Anda di halaman 1dari 95

ANALISA TAHANAN ISOLASI TRANSFORMATOR 3 PT.

PLN
(PERSERO) GARDU INDUK 150 KV PATI

SKRIPSI

ALINDA AISTETI YANI

NPM 16660009

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2020
ANALISA TAHANAN ISOLASI TRANSFORMATOR 3 PT.PLN
(PERSERO) GARDU INDUK 150 KV PATI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Teknik dan Informatika

Universitas PGRI Semarang Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

ALINDA AISTETI YANI

NPM 16660009

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2020

i
ii
iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN

Moto:
1. Hidup itu harus seperti tukang parkir, karena ia dititipkan banyak mobil dan
motor, namun jika pemiliknya datang untuk mengambilnya maka ia akan
mengembalikannya dengan ikhlas. (Alinda Aisteti Yani)
2. Jangan menunggu, tidak akan pernah ada waktu yang tepat. Mulailah di mana
pun Anda berada, dan bekerja dengan alat apa pun yang Anda miliki.
Peralatan yang lebih baik akan ditemukan ketika Anda melangkah. (Napoleon
Hill)
3. Setiap harimu adalah kesempatan yang harus dimaksimalkan (Alinda Aisteti
Yani)
4. Kesulitan itu ibarat seorang bayi. Hanya bisa berkembang dengan cara
merawatnya. (Douglas Jerrold)
Persembahan:

Kupersembahkan skripsi ini untuk :


1. Ibu, bapak, kakak yang selalu memberi dukungan
dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Almamater Universitas PGRI Semarang.
3. Bpk Adhi Kusmantoro ST.,M.Eng selaku dosen
wali yang selalu memberikan semangat, arahan
dan motivasi.
4. Pembimbing 1 dan pembimbing 2 yang sudah
mengarahkan dan membimbing saya dengan
sabar dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Dosen-dosen teknik elektro Universitas PGRI
Semarang.
6. Teman-teman satu angkatan dan adik tingkat
yang sudah mendoakan dalam pengerjaan skripsi.

iv
v
ABSTRAK

Transformator daya adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk
menyalurkan daya listrik tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya
(mentransformasikan tegangan).Gangguan yang terjadi pada transformator dapat
mengakibatkan terputusnya daya, oleh karena itu perawatan dan pengujiannya
perlu dilakukan agar transformator dapat beroperasi sesuai masa
pemakaiannya.Dalam operasi penyaluran tenaga listrik transformator dapat
dikatakan sebagai jantung dari transmisi dan distribusi. Dalam kondisi ini suatu
transformator diharapkan dapat beroperasi secara maksimal (kalau bisa terus
menerus tanpa berhenti). Mengingat kerja keras dari suatu transformator seperti
itu maka cara pemeliharaan juga dituntut sebaik mungkin. Oleh karena itu
transformator harus dipelihara dengan menggunakan sistem dan peralatan yang
tepat. Agar meminimalisasi kerusakan pada transformator. Tahanan isolasi
digunakan untuk mengisolasi trafo agar tidak terjadi panas yang dapat merusak
trafo itu sendiri Pada tahanan isolasi Transformator ada beberapa cara untuk
pengujian tahanan isolasi Transformator dikatakan masih bagus kinerjanya.
Peratama, dengan menghitung Indeks Polarisasi (IP) sesuai dengan
standar.Pengujian indek polarisasi yaitu membandingkan hasil tahanan setelah
pengujian tegangan selama 10 menit dengan tahanan pada saat 1 menit pertama.
Kedua, menghitung tangen delta yang bertujuan untuk mengetahui kualitas isolasi
suatu peralatan listri dan untuk mengukur arus bocor kapasitif pada transformator
Ketiga, melakukan pengujian minyak trafo, tujuannya yaitu untuk mengetauhi
minyak masih baik atau tidak. Hasil perhitungan indeks polarisasi nilai yang
didapat lebih dari 1,1-1,25 keadaan baik, dan apabila nilai dibawah 1,1-1,25 maka
trafo perlu ada penangan. Perhitungan tangen delta menghitung tan delta agar
mengetahui apakah tangen delta masih baik, jika nilai tan delta diatas 0,5% maka
tangen delta jelek dan perlu diperiksa, jika nilai 0,5% kebawah maka tan delta
hasilnya bagus. Terakhir pengujian minyak hanya dilakukan menge
y 3 C 38 C O TC

Kata Kunci :Tahanan Isolasi, Indeks Polarisasi, Tangen Delta, Pengujian Minyak

vi
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan
skripsi i g l S p y g b j l “Analisa Tahanan Isolasi
Transformator 3 di PT.PLN (Persero) Gardu Induk 150 KV Pati” ini disusun
untuk memenuhi sebagai syarat memperoleh gelar sarjana Teknik.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan rintangan serta
kesulitan-kesulitan. Apalagi dalam menulis skripsi ini terjadi pandemi
dikarenakan ada virus Covid-19 yang merubah setiap rencana awal yang telah
disiapkan serta dituntut untuk mengambil keputusan yang bijak.Namun berkat
bimbingan, bantuan, nasihat, doa dan dorongan serta saran-saran dari berbagai
pihak. Sehingga hambatan dan rintangan serta kesulitan dapat teratasi dengan
baik. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dengan setulus hati penulis
sampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. Muhdi, S.H., M.Hum. Rektor Universitas PGRI Semarang yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Universitas
PGRI Semarang.
2. Drs. Slamet Supriyadi, S.T., M.Env. Dekan Fakultas Teknik dan Informatika
Universitas PGRI Semarang yang telah memberikan izin kepada penulis
untuk melakukan penelitian.
3. Bapak Ken Hasto, S.T., M.T. Selaku Ketua Program Studi Teknik Elektro
sekaligus Pembimbing II, Universitas PGRI Semarang yang telah menetujui
topik skripsi penulis.
4. Bapak Margono, S.T., M.Eng. Selaku Pembimbing I yang telah mengarahkan
penulis dengan penuh ketekunan dan kecermatan.
5. Bapak Adhi Khusmantoro ST., M.Eng selaku dosen wali yang selalu
memberi nasihat dan motivasi.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Teknik Elektro yang telah memberikan
ilmu kepada penulis selama belajar di Universitas PGRI Semarang.

vii
7. Kedua Orang Tua dan kakakyang selalu mendoakan dan memberikan
dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman progdi Teknik Elektro angkatan tahun 2016 Universitas PGRI
Semarang.
9. Adik tingkat progdi Teknik Elektro angkatan tahun 2017-2019 Universitas
PGRI Semarang.
10. Panda yang selalu memberikan motivasi serta memberi dukungan dan doa.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia


pendidikan.

Semarang, 15 Oktober 2020

Penulis

Alinda Aisteti Yani

NPM. 16660009

viii
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM .................................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................... Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PENGESAHAN................................ Error! Bookmark not defined.

MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................ ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............. Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ...............................................................................................................v

PRAKATA ............................................................................................................ vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1

1.2 Identifikasi Masalah .......................................................................................... 1

1.3 Batasan Masalah................................................................................................ 2

1.4 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2

1.5 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 3

1.6 Manfaat Penilitian ............................................................................................. 3

1.7 Penegasan Istilah ............................................................................................... 3

1.8 Sistematika Penulisan Skripsi ........................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................8

2.1 Gardu Induk (GI)............................................................................................. 14

2.2 Pengertian Transformator................................................................................ 14

ix
2.3 Prinsip Kerja Transformator ........................................................................... 15

2.4 Bagian-bagian Transformator ......................................................................... 17

2.4.1 Bagian Utama ............................................................................................... 17

2.4.2 Peralatan Bantu ............................................................................................ 19

2.5 Pengujian Transformator ................................................................................. 21

2.5.1 Pengujian tahanan isolasi ............................................................................. 22

2.5.2 Pengujian Tangen Delta Transformator ....................................................... 24

2.5.3 Mode Pengukuran yang Dipakai Pada Pengujian Tangen Delta : ............... 27

2.6 Media Isolasi .................................................................................................. 29

2.6.1 IsolasiPadat .................................................................................................. 29

2.6.2 Isolasi Cair ................................................................................................... 31

2.7 Standar Minyak Transformator ....................................................................... 33

2.7.1 Syarat Minyak Transformator ...................................................................... 35

2.8 Pengujian Tegangan Tembus Minyak ............................................................. 38

2.9 Pemurnian Minyak Transformator ................................................................. 40

2.10 Kegagalan Minyak Transformator ................................................................ 41

BAB III METODE PENILITIAN..........................................................................43

3.1 Pendekatan Penelitian ..................................................................................... 43

3. 2 Prosedur Penelitian......................................................................................... 43

3.3 Populasi dan Sempel ....................................................................................... 44

3.3.1 Populasi ........................................................................................................ 44

3.3.2 Sempel ......................................................................................................... 44

3.4 Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................................... 44

3.5 Tahap penelitian .............................................................................................. 44

3.6 Diagram Alur Penelitian ................................................................................. 46

x
3.7 Single Line ...................................................................................................... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................48

4.1 Spesifikasi Transformator ............................................................................... 48

4.2 Analisa Data dan Pengukuran Indeks Polarisasi ............................................. 48

4.3 Analisa Data dan Pengukuran Perhitungan Tangen Delta .............................. 52

4.4 Analisa Data dan Pengujian Minyak ............................................................... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................59

5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 59

5.2 Saran ................................................................................................................ 59

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................61

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Macam-macam Sistem Pendingin........................................................ 21


Tabel 2. 2Tabel Harga minimum tahanan isolasi.................................................. 23
Tabel 2. 3 Nilai Standart Indeks Polarisasi ........................................................... 23
Tabel 2. 4 Standar Pengujian Tan Delta................................................................ 25
Tabel 2. 5 Standard Minyak Sebagai Isolasi Pada Transformator ........................ 37
Tabel 2. 6 Standar Pengujian Tegangan Tembus Minyak .................................... 40
Tabel 2. 7 Standar Pengujian Minyak OLTC menurut IEC 60422 ....................... 40
Tabel 4. 1 Spesifikasi Trafo…………………………………………… ..........48

Tabel 4. 2 Data IP Tahun 2018 dan Tahun 2019 GI 150 Kv Pati ........................ 49
Tabel 4. 3 Standar Pengujian IP yang diijinkan menurut ( Buku O&M Trafo) .... 51
Tabel 4. 4 Data Tangen Delta Tahun 2019 GI 150kV Pati ................................... 52
Tabel 4. 5 Standar Pengujian Tan Delta................................................................ 57
Tabel 4. 6 Data uji tegangan tembus minyak ........................................................ 57
Tabel 4. 7 Standar Pengujian Tegangan Tembus Minyak .................................... 58
Tabel 4 8 Pengujian minyak OLTC ( On Load Tap Changer): ............................ 58
Tabel 4. 9 Standar Pengujian Minyak OLTC menurut IEC 60422 ....................... 58

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Fluks pada trafo ................................................................................ 16


Gambar 2. 2 Inti Besi Transformator .................................................................... 17
Gambar 2. 3 Kumparan Trafo ............................................................................... 18
Gambar 2. 4 Minyak Trafo.................................................................................... 18
Gambar 2. 5 BushingTransformator ..................................................................... 19
Gambar 2. 6 Tanki dan Konsevator ...................................................................... 19
Gambar 2. 7 Ekivalen isolasi dan diagram tangen delta ....................................... 25
Gambar 2. 8 Rangkaian Pengujian Tan Delta ....................................................... 28
Gambar 2. 9 Isolasi Porselin/ keramik .................................................................. 30
Gambar 3. 1 Gambar Flow Chart……………………………………………… ………….46
Gambar 3. 2 Single line kelistrikan transformator GI Pati .................................... 47
Gambar 4.1 Perbandingan IP 2018 – 2019………………………………………… 51
Gambar 4.2 Grafik Tan Delta……………………………… …………………………… 56

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Pengajuan Skripsi ................................................................. 63


Lampiran 2 Lembar Pembimbingan Skripsi I ...................................................... 64
Lampiran 3 Lembar Pembimbingan Skripsi I ...................................................... 65
Lampiran 4 Lembar Pembimbing II...................................................................... 66
Lampiran 5 Lembar Pembimbing II...................................................................... 67
Lampiran 6 Permohonan Data .............................................................................. 68
Lampiran 7 Surat Balasan PLN............................................................................. 69
Lampiran 8 Surat Pernyataan ................................................................................ 70
Lampiran 9 Surat Pernyataan ................................................................................ 71
Lampiran 10 Surat Rapid Test .............................................................................. 72
Lampiran 11 Kyoritsu High Voltage Insukation Tester Model 3125 ................... 73
Lampiran 12 Alat Ukur Magger Delta 2000 ......................................................... 74
Lampiran 13 Interlock &Hook (Sebagai Pengait Antar Fasa) .............................. 75
Lampiran 14 Alat Magger OTS 100 AF (Jika ditutup) ......................................... 76
Lampiran 15 Empeler (Kipas pengaduk minyak) ................................................. 77
Lampiran 16 Elektroda&Spesifikasi magger ........................................................ 78
Lampiran 17 Time remaining................................................................................ 79
Lampiran 18 Penelitian di Trafo 3 GI Pati 150 kV ............................................... 80

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fungsi utama sistem tenaga listrik adalah untuk melayani energi listrik
kepada para konsumennya secara berkesinambungan. Beroperasinya
transformator dengan baik adalah merupakan wujud usaha menjaga pasokan
energi listrik dengan baik. Salah satunya dengan memperhatikan Tahanan Isolasi
Transformator tersebut. Sebelum Transformator di operasikan maka akan
dilakukan pengujian – pengujian transformator agar transformator tersebut bisa
beroperasi dengan sebaik mungkin. Salah satu dari pengujian – pengujian
Transformator adalah pengujian tahanan isolasi dan indeks polarisasi.Pengujian
tahanan isolasi merupakan pengujian yang mengukur kebocoran arus melalui
isolasi sedangkan indeks polarisasi merupakan petunjuk kekeringan dan
kebersihan dari lilitan serta menentukan apakah peralatan aman untuk
dioperasikan.Pengujian tahanan isolasi secara rutin dapat dilakukan dengan
menggunakan Megger yang pembacaannya langsung dalam mega Ohm.
Dalam laporan ini penulis dapat melakukan pengujian tahanan isolasi dan
menghitung nilai indeks polarisasi transformator untuk mendeteksi adanya
kelemahan tahanan isolasi.Tahanan berubah-ubah karena pengaruh temperatur
dan lamanya tegangan yang diterapkan pada lilitan tersebut, oleh karena itu factor
- faktor tersebut harus dicatat pada waktu pengujian.nilai tahanan yang rendah
dapat menunjukkan isolasi belitan peralatan tersebut dalam keadaan kotor atau
basah.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, saya dapat memberikan identifikasi
masalah yang akan dijadikan penelitian sebagai berikut:

1
2

1. Bagaimana Perhitungan nilai Indeks Polarisasi di dapat dari hasil


pengukuran Tahanan Isolasi pada transformator.
2. Apakah yang menjadi standar acuan untuk mengetahui baik atautidaknya
trafo dari nilai indeks polarisasi, tangent delta,dan pengujian minyak yang
di dapat.
3. Apakah kondisi isolasi belitan transformator dalam kondisi baik atauperlu
dilakukannya tindakan perbaikan setelah dilakukanperhitungan.

