Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN

“ STUDI KASUS KURANGNYA FASILITAS SEKOLAH DALAM


PEMBELAJARAN DI SMP NEGERI SMP 4 PALU ”

Dosen pengampu : Shofia Nurun Alanur S, S.Pd.,M.Pd.

Di Susun Oleh : Kelompok III (Tiga)

LISDA A 321 21 003


HUSNI A 321 21 010
ZUR AENI MAGFIRAH A 321 21 012
NATALIA DEWANTI A 321 21 014
SELVIANI A 321 21 029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PENCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur mari kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami diberi kesempatan untuk menyelesaikan
laporan yang berjudul “Studi Kasus Kurangnya Fasilitas Sekolah Dalam
Pembelajaran Di SMP Negeri Smp 4 Palu” dimana laporan ini merupakan salah
satu tugas mata kuliah Profesi Kependidikan.
Dalam penyusunan laporan ini, kami memperoleh banyak bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dosen, teman-teman dan yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan ilmu maupun semangat bagi penulis. Kami sadar bahwa dalam
penyusunan laporan ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sebagai instrospeksi
untuk lebih baik kedepannya. Akhir kata kami berharap agar laporan ini
bermanfaat bagi semua pembaca.

Palu, 19 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sekolah merupakan suatu wadah dari sekumpulan manusia yang bekerja
sama untuk mencapai tujuan pendidikan. Fattah (2003) mengutarakan bahwa
“Sekolah adalah mengelola sumber daya manusia (SDM) yang diharapkan
menghasilkan lulusan yang berkualitas, sesuai dengan tuntutan kebutuhan
masyarakat, serta pada gilirannya lulusan sekolah di-harapkan dapat memberikan
kontribusi pada pembangunan bangsa-bangsa (Setiawan, 2021). Salah satu faktor
pendukung keberhasilan dalam proses pembelajaran di sekolah yaitu pengelolaan
sarana prasarana pendidikan yang ada di sekolah secara efektif dan efisien. Sarana
prasarana di sekolah tersebut harus dikelola dan didayagunakan untuk
kepentingan proses pembelajaran di sekolah (Dimyanti & Mujiono, 2006).
Pengelolaan itu dimaksudkan agar proses pembelajaran dapat berjalan secara
efektif dan efisien. Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 pasal 45,
dinyatakan bahwa “Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan
sarana prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial,
emosional dan kejiwaan peserta didik”. Sarana dan prasarana pendidikan
merupakan instrumen yang sangat penting dalam menunjang proses pembelajaran
di sekolah. Oleh karena itudibutuhkan pengelolaan sarana dan prasarana yang baik
untuk dapat memberikan kenyamanan dan kemudahan dalam proses belajar
mengajar. Sarana dan prasarana juga sangat diperlukan untuk mendukung proses
pembelajaran agar tujuan dari pendidikan dapat tercapai dengan baik (N & Mona,
2017).
Sutrisno (2006) menyatakan bahwa media pembelajaran berbasis
teknologi dianggap sebagai alat yang dapat membantu dalam penyampaian
informasi dengan demikian tantangan pendidikan dalam dewasa ini adalah
penggunaan teknologi di proses pembelajaran, dengan adanya tantangan itu guru
diharapkan dapat menggunakan media berbasis IT atau tekonologi dalam

1
pembelajarannya sehingga siswa dapat menambah pemahaman sehingga akan
berpengaruh pada hasil belajar siswa. Media berbasis teknologi memiliki
pengaruh yang besar terhadap minat, motivasi maupun hasil belajar siswa
dibanding dengan pembelajaran konvensional yang identik dengan metode
ceramah dan “teacher center”. Hal ini sejalan dengan pendapat Azhar (2002) yang
mengatakan bahwa ada beberapa manfaat media dalam pembelajaran diantaranya
adalah dengan penggunaan media dapat memperluas pengalaman belajar yang
dimiliki oleh siswa, dengan penggunaan media akan adanya proses interaksi
langsung antar siswa dengan lingkungan tempat mereka belajar, penggunaan
media dapat menghasilkan keseragaman pengamatan, penggunaan media juga
dapat menanamkan konsep dasar yang konkret, dengan penggunaan media dapat
membangkitkan minat belajar dan merangsang siswa untuk belajar dengan baik,
serius dan sesuai dengan keinginan mereka, media dapat menciptakan keinginan
dan minat baru, media dapat mengawasi kecepatan belajar siswa dan memberikan
pengalaman yang utuh kepada anak dari hal yang abstrak sampai ke hal yang
konkret. Sedangkan tentang teknologi, Russel dkk (2011:14) menyatakan bahwa
teknologi dan media bisa sangat membantu dalam proses pembelajaran.
Namun permasalahan dan kekurangan dalam pemanfaatan inovasi
pembelajaran berbasis IT tetaplah ada, seperti kurangnya fasilitas, kurangnya
minat guru untuk mengembangkan inovasi pembelajaran berbasis IT, perbedaan
kemampuan siswa, dan beberapa masalah lain yang membuat pemanfaatan
inovasi pembelajaran berbasis IT tidak dapat dilakukan secara maksimal.
Permasalahan yang terjadi diantaranya adalah menurut hasil penelitian Iis Dewi
Lestari di SDN RRI Cisalak tahun 2018, Pemahaman dan penguasaan guru
tentang TIK sudah cukup dapat dipahami oleh guru. Akan tetapi, tidak semua
guru.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Sepertia Apa Pemanfaatan Fasilitas Belajar?
2. Bagaimana Dampak Kurangnya Fasilitas Belajar Dan Mengajar Untuk
Pendiidkan?
3. Apa Solusi Dari Problematika Sarana dan Prasarana Pendidikan?

2
4. Bagaimana Kreativitas Guru Di Tengah Keterbatasan Sarana Dan Prasarana
Sekolah?

