Anda di halaman 1dari 10

BAB VI – FISIOLOGI KERJA

MODUL PERKULIAHAN

PRAKTEK K-3
KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA

BAB VI (LANJUTAN)
FISIOLOGI KERJA

Fakultas Program Tatap Kode MK Disusun Oleh


Studi Muka
TEKNIK TEKNIK 20720005 HERU SANTOSO, IR. MM
MESIN 07
Abstract Kompetensi
1. Hakikat, pengertian, maksud dan Mahasiswa memahami hakikat peng
tujuan mengedepankan aspek etahuan, sikap dan perilaku yang
safety dilingkungan pekerjaan. diharapkan dalam pembelajaran pen
2. Perlu diambil langkah2 didikan Kesehatan dan Keselamatan
pengamanan terhadap timbulnya Kerja sehingga selalu bersikap
kecelakaan kerja mengedepankan aspek safety
3. (sesuai RPS) dalam kehidupan sehari-hari.
(sesuai RPS)

‘20 Praktek Keselamatan dan Kesehatan Biro Akademik dan Pembelajaran


1 Kerja
Semester Ganjil th 20202021
BAB VI – FISIOLOGI KERJA

BAB 6
FISIOLOGI KERJA (LANJUTAN)

6.3 Homeostatis

Homeosatatis adalah suatu perasaaan atau kondisi yang merujuk pada keadaan
keseimbangan, tetap atau ekuilibrium. Mempertahankan lingkungan internal yang stabil
membutuhkan monitoring dan pengaturan yang tetap terhadap respon perubahan dari luar.
Pengaturan sistem fisiologis di dalam tubuh ini dinamakan homeostatis. Homeostatis terdiri dari
tiga mekanisme, yaitu: 1)receptor, 2)pusat pengendali, 3)effektor. Receptor menerima informasi
tentang perubahan sesuatu di lingkungan. Pusat pengendali bertugas menerima dan
memproses informasi dari

receptor. Terakhir, effektor merespon komando pusat pengendali untuk melawan maupun
memperbaiki stimulus. Oleh karena lingkungan dalam dan luar tubuh selalu berubah secara
konstant dan memerlukan pengaturan untuk bisa bertahan, homeostatis bisa dikatakan sebagai
suatu keseimbangan dinamis atau dynamic equilibrium.
Variasi mekanisme homesotatis memelihara lingkungan internal dengan batas-batas
yang dapat diterima. Artinya homeostatis akan mempertahankan melalui serangkaian
mekanisme pengendalian, dengan kata lain bila mekanisme ini tidak bisa akan timbul penyakit.
Ketika sel tubuh tidak berfungsi, keseimbangan homestatis menjadi kacau, pada akhirnya akan
sakit dan malfungsi sel. Kondisi sakit, atau malfungsi sel dana diakibatkan oleh dua cara utama.
Pertama, defisiensi. Defisiensi adalah keadaan sel tidak dapat memenuhi kebutuhannya.
Kedua, toksisitas. Toksisitas yaitu sel diracuni oleh sesuatu yang tidak dibutuhkan oleh sel.
Saat homeostatis mengkacaukan sel, ada beberapa pola untuk mengoreksi atau memperbaiki
masalah ini. Dalam mekanisme pengendalian ini, terdapat pengaruh faktor luar yang utamanya
berasal dari pola hidup dan pajanan lingkungan yang dapat memberikan pengaruh terhadap
kemampuan tubuh untuk bertahan tetap sehat.
Gizi. Apabila asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh kurang, maka fungsi sel akan
lemah, dan memungkinkan untuk terjadinya penyakit. Contoh, seorang wanita yang sedang
menstruasi dengan asupan diet zat besi yang kurang akan menyebabkan anemia. Kekurangan
hemoglobin, molekul yang membutuhkan besi akan menghasilkan kemampuan angkut oksigen
kurang. Gejalanya misalnya lelah, namun apabilan anemia sudah parah maka akan
meningkatkan denyut jantung, jantung berdebar dan berkeringat hingga jantung gagal berdetak.
‘20 Praktek Keselamatan dan Kesehatan Biro Akademik dan Pembelajaran
2 Kerja
Semester Ganjil th 20202021
BAB VI – FISIOLOGI KERJA