1.3 Batasan Masalah


Dalam skripsi ini perlu sebuah batasan agar peneliti didapatkan hasil yang
diharapkan, berikut batasan masalah:

1. Dalam laporan ini sifatnya haya menganalisa sebuah nilai.


2. Penelitian hanya difokuskan pada data yang diperoleh di lapangan
saja.
3. Melakukan identifikasi dan analisis data hanya dilakukan pada
tahanan isolasi pada transformator.

4. Penelitian dilakukan dengan memperhatikan, kemudian melakukan


dan mencatat hasil dari setiap pengukuran/pengukuran tahanan
isolasi. Kemudian data tersebut dibandingkan dengan data yang
diambil pada tahun sebelumnya, untuk melihat apakah ada
perubahan setelah dilakukan pemeliharaan dan perawatan.
5. Data yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari hasil
penelitian yang dilakukan di PT. PLN (Persero)Gardu Induk 150
kVPati.

1.4 Rumusan Masalah


Agar penelitian ini mempengaruhi hal yang baik, maka terlebih dahulu
diajukan perumusan masalah yang teliti yaitu:

Transformator merupakan komponen yang sangat penting dalam sisitem


kelistrikan, untuk itu perlu dilakukan adanya pengujian salah satunya pada
tahanan isolasinya yakni melakukan pengukuran indeks polarisasi, tangent delta,
3

pengujian minyak trafo untuk mengetauhi keadaan transformator apakah layak


atau tidak atau perlu pengujian yang lebih lanjut atau assesment.

1.5 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian tugas akhir ini adalah :

1. Menentukan dan menghitung nilai indeks polarisasi.


2. Menentukan dan menghitung nilai tangen delta.
3. Mengetauhi standar pengujian minyak transformator.
4. Menentukan kondisi isolasi transformator.
5. Membandingkan Perhitungan dan Pengukuran Tan Delta

1.6 Manfaat Penilitian


Penulis berharap penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Kegunaan teoritis
Dapat menambah pengetahuan yang berkaitan dengan Pengujian Tahanan
Isolasi Pada Transformator.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti diharapkan dapan menjadi informasi, evaluasi, referensi dan
keuntungan untuk penelitian yang akan datang serta dapat memberikan
perbandingan dalam mengadakan penelitian terkait dengan pengukuran
Tahanan Isolasi Pada Transformator.
3. Bagi masyarakat
Dapat menambah pengetauhan mengenai pengukuran Tahanan Isolasi
Pada Transformator.

1.7 Penegasan Istilah


Penulisan akan dijelaskan istilah-istilah yang digunakan dalam judul skripsi
agar tidak ada perbedaan penafsiran, memberikan arahan tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini dan memberikan pengertian kepada pembaca
mengenai apa hendak yang dicapai dalam penelitian. Judul yang digunakan dalam
p l l “Analisa Tahanan Isolasi Transformator 3 PT.PLN (Persero)
Gardu Induk 150 kV Pati” P g l -istilah penelitian sebagai berikut:
4

1. Minyak Transformator

Minyak transformator adalah hasil pemurnian dari minyak bumi.Minyak


transformator diperlukan sebagai isolator belitan primer dan skunder sekaligus
sebgai pendingin.Hal ini disebabkan transformator, tahanan pengasut,
penghubung tenaga yang berkerja pada tegangan tinggi membutuhkan isolator
kekuatan tinggi dan pendinginan. Pendinginan yang baik diperlukan agar panas
yang tinggi karena adanya arus yang besar atau busur api tidak merusak penyekat
lilitan atau merusak kontak- kontak.Peningkatan suhu dan busur listrik akan
menyebabkan hal-hal sebagai berikut:

1. Suhu naik maka nilai tahanan naik.


2. Penghantar terbuat dari campuranlogam yang mudah panas akan
menimbulkan retaknya penyekat.
3. Suhu yang terlampau tinggi dapat merubah susunan dan bentuk
bahanpenghantar dan penyekat.

Pemakaian minyak trafo yaitu dengan memasukkan intidan belitan trafo atau
seluruh kotak kontak pada pemutus arus seluruhnya ke dalam bak yang berisi
minyak yang berfungsi sebagai penyekat. Syarat mutlak yang dibutuhkan sebagai
minyak trafo :

1. Minyak harus cair dan jernih serta tidak berwarna.


2. Terbebas dari air, asam, alkali, aspal, ret.
3. Kandungan abu, asam, dibolehkan dengan standart tertentu.

Fungsi minyak trafo adalah mnegeluarkan panas yang ditimbulkan arus listrik
dalam kumparan dan melindungi kumparan.
5

2. Tahanan Isolasi

Tahanan isolasi merupakan keadaan dimana suatu peralatan memiliki nilai


resistansi terhadap tegangan agar tidak terjadi short circuit atau kerusakan lainnya
(Rusdjaja Tatang, 2014).Tahanan isolasi adalah hambatan yang ada antara dua
komponen yang bertegangan atau komponen bertegangan dengan ground.Tahanan
isolasi merupakan hambatan yang berada pada kondisi antara dua elemen
konduktif yang dipisahkan oleh bahan isolasi (IEV, 212-11-07).Tahanan isolasi
adalah ukuran kebocoran arus yang melalui isolasi.Tahanan berubah-ubah karena
pengaruh temperatur dan lamanya tegangan yang diterapkan pada lilitan tersebut,
oleh karena itu faktor-faktor tersebut harus dicatat pada waktu pengukuran.
Tahanan isolasi digunakan untuk mengetahui aman atau tidaknya suatu
peralatan untuk diberi tegangan.Pengukuran tahanan isolasi yang dilakukan pada
masing-masing peralatan menghubungkan bagian yang diberi tegangan terhadap
body yang ditanahkan.Akan tetapi, perlu diingat bahwa pengukuran tahanan
isolasi dilakukan pada saat peralatan tidak bertegangan (padam) (Purnomoadi
Andreas, 23: 2014).

3. Indeks Polarisasi

Istilah Index Polarisasi (IP), dimana pengukuran IP ini untuk memastikan


peralatan layak dioperasikan. Indeks yang biasa digunakan dalam menunjukkan
pembacaan tahanan isolasi trafo dikenal sebagai dielectric absorption, yang
diperoleh dari pembacaan berkelanjutan untuk periode waktu yang lebih lama
dengan sumber tegangan yang konstan. Pengukuran berkelanjutan dilakukan
selama 10 menit, tahahan isolasi akan mempunyai kemampuan untuk mengisi
kapasitansi tinggi ke dalam isolasi trafo dan pembacaan resistansi akan meningkat
lebih cepat jika isolasi bersih dan kering. Rasio pembacaan 10 menit
dibandingkan pembacaan 1 menit dikenal sebagai Indeks Polarisasi (IP) atau
Polarization Index (PI).Jika nilai IP terlalu rendah, berarti isolasi telah
terkontaminasi.
6

1.8 Sistematika Penulisan Skripsi


Untuk memahami lebih jelas laporan ini, maka penulis telah menyusun secara
sistematis yang dikelompokkan menjadi beberapa sub-bab, yaitu:

BAB IPENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang


masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah dan sistematika
penulisan skripsi.

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang teori pengertian dan definisi yang diambil dari
buku ataupun jurnal penelitian yang sudah dilakukan yang berkaitan
dengan penyusunan laporan skripsi serta hipotesis berhubungan dengan
penelitian.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang cara penulis melakukan sebuah penelitian, cara
pengambilan sempel dan lokasi penelitian dilakukan penelitian yaitu
“Analisa Tahanan Isolasi Transformator 3 di PT.PLN (Persero) Gardu
Induk 150 KV Pati”

BAB IVANALISA PENELITIAN

Bab ini berisi tentang semua pembahasan dan pengolahan data pada
penelitian untuk mendapatkan hasil yang muncul saat pelaksaan
penelitian yaitu “Analisa Tahanan Isolasi Transformator 3 PT.PLN
(Persero) Gardu Induk 150 kV Pati”
7

BAB VPENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan
hasilpenelitian yang telah dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Bagian ini berisi tentang pustaka-pustaka yang dijadikan acuan dalam


penulidan untuk penyusunan laporan skripsi.

LAMPIRAN

Bagian ini berisi tentang lampiran-lampiran yang dilengkapi laporan


skripsi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Hasil penelitian terdahulu, diharapkan peneliti bisa mencari persamaan dan


pelajaran dalam isi penelitian tersebut.

Penelitian yang dilakakukan Jhonson Siburian (2019), melakukan


penelitian mengenai karakteristik transformator.Salah satunya juga menguji
tahanan isolasinya. Kegagalan isolasi peralatan sistem tenaga listrik akan
menimbulkan kerugian yang besar, karena kegagalan ini mengakibatkan adanya
pengeluaran uang untuk biaya penggantian peralatan yang rusak dan
mengakibatkan penjualan energi terganggu. Oleh karena itu kualitas isolasi
peralatan perlu diuji untuk menjamin bahwa peralatan dapat bekerja pada
tegangan keadaan normal. Di samping itu, isolasi peralatan perlu diuji untuk
melihat kemampuannya memikul tegangan lebih, sebab tegangan lebih dapat
terjadi pada tegangan listrik karena terjadinya hubung singkat 1 phasa ke tanah,
atau karena adanya sambaran petir pada komponen sistem maupun karena adanya
proses hubung singkat pada rangkaian sistem. Pengujian suatu peralatan sistem
tenaga listrik tergantung pada kerja peralatan dan jenis tegangan lebih yang
mungkin dipikul peralatan tersebut.Jenis tegangan yang mungkin diujikan dalam
suatu peralatan adalah tegangan tinggi searah, tegangan tinggi bolak-balik atau
tegangan impuls.Pada umunya peralatan sistem tenaga listrik diuji dengan
tegangan tinggi bolak-balik dan impuls.Pengujian dengan tegangan tinggi searah
dilakukan hanya pada peralatan yang mempunyai kapasitansi yang besar,
misalnya kapasitor. Dari pengujian yang dilakukan maka didapatkan dari data dan
l p g l p l : R ≥ , 13 MOhm , maka tahanan
isolasi dinyatakan lulus uji ( baik ). Dari pengukuran frekuensi tegangan tinggi
diperoleh tegangan yang melebihi tegangan uji yang diberikan, maka trafo
dinyatakan lulus uji (baik). Dari pengukuran tegangan tembus minyak trafo,

8
9

diperoleh tegangan tembus > 60 KV, maka minyak trafo dinyatakan lulus uji (
b ), g v ,7 V D p g Tg δ p l g
tegangan uji yang berubah- b , l Tg δ y g , g -rugi
dielektrik yang dihasilkan pun semakin besar.

