Contoh Laporan Ebnp Stase Kep Gerontik
Contoh Laporan Ebnp Stase Kep Gerontik
Disusun Oleh :
HADI LA TAHE
Dosen Pengampu
2022
KASUS DAN PENGKAJIAN
Seorang laki-laki (Tn. S) berusia 68 tahun tinggal di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut
Usia. Pasien mengeluhkan tubuh bagian kiri lemah ekstrmitas atas dan bawah, pasien
mengatakan hamper sepenuhnya aktifitas dibantu keluarga. Saat dilakukan pengkajian
didapatkan data : tekanan darah 170/100 mmHg, Nadi 85 x/menit, Suhu 36 ᵒC,
Pernafasan 20x/ menit, dan pasien memiliki riwayat hipertensi. Dari pengkajian dengan
instrument indeks Kats (mengukur fungsional tubuh) didapatkan hasil “A” yaitu pasien
dengan ketergantungan, feeding, dressing, toileting, transfering dan continence.
Sedangkan pengkajian dengan instrument SPMSQ (mengukur fungsi kognitif)
didapatkan pasien benar 5 dan salah 5, hasil intrepetasi yaitu fungsi intelektual
kerusakan ringan. Dari pengkajian diatas didapatkan diagnosa Gangguan mobilitas fisik
b/d gangguan Neuromuskulas dan Defisit perawatan diri b/d kelemahan.
INTERVENSI EBNP (EVIDANCE BASED NURSING PRACTICE)
Setelah melakukan pengkajian pada PM maka tindakan selanjutnya yaitu rencana tindak
lanjut atau interversi. Intervensi pertama yaitu anjurkan PM untuk selalu mengikuti latihan ROM
dan kompres air hangat yang diadakan setiap pagi di. Berdasarkan jurnal, dengan latihan ROM
dan kompres air hangat, diharapkan tubuh bagian lemah dapat digerakkan kembali dan tekanan
darah menurun. Terapi latihan Range Of Motion dapat mempertahankan kelenturan sendi,
kemampuan aktifitas, dan fungsi secara psikologis yang dapat menurunkan persepsi nyeri
dan tanda-tanda depresi pada klien pasca stroke untuk menilai kekuatan otot. Terapi kompres
hangat dapat membantu meredakan nyeri, kekakuan otot sendi dan spasme otot dimana
menambah masuknya oksigen, nutrisi dan leukosit darah yang menuju jaringan tubuh.
Hasil penelitian ini didukung oleh Potter & Perry (2010), bahwa Range of motion (ROM)
aktif adalah latihan gerak sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan peregangan otot,
dimana klien menggerakkan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara
aktif ataupun pasif. Range Of Motion adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan
Stroke yaitu penurunan tonus otot, hilangnya sensibilitas pada sebagian anggota
tubuh, menurunnya kemampuan untuk menggerakkan anggota tubuh yang sakit dan
ketidakmampuan dalam hal melakukan aktivitas tertentu. Pasien stroke yang mengalami
kelemahan pada satu sisi anggota tubuh disebabkan oleh karena penurunan tonus otot,
yang tidak mendapatkan penanganan yang tepat, akan menimbulkan komplikasi berupa
Stroke telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting, dengan dua
pertiga stroke sekarang terjadi di negara-negara yang sedang bekembang. Secara global, pada
saat tertentusekitar 80 juta orang menderita akibat stroke (Suryani, 2008) sebanyak 15 juta orang
terserang stroke setiap tahunnya, satu pertiga meninggal dan sisanya mengalami kecacatan
permanen. AHA (Association Heart American, 2017) mengatakan sekitar 1-19 orang meninggal
karena stroke. Sekitar 55- 75% di Amerika pasien stroke mengalami penurunan pada
kemampuan motorik. Yayasan Stroke Indonesia menyatakan bahwa jumlah penderita stroke
di Indonesia merupakan terbanyak dan menduduki urutan pertama di Asia. Prevalensi penyakit
stroke di Indonesia meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Kasus stroke tertinggi yang
terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75 tahun keatas 50,2% dan terendah pada kelompok
usia 15-24 tahun yaitu sekitar 0,6%. Berdasarkan data 10 besar penyakit terbanyak di
Indonesia tahun 2013, prevalensi kasus stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan sebesar 10,9 permil dan 14,7 permil (Riset Kesehatan Dasar, 2018). Ada 3
kemungkinan yang dialami oleh pasien stroke setelah menjalani perawatan dirumah sakit yaitu
meninggal dunia, sembuh tanpacacat, dan sembuh dengan kecacatan.Kematian akibat stroke
ditemukan pada 10-30% pasien yang dirawat dan 70-90% penderita yang hidup pasca stroke
Pada pembahasan ini implementasi yang dilakukan adalah menganjurkan pasien untuk
mengikuti latihan ROM dan kompres air hangat. Berdasarkan jurnal, latihan ROM dan kompres
air hangat ini akan membantu kontraksi dan peregangan otot karena melatih tubuh yang lemah
tetap kuat.
