CJR DSD

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 19

1 Judul PEMBELAJARAN SENI RUPA DI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

2 Jurnal JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL


3 Download 59-225-1-PB.pdf
4 Volume dan Vol. 3 dan 1-7 halaman
Halaman
5 Tahun 2019
6 Penulis Cucu Retno Yuningsih
7 Reviewer Putri Angelica Silitonga
8 Tanggal 15 oktober 2021
9 Abstrak
Penelitian
-Tujuan Penelitian untuk mendiskusikan konsep pembelajaran seni rupa anak di PAUD.
-Subjek Penelitian PAUD
-Assesment Data Google Schoolar
-Kata Kunci Pendidikan Seni Rupa, Pembelajaran Seni Rupa Anak Usia Dini
1 Pendahuluan
0
-Latar Belakang Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
dan Teori Pendidikan, pada pasal 19 ayat 1 disebutkan bahwa proses pembelajaran pada satuan
pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk partisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serat psikologis peserta didik. Seni adalah bagian tidak terpisahkan
dari kehidupan sehari-hari, tetapi hingga saat ini eksistensi pendidikan seni kerap kali
dipertanyakan, termajinalkan karena system, mitos dan kesalahpahaman
penyelenggaraannya dalam lingkungan sekolah (Soetedja, 2007:413). Pendidikan seni
pada hakekatnya merupakan proses pembentukan manusia melalui seni. Pendidikan
secara umum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan setiap anak (peserta
didik) menemukan pemenuhan dirinya (personal fulfillment) dalam hidup, untuk
mentransmisikan warisan budaya, memperluas kesadaran social dan sebagai jalan
untuk menambah pengetahuan. Pendidikan seni dalam pengertian secara umum
menurut Soehardjo (2005 : xiv) adalah upaya mengantarkan peseta didik dengan
kompetensi yang terkait dengan kesenimanan, maka dalam khusus kompetensi itu
terkait dengan upaya pendewasaan potensi individu. Salah satu bidang pendidikan seni
adalah pendidikan seni rupa. Dalam pelaksanaan pembelajaran seni di sekolah,
pengalaman belajar mencipta seni disebut sebagai pembelajaran berkarya. Sedang
pengalaman persepsi, melihat, dan menghayati serta memahami seni disebut
pembelajaran apresiasi. Pembelajaran berkarya seni mengandung dua aspek
kompetensi, yaitu: keterampilan dan kreativitas. Di PAUD, kompetensi keterampilan
lebih difokuskan pada pengalaman eksplorasi untuk melatih kemampuan sensorik dan
motorik, bukan menjadikan anak mahir atau ahli. Sedangkan kreativitas di sini meliputi
ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terlihat dari produk atau hasil karya dan
proses dalam bersibuk diri secara kreatif (Semiawan, 1990:10). Pada landasan tersebut
memberikan alasan bagaimana pendidikan seni yang harus diperhatikan oleh guru
PAUD sebagai metode pembelajaran. Guru perlu cermat dalam memilih metode
pembelajaran seni rupa yang mampu mengembangkan imajinasi, kreasi dan ekplorasi
anak. Berkaitan dengan hal ini, maka penting seorang guru PAUD untuk menyiapkan
perencanaan pembelajaran seni rupa anak.
2. Pendidikan Seni Rupa Pendidikan seni rupa adalah salah satu upaya pengembangan
diri untuk mengenali diri sendiri, menggali dan mengembangkan keterampilan serta
kreativitas peserta didik dibidang seni rupa. Setiap anak manusia memiliki potensi
mendasar dalam bidang seni, khususnya seni rupa. Potensi ini perlu dikembangkan dan
ditanamkan secara dini. Pendidikan seni rupa memiliki ciri karakteristik khas
dibandingkan dengan pelajaran lainnya. Pendidikan seni rupa, seperti pelajaran
lainnya, memiliki setidaknya dua aspek, yaitu aspek teori dan aspek praktek. Pada
dasarnya, pendidikan seni rupa diarahkan untuk menumbuhkan kepekaan, penciptaan,
rasa dan karsa melalui elemen atau unsure rupa yang diapresiasi melalui indera mata.
