Anda di halaman 1dari 15

PERAN MODAL SOSIAL DALAM KEGIATAN EKONOMI

DISTRIBUSI PADA PAGUYUBAN JAJANAN PASAR DI SENTRA


WISATA KULINER MANUKAN KULON KOTA SURABAYA

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah


Metode Penelitian Kualitatif

Dosen Pengampu:
Dr. Mambaul Ngadhimah, M.Ag.

Disusun Oleh
Tiksna Apta Samoda (208190085)

JURUSAN TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
MEI TAHUN 2022
A. Judul
Peran Modal Sosial Dalam Kegiatan Ekonomi Distribusi Pada Paguyuban
Jajanan Pasar di Sentra Wisata Kuliner Manukan Kulon Kota Surabaya
B. Latar Belakang
Globalisasi dan industrilisasi telah mengalihkan peta perdagangan
dunia. Pasar yang semakin terbuka mewujudkan persaingan semakin ketat
dan membuahkan hiper kompetisi (hyper competition). Dengan kemunculan
pesaing-pesaing baru dalam dunia usaha membawa para pedagang harus
berpikir semaksimal yang bisa digapai untuk mencapai target. Belum lagi
keberadaan para pelanggan dan pembeli (konsumen) yang memegang
peranan penting dalam keberlangsungan kegiatan perekonomian. Pelanggan
sekarang yang telah memiliki akses lebih guna menjangkau mengenai
produk-produk yang akan dibeli dan dimana dia membeli membikin manja
dengan kondisi global saat ini.
Perubahan peta persaingan ini memicu cepat setiap pengusaha atau
pedagang untuk mengubah cara dan proses berjualan mereka sehingga
melahirkan sistem atau jenis yang dapat diterima oleh pasar, satu diantaranya
ialah melalui modal sosial. Modal sosial dalam hubungannya dengan
kelancaran suatu usaha, sangat bergantung melalui individunya. Suatu usaha
bisa lebih berkembang apabila individu berhasil meletakan sebuah trust
dalam proses kelancaran usahanya. Dalam aspek modal sosial lain seperti
jejaring adalah akibat dari terciptanya suatu trust, dan norma dapat
diposisikan sebagai patokan dalam proses transaksi antar sesame pedagang
dan juga bisa berfungsi sebagai kontrol.
Paguyuban jajanan pasar di SWK Manukan Kulon, sebuah
perkumpulan dari beberapa individu yang memiliki latar belakang pekerjaan
yang hamper sama, yakni pedagang jajanan pasar. Yang menarik ialah asal
dari setiap anggota paguyuban telah menyebar di beberapa daerah Surabaya
barat dan Gresik. Hal ini tentu telah menggerakan perekonomian di banyak
sektor.,
Dalam penelitian awal penulis terkait dengan keseharian pedagang
paguyuban jajanan pasar. Mereka memiliki jadwal untuk datang ke SWK, hal
ini untuk memudahkan dan mempercepat sirkulasi barang yang akan
diperdagangkan. Sebelum matahari terbit, para pedagang sebagai supplier
menitipakan barang dagangan kepada pedagang yang akan menjualkan
kepada para konsumen. Para supplier memberikan selembar kertas yang
berisikan jumlah barang yang ditiitpkan kepada pedagang lain. Selanjutnya,
pada tengah hari para pedagang berkumpul ke SWK, tujuannya yakni
pedagang yang menjualkan kepada para konsumen melaporkan hasil
dagangan pada pagi harinya ke pedagang supplier. Pedagang supplier
memberi kebebasan pada rekan kerjanya untuk menuliskan hasil barang sisa
dan terjual, sekalipun ada kesempatan untuk memanipulasi hasil dagangan
para pedagang yang sebagai supplier tetap menerima proses tersebut. Bagi
mereka meletakkan kepercayaan terhadap rekan kerja sesungguhnya telah
memberikan tanggung jawab, jadi terserah mereka apabila tanggung jawab ini
disalah gunakan yang merasa tidak nyaman bukan kami tapi mereka, hal ini
diperjelas oleh Ibu Sriatun sebagai pedagang sebagai supplier dengan
menyatakan, kita sih percaya-percaya aja tetapi juga kita harus liat-liat rekan
kerja juga kalau orang baru yah pasti juga tidak bertingkah seenaknya tetapi
pedagang lainnya cenderung melaporkan hal yang semestinya harus
dilaporkan.
Hal ini juga sepemikiran dengan pendekatan yang dicetuskan oleh
Emile Durkheim mengenai hal yang disebut sebagai solidaritas mekanik yang
diperdalam dengan pendekatan yang cukup lengkap guna mendeskripsikan
mengenai solidaritas yang terbangun antara sesama pedagang. Menurut,
Durkheim masyarakat berfungsi sebagai perekat hubungan yang saling
menjalin, bekerja seperti “perekat social” berupa nilai-nilai, adat istiadat dan
kepercayaan-kepercayaan yang dianut bersama oleh anggota masyarakat
dalam ikatan kolektif, hal ini jugalah yang disebut sebagai kesadaran kolektif
karena menenempatkan individu pada kedudukanya.1
C. Identifikasi Masalah
1. Dapat mengancam rasa solidaritas antar pedagang karena adanya hiper
kompetisi (hyper competition).
2. Munculnya perubahan peta persaingan penjualan akibat dinamisnya
ekspetasi pasar dalam mengikuti perkembangan informasi dan
perubahan.
3. Dapat mengancan rasa kepercayaan antar pedagang supplier dan penjual
karena adanya keinginan memperoleh laba yang banyak
D. Fokus Masalah
Fokus penelitian kami Peran Modal Sosial Dalam Kegiatan Perekonomian
Paguyuban Jajanan Pasar yang terjadi di Sentra Wisata Kuliner Manukan
Kulon Kota Surabaya
E. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi Kegiatan perekonomian paguyuban jajanan pasar di
sentra wisata kuliner Manukan Kulon Kota Surabaya
2. Bagaimana peran modal sosial dalam kegiatan perekonomian paguyuban
jajanan pasar di sentra wisata kuliner Manukan Kulon Kota Surabaya
F. Tujuan Penelitian
1. Medneskripsikan kondisi Kegiatan perekonomian paguyuban jajanan
pasar di sentra wisata kuliner Manukan Kulon Kota Surabaya.
2. Mendeskripsikan peran modal sosial dalam kegiatan perekonomian
paguyuban jajanan pasar di sentra wisata kuliner Manukan Kulon Kota
Surabaya
G. Manfaat Penelitian

