.
”Oom Danar...” Ibu berkata pelan sambil menyeka sudut matanya.
Tersenyum. (DYJTPMA, 27)
63

Sangat jelas bahwa dengan pertolongan atau bantuan yang

diberikan kepada orang lain akan sangat bermanfaat bagi kehidupan

mereka disamping manfaat untuk diri kita sendiri.

Sehari setelah Ibu meninggal, aku dan adikku pindah ke


kontrakannya. Kontrakan Ibu dikosongkan (”Biar mereka segera
melupakan kejadian menyakitkan ini,” itu katanya kepada Kak
Ratna saat berbenah-benah pindah). Kak Ratna membantu banyak
proses perpindahan itu. (DYJTPMA, 67)

Kutipan di atas menggambarkan bagaimana kebutuhan seorang

terhadap yang lainnya, Kak Ratna yang memberikan yang terbaik untuk

keluarga Tania yang membutuhkan bantuan, disanalah Ia membantu

banyak hal. Beberapa kebutuhan lain yang tidak kalah pentingnya dalam

kehidupan ini adalah adanya semangat yang diberikan oleh orang yang

kita kagumi, sebagaimana kutipan berikut.

”Tania, kehidupan harus berlanjut. Ketika kau kehilangan


semangat, ingatlah kata-kataku dulu. kehidupan ini seperti daun
yang jatuh.... biarkan angin yang menerbangkannya..... Kau harus
berangkat ke Singapura! (DYJTPMA, 70)

Banyak hal yang harus dilakukan dalam membantu orang yang

membutuhkan. Tidak sampai hanya di satu sisi saja atau saa-saat tertentu

saja, tetapi ketika orang itu membutuhkan bantuan kita dimanapun dan

kapanpun kita harus membantunya, itulah yang selalu dilakukan oleh

Danar sebagai pahlawan dalam kehidupan Tania, sebagaimana kutipan

berikut.

Komunikasi via satelit itu membantuku menjalani hari-hari sibukku.


Aku bertanya banyak hal kepadannya. Dan dia menjadi ibu, teman,
kakak, sekaligus ayah untukku. Menasehati banyak hal (dia tak
pernah langsung bilang seperti apa; dia selalu menceritakannya
lewat sebuah cerita). Memotivasiku untuk terus belajar.
64

Mengingatkan untuk menjaga kesehatan, ”Jangan lupa makan


tepat waktu, Tania!” Bahkan membantuku memilihkan pakaian
untuk acara-acara resmi (ada banyak sekali acara formal yang
harus kuhadiri sepanjang tahun).( DYJTPMA, 76)

Sikap solidaritas bukan hanya berlaku di dalam keluarga sendiri

melainkan berlaku di dalam keluarga orang lain. Karena sesungguhnya

yang paling utama adalah membantu dilingkungan sekitar sama halnya

dengan membantu lingkungan kita sendiri. Sikap ini digambarkan dalam

beberapa kutipan berikut.

”Kau gadis yang luar biasa, Sayang!” Kak Ratna membantu


membawakan piala tadi.” Tahukah kau. Danar tadi sempat berkaca-
kaca mendengar pidatomu.” (DYJTPMA, 129-130)

Kutipan di atas menggambarkan bagaimana dukungan sesama

sangatlah berharga. Karena keluarga tidak akan melihat begitu saja

anggota keluarga yang kesusahan. Apalagi bentuk bantuan yang

dibutuhkan merupakan bagian dari harapan. Sehingga berapa besarpun

yang diberikan, itu sangat barharga. Dan masih banyak lagi yang harus

dilakukan oleh seseorang dalam kehidupan ini, bukan hanya sesuatu yang

sifatnya besar tetapi hal yang terkecil sekalipun, sebagaimana dalam

kutipan berikut.

Kak Ratna makan siang bersama kami di kantin flat. Dan menjelang
sore kembali ke Bandara Changi. Kak Ratna tersenyum lembut,
menolak saat aku ingin mengantarnya ke Bandara. (DYJTPMA,
150)

Sikap sosial yang di tunjukkan oleh para teman-teman Tania begitu

besar, yang tentunya ingin melihat bagaimana perkembangan

perpustakaan yang sudah dibangun oleh Tania beberapa waktu yang lalu,
65

tuntunya juga dapat memberikan inspirasi bagi para pembaca. Hal ini

nampak dalam kutipan berikut.

Awalnya buku-buku disana hanya tiga puluhan. Teman-teman


penghuni flat lain yang tahu aku dan anne membuka kelas
mendongeng beramai-ramai menyumbang buku, meski tetap malas
untuk menyumbangkan waktu ikut bercerita. Sekarang gudang itu
jauh lebih layak dibandingkan dengan perpustakaan elementary
school yang bagus sekalipun, terutama buku-bukunya. (DYJTPMA,
176)
Kebaikan yang dilakukan oleh orang lain terhadap kita, suatu saat

kitapun harus membalasnya dengan kebaikan pula bahkan lebih baik dari

apa yang pernah ia berikan kepada kita, sebab seperti itulah hakikat dari

kehidupan ini yang senantiasa saling membutuhkan dan saling

membantu. sebagaimana dalam kutipan berikut.

