Proposal Skripsi Sandy - 1
Proposal Skripsi Sandy - 1
REMBANG
PROPOSAL SKRIPSI
NPM 17660014
i
ANALISA PERALATAN LIGHTNING ARRESTER PADA
PLTU REMBANG
PROPOSAL SKRIPSI
NPM 17660014
ii
PROPOSAL SKRIPSI
NPM 17660014
iii
DAFTAR ISI
iv
ABSTRAK
Proses penyaluran energi listrik dari gardu induk ke konsumen sering kali
terjadi gangguan, gangguan listrik pada gardu induk disebabkan oleh dua faktor
yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal seperti kurang baiknya
peralatan itu sendiri sedangkan faktor eksternal seperti human error dan juga bisa
gangguan alam seperti petir, gempa, banjir, angin dan lain -lain. Sistem proteksi
sebagai pengaman pada peralatan listrik yang terdapat pada gardu induk.
Lightning Arrester. memiliki peran penting dalam gardu induk untuk membatasi
switching dan lonjakan petir lalu lonjakan petir dialirkan ke tanah. kinerja
lightning arrester berdasarkan jarak penempatannya terhadap peralatan yang di
lindungi.
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Dalam proses penyaluran energi listrik dari gardu induk ke konsumen sering
kali terjadi gangguan, gangguan listrik pada gardu induk disebabkan oleh dua
faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal seperti kurang baiknya
peralatan itu sendiri sedangkan faktor eksternal seperti human error dan juga bisa
gangguan alam seperti petir, gempa, banjir, angin dan lain -lain. Maka dari itu
sistem proteksi gardu induk mempunyai peranan sangat penting sebagai
pengaman pada peralatan listrik yang terdapat pada gardu induk. Salah satu sistem
proteksi pada gardu induk adalah Lightning Arrester.
6
Lightning Arrester merupakan peralatan yang paling penting untuk
melindungi gardu induk dari teganggan tinggi, arrester memiliki peran penting
dalam gardu induk untuk membatasi switching dan lonjakan petir lalu lonjakan
petir dialirkan ke tanah. Dalam sistem tenaga listrik arrester merupakan kunci
isolasi saat surja (surge) tiba di gardu induk kemudian arrester akan melepaskan
muatan listrik dan tegangan abnormal yang akan mengenai gardu induk dan
peralatannya akan berkurang (Sintianingrum, dkk: 2016).
Prinsip kerja arrester yaitu dalam keadaan normal arrester berlaku sebagai
isolator, dan saat timbul teganggan surja alat ini berubah menjadi konduktor yang
tahanannya relatif rendah, sehingga dapat menyalurkan kan arus yang tinggi ke
tanah. Setelah surja hilang, arrester harus dengan cepat kembali menjadi isolasi.
Umumnya arrester dipasang pada setiap ujung saluran udara tegangan tiggi yang
memasuki gardu induk (Wiwin, dkk: 2018). Mengoptimalkan lokasi arrester di
jaringan distribusi dapat meningkatkan kinerja dari jaringan distirbusi tersebut
dalam melindungi peralan terhadap induksi petir.
Untuk mencegah terjadinya hal tersebut maka setiap pemasangan gardu induk
harus dilengkapi dengan arrester. Agar mendapatkan hasil terbaik dari arrester
diperlukan penempatan arrester yang optimum yang sangat mempengaruhi fungsi
dan kinerja arrester tersebut dalam melindungi peralatan dari teganggan lebih.
7
Salah satu cara mengatasi masalah yang terjadi akibat gangguan alam seperti petir
yang menimbulkan tegangan lebih yang akan merusak peralatan dengan
pemakaian arrester.
Arrester ini harus mampu menyalurkan arus gangguan surja petir yang terjadi
secepatnya ke tanah. Dengan demikian, pada sebuah gardu induk sangat
diperlukan perlindungan terhadap gangguan surja petir. Penempatan arrester
sedekat mungkin dengan peralatan dapat melindungi peralatan dari gangguan
tegangan lebih transien. Saat terjadi gelombang berjalan yang menimbulkan
tegangan lebih terhadap peralatan yang letaknya sedikit jauh dari arrester.
1.4 TujuanPenelitian
Dari permasalahan yang ada dan pembatasan masalah, maka dapat diuraikan
8
peneliti bahwa tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah peralatan lightning arrester yang terpasang
pada PLTU Rembbangtelah sesuai dengan kebutuhan sistem.?
2. Untuk mengetahui jarak optimum penempatan arrester terhadap
peralatan yang dilindungi ?