Pada pekerja wanita, anemia merupakan masalah yang harus mendapatkan perhatian.
Toxin. Toksin adalah suatu zat yang mengganggu funsi sel, menyebabkan malfungsi sel.
Racun dapat masuk melalui berbagai macam cara melalui kiulit, pencernaan dan pernafasan.
Sumber racun berasal dari insektisida, industri, lingkungan kerja lainnya. Pada intinya semua
zat adalah racun. Hal yang membedakan apakah suatu zat itu racun atau bukan adalah dosis.
Psikologi. Kesehatan psikis dan mental tidap dapat dipisahkan.
Emosi dan pikiran dapat menyebabkan perubahan kimia, misalnya stres.
Fisik. Pertahanan fisik penting untuk sel dan tubuh. Istirahat cukup, paparan sinar
matahari yang cukup, dan olah raga yang memadai adalah contoh mekanisme fisik yang
mempengaruhi homeostatis. Waktu

tidur yang kurang akan menyebabkan gangguan seperti irama jantung yang tidak teratur,
kelelahan, kecemasan dan pusing. Pekerja dengan shift kerja malam hari harus lebih
memperhatikan adanya kemungkinan waktu istirahat yang tidak cukup.
Genetik/ reproduksi. Gen, adakalanya berubah oleh karena faktor eksternal lingkungan,
namun perubahan gen oleh eksternal lingkungan bisa sedikit dikendalikan untuk mengurangi
terjadinya penyakit. Awalnya, penyakit disebabkan gen mengalami mutasi. Contoh kanker dapat
disebabkan adanya mutasi gen karena paparan radiasi.
Medis. Melalui kedokteran modern, tubuh diberikan anti bodi untuk melawan infeksi atau
kemoterapi untuk mengobati sel kanker. Bila dosis yang diberikan salah, homeostatis dapat
memperbaikinya. Trial and error pengobatan medis dapat berpotensi bahaya.
Homeostatis Tubuh. Masing-masing organ berkontribusi terhadap homeostatis organ
lainnya. Tidak ada sistem dalam tubuh yang bekerja sendiri, semua saling kerjasama. Saling
bargantung satu dengan lainnya. Gangguan yang dialami oleh organ yang satu memiliki
konsekuensi pada beberapa sistem tubuh. Kontribusi berbagai sistem tubuh terhadap
homeostatis berdasarkan sistem tubuh yaitu sistem saraf, sistem endokrin, sistem skeletal,
sistem otot, sistem kardiovaskuler, sistem limfatik, pernafasan, sistem pencernaan, sistem
urinari, dan sistem reproduksi.
Sistem saraf. Sistem saraf, dengan sistem endokrin, berfungsi sebagai pusat
pengendali kerja tubuh di bawah sadar. Contoh, kelenjar hipotalamus di otak, adalah pengatur
suhu. Hipotalamus juag merangsang kelenjar pituaitary untuk melepaskan berbagai hormon
yang digunakan untuk mengendalikan metabolisme dan perkembangan tubuh. Bagian saraf
simpatik dan parasimpatik pada sistem saraf berfungsi merangsang atau mengendaliakn
berbagai respon (misalnya denyut jantung, irama pernafasan, dan sebagainya) pada level yang
seimbang. Saraf ini juga mengendalikan kontraksi otot dan gerakan tubuh. Sistem saraf juga
mengatur sistem lainnya, misalnya pernafasan (mengendalikan saat menarik dan

‘20 Praktek Keselamatan dan Kesehatan Biro Akademik dan Pembelajaran


3 Kerja
Semester Ganjil th 20202021
menghembuskan nafas), sistem kardiovaskuler (mengendalikan irama jantung dan tekanan
darah), organ endokrin (menyebabkan sekresi ADH dan oksitosin), sistem pencernaan
(mengatur pergerakan saluran pencernaan dan sekeresi), dan sistem pembuangan (membantu
pengaturan tekanan darah di ginjal dan juga mencegah perdarahan). Sistem saraf juga terlibat
dalam perilaku dan fungsi seksual.
Sistem endokrin. Sistem endokrin terdiri dari kelenjar hormon dalam aliran darah.
Masing-masing hormon mempunyai pengaruh satu