Anne ikut mengantar ke Bandara, masih dalam rangka berbaikan


atas underestimate dan olok-oloknya selama ini. Aku tidak hanya
memberikan sekotak kecil kue untuk studi banding Miranti. Aku juga
memberikan sekotak besar kue terbaikku untuk Dia dan Kak Ratna.
Anne senang dengan apa yang kulakukan (”Kau melakukan hal
yang benar Tania!). (DYJTPMA, 181-182)

Bentuk keprihatinan Tania kepada Kak Ratna menggambarkan

sikap yang seharusnya dilakukan oleh setiap insan yang ada di dunia ini,

sebab dengan demikian kita akan merasakan apa yang dirasakan oleh

orang lain. Sebagaimana kutipan berikut.

Aku prihatin. Dan memutuskan mengirim e-mail bertanya Apa kabar


kepada Kak Ratna, tentu tidak menyinggung secara langsung cerita
dede kepadaku. Aku menuliskannya sedemikian rupa agar kak
Ratna-lah yang bercerita apa yang sedang terjadi. Namun, sebelum
e-mail itu terkirim malam berikutnya, e-mail lain dari Kak Ratna
yang justru tiba terlebih dahulu. (DYJTPMA, 208)
66

Bentuk kerjasama yang dilakukan Dede terhadap kakaknya,

merupakan nilai sosial yang positif yang harus dibangun dalam kehidupan

keluarga. Sebagaimana kutipan berikut.

Dede memberikan laptop itu kepangkuanku.


Aku menatap adikku tak mengerti.
”Bacalah. Kak Tania akan mengerti.” (DYJTPMA, 240)

Penyesalan dan sikap maaf, itulah yang dilakikan Dede terhadap

Kakaknya. Sebagaimana kutipan berikut.

”Liontin itu selalu istimewa. Maafkan dede yang tak pernah


menceritakannya. Karena Dede sebenarnya baru tahu enam bulan
yang lalu.... Karena dede tak mau mengganggu Kak Tania lagi
dengan semua kenangan itu. Karena Dede pikir semua urusan ini
sudah selesai.” Adikku tertunduk. (DYJTPMA, 246)

Sikap seperti seorang Dede perlu untuk kita teladani dalam

kehidupan kita, ditengah banyaknya para anak muda yang tidak memiliki

lagi rasa kebersamaan atau solidaritas.

b. Nilai Agama

Nilai agama adalah nilai-nilai yang berkaitan tengtang masalah

keyakinan yang bersumber dari dalam hati setiap manusia, ini

berhubungan tengtang kehidupan dunia dan akhirat. Kehidupan yang erat

hubunganya antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia.

Nilai religius dapat dilihat dalam kutipan berikut.

”Ketahuilah, ini akan menjadi tangisan Ibu yang terakhir....


Tadi malam Ibu bermimpi ayahmu datang menjemput...Ibu akan
pergi ...selamanya! Ya Tuhan, semua takdir-Mu baik...
Semua kehendak-Mu adalah yang terbaik... Dan aku menyerahkan
nasib kedua anakku kepada-Mu...Kau baik sekali mempertemukan
kami dengan seseorang sebelum kematianku .... Dengan malaikat-
Mu! (DYJTPMA, 60)
67

Kutipan novel di atas menggambarkan bagaimana seorang Ibu

yang mempunyai kerendahan hati, yang senantiasa memberikan nasehat

serta mengembalikan urusannya kepada Sang Pencipta, bahwa apa yang

kita miliki akan kembali kepadanya.

Ya Tuhan, aku tersentuh sekali. Snickers. Sama seperti yang


diberikannya dulu waktu di bus kota. ukurannya saja yang
membesar. Tanganku gemetar menerimanya. Aku bertahan untuk
tidak menangis. Mataku berkaca-kaca. Memeluknya lagi.
(DYJTPMA, 88)

Kutipan di atas menggambarkan bagaiamana seorang Gadis yang

selalu mengingat Tuhannya, meskipun dalam keadaan senang ataupun

gembira. begitulah seharusnya kita sebagai manusia yang mengakui akan

keberadaan Tuhan seharusnya selalu mengingatNYA dimanapun kita

berada. Sebab banyak diantara manusia yang ketika mendapatkan

sesuatu yang mengembirakan dia sudah lupa akan Tuhannya.

c. Nilai Moral

Sikap rendah hati senantiasa dibudayakan oleh setiap manusia.

Begitu halnya dengan seorang pendidik atau penyampai dalam

menyampaikan nilai-nilai positif kepada para pendengarnya. Sama halnya

dengan sikap positif yang ditampilkan oleh seseorang akan memberikan

dampak atau persepsi positif pula kepada orang yang melihatnya. Sikap

moral ini terpaparkan dalam kutipan berikut.