Selaras dengan pernyataan Sumanto (2005:22) bahwa pendidikan seni rupa adalah
upaya pemberian pengetahuan dan pengalaman dasar kegiatan kreatif senirupa dengan
menerapkan konsep seni sebagai alat pendidikan. Fungsi dari pendidikan seni rupa
pada hakikatnya adalah sebagai sarana untuk membentuk kepribadian (cipta, rasa,
karsa) secara utuh dan bermakna, melalui kegiatan praktik berolah senirupa sesuai
dengan potensi maupun kompetensi pribadinya.dan kepekaan daya apresiasinya. Peran
guru dalam pendidikan seni rupa memliki pengaruh besar terhadap hasil belajar
peserta didik. Di dalam suatu pembelajaran, kompetensi guru sangat mempengaruhi
pada keberhasilan siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran. Pembelajaran seni rupa
memerlukan komunikasi dan interaksi yang baik antara guru dan peserta didik,
sehingga kompetensi guru tersebut dapat diajarkan kepada peserta didik dalam
konteks pembelajaran seni rupa. Terutama guru pendidikan anak usia dini merupakan
guru yang memiliki peran dalam pembentukan keterampilan dasar seni, karena semua
pembelajaran di PAUD melalui seni. Diantaranya pengenalan huruf bisa dilakukan
melalui bernyanyi, melalui gambar sebagai visual atau melalui gerakan. Pendidikan seni
diberikan kepada anak dengan berbagai tujuan tetapi semuanya didasari oleh
keyakinan bahwa seni membentuk kepekaan anak sejak pertama kali mereka
mengalaminya sebagai bentuk dasar dari ekspresi dan sebagai tanggapan untuk dan
dalam kehidupan (Soetedja, 2007:413) Konsep pendidikan seni dapat dibagi menjadi
tiga orientasi menurut Salam (2015) dalam jurnal Ana Rosmiati yang berjudul Media
Pembelajaran Visual Seni Rupa di PAUD/TK. Pertama, pendidikan seni yang
berorientasi kepada anak didik. Untuk memenuhi kebutuhan mendasar bagi anak untuk
mengaktualisasikan dirinya. Anak/peserta didik sebagai factor utama, seni hanya
dipakai sebagai alat. Sehubungan dengan hal tersebut, maka ada dua konsep
pendidikan seni, yaitu: (1) Education in Art, bagaimana membelajarkan keterampilan
dan sikap seni; dan (2) Education Through Art , bagaimana menggunakan seni sebagai
pendidikan, seni hanya sarana (jembatan) dalam pembelajaran
3. Konsep Seni Rupa Anak Usia Dini Yang perlu disadari oleh guru PAUD bahwa seni
untuk anak-anak berbeda dengan seni untuk orang dewasa karena karakter fisik
maupun mentalnya berbeda. Hal ini penting diperhatikan khususnya dalam melakukan
penilaian karya anak didik, supaya hasil kreasi anak tidak diukur menurut selera dan
kriteria keindahan orang dewasa. Fungsi seni dalam pendidikan berbeda dengan fungsi
seni dalam kerja profesional. Seni untuk pendidikan difungsikan sebagai media untuk
memenuhi fungsi perkembangan anak, baik fisik maupun mental. Sedang seni dalam
kerja profesional difungsikan untuk meningkatkan kemampuan bidang keahliannya
secara professional. Selaras dengan pernyataan Tabrani (2014:6) bahwa „seni
digunakan sebagai wahana untuk belajar, namun seni juga memiliki banyak unsure
“bermain”. Disebut pendidikan melalui seni, sebab tujuannya adalah mengusahakan
pendidikan anak seutuhnya dengan seni sebagai wahana, jadi bukan bertujuan
menghasilkan seniman cilik‟. Dunia anak adalah dunia bermain. Salah satu fungsi seni
adalah sebagai media bermain. Oleh sebab itu, aktivitas berolah seni dapat
dikembangkan melalui bermain. Melalui bermain kemampuan mencipta atau berkarya,
bercita rasa estetis dan berapresiasi seni diperoleh secara menyenangkan. Melalui
kondisi yang menyenangkan seperti ini, anak akan mengulang setiap aktivitas
belajarnya secara mandiri dan akan menjadi kebiasaan dan keinginan terhadap seni.
