Anda di halaman 1dari 17

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

APLIKASI TEORI ROY


A. DATA DEMOGRAFI
1. Nama : Tn. S No. MR : 348537
2. Umur : 53 th Tgl Msk : 16/10/15
3. Jenis kelamin : Laki-Laki Tgl Pgkjn : 20/10/15
4. Status kesehatan :
1 Bulan SMRS pasien mengeluh badan lemas, cegukkan, dan mengalami
penurunan BB sebelum sakit 57 kg setelah sakit 41 kg, TB 160. 1 minggu SMRS
pasien mengeluh panas naik turun. 2 hari SMRS pasien mengeluh BAB cair
frekuensi 3x/hari. Tahun 1998, pasien mengatakan telah cerai dengan istrinya.
Riwayat seks dengan PSK tanpa pelindung. Tahun 2005 pasien mengatakan
Riwayat nyabu, merokok dan minum alkohol. Pasien juga mengatakan
mempunyai riwayat HT.

Saat ini pasien dirawat di dahlia 2. Hasil pengkajian didapatkan Keluhan pasien
badan lemas, sesak, ronchi+/+, diare 3x/hari, BAB cair, demam naik turun, mual,
tidak nafsu makan, TTV; TD 96/69 mmhg, N 95 x/menit, RR 32 x/menit, S 38,2 o

C. Terpasang oksigen kanul 3 liter/menit, terpasang IVFD Ringer Laktat 20


tetes/menit. Pemeriksaan Thoraks hasil TB paru aktif. Terapi yang diperoleh :
Ranitidin 2 x 1 amp, New Diatab 4 x 2 tablet, Paracetamol 4 x 500 mg,
Ciprofloxacin 2 x 200 mg, CPZ 1 x 20 mg. Pemeriksaan hasil Laboratorium :
Albumin 1,96 (3,4-4,8), Hb 8,1 gr% (14-18), Ht 26% (40-52), Na 126 mmol/L
(135-147), Chlorida 91mmol/L, LED 99, SGOT 210 u/l (0-50), SGPT 147 u/l(0-
50).
5. Status perkembangan : Dewasa Tua
6. Orientasi sosial budaya :
Suku sunda, bekerja sebagai buruh bangunan tidak tetap. .
7. Sistem pelayanan kesehatan
Untuk mengatasi masalah kesehatan pasien memanfaatkan Puskesmas/RS
terdekat. Perawaatan saat ini dibiayai melalui BPJS.

65
8. Sistem keluarga :
Pasien sudah menikah, tetapi cerai dan tidak mempunyai anak. Berkomunikasi
dengan baik dengan keluarganya.
9. Tinggal dengan siapa :
Pasien tinggal dengan ibu dan saudara kandung perempuannya.
10. Lingkungan :
Tersedia sarana transportasi berbagai macam. Jarak cukup dari rumah ke
puskesmas dan RS.
11. Sumber-sumber :
Ibu kandung, saudara kandung perempuan dan keyakinan akan Tuhan merupakan
sumber kekuatan pasien.
12. Status lokasi :
Lokasi penyakit yang diderita pasien : diPencernaan (usus)
B. PENGKAJIAN MODEL ADAPTASI ROY

Gambar 1. Skema Sistem Adaptasi Menurut Sister Callista Roy.

I.
Input Control processes Effector Output
II.
III. Physiological
Stimuli Coping function Adaptive
IV.
Adaptation Mechanism Self concept and
Level Regulator Role function Ineffective
V.
Cognator Interdependence responses
VI.
VII.
feedback
VIII.
IX.
Sister Callista Roy (1984), dikutip dari Nursing Theorists and their Work,
fourthX.edition, Mosby Company (1998)

1. Pengkajian perilaku
a. Mode Fisiologis
1) Oksigenasi :
pasien badan,sesak, RR 32 x/menit, Ronchi+/+. Terpasang oksigen kanul 3
liter/menit. Pemeriksaan Thoraks hasil TB paru aktif.
2) Nutrisi

63
Keluhan pasien badan lemas, diare 3x/hari, mual, tidak nafsu makan, 1
Bulan SMRS pasien mengeluh mengalami penurunan BB sebelum sakit 57
kg setelah sakit 41 kg, TB 160 cm. Pemeriksaan hasil Laboratorium :
Albumin 1,96 (3,4-4,8), Hb 8,1 gr% (14-18), SGOT 210 u/l (0-50), SGPT
147 u/l(0-50).