Dua orang satpam toko buku di bawah mengembangkan payung


hitam besarnya. Tidak peduli hujan yang menderas, mereka tetap
disiplin dan telaten memeriksa setiap mobil yang melewati gerbang
toko buku. mengangkat tangan memberi hormat, menyapa setiap
mobil yang lewat. Membuka kap belakang mengarahkan cermin
68

besar ke kolong mobil, dan seterusnya. Hujan deras ini tidak


mengganggu sedikit pun konsentrasi mereka. (DYJTPMA, 32).

Apapun pekerjaan kita lakukan hendaknya dilakukan dengan hati

yang tulus tanpa menghiraukan berapa lama waktu yang kita butuhkan.

Kutipan ini tergambar dalam kutipan berikut.

Ada banyak hal yang harus kukejar. Aku sudah tiga tahun
tertinggal. Tiga tahun sia-sia! Dan karena aku sudah berikrar akan
selalu menuruti kata-kata dia, maka saat dia mengusap rambutku
malam itu sebelum pulang dari toko buku, dan berkata pelan:
”Belajarlah yang rajin, Tania”, aku bersumpah untuk melakukannya.
(DYJTPMA, 33).

Kebesaran hati yang dimiliki oleh seorang pemuda dapat

membantu banyak hal positif kepada para anak-anak jalanan yang

memberikan ruang untuk belajar dan mengembangkan potensi mereka,

seperti itulah yang dilakukan oleh Om Danar yang memiliki hati besar.

seperti halnya dalam kutipan novel berikut.

Bukan besar dan bagusnya rumah itu yang membuat aku dan
adikku betah, melainkan karena setiap hari minggu dia membuka
kelas mendongeng dirumahnya, di ruangan depan yang dipenuhi
jejeran lemari. lemari itu penuh buku. setiap Minggu pukul 08.00
ruangan itu selalu ramai oleh anak-anak. Anak-anak sekitar rumah
kontrakannya. Separuhnya kukenali sebagai teman sekolahku
sendiri. (DYJTPMA,37)

Sifat yang dapat dijadikan contoh dalam kutipan di bawah adalah

sifat positif, dimana Tania tak ingin melakukan perbuatan yang dapat

mengganggu orang lain. Seperti itulah seharusnya kita dalam kehidupan

sehari-hari, yang senantiasa memberikan kesejukan atau kedamaian

kepada orang lain.

”Kak Ratna lagi asyik ngobrol dengan Ibu... Tania takut


mengganggu,” aku menjawab pelan, sambil mengunyah sop
69

jagung. Masih panas di mulut. Aku tetap mengunyah, tidak peduli.


Ada yang lebih panas di hatiku. (DYJTPMA, 42)

Mempunyai moral yang baik adalah idaman bagi siapa saja umat

manusia. Wajah yang tampan dan dibaluti akhlak serta mempunyai otak

yang cerdas adalah suatu kebanggaan tersendiri. Begitu indahnya Akhlak

yang dimiliki oleh tania yang memang tidak mau membuat orang lain

merasa terganggu, meski dia harus menahan dengan sekuat tenaga,

seperti halnya dalam kutipan berikut.

Aku dan Dede hanya duduk melihatnya di pojok kamar. Tadi Ibu
bilang jangan ganggu dia dengan berbagai pertanyaan. ”Om Danar
lagi capek” Itu pesan Ibu. Padahal aku ingin segera
memperlihatkan hasil ujian kursus bahasa inggris-ku, A +. Apalagi
Dede, sejak tadi tak tahan ingin menagih janji mainan Lego yang
baru. Kami hanya menggaruk-garuk rambut. Tidak tahan untuk
mendekat. (DYJTPMA, 47-48)

Sesuatu yang dapat membuat orang lain menjadi bahagia atau

menjadikan orang lain senang, maka mengalah adalah sesuatu yang

positif, seorang gadis yang bernama Tania, lagi-lagi memperlihatkan sikap

baiknya, yang pada awalnya ngotot untuk tidak mengalah bahkan akan

dapat mengganggu ketenangan orang lain, tetapi setelah beberapa saat

dia mulai memahami dan mengalah, maka seperti itulah dalam kutipan

berikut.

Aku ingat, suster tadi juga bilang soal kata ”Mengganggu”. Dan aku
segera marah pada dia. Bagaimana mungkin disana aku akan
mengganggu? Aku sekedar berdiri. Hanya menatap ibu dari jarak
dekat! kata itulah yang justru menggangguku. Aku ingin berteriak
kepadanya. Tetapi aku ingat dengan janjiku dulu, aku tak akan
pernah melawannya, tak akan pernah... maka setelah terisak
beberapa saat aku mengalah duduk mendeprok di lantai lorong
rumah sakit. bersandarkan dinding. dede ikut duduk di sebelahku,
walau tak mengerti benar apa situasinya.( DYJTPMA, 55)
70

Anak yang mempunyai sikap seperti yang digambarkan dalam

kutipan dibawah merupakan teladan. Sehingga bagi seorang Anak lainnya

wajib untuk mengikutinya. Seorang Anak yang bernama Tania peka

terhadap apa yang terjadi di alam sekitarnya, yang selalu menanyakan

bagaimana kabar ibunya, tetapi itu semua tak lepas dari Akhlak yang

dicontohinya dari seorang malaikat katanya yang bernama OM Danar, Om

Danarlah yang mengajarkan perkataan tiu kepada tania.