dengan lainnya sesuai dengan organ sasaran. Pada jalan ini, sistem endorin mengatur
metabolisme dan perkembangan tubuh sel dan sistem tubuh. Lebih khusus, sistem endokrin
memiliki hormon seks yang mengaktifkan kelenjar sebacea, terlibat dalam perkembangan
kelenjar susu, merubah aliran darah dan melepaskan lemak dari jaringan adiposa dan MSH
dapat merangsang melanosit di kulit. Pertumbuhan tulang diatur oleh beberapa hormon, sistem
endokrin membantu menggerakkan kalsitonin dan kalsium. Pada otot, sistem hormon mengatur
metabolisme otot, produksi energi dan pertumbuhan. Pada sistem hormon hormon
mempengaruhi metabolisme neural, mengatur aliran/ keseimbangan elektrolit dan membantu
hormon reproduksi yang memperngaruhi perkembangan CNS dan perilaku. Pada sistem
kardiovaskuler diperlukan hormon yang mengatur produksi RBC’s, yang menaikkan dan
menurunkan tekanan darah.
Sistem skeletal. Sistem kerangka berfungsi sebagai cadangan mineral penting. Contoh,
bila kadar kalisum atau magnesium darah kurang dan mineral tidak tersedia cukup dalam
makanan, akan diambil dari tulang. Dengan kata lain, sistem skeletal menyediakan kalsium
yang dibutuhkan untuk kontraksi otot. Limfosit dan sel lainnya yang berkaitan dengan respon
kekebalan diproduksi dan disimpan dalam sumsum tulang. Sistem skeletal dalam melindungi
sistem saraf, organ endokrin, dada dan daerah pelvis seluruhnay merupakan organ penting.
Sistem otot. Sistem otot memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam menjadi
temperatur tubuh melalui produksi panas. Sistem otot juga berperan dalam keseimbangan
penyimpanan energi seperti glikogen. Dalam sistem saraf, sistem otot membantu memantau
posisi tubuh. Otot juga membantu melindungi kelenjar endokrin dan organ pencernaan. Otot
juga mengendalikan kontraksi selama kegiatan seksual. Otot juga merupakan alat dalam
menggerakkan darah melalui vena.
Sistem kardiovaskuler. Sistem kardiovasuler, berperan dalam pemeliharaan sistem
tubuh lainnya dengan mengangkut hormon dan zat gizi, membawa keluar produk sisa,
menyediakan semua kebutuhan sel dengan menyulai oksigen dan memindahkan
karbondioksida. Homestatis akan terganggu bila sistem kardivaskuler tidak berfungsi dengan
benar. Kulit, tulang, otot, sistem saraf, sistem endokrin, sistem limpa, peru, sistem pencernaan
menggunakan sistem kardiovaskuler sebagai jalan untuk mendistribusikan segala sesuatu yang

‘20 Praktek Keselamatan dan Kesehatan Biro Akademik dan Pembelajaran


4 Kerja
Semester Ganjil th 20202021
BAB VI – FISIOLOGI KERJA

dibutuhkan oleh tubuh.


Sistem limfatik. Sistem ini memiliki tiga peran. Pertama, memelihara volume darah dan
jaringan. Kelebihan cairan yang melewati kapiler saat berada di bawah tekanan akan
meyebabkan pembengkakan. Kedua, sistem limfa menyerap asam lemak dan trigliserida dari
pencernaan