3) Eliminasi
2 hari SMRS pasien mengeluh BAB cair frekuensi 3x/hari. Keluhan pasien
badan lemas, diare 3x/hari.

4) Aktivitas dan istirahat


1 Bulan SMRS pasien mengeluh badan lemas, cegukkan. Keluhan pasien
badan lemas.
5) Integritas Kulit
1 minggu SMRS pasien mengeluh panas naik turun, S 38,2 o C.
6) Sensasi
Tidak terdapat keluhan pada sensi pasien.
7) Cairan dan elektrolit
1 minggu SMRS pasien mengeluh panas naik turun. 2 hari SMRS pasien
mengeluh BAB cair frekuensi 3x/hari. Tahun 1998, Saat ini Keluhan pasien
badan lemas, diare 3x/hari, demam naik turun, TTV; TD 96/69 mmhg, N 95
x/menit. Terpasang IVFD Ringer Laktat 20 tetes/menit. Pemeriksaan
laboratorium Ht 26% (40-52), Na 126 mmol/L (135-147), Chlorida
91mmol/L, LED 99.
8) Fungsi neurologi
Kontrol terhadap pergerakan tubuh baik, kesadaran composmentis.

9) Fungsi endokrin
tidak ada gangguan pada fungsi endokrin, saat Pemeriksaan fisik : tidak ada

pembesaran kelenjar tiroid.

b. Mode Konsep diri


Pasien mengatakan sudah cerai dengan istrinya dan setelah cerai dengan
istrinya pasien sering melakukan hubungan seks dengan PSK tanpa pelindung.

64
Tahun 2005 pasien mengatakan Riwayat nyabu, merokok dan minum alkohol.
Dan akhirnya sering sakit-sakitan, seperti sekarang ini sering muncul keluhan
diare/BAB mencret. Pasien merasa cemas dengan kondisinya dan bersedia
dilakukan tes HIV jika ada hasil tes, orang yang boleh tahu adalah adik
kandung perempuan.

c. Mode Fungsi peran


Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara, Tahun 1998, pasien
mengatakan telah cerai dengan istrinya. Dan sekarang tinggal sama ortunya
dan saudara kandungnya.

d. Mode Interdependensi
Hubungan pasien dengan keluarga baik dan selama dirawat di rumah sakit,
pasien. ditunggu Oleh ibunya dan saudara kandung perempuan, kadang
berganti dengan saudaranya. Klien tidak dapat beraktivitas mandiri seperti
mandi, makan, berpakaian. Semua aktivitas dibantu ibunya. Klien menunjukan
kesedihan karena disaat sakit tidak ditemani oleh istrinya, karena sudah cerai.
2. Pengkajian Stimulus
a. Stimulus fokal :

Keluhan pasien badan lemas, sesak, diare 3x/hari, BAB cair, demam naik

turun, mual, tidak nafsu makan.

b. Stimulus Kontekstual :

Infesi bakteri TB dan penurunan daya tahan tubuh.

c. Stimulus Residual : Riwayat seks dengan PSK tanpa pelindung. Tahun 2005

pasien mengatakan Riwayat nyabu, merokok dan minum alkohol. Pasien juga

mengatakan mempunyai riwayat HT.

Jakarta , 20/10/15

Dian Noviati Kurniasih


20144980007

65
ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS Akumulasi sputum Gangguan Ventilasi
 Pasien mengeeluh
sesak
 ronchi+/+

DO
 RR 32 x/menit
 Tampak bernafas
menggunakan alat
bantu oksigen kanul 3
liter/menit,
 Pemeriksaan Thoraks
hasil TB paru aktif.

DS Intake nutrisi tidak MalNutrisi


 pasien mengatakan adekuat Ketidakseimbangan nutrisi
mual, tidak nafsu : kurang dari kebutuhan
makan tubuh
 Pasien mengatakan 2
hari SMRS pasien
mengeluh BAB cair
frekuensi 3x/hari.
 Pasien mengatakan 1
Bulan SMRS pasien
mengeluh badan
lemas, cegukkan.
 Pasien mengatakan
mengalami penurunan
BB sebelum sakit 57
kg setelah sakit 41 kg,
TB 160.