C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Pemanfaatan Fasilitas Belajar
2. Mengetahui Dampak Kurangnya Fasilitas Belajar Dan Mengajar Untuk
Pendiidkan
3. Mengetahui Solusi Dari Problematika Sarana dan Prasarana Pendidikan
4. Mengetahui Kreativitas Guru Di Tengah Keterbatasan Sarana Dan Prasarana
Sekolah
D. MANFAAT

3
BAB II
KAJIAN TEORI

Menurut (Susanto 2013), menyatakan bahwa pembelajaran merupakan


suatu proses yang dirancang untuk memudahkan peserta didik dalam
mengembangkan potensi yang \ dimiliki secara maksimal. Pembelajaran yang
telah diterapkan didalam kelas tidak semata-mata guru hanya menjelaskan
pembelajaran namun harus memiliki tanggung jawab untuk membantu peserta
didik dalam mengkondisikan kelas, bagaimana cara menyampaikan materi, dan
media pembelajaran yang digunakan sangat berpengaruh bagi perserta didik oleh
karena itu, media pembelajaran sangat berperan penting dalam pendidikan. Media
pembelajaran merupakan suatu sarana yang membatu proses pembelajaran karena
berkaitan dengan indra pendengaran dan pengelihatan. Dalam penggunaan media
pembelajaran dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran
serta dapat membantu peserta didik dalam memahami sesuatu yang abstrak
menjadi lebih konkret. Jika media pembelajaran difungsikan dengan tepat maka
proses pembelajaran dapat belajar efektif sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik. Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi
pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan juga merupakan kebutuhan
mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat, kualitas pendidikan yang bagus akan
menentukan sumber daya manusia yang bagus juga.
Menurut Prastowo (2013: 24) kebermaknaan belajar ditandai dengan
adanya hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep, informasi, ataupun situasi
baru dengan komponen-komponen yang relevan dalam struktur kognitif siswa,
baik dalam bentuk hubungan yang bersifat derivatif, elaboratif, korelatif, suortif,
maupun hubungan kualilatif atau representasional tentang pengaruh
perkembangan teknologi dengan pendidikan, Simbolon (2017:1) menyatakan
bahwa “globalisation process continues in accordance with the of science and
technology”. Proses globalisasi berlanjut sesuai dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Reigeluth & Moore (1999) mengemukakan bahwa salah satu tantangan
terbesar dalam dunia pendidikan sekarang ini adalah menciptakan suasana belajar
yang mampu membuat siswa dengan kemampuan kognitif untuk melakukan
analisis, sintesis dan membuat simpulan dari materi pembelajaran yang diberikan.
Sedangkan penelitian dari Sumiyati dkk (2017) dan Khotimah dkk (2017)
menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai karakteristik yaitu dapat
meningkatkan hasil belajar siswa termasuk kemampuan komunikasi melalui
aktivitas antar siswa yang melibatkan proses berpikir kritis dan kreatif, kerja sama
dalam kelompok, serta toleransi antar siswa.

4
Wahyuningrum (2004) mengatakan bahwa, sarana pendidikan adalah
segala fasilitas yang diperlukan dalam proses pembelajaran, yang dapat meliputi
barang bergerak maupun barang tidak bergerak agar tujuan pembelajaran tercapai.
Sedangkan Roestiyah (2017), sarana belajar diparkannya sebagai peralatan belajar
yang dibutuhkan dalam proses belajar agar pencapaian tujuan belajar dapat
berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien.
Pendapat lain disampaikan oleh E. Mulyasa, bahwa sarana belajar
merupakan peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan
menunjang proses pembelajaran, khususnya proses belajar, mengajar, seperti
bangunan, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran (N,
Mappincara, & Habibah, 2019).
Wahyuningrum (2004:4), menyatakan bahwa fasilitas adalah “segala
sesuatu yang dapat mempermudah dan melancarkan pelaksanaan tata usaha”.
Fasilitas pendidikan artinya segala sesuatu (alat dan barang) yang memfasilitasi
(memberikan kemudahan) dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan. “Sarana
pendidikan sebagai segala macam alat yang digunakan secara langsung dalam
proses pendidikan sedangkan prasarana pendidikan adalah macam alat yang tidak
secara langsung digunakan dalam proses pendidikan”.
Dalam Undang-Undang System Pendidik Nasional No. 20 Tahun 2003
bab III Pasal 45 tentang sarana dan prasarana pendidikan, dinyatakan bahwa;
Setiap satuan pendidikan formal maupun non formal menyediakan saranna dan
prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan secara fisik, kecerdasan intelektual social, emosional, dan
kejiwaann peserta didik.Ketentuan mengenai penyedian sarana dan prasarana
pendidikan pada semua satuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih
lanjut dengan pengaturan pemerintah. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa fasilitas belajar adalah segala sesuatu yang baik yang dapat menunjang
dan membantu serta mempermudah proses belajar mengajar di sekolah demi
tercapainya tujuan dari pendidikan. Juga agar tiap-tiap sekolah menyediakan
sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai sehingga peserta didik
termotivasi untuk belajar karena sarana dan prasana sudah tersedia dan memadai.
Syaiful Bahri (2002: 150) mengemukakan bahwa yang dimaksud fasilitas belajar
merupakan kelengkapan belajar yang harus diiliki oleh sekolah yang memudahkan
dan melancarkan pelaksanaan suatu usaha, ini dapat berupa benda-benda maupun
uang. Menurut The Liang Gie (2002: 33), untuk belajar yang baik hendaknya
tersedia fasilitas belajar yang memadai, antara lain ruang tempat belajar,
penerapan cukup, buku-buku pegangan, dan kelengkapan peralatan belajar.
Fasilitas belajar pada prisnsipnya adalah segala sesuatu yang emudahkan untuk
belajar (Inayah dkk, 2013).

5
BAB III
METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif pengumpulan data


pada suatu latar alamiah dengan maksud untuk menafsirkan fenomena yang
terjadi dimana peneliti adalah sebagai instrumen, pengambilan sampel sumber
data dilakukan dengan teknik pengumpulan data dengan metode wawancara.
Metode yang dilakukan dengan cara wawancara mengumpulkan informasi dan
data faktual dari narasumber yang bersangkutan. Saya menggunakan wawancara
dan memaparkan data, fakta dan informasi melalui pendeskripsian. Sukses
tidaknya wawancara ditentukan dari perilaku, penampilan, dan sikap wartawan.
Komunikasi yang baik terjalin antara pewawancara dengan narasumber.
Wawancara ini dilakukan dengan tatap muka secara langsung di Sekolah
narasumber.

