Anda di halaman 1dari 5

Skip to content

Guratan Pena

Hanya Berisi Sekelumit Kisah dari Antara Lautan Manusia

Menu

Drama Bahasa Indonesia : Tiga Sekawan yang Serakah

20APR 2017.

SCENE 1

Pada suatu zaman di negeri antah berantah, hiduplah tiga sekawan yang selalu bersama yang bernama
Matre, Pelit, dan Serakah. Di negeri tersebut, terdapat kabar mengenai harta karun yang tersimpan di
bawah kaki gunung. Setelah mencari harta karun selama 3 bulan lewat 3 hari 3 jam 33 menit, mereka
berhasil menemukannya.

Matre : (sambil menunjuk) “Pelit, Serakah, lihat tuh! Itu kan harta karun yang kita cari-cari selama ini!”

Pelit : (terkejut) “Wah, benar! Cepat ke sana!”

(Matre, Pelit, dan Serakah berjalan menuju harta karun)

Serakah : “Emas-emasnya menyilaukan mata! Ayo bungkus sebelum diambil orang.”

(Matre, Pelit, dan Serakah membungkus harta karun)

SCENE 2
Setelah seluruh harta karun mereka bawa, mereka pun memutuskan untuk pulang. Di perjalanan…

Matre : “Kita bisa jadi manusia terkaya sejagad raya kalau kayak gini.”

Pelit : “Benar banget. Mau beli apa pun nggak usah ngutang lagi kayak biasa.”

Serakah : “Setiap hari kita bisa makan enak, tidur nyenyak, bahkan pacar pun bisa banyak!”

Matre : “Dasar Serakah, pikirannya cewek mulu. Tapi emang bener, harusnya dari dulu kita nyari harta
karun ini.”

Pelit : “Ngomong-ngomong makan enak nih, kalian lapar nggak?”

Serakah : “Lumayan nih, Pelit. Kalau kamu, Matre?”

Matre : (mengelus perut) “Lapar banget. Cacing di perut udah minta makan.”

Pelit : “Kalau gitu, kita singgah aja dulu, beli makanan.”

Serakah : “Jarak ke desa terdekat masih jauh. Kalian masih kuat jalan?”

Matre : “Kakiku udah lemas sejak tadi.”

Pelit : “Aku juga. Kalo gitu, Serakah aja yang pergi beli, nanti makanannya dibungkus, biar kita makan di
sini.”
Serakah : “Oke, selaku cowok yang gentle, aku rela berjalan 100 km demi membawakan makanan untuk
kalian.”

SCENE 3

Matre dan Pelit memilih untuk menunggu di tengah hutan. Sementara itu, Serakah pergi ke desa
terdekat untuk membeli makanan. Sambil menunggu Serakah kembali, Matre dan Pelit berbincang-
bincang.

Matre : “Eh, Lit, harta kita dibagi bertiga kok rasanya jadi dikit, ya.”

Pelit : “Iya, rasanya gak adil gitu. Kita berdua yang tahu berita ini duluan. Kalo kita nggak kasih tau si
Serakah, pasti semua harta ini jadi milik kita.”

Matre : “Atau kita singkirkan aja Serakah dari kehidupan kita?”

Pelit : “Singkirkan? Maksudnya?”

Matre : “Kita lenyapkan dia dari dunia ini.”

Pelit : “Astaga! Mengapa tak dari dulu terpikirkan olehku?”

Matre : “Hahaha… siapa dulu dong. Jangan remehkan kecerdasanku ini.”

Pelit : “Lebih baik sekarang kita susun rencana sebelum dia kembali ke sini.”

SCENE 4
Matre dan Pelit pun menyusun rencana untuk membunuh Serakah. Sementara itu, mari kita lihat apa
yang terjadi pada Serakah.

Serakah : (mengusap dahi) “Aduh, capek banget. Kenapa harus aku yang selalu disuruh-suruh?”

Serakah : “Harusnya aku menolak permintaan mereka. Kebaikanku hanya pencitraan.”

Serakah : “Mereka pasti sedang lelah. Karena aku anak yang baik, akan kubuat mereka beristirahat
selama-lamanya…” (menatap botol yang dipegang)

Serakah : “Dukun desa tetangga bilang sianida ini ampuh menghabisi nyawa mereka. Jika aku berhasil
membunuh mereka, maka harta itu akan jadi milikku seorang!”

SCENE 5 – END

Demikianlah mereka menyusun rencana keji mereka tersendiri. Begitu Serakah kembali, Matre dan Pelit
pun segera membunuh Serakah. Kepala Serakah dipangkong dengan emas batangan, membuatnya
tewas seketika.

Matre : “Cepat singkirkan mayatnya, lalu kita makan. Aku sudah lapar.”

Pelit : (mengambil minuman) “Ayo kita bersulang untuk kematian Serakah.”

Setelah Matre dan Pelit minum air yang sudah diberi racun, mereka pun mati.

Matre : (sekarat) “Ternyata dia juga ingin membunuh kita..”

Pelit : (sekarat) “Hartaku..”


PENUTUP

Tiga sekawan itu pun akhirnya mati. Itulah bagaimana keserakahan membuat orang lupa diri,
menginginkan lebih, dan akhirnya melakukan kejahatan. Namun, karma itu berlaku. Kejahatan yang
ditabur, maka kejahatan pula yang dituai.

Anda mungkin juga menyukai