lemak, sehingga komponen makanan tidak masuk secara langsung ke dalam aliran darah.
Ketiga, sistem limfa terlibat dalam pertahanan tubuh dalam melawan masuknya mikroba dan
respon kekebalan. Sistem ini membantu pemeliharaan misalnya memperbaiki tulang dan otot
setelah ada cidera. Sistem pertahanan lainnya, membantu pemeliharaan pH urin untuk
melawan infeksi dalam sistem urin. Tonsil tubuh membantu pertahanan untuk melawan infeksi
dan racun yang diserap melalui makanan dari saluran pencernaan.
Sistem pernafasan. Sistem pernafasan bekerja bersama dengan sistem kardiovaskuler
untuk menyediakan oksigen bagi sel dan setiap sistem untuk metabolisme seluler. Sistem
pernafasan juga mengganti karbondioksida. Ketika CO2 sebagai zat utama yang diangkut di
dalam plasma sebagai ion bikarbonat, bertindak sebagai buffer kimia, sistem pernafasan juga
membantu menjaga kadar pH darah tepat,merupakan bukti pentingnya homeostatis. Sebagai
hasil hiperventilasi, jumlah CO2 berkurang di pembuluh darah. Ini menyebabkan pH darah
meningkat. Bila kadar asam darah meningkat sekitar 7,45 pernafasan bersifat alkali. Dengan
kata lain, bila terlalu banyak CO2 menyebabkan pH menurun sampai 7,35 maka pernafasan
akan asam. Sistem pernafasan juga membnatu sistem limfa dengan menjebak penyebab
penyakit dan melindungi jaringan yang lebih dalam.
Sistem pencernaan. Tanpa asupan energi dan nutrisi yang teratur dari sistem
pencernaan seluruh sistem dalam tubuh akan menderita. Sistem pencernaan menyerap zat
organik, vitamin, ion dan air yang diperlukan oleh selurug tubuh. Di kulit, sistem pencernaan
menyediakan lemak untuk disimpan dalam lapisan subkutan. Dengan catatan bahwa makanan
melalui tiga tahap pemrosesan dalam tubuh:dicerna, diserap dan dibatasi. Apabila salah satu
dati ketiga tahap tidak bekerja, maka akan terjadi masalah. Teknik mencerna makanan dapat
berlangsung secara kimiawi, gerakan, menelan, menyerap dan membatasi. Dalam menjaga
kesehatan dan efisiensi sistem pencernaan, harus diingat komponen yang terlibat.
Sistem urinari. Sisa racun nitrogen berkumpul sebagai protein dan asam nukleat yang
dipecah dan digunakan untuk tujuan lainnya. Sistem urin ini membersihkan tubuh dari sisa tadi.
Sistem urin juga secara langsung terlibat dalam memelihara volume darah (secara tidak
langsung tekanan darah) secara tepat dan kosnetrasi ion di dalam darah. Salah satu
kontribusinya adalah ginjal memproduski hormon (erythropoeitein) yang merangsang produksi
sel darah merah. Ginjal juga berperan penting dalam memelihara kadar air dalam tubuh dan

‘20 Praktek Keselamatan dan Kesehatan Biro Akademik dan Pembelajaran


5 Kerja
Semester Ganjil th 20202021
BAB VI – FISIOLOGI KERJA

komposisi garam secara tepat dalam cairan ekstraseluler.

Sistem reproduksi. Sistem reproduksi ini unik, sistem ini memiliki peran yang kecil
dalam homeostatis. Dibandingakan dengan homeostatis, sistem ini lebih berperan dalam
memelihara kelangsungan organisme. Hormon seks mempengaruhi sistem tubuh lainnya,
ketidaseimbangan hormon akan berpengaruh terhadap terjadinya gangguan (misalnya wanita
yang memiliki gangguan ovarium lebih berisiko menderita osteoporosis).