3. Untuk mengetahui pelaksanaan pemeliharaan peralatan Lighting
Arrester di PLTU Rembang?
1.5 ManfaatPenelitian
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian yang dilakukan oleh Syaiful Amri, Wahyuddin.k (2018) dengan
judul penelitian “ANALISIS ARRRESTER PADA JARINGAN 20 KV DI PLN
(PERSERO) RAYON SOPPENG”. dimana dalam skripsi ini akan ditentukan
karakteristik kerja dari arrester serta jarak maksimum arrester dari peralatan dalam
hal ini adalah transformator distribusi. Metode yang digunakan dalam skripsi ini
metode Koordinasi Isolasi. Penempatan lightning arrester dapat mempengaruhi
kinerja lightning arrester tersebut dalam memproteksi trafo pada gardu distribusi
melatarbelakangi skripsi ini. Tingkat kegagalan proteksi arrester sangat
tergantung dari TID peralatan, tegangan kerja lightning arrester dan lokasi
penempatan arrester itu sendiri. Dari hasil perhitungan dan analisis data
menunjukkan bahwa pada jaringan 20 kV penyulang empat Soppeng TID
transformator sebesar 5 kA dengan 125 kV, karakteristik kerja arrester dengan
tegangan pengenal 24 kV, tegangan pelepasan 87 kV serta arus pelepasan sebesar
5 kA dengan tingkat perlindungan 95,7 kV. Hal ini sesuai dengan SPLN 7: 1978
yang menetapkan tingkat isolasi dasar transformator dan penangkal petir.
Sedangkan dari hasil perhitungan untuk jarak penempatan arrester terhadap
transformator tidak boleh melebihi 2,745 meter dimana sudah sesuai dengan
kondisi teknis di lapangan sehingga penempatan dan penyambungan arrester
masih dalam kondisi yang diperbolehkan. Akan tetapi sistem perlindungan ini
masih dapat ditingkatkan lagi keandalannya dengan cara meningkatkan tahanan
isolasi hantaran udara dan menempatkan arrester pada titik-titik sepanjang
jaringan distribusi yang berpotensi rawan terkena sambaran petir dengan jarak
penempatannya tidak lebih dari 2,745 m.
Penelitian yang dilakukan G. Riana Naiborhu(2014) dengan judul
“PENGUJIAN DALAM PENGGUNAAN DAN DIAGNOSIS ARRESTER
METAL OXIDE TANPA CELAH menjelaskan pengujian strategi dan risiko
penilaian untuk penggunaan dalam pelayanan diagnosis Arrester Metal Oxide
tanpa celah yang dipasang di gardu terisolasi. Studi kasus yang berbeda
ditampilkan untuk menunjukkan pengalaman lapangan dengan prosedur untuk
pengujian,diagnosis dan penilaian risiko berdasarkan tingkat yang berbeda dari
informasi yang tersedia dari surge arrester dan sejarahnya. Penilaian risiko
didasarkan pada perbandingan dengan dilakukan pembacaan ketika arrester
difungsikan, analisis
kenaikan dari waktu ke waktu dan / atau perbandingan kebocoran arus resistif
maksimum yang direkomendasikan oleh produsen arester. Disini sistem
memberikan informasi yang diperlukan tentang kondisi arrester dalam rangka
pemanfaatan masa pakai arrester dan membawa arrester keluar dari jaringan
listrik sebelum tidak berfungsi.
Penelitian yang dilakukan Nurul Hidayatulloh (2009) dengan judul
“KEMAMPUAN ARRESTER UNTUK PENGAMAN TRAFO” menjelaskan
tentang jarak arester dengan trafo yangdipakai di gardu Induk Srondol 150
KVadalah 3 m. Penempatan arester (S)dipengaruhi oleh tegangan jepit trafo
(Ep)sebesar 715 KV, tegangan percikarester (Ea) sebesar 650 KV, kecuraman
gelombang datang (A) sebesar 1000 dv/dt, dan kecepatan rambat gelombang (v),
karena gelombang berjalan pada kawatudara mempunyai kecepatan tetap dengan
kecepatan sama dengan kecepatancahaya yaitu 300 m/μdt (Hutauruk,
1991:2).Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan arrester
padaGardu Induk Srondol 150 KV untuk melindungi trafo berdasarkan
jarakpenempatannya.Jarak maksimum arester dengan trafo (S) yang terpasang
pada gardu indukSrondol 150 KV adalah 9,75 m.Dari hasil analisis matematis,
pemasangan dari arester tipe X AR 170 A1/162 mampu melindungi trafo dari
gangguan surja petir dan surja hubung dengantegangan sampai 1000 KV karena
masih dalam batas jarak aman yaitu 3 m.Pemasangan arester berdasarkan
jaraknya dengan trafo harus masih pada
jarak aman yaitu maksimal 9,75 m.