Manfaat yang penulis harapkan dari penulisan penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis

1
Richard Osborne and Borin Van Loon, Seri Mengenal Dan Memahami Cultural Studies
(Batam: Scientific Press, 2005).
a. Sebagai sumbangan pemikiran ilmu pengetahuan bagi lembaga-
lembaga terkait di Indonesia
b. Menambah dan memperkaya khazanah keilmuan dunia
perekonomian dan sosial.
2. Secara praktis
Peneliti berharap melalui penelitian ini Paguyuban Jajanan Pasar di
SWK Manukan Kulon dapat memperoleh masukan serta informasi yang
konkrit sebagai titik tolak ukur dalam usaha peningkatan strategi
perdagangan dan hubungan sosial antar pedagang
H. Kajian Pustaka
1. Penelitian oleh Mit Witjaksonono dari Universitas Negeri Malang tahun
2010 dengan judul “Modal Sosial dalam Dinamika Perkembangan Sentra
Industri Logam Waru Sidoarjo.”
Penelitian menemukan terkait keberadaan dan peran modal sosial dalam
konteks dinamika perkembangan SILOW sudah memberi sumbangan
signifikan, muali dalam perspektif komunitas SILOW, perspektif masing-
masing perusahaan pelopor, maupun perpektif ASPILOW. Persamaan
kedua penelitian (dari Mit Witjaksonono dan dari yang hendak
dilakukan) membahas mengenai peran modal sosial. Adapun
perbedaanya terletak pada obyek peneltian. Dalam penelitian Mit
Witjaksonono menggunakan obyek industri logam sedangkan penelitian
menggunakan obyek paguyuban jajanan pasar.
2. Penelitian oleh Berman Surriadi dari Property Consultant & Facility
Management PT Cushman & Wakefield tahun 2016 dengan judul
“Pemberdayaan UKM Di Kota Surabaya : Studi Kasus Paguyuban Jajan
Pasar di Kecamatan Tandes.”
Temuan penelitian ini yakni UKM lebih mampu bertahan di tengah badai
krisis ekonomi dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan besar.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang hendak dilakukan yakni
pada jenis dan pedekatan penelitian yang menggunakan deskriptif
kualitatif serta obyek penelitian yakni di pasar Manukan Kulon. Adapun
perbedaanya terletak pada pembahasan yang dikaji, apabila penelitian
Surriadi membahas upaya-upaya pemberdayaan dan pendampingan
UMKM oleh Pemkot Surabaya sedangkan penelitian membahas peran
modal sosial terhadap kegiatan perekonomian pedagang.
3. Penelitian oleh Dewa Gde Satrya dari Universitas Widya Kartika
Surabaya dengan judul “Wisata Kuliner sebagai Penyelemat PKL di Kota
Surabaya.”
Hasil penelitian dari Dewa Gde Satrya disebutkan terdapat progam-
progam pembinann yang dilaukan oleh paguyuban PKL, kebijakan
pemkot Surabaya. Perbedaan penelitian dari Dewa Gde Satrya dengan
penelitian ini ialah pada penelitian dari Dewa Gde Satrya membahas
mengenai pengembangan kepariwisataan kuliner di kota Surabaya
dengan basis usaha PKL, sedangkan pada penelitian ini membahas peran
modal sosial terhadap kegiatan ekonomi distribusi pada paguyuban
jajanan pasar. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang hendak
dilakukan yakni sama-sama membahas wisata kuliner di Surabaya.
I. Landasan Teori
1. Modal Sosial