Kompetensi yang diharapkan dari pendidikan seni anak usia dini menurut Depdiknas
(2001: 8) adalah:
(1) Mampu memadukan unsure etika, logika dan estetika, meliputi: pengetahuan,
pemahaman, persepsi, analisis, evaluasi, apresiasi, dan berproduksi melalui bahasa
rupa, bunyi, gerak dan peran;
(2) Memiliki kepekaan inderawi, perasaan estetis dan artistic melalui pengalaman
bereksplorasi, berekspresi dan berkreasi secara lintas bidang dalam mendukung
kecerdasan emosional, intelektual, moral, spiritual dan adversitas sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan anak;
(3) Mampu berkreasi dalam bahasa rupa, bunyi, gerak dan peran dalam
mengembangkan kemampuan perseptual, pemahaman, apresiasi, kreativitas, dalam
berproduksi;
(4) Memiliki keterampilan dasar dan mampu berkreasi berdasarkan inspirasi yang
bersumber pada alam dan lingkungan sekitar anak dalam mengolah medium seni;
(5) Mampu menghargai karya sendiri dan karya orang lain serta keragaman seni
budaya setempat dan nusantara;
(6) Mampu mempergelarkan, menyajikan karya seni dan atau merancang,
memamerkannya di kelas dan atau di linglkungan sekolah Sementara dalam Standar
PAUD bidang pengembangan seni tidak dicantumkan, tetapi seni berperan sebagai
wahana pembelajaran berbagai bidang pengembangan PAUD. Seperti yang tercantum
dalam Pedoman Pengembangan Program Pembelajaran PAUD (2010:11-16)
pengembangan Fisik yaitu motorik halus seperti pada usia 4 - <5 tahun diantaranya:
membuat garis vertical, horizontal, lengkung kiri/kanan, miring kiri/kanan, an
lingkaran, menjiplak bentuk, mengoordinasikan mata dan tangan untuk mlakukan
gerakan yang rumit, melakukan gerakan manipulayive untuk menghasilkan sesuatu
bentuk dengan menggunakan berbagai media dan mengekspresikan diri dengan
berkarya seni menggunakan berbagai media. Dapat disimpulkan bahwa setiap
pengembangan motorik halus dibutuhkan media pembelajaran seni rupa. Model
pembelajaran dengan menggunakan media seni rupa bertujuan agar anak dapat dan
mampu menciptakan sesuatu berdasarkan hasil imajinasinya, mengembangkan
kepekaan dan dapat menghargai hasil karya yang kreatif. Kompetensi dasar yang
diharapkan dari penggunaan media seni rupa adalah mampu mengekspresikan diri
dengan dengan menggunakan berbagai media/bahan dalam berkarya seni melalui
kegiatan eksplorasi dan mengembangkan kemampuan motorik halus.
4. Pembelajaran Seni Rupa di PAUD Seni rupa memiliki peran penting dalam proses
kegiatan belajar mengajar di PAUD. Pembelajaran seni rupa di PAUD bertujuan agar
anak memiliki kreatifitas, kepakaan, imajinasi , dan rasa percaya diri yang kuat.
Sedangkan dari kompetensi dasar adalah anak mampu mengekspresikan diri dan
mengolah bahan yang kaya akan ekplorasi. Berikut akan dijelaskan model
pembelajaran seni rupa di PAUD.
4.1 Menggambar, Mewarnai, Melukis, Finger Painting Menggambar dan mewarnai
merupakan kegiatan seni yang banyak diminati oleh banyak kalangan. Menggambar
maupun mewarnai bukan hanya kesenangan bagi anak tetapi bagi orang dewasa juga.
Lewat menggambar mereka bisa menuangkan beragam imajinasi dan menghasilkan
tingkat kreativitas masing-masing anak. Sebab gambar yang mereka hasilkan bukanlah
tanpa arti, akan tetapi merupakan media untuk menumpahkan segala ekspresi mereka.