Penelitian yang dilakukan Fitrizawati1, Siswanto Nurhadiyono2, Dwi


Kresna Ariawan3 (2017), menganalisa kerusakan pada Trafo 2 Distribusi milik
Mrica ini kemungkinan disebabkan oleh menurunya kualitas isolasi trafo.
Meningkatnya dielectric losses dan thermal instability mengakibatkan minyak
isolasi mengalami proses kimia yang merupakan karakteristik dari minyak isolasi
tersebut, muncul zat – zat kimia karena kenaikan temperatur seperti hidrogen
(H2), metana (CH4), etana (C2H6), asetelin (C2H2) yang semuanya merupakan
gas yang mudah terbakar bahkan meledak, [7],[8]. Metode yang digunakan untuk
mengetahui prosespemburukan isolasi transformator tenaga dapat dilakukan
dengan pengujian tahanan isolasi, pengujian pengujian Tangen Delta, pengujian
furan dan pengujian minyak isolasi. Dalam mendiagnosa kondisi minyak trafo,
dilakukan beberapa metode analisa.Berikut adalah beberapa metode yang
dilakukan untuk mengetahui kondisi trafo melalui hasil uji DGA.Diagnosis
Transformator Menggunakan Konsentrasi Individual Gas dan Total Dissolved
Combustible Gas (TDCG).Sulit untuk menentukan apakah kondisi transformator
dalam kondisi normal atau tidak, bila tidak terdapat data hasil uji DGA
sebelumnya. Kriteria 4 level kondisi telah dikembangkan untuk
mengklasifikasikan kondisi transformator apabila tidak terdapat data pengujian
DGA sebelumnya. Kondisi 1 TDCG pada level ini mengindikasikan bahwa
operasi transformator memuaskan. Bila salah satu gas nilainya melebehi batasan
level harus diinvestigasi dengan cepat.Kondisi 2 TDCG pada kondisi ini
menandakan komposisi gas sudah melebihi batas normal. Bila salah satu gas
nilainya melebihi batasan level harus diinvestigasikan dengan cepat. Lakukan
tindakan untuk mendapatkan tred dikarenakan gangguan mungkin akan
terjadi.Kondisi 3 TDCG pada level ini mengindikasikan pemburukan tingkat
tinggi. Bila salah satu gas nilainya melebihi batasan level harus diinvestigasi
10

dengan cepat. Lakukan tindakan untuk mendapatkan tred dikarenakan gangguan


kemungkinan besar akan terjadi. Kondisi 4 TDCG pada level ini mengindikasikan
pemburukan yang sangat tinggi. Melanjutkan operasi transformator dapat
mengarah pada kerusakan transformator.Selama beroperasi pembebanan Trafo II
– 30 MVA Gardu Induk Mrica mengalami tingkat pembebanan trafo dengan rata
– rata 60% - 70%. Berdasarkan data operasi beban selama operasi dari Januari
sampai dengan Oktober 2011, suhu tertinggi yang pernah dicapai adalah 55o
C.Dari grafik terlihat bahwa, pembebanan Trafo sebelum terjadi gangguan
tertinggi mencapai 72,86 % dari kapasitas Trafo atau sebesar 19,8 MW dan 631
Ampere pada arus, terendah 61,77 % dari kapasitas Trafo atau sebesar 16,5 MW
dan 535 Ampere.Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa kondisi belitan
terjadi perubahan bentuk, dan hubung singkat, nilai deviasi kesalahan nilai uji
dengan nilai pada name plate sebesar 5,48% pada phasa R di tap 20, dan 29,19%
pada phasa T pada tap 32. Hasil Pengujian DGA, pada pengujian DGA dilihat dari
hasil analisis pada nilai TDCG, sudah masuk kondisi 4 dengan nilai gas H2:7340
ppm, N2:829,267 ppm, CH4:84,5 ppm, CO:789,9 ppm, CO2:537 ppm,
C2H6:112,6, C2H2:2049 ppm, TDCG: 11653 ppm. Melalui Key Gasses diketahui
terdapat arching pada minyak dengan nilai H2 lebih besar 50% dari nilai
TDCG.Kesimpulannya yaitu Gangguan pada Trafo 2 – 30 MVA Gardu Induk
Mrica adalah terjadinya internal short circuit yang disebabkan oleh kegagalan
isolasi kertas. Upaya pencegahan dengan mengoperasikan peralatan pendingan
pada trafo, melaksanakan filter dan penggantian minyak isolasi tidak bisa
memperbaiki kerusakan yang telah terjadi pada kertas isolasi, melainkan hanya
menunda proses pemburukan isolasi kertas trafo yang merupakan penyebab utama
terjadinya kegagalan trafo.

Penelitian ini dilakukan oleh Dedi Nugroho (2010), menguji kegagalan


isolasi minyak transformator. Pengujian minyak trafo dilakukan baik untuk
kondisi baru ataupun terpakai . Sebelurn minyak trafo digunakan (minyak baru),
perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui sifat-sifat trafo (umumnya pengujian
kegagalan isolasi), begitupula saat minyak sedang digunakan, secara rutin dalam
11

jangka waktu tertentu minyak perlu diuji kembali, karena setelah dipakai minyak
menjadi terkontaminasi, oleh karena itu jika diketahui batas kegagalan isolasi
telah menurun melampaui batas. Yang direkomendasikan, maka minyak trafo
perlu dilakukan pemurnian kembali. Pada penelitian ini akan dilakukan untuk
minyak trafo dalam beftagai kondisi yaitu pada kondisi minyak trafo baru, minyak
terpakai, minyak dalam keadaan berubah sushu dan minyak yang dikontaminasi.
Bahan-bahan kontaminan seperti debu, gelembung air, oksigeil, gas-gas terlarut,
lumpur, endapan, dan sebagainya yang terkandung dalarn minyak trafo akan
mengakibatkan degradasi kekuatan bahan dielektrik dan menyebabkan penurunan
tingkat kegagalan isolasi secara signifikan. Pemurnian minyaki solasi bertujuan
untuk menghil angkan zat-zat kontaminan yang terkandung dalam minyak
sehingga kekuatan dielehik akan meningkat kembali dan akan menyebabkan
naiknya tingkat kegagalan isolasi mendekati kondisi minyak baru. Penambahan
bahan kontaminan akan menyebabkan penurunan secara signifikan terhadap
tegangan tembus minyak. Pengujian minyak terpakai secara berkala dan
memurnikannya kembali bila diketahui kondisi minyak telah melampaui batas
yang diizinkan, merupakan tindakan terbaik untuk menjaga kualitas minyak
isolasi agar dapat befungsi dengan baik.

Penelitian dilakukan oleh Novia Fidianti (2018), Yaitu menganalisa tahanan


isolasi peralatan di GI. Nilai IP yang didapatkan dari perhitungan pengukuran
nilai tahanan isolasi berada diatas batas minimum sesuai dengan standard IEEE
Std 62 Tahun 1995 yang telah di tetapkan. Perawatan yang dilakukan pada Trafo
Tenaga adalah dengan membersihkan bushing dan isolator trafo, membersihkan
bagian-bagian permukan dari debu-debu atau material asing yang menempel pada
body maupun isolator dan bushing trafo. Pada Bay Trafo 1, nilai IP sebelum
dilakukan perawatan sebesar 1,59 dan setelah dilakukan perawatan menjadi 2,58.
Nilai IP pada keadaan sebelum dan sesudah diberi perawatan berada pada kondisi
“b ” g g l 1,25-2, “ g b ” g g l >2,
Pada Bay Trafo 2, nilai IP sebelum dilakukan perawatan sebesar 1,58 dan setelah
dilakukan perawatan menjadi 2,5. IP pada keadaan sebelum dan sesudah diberi
12

p w b p “b ” g g l 1,25-2, “ g
b ” g g l >2, P B yT 3, l IP b l l
perawatan sebesar 1,61 dan setelah dilakukan perawatan menjadi 2,6. Dapat
dilihat pada tabel 2.1 bahwa nilai IP pada keadaan sebelum dan sesudah diberi
perawatan b p “b ” g g l 1,25-2, “ g
b ” g g l >2, B l IP p g-masing bay
diatas dapat kita ketahui bahwa kondisi Trafo 1,2 dan 3 pada GI Cawang aman,
dan layak untuk dioperasikan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada
setiap peralatan utama Gardu Induk di GI Cawang, maka dapat disimpulkan
bahwa nilai tahanan isolasi pada masing-masing peralatan utama Gardu Induk di
GI Cawang berada diatas nilai mi l (>1 MΩ/1 V), g
IEEE Std 62: 1995, VDE Catalogue 228/4, dan standar yang dipakai PLN dalam
“B P P l S T g ” 1984, “B P
P l G I ” 2 14 N l l p ing-masing
peralatan utama Gardu Induk di GI Cawang mengalami kenaikan setelah
diberikan perawatan.Perawatan yang dilakukan dapat dilakukan dengan
membersihkan body peralatan dari material-material asing, dan pengukuran
tahanan isolasi yang dilakukan secara periodik.

Penelitian dilakukan oleh Tomy Adi Saputro (2018), Salah satu metode
pengujian untuk mengetahui proses pemburukan isolasi termasuk pengujian
tahanan isolasi belitan, ratio tegangan, tangen delta (faktor disipasi), dan
pengujian minyak BDV (break down voltage). Pada pengujian tangen delta ada
beberapa mode pengujian 3 yaitu GST (Grounded Speciment Test), UST
(Ungrounded Specimen Test), GSTg (Grounded Specimen Test with guard )
(PT.PLNPersero,2006). Dalam penelitian ini penulis akan melakukan analisis
terhadap hasil pengujian tahanan isolasi pada transformator daya di Gardu Induk
Sragen dan Gardu Induk Wonosari untuk mengetahui kondisi isolasi
transformator selama masih beroperasi.Berdasarkan pengolahan data pada tabel 1
sampai tabel 12 didapat hasil perhitungan pengujian tahanan isolasi di dua gardu
induk yaitu :
13

1. Gardu Induk Wonosari bay trafo 2, 20 MVA

2. Gardu Induk Sragen bay trafo 1, 60 MVA

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 3 dan 4 diperoleh nilai indeks


polarisasi transformator di GI Wonosari dari tahun 2015 dan 2017 rata-rata masih
bagus. Pada sekundary-tertier mengalami kenaikan yang signifikan dari 1,41
menjadi 9,71, tetapi pada primary-ground menunjukkan terjadinya pemburukan
sebesar 0,95. Hal ini mengindikasikan bahwa transformator dalam keadaan kurang
baik, sehingga perlu ditindak lanjuti dengan membersihkan lilitan transformator
kemungkinan terjadi kontaminasi apakah transformator kotor,llembab, atau
padalilitan sudah ada yang bocor. Pada GI Sragen hasil uji indeks polarisasi dari
tahun 2014 dan 2018 menunjukkan transformator masih dalam keadaan baik
karena hasil ujinya di atas 1,25-2, sehingga tahanan isolasi transformator masih
aman untuk di operasikan.

Penelitian oleh Miranti Fajarwanti (2018), Berdasarkan hasil penelitian


dan analisa hasil pengujian yang dilakukan pada transformator III GI Jajar,
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Tahanan isolasi trafo berada dalam keadaan baik tetapi cenderung


mengalami penurunan dengan indeks polarisasi 1,1 - 1,25 dan 1,25 - 2,0
serta dengan nilai tan delta belitan 0,5%-0,7%.

2. Bushing trafo dalam keadaan baik dan tidak perlu dilakukan penggatian
dengan nilai tan delta kurang dari 0,5%.

3. Belitan trafo berada dalam keadaan baik dengan nilai rasio


perbandingan kurang dari 0,5%.

4. Komponen pada rele Bucholz dalam kondisi tidak normal dan perlu
dilakukan perbaikan segera dikarenakan nilai resistansinya kurang dari 2

14

5. Komponen pada rele Sudden Pressure dalam kondisi baik dengan nilai
l b 2 MΩ

6. Trafo III 150/20 kV 16 MVA di GI Jajar dalam keadaan baik dan masih
layak digunakan namun perlu dilakukan beberapa pengujian lanjutan dan
perbaikan.

2.1 Gardu Induk (GI)


Gardu induk merupakan sub system dari system penyaluran (transmisi)
tenaga listrik, atau merupakan satu kesatuan dari system penyaluran (transmisi).
Berarti gardu induk merupakan sub-sub system dari system tenaga listrik, sebagai
sub system dari system penyulang (transmisi) gardu induk mempunyai peran
penting dalam pengoprasiannya, tidak dapat dipisahkan dari system penyaluran
(transmisi) secara keseluruhan. Gardu Induk dapat mentransformasikan daya
listrik mulai dari tegangan rendah ke tengangan esktra tinggi dengan
menyalurkannya pada tegangan tertentu sesuai kebutuhan.

Jenis Gardu Induk yang banyak dijumpai di wilayah Indonesia ini


merupakan jenis Gardu Induk Pasangan Luar, dimana Gardu Induk ini sebagian
besar komponennya ditempatkan diluar gedung dan biasa disebut dengan Gardu
Induk Konvensional atau Air Insulated Substation (AIS) (Arismunandar, 2004: 1).
Gardu Induk jenis ini menggunakan isolasi udara antara bagian yang bertegangan
yang satu dengan bagian bertegangan lainnya. Gardu Induk ini memerlukan
tempat terbuka yang cukup luas.

2.2 Pengertian Transformator


Transformator daya adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi
untuk menyalurkan daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau
sebaliknya (mentransformasikan tegangan). Gangguan yang terjadi pada
transformator dapat mengakibatkan terputusnya daya, karena itu perawatan dan
pengujiannya perlu dilakukan agar transformator dapat beroperasi sesuai masa
pemakaiannya.
15

Transformator merupakan peralatan statis untuk memindahkan energi


listrik dari suatu rangkaian listrik ke rangkaian lainnya dengan mengubah
tegangan tanpa merubah frekuensi. Tranformator disebut peralatan statis karena
tidak ada bagian yang bergerak atau berputar, tidak seperti motor atau generator.
Pengubahan tegangan dilakukan dengan memanfaatkan prinsip induktansi
elektromagnetik pada lilitan. Fenomena induktansi elektromagnetik yang
terjadidalam satu waktu pada transformator adalah induktansi sendiri pada masing
- masing lilitan diikuti oleh induktansi bersama yang terjadi antar lilitan.

2.3 Prinsip Kerja Transformator


Sebuah Transformator yang sederhana pada dasarnya terdiri dari 2 lilitan
atau kumparan kawat yang terisolasi yaitu kumparan primer dan kumparan
sekunder. Pada kebanyakan Transformator, kumparan kawat terisolasi ini
dililitkan pada sebuah besi yang dinamakan dengan Inti Besi (Core). Ketika
kumparan primer dialiri arus AC (bolak-balik) maka akan menimbulkan medan
magnet atau fluks magnetik disekitarnya. Kekuatan Medan magnet (densitas Fluks
Magnet) tersebut dipengaruhi oleh besarnya arus listrik yang dialirinya. Semakin
besar arus listriknya semakin besar pula medan magnetnya. Fluktuasi medan
magnet yang terjadi di sekitar kumparan pertama (primer) akan menginduksi GGL
(Gaya Gerak Listrik) dalam kumparan kedua (sekunder) dan akan terjadi
pelimpahan daya dari kumparan primer ke kumparan sekunder. Dengan demikian,
terjadilah pengubahan taraf tegangan listrik baik dari tegangan rendah menjadi
tegangan yang lebih tinggi maupun dari tegangan tinggi menjadi tegangan yang
rendah.

