Anda di halaman 1dari 11

INSEKTARIUM

(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)

Oleh
Amanda Putri Lestari
2114131022

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Insektarium merupakan tempat penyimpanan spesimen insekta, baik aweta basah


maupun awetan kering. Insektarium dibuat untuk mempelajari struktur tubuh luar
serangga secara mendalam, terutama yang berhubungan dengan ciri khas serangga
sehingga lebih dalam mengklasifikasikanya (Nuki, 2017). Serangga merupakan
hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi, ukuran serangga relatif
kecil dan yang pertama kali sukses berkolonisasi di bumi (Pracaya, 2004).

Pengawetan tumbuhan dan hewan sangat diperlukan terutama untuk memenuhi


kebutuhan pada masa yang akan datang, “dalam membantu perkembangan ilmu”.
Awetan rangka dan anatomi tumbuhan maupun hewan sering diperlukan sebagai alat
peraga dalam kegiatan belajar dan mengajar serta sebagai koleksi. Tanpa adanya
pengawetan yang baik, tumbuhan dan hewan yang ditemukan dan dikoleksi akan
mengalami kerusakan, misalnya pengerutan atau pembusukan (Syamswisma, 2011).

Koleksi spesimen yang digunakan dalam mempertahankan organ spesimen dibedakan


menjadi dua yaitu koleksi basah dan kering. Pengawetan kering dilakukan pada
hewan yang memiliki kerangka luar keras dan tidak mudah rusak akibat proses
pengeringan. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven atau dijemur di
bawah terik matahari hingga kadar airnya sangat rendah. Sebelum dikeringkan hewan
dimatikan dengan larutan pembunuh, kemudian hewan diatur posisinya. Hewan yang
sudah kering kemudian dimasukkan dalam kotak yang diberi kapur barus dan silika
gel. Tiap hewan yang diawetkan sebaiknya diberi label yang berisi nama, lokasi
penangkapan, tanggal penangkapan dan kolektornya (Kadaryanto, 2006).

Pengawetan basah dilakukan untuk serangga-serangga yang bertubuh lunak (umunya


fase larva) dilakukan dengan car menyimpan serangga di dalam botol yang telah di isi
dengan alkohol 70%, dengan ketentuan bahwa spesimen yang di awetkan dalam
alkohol harus disimpan dalam botol gelas dengan tutup yang rapat. Menggunakan
botol plastik tidak baik untuk tempat spesimen karena mudah retak apabila di isi
dengan alkohol. Pilih botol yang cukup besar agar spesimen tidak tertekuk dan
hancur, selin itu juga akan memudahkan pengambilan pada saat akan diteliti/diamati
(Winker, 2000).

1.2 Tujuan

Berikut ini tujuan dari praktikum insektarium :


1. Mahasiswa memahami pentingnya pembuatan insektarium
2. Mahasiswa mampu membuat insektarium
II. METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Waktu dan Tempat

Pelaksanaan praktikum insektarium dilaksanakan pada Senin, 17 Oktober 2022.


Dimulai pada pukul 15.00-17.50 WIB di Lab G2 Proteksi Tanaman Fakultas
Pertanian.

2.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum insektarium adalah plastik, wadah, kapas,
jarum, dan handphone. Sedangkan bahan yang diperlukan antara lain alkohol 70 %,
Sphinx ligustri, jangkrik, orong-orong, belalang, lalat pikat.

2.3 Prosedur Kerja

Berikut ini prosedur kerja pada praktiku insektarium:

Dicari serangga yang akan diawetkan.

Dipastikan serangga tersebut utuh (lengkap).


Dicelupkan serangga ke dalam wadah yang berisi alkohol 70% kemudian tutup
rapat.

Dicantumkan informasi (nama umum serangga, klasifikasi serangga, tanggal


koleksi, dan lokasi asal spesien).

