Oleh
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
“Penilaian Kinerja adalah mengevaluasi kinerja karyawan saat ini dan/atau dimasa
lalu relatif terhadap standar prestasinya”. Penilaian kinerja memegang peranan
yang penting bagi suatu lembaga/instansi untuk menjalankan fungsi di
lembaganya sehingga tercapainya kinerja lembaga secara keseluruhan. Penilaian
seringkali dilakukan secara tidak tepat, ketidaktepatan ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor. Beberapa faktor yang menyebabkan ketidaktepatan penilaian
kinerja diantaranya adalah ketidakjelasan makna kinerja yang diimplementasikan,
sehingga tidak diperoleh kinerja yang diharapkan, ketidakakuratan instrumen
penilaian kinerja, dan ketidakpedulian pimpinan organisasi dalam pengelolaan
kinerja (Dessler, 2015).
PT. Unilever Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dibidang produksi dan
pendistribusian perawatan rambut dengan merek dagang trisemme, clier, sunsilk,
dove, dll. Selain bergerak dibidang perawatan rambut, perusahaan tersebut
memperluas bidang usahanya dalam bisnis kosmetik dengan membuat dan
mendistribusikan produk perawatan tubuh dengan merek dagang fair and lovely,
rexona, pond’s, dll. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan permintaan pasar
terhadap produk kecantikan dan produk perawatan rambut akan menimbulkan
persaingan yang ketat antar perusahaan yang sama dalam memproduksi produk
kosmetik dalam pasar nasional maupun internasional, maka dari itu perlu
diperhatikannya kinerja perusahaan melalui pengembangan SDM. Perbaikan
kondisi internal bertujuan untuk memperkuat dan meningkatkan daya tahan dalam
menghadapi persaingan lokal maupun global. Perusahaan perlu memperbaiki
kinerja perusahaan mealui perbaikan kinerja karyawan dengan cara penilaian
kinerja.
1.2 Tujuan
Penilaian kinerja karyawan perlu diperhatikan dan dilihat dari indikator kerjanya,
antara lain:
1. Keahlian yang dimiliki karyawan yang disesuaikan dengan bidangnya.
2. Performa kerja karyawan, mempengaruhi kesempatan untuk memperoleh
posisi yang lebih baik dengan gaji yang layak. Unilever memiliki sistem
reward yang sangat fair. Reward akan diberikan kepada orang-orang yang
memberikan kontribusi terbaiknya bagi perusahaan. Sementara orang yang
underperformed (low-performer) akan memperoleh reward yang juga rendah.
Sistem ini membuat setiap manajer di Unilever berusaha memberikan performa
terbaiknya untuk mencapai target perusahaan.
3. Keahlian atau kemampuan kepemimpinan yang dapat mengarahkan dan
mengoperasikan perusahaan sebagai layaknya pemimpin dalam masing-masing
bidang pekerjaan mereka dalam perusahaan ini tanpa harus menunggu perintah
dan bergantung dengan orang lain.
4. Professional skills merupakan kemampuan individu yang menunjukan
kemampuan profesionalnya dalam melaksanakan tanggung jawab pekerjaannya
didalam perusahaan PT Unilever.
5. Pengembangan profesionalisme, Unilever memiliki learning programme yang
komprehensif serta menerapkan learning culture di perusahaan yang
mendorong karyawan untuk dapat belajar berbagai hal di setiap kesempatan,
baik melalui sesi-sesi resmi maupun tidak resmi dimana karyawan dapat saling
sharing pengetahuan, pengalaman, kisah sukses maupun kegagalan untuk
pembelajaran rekan-rekannya. Untuk mendorong work-life balance, Unilever
menyediakan berbagai sarana seperti fasilitas untuk karyawan.
6. Pengembangan diri dan mempertahankan work-life balance, perusahaan dapat
mengembangkan dan mempertahankan SDM-SDM yang handal dan
berkualitas, yang berperan utama dalam pengembangan bisnis. Setiap tahun
manajemen Unilever Indonesia menargetkan pertumbuhan bisnis di Indonesia,
yang disesuaikan dengan target yang ingin dicapai oleh Unilever secara global.