Lewat gambar anak bisa menuangkan berbagai gagasan yang mereka pendam. Gambar
merupakan sebuah media yang dapat merangsang otak. Dengan menggambar, anak
akan berpikir dan melakukan analisa terhadap segala pengalam yang mungkin pernah
dilihat atau diamatinya. Dengan demikian, bukan hanya ideide itu saja yang mereka
dapatkan dari realitas tersebut, melainkan juga fantasi, imajinasi, dan sublimasi yang
akan terjadi dengan menggambar (As‟adi, 2009:23). Hal yang perlu disadari oleh guru
dalam perannya sebagai pembimbing dalam menggambar adalah menentukan tema
menggambar. Yang banyak terjadi adalah guru membebaskan anak untuk menggambar
tanpa memberikan tema sebagai rangsangan dalam menciptakan ide dan gagasan anak
dalam menggambar. Sehingga yang terjadi adalah ketumpuan ide dalam gambar anak.
Menggambar bebas bukan berarti anak bebas menggambar sekendaknya tetapi anak
menggambar dengan bebas memilih tema yang sudah ditentukan oleh guru atau orang
tuanya. Sebagai contoh menggambar dengan tema binatang peliharaan, maka anak
akan memilih binatang peliharaan apa yang akan mereka gambar. Sehingga hasil dari
gambar anak akan bervariasi. Berikut adalah sebuah pengkajian terhadap gambar anak
menunjukkan hasil bahwa gambar anak dapat diklasifikasi dalam 4 kategori yakni: (a)
Gambar spontan: yakni gambar yang dibuat atas inisiatif anak sendiri sebagai suatu
kegiatan bermain. (b) Gambar bebas atau sukarela: yakni gambar yang dibuat atas
permintaan guru atau orang tua atau teman namun tema dan objek gambar dipilih
sendiri oleh anak. (c) Gambar terarah: yakni gambar yang tema/topiknya sudah
diarahkan. (d) Menyalin gambar atau melengkapi gambar: yakni gambar yang telah
disiapkan contohnya dalam format Lembar Kerja Siswa. Sehingga bisa disimpulkan
bahwa menggambar bebas berarti anak bebas memilih tema yang telah ditentukan oleh
guru atau orang tua. Sehingga dengan adanya tema, gambar anak akan lebih
berimajinasi lagi dengan fantasinya. Pembelajaran seni rupa sejak masa kanakkanak
dimulai dari menggambar atau disebut dengan masa coreng moreng yaitu pada usia 0-3
tahun, selanjutnya masuk pada fase belajar mewarnai. Pada fase ini anak belajar
mewarnai bidang gambar dan mengenal warna. Kesalahan yang sering terjadi pada
pembelajaran di PAUD mengenai mewarnai adalah adanya aturan yang dibuat oleh
gurunya mengenai mewarnai, sebagai contoh guru memberikan arahan penentuan
warna, guru mengharuskan anak mewarnai tidak boleh keluar dari garis bidang gambar
dan guru mengharuskan anak mewarnai dengan rapi. Hal ini mengakibatkan rendahnya
kreativitas dan imajinasi anak. Kebebasan mereka terkungkung oleh aturan sementara
kreativitas anak tidak dihiraukan. Selaras dengan pernyataan As‟adi Muhammad
(2009:23) mengatakan bahwa kalau seorang anak mempunyai kreativitas yang tinggi,
makan anak tersebut akan mempunyai keterampilan yang baik pula. Dalam
pembelajaran seni rupa di PAUD proses yang menjadi tujuan utama pembelajaran
bukan hasil karya yang diutamakan. Tahapan pembelajaran seni rupa selanjutnya
adalah melukis dan melukis dengan jari (Finger Painting). Melalui melukis anak belajar
menggunakan media baru yaitu cat dan kuas. Anak akan merasakan hal baru tidak
hanya dalam media tetapi dalam hal pewarnaan, dimana anak akan bereksperimen dan
bereksplorasi dengan cat dan jari mereka. Anak akan belajar pencampuran warna
primer, sekunder dan tersier, motorik halus melalui otot-otot kecil dan kematangan
syaraf, estetika keindahan warna dan melatih imajinasi dan kreatifitas anak. Bahan cat
bisa dikreasikan oleh gurunya, yaitu cat yang mudah dibuat dengan bahan yang
sederhana sebagai contoh cat untuk melukis dengan jari bisa menggunakan campuran
cat pewarna makanan dengan lem kayu.