Sedangkan Inti besi pada Transformator atau Trafo pada umumnya adalah
kumpulan lempengan-lempengan besi tipis yang terisolasi dan ditempel berlapis-
lapis dengan kegunaanya untuk mempermudah jalannya Fluks Magnet yang
ditimbulkan oleh arus listrik kumparan serta untuk mengurangi suhu panas yang
ditimbulkan. Bila trafo tidak mempunyai rugi-rugi (trafo ideal) berlaku persamaan
16

Np Vp Is
  …………………………… (1)
Ns Vs Ip

Keterangan:

Np: Jumlah belitan kumparan primer

Ns: Jumlah belitankumparansekunder

Ip: Arus kumparan primer

Is : Arus kumparan sekunder

Vp: Tegangan Kumparan Primer

Vs:Tegangan Kumparan Sekunder

Rasio lilitan pada kumparan sekunder terhadap kumparan primer


menentukan rasio tegangan pada kedua kumparan tersebut. Sebagai contoh, 1
lilitan pada kumparan primer dan 10 lilitan pada kumparan sekunder akan
menghasilkan tegangan 10 kali lipat dari tegangan input pada kumparan primer.
Jenis Transformator ini biasanya disebut dengan Transformator Step Up.
Sebaliknya, jika terdapat 10 lilitan pada kumparan primer dan 1 lilitan pada
kumparan sekunder, maka tegangan yang dihasilkan oleh Kumparan Sekunder
adalah 1/10 dari tegangan input pada KumparanPrimer. Transformator jenis ini
disebut dengan Transformator Step Down

Gambar 2. 1Fluks pada trafo


17

2.4 Bagian-bagian Transformator

2.4.1 Bagian Utama


a)Inti Besi

Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi yang ditimbulkan oleh
arus listrik yang melalui kumparan. Dibuat dari lempengan –lempengan besi tipis
yang berisolasi, untuk mengurangi panas (sebagai rugi–rugi besi) yang
ditimbulkan oleh arus eddy (Eddy Current).

Gambar 2. 2Inti Besi Transformator

b)Kumparan Transformator
Terdiri dari beberapa lilitan berisolasi yang membentuk suatu kumparan.
Kumparan tersebut diisolasi baik terhadap inti besi maupun terhadap kumparan
lain dengan isolasi padat seperti karton, pertinax, dan lain –lain.Umumnya pada
trafo terdapat kumparan primer dan sekunder. Bila kumparan primer dihubungkan
dengan tegangan/arus bolak –balik maka pada kumparan tersebut timbul fluksi.
Fluksi ini akan menginduksikan tegangan, dan bila pada rangkaian sekunder
ditutup (bila ada rangkaian beban) maka akan menghasilkan arus pada kumparan
ini. Jadi kumparan sebagai alat transformasi tegangan dan arus.
18

Gambar 2. 3Kumparan Trafo

c)Minyak Transformator

Minyak transformator disini berfungsi sebagai pengisolasi (isolator) dan


pendingin. Minyak sebagai isolator berfungsi mengisolasi kumparan di dalam
transformator supaya tidak terjadi loncatan bunga api listrik akibat tegangan
tinggi. Minyak sebagai pendingin berfungsi mengambil panas yangditimbulkan
saat transformator berbeban lalu melepaskannya dan melindungi komponen di
dalamnya terhadap oksidasi dan korosi.

Gambar 2. 4Minyak Trafo

d)Bushing

Hubungan antara transformator ke jaringan luar melalui sebuah bushing


yaitu sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator, yang sekaligus berfungsi
sebagai penyekat antara konduktor tersebut dengan tangki transformator
19

Gambar 2.5BushingTransformator

e) Tangki dan Konservator

Pada umumnya bagian –bagian transformator yang terendam minyak trafo


ditempatkan di dalam tangki. Untuk menampung pemuaian minyak trafo, tangki
dilengkapi dengan konservator.

Gambar 2.6Tanki dan Konsevator

2.4.2 Peralatan Bantu


Peralatan bantu pada transformator terdiri dari sistem pendingin,
tapchanger, alat pernapasan (silica gell), dan indikator kondisi transformator

a. Pendingin

Padainti besi dan kumparan akan timbul panas akibat rugi-rugi besi
dan rugi-rugi tembaga. Bila panas tersebut mengakibatkan kenaikan suhu
yang berlebihanakan merusak isolasi (didalam transformator). Maka untuk
20

mengurangi kenaikansuhu transformator yang berlebihan maka perlu


dilengkapi dengan alat/system pendingin untuk menyalurkan panas keluar
transformator.

Media yang dipakaipada sistem pendingin dapat berupa :

Proses pengaliran (sirkulasi) menggunakan cara:

Pada cara alamiah (natural), pengaliran media sebagai akibat adanya


perbedaan suhu media dan untuk mempercepat perpindahan panas dari media
tersebut ke udara luar diperlukan bidang perpindahan panas yang lebih luas antara
media (minyak-udara/gas), dengan cara melengkapi transformator dengan sirip-
sirip radiator (radiator). Bila diinginkan penyaluran panas yang lebih cepat lagi,
cara natural/alamiah tersebut dapat dilengkapi dengan peralatan untuk
mempercepat sirkulasi media pendingin dengan pompa - pompa sirkulasi
minyak,udara dan air. Cara ini disebut pendingin paksa (forced).
21

Tabel 2.1Macam-macam Sistem Pendingin

No. Macam-macam Media


Sistetm
Dalam Trafo Luar Trafo
Pendingin
Sirkulasi Sirkulasi Sirkulasi Sirkulasi
Alamiah Paksa Alamiah Paksa

1. AN - - Udara -

2. AF - - - Udara

3. ONAN Minyak - Udara -

4. ONAF Minyak - - Udara

5. OFAN - Minyak Udara -

6. OFAF - Minyak - Udara

7. OFWF - Minyak - Air

8. ONAN/ONAF Kombinasi 3 dan 4

9. ONAN/OFAN Kombinasi 3 dan 5

10. ONAN/OFAF Kombinasi 3 dan 6

11. ONAN/OFWF Kombinasi 3 dan 7

2.5 Pengujian Transformator


Banyaknya jenis pengujian yang dilakukan tergantung kepada jenis
peralatan. Jenis pengujian yang umum dilakukan terhadap trafo daya adalah :
22

1. Pengukuran tahanan isolasi

2. P g gδ

3. Pengujian minyak trafo

2.5.1Pengujian tahanan isolasi


Pengujian tahanan isolasi dimaksudkan untuk mengetahui kondisi isolasi
antar lilitan maupun lilitan dengan ground. Metode pengujiannya dengan
memberikan tegangan DC konstan lalu merepresentasikan kondisi isolasinya
secara berkelanjutan dalam periode waktu yang lebih lama. Rasio
perbandingan dari pembacaan uji 10 menit dengan uji 1 menit disebut Indeks
Polarisasi (IP). Semakin tinggi IP maka semakin baik tahanan isolasinya,
sedangkan nilai IP yang rendah dapat mengindikasikan terkontaminasinya
isolasi trafo. Pengujian tahanan isolasi belitan mengacu pada indeks polarisasi
dihitung berdasarkan hasil uji resistansi insulasi (Marques et al., 2017).
Tujuan pengujian tahanan isolasi untuk mengetahui besar (nilai) kebocoran
arus (leakage current ) yang terjadi antara dua belitan atau belitan dengan
ground. Metode pengujiannya dengan memberikan tegangan dc dan
membandingan hasil pengukuran saat menit ke 10 dengan menit ke 1, alat
yang digunakan berkapasitas 500, 1000, dan 2500 Vdc. Nilai indeks polarisasi
yang semakin besar akan semakin bagus. Jika nilainya terlalu rendah berarti
kondisi isolasi mengalami pemburukan. Pada kapasitor sempurna, arus dan
tegangan bergeser 90o dan arus yang melewati isolasi merupakan kapasitif.
Jika terjadi kontaminasi pada isolasi, maka nilai tahanan isolasi akan menurun
dan arus resistif yang melewati isolasi tersebut semakin besar.

Berdasarkan IEEE Std C57.94-1982--- IEEE recommended practice of


installation, application, operation, and maintenance of dry adalah:

Untuk nilai tahanan isolasi direkomendasikan dari produsen, jika tidak


tersedia maka nilai minimum tahanan isolasi yang dapat digunakan adalah
sebagai berikut:
23

Tabel 2.2 Tabel Harga minimum tahanan isolasi

WINDING kV class Insulation Resistance (MΩ)

1.2 600

2.5 1000

5.0 1500

8.7 2000

15.0 3000

Nilai standart indeks polarisasi yang diijinkan menurut ( Buku O&M


Trafo) sebagai berikut :

Tabel 2.3 Nilai Standart Indeks Polarisasi

Hasil Pengujian Keterangan

<1,0 Berbahaya

1,0 – 1,1 Jelek

1,1 – 1,25 Dipertanyakan (pengujian tangen


delta dan kadar minyak)

1,25 -2,0 Baik

> 2,0 Sangat Baik


24

Dapat dihitung besarnya Indeks polarisasi (IP) :

R10
IP = ………………………(2)
R1

Keterangan:

IP= Indeks Polarisasi

R10= Pengujian pada menit ke-10

R1= Pengujian pada menit ke-1

2.5.2 Pengujian Tangen Delta Transformator


Trafo merupakan peralatan utama dalam sistem penyaluran tenaga listrik,
salah satu bagian paling kritis dari trafo tenaga adalah isolasi trafo. Isolasi trafo
berupa isolasi kertas, minyak, dan keramik. Seiring dengan usia operasi trafo
maka kondisi isolasi dapat mengalami pemburukan, hal ini dapat disebabkan
karena tegangan lebih, suhu operasi yang tinggi, hotspot, korona, kontaminasi,
kerusakan mekanis maupun kelembaban. Pemburukan atau kegagalan isolasi
dapat menyebabkan kegagalan operasi atau bahkan kerusakan trafo, oleh karena
itu sangat diperlukan untuk mengetahui proses pemburukan pada isolasi sehingga
kegagalan trafo dalam beroperasi dapat dihindarkan. Salah satu metode untuk
mengetahui proses pemburukan isolasi adalah dengan pengujian tangen delta.

Tangen delta adalah metoda diagnostik secara elektrikal untuk mengetahui


kondisi isolasi. Jika isolasi bebas dari cacat/defect, maka isolasi tersebut akan
bersifat kapasitif sempurna seperti halnya sebuah isolator yang berada diantara
dua elektroda pada sebuah kapasitor. Pada kapasitor sempurna, tegangan dan arus
fasa bergeser 90º dan arus yang melewati isolasi merupakan kapasitif. Jika ada
kontaminasi pada isolasi contohnya kelembaban dalam transformator terlalu
tinggi (moisture), maka nilai tahanan dari isolasi berkurang dan berdampak
kepada tingginya arus resistif yang melewati isolasi tersebut, sehingga sudut arus
mendahului tegangan tidak lagi 90o tapi akan bergeser kurang dari 90o. Besarnya
selisih pergeseran dari 90o merepresentasikan tingkat kontaminasi pada isolasi.
25

T δ y g – rugi daya, besaran inilah yang menjadi indikasi


besarnya daya yang terdisipasi, semakin besar nilai tangen delta maka semakin
besar daya yang terdisipasi yang berarti kualitas isolasi semakin buruk.

Gambar 2.7 Ekivalen isolasi dan diagram tangen delta

Menurut IEE Std. C57.12.00-2000 Stndar General Requirements for


Liquid Immersed Distribution, Power and Regulating Trnasformer.

Menurut IEEE Std. C57.12.1999 Standar Test Code for Liquid Immersed
Distribution, Power and Regulating Transformer.

Tabel 2.4 Standar Pengujian Tan Delta

Rating Power Faktor Kondisi

<0,5% Baik

<0,5% - 0,7% Deteriorasi

0,7% - 1,0% Investigasi

>1,0% Buruk

Perhitungan menggunakan rumus berikut :

V2
S = ………………………(3)
Z

V2
Z = ………………………(4)
S
26

Mencari Xc yaitu dengan :


V2
Xc = ………………………(5)
Q

1
Xc = ………………………(6)
C

Dimana ruus Xc menjadi:

V2
Q = ………………………(7)
Xc

V2
Q = ………………………(8)
1
C

V2
Q = ………………………(9)
C

Jadi rumus tangent delta :

P
T l (δ) = ………………………(1 )
Q

P
T l (δ) = ………………………(11)
V C
2

keterangan :

δ:D l

P : Daya (Watt)

V : Tegangan (Volt)

C : Capasitance (F)

ω : 2π :2x3,14x5
27

Pengujian tangen delta trafo dapat menggunakan beberapa alat uji dari
beberapa vendor seperti Megger, Omicron, Doble, Tettex dll. Langkah awal
sebelum melakukan pengujian adalah membebaskan trafo dari tegangan
dengan melepas sambungan ke busbar, kemudian memasang pentanahan
temporer pada trafo agar proses pengujian berjalan aman. Bersihkan bushing
dan hubung singkat antar terminal primer, sekunder dan tersier dengan
menggunakan bare konduktor atau kabel lurus. Berikut ini rangkaian untuk
pengujian trafo tiga fasa.