Penelitian yang dilakukan M.Redo Meidiansyah (2020) dengan judul
“STUDIPENGGUNAAN ARRESTER SEBAGAI
PENGAMANTRANSFORMATOR DI GARDUINDUKNEW JAKABARING
PALEMBANG”menjelaskan tentang tegangan lebih petir merupakan tegangan
lebih periodik yang disebabkan karenasebab luar (External Over Voltage). Arester
adalah peralatan pengaman instalasi darigangguan tegangan lebih akibat sambaran
petir (Lightning Surge) maupun oleh surjahubung (Switching Surge).
Transformator/ trafo tenaga berfungsi untuk menyalurkantenaga/ daya listrik
dengan menaikkan atau menurunkan tegangan di GarduInduk.Penelitian ini fokus
pada peralatan Gardu Induk yaitu arester tipe SB150/10.3-0 yang terhubung
dengan transformator (trafo) tipe PO60LEC777-01.
Perlindungan yang baik diperoleh bila arester ditempatkan sedekat mungkin
padajepitan trafo. Tetapi, dalam praktek arester itu harus ditempatkan dengan
jarak S daritrafo yang dilindungi. Karena itu, jarak tersebut ditentukan agar
perlindungan dapatberlangsung dengan baik. Jarak arester dengan trafo yang
dipakai di gardu IndukNew Jakabaring 150 KV adalah 3 m. Penempatan arester
(S) dipengaruhi olehtegangan jepit trafo (Ep) sebesar 715 KV, tegangan percik
arester (Ea) sebesar
650 KV, kecuraman gelombang datang (A) sebesar 1000 dv/ dt, dan
kecepatanrambat gelombang (v), karena gelombang berjalan pada kawat udara
mempunyai
kecepatan tetap dengan kecepatan sama dengan kecepatan cahaya yaitu 300 m/μdt
(Hutauruk, 1991:2). Jarak Optimum arester dengan trafo daya (S) yang
Dihitungpada gardu induk New Jakabaring150 KV adalah 22,48 m . Sedangkan
untuk arresteryang terpasang pada trafo Phasa R,S,T berfungsi melindungi trafo
dan peralatangardu induk adalah 25 m sangat jauh dari batas maksimum. Namun
karena ada 3arrester sebagai proteksi trafo dan peralatan listrik dikatakan dapat
melindungi trafodan alat listrik gardu induk.
Penelitian yang dilakukan A.Teguh Andika Pratama (2019) dengan judul
“ANALISA PENGARUH SURJA PETIR TERHADAP LIGHTNING ARRESTER
PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI DI PT PLN(PERSERO) ULP
TANDES”menjelaskan tentang dalam sistem distribusi tenaga listrik 20 kV
terdapat beberapa macam gangguan eksternal yang dapat merusak peralatan
seperti trafo diantaranya adalah tegangan lebih yang diakibatkan karena surja
petir. Maka dari itu diperlukan alat yang mampu melindungi trafo dari surja petir
yaitu lightning arrester. Cara kerja arrester yaitu sebagai isolator pada saat
tegangan normal dan menjadi konduktor apabila timbul tegangan lebih dari surja.
Kinerja arrester juga dipengaruhi oleh nilai resistansi pentanahan, semakin besar
nilai resistansi pentanahan tersebut maka akan mengurangi kinerja arreseter.
Konstruksi arrester di atas CO dapat menyebabkan gangguan penyulang apabila
arrester gagal bekerja, maka dari itu konstruksi arrester di rekomendasikan
dipasang di bawah CO.
2.1 TeoriDasar
1. Mentransformasikan dayalistrik.
tenaga listrik.
tegangan tertentu. Daya listrik dapat berasal dari Pembangkit atau dari
12
3. Gardu Induk (Substations) Berdasarkan DariFungsinya
Gardu induk (substations) berdasarkan dari fungsinya dapat
diklasifikasikan menjadi bebarapa jenis, antara lain :
a. Gardu Induk Penaik Tegangan
Merupakan gardu induk yang berfungsi untuk menaikkan tegangan,
yaitu tegangan pembangkit (generator) dinaikkan menjadi tegangan
sistem. Gardu Induk ini berada di lokasi pembangkit tenaga listrik.