66
DO
 Tampak pasien lemas,
sesak, diare 3x/hari,
BAB cair,
 Pemeriksaan hasil
Laboratorium :
Albumin 1,96 (3,4-
4,8)
 Hb 8,1 gr% (14-18)
 SGOT 210 u/l (0-50),
SGPT 147 u/l(0-50).

DS Proses infeksi dan Diare


 2 hari SMRS pasien ansietas
mengeluh BAB cair
frekuensi 3x/hari
 1 minggu SMRS
pasien mengeluh
panas naik turun.
 Pasien merasa cemas
dengan kondisi
kesehatanya.
 pasien badan lemas,
sesak, diare 3x/hari,
BAB cair,
 pasien mengatakan
demam naik turun,

DO
 feses cair
 S 38,2 o C.
 Laboratorium :

67
 Ht 26% (40-52)
 Na 126 mmol/L (135-
147)
 Chlorida 91mmol/L
 LED 99

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasar hasil pengkajian pengkajian diatas, maka dapar dirumuskan diagnosa

keperawatan sebagai berikut :

1. Oksigenasi : Gangguan ventilasi berhubungan dengan Akumulasi sputum.


2. MalNutrisi : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan Intake nutris tidak adekuat.
3. Eliminasi : Diare berhubungan dengan proses infeksi dan ansietas.

Menetapkan tujuan

Tujuan yang diharapkan untuk menyelesaikan masalah klien adalah :

a. Oksigenasi efektif.

b. Nutrisi tubuh dalam kondisi seimbang .

c. Diare teratasi.

68
C. NURSING CARE PLAN
ASSESS OF ASSESSMENT NURSING
GOAL INTERVENTION EVALUATION
BEHAVIOUR OF STIMULI DIAGNOSIS
DS Stimulus Fokal: Gangguan Ventilasi Long term Objective: Mandiri : Short term goal:
Ronkhi+/+ berhubungan dengan Oksigenasi efektif
 Pasien mengeluh 1. Kaji fungsi pernafasan sesak (-), RR
akumulasi sputum. (bunyi nafas, kecepatan, normal
sesak Stimulus Short term objective: Long term goal:
irama, kedalaman dan
Kontekstual : Setelah dilakukan
 ronchi+/+ penggunaan otot bantu mampu bernafas
 Tahun 2005 tindakan keperawatan tanpa bantuan
nafas).
selama 1x24 jam
pasien 2. Anjurkan pasien untuk oksigenasi dan
DO bersihan jalan napas ronchi +/+.
bisa mengeluarkan
mengatakan menjadi efektif dengan
 RR 32 x/menit sekresi, catat karakter,
indikator
Riwayat nyabu, volume sputum dan
 Tampak bernafas adanya hemoptasis
 mampu
merokok dan 3. Anjurkan pasien untuk
menggunakan mengeluarkan
minum alkohol. secret secara mengatur posisi nyaman
oksigen kanul 3 (fowler/semifowler
efektif
liter/menit,  pasien mampu tinggi ) saat sesak
Stimulus Residual : melakukan batuk 4. Anjurkan pasien untuk
 Pemeriksaan latih nafas dalam dan
 Pasien juga efektif
Thoraks hasil TB  RR normal : 16- batuk efektif.
mengatakan 20 x/mnt 5. Pertahankan intake
paru aktif. cairan minimal 2500
mempunyai  Tidak ada
penggunaan otot ml/hari kecuali tidak
riwayat HT. bantu pernafasan diindikasikan
 Bunyi nafas 6. Anjurkan pasien untuk
normal Ronkhi -/- membersihkan secret
 Pergerakan nafas dari mulut dan trachea .
normal Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli
 Mempunyai jalan
terapi pernapasan
65
nafas yang paten 2. Evaluasi pemberian
 Mempunyai oksigen yang telah
fungsi paru dalam dihumidifikasi
batas normal (dilembabkan) sesuai
dengan terapi
oksigen 3 liter/menit
3. Terapi aerosol, nebulizer
dan perawatan paru
lainnya sesuai dengan
indikasi
4. Kolaborasi pemberian
obat sesuai indikasi : agrn
mukolitik, bronkodilator,
kortikosteroid
5. Evaluasi Pemeriksaan
Laboratorium : LED
6. Pemeriksaan Thoraks
ulang (evaluasi)
7. Pemberian :
Terapi yang diperoleh :
Ciprofloxacin 2 x 200 mg,
CPZ 1 x 20 mg
DS Stimulus Fokal: mal nutrisi Long term Objective: Mandiri Short term goal:
diare : Ketidakseimbangan Nutrisi klien terpenuhi -nafsu makan masih
 pasien 1. kaji BB/minggu dan
nutrisi : kurang dari Short term objective: kurang
mengatakan Stimulus kebutuhan tubuh - Mual berkurang, nafsu evaluasi kehilangan BB -BB belum kearah
Kontekstual : berhubungan dengan makan meningkat, diare 2. Monitor intake dan output rentang normal,
mual, tidak nafsu Tahun 2005 pasien intake nutrisi tidak berkurang 3. Anjurkan perawatan mulut Long term goal:
makan mengatakan adekuat - Berat badan klien di sebelum dan sesudah Nutrisi tubuh belum
Riwayat nyabu, arah rentang normal. penatalaksanaan makan kondisi seimbang.
 Pasien merokok dan - lab albumin,SGOT, 4. Anjurkan makan sedikit Intervensi
70
mengatakan 2 minum alkohol SGPT, HB normal. tapi sering dengan kondisi dilanjutkan :
Stimulus Residual: -Mual (-), nafsu makan yang hangat motivasi untuk tetap
hari SMRS
Tahun 1998, pasien meningkat, Diare (-), 5. Atur posisi pasien saat memenuhi
pasien mengeluh mengatakan setelah Cegukan (-), ada makan. kebutuhan nutrisi
cerai dengan peningkatan BB. 6. Cocokkan diit makanan
BAB cair
istrinya. Riwayat pasien.
frekuensi 3x/hari. seks dengan PSK 7. Beri penjelasan pasien
tanpa pelindung. untuk memenuhi
 Pasien kebutuhan nutrisi
mengatakan 1
Kolaborasi
Bulan SMRS 1. Beri makanan ke ahli gizi
pasien mengeluh untuk menentukan
komposisi diet :
badan lemas, 2. Berian terapi medikasi :
cegukkan.  Therapy yang diperoleh
: Terpasang oksigen
 Pasien kanul 3 liter/menit,
mengatakan terpasang IVFD Ringer
Laktat 20 tetes/menit.
mengalami Ranitidin 2 x 1 amp,
penurunan BB CPZ 1 x 20 mg300 cc.
 Pemeriksaan
sebelum sakit 57
Laboratorium : Hb,
kg setelah sakit SGOT , SGPT,alb ,
41 kg, TB 160.

