Komponen Komponen Belajar Dan Pembelajaran PAUD (Maryati, Rosita)
Komponen Komponen Belajar Dan Pembelajaran PAUD (Maryati, Rosita)
Komponen Komponen Belajar Dan Pembelajaran PAUD (Maryati, Rosita)
Disusun :
Maryati
Rosita
1 Tujuan Tujuan
2 Materi Materi
3 Media Media
4 Strategi / metode Strategi / metode
5 Evaluasi Evaluasi
6 Guru
7 Peserta didik / siswa
Dari table di atas maka perbedaan komponen belajar dan pembelajaran terletak pada
guru dan peserta didik.
1. Tujuan
Baik belajar maupun pembelajaran mengartikan tujuan sebagai target yang harus
dicapai setelah melakukan proses belajar dan atau pembelajaran. Selain sebagai target,
tujuan pula merupakan arah atau acuan dalam melakukan proses belajar dan pembelajaran.
Secara garis besar tujuan belajar dan pembelajaran adalah adanya perubahan tingkah laku
yang progresif baik pengetahuannya, sikap maupun keterampilannya. Tujuan belajar dan
pembelajaran terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut.
a. Tujuan Umum
Tujuan umum adalah salah satu tujuan yang disusun dan dirumuskan oleh tim
pengembang kurikulum pusat. Tujuan umum ini masih bersifat meyeluruh artinya hal yang
ingin dicapai tidak dijabarkan secara spesifik.
b. Tujuan Khusus
Tujuan pembelajaran khusus merupakan penjabaran dari tujuan pembelajaran umum.
Tujuan ini bukan merupakan tujuan yang disusun dan dikembangkan oleh pengembang
kurikulum pusat namun diserahkan pada guru.
Mengingat bahwa tujuan khusus dibuat oleh guru maka guru harus memahami betul
kurikulum yang berlaku sebagai batu tapal dalam menjabarkan tujuan, memahami tipe-tipe
hasil belajar karena pada hakikatnya tujuan yang guru buat merupakan hasil belajar dan
merupakan hal-hal yang ingin dicapai dan yang tidak kalah penting adalah guru memahami
cara untuk merumuskan tujuan agar jelas dan dapat dicapai oleh siswa.
2. Materi
Materi adalah isi atau bahan yang dipelajari siswa yang disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran. Adapun tugas guru di sini adalah memilih dan mengembangakan bahan
pembelajaran.
Adapun dalam hal ini materi yang sesuai untuk anak usia dini adalah mencakup
bidang pengembangan pembentukan perilaku dan bidang pengembangan kemampuan dasar
melalui kegiatan bermain dan pembiasaan. Hal ini sesuai dengan PERMENDIKNAS No. 58
tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini yang didalamnya tercantum standar
isi. Adapun lingkup pengembangannya meliputi: (1) nilai nilai agama dan moral, (2) fisik,
(3) kognitif, (4) bahasa, dan (5) sosial emosional.
3. Media
Media adalah alat yang digunakan untuk mencapai tujuan belajar secara efektif dan
efisien. Menurut Piaget anak usia dini berada pada tahap Pra – Operasional yaitu tahap
ketika anak belajar dari apa yang ia lihat dan dengar serta rasakan atau bersifat konkret.
Tentu saja jika dalam proses belajar anak usia dini diberikan materi yang dengan difasilitasi
media yang menarik maka hal tersebut akan membuat anak sangat mudah belajar, senang
belajar dan dapat mencapai tujuan dari belajar yang diharapkan.
4. Metode
Metode pembelajaran adalah cara yang dapat dilakukan untuk membantu proses
belajar-mengajar agar berjalan dengan baik. Metode belajar merupakan cara atau strategi
yang dilakukan untuk mencapai tujuan belajar. Metode yang variatif akan membuat proses
belajar lebih menarik dan memicu semangat untuk melaksanakan proses belajar dan
pembelajaran.
Terdapat beberapa metode belajar dan pembelajaran yaitu sebagai berikut.
a. Metode Bermain
Metode bermain adalah suatu metode dimana pembelajaran dilakukan dengan cara
bermain. Dimana bermain tersebut telah direncanakan oleh guru sesuai dengan proses
pembelajaran.
b. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah suatu metode dimana guru menggunakan atau memberi
pertanyaan kepada murid dan murid menjawab, atau sebaliknya murid bertanya pada guru
dan guru menjawab pertanyaan murid itu.
c. Metode Diskusi
Metode diskusi dapat diartikan sebagai siasat “penyampaian” bahan ajar yang
melibatkan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu
topik bahasan yang bersifat problematis.
d. Metode Bercerita
Metode cerita adalah metode dalam proses belajar mengajar dimana seorang guru
menyampaikan cerita secara lisan kepada sejumlah murid yang pada umumnya bersifat pasif.
Dalam pengajaran yang menggunakan metode cerita, perhatian terpusat pada guru,
sedangkan murid hanya menerima secara pasif. Sehingga timbul kesan murid hanya sebagai
obyek yang selalu menganggap benar apa yang disampaikan oleh guru.
e. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang,
kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui
penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang
sedang disajikan.
f. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah metode atau cara ketika guru dan murid bersama-sama
mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari
suatu aksi.
g. Metode Proyek
Metode proyek adalah cara mengajar dengan jalan memberikan kegiatan belajar
kepada siswa, dengan memberikan kepada siswa untuk memilih, merancang dan juga
memimpin pikiran serta pekerjaannya. Anak-anak dilatih agar berencana di dalam tugas
tugasnya.
h. Metode Simulasi
Simulasi berasal dari kata “stimulate” yang artinya berpura-pura atau seakan-akan.
Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar
dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau
keterampilan tertentu.
i. Metode Tugas dan Resitasi
Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individu atau
kelompok. Tugas dan resitasi bisa dilakukan di rumah, di sekolah, di perpustakaan dan
tempat lainnya.
Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok mengandung pengertian
bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri atau
dibagi atas kelompok-kelompok kecil.
Team teaching pada dasarnya adalah metode mengajar dua orang guru atau lebih
bekerja sama mengajar sebuah kelompok siswa, jadi kelas dihadapi beberapa guru. Sistem
regu banyak macamnya, sebab untuk satu regu tidak senantiasa guru secara formal saja,
tetapi dapat melibatkan orang luar yang dianggap perlu sesuai dengan keahlian yang
dibutuhkan.
Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau
keterampilan dari hal yang dipelajari. Mengingat latihan ini kurang mengembangkan
bakat/inisiatif siswa untuk berpikir, maka guru/pengajar memperhatikan tingkat kewajaran
dari metode drill.