6
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Sekolah merupakan lembaga publik yang mempunyai tugas untuk
memberikan pelayanan kepada publik, khususnya pelayanan untuk peserta didik
yang menuntut pendidikan.Sekolah berfungsi sebagai tempat pembinaan dan
pengembangan semua potensiindividu terutama pengembangan potensi fisik,
intelektual dan moral peserta didik. Selain guru dan peserta didik, sarana dan
prasarana jugamerupakan salah satu faktor yang menunjang dalam proses
pembelajaran. Sarana pendidikan, yaitu perlengkapan yang secara langsung
dipergunakan untuk proses pendidikan, seperti meja, kursi dan media pengajaran.
Wahyuningrum (2004) mengatakan bahwa, sarana pendidikan adalah
segala fasilitas yang diperlukan dalam proses pembelajaran, yang dapat meliputi
barang bergerak maupun barang tidak bergerak agar tujuan pembelajaran tercapai.
Sedangkan Roestiyah (2017), sarana belajar diparkannya sebagai peralatan belajar
yang dibutuhkan dalam proses belajar agar pencapaian tujuan belajar dapat
berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien.
Pendapat lain disampaikan oleh E. Mulyasa, bahwa sarana belajar
merupakan peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan
menunjang proses pembelajaran, khususnya proses belajar, mengajar, seperti
bangunan, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran (N,
Mappincara, & Habibah, 2019).
Berdasarkan pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa sarana
pendidikan itu merupakan fasilitas sebagai alat penunjang agar proses
pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien sehingga tercapainya suatu tujuan
pembelajaran. Karena, jika seorang pendidik mengajar siswa tanpa adanya sarana
atau perlengkapan lainnya maka pembelajaran itu kurang efektif.Sehingga,
membuat peserta didik menjadi lebih mudah bosan. Misalnya jika disuatu sekolah
tidak memiliki kursi dan meja untuk belajar, maka peserta didik tidak akan tertarik
untuk belajar, dikarenakan sarana di sekolah tidak memadai. Dan mereka
beranggapan itu akanmenyulitkan diri mereka sendiri.
Prasarana pendidikan merupakan fasilitas yang secara tidak langsung
menunjang jalannya proses pendidikan, seperti halaman, kebun, dan taman.
Sarana dan prasarana merupakan fasilitas pendukung sebagai menunjang proses
kegiatan dalam organisasi apa saja termasuk didalamnya adalah satuan
pendidikan, sekolah atau madrasah.
Matin dan Nurhattati Fuad berpendapat bahwa sarana dan prasarana
pendidikan merupakan salah satu sumber daya yang penting untuk menunjang
proses pembelajaran di sekolah. Program pendidikan yang berhasil sangat
dipengaruhi oleh kondisi sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki sekolah
dan oleh optimalisasi pengelolaan dan pemanfaatannya.
Menurut penulis tujuan dari sarana dan prasarana adalah menjaga dan
mengembangkan fasilitas untuk kebutuhan peserta didik, agar peserta didik
dengan mudah melakukan kegiatan pembelajaran, agar pembelajaran dapat

7
tercapai dengan baik dan benar serta efektif dan efisien.
Pendidikan terutama di Indonesia sangat minim sekali terutama pada
sarana dan prasarana, seperti hal nya sarana dan prasarana pendidikan di sekolah
banyak yang tidak memadai dan rusak, yang tentunya hal tersebut sangat
memprihatinkan apalagi di daerah terpencil. Oleh karna itu fasilitas kegiatan
belajar mengajar itu sungguh jauh dari tidak layaknya pembelajaran.seperti halnya
fasilitas yang tidak memadai seperti gedung kelas bocor, bangku sekolah rusak
maupun tidak mencukupi. Apabila sarana dan prasarana sekolah tidak memadai
maka akan berakibat dalam masalah minimnya pendidikan, itu sebabkan karena
keterbatasan fasilitas sekolah dan pembelajaran yang tidak memadai. Dalam
memanajemen sarana dan prasarana pendidikan terdapat kekurangan dalam
memanajemen yaitu kurangnya sarana dan prsarana yang dibutuhkan peserta didik
dalam proses belajar dan pembelajaran.
Dengan adanya keterbatasan sarana dan prasarana sekolah sudah tentu
mempengaruhi hasil belajar siswa. Dengan kata lain proses pelaksanaan
pendidikan di sekolah dan permasalahan pembelajaran bukan hanya dihadapi oleh
guru yang bersangkutan, tetapi didukung pula denan keberadaan dan kelengkapan
sarana dan prasarana pendidikan. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi maka dalam kegiatan belajar mengajar juga diperlukan usaha yang
optimal dalam pemanfaatan alat peraga dan alat praktek sebagai sarana untuk
membangkitkan motivas, minat belajar siswa serta dapat menghemat waktu dalam
memberikan materi. Untuk mendapatkan hasil belajar yang sesuai dengan tujuan
pendidikan yang ssebelumnya telah dirumuskan maka proses belajar mengajar
harus benar-benar diupayakan semaksimal mungkin. Pembelajaran sebagai suatu
sistem yang terdiri dari beberapa komponen-komponen yaitu tujuan, isi, atau
materi, metode, media, dan evaluasi. Kegiatan pembelajaran harus dilaksanakan
secara sistematis (langkah-langkah yang terarah dan teratur) secara sistemik
(secara bulat dengan mempertimbangkan segala aspeknya) agar berdaya guna dan
berhasil guna. Peningkatan mutu pendidikan akan tercapai apabila proses belajar
mengajar yang diselenggarakan di kelas benar-benar efektif dan berguna untuk
mencapai kemampuan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diharapkan.
Karena pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses
pendidikan secara keseluruhan, diantaranya guru merupakan salah satu faktor
yang penting dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di dalam
kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan
kompetensinya, guru yang kompoten akan lebih mampu menciptakan lingkungan
belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil
belajar siswa berada pada tingkat yang optimal.
Selain itu kemampuan guru dalam menyelenggarakan kegiatan proses
pembelajaran, dukungan dari sarana pembelajaran sangat penting dalam
membantu guru. Semakin lengkap dan memadai sarana pembelajaran yang
dimiliki sebuah sekolah akan memudahkan guru dalam melaksanakan tugasnya
sebagai tenaga pendidikan. Begitu pula dengan suasana selama kegiatan
pembelajaran. Sarana pembelajaran harus dikembangkan agar dapat menunjang
proses belajar mengajar. Ada beberapa hal yang perlu dikembangkan dalam
menunjang proses belajar mengajar: 1) Perpustakaan; 2) Sarana penunjang

