Anda di halaman 1dari 9

MODUL PERKULIAHAN

PRAKTEK K-3
KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA

BAB VII :
TOKSIKAN DI TEMPAT KERJA (BAGIAN PERTAMA)

Fakultas Program Tatap Kode MK Disusun Oleh


Studi Muka
TEKNIK TEKNIK 192072004 HERU SANTOSO, IR. MM
MESIN 09
Abstract Kompetensi
1. Hakikat, pengertian, maksud dan Mahasiswa memahami hakikat peng
tujuan mengedepankan aspek etahuan, sikap dan perilaku yang
safety dilingkungan pekerjaan. diharapkan dalam pembelajaran pen
2. Perlu diambil langkah2 didikan Kesehatan dan Keselamatan
pengamanan terhadap timbulnya Kerja sehingga selalu bersikap
kecelakaan kerja mengedepankan aspek safety
3. (sesuai RPS) dalam kehidupan sehari-hari.
(sesuai RPS)

‘20 Praktek Keselamatan dan Kesehatan Biro Akademik dan Pembelajaran


1 Kerja
Semester Ganjil th 20202021
BAB 7 TOKSIKAN DI TEMPAT KERJA (1)
(1)
Kompetensi Dasar

Mahasiswa dapat menjelaskan penggunaan bahan-bahan kimia yang bersifat toksik

di tempat kerja.

7.1 Asas Umum Toksik

Pada Bab sebelumnya, yaitu Bab Lingkungan Kerja sudah diketahui mengenai
hazard atau bahaya dari lingkungan kerja terhadap kesehatan. Bahaya akan masuk
dalam tubuh dan akan menimbulkan ketidakseimbangan homesotastis (Baca lagi Bab
2).Lingkungan pada umumnya termasuk lingkungan kerja tidak lepas dari pajanan zat ya
kimia. Oleh karena itu, sebaiknya dipelajari sifat-sifat yang ada disekitarnya supaya dapat
memanfaatkan secara baik dan dapat terhindar dari dampak buruknya. Zat kimia masuk
ke dalam tubuh secara sengaja atau tidak sengaja melalui kulit, inhalasi dan oral. Untuk
mempelajari hal di atas diperlukan suatu ilmu yaitu Toksikologi. Toksikologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang aksi bahaya kimia atas jaringan biologi dan dampaknya. Definisi
ini mengandung arti bahwa dalam jaringan biologi (tubuh), dalam kondisi tertentu, zat
kimia dapat berinterksi menimbulkan efek berbahaya, kondisi, mekanisme, wujud dan sifat
efek toksik suatu zat.
Dengan memahami kondisi, mekanisme, wujud dan sifat efek toksis suatu zat, dapat
diketahui cara mengevaluasi bahaya zat.

Kondisi Efek Toksik. Perjalanan zat kimia dalam tubuh diawali dari masuknya zat
tersebut ke dalam tubuh melalui intravaskuler (injeksi, intrakardial, intraarteri) atau
ekstarvaskuler (oral, inhalasi, intramuskuler, rektal). Selanjutnya zat masuk ke dalam
sirkulasi sistemik dan didistribusikan ke seluruh tubuh. Proses distribusi memungkinkan zat
atau metabolitnya sampai pada tempat kerjanya (reseptor).

‘20 Praktek Keselamatan dan Kesehatan Biro Akademik dan Pembelajaran


2 Kerja
Semester Ganjil th 20202021
BAB VII – TOKSIKAN DI TEMPAT KERJA

Gambar 7.1 Zat Kimia dalam Tubuh Manusia

Sumber: Priyanto. 2009. Toksikologi Mekanisme,Terapi Anitidotum, Penilaian Risiko

Zat kimia di tempat kerjanya atau reseptornya berinteraksi dan damoaknya akan
menimbulkan efek. Interaksi dari zat kimia atau metabolitnya yang berlebihan dapat
menghasilkan efek toksik. Jadi penentu ketoksikan suatu zat kimia adalah sampainya zat kimia
utuh atau metabolit aktifnya di sel sasaran daalm jumlah yang berlebihan. Pada sisi lain zat
kimia dapat mengalami metabolisme menjadai senyawa non aktof dan diekskresikan (eliminasi)
yang dapat mengurangi sampainya atau jumlah zat kimia dalam sel sasarannya. Dengan
demikian, timbulya efek toksik dipengaruhi oleh selisih antara absorbsi dan distribusi dengan
eliminasinya. Timbulnya toksik akan dipengaruhi oleh absorbsi, distribusi, metabolisme dan
eksresi. Absorbsi, distribusi, metabolisme dan eksresi suatu zat ke dalam tubuh dapat dilihat
pada bagan di Gambar 7.1.

Mekanisme Efek Toksik. Keberadaan zat kimia dapat menimbulkan toksik melalui dua
cara, berinteraksi secara langsung (toksik intrasel) dan secara tidak langsung (toksik ekstrasel).