6.2 Beban Kerja

Beban kerja adalah sejumlah pekerjaan yang dikerjakan. Beban kerja fisik adalah kerja
yang memerlukan energi fisik otot manusia sebagai sumber tenaganya. Secara umum,
pekerjaan yang menimbulkan beban kerja yang dilakukan oleh manusia dapat dikategorikan
menjadi beban kerja fisik dan beban kerja mental.
Beban Kerja Fisik. Beban kerja fisik disebut juga manual operation yaitu kondisi
performans kerja sepenuhnya akan tergantung pada manusia yang berfungsi sebagai sumber
tenaga ataupun pengendali kerja. Kerja fisik juga dapat dikonotasikan denga kerja berat atau
kerja kasar karena kegiatan tersebut memerlukan usaha fisik manusia yang kuat selama
periode kerja berlangsung. Dalam kerja fisik konsumsi energi merupakan faktor utama yang
dijadikan tolok ukur penentu berat atau ringannya suatu pekerjaan. Kerja fisik akan
mengakibatkan perubahan fungsi pada alat tubuh yang dapat dideteksi melalui beberapa
parameter. Parameter tersebut adalah konsumsi oksigen, denyut jantung, peredaran udara
dalam paru-paru, temperatur tubuh, konsentrasi asam laktat dalam darah, komposisi kimia
dalam darah dan air seni.
Beban kerja fisik dapat diukur secara objektif dengan metode langsung dan metode
tidak langsung. Metode pengukuran langsung yaitu dengan cara 1) Mengukur energi yang
dikeluarkan (energy expenditure), dan 2) Penilaian beban kerja berdasarkan kebutuhan kalori,
berdasarkan penghitungan denyut nadi.
Mengukur energi yang dikeluaran (energy expenditure) melalui asupan oksigen selama
bekerja. Semakin berat beban kerja semakin banyak energi yang dikonsumsi atau dikeluarkan.
Metode ini lebih akurat, namun hanya dapat mengukur waktu kerja yang singkat dan metode ini
memerlukan peralatan yang cukup mahal. Metode pengukuran tidak langsung adalah dengan
menghitung denyut nadi selama bekerja.
Penilaian beban kerja berdasarkan kebutuhan kalori. Semakin berat pekerjaan, semakin
besar energi yang dibutuhkan untuk bekerja. Berdasarkan hal itu maka besarnya jumlah kalori
digunakan sebagai petunjuk untuk menentukan berat ringannya beban kerja. Berkaitan dengan
hal tersebut, Menteri Tenaga Kerja melalui Keputusan Nomor 51 Tahun 1999 menetapkan
‘20 Praktek Keselamatan dan Kesehatan Biro Akademik dan Pembelajaran
6 Kerja
Semester Ganjil th 20202021
BAB VI – FISIOLOGI KERJA

kategori beban kerja menurut kebutuhan kalori. Untuk

beban kerja ringan dibutuhkan kalori sebesar 100-200 kilo kalori/jam, beban kerja sedang
dibutuhkan kalori >200-350 kilo kalori/jam dan untuk beban kerja berat dibutuhkan kalori >350-
500 kilo kalori/jam.
Penilaian beban kerja berdasarkan denyut nadi kerja. Pengukuran denyut nadi selama
bekerja merupakan metode untuk menilai cardiovasculair strain. Salah satu peralatan yang
dapat digunakan untuk menghitung denyut ndai adalah telemteri dengan menggunakan
rangsangan Elecvtrocardiograph (ECG). Apabila peralatan terbeut tidak tersedia maka dapat
dicatat sebagai manual dengan memakai stopwatch dengan metode 10 denyut. Metode
tersebut dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut :

Denyut nadi (denyut/ menit) = (10 denyut/ waktu penghitungan)x 60

Peningkatan denyut nadi mempunyai petan yang sangat penting dalam peningkatan
cardiac output istirahat sampai kerja maximum. Manuaba (1996) menentukan klasifikasi beban
kerja dengan denyut nadi maksimum karena beban kardiovaskuler (cardiovasculair load=

100 x (denyut nadi kerja-denyut nadi


%CVL istirahat)
= denyut nadi maksimum – denut nadi
istirahat
%CVL) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Estimasi indeks beban kerja fisik menurut Grandjean terdiri dari beberapa jenis yang
didefinisikan sebagai berikut a) Denyut nadi istirahat,yaitu rerata denyut nadi sebelum
pekerjaan dimulai, b) Denyut nadi kerja, yaitu rerata denyut nadi selama bekerja, c) Nadi kerja,
yaitu selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi kerja, d) Denyut nadi masksimum :
wanita = 200-usia, laki-laki = 220-usia. Hasil perhitungan % CVL tersebut kemudian
dibandingkan dengan klasifikasi pada Tabel 5.1 berikut:

Tabel 6.1 Persentase Cardiovaskulair Load (CVL) dan Indikasi Kelelahan

Persentase Indikasi Kelelahan


CVL
X ≤ 30% Tidak terjadi kelelahan
30 < X < 60% Diperlukan perbaikan
60< X ≤ 80% kerja dalam waktu singkat
80< X ≤ 100% diperlukan tindakan segera
X > 100% tidak diperbolehkan