Coleman mendeskripsikan modal sosial berdasarkan fungsinya.


Menurutnya, modal sosial merupakan suatu hal manjemuk yang berisikan
dua elemen, yaitu: (i) modal sosial yang terdiri beberapa aspek dari
struktur sosial; dan (ii) modal sosial menyediakan aktivitas tertentu dari
pelaku (pedagang) di dalam struktur tersebut. Modal sosial juga
bersifat produktif, yakni membuat pencapaian tujuan tertentu yang ttidak
mungkin dicapai apabila eksistensinya tidak ada.
Disi lain, Bourdieu mendeskripsikan modal sosial sebagai sumber
daya aktual atau potensial yang diikat untuk melahirkan jaringan yang
langgeng serta menginstrusikan hubungan yang saling bermanfaat.
Diambil dari deskripsi tersebut, Bourdieu menerka bahwa pelaku
ekonomi memperoleh sejumlah manfaat dari modal sosial yang
dipunyainya, yaitu:
a. Hubungan sosial atau modal sosial memperbolehkan pelaku untuk
mengklaim akses terhadap sumber daya yang dimiliki oleh asosiasi
mereka, misalnya pinjaman yang bersubsidi, saran-saran investasi,
dan pasar yang terlindungi;
b. Mereka juga bisa meningkatkan modal budaya lewat kontak dengan
ahli-ahli atau individu yang beradab yang melekat dalam modal
budaya;
c. Mereka dapat berafiliasi dengan institusi yang membahas nilai-nilai
terpercaya.2
Selain Bourdieu dan Coleman, terdapat juga Putnam yang
medeskripsikan modal sosial sebagai cerminan organisasi sosial (seperti
jaringan, norma, dan kepercayaan sosial) yang dapat memfasilitasi
koordinasi dan kegiatan agar saling menguntungkan. Coleman juga
membahas tiga bentuk dari modal sosial, yaitu:
Pertama, struktur kewajiban, ekspektasi, dan kepercayaan. Dalam
hal ini, bentuk dari modal sosial tergantung dari dua elemen kunci:
kepercayaan dari lingkungan sosial dan perluasan aktual dari kewajiban
yang sudah dipenuhi. Artinya, individu yang bermukim dalam struktur
sosial dengan rasa saling kepercayaan yang tinggi akan memiliki modal
sosial yang lebih baik daripada situasi sebaliknya.
Kedua, jaringan informasi. Informasi sangatlah penting sebagai
acuan perilaku. Namun, harus disadari bahwa informasi itu tidaklah
gratis. Oleh karena itu, individu yang memiliki jaringan sosial lebih luas
akan lebih mudah (dan murah) untuk memperoleh informasi, sehingga
dapat dikatakan individu tersebut memiliki modal sosial yang tinggi,
begitu pun sebaliknya.
Ketiga, norma dan sanksi yang efektif. Norma dalam sebuah
paguyuban atau lingkungan yang mendukung individu untuk meggapai
tujuan tentu saja bisa digolongkan sebagai bentuk modal sosial yang
penting. Contohnya, peraturan setiap pedagang untuk memproduksi