2.5.3 Mode Pengukuran yang Dipakai Pada Pengujian Tangen Delta :


1. Mode GST (Grounded Speciment Test)

Yaitu kapasitansi obyek yang diuji dengan ground. Misalnya menguji


antara sisi sekunder terhadap ground ataupun antara sisi primer terhadap
ground.

2. Mode GSTg (Grounded Speciment Test Guard)

Yaitu kapasitansi obyek yang diuji terhadap ground dan membatasi


kapasitansi obyek lain (guard) yang mempengaruhi kapasitansi obyek uji.

3. Mode UST (Ungrounded Speciment Test)

Yaitu kapasitansi antara dua obyek yang sama sekali tidak terhubung
dengan ground. Misalnya antara pengujian antara sisi primer dan sekunder.

1. Hot Collar

Mode pengukuran untuk mengetahui lokasi keretakan pada porcelain,


pemburukan atau kontamianasi pada permukaan bushing.

Kondisi tangen delta dapat diketahui dengan menghitung nilai power


factor correction, jika nilainya semakin kecil maka kondisinya masih
dalam keadaan baik atau sebaliknya. Rasio tegangan adalah metode
pengujian untuk mengetahui perbandingan tegangan nilai awal dengan
28

nilai uji terakhir. Perbandingan nilai rasio adalah 0,5% dari rasio tegangan
name plate IEC 76 (1976).

Pengujian tangen delta trafo dapat menggunakan beberapa alat antara


lain tettex dan alat uji tangen delta megger 2000. Langkah awal sebelum
melakukan pengujian adalah bebaskan trafo dari tegangan dengan melepas
sambungan ke busbar. Kemudian pasang pentanahan temporer pada trafo
agar proses pengujian berjalan aman. Bersihkan bushing dan lubang
singkat antar terminal primer , skunder dan tresier dengan menggunakan
bare konduktor atau kabel lurus. Berikut rangkaian untuk pengujian trafo.

Gambar 2.8 Rangkaian Pengujian Tan Delta

Berikut ini dijelaskan langkah 2 langkah pelaksanaan pengujian dengan


salah satualat uji yaitu alat uji tangen delta megger 2000.

1. Pasang kabel grounding ke peralatan dan pastikan sistem grounding telah


benar.
2. Sambung peralatan dan kabel konektor sesuai dengan fungsi masing –
masing.
3. Periksa dan pastikan semua kabel telah terpasang dengan baik.
29

4. Ny l b l “POWER” p “ON”
5. Periksa lampu open ground apakah masih menyala terus, yang berarti
koneksiground perlu di check ulang.
6. Setelah lampu ground padam, tekan menu pengukuran sesuai dengan
konfigurasi pada specimen yang akan diuji (GST, UST atau GST No
Guard).
7. Tekan kedua safety lock dan posisikan potensio HV ke posisi minimum.
8. Tekan tombol HV ON (warna putih).
9. Putar potensio HV sesuai dengan tegangan yang diinginkan (searah jarum
jam).
10. Setelah tegangan sesuai dengan yang diinginkan, tekan tombol
“MEASURE”, gg b b p l p g ran akan terlihat pada
display.
11. Hasil yang ada dapat disimpan atau langsung di cetak pada printer yang
telah disediakan.
12. Untuk mendownload ke komputer, dapat mempergunakan Data Key yang
ada.
13. Data pada komputer dapat langsung dikonversi ke kodisi suhu 200. Setelah
dilakukan pengujian catat hasil yang diperoleh pada blanko yang tersedia.

2.6 Media Isolasi


2.6.1 IsolasiPadat
Bahan isolasi padat digunakan pada segala macam rangkaian dan peralatan
listrik untuk memisahkan satu konduktor dengan yang lainnya saat dioperasikan
pada tegangan yang berbeda.Suatu bahan isolasi yang baik haruslah memiliki
kerugian dielektrik yang rendah, kekuatan mekanik yang baik, bebas dari gas dan
uap air di dalam bahan isolasi, tahan terhadap panas dan kimia.Isolasi padat
biasanya digunakan pada sistem yang terletak diluar dan mempunyai space yang
luas.Aplikasi isolator padat diantaranya isolator pada tiang-tiang jaringan
distribusi dan transmisi, isolator pada trafo sebagai pemisah bagian bertegangan
dengan tangki trafo. Bahan isolasi padat yang selama ini digunakan yaitu bahan
30

porselin atau keramik dan kaca.


Sekarang ini telah mulai dikembangkan bahan isolasi padat dari jenis
polimer.Isolasi padat digunakan secara luas dalam peralatan sistem tenaga listrik,
terutama untuk isolator pasangan luar.Oleh sebab itu, bahan dielektrik pada
isolator pasangan luar harus memiliki kekuatan dielektrik yang tinggi dan tidak
dipengaruhi oleh kondisi sekitarnya.Bahan seperti porselin memiliki kekuatan
dielektrik yang tinggi, namun dari segi mekanik, isolator berbahan dasar porselin
memiliki beban yang cukup berat.Sedangkan isolator berbahan gelas memiliki
sifat higroskopis pada permukaan isolator, hal ini dikarenakan adanya larutan
alkali dalam komposisi gelas, sehingga konduktifitas isolator menjadi lebih
besar.Kelebihannya yaitu dari segi ekonomi isolator gelas lebih murah dibanding
isolator porselin.Untuk menyelesaikan masalah mekanis yang berat dari isolator
porselin dan sifat higroskopis permukaan isolator gelas, maka sebagai alternatif,
dikembangkan bahan polimer.
Kekuatan mekanik porselin berganatung pada cara pembuatannya.
Kemampuan mekanis suatu porselen standar dengan diameter 2-3 cm adalah
45.000 kg/cm2 untuk beban tekan 700kg/cm2 untuk beban tekuk dan 300 kg/cm2
untuk beban tarik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa porselen adalah bahan yang
memiliki kemampuan mekanik yang sangat baik pada beban tekan. Kekuatan
mekanik dari porselen akan berkurang jika dilakukan penambahan luas
penampang porselen.

Gambar 2.9Isolasi Porselin/ keramik

Suatu dielektrik porselen dengan tebal 1,5 mm memiliki


kekuatandielektrik sebesar 22-28 kVrms/mm.Jika tebal dielektrik bertambah
makakemampuan dielektrik bahan berkurang. Hal ini terjadi karena medan
31

elektriknya tidak seragam.Bila tebal bertambah dari 10 mm menjadi 30 mm


kekuatandielektrik berkurang dari 80 kVrms/mm menjadi 55 kVrms/mm.
Kekuatan dielektrik porselen pada tegangan impuls adalah 50-70 % lebih tinggi
daripadakekuatan dielektrtik pada frekuensi daya.

2.6.2 Isolasi Cair


Bahan isolasi cair ini biasanya digunakan pada peralatan seperti
transformator, pemutus beban, rheostat. Bahan isolasi cair memiliki dua fungsi
yaitu sebagai pemisah antara bagian yang bertegangan atau pengisolasi dan juga
sebagai pendingin. Persyaratan agar bahan cair dapat digunakan sebagai bahan
isolasi adalah mempunyai tegangan tembus dan daya hantar panas yang tinggi .
Beberapa alasan digunakannya bahan isolasi cair adalah sebagai berikut: Isolasi
memiliki kerapatan 100 kali atau lebih dibandingkandenganisolasi gas, sehingga
memiliki kekuatan dielektrik yang lebih tinggi menurut hukum Paschen. Isolasi
cair akan mengisi celah atau ruang yang akan diisolasi dansecara serentak melalui
proses konversi menghilangkan panas yang timbul akibat rugi energi. Isolasi cair
cenderung dapat memperbaiki diri sendiri (self healing )jika terjadi pelepasan
muatan( discharge). Namun kekurangan utama isolasi cair adalah mudah
terkontaminasi.Contoh IsolasiCair yaitu Minyak Transformator.
Minyak transformator adalah minyak mineral yang diperoleh dengan
pemurnian minyak mentah. Dalam pemakaiannya, minyak ini karena pengaruh
panas dari rugi-rugi di dalam transformator akan timbul hidrokarbon. Selain
berasal dari minyak mineral, minyak transformator dapat pula yang dapat dibuat
dari bahan organik, misalnya minyak trafo piranol, silicon. Sebagai bahan isolasi
,minyak transformator harus mempunyai tegangan tembus yang tinggi. Sebagian
besar trafo tenaga kumparan-kumparan dan intinya direndam dalam minyak-trafo,
terutama trafo-trafo tenaga yang berkapasitas besar, karena minyak trafo
mempunyai sifat sebagai media pemindah panas (disirkulasi) dan bersifat pula
sebagai isolasi (daya tegangan tembus tinggi) sehingga berfungsi sebagai media
pendingin dan isolasi. Untuk itu minyak trafo harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
32

1. Kekuatan isolasi tinggi.


2. Penyalur panas yang baik memiliki berat jenis yang kecil, sehingga partikel-
partikel dalam minyak dapat mengendap dengan cepat.
3. Viskositas yang rendah agar lebih mudah bersirkulasi dan kemampuan
pendinginan menjadi lebih baik.
4. Titik nyala yang tinggi, tidak mudah menguap yang dapat membahayakan.
5. Tidak merusak bahan isolasi padat.
6. Sifat kimia yang stabil.
Sebagai bahan isolasi, minyak transfomator harus mempunyai tegangan
tembus yang tinggi. Jarak elektoda dibuat 2,5 mm, sedangkan tegangannya dapat
diatur dengan menggunakan autotransformator sehingga dapat diketahui tegangan
sebelum saat terjadinya kegagalan isolasi yaitu terjadinya loncatan bunga api.
Loncatan bungaapi dapat dilihat lewat lubang yang diberi kaca. Selain itu dapat
dilihat dari voltmeter tegangan tertinggi sebelum terjadinya kegagalan isolasi
(karena setelah terjadinya kegagalan isolasi voltmeter akan menunjukan harga
nol). Tegangan tembus nominal minyak transformator untuk tegangan kerja
tertentu dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Berdasarkan standar yang
dikeluarkan oleh ASTM yakni dalam standar D-877 disebutkan bahwa suatu
bahan isolasi har us memiliki tegangan tembus sebesar kurang lebih 30 kV untuk
lebar sela elektroda 1 mm, dengan kata lain kekuatan dielektrik bahan
isolasikurang lebih 30 kV/mm. Sedangkan menurut standar ASTM D-1816 suatu
bahan isolasi harus mampu menahan tegangan sebesar 28 V untuk suatu lebar sela
elektroda sebesar 1,2 mm. Standar ini merupakan standar yang diterima secara
internasional dan harus dipenuhi oleh suatu bahan yang dikategorikan sebagai
suatu bahan isolasi. Kegunaan minyak trafo adalah selain untuk bahan isolasi juga
sebagai media pendingin antara kumparan kawat atau inti besi dengan sirip
pendingin. Untuk minyak isolasi pakai berlaku untuk transformator berkapasitas >
1 MVA atau bertegangan >30 kV.
33

2.7 Standar Minyak Transformator


Minyak trafo berfungsi sebagai media pendingin dan juga media isolasi.
Minyak trafo terbuat dari bahanorganik, ikatan atom C dengan atom H. Dalam
transformator minyak, transformator mengalami suhu relative tinggi (di atas 500C)
dan juga mengalami busur listrik apabilan ada onload tap changer (pengubah
sadapan berbeban). Di samping itu dalam transformator terdapat oksigen (O2) dari
udara dan juga air (H2O) dari kelembapan udara. Hal ini semua menyebabkan ada
sebagian minyak transformator yang teruarai dan membentuk H2O, asam karbonat
dan karbon ( C). Pembentukan zat-zat ini menyebabkan turunnya kualitas
isolasinya bahkan pembentukan asam karbonat ini bisa menimbulkan korosi
terhadap bagian-bagian yang terbuat dari logam seperti inti transformator dan
tangki.
Dalam menyalurkan perannya sebagai pendingin, kekentalan minyak
transformator tidak boleh terlalu tinggi agar mudah bersirkulasi dan kekentalan
relatif minyak transformator tidak boleh lebih dari 4,2 pada suhu 20ºC dan 1,8 dan
1,85 dan maksimum 2 pada suhu 50ºC.
Di dunia ketenagalistrikan jenis trafo yang banyak digunakan untuk
melayani konsumen umumnya dipakai trafo jenis terendam minyak (type basah),
sedangkan trafo kering (dry type) umumnya banyak dipakai diindustri,
perkantoran, gedung, karena selain ramping pemasangan juga tidak memerlukan
tempat yang luas (trafo jenis ini dipasang secara in door). PLN dalam
operasionalnya lebih banyak menggunakan trafo jenis basah dan pemasangan nya
dilakukan out door (diluar gedung).Dikatakan jenis basah, karena trafo ini inti dan
belitannya terendam oleh minyak. Macam-macam minyak trafo (minyak isolasi)
yang banyak beredar dipasaran adalah :
a) Minyak Diala
b) Minyak Nynas
Menurut penelitian Nyoman Oksa Winanta1, Anak Agung Ngurah
Amrita2, Wayan Gede Ariastina3, melakukan pengujian tegangan tembus pada
minyak Shell Diala-B dan minyak nynas. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi pengaruh perubahan suhu, kandungan air, serta jarak sela
34

elektroda terhadap tegangan tembus minyak transformator. Minyak


transformator yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak Shell Diala-
B dan Nynas. Pengujian pengaruh suhu dilakukan pada variasi suhu 280 C
hingga 810 C, pengaruh kandungan air dilakukan dengan variasi mulai dari 11
ppm hingga 31 ppm, serta pengaruh jarak sela elektroda dilakukan pada variasi
jarak sela 1,2 mm hingga 2,5 mm. Metode pengujian tegangan tembus
menggunakan elektroda setengah bola sesuai standar IEC 60156 tahun 1995.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu maka semakin tinggi
pula tegangan tembus minyak transformator. Tegangan tembus tertinggi terjadi
pada minyak Nynas saat suhu 810 C yakni sebesar 59,27 kV. Hasil penelitian
berikutnya yakni semakin tinggi kandungan air maka tegangan tembusnya
semakin rendah. Tegangan tembus tertinggi terjadi pada minyak Shell Diala-B
dengan kandungan air 11 ppm yakni sebesar 61,35 kV. Kemudian semakin
besar jarak sela elektroda maka tegangan tembusnya akan semakin besar pula.
Tegangan tembus tertinggi terjadi pada minyak Nynas dengan jarak sela
elektroda 2,5 mm yakni sebesar 60,02 kV.
Sampel minyak transformator Shell Diala-B dan Nynas, perubahan
suhu mempengaruhi nilai tegangan tembus dari masing-masing objek uji. Dari
hasil tersebut, terlihat bahwa semakin tinggi suhu yang diberikan pada objek
uji, tegangan tembus yang didapatkan juga semakin tinggi. Kenaikan nilai
tegangan tembus tertinggi terjadi pada minyak Shell Diala-B yang memiliki
kandungan air 30 ppm dengan kenaikan sebesar 15,85 kV dari suhu awalnya.
Sedangkan kenaikan nilai tegangan tembus terendah terjadi pada minyak Shell
Diala-B yang memiliki kandungan air 15 ppm dengan kenaikan sebesar 7,14
kV dari suhu awalnya. Kenaikan nilai tegangan tembus tertinggi terjadi minyak
Nynas yang memiliki kandungan air 16 ppm dengan kenaikan sebesar 15,24
kV dari suhu awalnya. Sedangkan kenaikan nilai tegangan tembus terendah
terjadi pada minyak Nynas yang memiliki kandungan air 19 ppm dengan
kenaikan sebesar 7,24 kV dari suhu awalnya.
Kesimpulannyadari penguian diatas yaitu Kenaikan suhu memberi
pengaruh yang signifikan terhadap tegangan tembus minyak transformator
35