Karena output voltage yang dihasilkan pembangkit listrik kecil dan
harus disalurkan pada jarak yang jauh, maka dengan pertimbangan
efisiensi, tegangannya dinaikkan menjadi tegangan ekstra tinggi atau
tegangan tinggi.
b. Gardu Induk Penurun Tegangan
Merupakan gardu induk yang berfungsi untuk menurunkan
tegangan, dari tegangan tinggi menjadi tegangan tinggi yang lebih
rendah dan menengah atau tegangan distribusi. Gardu Induk terletak
di daerah pusat-pusat beban, karena di gardu induk inilah pelanggan
(beban) dilayani.
c. Gardu Induk Pengatur Tegangan
Pada umumnya gardu induk jenis ini terletak jauh dari pembangkit
tenaga listrik. Karena listrik disalurkan sangat jauh, maka terjadi
tegangan jatuh (voltage drop) transmisi yang cukup besar. Oleh
karena diperlukan alat penaik tegangan, seperti bank capasitor,
sehingga tegangan kembali dalam keadaan normal.
d. Gardu Induk Pengatur Beban
Berfungsi untuk mengatur beban. Pada gardu induk ini terpasang
beban motor, yang pada saat tertentu menjadi pembangkit tenaga
listrik, motor berubah menjadi generator dan suatu saat generator
menjadi motor atau menjadi beban, dengan generator berubah menjadi
motor yang memompakan air kembali ke kolam utama.
e. Gardu Induk Distribusi
Gardu induk yang menyalurkan tenaga listrik dari tegangan sistem
ke tegangan distribusi. Gardu induk ini terletak di dekat pusat-pusat
beban.
13
4. Gardu Induk (Substations) Berdasarkan DariIsolasi
Gardu induk (substations) berdasarkan dari isolasi yang digunakan
dapat diklasifikasikan menjadi bebarapa jenis, antara lain:
a. Gardu Induk Dengan Isolasi Udara
Merupakan gardu induk yang menggunakan isolasi udara antara
bagian yang bertegangan yang satu dengan bagian yang bertegangan
lainnya. Gardu Induk ini berupa gardu induk konvensional
memerlukan tempat terbuka yang cukup luas.
b. Gardu Induk Yang Menggunakan Isolasi Gas SF 6
Gardu induk yang menggunakan gas SF 6 sebagai isolasi antara
bagian yang bertegangan yang satu dengan bagian lain yang
bertegangan, maupun antara bagian yang bertegangan dengan bagian
yang tidak bertegangan. Gardu induk ini disebut Gas Insulated
Substation atau Gas Insulated Switchgear (GIS), yang memerlukan
tempat yang sempit.
14
d. Gardu Induk Sistem Satu Setengah (On Half) Busbar
Adalah gardu induk yang mempunyai dua (double) busbar. Pada
umumnya gardu induk jenis ini dipasang pada gardu induk di
pembangkit tenaga listrik atau gardu induk yang berkapasitas besar.
Dalam segi operasional, gardu induk ini sangat efektif, karena dapat
mengurangi pemadaman beban pada saat dilakukan perubahan sistem
(manuver sistem). Sistem ini menggunakan 3 buah PMT dalam satu
diagonal yang terpasang secara deret (seri).
16
2.2 Bagian Bagian Arrester
1. Elektroda
2. Spark Gap
3. Tahanan Katup
17
Gambar2.1
Arrester Jenis Ekspulsi
Alat pengaman arrester jenis katup (valve) ini terdiri dari sebuah celah
api (spark gap) yang dihubungkan secara seri dengan tahanan non linear
atau tahanan katup (valve resistor). Dimana ujung dari celah api
dihubungkan dengan kawat fasa, sedangkan ujung dari tahanan katup
dihubungkan ke ground (tanah). Saat terjadi tegangan lebih maka pada celah
api akan terjadi percikan yang akan menyebabkan timbulnya bunga api
(arc). Api percikan ini timbu terus menerus walaupun tegangan lebihnya
sudah tidak ada. Untuk menghentikan percikan bunga api pada celah api
tersebut, maka resistor non linear akan memadamkan percikan bunga api
tersebut. Nilai tahanan non linear ini akan turun saat tegangan leih besar.
Tegangan lebih akan mengakibatkan penurunan secara drastic nilai tahanan
katup, sehingga tegangan jatuhnya dibatasi walaupun arusnyabesar.