DO
 Tampak makan

71
¼ porsi
 Feses cair
 Pemeriksaan
hasil
Laboratorium :
Albumin 1,96
(3,4-4,8)
 Hb 8,1 gr% (14-
18)
 SGOT 210 u/l (0-
50), SGPT 147
u/l(0-50).

DS Stimulus Fokal: Eliminasi : Diare Long term Objective: Mandiri Short term goal:
Infeksi berhubungan dengan tidak mengalami diare 1. Observasi feses feses berbentuk,
 2 hari SMRS Stimulus proses infeksi dan Short term objective: 2. Observasi reaksi frekuensi BAB 3x/
pasien mengeluh Kontekstual : ansietas Setelah dilakukan pasiensaat BAB. hari , Diare (-), hasil
Tahun 1998, pasien tindakan keperawatan 3. Beri penjelasan setiap LED, Ht elektrolit
BAB cair mengatakan setelah selama 3 x 24 jam tindakan yang akan mendekati normal,
frekuensi 3x/hari cerai dengan Diare teratasi dengan dilakukan suhu mendekati
istrinya. Riwayat Kriteria Hasil : 4. Beri penjelasan dengan normal.
 1 minggu SMRS seks dengan PSK pasien dengan bahasa - Long term goal:
 Feses berbentuk
pasien mengeluh tanpa pelindung..  Frekuensi BAB sederhana Diare tidak ada.
sehari sekali- tiga 5. Perhatikan keluhan diare