Ibu tersenyum tipis dengan sisa tenaganya.


”Bagaimana keadaan ibu?” Aku bertanya pelan.
Ah, pertanyaan itu juga aku contoh dari dia. Dia selalu berkata
seperti itu setiap kali bertemu dengan seseorang. Bagaimana
kabarmu?
Dan menurutku itu pertanyaan yang amat menyenangkan. Kalian
tidak penting menanyakan pertanyaan apa pun lainnya saat
pertama kali bertemu dengan seseorang selain bertanya apa kabar.
(DYJTPMA, 57-58).

Sikap yang semestinya ditanam oleh seorang ibu kepada anaknya,

dimana Tania begitu sopannya ia memanggil sebutan Om kepada Danar

yang tentuya itu meruapakn penghargaan kepada orang yang lebih tua

kepada kita.

Aku ikut memanggilnya dengan sebutan Om, meski usianya paling


baru dua puluh lima tahun,. Meniru adikku. Malam itu dia
mengantar kami pulang ke rumah kardus dekat sungai di jalan
akses kota. Ibu takut bercampur bingung melihat kedatangannya.
Tetapi dia bertanya lebih banyak dibandingkan pertanyaan ibu.
(DYJTPMA, 26).

d. Nilai Budaya

Budaya berkaitan dengan pemikiran, kebiasaan, dan hasil karya

cipta manusia. Manusia yang beretika menghasilkan budaya yang

memiliki nilai etik.


71

Setiap malam aku datang ke toko buku ini.


sudah menjadi ritual seminggu terakhir. Satpam toko yang matanya
selalu menatap tajam sudah mengenaliku. Mbak-mbak yang rajin
merapikan buku-buku di rak juga sudah tahu. Termasuk dua kasir
di dekat eskalator yang berjaga bergantian. (DYJTPMA, 11)

Kutipan novel di atas menggambarkan bagaimana budaya

mengoleksi buku yang disertai dengan membaca. Hal ini merupakan

budaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan intelektual

seseorang. Karena salah satu jalan untuk melangkah ke tahap

pemahaman yang lebih tinggi ialah membaca.

Aku membeli satu buku setiap kali kesini. Bukan buku ysng hendak
kubaca. Anggap saja sebagai tiket harga masuk karena telah
menggunakan lantai dua mereka sebagai tempat menumpahkan
segala perasaan. Tempatku bertapakur mengenang semuanya..
(DYJTPMA, 11)

Pada kutipan di atas menggambarkan sebuah budaya

memperbanyak buku bacaan. meskipun kita tidak membaca pada saat itu,

tetapi ketika kita punya kesempatan dilain waktu, maka disanalah kita

membacanya.

Aku dan Dede harus kembali ”bekerja”, meskipun dengan kaki


yang pincang. Sebenarnya luka itu tidak serius. Aku hanya takut
menginjakkan bagian yang luka. Takut berdarah lagi. (DYJTPMA,
24)

Kutipan novel di atas menggambarkan bagaimana seorang Gadis

yang mempunyai pekerjaan rutin bersama adiknya untuk mendapatkan

sesuap nasi atau makanan, itulah yang dilakukan anak untuk membantu

orang tuanya, meskipun dengan pekerjaan yang berat untuk disebutkan

oleh orang-orang yang berada, tetapi bagi dia itulah pekerjaan yang halal.
72

Kami menggunakan rute yang sama lagi seperti kemarin. Sudah


seminggu ini kami menyukai rute tersebut. Penumpang busnya
tidak terlalu ramai (maksudnya tidak berdesakan. susah mengamen
kalau penumpangnya saja sudah terlalu berdesakan). Saingan
pengamen lain di rute itu juga tidak terlalu banyak. (DYJTPMA, 24)

Kutipan di atas menggambarkan kebiasaan yang dilakukan oleh

seorang pengamen jalan dirute yang sama ketika ia jalan di waktu-waktu

lalu, karena menganggap akan banyak keuntungan yang didapatkan pada

rute yang sama. Begitu pula yang harus dilakukan oleh orang yang tidak

mudah putus asa dalam mencari sebuah penghidupan.

B. Pembahasan

Nilai pendidikan dalam novel karya Tere Liye merupakan wahana

untuk mendidik masyarakat tentang nilai-nilai sosial, agama, moral dan

budaya yang dapat dijadikan pedoman hidup dan pelajaran dalam

menyikapi setiap permasalahan yang muncul dalam kehidupan manusia.

Nilai pendidikan yang terdapat pada novel Negeri di Ujung Tanduk dan

Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye yaitu nilai

pendidikan sosial, agama, moral dan budaya. Hal ini sesuai dengan apa

yang pernah diteliti oleh Andika Nugroho (2010). Analisis Nilai-Nilai

Pendidikan dalam Novel ”Sang Pemimpi” Karya Andrea Hirata. Hanya

perbedaannya pada pemilihan Novel.

