AKUNTANSI PERSEDIAAN:
MEMPERKIRAKAN NILAI PERSEDIAAN
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi mahasiswa mampu:
12.1 Memahami metode estimasi persediaan
12. 2 Memahami metode nilai pengganti
B. Uraian materi
Metode laba kotor didasarkan pada hubungan antara laba kotor dengan
penjualan. Dalam metode ini mengestimasi harga pokok persediaan akhir dengan
menggunakan persentase laba kotor terhadap penjualan bersih
Mungkin perlu bagi perusahaan untuk mengetahui jumlah persediaan ketika
persediaan perfectual tidak dibuat dan perhitungan fisik persediaan tidak praktis untuk
dilakukan. Keadaan yang mendorong perusahaan untuk menafsirkan persediaanya
adalah
- Manajemen berkeinginan untuk menyusun laporan keuangan bulanan atau triwulan,
tetapi perhitungan fisik persediaan hanya dilakukan pada akhir tahun
- Terjadi musibah sehingga tidak dilakukan perhitungan fisik
Misalnya karena kebakaran gudang ataupun bencana lainya dan sebagainya. Untuk
menggunakan metode ini perusahaan perlu mengetahui penjualan bersih, HPP
yang tersedia untuk dijual dan persentase laba kotor.
Metode laba kotor dapat digunakan untuk menyusun laporan bulanan atau kuartal
berdasarkan system periodic yang dalam keadaan mendesak jika perusahaan
menyusun laporan keuangan dengan segera. Hal ini bisa disebabkan karena keadaan
tidak memungkinkan perusahaan untuk melakukan perhitungan inventarisasi.
Metode laba kotor tidak dapat digunakan untuk menyusun laporan keuangan
perusahaan pada akhir tahun . Laporan keuangan harus didasarkan pada perhitungan
fisik.
Tahap 1
- penjualan bersih - Estimasi laba kotor = estimasi harga pokok penjualaan
-
-
Tahap 2 - Harga pokok barang - Estimasi HPP = Estimasi persediaan akhir
tersedia untuk dijual
Mengestimasi biaya persediaan akhir dengan menerapkan tarif laba bruto pada
penjualan neto. Metode ini relatif sederhana, tetapi efektif akuntan, auditor, dan
manajer seringkali menggunakan metode laba bruto untuk menguji kewajaran jumlah
Persediaan akhir metode ini akan mendeteksi kesalahan besar. Untuk menggunakan
metode ini perusahaan perlu mengetahui penjualan neto nya beban pokok barang
yang tersedia untuk dijual dan tarif laba bruto. Selanjutnya perusahaan dapat
mengestimasi laba bruto nya untuk periode tersebut.
Langkah 1 :
Penjualan Neto Rp 200.000
Dikurangi: Estimasi laba bruto (30% x 200.000) Rp 60.000
Estimasi beban pokok penjualan Rp 140.000
Langkah 2 :
Persediaan awal Rp 40.000
Beban pokok pembelian Rp 120.000
Beban pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp 160.000
Dikurangi: Estimasi beban pokok penjualan Rp 140.000
Estimasi biaya persediaan akhir Rp 20.000
Metode ini dipakai secara luas oleh perusahaan yang menjual barang dagangannya
secara eceran, untuk memperoleh estimasi yang andal tentang posisi persediaan.
Keungulan dari metode ini adalah:
1. Estimasi persediaan intern dapat diperoleh tanpa melakukan perhitungan fisik
2. Menghemat waktu dan biaya.
Kesalahan dalam penaksiran nilai untuk inventory dengan metode retail ini mungkin
saja terjadi, karena itu penghitungan fisik persediaan harus dilakukan paling tidak 1
kali dalam 1 tahun untuk annual financial statement.
Sama seperti metode laba kotor, metode ini dapat digunakan untuk menentukan
besarnya estimasi persediaan kapanpun diinginkan, dan memungkinkan untuk
mengestimasi nilai persediaan tanpa memerlukan waktu dan biaya untuk melakukan
penghitungan fisik atas persediaan atau untuk menyelenggarakan catatan persediaan
perpetual.
Ketika teknik estimasi dengan metode estimasi persediaan ecer atau ritel
digunakan, catatan atas barang yang dibeli haruslah diselenggarakan dalam dua
jumlah, yaitu sebesar harga perolehan dan harga ecer (harga jual). Untuk teknik
estimasi metode harga ecer berdasarkan biaya rata-rata besarnya prosentase harga
pokok (harga perolehan) dihitung dengan cara membagi barang yang tersedia untuk
dijual menurut harga perolehan dengan barang yang tersedia untuk dijual menurut
harga ecer.
Pada setiap akhir periode pelaporan, entitas menilai apakah terdapat indikasi asset
mengalami penuruna nilai. Jika terdapat indikasi tersebut, maka entitas mengestimasi
jumlah terpulihnya asset tersebut. Suatu asset mengalami penurunan nilai jika jumlah
tercatatnya melebihi jumlah terpulihnya.
Dalam menilai apakah terdapat indikasi bahwa aset mungkin mengalami penurunan
nilai, entitas minimal mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
a) Terdapat indikasi yang di observasi bahwa nilai aset telah turun secara signifikan
selama periode tersebut lebih dari yang diperkirakan sebagai akibat dari
berjalannya waktu atau pemakaian normal.
b) Perubahan signifikan dalam hal teknologi, pasar, ekonomi atau lingkup hukum.
c) Suku bunga pasar atau tingkat imbal hasil pasar lain.
d) Jumlah tercatat aset neto entitas melebihi kapitalisasi pasarnya.
Penurunan Nilai Persediaan merupakan penurunan harga pokok persediaan.
