Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

Clinical Pathway telah mulai diterapkan di RS Islam Assyifa sejak tahun 2016 yang disusun
berdasarkan PPK dan telah mendapatkan kesepakatan dokter spesialis yang bersangkutan.
Hanya saja dalam pelaksanaannya masih ditemukan kendala-kendala terkait format dan
petugas dilapangan yang belum sepenuhnya faham akan pentingnya penggunaan clinical
pathway sebagai salah satu instrument untuk mengukur kepatuhan petugas pemberi
asuhan terhadap standar pelayanan.

Clinical Pathway yang diterapkan tahun 2019 adalah untuk :


1. Stroke Iskemik
2. Demam Thypoid
3. DHF
4. Appendiksitis akut
5. Diare Ringan-Sedang

Dari tahun 2016 dan 2017 clinical pathway masih sulit untuk dijalankan di RS Islam Assyifa,
kemudian pada tahun 2018 clinical pathway berjalan dengan format yang lama yang pada
akhir 2018 dinyatakan harus direvisi ketika dinilai oleh tim surveyor verifikasi akreditasi.
Barulah pada 2019 clinical pathway mulai dilakukan revisi dan perbaikan. Pada bulan Juli
2019 ada satu dokter rumah sakit yang dikirim untuk mengikuti pelatihan clinical pathway
yang terbaru, kemudian Pada bulan Agustus dilakukan rapat koordinasi dan penyusunan
clinical pathway sehingga pelaksanaannya sendiri baru dimulai pada bulan September
evaluasi kepatuhan terhadap Clinical Pathway mulai berjalan dengan melibatkan Kepala
Instalasi juga manajer pelayanan pasien / MPP sebagai upaya quality control dan cost
control , manajer pelayanan pasien mencocokan data-data perawatan pasien yang secara
otomatis akan dibandingkan dengan Clinical Pathway. Apabila terdapat
ketidaksesuaian ,maka akan memberikan tanda. Pengembangan sistem ini telah dilakukan
sejak awal berdirinya, namun sampai dengan akhir sistem belum dapat digunakan karena
kendala internal.
BAB II
PELAKSANAAN

 Evaluasi kepatuhan Clinical Pathway dilakukan oleh Ketua Komite PMKP, Ketua
Komite Medik dan Case Manager .
 Dilakukan setiap bulan.
 Dengan cara audit berkas RM, membandingkan catatan perawatan pasien dengan
Clinical Pathway.
 Perhitungan sampel yang digunakan adalah 10% dari populasi.
 Apabila terdapat variabilitas dalam perjalanan penyakit atau komplikasi tidak
digunakan sebagai populasi pengambilan data.
 Kriteria yang dinilai adalah : Asesmen medis,asesmen keperawatan, discharge
planning, dan therapy.
BAB III
HASIL

Hasil evaluasi Triwulan II 2020:


1. Stroke Iskemik
Tabel kesesuaian
Asesmen Asesmen Discharge therapy
Medis Keperawatan Planning
100% 100% 100% 55.25%

Hasil :
Ketidaksesuaian CP terdapat pada Pemberian Therapy. Therapi yang digunakan
dalam Clinical Pathway Stroke Iskemik adalah antihipertensi, antitrombotik,
antikoagulan, dan antidiabetic. Hasil yang didapat ketika evaluasi masih adanya
varian obat yang digunakan DPJP ketika mengelola pasien dengan stroke iskemik.
Sehingga hal ini akan menjadi salah satu hal yang akan disampaikan pada rapat
evaluasi pelaksanaan clinical pathway pada pertemuan komite medic denga DPJP

2. Demam thypoid
Tabel kesesuaian
Asesmen Asesmen Discharge therapy
Medis Keperawatan Planning
100% 100% 73.15% 80,77%

Hasil :
Angka terendah dari evaluasi clinical pathway demam thypoid adalah kepatuhan PPA
dalam pelaksanaan discharge planning kepada pasien, dimana dari 3 hal yang
harusnya tersampaikan kepada pasien yaitu kebutuhan pasien selama dirumah sakit,
hand hygine, dan kebutuhan pasien selama dirumah hanya 2 yang selalu
tersampaikan yaitu kebutuhan pasien selama perawatan dan hand hygine,
sementara point kebutuhan pasien selama dirumah belum 100% dilaksanakan . Dari
hasil evaluasi ini akan dilakukan koordinasi dengan DPJP maupun PPJP terkait
pelaksanaan discharge planning pasien Thypoid agar bisa lebih baik lagi di waktu
yang akan datang
3. DHF
Tabel kesesuaian
Asesmen Asesmen Discharge therapy
Medis Keperawatan Planning
100% 100% 68.15% 71.05%

Hasil:
Angka terendah dari evaluasi clinical pathway demam DHF adalah kepatuhan
PPA dalam pelaksanaan discharge planning kepada pasien, dimana dari 4 hal
yang harusnya tersampaikan kepada pasien yaitu kebutuhan pasien selama
dirumah sakit, hand hygine, kebersihan lingkungan dan kebutuhan pasien selama
dirumah hanya 3 yang selalu tersampaikan yaitu kebutuhan pasien selama
perawatan dan hand hygine, kebutuhan pasien di rumah sementara point
kebersihan lingkungan belum 100% dilaksanakan . Dari hasil evaluasi ini akan
dilakukan koordinasi dengan DPJP maupun PPJP terkait pelaksanaan discharge
planning pasien Thypoid agar bisa lebih baik lagi di waktu yang akan datang

4. APENDIKSITIS AKUT
Tabel kesesuaian
No rekam Asesmen Asesmen Discharge therapy
medik Medis Keperawatan Planning
Rata-rata 70% 100% 98% 67.88%

Hasil:
Angka terendah dari evaluasi clinical pathway apendiksitis akut adalah masih
adanya varian dalam pemberian therapy kepada pasien, varian profilaksis dan
anti emetic yang akan tersampaikan kepada DPJP untuk meminimalisir varian.

5. DIARE SEDANG RINGAN


Tabel kesesuaian
Asesmen Asesmen Discharge therapy
Medis Keperawatan Planning
88.05% 87.70% 63.05% 67.15%

Ketidaksesuaian terhadap Clinical Pathway Diare Sedang Ringan terdapat pada


discharge planning. Angka terendah dari evaluasi clinical pathway Diare Sedang
Ringan adalah kepatuhan PPA dalam pelaksanaan discharge planning kepada pasien,
dimana dari 5 hal yang harusnya tersampaikan kepada pasien yaitu kebutuhan
pasien selama dirumah sakit, hand hygine, dan kebutuhan pasien selama dirumah,
kebersihan lingkungan, dan 3M hanya 3 yang selalu tersampaikan yaitu kebutuhan
pasien selama perawatan dan hand hygine, sementara point kebutuhan pasien
selama dirumah dan kebersihan lingkungan belum 100% dilaksanakan . Dari hasil
evaluasi ini akan dilakukan koordinasi dengan DPJP maupun PPJP terkait pelaksanaan
discharge planning pasien Thypoid agar bisa lebih baik lagi di waktu yang akan
datang.
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan
 Dari evaluasi Clinical Pathway yang telah dilakukan , sebagian besar dokter spesialis
telah mengikuti CP yang berlaku.
 Ketidaksesuaian terhadap Clinical Pathway sebagian besar adalah dalam hal
discharge planning disebabkan oleh belum terstandarnya DPJP dan PPJP dalam
melakukan penkes terkait discharge planning , padahal hal ini sangat penting terkait
kontinuitas pelayanan pasien setelah pasien pulang ke rumah.
 Ketidaksesuaian obat dikarenakan Clinical Pathway belum disesuaikan dengan
formularium nasional dan PPK terbaru.
Rekomendasi
 Melakukan Sosialisasi lebih lanjut dengan DPJP agar melakukan perawatan medis
sesuai dengan Clincal Pathway.
 Memaparkan hasil evaluasi Clinical Pathway dalam rapat Komite Medik.
 Merevisi Clinical Pathway agar obat-obatan yang digunakan sesuai dengan
formularium nasional dan PPK terbaru.
 Melaksanakan audit medis dengan rutin.
 Kepatuhan CP dijadikan sebagai salah satu penilaian kinerja tenaga medis

Sukabumi 30 Juni 2020


Ketua Komite PMKP

Tirani Adi Surya S.Kep,.Ners

Anda mungkin juga menyukai