Hermanto dan Winaryo (dalam Reskiawati, 2010: 17) bahwa nilai-

nilai penting bagi kehidupan manusia, sebab nilai bersifat normatif dan

menjadi motivator tindakan manusia. Berdasarkan peryataan tersebut

dapat dikatakan bahwa novel Negeri di Ujung Tanduk Karya Tere Liye
73

merupakan novel yang mengandung nilai pendidikan dalam menjalani

kehidupan, ini dapat ditunjukkan melalui kutipan cerita diantaranya.

“Orang tua ini tidak melakukan apapun, Thommi. Hanya menunaikan

kewajiban sebagai seorang teman. Kau tidak mungkin membiarkan teman

senasib menderita sendirian. Maka aku merawat chain ten.

Dari kutipan di atas terdapat kalimat ” menderita sendirian dan

merawat” yang menunjukkan kepedulian terhadap orang lain, sikap

kepedulian seperti ini sudah memudar dikalangan masyarakat kita. Begitu

juga dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin terdapat

nilai sosial dalam hal ini nilai kepedulian berikut kutipannya. “ Tetapi siapa

yang akan membayarinya?” Aku tersadarkan dari kegembiraan sesaat.

Jangankan sekolah, tiga tahun terakhir ini,makan saja kami susah. ”Oom

Danar...” Ibu berkata pelan sambil menyeka sudut matanya. Tersenyum.

Kutipan diatas terdapat kalimat siapa yang akan membayarnya? Thomas?

Menunjukkan bahwa thomas adalah seorang malaikat yang datang

membantu meringankan beban saudaranya, itu tidak lain karena

kepeduliaanya yang ia miliki sangat tinggi. Sikap seperti ini sangat baik

untuk diterapkan dalam kehidupan ini. Namun nilai pendidikan pada sosial

dalam hal ini nilai kedermawanan dalam novel Negeri di Ujung Tanduk

sebagaimana kutipannya. ”Rudi melepas jam di pergelangan tangannya,

menyerahkan kepadaku. Aku tahu kau selalu tergesa-gesa dalam setiap

urusan, terus melirik pukul berapa mendengus cemas, melirik lagi jam.

Aku memberimu kado kecil, Thomas, jam tangan milikku. (NDUT 224).
74

Nilai ini tidak terdapat dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin.

Abu Ahmadi (2007) dalam bukunya Ilmu Pendidikan, bahwa agama

adalah suatu keyakinan yang berupa aturan atau perintah yang wajib

untuk dilaksanakan dan larangan yang harus ditinggalkan. Dalam novel

karya Tere Liye Negeri di Ujung Tanduk nilai pendidikan agama dapat

ditunjukkan dengan adanya perbuatan baik dan buruk, pelaksanaan

perintah dan larangannya. Ini dapat dilihat pada kutipan cerita diantaranya

”Apakah politik memerlukan moralitas? Hei, berapa tahun Nelson Mandala

dipenjara oleh rezim kulit putih karena isu moralitas yang dibawanya?

Menentang apartheid? Puluhan tahun lamanya. Apa kurangnya isu

moralitas yang dibangun Nelson Mandela? Kesamaan derajat. Itu perintah

kitab suci, perintah Tuhan, dikirim langsung dari surga.(NDUT 27)”.

Dari kutipan di atas terdapat kata ”kitab suci dan perintah Tuhan”

yang menunjukkan akan keyakinan kita terhadap kitab suci yang menjadi

pedoman dalam bertindak dan kata perintah Tuhan yang secara tidak

langsung memerintahkan kita untuk melaksanakan apa yang terdapat

dalam kitab suci. Begitu juga dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin Karya Tere Liye sebagaimana kutipan novel berikut ini.

”Ketahuilah, ini akan menjadi tangisan Ibu yang terakhir. Tadi malam Ibu

bermimpi ayahmu datng menjemput...Ibu akan pergi...selamanya! Ya

Tuhan, semua takdir-Mu baik...Semua kehendak-Mu adalah yang

terbaik... Dan aku menyerahkan nasib kedua anakku kepada-Mu...Kau


75

baik sekali mempertemukan kami dengan seseorang sebelum kematianku

.... Dengan malaikat-Mu! (DYJTPMA, 60)”. Dari kutipan kedua novel di

atas digambarkan bahwa nilai pendidikan pada agama dalam hal ini

ibadah terdapat pada novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci

Angin.

Nilai sosial merupakan wujud yang tercermin dari prilaku seseorang

terhadap apa yang terjadi dilingkungan sekitarnya dan diharapkan oleh

masyarakat, seperti tolong menolong dan saling mengasihi. Hal ini sejalan

dengan pendapat Rosyadi (1995:80). Nilai sosial dapat tercermin dalam

kehidupan masyarakat yang diinterpretasikan. Ini dapat dilihat pada

kutipan novel Negeri di Ujung Tanduk di antaranya adalah ”Orang tua ini

tidak melakukan apapun, Thommi. Hanya menunaikan kewajiban sebagai

seorang teman. Kau tidak mungkin membiarkan teman senasib menderita

sendirian. Maka aku merawat chain ten. (NDUT 126)”. Begitu juga dalam

novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin yang mengandung

nilai pendidikan sosial dengan rasa saling tolong menolong dan saling

mengasihi berikut kutipannya. “Kata ibu, ”Tania, hati-hatilah disana! Kita

harus mengganti setiap barang rusak karena kita sentuh! Jaga adikmu,

jangan nakal....” Aku menelan ludah sedikit ragu dan banyak takut

mendengar pesan ibu sebelum berangkat. Dengan apa kami akan

mengganti barang yang aku pecahkan? (DYJTPMA, 17).