8
kegiatan kurikulum; 3) Prasarana dan sarana kegiatan ekstra kurikuler dan mulok.
Berdasarkan permasalahan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
banyak sekali sekolah-sekolah yang sangat terkendala dengan fasilitas yang
seharusnya dipergunakan untuk kegiatan belajar mengajar, terutama di SMP
Negeri 4 Palu, tidak semua sekolah mampu memberikan fasilitas kepada
siswanya, yang paling umum fasilitas yang terkadang juga tidak dimiliki di suatu
sekolah adalah kurangnya sumber bacaan. Terkadang di beberapa sekolah masih
ada yang kekurangan bahkan ada yang tidak memiliki sumber bacaan sekali pun.
Tidak hanya sumber bacaan, bahkan fasilitas lainnya seperti meja dan kursi juga
menjadi kendala untuk melakukan kegiatan pembelajaran.

B. Pembahasan
Fasilitas adalah prasarana atau wahana untuk melakukan atau
mempermudah sesuatu. Fasilitas biasanya dihubungkan dalam pemenuhan suatu
prasarana umum yang terdapat dalam suatu perusahaan atau organisasi tertentu
Wahyuningrum (2004:4), menyatakan bahwa fasilitas adalah “segala sesuatu yang
dapat mempermudah dan melancarkan pelaksanaan tata usaha”. Fasilitas
pendidikan artinya segala sesuatu (alat dan barang) yang memfasilitasi
(memberikan kemudahan) dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan. “Sarana
pendidikan sebagai segala macam alat yang digunakan secara langsung dalam
proses pendidikan sedangkan prasarana pendidikan adalah macam alat yang tidak
secara langsung digunakan dalam proses pendidikan”.
Fasilitas adalah sarana dan prasarana yang harus tersedia untuk melancarkan
kegiatan pendidikan di sekolah. Sarana adalah semua perangkat peralatan, bahan,
dan perabot yang secara langsung digunakan untuk proses pendidikan di sekolah,
meliputi gedung, ruang belajar/kelas, media belajar, meja dan kursi. Sedangkan
prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses
pendidikan, meliputi halaman sekolah, taman sekolah, dan jalan menuju sekolah .
Sarana pendidikan merupakan sarana penunjang bagi proses belajar mengajar.
Menurut tim pedoman pembukuan media pendidikan (Depdikbud) yang dimaksud
dengan sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses
belajar mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar
pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancer, teratur, efektif dan
efisien. Lebih luas fasilitas dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat
memudahkan dan melancarkan pelaksanaan suatu

Dalam Undang-Undang System Pendidik Nasional No. 20 Tahun 2003


bab III Pasal 45 tentang sarana dan prasarana pendidikan, dinyatakan bahwa;
Setiap satuan pendidikan formal maupun non formal menyediakan saranna dan
prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan secara fisik, kecerdasan intelektual social, emosional, dan
kejiwaann peserta didik. Ketentuan mengenai penyedian sarana dan prasarana
pendidikan pada semua satuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih
lanjut dengan pengaturan pemerintah. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa fasilitas belajar adalah segala sesuatu yang baik yang dapat menunjang
dan membantu serta mempermudah proses belajar mengajar di sekolah demi

9
tercapainya tujuan dari pendidikan. Juga agar tiap-tiap sekolah menyediakan
sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai sehingga peserta didik
termotivasi untuk belajar karena sarana dan prasana sudah tersedia dan memadai.
Syaiful Bahri (2002: 150) mengemukakan bahwa yang dimaksud fasilitas
belajar merupakan kelengkapan belajar yang harus diiliki oleh sekolah yang
memudahkan dan melancarkan pelaksanaan suatu usaha, ini dapat berupa benda-
benda maupun uang. Menurut The Liang Gie (2002: 33), untuk belajar yang baik
hendaknya tersedia fasilitas belajar yang memadai, antara lain ruang tempat
belajar, penerapan cukup, buku-buku pegangan, dan kelengkapan peralatan
belajar. Fasilitas belajar pada prisnsipnya adalah segala sesuatu yang emudahkan
untuk belajar (Inayah dkk, 2013).
a. Pemanfaatan Fasilitas Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) arti kata pemanfaatan yaitu
“perbuatan memanfaatkan bila dihubungkan dengan fasilitas belajar yaitu
menggunakaan atau memanfaatkan fasilitas belajar yang telah tersedia untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Pemanfaataan yang dimaksud
disini adalah pemanfaatan belajar yang menunjang proses belajar peserta didik di
sekolah (Sunadi, 2013).
Menurut Arsyad (2006: 25-26), pemanfaatan sarana belajar memberikan beberapa
manfaat, yaitu:
1. Pemanfaatan sarana belajar dapat memperjelas pesan dan informasi
sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar,
2. Meningkatkan dan menggairahkan perhatian anak sehingga dapat
menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa
dan lingkungannya dan memungkinkan siswa untuk belajar sendiri sesuai
dengan kemampuan minat,
3. Memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-
peristiwa di lingkungan mereka serta meungkinkan terjadinya interaksi
langsung dengan guru, masyarakat dan lingkungannya, missal melalui
karyawisata dan lian-lain (Prianto, 2