18
Gambar 2.2
Arrester Jenis Katup
Arrester katup ini dibagi menjadi empat jenis yaitu :
Gambar 2.3
Arrester katup jenis gardu
19
Gambar 2.4
Arrester katupjenis saluran
Gambar 2.5
Arrester katup jenis distribusi untuk mesin-mesin
20
1. Mempunyai tegangan dasar (rated) 50 c/s pada arrester, dipilih
sedemikian rupa sehingga nilainya tidak dilampaui pada waktu dipakai,
baik dalam keadaan normal maupun hubungan singkat.
2. Arrester ini akan memberikan perlindungan bila ada selisih (margin)
yang cukup antara tingkat arrester dan peralatan, daerah perlindungan
harus mempunyai jangka (range) yang cukup untuk melindungi semua
peralatan gardu yang mempunyai BIL yang sama dengan BIL yang
harus dilindungi arrester, atau lebih tinggi dari daerah perlindungan.
3. Arrester harus dipasang sedekat mungkin kepada peralatan utama dan
tahanan tanahnya harus rendah.
4. Kapasitas termis arrester harus dapat meneruskan arus besar yang
berasal dari simpanan tenaga yang terdapat dalam saluran
yangpanjang.-Jatuh tegangan maksimum dari arrester dipakai sebagai
tingkat perlindungan arrester (bukan jatuh tegangan rata-rata).
5. Sebuah harga tegangan pelepasan arus petir harus ditetapkan untuk
menentukan tingkat perlindungan arrester yang harus dikoordinasikan
dengan BIL.
6. Pengaruh dari sejumlah kawat (multiple-lines) dalam melindungi
gangguan petir pada gardu perlu diperhatikan pengetrapan arrester.
7. Bila ada keraguan mengenai 50 c/s dari arrester, maka sejumlah
persentase ditambahkan pada harga yang dihitung atau ditetapkan untuk
arrester. Sekarang masih dipakai tambahan 10% sebagai faktor
keamanan, untuk menanggulangi kemungkinan bila arrester bekerja
pada sebuah tegangan peralihan mungkin tertumpu pada 50 c/s:
tegangan ini harus di interupsikan oleh arrester tersebut.
22
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Identifikasi Masalah
3. Menentukan Juudul
23
3.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PLTU Rembang. Tepatnya di Area Pelabuhan ,
Leran, Sluke, Kabupaten Rembang , Jawa Tengah 59272.Penelitian ini akan
dilaksanakan kurang lebih dalam jangka waktu 1-3 minggu setelah proposal di Acc.
Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam
penelitian ini adalah mengukur ratting dan optimasi jarak arrester yang ada di
PLTU Rembang.
3.4.2 Sampel
Sampel ini merupakan bagian dari populasi. Dalam penelitian ini sampel yang
digunakan adalah menghitung ratting arrester untuk mengetahui performa
arrester pada PLTU Rembang dengan menggambil sampel spesifikasi arrester
dan trafo yang digunakan selama1—2minggu. Untuk menghitung ratting dapat
dipergunakan rumas persamaan 1 sehingga diperlukan mengetahui spesifikasi
arrester dan trafo yang digunakan.
24
3.5 Fokus Penelitian
MULAI
PERIZINAN
PERUSAHAAN
SELESAI
Mulai
Perumusan Masalah
Pengambilan data di
Lapangan
Verifikasi Data
tidak
Data Lengkap
ya
A
26
A
Pengolahan Data
Hasil penelitian
Analisis Data
Kesimpulan dan saran
ya
27
3. Tahapan ke tiga melakukan analisis data, dilakukan dengan
mengetahui data atau parameter yang ada seperti tegangan sistem
maksimum arrester, tegangan pengenal , ipedansi
saluran/penghantar , tegangan tembus isolasi udara ,arus pelepasan
arrester untuk menentukan ratting arrester.
Teknik analisis data adalah suatu langkah yang paling menentukan suatu
penelitian tersebut, karena analisis data berfungsi untuk menyimpulkan
hasilpenelitian yang dikerjakan. Melakukan analisis data setelah semua data yang
dibutuhkan sudah terkumpul semua. Data – data yang didapatkan akan dianalisis
menggunakan persamaan yang sudah ada. Dalam menganalisis data yang
didapatkan semua perhitungan dilakukan secara manual sesuai dasar teori
perhitungan atau rumus yang ada.
28
3.10 Jadwal rencanapenelitian
NO KEGIATAN BULAN
Tahap Persiapan
1 Penelitian Nov Des Jan Feb Mar Apr
a. Penyusunan dan v
Pengajuan judul
b. Pengajuan Proposal v
c. Perijinan penelitian v
2 Tahap Pelaksanaan
a. Pengumpulan data v
b. Analisis data v
Tahap Penyususnan v v
3 Laporan
29
DAFTAR PUSTAKA