Menurut Zuriah (2007). Bahwa nilai moral adalah suatu

pemahaman dan perenungan yang mendalam tentang mana yang


76

sejatinya dikatakan baik dan mana yang dikatakan buruk sebagai bahan

untuk bertindak seperti berkelakuan baik, berlemah lembut dan rasa saling

percaya. Dalam novel karya Tere Liye Negeri di Ujung Tanduk nilai

pendidikan moral ditunjukkan pada kutipan berikut ini diantaranya.

”Saatnya aku memasuki lingkaran merah selebar dua meter di dunia nyata

bukan arena klub. Aku petarung sejati. Aku tidak akan pernah mundur

selangkah, sebesar apapun kekuatan lawan. Demi kehormatan, demi abu

hitam papa-mamaku. (NDUT 306).

. Begitu juga dalam novel Karya Tere Liye Daun yang Jatuh Tak

Pernah Membenci Angin yang mencerminkan nila pendidikan moral. Hal

ini dapat kita lihat pada kutipan berikut di antaranya. “Dua orang satpam

toko buku di bawah mengembangkan payung hitam besarnya. Tidak

peduli hujan yang menderas, mereka tetap disiplin dan telaten memeriksa

setiap mobil yang melewati gerbang toko buku. mengangkat tangan

memberi hormat, menyapa setiap mobil yang lewat. Membuka kap

belakang mengarahkan cermin besar ke kolong mobil, dan seterusnya.

Hujan deras ini tidak mengganggu sedikit pun konsentrasi mereka.

(DYJTPMA, 32).

Menurut Ralph Linton, kebudayaan merupakan keseluruhan dari

pengetahuan sikap dan pola perilaku manusia yang merupakan kebiasaan

yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat. Dalam novel

negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye mengandung nilai pendidikan

budaya seperti kebiasaan yang dilakukan oleh suatu masyarakat


77

sebagaimana kutipan berikut diantaranya. ”Klub mereka memiliki anggota

yang lebih beragam dan lebih luas, termasuk anggota wanita. Itu makau,

Thomas. Tidak perlu kujelaskan itu tempat berkumpul uang, kekuasaan,

dan seluruh gaya hidup dikawasan asia. Termasuk tempat berkumpul klan

hitam mafia dan sejenisnya.(NDUT 15). Begitu juga dalam novel Daun

yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye mengandung

nilai pendidikan budaya seperti kebiasaan yang dilakukan oleh seseorang

sebagaimana kutipan novelnya berikut ini diantaranya. “ Setiap malam aku

datang ke toko buku ini. sudah menjadi ritual seminggu terakhir. Satpam

toko yang matanya selalu menatap tajam sudah mengenaliku. Mbak-mbak

yang rajin merapikan buku-buku di rak juga sudah tahu. Termasuk dua

kasir di dekat eskalator yang berjaga bergantian. (DYJTPMA, 11).

Nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Negeri di Ujung

Tanduk dalam hal ini pendidikan pada sosial terdapat 9 nilai pendidikan

dianratanya: Kebersamaan, kepedulian, menolong, kepentingan orang

banyak, ramah, kasihan, dermawan, bernasehat dan keterbukaan.

Sedangkan dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

terdapat hanya 5 nilai pendidikan seperti: ramah, bernasehat, menolong,

akrab dan peduli. Letak persamaannya pada nilai kebersamaan,

kepedulian, menolong, ramah dan menasehati, kemudian letak

perbedaannya terdapat pada nilai: kepentingan orang banyak, kasihan,

dermawan dan keterbukaan.


78

Nilai pendidikan yang terdapat dalam Negeri di Ujung Tanduk

dalam hal ini pendidikan pada Agama terdapat 2 nilai: keimanan dan

ibadah. Sedangkan dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci

Angin terdapat 1 nilai yaitu ibadah saja. Letak persamaannya pada nila

ibadah, kemudian Letak perbandingannya pada nilai keimanan.

Nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Negeri di Ujung

Tanduk dalam hal ini pendidikan pada moral terdapat 6 nilai pendidikan

diantaranya: rendah hati, rasa bersalah, menepati janji, ketegaran, berani

dan percaya diri. Sedangkan dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah

Membenci Angin terdapat hanya 4 nilai pendidikan diantaranya: rendah

hati, bekerja dengan ikhlas, mengakui kesalahan dan sopan. Letak

persamaannya pada nilai rendah hati. Berikut kutipannya. ”Dialah orang

yang tidak bisa menolak permintaanku. Juara bertahan klub petarung

Makau yang kuhadapi tadi malam. Aku berhasil mengalahkannya, dan dia

berutang sebuah janji memenuhi permintaan apapun dariku”. (NDUT 88).