72
panas naik turun. Stimulus Residual: hari pasien
Riwayat Hipertensi  Tidak mengalami 6. Motivasi pasien untuk
 Pasien merasa
diare berdoa saat keluhan
cemas dengan  Menjelaskan muncul.
penyebab diare 7. Ajarkan pasien untuk
kondisi
menggunakan obat
kesehatanya. antidiare
8. Anjurkan pasien dan
 pasien badan keluarga untuk mencatat
lemas, diare warna, jumlah, frekuensi,
dan konsistensi dari feses
3x/hari, BAB 9. Ukur suhu
cair, 10. Anjurkan pasien untuk
makan rendah serat, tinggi
 pasien protein, dan tinggi kalori
mengatakan 11. Ajarkan tehnik
menurunkan stress
demam naik 12. Indentifikasi penyebab
turun, munculnya diare
13. Ukur diare
DO
Kolaborasikan
 feses tampak cair 1. Ahli gizi untuk pengaturan
diit.
 S 38,2 o C.
2. Kolaborasi dalam
 Laboratorium : pemeberian terapi :
terpasang IVFD Ringer
 Ht 26% (40-52) Laktat 20 tetes/menit.
 Na 126 mmol/L Ranitidin 2 x 1 amp, New
Diatab 4 x 2 tablet,
Paracetamol 4 x 500 mg,

73
(135-147) Ciprofloxacin 2 x 200 mg,
3. Pemeriksaan
 Chlorida
Laboratorium : LED, Na,
91mmol/L Chlorida, Ht
 LED 99

74
RESUME 1
Tn. S (53th): Diare Akut ec Imunnocompromised(HIV) + Obs Febris

Deskripsi pasien
Tn. S (53 th)

Keluhan utama:
Bab cair (Diare)

Riwayat perjalanan penyakit:


2 hari SMRS pasien mengeluh sering BAB > 4 x/hari dan cair
pantatnya terasa nyeri,Terdapat luka pada daerah anus dan
tampak kemerahan, iritasi daerah anus karena lembab terkena
feses. RR : 20 x/mebit, , S : 38°C ( mengalami infeksi). Tn. S
mengalami gangguan dalam berjalan dan beraktifitas,
dikarenakan kelemahan fisiknya dengan tubuh yang kurus dan
BB menurun 10 kg selama 2 bulan, menurut istrinya Tn.S tidak
patuh terhadap diitnya, , cemas karena perubahan fisik tetapi
menerima pengobatan, ada penurunan libido/seksual, hubungan
dan komunikasi dengan keluarga inti dan lingkungan sekitarnya
Tn S baikTn. S mengatakan saat ini mengkonsumsi obat ARV
tetapi sudah 3 minggu putus pengobatan dan pasien
menyalahkan kondisi ini pada diri sendiri,. Harga diri
terganggu karena beban financial dan hospitalisasi, Tn.S
mengatakan sudah sejak 6 bulan yang lalu mengalami
impotensi (berarti pasien mengalami gangguan fungsi primer
sebagai suami), Istri Tn.S mengatakan akhir-akhir ini Tn.A
sering marah- marah,

Riwayat penyakit yang dialami : Tn.S mengatakan menderita


penyakit diare sudah 2 bulan dan HIV sudah 6 tahun (dari
status terlihat bahwa pasien sudah menderita 7 tahun yang lalu),
Tn.S mengatakan menderita penyakit HIV 6 tahun yang lalu
(dari status terlihat bahwa pasien sudah menderita 7 tahun yang
lalu), dan pasien mengatakan sudah 6 bulan ini mengalami
Impotensi, Tn. S mengatakan saat ini mengkonsumsi ARV
tetapi sudah 3 minggu putus obat.

Pemeriksaan didapatkan
Pengkajian Level Pertama
Mode fisiologis
Oksigenisasi : RR : 20 x/mebit
Nutrisi : menurut istrinya Tn.S tidak patuh terhadap
diitnya.
Eliminasi : sering BAB > 4 x/hari dan cair
Aktivitas : Tn. S mengalami gangguan dalam berjalan dan
beraktifitas, dikarenakan kelemahan fisiknya dengan tubuh
yang kurus dan BB menurun 10 kg selama 2 bulan.
Proteksi (perlindungan): pasien mengalami iritasi daerah anus
karena lembab terkena feses. Tn S mengeluh pantatnya terasa

75
nyeri, dan tampak kemerahan.
Mode konsepdiri
Physical self : cemas karena perubahan fisik tetapi
menerima pengobatan, ada penurunan libido/seksual, hubungan
dan komunikasi dengan keluarga inti dan lingkungan sekitarnya
Tn S baik.
Personal self : Harga diri terganggu karena beban
financial dan hospitalisasi
Mode fungsi peran
Tn.S mengatakan sudah sejak 6 bulan yang lalu mengalami
impotensi (berarti pasien mengalami gangguan fungsi primer
sebagai suami).
Mode Interdependensi
Tn. S mengatakan saat ini mengkonsumsi obat ARV tetapi
sudah 3 minggu putus pengobatan dan pasien menyalahkan
kondisi ini pada diri sendiri.
Istri Tn.S mengatakan akhir-akhir ini Tn.A sering marah-
marah.