Shell Diala-B dan Nynas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi
suhu maka tegangan tembus minyak transformator juga semakin tinggi. Jumlah
kandungan air pada minyak Shell Diala-B dan Nynas memberi pengaruh yang
signifikan terhadap tegangan tembus minyak tersebut. Semakin tinggi
kandungan air pada minyak transformator maka semakin rendah tegangan
tembusnya.Jarak sela antara elektroda memberi pengaruh yang cukup
signifikan terhadap tegangan tembus minyak Shell Diala-B dan Nynas.
Semakin besar jarak sela elektroda maka semakin besar pula tegangan
tembusnya.
2.7.1 Syarat Minyak Transformator
Adapun persyaratan yang harus dipenuhi oleh minyak transformator
adalah sebagai berikut:
1. Kejernihan (appearance)
Kejernihan minyak isolasi tidak boleh mengandung suspensi atau endapan
(sedimen).
2. Massa Jenis (Density)
Massa jenis dibatasi agar air dapat terpisah dari minyak isolasi dan
tidak melayang.Pengukuran dilakukan di laboratorium dengan suhu media
20 0 C. Masa jenis minyak yang harus dipenuhi adalah d 0.895 gr/cm 3 .
3. Viskositas kinematika (Kinematic Viscosity)
Viskositas memagang peranan penting dalam pendinginan, yaitu
untuk menentukan kelas minyak transformtor.Viscositas pada suhu 20 0 C
antara 25 d x d 40 cSt.
4. Titik nyala (Flash point)
Titik nyala yang rendah menunjukkan adanya kontaminasi zat
gabar yang mudah terbakar.Titik nyala yang disyaratkan dalam minyak
isolasi adalah 1400C.
5. Titik tuang (Pour point)
Titik tuang dipakai untuk mengidentifikasi dan menentukan jenis
perlatan yang akan menggunakan minyak isolasi. Nilai yang di per -
syaratkan d-30 0 C.
36

6. Angka kenetralan (Neutralization Number)


Angka kenetralan merupakan angka yang menunjukkan
penyusutan asam minyak dan dapat mendeteksi kontaminasi minyak,
menunjukkan kecenderungan perubahan kimia atau indikasi perubahan
kimia dalam bahan tambahan.Pada kondisi operasi trafo dalam keadaan
bertegangan yang dialiri dengan arus listrik, maka panas yang timbul
berkisar 60 0 s/d 80 0 C. Panas ini akan disalurkan oleh minyak dengan
cara konveksi dan radiasi ke udara melalui sirip-sirip pendingin. Keluar
masuknya udara luar yang mengandung zat asam akan ber campur dengan
minyak yang selanjut nya akan terjadi per-senyawaan asam dan air yang
lambat laun akan menaikkan kadar asam. Bila hal ini dibiarkan terus
menerus, maka akan berakibat merusak isolasi minyak dan
lilitan/kumparan trafo. Viscositas minyak menjadi kental, daya pendingin
minyak menjadi kental, daya pendinginan minyak akan berkurang dan
tegangan tembus akan turun. Angka kenetralan ini dapat dipakai sebagai
petunjuk umum. Bila kadar minyak lebih besar dari angka 0,03
mgKOH/gr, maka minyak sudah harus diganti atau di filter (saring). Untuk
itu disarankan bagi regu pemeliharaan agar selalu melakukan pemeriksaan
rutin trafo tersebut terutama minyak isolasi.Periksaan dapat dilakukan
dalam periode waktu tertentu setiap 6 bulan sekali atau setahun sekali
tergantung kondisi trafo dan lingkungan sekitar.
7. Korosi belerangka (Corrosiven Sulphur)
Korosi belerangka kemungkinan dihasilkan dari adanya belerang
bebas atau senyawa belerang yang tidak stabil dalm minyak isolasi.Bila
dalam minyak terkandung kadar belerang, maka akan terjadi ikatan ion S
membentuk senyawa H2SO3 (akan terjadi korosif) atau gas H2S.
8. Tegangan tembus (Breakdown Voltage)
Tegangan tembus yang terlalu rendah menunjukkan adanya
kontaminasi seperti air, kotoran atau partikel konduktif dalam
minyak.Untuk minyak baru, angka tegangan tembus adalah :
 Sebelum difilter = e30kV/2.5mm atau e 80 kV/mm
37

 Setelah difilter = e50kV/2.5mm atau e 120 kV/mm


9. Kandungan air (Water Content)
Kandungan air dalam isolasi menyebabkan menurunnya tegangan
tembus dan tahanan jenis minyak isolasi akan mempercepat kerusakan
kertas pengisolasi.
Tabel 2.5 Standard Minyak Sebagai Isolasi Pada Transformator

No. Sifat Minyak Satuan Kelas I/II Metode Tempat Uji


Isolasi
Uji

1. Kejernihan - Jernih IEC 296 Di tempat

2. Massa Jenis(200C) g/cm3 <0,895 IEC 296 Di lab

3. Vikositas(200C) cSt <40 <25 IEC 296 Di lab

Kinematik - cSt <800 IEC 296


(150C)

Kinematik - cSt <1800 IEC 296


0
(30 C)

0
4. Titik Nyala C >140 >100 IEC 296A Lab

0
5. Titik Tuang C <30 <40 IEC 296A Lab

6. Angka Kenetralan MgKOH/g <0,03 IEC 296 Lab

7. Korosi Belerang - TidakKorosif IEC 296 Ditempat/Lab

8. Tegangan Tembus kV/2,5mm >30 IEC 156 Lab

>50 & IEC


296

9. Faktor Kebocoran - <0.05 IEC 250 Lab


IEC 474
38

Dielektrik & IEC 74

10. Ketahanan mgKOH/g <0.40 IEC 74 Lab


Oksidasi %
<0.10
a.Angka
Kenetralan

b.Kotoran

2.8 Pengujian Tegangan Tembus Minyak


Pengujian tegangan tembus dilakukan untuk mengetahui
kemampuanminyak isolasi dalam menahan tegangan. Minyak yang jernih akan
menunjukkan nilai tegangan tembus yang tinggi IEC (60156). Minyak
transformator membantu mendinginkan panas transformator dan juga berfungsi
sebagai cairan isolasi pada transformator (Hamid et al., 2016).

Minyak transformator yang baru dipasang pada transformator akan bekerja


sebagai isolasi dari transformator. Transformator tersebut bekerja pada keadaan
optimum secara terus menerus sehingga menyebabkan temperatur minyak dari
transformator akan naik. Temperatur minyak yang tinggi ini akan menyebabkan
pemanasan pada transformator yang selanjutnya akan penyebabkan pemanasan
pada minyak transformator tersebut. Pemanasan minyak transformator ini akan
menyebabkan molekul-molekul pada minyak tersebut akan pecah sehingga faktor
kebocoran dielektriknya akan semakin tinggi. Warna dari minyak transformator
yang pada kondisi baru masih berwarna kuning tadi akan berubah menjadi
semakin coklat bahkan gelap. Seiring dengan pertambahan waktu, oksigen dari
udara, kelembaban dari transformator, dan kandungan zat kimia lain seperti asam
dan karbon dapat menyebabkan kualitasminyak transformator tadi semakin buruk
karena sebagian besar minyak akan mengalami reaksi kimia yang dapat
menyebabkan susunan kimia daripada minyak transformator tersebut menjadi
terurai. Selain itu semakin tua umur dari minyak transformator tersebut, maka
39

kotoran tadi akan semakin banyak sehingga minyak akan semakin terkontaminasi
dan menyebabkan tegangan tembus dari transformator akan semakin rendah.

Untuk minyak yang baru, memiliki warna kuning pucat.Hal ini berarti
minyak masih berada dalam kondisi yang baik dan siap untuk dipakai di
transformator tersebut.Sedangkan untuk minyak yang berumur 1 tahun, memiliki
warna kuning.Sementara untuk minyak yang berumur 2 tahun dan 5 tahun,
keduanya memiliki warna kuning kecoklatan.Warna ini menunjukkan kalau
minyak tersebut sudah dalam keadaan yang tidak baik dan menunjukkan kalau
dalam minyak tersebut sudah terpakai dalam suhu yang cukup tinggi selama
beberapa saat dan di dalam minyak itu sendiri terkandung berbagai macam
endapan dan kotoran yang juga mengendap pada isolasi kertas di dalam
transformator tersebut yang dapat merusak fungsi isolasi dari minyak
transformator tersebut.Setelah perubahan warna minyak dari kuning ke kuning
kecoklatan, minyak telah terdegradasi ke titik di mana sistem isolasi telah
dipengaruhi. Perubahan warna minyak ini dapat disebabkan oleh: masalah listrik,
kepala pot atau senyawa bushing, pernis atau polimer yang diawetkan, minyak
baru di unit kotor yang telah terpakai( Iwa Garniwa1, Jonathan Fritz S2).

Perhitungan kekuatan dielektrik minyak trafo menggunakan rumus berikut:

Vb ( rata rata)
Erata rata  (kV / mm) ………………………(12)
d

Keterangan :

Vb : Tegangan tembus (kV)

E : Kekuatan dielektrik (kV/mm)

d : Jarak sela (mm)


40

Tabel 2.6 Standar Pengujian Tegangan Tembus Minyak

Tegangan Bagus Cukup Buruk

500 kV >60 kV 50-60 kV <50 kV

150 kV >50 kV 40-50 kV <40 kV

70kV >40 kV 30-40 kV <30 kV

Tabel 2.7 Standar Pengujian Minyak OLTC menurut IEC 60422


Bagus Cukup Buruk

>40 kV 40 kV <40 kV

2.9 Pemurnian Minyak Transformator


1. Mendidihkan (boiling)
Minyak dipanaskan hingga titik didih air dalam alat yang disebut
Boiler. Air yang ada dalam minyak akan menguap karena titik didih
minyak lebih tinggi dari titik didih air. Namun terdapat kekurangan
dengan metode ini. Pertama, hanya air yang akan dipindahkan dari
minyak, sedangkan serat, arang dan pengotor lainnya tetap tinggal. Kedua,
minyak dapat menua dengan cepat karena suhu tinggi dan adanya udara.
2. Alat Sentrifugal ( centrifuge reclaiming)
Air, serat, karbon dan lumpur yang lebih berat dari minyak dapat
dipindahkan minyak setelah mengendap. Untuk masalah ini memerlukan
waktu lama, sehingga untuk mempercepatnya minyak dipanaskan hingga
45 – 55oC dan diputar dengan cepat dalam alat sentrifugal. Pengotor akan
tertekan ke sisi bejana oleh gaya sentrifugal, sedangkan minyak yang
bersih akan tetap berada ditengah bejana. Alat ini mempunyai efisiensi
yang tinggi.
41

3. Penyaringan ( Filtering)
Dengan metode ini minyak disaring melalui kertas penyaring
sehingga pengotor tidak dapat melalui pori - pori penyaring yang kecil,
sementara uap telah diserap oleh kertas yang mempunyai hygroscopicity
yang tinggi. Jadi filter press ini sangat efisien memindahkan pengotor
padat dan uap dari minyak yang merupakan kelebihan dari pada alat
sentrifugal. Walaupun alat ini sederhana namun keluaran yang dihasilkan
lebih sedikit dari pada dengan alat sentrifugal. Filter Press ini cocok
digunakan untuk memisahkan minyak dalam CB circuit Breaker, yang
biasanya tercemari oleh partikel arang yang kecil dan sulit dipisahkan
dengan menggunakan alat sentrifugal.
4. Regenerasi
Semua sifat-sifat minyak yang tercemar dapat dipindahkan dengan
pemurnian menyeluruh yang khusus yang disebut regenerasi.Dengan
menggunakan absorben untuk regenerasi minyak transformator sering
dipakai di gardu induk dan pemangkit.Adsorben adalah subtansi yang
partikel partikelnya dapat menyerap produk penuaan dan kelembapan pada
permukaannya. Hal yang sama dilakukan adsorben dalam ruang
penyaring tabung gas yang menyerap gas beracun dan membiarkan udara
bersih mengalir. Regenerasi dengan adsorben dapat dilakukan lebih
menyeluruh bila minyak dicampur dengan asam sulfur.