Dari kalimat memenuhi permintaan apapun dariku menunjukkan sikap Lee

yang positif bahwa janjinya kepada Thomas dibuktikan pada saat Thomas

benar-benar membutuhkan janji itu. Begitu juga dalam novel Daun yang

Jatuh Tak Pernah Membenci Angin yang terdapat nilai ikhlas dalam

bekerja tidak terdapat pada novel Negeri di Ujung Tanduk berikut

kutipannya. “Dua orang satpam toko buku di bawah mengembangkan

payung hitam besarnya. Tidak peduli hujan yang menderas, mereka tetap

disiplin dan telaten memeriksa setiap mobil yang melewati gerbang toko
79

buku. mengangkat tangan memberi hormat, menyapa setiap mobil yang

lewat. Membuka kap belakang mengarahkan cermin besar ke kolong

mobil, dan seterusnya. Hujan deras ini tidak mengganggu sedikit pun

konsentrasi mereka. (DYJTPMA, 32). letak perbedaannya terdapat pada

nilai: bekerja dengan ikhlas, mengalah dan sopan.

Nilai-nilai pendidikan dalam novel Negeri di Ujung Tanduk dalam

hal ini pendidikan yang terdapat pada budaya terdapat 2 nilai pendidikan

dianratanya: kebiasaan membaca buku dan mengamen. Sedangkan

dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin terdapat

hanya 1 nilai pendidikan ialah gaya hidup. Berikut kutipan kedua novel

tersebut. ”Thomas. Tidak perlu kujelaskan itu tempat berkumpul uang,

kekuasaan, dan seluruh gaya hidup dikawasan asia. Termasuk tempat

berkumpul klan hitam mafia dan sejenisnya”.(NDUT 15). Setiap malam

aku datang ke toko buku ini. sudah menjadi ritual seminggu terakhir..

(DYJTPMA, 11). Letak perbedaannya akan terlihat jelas pada bagan

berikut.

Nilai Nilai Nilai Nilai


Judul Novel Pendidikan Pendidikan Pendidikan Pendidikan
Sosial Agama Moral Budaya
Daun yang Jatuh Tak
Pernah Membenci 9 1 4 1
Angin (tere liye)
Negeri di Ujung
Tanduk (tere liye) 5 2 6 2
80

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa.

1. Nilai-nilai pendidikan dalam novel Negeri di Ujung Tanduk dan Daun

yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye terdapat nilai

pendidikan pada aspek sosial, agama, moral, dan budaya.

2. Nilai-nilai pendidikan sosial yang terdapat dalam novel Negeri di Ujung

Tanduk terdapat 9 nilai pendidikan diantaranya: Kebersamaan,

kepedulian, penolong, kepentingan orang banyak, ramah, kasihan,

dermawan, nasehat dan keterbukaan. Sedangkan dalam novel Daun

yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin terdapat hanya 5 nilai

pendidikan diantaranya: ramah, nasehat, menolong, kebersamaan

dan kepedulian. Jadi letak perbedaannya terdapat pada nilai:

kepentingan orang banyak, kasihan, dermawan dan keterbukaan.

3. Nilai pendidikan agama yang terdapat dalam Negeri di Ujung Tanduk

terdapat 2 nilai: keimanan dan ibadah. Sedangkan dalam novel Daun

yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin terdapat 1 nilai yaitu:

keimanan. Letak perbandingannya pada nilai ibadah.

4. Nilai-nilai pendidikan moral yang terdapat dalam novel Negeri di Ujung

Tanduk 6 nilai pendidikan: rendah hati, rasa bersalah, memenuhi janji,

ketegaran, berani dan percaya diri. Sedangkan dalam novel Daun

yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin terdapat 4 nilai pendidikan

80
81

diantaranya: rendah hati, bekerja ikhlas, mengalah dan sopan. Jadi

letak perbedaannya terdapat pada nilai: bekerja ikhlas, mengalah dan

sopan. Persamaannya pada nilai rendah hati.

5. Nilai-nilai pendidikan budaya yang terdapat dalam novel Negeri di

Ujung Tanduk terdapat 2 nilai dianratanya: kebiasaan membaca buku

dan mengamen. Sedangkan dalam novel Daun yang Jatuh Tak

Pernah Membenci Angin terdapat hanya 1 nilai ialah gaya hidup. Jadi

letak perbedaannya terlihat jelas.

6. Nilai pendidikan yang dominan dari kedua novel ini adalah nilai sosial,

sehingga dapat kita katakan bahwa karangan Tere Liye pada kedua

novel tersebut adalah novel sosial. Dari keempat nilai yang

dibandingkan yang paling banyak nilai pendidikan didalamnya adalah

novel Negeri di Ujung Tanduk.

B. Saran

1. Penulisan tesis jenis ini hendaknya dikembangkan sebagai bentuk

apresiasi dan sarana penghidupan kembali karya sastra dengan

mengadakan penelitian lanjutan dalam kajian lain.