Dalam menunjang pendidikan, diperlukan fasilitas yang mendukung dan


memadai dalam melaksanakan kegiatan belajar dan pembelajaran. Fasilitas belajar
adalah sebuah faktor yang memiliki peranan penting untuk merealisasikan
bagaimana tujuan dari suatu pembelajaran. Fasilitas pembelajaran yang
mendukung dan memadai dapat memudahkan pengajar dan siswa bahkan sekolaj
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. Selain itu, untuk mencapai
kegiatan pembelajaran menjadi efektif pada bidang pendidikan, pada kenyataanya
masih banyak sekolah yang masih belum memiliki fasilitas mendukung dan
memadai. Padahal pada kenyataannya, fasilitas untuk sekolah yang mendukung
dan memadai merupakan faktor yang sangat penting untuk proses keefektifan
pembelajaran di sekolah Macam-macam Fasilitas Belajar di sekolah Ditinjau dari
fungsi atau peranannya terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar, maka
fasilitas atau sarana dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1. Alat Pelajaran Alat pelajaran adalah semua benda yang dapat digunakan
secara langsung oleh guru maupun siswa dalam proses belajar mengajar.

10
Buku tulis, gambar-gambar, alat tulis-menulis ataupun alat-alat praktek
semuanya termasuk dalam lingkup pelajaran.
2. Alat Peraga Alat peraga mempunyai arti yang lebih luas. Alat peraga
adalah semua alat pembantu pendidikan dan pengajaran, dapat berupa
benda ataupun perbuatan dari yang paling kongkrit sampai ke yang paling
abstrak yang dapat mempermudah pemberian kepada siswa. Dengan
pengertian ini, alat pelajaran dapat termasuk dalam alat peraga, tetapi
belum tentu semua alat pelajaran merupakan alat peraga.
3. Media Pendidikan Media pendidikan mempunyai peranan yang lain dari
alat peraga. Media pendidikan adalah sarana pendidikan yang digunakan
sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk mempertinggi
efektivitas dan efisiensi pendidikan, tetapi dapat juga sebagai pengganti
peran guru

Jadi dapat difahami bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
bisa membantu untuk mempermudah dalam mendapatkan suatu informasi serta
meningkatkan semangat belajar. Sehingga media ini bisa mewujudkan tujuan
pendidik untuk melakukan pembelajaran secara efektif.22 Pengertian media diatas
berasumsikan bahwa proses belajar mengajar lebih membutuhkan adanya
komunikasi antara pendidik dan peserta didik. Di dalam komunikasi tersebut ada
yang ceramah (guru), pendengar ceramah (murid), dan tanya jawab (murid dan
guru). Ceramah yang dilakukan oleh guru dalam komunikasi tersebut guna untuk
menjelaskan materi pembelajaran pada kegiatan awal belajar. Dalam ceramah
tersebut guru sudah mempelajari materi yang di dalam buku untuk disampaikan
kepada murid dengan bahasa yang mudah difahami oleh mereka.

b. Dampak Kurangnya Fasilitas Belajar Dan Mengajar Untuk Pendiidkan


Pendidikan merupakan sebuah salah satu aspek pembelajran yang
memiliki peranan pokok atau memiliki peranan yang paling penting untuk
membuat generasi bangsa menjadi generasi yang berkualitas. Pada prosesnya,
pendidikan memberikan sebuah pengetahu yang kemudian akan memberikan
dampak perubahan pada tingkah laku ataupun psikis peserta didik atau siswa serta
dapat memberikan harapan untuk orang lain serta menjadi orang yang kreatif
dalam segala hal. Oleh karena itu, pendidikan juga dapat memberikan fungsi
untuk mengembangkan sebuah kemampuan dalam diri peserta didik yang
kemudian akan membentuk watak dari peserta didik pada peradaban terhadap
bangsa yang bermartabat karena kemajuan suatu bangsa juga dapat dilihat dari
seberapa maju pendidikan yang dimilikinya. Proses belajar mengajar yang
dilaksanakan di lingkungan kelas ataupun di lingkungan sekolah merupakan
sebuah proses yang mengandung beberapa rangkaian dari perbuatan pendidik
kepada peserta didik atas sebuah hubungan yang antara pengajar dan peserta didik
untuk melangsungkan suasana yang edukatif dan efektif. Hal tersebut dilakukan
untuk mencapai tujuan pada proses kegiatan belajar dan pembelajaran di sekolah.
Pada pengertian yang menyeluruh, pembelajaran adalan proses interasksi peserta

11
didik dengan pendidik yang memberikan pengetahuan dalam pembelajaran dan
merupakan dimensi paling utama sebagai monitoring pada proses pembelajaran.
Pada proses pembelajaran tentu harus memiliki fasilitas yang mendukung dan
memadai. Selain itu, jika sekolah tidak memiliki fasilitas atau kekurangan fasilitas
di sekolah untuk menunjang pembelajaran, maka akan memberikan dampak buruk
terhadap semangat dan motivasi siswa dalam pembelajaran. Selai itu, kurangnya
fasilitas pada sekolah akan memberikan dampak kurangnya nilai atau penilaian
terhadap pengetahuan siswa. Penilaian sensiri merupakan penilaian terhadap
pengetahua ataupun keterampilan yang telah diperoleh siswa sebagai salah satu
dari hasil belajaranya. Menurut Mudhoffir dalam (Sunadi, 2013) “Fungsi Fasilitas
belajar adalah untuk menunjang kualitas pembelajaran untuk meningkatkan
kegiatan dari program pendidikan sebagai pusat dalam sumber belajar serta dapat
memberikan hasil yang efisien terhadap pembelajaran”. Hal tersebut memiliki
makna bahwasanya, fasilitas yang baik dalam lingkunga kelas dan lingkungan
sekolah merupakan sebuah sumber-sumber dari pembelajaran yang akan
memberikan ataupun memiliki kekuatan tertrntu untuk menjadi peralatan yang
dapat berdaya guna atau berguna untuk menjadikan siswa teladan rajin, dan tekun
terhadap fasilitas yang ada pada sekolah.