Harga pokok persediaan bisa turun karena beberapa hal yaitu :
1. Rusak atau ketinggalan zaman
Persediaan bahan baku atau barang dagangan yang datang dari suplier belum
tentu langsung digunakan atau dijual habis. Bahan / barang belum terpakai /
terjual tersebut disimpan dalam gudang. Selama masa menunggu untuk
digunakan atau dujual bisa saja terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, rusak
misalnya atau penurunan harga jual untuk barang dagangan. Hal ini menimbulkan
kerugian bagi perusahaan. Kerugian yang diakibatkan persediaan barang
dagangan diukur dengan selisih antara harga perolehan dengan taksiran nilai
bersih yang bisa direalisasi. Taksiran nilai bersih yang bisa direalisasi adalah
teksiran harga jual dikurangi biaya utnuk menjual barang dagangan tersebut
termasuk biaya reparasi untuk menjual barang tersebut.
2. Penurunan Harga
Penurunan harga bisa terjadi karena stock di pasaran melimpah, daya beli
masyarakat turun dan karena adanya model baru yang lebih canggih.
3. Hilang / Rusak Parah
Apabila ada satu atau beberapa produk yang rusak parah dan tidak bisa diperbaiki
lagi, atau ada produk yang hilang.
Nilai pasar yang dimaksud adalah nilai realisasi neto (net realizable value) dari
persediaan tersebut. Nilai realisasi neto ditentukan sebagai berikut.
Nilai realisasi neto = Perkiraan Harga Jual – Biaya Langsung atas Pelepasan
Biaya Langsung atas Pelepasan mencakup beban penjualan seperti iklan khusus atau
komisi penjualan. Sebagai ilustrasi, asumsikan data berikut tentang persediaan yang
rusak :
Dalam penerapan LCM, nilai pasar dari persediaan adalah Rp 650.00, dihitung sebagai
berikut :
Jadi, persediaan akan dinilai sebesar Rp 650.00, yang mana lebih rendah dari biaya
perolehannya sebesar Rp 1.000.000 dan nilai pasarnya adalah Rp 650.000.
Jumlah penurunan harga dimasukkan dalam beban pokok penjualan. Hal ini
menyebabkan penurunan laba bruto dan laba neto pada periode di mana penurunan
harga terjadi. Penyandingan antara penurunan harga cdengan periode di mana
penurunan harga itu muncul merupakan keuntungan utama dalam penggunaan
metode nilai pasar atau biaya yang lebih rendah
Sebagai contoh, diasumsikan data berikut ini merupakan data dari 400 unit identic
barang A dalam persediaan 31 Desember 2016 :
Oleh karena nilai pasar barang A adalah Rp 9.500 per unit, maka Rp 9.500 digunakan
dalam metode nilai pasar atau biaya yang lebih rendah.
Contoh PD selaras mempunyai data persediaan barang per 31 des 20xx sebagai
berikut:
Jenis unit Harga pokok Harga pasar Nilai pada Nilai pada harga pasar
barang per unit per unit harga pokok
Barang A1 300 $ 450 $ 475 $ 135.000 $ 142.500
Barang A2 450 400 350 180.000 157.500
Barang A3 750 500 450 375.000 337.500
1.500 690.000 637.500
Barang B1 125 250 230 31.250 28.750
Barang B2 160 300 325 48.000 52.000
Barang B3 200 325 340 65.000 68.000
485 144.250 148.750
Barang C1 310 625 650 193.750 201.500
Barang C2 250 640 625 160.000 156.250
Barang C3 140 700 675 98.000 94.500
700 451.750 452.250
1.286.000 1.238.500
Berdasarkan data diatas hitunglah nilai persediaan barang akhir dan buat jurnal yang
diperlukan, bila perusahaan menggunakan metode harga terendah antara harga pasar
dan harga pokok dengan cara:
- Untuk tiap-tiap jenis barang
- Untuk tiap-tiap kelompok
- Untuk nilai persediaan secara keseluruhan
Pencatatan penurunan Persediaan
Dalam metode ini bila terjadi penurunan persediaan dibawah costnya artinya harga
pasar sekarang lebih kecil dari costnya, maka persediaan harus disajikan di dalam
laporan keuangan sebesar harga pasarnya. Untuk mencatat penurunan persedian
tersebut dapat digunakan:
1) Metode Langsung
Dalam metode ini harga pokok yang terdapat dalam persediaan akhir, diganti
langsung dengan harga pasarnya. Sehingga kerugian penurunan nilai persediaan
tidak nampak di neraca/laporan posisi keuangan, karena dimasukkan dalam
rekening cost of good sold.
2) Metode Cadangan
Dalam metode ini harga pokok yang terdapat dalam persediaan akhir, tidak diganti
melainkan dibuatkan rekening cadangan untuk menampung kerugian penurunan
nilai persediaan tersebut. Sehingga kerugian penurunan nilai persediaan nampak
dineraca/laporan posisi keuangan, karena rekening cadangan tersebut sebagai
pengurang rekening persediaan.
1. Besarnya harga jual adalah adalah harga pokok (100%) ditambah prosentase laba.
Jadi harga jual lebih dari seratus persen atau disebut persen laba diatas seratus.
PT Makmur Jaya dalam tahun 2017 memiliki data sebagai berikut :
- Persediaan awal 1 Januari 2017 Rp 25.000.000
- Pembelian bersih tahun 2017 Rp 70.000.000
- Penjualan bersih tahun 20017 Rp 126.000.000
Diminta:
Hitunglah nilai persediaan akhir per 31 Desember 2017, jika berdasarkan
pengalaman tahun lalu laba kotor 40% dari harga pokok
D. Referensi