2
John Field, Modal Sosial (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2011).
jajanan yang khusus dan unik sehingga setiap produksi dari pedagang
tidak memiliki kesamaan jenis makanan.3
2. Paguyuban
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, paguyuban
dideskrisikapn sebagai kelompok yang bersifat kekeluargaan, didirikan
oleh beberapa individu yang sejalan untuk membangun persatuan di
antara para anggotanya. Sejalan, Ferdinand Tonnies menyatakan
mengenai paguyuban ialah kelompok sosial yang anggotanya mempunyai
ikatan batin yang murni, bersifat alamiah, dan kekal.
Ferdinand Tonnies melanjutkan, paguyuban mempunyai ciri-ciri
yaitu terdapat ikatan batin yang kuat antar-anggota dan hubungan antar-
anggota bersifat informal. paguyuban memiliki ciri:
a. Disemangati kebersamaan, keterlibatan, komunikasi, sehati, dan
sejiwa dalam suka maupun duka.
b. Kebersamaan setiap anggotanya yang sedetak jantung, yang hidup
dalam kebersamaan, memiliki kepekaan, dan bertindak saling
mengasihi.
c. Bentuk kehidupan bersama yang menghayati solidaritas dalam
memanfaatkan segala perbedaan untuk mencapai tujuan bersama.
d. Kebutuhan untuk hidup berkelompok yang berlandaskan pada
kepercayaan yang satu.
Berdasarkan pendapat Tonnies di atas, dapat disimpulkan bahwa
paguyuban adalah aktivitas suatu masyarakat yang menempati suatu
daerah. Lingkungan yang dihadirkan bersifat kekeluargaan dan terkesan
saling tolong menolong. Masyarakat yang hidup di daerah mengenal
paguyuban sangat menjunjung tinggi sikap solidaritas dan kebersamaan
antar anggota.
Paguyuban sendiri bisa dibagi menjadi tiga tipe, yaitu:
a. Paguyuban sebab ikatan darah atau kelompok genealogis, yaitu
kelompok yang terbentuk berdasarkan hubungan sedarah.

3
James S. Coleman, Dasar-Dasar Teori Sosial (Bandung: Nusa Media, 2008).
b. Paguyuban sebab tempat atau komunitas, yaitu kelompok sosial yang
tercipta yang didasarkan loyalitas
c. Paguyuban sebab ideologi, yaitu kelompok sosial yang tercipta
karena mempunyai ideologi atau keyakinan yang sejalan.4
Berdasarkan tipe paguyuban, dapat dihubungkan dengan
paguyuban yang menjadi obyek penelitian bahwa termasuk kedalam tipe
paguyuban sebab tempat atau komunitas. Hal ini dikarenakan, para
anggotanya terbentuk karena adanya satu perasaan yang senasib yakni
pedagang jajanan pasar. Mereka berasal dari ikatan darah dan
mempunyai ideologi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, paguyuban
jajanan pasar di SWK Manukan Kulon Surabaya yang terbangun yang
didasarkan loyalitas.
3. Kegiatan Distrbusi
Nisa (2019) medneskripsikan bahwa distribusi merupakan kegiatan
ekonomi yang menghubungkan antara kegiatan produksi dan kegiatan
konsumsi. Pelaku distribusi disebut distributor. Cara penyaluran barang
kepada konsumen ada tig cara:
a) Distribusi langsung, hasil produksi bisa disalurkan ke tangan
konsumen tanpa melalui suatu perantara apapun.
b) Distribusi tidak langsung, hasil produksi bisa disalurkan ke
konsumen dengan memanfaatkan sebuah perantara, seperti agen,
pedagang besar, dan pedagang eceran.
c) Distribusi semi langsung, memanfaatkan saluran distribusi dalam
penyampaian barangnya, tetapi saluran distribusi tersebut masih
menjadi bagian dari produsen.

Adapun saluran distribusi dibagi menjadi dua, yakni pedagang dan


eceran. Pertama, pedagang ialah individua atau industri yang usahanya
meperjualbelikan barang-barang dagangan dan ikut memiliki barang
tersebut, meskipun kepemilikannya tidak secara fisik. Ada tiga jenis

4
Ruswanto, Sosiologi Untuk SMA/MA Kelas X (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, 2009).
pedagang yaitu, pedagang yang menjualkan langusng kepada konsumen,
pedagang besar disebut juga wholeseller (grosir), dan pedagang
kecil/retailer/pengecer. Kedua, agen ialah lembaga yang menjalankan
perdagangan dengan menyuplai jasa-jasa atau fungsi khusus yang
berkaitab dengan penjualan atau distibusi barang, tetapi tidak mempunyai
hak atas barang yang diperdagangkan.

J. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif digunakan untuk
menggambarkan atau melukiskan tentang apa yang diteliti dan berusaha
memperoleh data sebanyak mungkin sehingga memberikan gambaran
yang jelas dan tepat mengenai apa yang menjadi pokok permasalahan
dalam penelitian. Pendekatan kualitatif dipilih sebab dalam pengumpulan
data menggunakan wawancara dan dokumentasi.
2. Obyek/Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti memilih lokasi di Sentra Wisata
Kuliner (SWK) Manukan Kulon Surabaya. Pemilihan lokasi ini dilandasi
atas ketertarikan penulis dengan keberadaan paguyuban jajanan di lokasi
penelitian. Sebab di tempat lainnya, umumnya hanya berisikan pedagang
yang memiliki stand atau tempat berdagang atau sering disebut pedagang
kaki lima (PKL) saja sedangkan di SWK Manukan Kulon terdapat PKL
dan perkumpulan pedagang jajanan pasar. Dari ketertarikan tersebut,
peneliti menjadikan lokasi ini sebagai tempat penelitian dengan
menemukan permasalahan terkait dengan topik yang akan diteliti di
bidang Sosiologi.
3. Informan
a. Informan Kunci (key informan)
Informan kunci merupakan sumber informasi yang aktual dalam
menjalankan roda perekonomian melalui startegi modal sosial dalam
paguyuban jajanan pasar.. Informan kunci dalam penelitian ini antara
lain:
1) Pedagang sebagai supplier makanan atau minuman
Informasi yang ingin diperoleh dari informan ini adalah berupa
informasi tentang peran modal sosial yang dilakukannya sebagai
pemasok jajanan ke pedagang yang menjualkan hasil buatannya.
2) Pedagang sebagai menjualkan makanan atau minuman dari
supplier
Informasi yang ingin diperoleh dari informan ini adalah berupa
informasi tentang peran modal sosial yang dilakukannya sebagai
menerima dan menjualkan hasil produksi barang dari supplier.
b. Informan Biasa
Informan biasa merupakan sumber informasi sebagai data-data
pendukung. Informan biasa dalam penelitian ini antara lain :
1) Pedagang PKL di SWK Manukan Kulon
Adapun informasi yang ingin diperoleh dari informan ini adalah
berupa pendapat mereka tentang interaksi yang dilakukan antar
pedagang jajanan pasar.
2) Pengelola SWK Manukan Kulon
Adapun informasi yang ingin diperoleh dari informan ini adalah
berupa perizinan dan pengelolaan atas keberadaan paguyuban.

4. Data dan Sumber Data Penelitian


Berdasarkan data-data yang diteliti pada penelitian ini maka
sumber data yang diperlukan terdapat sumber primer dan sumber
sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang ditemukan secara
langsung dari sumber asli bukan lewat perantara. Sumber data primer
didapatkan guna menjawab pertanyaan peneliti. Dalam penelitian ini
peneliti akan mewawancarai pada key informan. Sedangkan, sumber data
sekunder adalah data yang didapatkan tidak secara langsung dari
objeknya, melainkan lewat sumber lain baik lisan maupun tertulis. Dalam
penelitian ini sumber data sekunder yang digunakan berupa dokumen
mengenai SWK Manukan Kulon Surabaya.5
Terdapat tiga data dalam penelitian ini . Pertama, Person (orang),
yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban melalui
wawancara, atau tindakan melalui pengamatan di lapangan. Dalam
penelitian ini sumber datanya adalah para pedagang PKL dan anggota
paguyuban jajanan pasar di SWK Manukan Kulon Surabaya, serta
pengelolanya. Kedua, Place, yaitu data yang menerangkan lampiran
berupa keadaan yang terjadi dalam proses kegiatan perekonomian di
SWK Manukan Kulon Surabaya. Ketiga, Paper, yaitu sumber data yang
menyajikan lampiran tanda- tanda berupa huruf, gambar atau symbol-
simbol lain. Dalam penelitian ini sumber datanya adalah informasi dari
pedagang pada paguyuban jajanan pasar di SWK Manukan Kulon
Surabaya.
5. Teknik Mengambil Data Penelitian
a. Teknik observasi
Observasi adalah bagian dalam pengumpulan data. Observasi berarti
pengamatan secara sistematik guna mednapatkan data langsung dari
lapangan. Data yang diobservasi bisa berupa latar yang dipelajari,
kegiatan-kegiatan yang berlangsung, individu-individu yang terlibat
dalam kegiatan, dan makna kejadian diamati dari pandangan mereka
yang terlibat dalam peristiwaa yang diamati tersebut.
b. Teknik wawancara
Wawancara adalah metode pengambilan data dengan pertemuan dua
individu yang saling bertukar informasi dan ide lewat tanya jawab,
sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Dalam proses wawancara ini penulis akan melakukan wawancara
langsung baik key informan ataupun informan biasa.
c. Teknik dokumentasi