Hasil survai yang dilakukan di Panti wredha Dewanata Cilacap pada bulan juni 2009
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Poli Saraf RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu pada
Bulan Desember 2020 didapatkan 49 pasien mengalami kelemahan otot dengan kekuatan
otot 3 dan 27 pasien dengan kekuatan otot 2. Dari hasilkunjungan didapatkan 6 pasien. 4 dari
6 pasien dengan kekuatan otot ekstremitas atas dengan nilai 2 dan 2 dari 6 pasien dengan
kekuatan otot ekstremitas atas dengan nilai 3. Didapatkan 4 dari 6 pasien mengalami
mengatakan tidak menjalani fisioterapi, latihan rentang gerak hanya dibantu dengan
keluarganya sendiri. Pada saat studi pendahuluan di Poli Saraf RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
didapatkan informasi latihan rentang gerak yang di dapatkan pasien post stroke yang
menjalani fisioterapi sebnyak 6 kali kunjungan, 1 kali kunjungan dilakukan setiap 2-3 hari
sekali, dan didapatkan informasi bahwa belum menerapkan kombinasi ROM aktif dan
kompres hangat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kombinasi terapi
Range of motion (ROM) aktif dan kompres hangat terhadap peningkatan kekuatan motorik
yang bisa memberikan perasaan rileks dan kenyamanan saat tidur sehingga kualitas tidur
meningkat, hal ini sesuai dengan pernyataan responden yang menyatakan bahwa mereka merasa
lebih tenang pikiranya sehingga tidak mengalami stress. Menurut Daniel M. Landers, profesor
ilmu kesehatan fisik dan olah raga dari Univeritas Arizona mengatakan bahwa cukup dengan
menggerakkan tubuh selama 10 menit setiap hari kesehatan mental akan meningkat cepat. Selain
itu daya pikir akan bertambah jernih dan yang menggembirakan dapat mengurangi ketegangan
Terapi yang dilakukan pada pasien stroke ditujukan untuk dapat mengembangkan,
memelihara dan memulihkan gerak dengan cara terapi latihan motorik, merangsang tangan
dalam melakukan suatu pergerakan atau kontraksi otot, sehingga membantu fungsi ekstremitas
kompres hangat dan latihan Range Of Motion mampu meningkatkan kekuatan otot dan
mobilitas fisik pada pasien stroke. Dimana terapi kompres hangat yang dapat membantu
meredakan nyeri, kekakuan otot sendi dan spasme otot dimana panas tersebut dapat
oksigen, nutrisi dan leukosit darah yang menuju jaringan tubuh (Potter & Perry, 2010).
Dari hasil implementasi yang dilakukan yaitu dengan menganjurkan Pm untuk selalu
mengikuti teknik terapi kompres hangat dan latihan Range Of Motion, di dapatkan PM
Adi, D. Dirga dan Kartika, R. Dwi (2017). Pengaruh Terapi Aktif Menggenggam Bola
Karet Terhadap Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke Non Hemoragik Di Wilayah
Kerja Puskesmas Pengasih II Kulon Progo Yogyakarta.
American Heart Asoociation (AHA). 2017. Heart Disease and Stroke Statistics.
Availableat:http://circ.ahajournals.org/content/early/2013/12/18/01.cir.0000441139.0
2102.80(diakses tanggal 16 Maret 2018).
Asmadi. (2010). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Benjamin, et al., 2017. Heart Disease and Stroke Statistics—2017 update: a report
from the American Heart Association. Circulation, 135(10), e146-e603.
Indrawati. 2018. Pengaruh Kombinasi Terapi Latihan Range Of Motion, Genggam Bola
Karet Dan Kompres Hangat Terhadap Kekuatan Motorik Ekstremitas Atas Dan
Kadar Kortisol Pada Klien Pasca Stroke di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo
Mojokerto. Tesis. Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya.
Kozier, B., et al., 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan (Alih bahasa : Esty
Wahyu Ningsih, Devi Yulianti, Yuyun Yuningsih. Dan Ana Lusyana). Jakarta:
EGC.
Liang, et al., 2012. ‘What drives social commerce: the role of social support and
relationship quality’.International Journal of Electronic Commerce. Vol. 16, No. 2,
pp. 69–90.
Olviani, et al., 2017. Pengaruh Latihan Range of motion (ROM) Aktif-Asistif (Spherical
Grip) Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Ekstremitas Atas pada Pasien
Stroke Di Ruang Rawat Inap Penyakit Syaraf (Seruni) RSUD Ulin
Banjarmasin. Dinamika Kesehatan: Jurnal Keperawatan dan Kebidanan, 8(1).
Mubarak, Wahit Iqbal & Nurul Chayatin. 2012. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia :
Teori & Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta : EGC.
Nadler, Scott F. DO, FACSM., Weingand, K., & Kruse, R.J. (2014). The Physiologic
Basic and Clinical Application of Cryotherapy and Thermotherapy for the Pain
Practitioner. Pain Physician, 7, (3). 395-399.
Nasir, M. 2017. Global Health Science, Volume 2 Issue 3 , September 2017 ISSN
2503-5088Global Health Science. Http://jurnal.csdforum.com/index.php/ghs Global
Health Science, Volume 2 Issue 3 , September 2017 ISSN 2503-5088 Global
Health Science http://jurnal,2(3), pp. 283–290.
Pinzon, Rizaldy, Asanti, Laksmi. (2015). Awas Stroke! Pengertian, Gejala, Tindakan,
Perawatan dan Pencegahan.Yogyakarta: ANDI
Potter, Perry. (2010). Fundamental Keperawatan Buku 1 Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika
Price, S. A. dan Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1. Jakarta: EGC.