2. Bagi peneliti selanjutnya, kajian tentang nilai-nilai pendidikan dalam

kedua novel ini belum dikatakan sempurna, karena keterbatasan

waktu, sumber rujukan, metode serta pengetahuan dan ketajaman

analisis yang penulis miliki, sehingga diharapkan masih banyak peneliti

baru yang bersedia dan tertarik untuk mengkaji ulang novel Negeri di

Ujung Tanduk dan Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.
82

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Asep Abbas, 1988. Metode Linguistik dan Teknik


Pengumpulan Data, Gajah Mada University Press.

Abdullah, M. Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Alquran.


Jakarta: Amzah.

Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. 2007. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.

Arifin, 1992. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Ditjen Pembinaan


Kelembagaan Agama Islam.

Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Metode Linguistik : Ancangan Metode


Penelitian dan Kajian. Bandung: Sefikd Aditama.

Elfindri, dkk. 2012. Pendidikan Karakter. Jakarta: Baduose Media.

Faruk. 2010. Pengantar Sosiologi Sastra dari Strukturalisme Genetik


sampai Post-modernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hadi, Abdul. 2008. “Majas (Gaya Bahasa)”. Dalam


http://basasin.blogspot.com /2008/10/majas-gaya-bahasa .html.
diakses pada tanggal 23 Juni 2011

Hasbullah. 2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

http://blogwonox.blogspot.com/2012/05/konsep-nilai-norma-budaya-dan
agama.html

Hirata, Andrea. 2006. Sang Pemimpi. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

Juanda, dkk. 2010. Bahan Ajar Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta:
UNJ.

Komara, Guruh Yoga. 2010. Kajian Unsur Psikologi Novel Olenka Karya
Budi Darma dan Rencana Pembelajaran di SMA. Artikel. (Online,
diakses Juni 2011).

Kosasih, S. 2004. Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung: CV.

Liye, Tere. 2008. Bidadari-Bidadari Surga. Jakarta: Republika.


Yrama Widya.
83

Miles, Mattew B. dan Huberman, Michael. A. 1992. Analisis Data Kualitatif


(Terjemahan Tjejep Rohendi Rohidi). Jakarta: UI Press.

Minderop, Albertine. 2010. Psikologi Sastra : Karya Sastra, Metode, Teori,


dan Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Nogroho, Andika. 2010. Analisis Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel ”Sang


Pemimpi” Karya Andrea Hirata.

Novalinda, Nola 2014. Nilai Nilai Pendidikan dalam Novel “Bidadari-


bidadari Surga” Karya Tere Liye.

Pabichara, Khrisna. 2012. Sepatu Dahlan. Jakarta: Naora Books.

Pradopo, Rachmat Djoko, 2001. “Strukturalisme”, Makalah. Yogyakarta:


Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada.

Pradotokusumo, Partini Sardjono. 2008. Pengkajian Sastra. Jakarta: PT.


Gramedia Pustaka Utama.

Purwanto, Ngalim. M. 1986. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis.


Bandung: Remaja Karya.

Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stlistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan
Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Reskiawati. 2010. Analisis Nilai-nilai Pendidikan dalam Dzikir-dzikir Cinta


Karya Anam Khoirul Anam. Skripsi.

Rosyadi. 1995. Nilai-nilai Budaya dalam Naskah Kaba. Jakarta: CV Dewi


Sri.

Soerjono, Soekanto.2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja


Grafindo Persada.

Susanti, Nila. 2013. Analisis Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel “Sepatu


Dahlan” Karya Khrisna Pabichara.

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung:


Angkasa.

Widada, Rh. 2009. Saussure untuk Sastra : Sebuah Metode Kritik Sastra
Struktural. Yogyakarta: Jalasutra.

Zuriah, Nurul. 2011. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti: dalam Perspektif
Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara.
RIWAYAT HIDUP

SAHIRUDDIN, S.Pd., lahir pada tanggal

05 Desember 1991 di Desa Balibo Kecamatan

Kindang. Kabupaten Bulukumba. Anak pertama

dari 2 bersaudara. Anak dari Sapuddin dan Hapi’.

Pendidikan formal yang pernah diikuti antara lain :

Tamat Sekolah Dasar Negeri No.46 Mattirowalie pada tahun 2003, tamat sekolah

menengah pertama atau MTS Darul Istiqomah Ponci pada tahun 2006, tamat

sekolah menengah atas atau MA. Muhammadiyah Bulukumba pada tahun 2009.

Sejak kecil saya bercita-cita menjadi pengajar maka selanjutnya saya

melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Muhammadiyah Bulukumba Pada tahun 2009, dengan jurusan Bahasa dan Sastra

Indonesia.

Organisasi yang pernah saya ikuti Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

(IMM) Bulukumba. saya pernah menjabat sebagai Ketua Umum Komisariat

Bahasa dan Sastra Indonesia pada periode 2011-2012. Pernah juga menjabat

sebagai Ketua Bidang Tablig dan Kajian Keislaman periode 2012-2013 di Ikatan

Mahasiswa Muhammadiyah STKIP Muhammadiyah Bulukumba.

Anda mungkin juga menyukai