5
Etta Mamang Sangajadi and Sopiah, Metode Penelitian Pendekatan Praktis Dalam
Penelitian (Yogyakarta: Andi Yogyakarta, 2010).
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data dari dokumen dan
lain-lain sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman. Dibanding
dengan metode lain, metode ini tidak sulit. Dalam makna jika ada
kesalahan sumber datanya masih tetap, belum berubah. Karen benda
yang diteliti bukan benda hidup tapi benda mati.
6. Teknik Menganalisis Data Penelitian
Teknik menganalisis data yang digunakan ialah dengan memakai
metode induktif. Metode induktif merupakan suatu penelitian yang
berawal dari beberapa kasus bersifat khusus melalui pengalaman nyata
(ucapan atau perilaku atau kejadian di obyek penelitian) guna selanjutnya
dirumuskan menjadi model, kosep, teori, prinsip, definisi yang
mempunyai sifat umum. Begitupun dengan penelitian ini penulis
berangakat dari peristiwa peran modal sosial Dalam Kegiatan
Perekonomian Paguyuban Jajanan Pasar yang terjadi di SWK Manukan
Kulon Surabaya.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecakan ini menggunakan triangulasi. Triangulasi dalam pengujian
kredibilitas ini didefinisikan sebagai pengecekan data lewat berbagai
sumber dengan berbagai cara serta waktu. Dengan demikian terdapat
jenis triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan waktu.
Pada penelitian ini menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi adalah
teknik pengecekan keabsahan data yang menggunakan sesuatu yang lain
di luar data itu guna kepentingan pengecekan atau berfungsi sebagai
pembanding terhadap data tersebut. Peneliti dapat memanfaatkan
berbagai sumber data, teori serta metode supaya informasi yang
ditampilkan konsisten.6
K. Sistematika Pembahasan
BAB I : PENDAHULUAN
Merupakan gambaran umum untuk memberikan pola pemikiran
bagi laporan penelitian secara keseluruhan yang meliputi latar

6
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja, 2002).
belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Telaah Pustaka dan kajian teori, pada bab ini menguraikan
deskripsi telaah hasil penelitian terdahulu dan kajian teori yang
berfungsi sebagai alat penyusunan instrumen pengumpulan data.
BAB III : METODE PENELITIAN
Dalam bab ini menjelaskan tentang pendekatan dan jenis
penelitian, kehadiran penelitian, lokasi penelitian, data dan
sumber data, prosedur pengumpulan data, teknis analisis data,
pengecekan keabsahan temuan, dan tahapan-tahapan penelitian.
BAB IV : POKOK PEMBAHASAN
Dalam bab ini menjelaskan tentang deskripsi data umun dan
deskripsi data khusus. Selain itu, pada bab ini juga menguraikan
tentang gagasan-gagasan yang terkait dengan pola, kategori-
kategori, posisi temuan terhadap temuan-temuan sebelunya, serta
penafsiran dan penjelasan dari temuan yang diungkap dari
lapangan.
BAB V : PENUTUP DAN KESIMPULAN
Berisikan penutup yang menjelaskan kesimpulan sebagai hasil
dari penelitian dan saran-saran.
L. Referensi

Coleman, James S. Dasar-Dasar Teori Sosial. Bandung: Nusa Media, 2008.

John Field. Modal Sosial. Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2011.

Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja,


2002.

Osborne, Richard, and Borin Van Loon. Seri Mengenal Dan Memahami
Cultural Studies. Batam: Scientific Press, 2005.

Ruswanto. Sosiologi Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan,


Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Sangajadi, Etta Mamang, and Sopiah. Metode Penelitian Pendekatan Praktis


Dalam Penelitian. Yogyakarta: Andi Yogyakarta, 2010.

Anda mungkin juga menyukai