c. Solusi Dari Problematika Sarana dan Prasarana Pendidikan


Mengatasi permasalahan keterbatasan sarana dan prasarana diperlukan
adanya pengorganisiran koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah, baik itu di daerah perkotaan maupun dengan daerah yang sulit di jangkau
atau daerah terpencil sehingga tidak terputusnya komunikasi antara pemerintah
pusat dengan pemerintah daerah. Dengan itu selanjutnya kita dapat meningkatkan
sarana dan prasarana endidikan di sekolah maupun di madrasah. Adapun yang
menggunakan rangka output dengan meningkatkan output endidikan dengan
menaikan harga, maksud disini ialah dengan meningkatkan penunjang sarana dan
prasarana endidikan. Sarana tersebut meliputi sarana fisik dan sarana nonfisik.
a. Sarana fisik. Sarana fisik digunakan sebagai pelengkap pembangunan, jika
sarana tersebut dapat terpenuhi dengan baik maka semakin memudahkan
peserta didik dalam mengalih ilmu pengetahuan dan teknologi.
b. Sarana non fisik. Sarana nonfisik merupakan suatu sistem dan pengajaran
yang dilaksanakan bermanfaat, yang tentunya mempercepat pembangunan
nasional. Dalam hal ini dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas
mengajar seperti hal nya pelatihan untuk para pendidik agar dapat
meningkatkan kinerja kerja yang optimal. Para guru harus lebih di tekankan
lagi dalam kualitas proses mengajar, karena guru yang hambel dan profesional
akan memberi pengajaran berkualitas dan lebih fleksibel kepada peserta didik.
Dengan kata lain secara non fisik dapat dilakukan dengan meningkatkan
kualitas guru dan pembentukan lembaga studi mandiri (Oktaviani & Dewi,
2019). Dengan meningkatnya mutu pengajaran guru maka akan memberikan

12
dampak pada membaiknya output pendidikan itu sendiri. Apabila terdapat
guru yang tidak mengajar dengan profesional maka bisa saja peserta didik
akan melakukan hal-hal negatif di masa remajanya, itu dikarenakan guru
tersebut memberikan contoh yang tidak baik seperti memberikan hukuman
kepada peserta didik dengan memberi hukuman yang tidak sewajarnya
dilakukan. Dengan melakukan hukuman fisik terhadap peserta didik maka
akan dicontoh oleh mereka dan tentunya peserta didik dapat dengan sangat
mudah melakukan pemukulan atau berkelahi kepada teman atau bahkan dapat
memberikan traumatic tersendiri terhadap peserta didik sehingga dapat
berpengaruh terhadap minat belajar mereka.

d. Kreativitas Guru Di Tengah Keterbatasan Sarana Dan Prasarana


Sekolah
Kreativitas sebagai sebuah kemampuan penting untuk dimiliki oleh
seseorang. Kreativitas sebagai sebuah gagasan harus diubah menjadi realitas, yaitu
diubah menjadi sebuah inovasi. Menurut Munandar (1988) kreativitas dapat
dipahami sebagai sifat pribadi seorang individu dan bukan merupakan sifat sosial
yang dihayati masyarakat) yang tercermin dari kemampuannya untuk
menciptakan sesuatu yang baru. Hal senada juga diungkapkan oleh Selo
Somardjan dalam Munandar, 1988). la mengatakan bahwa suatu kreativitas
dimulai dengan adanya kemampuan individu untuk dapat berbuat lebih baik lagi. (
Prihatin, Benedicta. 2019) Seorang guru yang satu dengan guru yang lain
sebenarnya sama. Mereka sama sama memiliki ijazah keguruan, mempunyai akta
IV, lulus tes sebagai guru, bahkan mereka juga sama-sama mempunyai sertifikat
sebagai pendidik profesional. Lalu, apa yang membedakan satu guru dengan guru
yang lain? Salah satu hal yang membedakan adalah kreativitasnya. Kemampuan
seorang guru untuk menciptakan model pembelajaran baru atau memunculkan
kesan baru akan membedakan dirinya dengan guru yang lain. Guru yang
mempunyai kreativitas tinggi dapat dikatakan sebagai guru kreatif. Guru kreatif
tidak akan merana cukup hanya menyampaikan materi saja. la selalu memikirkan
bagaimana caranya agar materi yang diajarkan dapat dipahami oleh peserta didik
dan lebih lanjut mereka merasa senang ketika mempelajari materi tersebut. Ada
beberapa alasan mengapa guru harus kreatif, di antaranya adalah: Dengan
semangat penuh kreativitas, peserta didik akan tertarik dengan apa yang diajarkan
oleh guru, Pelajaran yang diajarkan oleh guru akan menjadi menarik, Peserta
didik akan bersemangat belajar, Peserta didik akan menjadi lebih mandiri, Peserta
didik akan lebih mudah memecahkan masalah, Guru mampu memberikan inpirasi
yang beragam kepada peserta didik tentang berbagai persolan dan model
pemecahannya, Kreativitas guru mengajar akan menjadikan peserta didik menjadi
individu yang mampu mewujudkan diri sepenuhnya melalui ide-ide yang mereka
hasilkan, Proses belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan, Peserta didik
akan menjadi lebih mandiri dan peserta didik akan menjadi lebih mudah

13
memecahkan masalah dan peserta didik akan menjadi lebih senang menghadapi
tantangan, Dapat mendatangkan kepuasan bagi guru maupun peserta didik.