‘20 Praktek Keselamatan dan Kesehatan Biro Akademik dan Pembelajaran


7 Kerja
Semester Ganjil th 20202021
BAB VI – FISIOLOGI KERJA

beraktivitas
Sumber; Gradjean (2003), Fitting The Task To The Human

Beban Kerja Mental. Beban kerja mental adalah suatu istilah yang menggambarkan
suatu pekerjaan mengolah informasi melalui pikiran. Beban kerja mental ini lebih memeras otak
karena dalam proses berpikir memerlukan usaha-usaha kreatif untuk dapat memutuskan
sesuatu. Faktor yang menentukan adalah pengetahuan, pengalaman, kecerdasan mental atau
emosional, dan kemampuan dalam berpikir dan menformulasikan ide-ide baru. Contoh beban
kerja mental: merancang sebuah konstruksi mesin, merencanakan suatu proses produksi,
mempelajari file atau dokumen-dokumen dan menyaring informasi dari dokumen tersebut,
meringkas dan menyampaikan kembali, memberi perintah dan menulis sebuah laporan.
Beban kerja mental di tempat kerja ditentukan oleh beberapa faktor. Aktifitas mental
membutuhkan konsentrasi dan kewaspadaan yang tinggi dalam periode kerja yang panjang.
Beban kerja mental ini juga muncul saat aktifitas memerlukan keputusan yang berat dengan
melibatkan tanggung jawab yang besar untuk menjaga kualitas produk dan keselamatan kerja
karyawan dan pabrik. Beban mental akan lebihterasa pada pekerjaan yang cenderung
monoton. Interaksi antar karyawan dengan atasan yang kurang juga menyebabkan beban kerja
mental.

6.3 Organisasi Kerja

Organisasi kerja berkaitan dengan pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, termasuk
juga kerja malam dan shift kerja. Dalam fisiologi kerja waktu kerja mempengaruhi performa
kerja, sehingga perlu ditentukan waktu kerja yang tepat tidak terlalu panjang atau terlalu
pendek. Waktu kerja yang terlalu panjang akan menyebabkan kelelahan kerja sedangkan waktu
kerja yang terlalu pendek menyebabkan pekerjaan tidak dapat terselesaikan dengan baik.
Jam Kerja. Di Indonesia jam kerja maksimal 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Ada
perbedaan penerapan hari kerja dari empat hari kerja dan lima hari kerja. Beberapa tempat
kerja menemukan bahwa perubahan hari kerja dari enam hari ke lima hari dapat mengurangi
absenteisme. Pengalaman memperlihatkan bahwa secara umum karyawan khususnya wanita
lebih menyukai lima hari kerja.
Jam Istirahat. Ada jam kerja, dan ada jam istirahat. Setiap fungsi fisiologis tubuh
memiliki irama seimbang antara konsumsi energi dan pergantian energi, sehingga ada kerja
dan ada istirahat. Jenis istrirahat bervariasi tergantung dari keadaan sekitarnya. Empat tipe ini
bisa dibedakan menjadi 1) Istirahat spontan, 2) Istirahat tidak terduga, 3) Istirahat setelah
bekerja, 4) Istirahat yang diatur oleh manajemen.