Perusahaan ini juga menggunakan lebih banyak media yang bersifat interaktif
seperti Facebook, Twitter, dan Safety Portal di intranet Unilever Indonesia guna
menjalin dialog dua-arah tentang berbagai masalah berkaitan dengan kesehatan
dan keselamatan kerja. Perusahaan Unilever juga meluncurkan Behaviour Base
Safety (BESAFE) program tersebut mengharuskan seluruh karyawan perusahaan
untuk mengetahui risiko pekerjaan mereka dan untuk selalu berperilaku aman
untuk menghindari risiko atau bahaya, baik untuk diri mereka sendiri maupu
orang lain disekitar mereka. Program BESAFE meliputi pelatihan bagi semua
karyawan mulai dari pekerja pabrik hingga jajaran direksi.
Hal ini dilakukan oleh PT Unilever guna menjaga keselamatan dan kesehatan para
karyawannya yang dianggap paling penting. Berbagai kebijakan yang ada dan
telah dilakukan oleh perusahaan unilever, sangat menunjukan bahwa PT tersebut
berfokus pada perbaikan di dalam perusahaan yang berkaitan dengan para
karyawannya. Produktivitas kerja karyawan suatu perusahaan dapat diukur dari
laba bersih yang dihasilkan dibagi jumlah pekerjaan. Dengan peningkatan rasio
tersebut maka kinerja karyawan memberikan kontribusi terhadap peningkatan
pendapatan bagi perusahaan. Sistem penilaian kinerja yang dilakukan oleh PT
Unilever Indonesia Tbk yaitu dengan menerapkan model critical incident,
rangking method, forced distribution, behavior expectation scale (BES),
management by objectives (MBO), dan 360 degree performance appraisal model.
2.3 Metode Penilaian Kinerja Karyawan PT. Unilever Indonesia Tbk
Metode penelitian kinerja karyawan pada PT. Unilever Indonesia Tbk terdapat 3
bagian, yaitu :
A. Tahapan penelitian
Rumusan
Masalah
Landasan
Teori
Perumusan
Hipotesis
Pengumpulan
Data
Analisis
Data
Pengujian
Instrumen
Kesimpulan
dan Saran
B. Kriteria Penilaian
PT. Unilever Indonesia Tbk menggunakan metode Fuzzy Simple Additive
Weighting. Fuzzy Simple Additive Weighting merupakan metode penjumlahan
terbobot dengan mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada setiap
alternative pada semua atribut. Untuk proses pengolahan nilai pada metode
Fuzzy Simple Additive Weighting, diperlukan beberapa indikator, yaitu :
kualitas kerja, keterampilan kerja, dan kehadiran. Penilaian kriteria tersebut
akan dijadikan sebagai acuan di dalam pengambilan keputusan, penilaian
kriteria ini tentunya mempunyai nilai bobot. Kriteria penilaian pada bagian
Strategic Business Unit (SBU) Production Tube di PT Unilever Indonesia Tbk
menetapkan beberapa faktor di dalam penilaian karyawan yaitu:
1. 5 faktor yang terdapat pada kualitas kerja yaitu Output Realibility,
Incident, Consumer Complaint, Customer Complaint, Product Finish
Good Blocked Stock.
2. 4 faktor penilaian kualitas keterampilan kerja yaitu jumlah One Point
Lesson (OPL), Kaizen Behaviour Observation (SBO), Quality Behaviour
Obseration (QBO) yang dibuat.
3. Kehadiran memiliki 4 faktor yang dijadikan peniaian, yaitu: S1, P4,
Mangkir dan terlambat
C. Metode Simple Additive Weighting (SAW)
Metode SAW membutuhkan proses normalisasi matriks keputusan (X) ke
suatu skala yang dapat dibandingkan dengan semua rating alternatif yang ada.
Langkah-langkah penyelesaian dalam menggunakan metode SAW adalah :
1. Menentukan kriterian-kriteria yang akan dijadikan acuan dalam
pengambilan keputusan, yaitu Ci.
2. Menentukan rating kecocokan setiap alternatif pada setiap kriteria.
3. Membuat matriks keputusan berdasarkan kriteria (Ci), kemudian
melakukan normalisasi matriks berdasarkan persamaan yang disesuaikan
dengan jenis atribut (atribut keuntungan maupun atribut biaya) sehingga
diperoleh matriks ternormalisasi R.
BAB III
KESIMPULAN
Dessler, G. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia Esisi 14. Salemba Empat.
Jakarta