Guru yang kreatif akan selalu mencari cara bagaimana melakukan


aktivitasnya agar dapat mencapai target yang diinginkan. Pikirannya akan
dipenuhi pemikiran-pemikiran kreatif. Seperti apakah pemikiran pemikiran kreatif
itu? Berikut akan dijelaskan bagaimana pemikiran-pemikiran kreatif yang dimiliki
seorang guru. a. Peka Terhadap Permasalahan Guru yang mempunyai pemikiran
kreatif cenderung peka terhadap berbagai permasalahan yang ada di sekitarnya. Ia
selalu memantau perkembangan yang terjadi di sekitarnya. Ketika di sekitarnya
muncul permasalahan, guru akan dengan cepat mencoba mencari solusinya. Jadi,
sebelum masalah tersebut semakin meluas, guru sudah bisa mengatasinya. Sifat
peka terhadap masalah perlu dikembangkan karena peserta didik seringkali susah
mengungkapkan masalah yan mereka alami. Guru sebaiknya peka terhadap
perubahan yang terjadi pada peserta didik sehingga masalah yang mereka hadapi
bisa sesegera mungkin diatasi. b. Banyak Ide Guru yang memiliki pemikiran
kreatif mempunyai banyak ide cerdas. Jika terjadi suatu masalah, ia akan dapat
memecahkan permasalahan yang terjadi dengan ide-idenya yang brilian. Pada
sebuah rapat, misalnya, ketika guru lain belum mampu mengusulkan jalan keluar
terkait permasalahan yang terjadi, guru kreatif akan dengan cepat menyodorkan
idenya. c. Luwes Seorang guru yang mempunyai pemikiran kreatif cenderung
luwes dalam melakukan berbagai kegiatan serta mudah beradaptasi dengan
lingkungan. Orang yang berpikir kreatif cenderung dapat menyesuaikan diri
dengan perkembangan zaman. Seorang guru yang kreatif juga cenderung tidak
konvensional. Jika saat ini semua orang sudah beralih dari mesin ketik manual ke
komputer maka guru kreatif dapat dengan mudah beradaptasi dengan alat baru
tersebut. Ketika kurikulum terbaru diluncurkan, guru kreatif dapat dengan mudah
mempelajari dan memahaminya. d. Mempunyai Motivasi yang Kuat Supaya bisa
menjadi motivator yang handal, seseorang harus menjadi motivator bagi dirinya
terlebih dahulu, tidak terkecuali guru. Guru yang hebat cenderung bisa
memotivasi dirinya, juga peserta didiknya dengan baik. Jadi, selain memberikan
materi, guru juga memberikan motivasi yang kuat, dan contoh sikap serta perilaku
yang baik bagi peserta didiknya. Motivasi yang kuat pada diri seseorang bisa
dilihat dari tindakannya. Guru juga demikian. Guru yang memi i motivasi kuat
akan bekerja dengan sungguh-sungguh. Motivasi yang ada dalam diri guru akan
mempengaruhi peserta didiknya. Mereka akan mencontoh guru dan memotivasi
diri agar menjadi pribadi yang unggul.e. Mempunyai Kemampuan Berkonsentrasi
Seorang guru yang sudah mampu menata pemikiran kreatifnya dengan baik, akan
memiliki kemampuan berkonsentrasi yang bagus sehingga dapat menjalani
profesinya dengan baik. Kemampuan berkonsentrasi memegang peranan penting

14
dalam menyelesaikan berbagai permasalahan. Tanpa konsentrasi yang baik, orang
tersebut akan mengalami kegagalan, ia tidak akan mampu memusatkan
perhatiannya untuk mengatasi masalah. Akibatnya, ia tidak mampu
menyelesaikan berbagai masalah karena tidak pernah fokus menyelesaikan
masalah satu per satu. Konsentrasi tinggi juga dibutuhkan untuk menyelesaikan
masalah dalam keadaan mendesak. Saat terdesak, hanya orang yang dapat
berkonsentrasilah yang akan bisa bertindak dengan tepat. Dengan tenang, ia akan
melakukan tindakan yang tepat sehingga masalah dapat diselesaikan dengan baik.
Demikian pula guru. Sikap tenang dan konsentrasi ketika menghadapi masalah di
kelas akan membuat penyelesaian masalah menjadi lancar. Sebaliknya, saat guru
tidak tenang, dikhawatirkan tindakannya malah akan memicu kepanikan.
Ada abeberapa ciri yang mudah dikenali dari seorang guru kreatif, antara lain:
1. Mampu menciptakan ide baru Guru yang memiliki kemampuan menciptakan
ide baru merupakan guru yang kreatif. Guru mampu menghasilkan ide-ide
yang akurat sesuai dengan masalah yang dihadapi. Ide-ide yang dikemukakan
merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi suatu masalah. Biasanya ide ini
muncul secara spontan. Kemampuan mengeluarkan ide spontan bisa dilihat,
misalnya pada saat diadakan rapat dadakan dinas sekolah atau rapat kerja
sekolah. Pada saat pimpinan rapat memberikan kesempatan untuk bertanya
atau memberikan masukan, guru yang tidak kreatif akan diam saja. Ia tidak
akan mengajukan pertanyaan atau menyumbangkan pikirannya. Namun, guru
yang kreatif akan mampu menyampaikan sumbangan pemikiran untuk
melengkapi apa yang telah disampaikan oleh pimpinan rapat. Berbagai
gagasan baru yang diungkapkan muncul secara spontan tapi mengenai pada
pokok permasalahan.
2. Fleksibility Artinya guru mampu membuka pikiran. Dalam hal ini,
kemampuan ini bisa dimanfaatkan untuk membuat ide baru dengan
memperhatikan ide-ide yang telah dikemukakan sebelumnya. Solusi yang
dihasilkan dari pemikiran ini biasanya bisa memuaskan berbagai pihak yang
terlibat dalam merumuskan suatu pemikiran. Dalam proses belajar mengajar di
kelas, masalah tentu tidak akan ada habisnya. Dengan kemampuannya
membuka pikiran, guru bisa menemukan solusi dengan memperhatikan
berbagai masukan dari berbagai pihak, mulai dari guru sampai peserta didik.
Berbagai macam ide yang berhasil didapatkan kemudian akan digunakan
untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
3. Mudah Bergaul Seorang guru kreatif biasanya mudah bergaul sehingga semua
orang merasa dekat dengannya. Sifat ini membuat seorang guru bisa dekat
dengan peserta didik dan semua orang yang ada di sekitar kegiatan belajar
mengajar. Guru yang mudah bergaul bisa dengan mudah menjalin hubungan
dengan peserta didik. Sesekali guru akan bercanda dengan peserta didik atau