2.10 Kegagalan Minyak Transformator


Kegagalan isolasi disebabkan beberapa sebab, antara lain isolasi tersebut
sudah lama terpakai, berkurangnya kekuatan dielektrik dan karena isolasi tersebut
dikenakan tegangan lebih. Pada dasarnya tegangan pada isolasi merupakan suatu
tarikan atau tekanan (strees) yang harus dilawan oleh gaya dalam isolasi itu
sendiri agar isolasi tidak gagal. Berikut ini akan diuraikan beberapa faktor yang
mempengaruhi mekanisme kegagalan pada minyak transformator, yaitu :
42

1). Partikel padat


Partikel debu atau serat selulosa yang ada di sekeliling isolasi padat
(kertas) sering ikut tercampur dalam minyak.Selain itu partikel padat ini
pun bisa terbentuk ketika terjadi pemanasan (thermal strees) dan tegangan
lebih. Pada saat terjadi medan listrik, partikel–partikel ini akan
terpolarisasi dan membentuk jembatan. Arus akan menga-lir melalui
jembatan dan menghasilkan pemanasan lokal serta menyebabkan
terjadinya kegagalan pada minyak transformator.
2) Uap Air
Air dan uap air terdapat pada minyak, terutama pada minyak yang
telah lama digunakan. Jika terdapat medan listrik, maka molekul uap air
yang terlarut memisah dari minyak dan terpolarisasi. Jika jumlah molekul–
molekul uap air ini banyak, maka akan tersusun semacam jembatan yang
menghubungkan kedua elektroda sehingga terbentuk suatu kanal. Kanal ini
akan merambat dan memanjang sehingga terjadi kegagalan minyak
transformator.
3). Kegagalan gelembung
Merupakan bentuk kegagalan isolasi cair yangdisebabkan oleh
gelembung–gelembung gas di dalamnya.Pembentukan gas karena terjadi
dekomposisi pada minyak transforma-tor dapat mengakibatkan kegagalan.
Adanya pengaruh medan yang kuat antara elektroda, maka gelembung –
gelembung gas dalam cair-an tersebut akan saling sambung menyam-bung
dan membentuk jembatan yang menga-wali terjadinya kegagalan pada
minyak transformator.
Akibat dari beberapa faktor yang mempengaruhi mekanisme kegagalan
pada minyak transformator dapat mengakibatkan partialdischarge.Partial
discharge adalah peristiwapelepasan/loncatan bunga api listrik yang terjadi pada
suatu bagian isolasi (pada rongga dalam atau pada permukaan) sebagai akibat
adanya beda potensial yang tinggi dalam isolasi tersebut. Partial discharge dapat
terjadi pada bahan isolasi padat, bahan isolasi cair maupun bahan isolasi gas.
BAB III

METODE PENILITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian


Penelitian ini dilakukan agar audit yang menghitung indeks polarisasi,
tangent delta, dan pengujian minyak.. Pendekatan yang digunakan penelitian ini
adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif sebagai
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dalam penelitian kuantitatif
perlu menekankkan pentingnya kedekatan orang-orang dengan situasi penelitian,
agar peneliti memperoleh pemahaman jelas tentang realitas dan kondisi kehidupan
nyata.

Pendekatan kuantitaif menekankan pada makna, penalaran, definisi


suatsituasitertentu dan lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan
kehidupan sehari hari. Pada penelitian ini dilakukan untuk mengamati proses
adanya pengujian tahanan isolasi pada transformator yaitu menguji indeks
polarisasi, tangent delta, dan pengujian minyak.

3. 2 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Mencari materi maupun teori mengenai tahanan isolasi transformator.

2. Menentukan parameter yang akan dibutuhkan dalam penelitian.

3. Menentukan alat dan bahan untuk melakukan penelitian.

4. Jika hasil sudah didapat, di analisa dalamperhitungan.

5. Mencatat hasil yang didapatkan selama melakukan penilitian.

43
44

3.3 Populasi dan Sempel

3.3.1 Populasi
Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah melakukan penilitian
mengenai mengetauhi tahanan isolasi pada transformator agar dapat
mengetauhi masih bekerja dengan baik atauperlu diganti.

3.3.2 Sempel
Sempel ini merupakan bagian dari populasi. Dalam penelitian ini sempel
yang digunakan adalah pengumpulan data dari indekspolarisasi, tangent delta, dan
pengujian minyak untuk mendapat data yang dapat diperhitungkan kemudian
dapat menaarik kesimpulan.

3.4 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di PT.PLN (Persero) Gardu Induk 150 KV
Pati . Penelitian dilakukan pada tanggal 24 Agustus 2020 s.d 15
September 2020.

3.5 Tahap penelitian


Tahapan penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan metode
sebagai berikut:

a. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan penulis untuk mencari referensi-referensi yang


ada baik berupa buku maupun artikel ilmiah yang berhubungan dengan
penyelesaian laporan ini.
45

b. Perijinan dan pengambilan data penelitian

Dalam hal ini penulis melakukan perijinan kepada PT.PLN (Persero)


Gardu Induk 150 KV Pati, untuk pengambilan data pengujian tahanan isolasi dan
single line diagram kelistrikan transformator yang akan digunakan untuk
pembuatan laporan.

c. Analisis Data

Penulis menganalisis data yang diperoleh dari proses pengambilan data


untuk mengetahui perubahan kualitas kondisi isolasi pada transformator.

d. Pengujian

Pengujian dilakukan untuk mengetahui nilai yang akan digunakan untuk


memberikan hasil yang lebih baik.

e. Penyelesaian laporan

Setelah data didapat dan dianalisis, laporan akan diselesaikan untuk


pengambilan kesimpulan dan pemberian saran.
46

3.6 Diagram Alur Penelitian

MULAI

Mencari Referensi

Mengambil Data

Menghitung Data

Menganalisa Data Hasil


Indeks Polarisasi
Pengukuran

Tangen Delta

Membuat Laporan
Pengujian Minyk

SELESAI

Gambar 3.1 Gambar Flow Chart


47

3.7 Single Line

Gambar 3.2 Single line kelistrikan transformator GI Pati


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Spesifikasi Transformator


Dalam melakukan pengukuran penulis harus mengetauhi spesifikasi
Transformator yang akan diukur. Dibawah ini adalah spesifikasi Transformator
yang akan dilakukan pengukuran.
Tabel 4.1 Spesifikasi Trafo

Merk CG Pauwels
Yr. Manufactured 2014
VA Rating 60 MVA
kV Voltage 150, 20,
Serial Number 3011130029
Standar IEC _60076
Frequency 50 Hz
Oil Volume 21000 Kg
Cooling ONAN/ONAF-60/100%
Type Of Oil NYNAS NYTRO LIBRA

4.2 Analisa Data dan Pengukuran Indeks Polarisasi


Pengujian tahanan isolasi dimaksudkan untuk mengetahui kondisi isolasi
antar lilitan maupun lilitan dengan ground.Metode pengujiannya dengan
memberikan tegangan DC konstanlalu merepresentasikan kondisi isolasinya
secara berkelanjutan dalam periode waktu yang lebih lama.Rasio
perbandingan dari pembacaan uji 10 menit dengan uji 1 menit disebut Indeks
Polarisasi (IP).Semakin tinggi IP maka semakin baik tahanan isolasinya,
sedangkan nilai IP yang rendah dapat mengindikasikan terkontaminasinya
isolasi trafo.Berikut adalah data pengukuran Indeks Polarisasi yang diuji pada
tahaun 2018 dan tahun 2019.

48
49

Tabel 4.2 Data IP Tahun 2018 dan Tahun 2019 GI 150 Kv Pati

No. Aktivitas Hasil Uji Th 2018 Hasil Uji Th 2019

1 Min 10 Min IP 1 Min 10 Min IP

1 Primary - Ground 13,300 21,700 1,63 18,500 24,900 1,34

2 Sekundary - Ground 14,100 22,100 1,56 16,600 23,400 1,40

3 Tertier - Ground 14,000 21,400 1,52 88,000 174,000 1,97

4 Primary - Sekundary 15,300 29,100 1,90 15,300 29,100 1,90

5 Primary - Tertier 20,700 32,900 1,58 21,900 36,300 1,65

6 Sekundary -Tertier 16,400 28,100 1,71 15,000 27,300 1,82

Perhitungan Indeks Polarisasi yaitu sebagai berikut :


R10
IP 
R1
Ketreangan :
IP = IndeksiPolarisasi
R10 = Pengujian saat menit ke-10
R1 = Pengujian saat menit ke-1
1.Perhitungan indeks polarisasiprimary-ground pada tabel 4.2:
21,700
IP   1,63
Pada Tahun 2018 : 13,300

24,900
Pada Tahun 2019 : IP   1,34
18,500
2. Perhitungan indeks polarisasisekundary-ground pada tabel 4.2:
22,100
Pada Tahun 2018 :  1,56
14,100
50

23,400
Pada Tahun 2019 :  1,40
16,600
3. Perhitungan indeks polarisasitertier-ground pada tabel 4.2:
21,400
PadaTahun 2018 :  1,52
14,00
174,000
Pada Tahun 2019: IP   1,97
88,000
4. Perhitungan indeks polarisasiprimary-skunder pada tabel 4.2:
29,100
Pada Tahun 2018 : IP   1,90
15,300
29,100
Pada Tahun 2019 : IP   1,90
15,300
5. Perhitungan indeks polarisasiprimary-tertier pada tabel 4.2:
32,900
Pada Tahun 2018 : IP   1,58
20,700
36,300
Pada Tahun 2019 : IP  1,65
21,900
6. Perhitungan indeks polarisasisekundary-tertier pada tabel 4.2:
28,100
Pada Tahun 2018 : IP  1,71
16,400
27,200
IP  1,82
Pada Tahun 2019 : 15,000

Dari tabel 4.2 Diatas maka diperoleh data pada Tahun 2018 yaitu Primary-
Ground 1,63, Sekundary-Ground 1,56, Tertier-Ground 1,52, Primary-Skunder
1,90, Primary-Tertier 1,58, Sekundary-Tertier 1,71. Sedangkan pada tahun 2019
yaitu diperoleh Primary-Ground1,34, Sekundary-Ground1,40,Tertier-Ground
1,97, Primary-Skunder 1,90, Primary-Tertier 1,65, Sekundary-Tertier 1,82. Dari
data yang diperoleh diatas jika dibandingkan dengan standar pengujian IP yang
diijinkan menurut ( Buku O&M Trafo) masuk dalam kategori Baik yaitu nilainya
berkisar antara 1,25 - 2,0. Ini menunjukkan bahwa nilai indeks polarisasi tahun
2018 dan tahun 2019 terbilang masih dalam keadaan baik.
51

Tabel 4.3 Standar Pengujian IP yang diijinkan menurut ( Buku O&M Trafo)

Hasil Pengujian Keterangan

<1,0 Berbahaya

1,0 – 1,1 Jelek

1,1 – 1,25 Dipertanyakan (pengujian tangen


delta dan kadar minyak)

1,25 -2,0 Baik

> 2,0 Sangat Baik

Dari perolehan data Indeks Polarisasi tahun 2018 dan 2019 yang telah
dilakukan perhitungan dan dibandingkan dengan hasil pengukuran didapatkan
hasil yang sama, yakni keduannya tidak ada perbedaannya, ini menunjukkan
bahwadata yang diperoleh dikatan relevan. Untuk data IP tahun 2018 dan 2019
perbedaannya hanya sedikit, yakni data 2019 mengalami penurunan.