Pengkajian Tahap 2
Fokal Stimuli
Terdapat luka pada daerah anus dan tampak kemerahan.
S : 38°C ( mengalami infeksi ).
Hasil pemeriksaan terakhir leukosit 18 rb ul/dl
Tn.S mengatakan menderita penyakit diare sudah 2 bulan dan
HIV sudah 6 tahun (dari status terlihat bahwa pasien sudah
menderita 7 tahun yang lalu)
Contextual Stimuli
Tn.S mengatakan menderita penyakit HIV 6 tahun yang lalu
(dari status terlihat bahwa pasien sudah menderita 7 tahun yang
lalu), dan pasien mengatakan sudah 6 bulan ini mengalami
Impotensi.
Residual Stimuli
Tn. S mengatakan saat ini mengkonsumsi ARV tetapi sudah 3
minggu putus obat.
Istri Tn. S mengatakan akhir-akhir ini Tn.S sering marah-marah
dan Tn. S tidak patuh terhadap diitnya.
Pemeriksaan Thoraks hasil : TB paru aktif
Pemeriksaan hasil Laboratorium : leukosit 18 rb ul/dl

Therapi yang diperoleh : Terpasang oksigen kanul 3


liter/menit, terpasang IVFD Ringer Laktat 20 tetes/menit..
Terapi yang diperoleh : Ranitidin 2 x 1 amp, New Diatab 4 x 2
tablet, Paracetamol 4 x 500 mg, Ciprofloxacin 2 x 200 mg, CPZ
1 x 20 mg.

Masalah keperawatan:
Mode fisiologik : Gangguan Intergritas kulit; Gangguan
Nutrisi : kurang, Mode konsep diri : Physical self : Gangguan
gambaran diri, Mode role function : Gangguan fungsi peran,

76
Mode interdependency : Resiko terjadinya gangguan
intrgritas keluarga

Prosese Kontrol Membutuhkan perawatan fisik, Dicision making, Role


Mekanisme Koping : Inhancemet dan Coping enhancement : identifikasi gambaran
Rgulator dan Kognator perubahan diri, pendekatan yang meyakinkan, hindari
pengambilan keputusan dalam kondisi stress, penjelasan
informasi terkait diagnosis, terapi dan prognosis penyakit. Serta
perawatan luka.
Efektor : Fs Fisiologis dan Menyusun rencana tindakan untuk meningkatkan adaptasi
Konsep Diri
Memfasilitasi keutuhan integritas kulit: berikan obat sesuai
dengan program dokter, rawat luka dengan tekhnik aseptic dan
antiseptic.
Gambaran diri pasien menjadi positif ; jelaskan bahwa kondisi
ini terjadi juga pada pasien lain, support dengan nlai-nilai moral
dan spiritual yang dia miliki.
Penerimaan pasien dan istrinya tentang penurunan fungsi
peran primer : libatkan diskusi keluarga (istri) tentang adanya
perubahan fungsi peran primer pada pasien, jelaskan hal-hal
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kembali fungsi
primer tersebut dengan mengembangkan nilai-nilai dan
spiritual pada pasien dan istri.
Integritas keluarga tetap adekuat : sediakan waktu untuk
berdialog dengan pasien dan keluarga, berikan kesadaran
bahwa perubahan emosi yang terjadi pada pasien adalah
sesuatu yang bisa diantisipasi, kembangkan nilai kecintaan
yang positif yang dimiliki keluarga.

Output : Adaptif dan Tidak Dengan Teori Adaptasi Roy pasien dapat meningkatkan
Adaptif mekanisme adaptasi terhadap perubahan lingkungan yang
diperlihatkan melalui perubahan biologis, psikologis, dan
social.

77
78

Anda mungkin juga menyukai