Hasil
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Hasil dari praktikum insektarium berupa awetan basah adalah sebagai berikut:
No. Nama Serangga Gambar Keterangan
1. Sphinx ligustri Klasifikasi Sphinx
(Ngengat) ligustri sebagai
berikut:
Kingdom:Animalia
Filum :Arthropoda
Kelas :Insecta
Ordo :Lepidoptera
Famili :Sphingidae
Genus :Sphinx
Spesies :S. Ligustri
Habitat : Lapangan
terbuka seperti hutan.
2. Jangkrik Klasifikasi jangkrik:
(Gryllidae) Kingdom: Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Famili : Gryllidae
Habitat : Sawah,
ladang, dan kebun.
3. Orong-Orong Klasifikasi orong-
(Gryllotalpidae) orong:
Kingdom:Animalia
Filum :Arthropoda
Kelas :Insecta
Ordo :Orthoptera
Famili :
Gryllotalpidae
Genus :Gryllotalpa
Spesies :
Gryllotalpidae
Habitat : tanah,
ladang dan sawah.

4. Belalang Klasifikasi belalang


(Caelifera) hijau (Oxya
chinensis) sebagai
berikut:
Kingdom: Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Acrididae
Genus : Oxya
Spesies : Oxya
chinensis
Habitata :
Rerumputan dengan
daun yang rimbun.
5. Lalat Pikat Klasifikasi Tabanus
(Tabanidae) sulcifrons sebagai
berikut:
Kingdom: Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Famili : Tabanidae
Habitat : Di sekitar
tubuh ternak.
3.2 Pembahasan

1. Insektarium merupakan koleksi serangga berupa awetan kering dan basah,


spesimen yang telah dikeringkan akan diberi label kemudian disimpan dalam
kotak serangga. Kotak tersebut kemudian di lapisi dengan gabus atau sterofom
kemudian di tutup, Spesimen ini disimpan pada tempat kedap udara yang dapat
menghalangi kerusakan serangga (Susilo, 2015). Insektarium merupakan wadah
pemeliharaan dan pembiakan serangga yang kehidupannya diteliti atau diamati.
Insektarium menampilkan berbagai jenis serangga dan arthopoda yang mirip,
sperti laba-laba, kumbang, kecoa, semut, jangkrik, lebah, belalang sembah dan
lain sebagainya (Karno, 2017).
Menurut Radesa (2011) dalam dunia entomologi, pengawetan serangga termasuk
dalam kegiatan koleksi serangga atau insektarium. Kegiatan ini bertujuan untuk:
a) Mempelajari taksonomi (identifikasi, deskripsi, dan klasifikasi) serangga.
Mempelajari keanekaragaman, sejarah hidup, perilaku, ekologi, habitat, dan
distribusi serangga.
b) Sebagai materi pembanding identifikasi untuk membantu program
pengelolaan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).
c) Untuk keperluan pameran (display) dengan maksud memperkenalkan jenis-
jenis serangga di sekitar kita.
2. Insektarium diperlukan dalam penelitian serangga, karena dalam mempelajari
atau meneliti insekta (serangga) dengan langsung menggunakan media
insektarium akan lebih menarik dibandingkan hanya mempelajari serangga
tersebut melalui buku kemudian hanya mengamati gambarnya saja. Dengan
adanya insektarium mempermudah penelitian karena objek serangga yang
ditampilkan dapat terlihat jelas karena serangga yang digunakan merupakan
spesimen asli. Dengan adanya insektarium (awetan serangga) bertujuan untuk
mempermudah penelitian untuk memahami morfologi, anatomi, dan sistematika
serangga karena menarik dan gambaran spesimen jelas sehingga mempermudah
penelitian. Adanya awetan yang dibuat sendiri sangat membantu pengadaan alat
peraga dan koleksi. Tanpa diawetkan serangga-serangga tersebut mungkin hanya
dapat dipakai satu kali penelitian, tetapi jika diawetkan dapat dipergunakan dalam
jangka waktu yang lama (Nurhamidah D, 2015).
3. Cara pembuatan awetan kering dan basah sebagai berikut:
a) Cara pembuatan awetan kering menurut (Palupi dkk, 2020), yaitu awetan
kering pada insektarium membutuhkan beberapa alat yang spesifik. Alat yang
dibutuhkan untuk membuat awetan kering, yaitu botol, streroform, jaring,
suntikan, jarum pentul dan alat tulis. Bahan yang dibutuhkan untuk membuat
awetan kering, yaitu kapas, alkohol 70%, kloroform, dan plastik. Awetan
kering pada insektarium dapat dilakukan dengan tahapan berikut.
1. Mencari hewan apa yang mau diawetkan terlebih dahulu.
2. Meletakkan hewan yang sudah tertangkap ke dalam toples.
3. Menyiapkan suntikan yang berisi alkohol, jarum pentul, dan
gabus/steroform untuk media pin.
4. Setelah serangga mati, menyuntikkan alkohol atau etanol ke toraks (dada)
serangga tersebut.
5. Kemudian menge-pin serangga di media gabus yang telah tersedia.
b) Pembuatan awetan basah memiliki beberapa cara, yaitu yang pertama
menyiapkan hewan yang akan diawetkan. Kedua, menyediakan formalin yang
telah diencerkan sesuai dengan keinginan. Ketiga, memasukkan hewan pada
larutan formalin yang telah diencerkan dan dimasukkan dalam toples yang
sebelumnya telah dibersihkan. Terakhir, menutup rapat toples dan kemudian
diberi label yang berisi nama spesimen tersebut serta familinya (Hayati,
2011).
IV. KESIMPULAN