15
membicarakan isu yang dekat dengan dunia peserta didik. Jarak antara guru
dan peserta didik bisa dikurangi bila guru mudah bergaul Guru seakan-akan
menjadi teman bagi peserta didik sehingga fungsi guru bukan hanya sekadar
pengajar di kelas. Guru bisa diajak peserta didik untuk bertukar pikiran atau
tempat mencurahkan kegelisahan.
4. Mampu Membaca Karakter Peserta didiknya Kemampuan membaca karakter
adalah salah satu kelebihan yang dimiliki guru kreatif. Dengan kemampuan
yang dimiliki, guru bisa menyesuaikan cara belajar bagi setiap peserta
didiknya, karena setiap anak memiliki karakter yang berbeda-beda. Karakter
akan mempengaruhi daya serap anak terhadap materi yang diajarkan. Seorang
anak yang memiliki karakter suka bermain, mungkin akan menonjol dalam
bidang olahraga. Anak yang pendiam dan cenderung suka membaca, bisa jadi
menonjol dalam pelajaran ilmu pengetahuan alam. Guru kreatif akan dapat
memaksimalkan kemampuan peserta didik sesuai dengan karakternya masing-
masing. Mereka akan diajari dengan pendekatan yang berbeda sehingga
peserta didik tetap bisa mendapatkan materi dengan baik.
5. Peduli pada Peserta Didik Sikap peduli pada peserta didik merupakan salah
satu bentuk kasih sayang guru kepada peserta didik. Sikap ini akan membuat
guru selalu menjaga dan mengawasi perkembangan peserta didik. Kepedulian
guru bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk, misalnya, membantu peserta
didik yang kesulitan memahami materi pelajaran, menasihati jika peserta didik
melakukan kesalahan, atau berempati ketika peserta didik dilanda kedukaan.
Bentuk kepedulian guru pada peserta didik ini akan menimbulkan ikatan
emosional di antara keduanya sehingga proses belajar mengajar bisa
berlangsung lebih baik. 6. Cekatan Guru kreatif harus bisa bekerja dengan
cekatan agar dapat menangani berbagai masalah dengan cepat dan baik. Ia
tidak pernah menunda mengatasi masalah. Berbagai masalah yang dihadapi
akan secepatnya diselesaikan dengan baik. Bila mengalami kegagalan, guru
cekatan akan dengan cepat mencari cara yang lain untuk mengatasi masalah.
Selain itu, guru yang cekatan biasanya ringan tangan. Ia akan membantu siapa
saja yang membutuhkan pertolongan.

16
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil simpulan
antara lain
Sarana dan prasarana pendidikan itu sangat penting untuk di kelola dan di
rawat dengan baik. Hal tersebut dikarenakan sarana dan prasarana pendidikan
merupakan salah satu sumber daya bagi pendidikan yang perlu dan sangat penting
dikelola dengan baik serta merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
manajemen pendidikan. Prasarana seperti gedung, tanah, perlengkapan
administrasi sampai pada sarana yang digunakan langsung dalam proses belajar
mengajar di kelas. Namun pada kenyataannya masih minim sekolah yang
memiliki sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, untuk itu di
perlukannya upaya-upaya baik itu dari pemerintah maupun kesadaran dari pihak-
pihak sekolah untuk mengusahakan pemenuhan sarana dan prasarana sekolah agar
proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik guna mencapai tujuan
pendidikan yang sebelumnya telah di rumuskan dengan optimal dan efektif.
Fasilitas belajar berpengaruh terhadap motivasi belajar. Pengelolaan kelas
berpengaruh terhadap motivasi belajar. Lingkungan keluarga berpengaruh
terhadap motivasi belajar. Motivasi belajar berpengaruh terhadap hasil belajar.
Fasilitas belajar berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap hasil belajar.
Pengelolaan kelas berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap hasil
belajar. Lingkungan keluarga berpengaruh secara langsung dan tidak langsung
terhadap hasil belajar

B. SARAN

17
DAFTAR PUSTAKA

Hapipah, R. (2021). Pengaruh kurangnya fasilitas belajar mengajar untuk siswa


dalam mengembangkan pendidikan. Universitas Lambung Mangkurat.
Novita, A., & Andriani, A. (2019). Prototipe E-learning untuk pendalaman dan
evaluasi materi pembelajaran pada SMPN 1 Samigaluh. JITK (Jurnal
Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Komputer), 4(2), 211-216
Nurfasha, S. R. (2021). Kreativitas Guru Ditengah Keterbatasan Sarana dan
Prasarana Pendidikan. Nurfasha, S. R. (2021). Kreativitas Guru Ditengah
Keterbatasan Sarana dan Prasarana Pendidikan.
Khikmah, N. (2020). Manajemen Sarana Dan Prasarana Untuk Mengembangkan
Mutu Pendidikan. JAMP: Jurnal Administrasi Dan Manajemen
Pendidikan, 3(2), 123-130.
Rismayani, R., Lestari, E. A., & Tarigan, N. N. U. B. (2021). Problematika
Sarana dan Prasarana Pendidikan. Al-Ulum: Jurnal Pendidikan Islam,
2(2), 136-149.
Mas' ud, M., & Nirwana, F. (2018). Pengaruh Kurangnya Fasilitas
Belajarterhadap Motivasi Belajar Peserta Didik. Jurnal Pendidikan
Agama Islam, 1(1), 42-49.
N, N., & Mona. (2017). Sarana Prasarana yang Baik menjadi bagian Ujung
Tombak Keberhasilan Lembaga Pendidikan, Sekolah Tinggi Agama
Islam. Nur El-Islam, 4(2), 97–129.
N, F., Mappincara, A., & Habibah, S. (2019). Pemanfaatan Dan Pemeliharaan
Sarana Dan Prasarana Pendidikan. Jurnal Ilmu Pendidikan dan
Keguruan, 3(2), 115- 121.

18
DOKUMENTASI

19
20

Anda mungkin juga menyukai