IP Tahun 2018 dan 2019


IP 2019 IP 2018

1,82; 6
1,71;
1,65; 5
1,58;
1,90; 4
1,97; 3
1,52;
1,40; 2
1,56;
1,34; 1
1,63;

0 1 2 3 4 5 6 7

Gambar 4.1 Perbandingan IP 2018 - 2019


52

4.3Analisa Data dan Pengukuran Perhitungan Tangen Delta


Pengujian tan delta menunjukkan kekuatan isolasi, kehilangan daya
dielektrik dan kelembaban berbagai macam bahan isolasi (Ravi, 2013). Isolasi
yang baik akan bersifat kapasitif sempurna, dalam hal ini trafo dianggap sebagai
kapasitor murni. Tegangan dan arus fasa bergeser 90° pada kapasitor murni dan
arus yang melewati isolasi merupakan kapasitif. Adanya kontaminasi akan
menurunkan nilai tahanan isolasi yang berdampak pada tingginya arus resisitif
yang melaluinya. Besarnya pergeseran antara tegangan dan arus menjadi kurang
dari 90°, selisih pergeseran dari 90° ini yang menunjukkan nilai tingkat
kontaminasi yang disebut tan delta. Semakin rendah tangen delta semakin
bagus.Apabila semakin tinggi tangen delta kondisi isolasi jelek.
Tabel 4.4 Data Tangen Delta Tahun 2019 GI 150kV Pati

Pengukuran Tegangan Arus Daya TAN CAP Corr


(Kv) ( mA) (Watt) δ (%) (pF) Factor
Inject HV:Primer
C HL 10,00 27,221 0,3881 0,14 8.663,47 0,810
CHG 10,00 11,645 0,1941 0,17 3.078,67 0,810
C HL+ C HG 10,00 38,821 0,5940 0,15 12.363,25 0,810
Inject HV: Skunder
C LT 5,00 25,388 0,2020 0,16 16.183,34 0,810
C LG 5,00 1,666 0,0444 0,54 1.063,90 0,810
C LT + C LG 5,00 27,066 0,2533 0,19 17.245,39 0,810
Inject HV:Tersier
C HT 2,00 0,364 0,0057 0,78 581,25 0,810
CTG 2,00 3,064 0,0329 0,39 4870,69 0,810
C HT + C TG 2,00 3,426 0,0296 0,43 5459,57 0,810
53

Keterangan pengukuran pada tabel di atas :


CH :Capacitance high
CHL :Capacitance high low
CL :Capacitance low
CT :Capacitance tersier
CHT :Capacitance high tersier
CLT : Capacitance low tersier

Perhitungan tangen delta menggunakan rumus sebagai berikut :


P
Tan 
V 2 C
Keterangan:
δ: Delta
P: Daya (Watt)
V: Tegangan (Volt)
C: Capasitance (F)
ω: 2π
Dari hasil pengujian pada tabel 4.5 maka perhitungan dapat dilakukan
sebagai berikut:
1. Perhitungan CHL :
Diket :
P :0,3881 Watt
V : 10 kV = 10.000 Volt
ω: 2π
C :8.664,58 pF = : 8.664,58 x10-12 F
0,3881
Tan  100%
(10.000)  2  3,14  50  8.664,58 10 12
2

 0,14%
2. Perhitungan CHG :
Diket :
P :0,1941 Watt
54

V : 10 kV = 10.000 Volt
ω : 2π
C :3.708,67 pF = : 3.708,67 x10-12 F
0,1941
Tan  100%
(10.000)  2  3,14  50  3.708,67 10 12
2

 0,17%
3. Perhitungan CHG+CHL :
Diket :
P :0,5940 Watt
V : 10 kV = 10.000 Volt
ω : 2π
C :12.363,25 pF = : 12.363,25 x10-12 F
0,5940
Tan  100%
(10.000)  2  3,14  50 12.363,25 10 12
2

 0,15%
4. Perhitungan CLT :
Diket :
P :0,2020Watt
V :5kV = 5.000 Volt
ω : 2π
C :16.183,34 pF = : 16.183,34 x10-12 F
0,2020
Tan  100%
(5.000)  2  3,14  50 16.183,34 10 12
2

 0,16%
5. Perhitungan CLG :
Diket :
P :0,0444Watt
V :5kV = 5.000 Volt
ω : 2π
C :1.063,90 pF = : 1.063,90 x10-12 F
55

0,0444
Tan  100%
(5.000)  2  3,14  50 1.063,90 10 12
2

 0,54%
6. Perhitungan CLG+CLT :
Diket :
P :0,2533Watt
V :5kV = 5.000 Volt
ω : 2π
C :17.245,39 pF = : 17.245,39 x10-12 F
0,2533
Tan  100%
(5.000)  2  3,14  50 17.245,39 10 12
2

 0,19%
7. Perhitungan CHT:
Diket :
P :0,0057Watt
V :2kV = 2.000 Volt
ω : 2π
C :581,25 pF = : 581,25 x10-12 F
0,0057
Tan  100%
(2.000)  2  3,14  50  581,25 10 12
2

 0,78%
8. Perhitungan CTG:
Diket :
P :0,0239Watt
V :2kV = 2.000 Volt
ω : 2π
C :4.878,69 pF = : 4.878,69x10-12 F
0,0239
Tan  100%
(2.000)  2  3,14  50  4.878,69 10 12
2

 0,39%
9. Perhitungan CTG+CHT:
Diket :
56

P :0,0296Watt
V :2kV = 2.000 Volt
ω : 2π
C :5.459,57 pF = 5.459,57 x10-12 F
0,0296
Tan  100%
(2.000)  2  3,14  50  5.459,57 10 12
2

 0,43%
Dari perolehan data Tan Delta yang telah dilakukan perhitungan dan
dibandingkan dengan hasil pengukuran didapatkan hasil yang sama, yakni
keduannya tidak ada perbedaannya, ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh
dikatan relevan.

Tan Delta
PengukuranTan Delta Perhitungan Tan Delta

0,43; 9
0,39; 8
0,78; 7
0,19; 6
0,54; 5
0,16; 4
0,15; 3
0,17; 2
0,14; 1

0 2 4 6 8 10

Gambar 4.2 Grafik Tan Delta


57

Tabel 4.5 Standar Pengujian Tan Delta

Rating Power Faktor Kondisi

<0,5% Baik

<0,5% - 0,7% Mengalami Penurunan

0,7% - 1,0% Investigasi

>1,0% Buruk

Berdasarkan dari hasil data dan perhitungan manual yang sudah dilakukan
kondisi belitan tan delta pada transformator menunjukkan bahwa Rating power
faktor yakni sebesar <0,5% - 0,7%. Ini menunjukkan bahwa transformator dalam
kondisi mengalami penurunan. Untuk itu perlu dilakukan pertinjauan untuk
melakukan pemeriksaan kadar air pada minyak isolasi.
Dari Perhitungan serta Pengukuran yang didapatkan Tan Delta
menunjukkan bahwa Perhitungan dan Pengukuran memiliki jumlah yang hampir
sama, ini menunjukkan bahwa data yang didapatkan dari keduannya adalah data
yang sinkron.

4.4 Analisa Data dan Pengujian Minyak


Pengujian minyak yang dilakukan di gardu induk 150 kV Pati melakukan test
sebanyak 6 kali.
Tabel 4.6 Data uji tegangan tembus minyak

Hasl Pengujian kV
Test 1 Test 2 Test 3 Test 4 Test 5 Test 6 Rata-
Rata
100,3 kV 92,1 kV 84,2 kV 94,5 kV 92,6 kV 93,5 kV 92,9 kV
58

Tabel 4.7 Standar Pengujian Tegangan Tembus Minyak

Tegangan Bagus Cukup Buruk

500 kV >60 kV 50-60 kV <50 kV

150 kV >50 kV 40-50 kV <40 kV

70kV >40 kV 30-40 kV <30 kV

Tabel 4.8 Pengujian minyak OLTC ( On Load Tap Changer):

Hasl Pengujian kV
Test 1 Test 2 Test 3 Test 4 Test 5 Test 6 Rata-
Rata
31,9 26,7 32,3 24,8 24,3 29,1 28,2

Tabel 4.9 Standar Pengujian Minyak OLTC menurut IEC 60422

Bagus Cukup Buruk

>40 kV 40 kV <40 kV

Dari hasil data pada pengujian tegangan tembus minyak melalui pengujian
BDV (Break Down Voltage). Hasil pengujian yang dilakukan selama 6 kali
memiliki rata rata 92,9 kV. Dengan ini pengujian tegangan tembus masih dalam
baik karena untuk transformator dengan tegangan 150 Kv dalam kategori baik jika
nilai rata-rata yaitu >50 kV. Kemudian untuk Pengujian minyak OLTC juga
dilakukan selama 6 kali dengan memiliki rata rata 28,2 kV yang menunjukan
minyak OLTC buruk, untuk itu perlu adanya pergantian. Standar minyak dapat di
katakan buruk jika<40 Kv .Minyak yang masih bagus biasanya berwarna jernih
sedangkan yang sudah buruk atau perlu pergantian berwarna coklat atau
sudahkeruh.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengukuran dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagai berikut :

1. Pada hasil pengujian diatas transformator 3 pada Gardu Induk 150 kV Pati
keadaan dari data yang didapat hasil yang baik , namun perlu dilakukan
pengecekkan dan pembersihan pada minyak transformator karena
didapatkan data pada Minyak OLTC (On Load Tap Changer) memiliki
rata-rata 28,8 kV yang menunjukkan minyak sudah dalam keadaan yang
kurang baik dan harus dilakukan penggantian jika diperlukan.
2. Dari hasil pengukuran Indeks Polarisasi menunjukan bahwa nilai yang
didapatkan masuk dalam kategori Baik yaitu nilainya berkisar antara 1,25 -
2,0. Ini menunjukkan bahwa nilai indeks polarisasi tahun 2018 dan tahun
2019 terbilang masih dalam keadaan baik.
3. Dari hasil pengukuran tan delta menunjukkan bahwa nilai kondisi belitan
tan delta pada transformator yakni sebesar <0,5% - 0,7%. Ini
menunjukkan bahwa transformator dalam kondisi mengalami penurunan.
Untuk itu perlu dilakukan pertinjauan untuk melakukan pemeriksaan kadar
air pada minyak isolasi.
4. Dari hasil data pada pengujian tegangan tembus minyak melalui pengujian
BDV (Break Down Voltage). Hasil pengujian yang dilakukan selama 6
kali memiliki rata rata 92,9 kV . Dengan ini pengujian tegangan tembus
masih dalam baik karena untuk transformator dengan tegangan 150 Kv
dalam kategori baik jika nilai rata-rata yaitu >50 kV.

5.2 Saran
1. Untuk saran kedepannya dalam melakukan pengukuran harus
mempersiapkan alat yang diperlukan, dan harus memahami betul untuk
apa dilakukannya pengukuran tersebut agar tidak ada kendala dalam

59
60

2. melakukannya. Dalam hal transformator khususnya penelitian mengenai


Tahanan Isolasi Transformator dapat dilakukan pengembangan seperti
memfokuskan ke pengujian minyaknya agar mendapat hasil yang
mengenai kadar isolasi minyaknya, tentunya melalui berbagai pengujian
pada Lab kimia.
3. Dalam melakukan pengukuran harus memakai APD ( Alat Pelindung Diri)
agar tidak terajdi hal – hal yang idak diinginkan, perlu diperhatikan lagi
hal – hal yang kecil seperti memakai sepatu safety dan sarung tangan .
61

DAFTAR PUSTAKA

Anindyantoro, M. S. (2017). Analisa Tahanan Isolasi Pada Transformator Tenaga.


2.

Badaruddin, & Firdianto, F. A. (2016). Analisa Minyak Transformator Pada


Transformator Tiga Fasa. Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu
Buana.

Chumaidy, A. (n.d.). Analisis Kegagalan Minyak Isolasi Pada Transformator


Daya Berbasis Kandungan Gas Terlarut. Analisis Kegagalan Minyak
Isolasi (Adib Chumaidy), 43-44.

Erlina, & Muhlas. (2016). Pengujian Kondisi Isolasi Main Transformator GTG
1.1Dengan. Jurnal Energi & Kelistrikkan Vol. 8 No 2,, 8.

Fajarwati, M. (2018). Analisis Kondisi Hasil Pengujian TransformatorIII


150/20kV 16MVA GI Jajar Dalam Keadaan Padam. 4-7.

Fidianti, N. (2018). Analisis Tahanan Isolasi Peralatan.

Fitrizawati, Nurhadiyono, S., & Ariawan, D. K. (2017). Analisis Penyebab


Gangguan Pada Transformator Tenaga II -30 MVA 150 kV/20 kV Di
Gardu Induk Mrica.

Garniwa, I., & Fritz, J. S. (n.d.). Analisis Pengaruh Kenaikkan Temperatur Dan
Umur Minyak Transformator Terhadap Degradasi Tegangan Tembus
Minyak Transformator.

Nugrohor, D. (2010). Kegagalan Isolasi Minyak Trafo. Media Elektrika, 3, 2.

P, S. I., Suharyanto, & St, H. (2010). Pengujian Trafo Eksitasi Pusat Listrik
Tenaga Air PB.Soedirman. Bidang Sistem Tenaga Listrik, 3 (4), 72.
62

Rezki, A., Wijaya, T. K., & Irsyam, M. (2018). Analisis Pengujian Resistansi
Tegangan Tembus Pda OliTransformator 5.000 KVA DI PLTMG Panbil.
Sigma Teknika, 1.

Saepuloh, A., & Andriyanto, Y. (2008). Pengujian Karakteristik Minyak. Buletin


Pengelolaan Reaktor Nuklir., 5(2), 10.

Saputro, T. A. (2018). Analisis Hasil Pengujian Tahanan Isolasi Transformator


Daya Berdasarkan HasilL Uji Indeks Polarisasi, TAangen Delta,
RasioTegangan, BDV(Break Down Voltage). 12-14.

Siburian, J. (209). Karakteristik Transformator. JURNAL TEKNOLOGI ENERGI


UDA, VIII, 23-24.

Winanta, N. O., Amrita, A. A., & Ariastina, W. G. (2019). Studi Tegangan


Tembus Minyak Transformator. Jurnal SPEKTRUM, 6(3), 16-17.
63

Lampiran 1 Lembar Pengajuan Skripsi


64

Lampiran 2 Lembar Pembimbingan Skripsi I


65

Lampiran 3 Lembar Pembimbingan Skripsi I


66

Lampiran 4 Lembar Pembimbing II


67

Lampiran 5 Lembar Pembimbing II


68

Lampiran 6 Permohonan Data


69

Lampiran 7 Surat Balasan PLN


70

Lampiran 8 Surat Pernyataan


71

Lampiran 9 Surat Pernyataan


72

Lampiran 10 Surat Rapid Test


73

Lampiran 11 Kyoritsu High Voltage Insukation Tester Model 3125


74

Lampiran 12 Alat Ukur Magger Delta 2000


75

Interlock

Hook (Sebagai Pengait Antar Fasa)

Lampiran 13 Interlock&Hook (Sebagai Pengait Antar Fasa)


76

Lampiran 14 Alat Magger OTS 100 AF (Jika ditutup)


77

Lampiran 15 Empeler (Kipas pengaduk minyak)


78

Elektroda :Tipe Mushroom

Spesifikasi magger

Lampiran 16 Elektroda&Spesifikasi magger


79

Lampiran 17 Time remaining


80

Lampiran 18 Penelitian di Trafo 3 GI Pati 150 kV

Anda mungkin juga menyukai