Berikut ini adalah kesimpulan dari praktikum insektarium:


1. Pembuatan awetan insektarium diperlukan untuk tujuan pengamatan spesimen
berupa serangga secara praktis tanpa harus mencari bahan segar yang baru,
terutama untuk spesimen-spesimen yang sulit ditemukan di alam. Bagi
mahasiswa fakultas pertanian, mempelajari serangga dalam hubungannya dengan
lingkungan sekitar adalah penting, untuk mengenal hakekat hidup dengan
mempelajari taksonomi yang meliputi (identifikasi, deskripsi, dan klasifikasi),
mempelajari keanekaragaman, sejarah hidup, perilaku, ekologi, habitat, dan
distribusi serangga, dan sebagai materi pembanding identifikasi untuk membantu
program pengelolaan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Pengawetan
serangga (insektarium) sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pada masa
yang akan datang dalam membantu perkembangan ilmu pengetahuan.
2. Berdasarkan praktikum yang telah saya lakukan saya mendapatkan banyak
pengetahuan dan ilmu sehingga dapat membuat insektarium dengan baik.
Kelancaran dalam pencarian alat dan bahan untuk pembuatan insektarium berupa
awetan basah membantu praktikum yang saya lakukan dapat berjalan dengan
lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Hayati. 2011. Buku Praktikum Vertebrata. Erlangga. Jakarta.

Kadaryanto, dkk. 2006. Biologi. Yudistira. Jakarta.

Karno, R. 2017. Pengembangan Media Pembelajaran Herbarium Pada Materi


Organ Tumbuh Serangga. Jurnal Biologi. Volume 4. No. 5.

Nurhamidah D. 2015. Pengembangan Insektarium disertai Buku Pedoman


Pembuatan Koleksi Serangga Sebagai Media Praktikum Untuk Siswa
Kelas X SMA/MA. Universitas Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta.

Nuki, Prigoriani. 2017. Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Insektarium


Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal pendidikan biologi.
Volume 3. No.5.

Palupi D, Sri Lestari, Riska Desi Aryani, Aswi Andriasari Rofiqoh. 2020.
Peningkatan Mutu Sekolah Alam MTS Pakis Melalui Pengenalan Potensi
Flora dan Fauna di Sekitar Berbasis Konservasi Lingkungan. Pengembangan
Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan X. Univeristas
Jendral Soedirman. Jawa Tengah.

Pracaya. 2004. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Susilo, joko. 2015. Analisis Kualitas Media Pembelajaran Insektarium dan


Herbarium untuk Mata Pelajaran Biologi. Jurnal MIPA. Volume 1. No. 7.

Syamswisma. 2011. Penggunaan Spesimen Herbarium Tumbuhan Tingkat Tinggi


(Spermatophyta) sebagai Media Praktikum Morfologi Tumbuhan. Jurnal
Guru Membangun. Vol 26. No 2.

Winker, K. 2000. Obtaining Preserving and Preparing Bird Specimens. Journal


Field Ornithology, Vol. 71. No.2.

Anda mungkin juga menyukai