Toksik intrasel adalah toksisitas yang diawali dengan interaksi langsung antara zat kimia
atau metabolistne dengan reseptornya. Toksisitas ekstra sel terjadi secara tidak langsung
dengan mempengaruhi lingkungan sel sasasrn tetapi dapat berpengaruh pada sel sasaran.

‘20 Praktek Keselamatan dan Kesehatan Biro Akademik dan Pembelajaran


3 Kerja
Semester Ganjil th 20202021
BAB VII – TOKSIKAN DI TEMPAT KERJA

Mekanisme efek toksik intrasel. Zat kimia atau metabolitnya yangtelah masuk pada
sel sasaran dapat menyebabkan gangguan sel atau organelnya melalui pendesakan,
pengikatan, substitusi (antimetabolita) atau peroksidasi. Gangguan yang ditimbulkan akan
direspon oleh sel untuk mengurangi dampaknya, dan sel akan beradaptasi atau melakukan
perbaikan. Namun bila respon pertahanan tidak mampu mengeliminir gangguan yang ada
akanterjadi efek toksik. Dampaknya terjadi perubahan atau kekacauan bikimiawai, fungsional
atau struktural yang bersifat reversibel atau irreversibel.

Gambar 7.2 Mekanisme Efek Toksik Intrasel

Sumber: Priyanto. 2009. Toksikologi Mekanisme,Terapi Anitidotum, Penilaian Risiko

Mekanisme efek toksik ekstrasel. Kelangsungan hidup suatu sel sangat bergantung
pada lingkungannya, yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sel. Adanya zat di lingkungan
sel yang dapat mengganggu aktivitas sel, mungkin akan menimbulkan perubahan struktur atau

gangguan fungsi sel. Untuk kelangsungan hidup sel, minimal dibutuhkan oksigen, zat makanan,
dan cairan ekstrasel (elektrolit dan asam-basa) yang optimal.

‘20 Praktek Keselamatan dan Kesehatan Biro Akademik dan Pembelajaran


4 Kerja
Semester Ganjil th 20202021
BAB VII – TOKSIKAN DI TEMPAT KERJA

Gambar 7.3 Mekanisme Toksi Ekstrasel

Sumber: Priyanto. 2009. Toksikologi Mekanisme,Terapi Anitidotum, Penilaian Risiko

Oksigen. diperlukan untuk produksi energi. Oksigen masuk ke dalam tubuh melalui
saluran pernapasan, berdifusi dari alveoli ke pambuluih darah, eritrosit, dibawa oleh sistem
kardiovaskuler untuk keperluan sel. Semua proses di atas merupakan sasaran dari zat toksi
untuk mengganggu sampainya oksigen ke dalam sel yang membutuhkannya.

Suplai zat makanan. Zat makanan diperlukan sel agar proses metabolisme dapat
berjalan normal, sehingga keperluan energi dapat tercukupi dan proses pertumbuhan dapat
berlangsung. Kecukupan zat makanan dangat tergantung pada proses-proses seperti ingesti,
digesti dan absrpsi dan transppornya ke lingkungan sel. Dengan demikian banyak tempat/
proses yang dapat diganggu oleh suatu zat yang berkaitan dengan suplai zat makanan
Suplai cairan. Cairan, keseimbangan elektrolit, keseimbangan asam basa, dan proses
ekskresi untuk mempertahankan posisi cairan merupakan sasarn potensial dari suatu zat.
‘20 Praktek Keselamatan dan Kesehatan Biro Akademik dan Pembelajaran
5 Kerja
Semester Ganjil th 20202021
BAB VII – TOKSIKAN DI TEMPAT KERJA

Gangguan cairan seperti retensi cairan (edema), dehidrasi dan asidosis dapat berbahaya bagi
kehidupan sel jika tidak segera diperbaiki. Gangguan seperi di atas dapat terjadi karena banyak
faktor, misalnya kelebihan natrium, diare, hiperglikemia atau karena adanya zat-zat tertentu.

Bentuk Efek Toksik. Bentuk efek toksik berupa perubahan atau gangguan biokimiawi,
fungsional atau struktural sel. Namun demikian, bentuk efek toksik tidak sepenhnya dapat
dipisahkan menjadi seperti di atas. Seringkali kerusakan sek meruakan ganbungan dua atau
tiga hal di atas. Misalnya perubahan struktural sel umumnya merupakan akibat dari adanaya
perubahan biokimiawai atau perubahan fungsi sel. Perubahan biokimiawi sel dapat
menyebabkan perubahan fungsional.