‘20 Praktek Keselamatan dan Kesehatan Biro Akademik dan Pembelajaran


8 Kerja
Semester Ganjil th 20202021
BAB VI – FISIOLOGI KERJA

Istirahat spontan. Istirahat spontan merupakan istirahat yang langsung dilakukan karena
inisiatif karyawan sendiri. Biasanya tidak lama, namun dilakukan sering, sifat pekerjaan ini
mengerahkan energi cukup besar.
Istirahat tidak terduga. Istirahat ini berfungsi sebagai relaksasi dari konsentrasi terhadap
pekerjaan. Mayoritas istirahat adalah istirahat tidak terduga, misalnya membersihkan mesin,
bersandar pada kursi yang lebih nyaman, meninggalkan tempat kerja untuk bertemu rekan
kerja.
Istirahat setelah selesai bekerja. istirahat yang diatur oleh manajemen. Jenis istirahat ini
karena sistem kerja, misalnya mesin berhenti.
Shift Kerja. Shift kerja adalah jam kerja yang bergilir. Adakalanya shift kerja diperlukan
karena proses produksi harus selalu berjalan selama 24 jam terus menerus tanpa
berhenti.Pekerjaan yang memerlukan proses produksi terus menerus antara lain berkaitan
dengan fungsi pelayanan umum, misalnya rumah sakit, keamanan/ polisi, hotel, dan berkaitan
dengan beberapa industri. Apabila proses produksi menyertakan manusia sebagai tenaga
pekerja dan harus berlangsung terus-menerus, maka kondisi ini akan mengacaukan sistem
homeostatis tubuh, sehingga akan timbul sakit. Hal ini karena tenaga manusia terbatas. Oleh
karena itu, untuk menjembatani kondisi ini diperlukan kerja gilir atau shift kerja. Terdapat 5
faktor utama yang harus diperhatikan dalam merancang shift kerja,yaitu: 1) Jenis shift (pagi,
siang, malam), 2) Panjang waktu tiap shift, 3) Waktu dimulai dan diakhirinya shift, 4)Distribusi
waktu istirahat, 5)Arah transisi shift. Sedangkan dalam merancang sebuah shift kerja ada 5
kriteria penting, yaitu: a) Jarak minimal 11 jam antar shift, b)Hanya bekerja 5 hari, dan istirahat
2 hari, c) Tersedia waktu di akhir pekan (minimal 2 hari), d) Rotasi shift mengikuti matahari, e)
Jadwal sederhana.
Shift kerja dan circadian rhythm. Kerja shift sebenarnya tidak terlalu menjadi masalah
dalam K3, asalkan komponen di atas diperhatikan. Diantara jadwal shift pagi, siang dan malam
hari secara umum yang paling berpengaruh adalah shift kerja malam hari. Pada shift kerja
malam, manusia harus siaga untuk mengerjakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya,
waktu yang seharusnya dipakai untuk istirahat. Disinilah letak permasalahannya. Manusia
adalah makhluk circadian rhythm. Circa dies = kira-kira satu hari. Istilah ini mengandung
pengertian bernacam-macam fungsi tubuh berfluktuasi selama 24 jam. Manusia pada pagi dan
siang hari beraktifitas, dan malam hari beristirahat. Kalau dibalik, maka homeostatis akan
kacau. Sehingga dalam hal ini supaya menjaga kondisi homeostatis pengaturan shift kerja
harus tepat, tidak terlalu panjang atau pendek dan memberi kesempatan tubuh untuk istirahat.

‘20 Praktek Keselamatan dan Kesehatan Biro Akademik dan Pembelajaran


9 Kerja
Semester Ganjil th 20202021
BAB VI – FISIOLOGI KERJA

Secara garis besar ada dua pola shift kerja, yaitu pola 2-2-2 (metropolitan
role) dan pola 2-2-3 (continental role). Dalam penyusunan shift perlu diperhatikan
pekerja sebaiknya berusia 25-50 tahun, pekerja yang memiliki penyakit pada
gastrointestinal dan emosi yang tidak stabil disarankan untuk tidak ditempatkan di
shift malam, pekerja yang tinggal jauh dari tempat kerja tidak boleh masuk pada
shift malam, rotasi pendek lebih baik daripada rotasi panjang. Artinya bila
pergantian shift tiap minggu lebih baik daripada bulanan, setelah shift kerja malam
hari harus diganti dengan istirahat paling sedikit 3 x 24 jam, perencanaan shift
malam harus memperhatikan libur akhir pekan, minimal 2 hari. Hal ini memberi
kesempatan untuk berlibur dengan keluarga dan aktivitas sosial.

6.4 Ringkasan

Fisiologi kerja mempelajari tentang fungsi sistem pada tubuh manusia yang
berkaitan dengan pekerjaan. Dalam tubuh manusia terdapat suatu homesotatis,
yaitu kondisi untuk mempertahankan keseimbangan fungsi tubuh dalam
menghadapi respon dari luar lingkungan. Faktor pekerjaan termasuk juga
lingkungan kerja merupakan faktor yang berasal dari luar yang dapat
menngacaukan sistem homeostatis. Sebaliknya, sistem homesotatis perlu dijaga
supaya dalam melakukan pekerjaan manusia berada pada kondisi kesehatan yang
optimal. Perlu pula dipahami masing- masing fungsi sistem yang mendukung
pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai