Anda di halaman 1dari 6

DISAHKAN OLEH

PANDUAN PRAKTIK KLINIK DIREKTUR


RSI ASSYIFA SUKABUMI
Tentang
HIV

dr. H. Ahmad Dian


NOMOR DOKUMEN : 06.PPK.01 TANGGAL : Januari 2019
REVISI KE : 02 NOMOR REVISI : 02 TANGGAL : 01 Maret 2022
A. Pengertian HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang
(Definisi) menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan
AIDS. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency
Syndrome, yang berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat
menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV.
B. Anamnesis Keluhan Infeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan gejala atau
keluhan tertentu. Pasien datang dapat dengan keluhan:
1. Demam (suhu >37,5OC) terus menerus atau intermiten lebih
dari satu bulan.
2. Diare yang terus menerus atau intermiten lebih dari satu bulan.
3. Keluhan disertai kehilangan berat badan (BB) >10% dari berat
badan dasar.
4. Keluhan lain bergantung dari penyakit yang menyertainya.
Faktor Risiko:
1. Penjaja seks laki-laki atau perempuan
2. Pengguna NAPZA suntik
3. Laki-laki yang berhubungan seks dengan sesama laki-laki dan
transgender
4. Hubungan seksual yang berisiko atau tidak aman
5. Pernah atau sedang mengidap penyakit infeksi menular seksual
(IMS)
6. Pernah mendapatkan transfusi darah
7. Pembuatan tato dan atau alat medis/alat tajam yang tercemar
HIV
8. Bayi dari ibu dengan HIV/AIDS
9. Pasangan serodiskordan – salah satu pasangan positif HIV

C. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik:

1. Keadaan Umum

a. Berat badan turun


b. Demam

2. Kulit

a. Tanda-tanda masalah kulit terkait HIV misalnya kulit kering dan


dermatitis seboroik

b. Tanda-tanda herpes simpleks dan zoster atau jaringan parut bekas


herpes zoster

3. Pembesaran kelenjar getah bening

4. Mulut: kandidiasis oral, oral hairy leukoplakia, keilitis angularis

5. Dada: dapat dijumpai ronki basah akibat infeksi paru

6. Abdomen: hepatosplenomegali, nyeri, atau massa

7. Anogenital: tanda-tanda herpes simpleks, duh vagina atau uretra

1. 8. Neurologi: tanda neuropati dan kelemahan neurologis


D. Kriteria Diagnosis Diagnosis untuk HIV/AIDS bisa dilakukan dengan melihat kriteria mayor
dan minor dan dilanjutkan dengan melakukan test HIV.

Untuk Dewasa (>12 tahun) dikatakan mengidap AIDS apabila: Test HIV
(+) dan ditemukan 2 gejala mayor dan 1 gejala minor.
Ditemukan Sarcoma Kaposi atau Pneumonia pneumocystis cranii.

Untuk anak - anak (< 12 tahun): dikatakan mengidap AIDS apabila:


Lebih dari 18 bulan: test HIV (+) dan ditemukan 2 gejala mayor dan 2
gejala minor.

Kurang dari 18 bulan: test HIV (+) dan ditemukan 2 gejala mayor dan 2
gejala minor dengan ibu yang HIV (+).

Berikut kriteria mayor dan minor dari HIV/AIDS itu sendiri:

Gejala Mayor:
- Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
- Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
- Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
- Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
- Demensia/ HIV ensefalopati

Gejala Minor:
- Batuk menetap lebih dari 1 bulan
- Dermatitis generalisata
- Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster berulang
- Kandidias orofaringeal
- Herpes simpleks kronis progresif
- Limfadenopati generalisata
- Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
- Retinitis virus sitomegalo

E. Diagnosis 1. Diagnosis HIV


2. Diagnosis komplikasi HIV
3. Diagnosis penyakit penyerta
4. Pemantauan pengendalian penyakit HIV
F. Diagnosis Banding Penyakit gangguan sistem imun

G. Pemeriksaan 1. Laboratorium
Penunjang a. Hitung jenis leukosit:
Limfopenia dan CD4 hitung <350 (CD4 sekitar 30% dari
jumlah total limfosit)
b. Tes HIV menggunakan strategi III yaitu menggunakan 3
macam tes dengan titik tangkap yang berbeda, umumnya
ELISA dan dikonfirmasi Western Blot
c. Pemeriksaan DPL
2. Radiologi X-ray torak

Sebelum melakukan tes HIV perlu dilakukan konseling sebelumnya.


Terdapat 2 macam pendekatan untuk tes HIV

1. Konseling dan tes HIV sukarela (KTS-VCT = Voluntary Counseling


and Testing)
2. Tes HIV dan konseling atas inisiatif petugas kesehatan (TIPK-
PIITC= Provider – Initiated Testing and Counseling)
H. Terapi Tatalaksana HIV di layanan primer dapat dimulai apabila penderita HIV
sudah dipastikan tidak memiliki komplikasi atau infeksi oportunistik
yang dapat memicu terjadinya sindrom pulih imun. Evaluasi ada
tidaknya infeksi oportunistik dapat dengan merujuk ke layanan
sekunder untuk pemeriksaan lebih lanjut karena gejala klinis infeksi
pada penderita HIV sering tidak spesifik. Untuk memulai terapi
antiretroviral perlu dilakukan pemeriksaan jumlah CD4 (bila tersedia)
dan penentuan stadium klinis infeksi HIV.

1. Tidak tersedia pemeriksaan CD4


Penentuan mulai terapi ARV didasarkan pada penilaian klinis.
2. Tersedia pemeriksaan CD4
a. Mulai terapi ARV pada semua pasien dengan jumlah CD4
<350 sel/mm3 tanpa memandang stadium klinisnya

b. Terapi ARV dianjurkan pada semua pasien dengan TB aktif,


ibu hamil dan koinfeksi Hepatitis B tanpa memandang jumlah
CD 4.

Terapi ARV:

1. Dewasa dan anak: AZT atau TDF + 3TC (atau FTC) + EVF atau
NVP
2. Perempuan hamil: AZT + 3TC + EFV atau NVP
3. Ko-infeksi HIV/TB AZT atau TDF + 3TC (FTC) + EFV
4. Ko-infeksi HIV/Hepatitis B kronik aktif: TDF + 3TC (FTC) + EFV
atau NVP
Rencana Tindak Lanjut

1. Pasien yang belum memenuhi syarat terapi ARV Monitor


perjalanan klinis penyakit dan jumlah CD4-nya setiap 6 bulan
sekali.

2. Pemantauan pasien dalam terapi antiretroviral

a. Pemantauan klinis Dilakukan pada minggu 2, 4, 8, 12 dan 24


minggu sejak memulai terapi ARV dan kemudian setiap 6 bulan
bila pasien telah mencapai keadaan stabil.

b. Pemantauan laboratorium

- Pemantauan CD4 secara rutin setiap 6 bulan atau lebih


sering bila ada indikasi klinis.
- Pasien yang akan memulai terapi dengan AZT maka perlu
dilakukan pengukuran kadar Hemoglobin (Hb) sebelum
memulai terapi dan pada minggu ke 4, 8 dan 12 sejak
mulai terapi atau ada indikasi tanda dan gejala anemia

- Bila menggunakan NVP untuk perempuan dengan CD4


antara 250–350 sel/mm3 maka perlu dilakuan
pemantauan enzim transaminase pada minggu 2, 4, 8
dan 12 sejak memulai terapi ARV (bila memungkinkan),
dilanjutkan dengan pemantauan berdasarkan gejala
klinis.

- Evaluasi fungsi ginjal perlu dilakukan untuk pasien yang


mendapatkan TDF.

3. Edukasi 1. Menganjurkan tes HIV pada pasien TB, infeksi menular seksual
(IMS), dan kelompok risiko tinggi beserta pasangan seksualnya, sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
2. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang
penyakit HIV/AIDS. Pasien disarankan untuk bergabung dengan
kelompok penanggulangan HIV/AIDS untuk menguatkan dirinya dalam
menghadapi pengobatan penyakitnya.
4. Prognosis Ad vitam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad funsionam : dubia ad malam
5. Tingkat Evidens IV

6. Tingkat C
Rekomendasi
7. Penelaah kritis 1. dr. Riswan Muchtar, Sp.PD
2. dr. Katharina, Sp.PD
3. dr. M. Arzan Alfarish, Sp.PD
8. Indikator Medis Pasien dipulangkan jika:
1. Klinis perbaikan
2. Tidak demam
3. Asupan nutrisi baik
9. Kepustakaan 1. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan. Pedoman Nasional Tatalaksana Infeksi HIV dan Terapi
Antiretroviral pada Orang Dewasa.Jakarta: Kemenkes. 2011.
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011)

Disetujui oleh : Dibuat Oleh :


Ketua Komite Medis Ketua SMF Penyakit Dalam

dr. Asep Tajul Mutaqin A, Sp.B dr. H.R Gunawan Wiriadisastra, Sp.PD

Anda mungkin juga menyukai