Sifat Efek Toksik. Sifat efek toksik bisa dikelompokkan berdasarkan perubahan
biokimiawi sel, perubahan fungsional, perubahan struktural dan kemampuan untuk pulih.
Perubahan biokimiawi sel. Efek dari zat dalam tubuh mungkin akan menyebabkan
perubahan kimiwai dari sel. Seperti peningkatan atau pengurangan aktivitas transpor elektron,
sintesis protein dan gangguan sistem hormonal. Perubahan ini pada awalnya akan diminimalisir
oleh pertahanan tubuh jika dapat pulih atau terjadi adaptasi, maka tidak akan terjadi cidera atau
efek toksik.
Perubahan fungsional. Interaksi antata zat toksi dengan rereptor dapat mempengaruhi
fungsi organ-organ tertentu, seperti terjadinuya anoksia, gangguan pernafasan, ganggaun
sistem saraf pusat, hipotensi, hipertensi dan diper atau hipoglikemia. Perubahan fungsional
atau biokimaiwai sering merupakan tahap awal dari terjadinya perubahan struktural

‘20 Praktek Keselamatan dan Kesehatan Biro Akademik dan Pembelajaran


6 Kerja
Semester Ganjil th 20202021
BAB VII – TOKSIKAN DI TEMPAT KERJA

Gambar 7.4 Wujud Efek Toksik

Sumber: Priyanto. 2009. Toksikologi Mekanisme,Terapi Anitidotum, Penilaian Risiko

Perubahan struktural. Perubahan struktural bisa terjadi dalam bentuk degenerasi,


proligferasi dan inflamasi. Degenerasi adalah pengecilan sel atau pengurangan jumlah organel
dalam sel, seperti atropi atau nekrosis, Atropi adalah berkurangnya jumlah sel yang dapat
menyebabkan penyusutan jaringan atau organ. Kekurangan zat makanan atau hormon tertenyu
dapat menyebabkan atropi. Proliferasi awalnya juga merupakan respon homeostatis adaptif
yang dapat diikuti proliferasi yang irreversible oleh sekelompok populasisel, yang dikenal
dengan sebutan kanker. Proliferasi dapat dibedakan menjadi hipertrofi atau hiperplasia.
Hipertropi adalah respon proliferasi yang berkaitan dengan pembesaran sel, sedangkan
hiperplasia berkaitan dengan pertambahan jumlah sel. Inflamasi atau peradangan adalah
merupakan sustu proses yang dinamis, yang berat dan ringannya sangat tergantung dari zat
yang menyebabkan dan resspon tubuh. Perubahan yang terjadi mulai dari kemerah-merahan,

‘20 Praktek Keselamatan dan Kesehatan Biro Akademik dan Pembelajaran


7 Kerja
Semester Ganjil th 20202021
BAB VI – FISIOLOGI KERJA

edema,nyeri dan selanjutnya sampai menyebabkan kehilangana fungsi pada organ


yang mengalami inflamasi.

Gambar 7.5 Sifat Efek Toksik

Sumber: Priyanto. 2009. Toksikologi Mekanisme,Terapi Anitidotum, Penilaian


Risiko

Sifat efek toksik berdasarkan kemampuan tubuh untuk pulih bisa


dikelompokkan menjadi dua, yaitu efek yang bisa pulih (reversible) dan tidak bisa
pulih (irreversible). Efek yang bisa pulih (reversible) memiliki ciri bila jumlah zat
toksik dalam tempat kerjanya atau reseptor telah habis, maka reseptor akan
kembali seperti keadaan semula. Efek toksik yang diabaikan akan cepat hilang atau
kembali ke normal. Toksisitas sangat bergantung pada dosis, kecepatan absorpsi,
distribusi, dan eliminasi zat racun. Sedangkan efek toksik yang tidak bisa pulih
memiliki ciri kerusakan bersifat permanen. Paparan berikutnya akan menimbulkan
kerusakan yang sifatnya sama sehingga memungkinkan terjadinya akumulasi efek
toksik. Paparan dengan takaran sangat kecil dalam jangka panjang akan
menimbulkan efek toksik yang sama efektifnya dengan yang ditimbulkkan oleh
paparan dosis besar jangka pendek. Ini menunjukkan zat yang dapat menimbulkan
efek toksik irreversible adalah zat racun yang terakumulasi atau sangat sukar
dieliminasi.
Kondisi efek toksik akan menentukan keberadaan zat toksi dalam sel
BAB VII – TOKSIKAN DI TEMPAT KERJA

sasaran, karena berbagai kondisi efek toksi akan mempengaruhi efektivitas/


translokasi zat dalam tubuh. Dalam tubuh atau dalam sel sasaran zat toksik akan
berintertaksi dengan reseptornya baik secara langsung atau tidak langsung. Efek
negatif dari hasil interaski jika tidak dapat dielminir atau diadaptasi dapat
menyebakan gangguan fungsional, bikimiawai atau gangguan struktural.

Gambar 7.6 Hubungan Antara Asas Umum Toksikologi

Sumber: Priyanto. 2009. Toksikologi Mekanisme,Terapi Anitidotum, Penilaian Risiko

‘20 Praktek Keselamatan dan Kesehatan Biro Akademik dan Pembelajaran


9 Kerja
Semester Ganjil th 20202021

Anda mungkin juga menyukai