4.2 Kerajinan tangan Beberapa istilah yang digunakan dalam menyebutkan kerajinan
tangan: pekerjaan tangan, hasta karya, prakarya, keterampilan kerajinan, seni kriya
atau kerajinan. Dalam Bahasa Inggris hal seperti itu termasuk “Craft and Art” yaitu
kerajinan dan seni rupa, secara terpisah karya ini sering pula disebut dengan istilah
“Handicraft” Istilah kerajinan tangan mengandung makna sebagai suatu kecakapan
kerja tangan yang dilaksanakan secara rapih dan teliti, sabar dan tekun, sebagai wujud
dan buah pikir dan rasa dengan menggunakan berbagai tehnik sesuai dengan alat dan
bahannya, yang hasilnya dapat dimanfaatkan untuk suatu kebutuhan tertentu. Namun
bila dilakukan oleh anak-anak tidak sepenuhnya demikian. Ini diartikan bahwa
kerajinan tangan bagi anak-anak bukan sematamata bekerja tetapi lebih dekat dengan
bermain (Affandi, 2006:4). Demikian pula dalam menggunakan alat dan bahan dengan
tehnik yang mengikat tetapi dengan tehnik eksperimen kreatif, serta tujuan karyanya
belum sepenuhnya untuk suatu keperluan pemakaian. Dalam kegiatan berkerajinan
tangan mereka juga berekspresi dan berkreasi, berfantasi dan mereka-reka. Jenis karya
yang dapat dibuat oleh anakanak dapat meliputi karya 2 (dua) dimensi dan 3 (tiga)
dimensi. Karya dua dimensi mendekati wujud seni gambar, sedangkan karya tiga
dimensi mendekati wujud karya seni bentuk.
1. Karya dua dimensi. (a) Tehnik gambar tempelan, yaitu kerajinan yang menggunakan
tehnik ditempel, baik itu ditempel dengan lem atau dijahit, diantaranya; Kolase, yaitu
gambar tempelan berbagai macam materi atau bahan. Mozaik, yaitu gambar tempelan
potonganpotongan berwarna. Aplikasi, yaitu gambar tempelan guntungan-guntingan
pola berwarna atau bagian-bagian dari pola yang telah disiapkan lebih dahulu, dan
Montase, yaitu gambar tempelan yang dikerjakan dengan cara menyusun/
memadukan/ menggabungkan potongan-potongan bagian dari gambar yang sudah jadi
dari beberapa macam gambar cetak menjadi bentuk perwujudan gambar yang baru.
(b) Tehnik gambar cetakan, yaitu tehnik menggambar menggunakan cetakan,
diantaranya; cetak lipatan, yaitu cetakan yang dikerjakan dengan menggunakan klise
sesama kertas gambarnya sendiri. Cetak cukilan, yaitu gambar cetakan yang dikerjakan
dengan menggunakan klise yang bermotif/berpola yang dibuat dengan cara dicukil
atau ditoreh. Cetak Penampang, yaitu gambar cetakan yang dikerjakan dengan
menggunakan klise yang terbuat dari penampang benda seperti penampang pelepah
daun pisang, tangkai daun pepaya, buah belimbing, batang daun sawi, dll. Cetak Sablon,
disebut sebagai cetak tembus karena klisenya berlubang yang dapat ditembus/dilalui
oleh bahan pewarna ketika dicetakkan. Cetak Percikan, yaitu percikan warna di atas
kertas gambar dihalangi oleh benda-benda pipih atau potongan pola dari kertas atau
karton yang sengaja diatur sedemikian rupa. Cetak kering, yaitu tehnik mencetak
menggunakan bahan warna yang bersifat kering seperti pastel, pensil warna, arang
atau kapur, dan cara menggunakan bahan pewarnanya dengan tehnik dussel atau
digosok.
(c) Tehnik gambar kertas marmer, yaitu tehnik menggambar menggunakan media cat
minyak yang ditaungkan ke atas air, sehingga cat tersebut menyerupai motif marmer.
(d) Tehnik gambar batikan, yaitu menggambar menggunakan tehnik membatik dengan
bahan crayon dan cat air dengan cara membuat pola hias dengan bahan yang tidak
tembus pewarna. (e) Tehnik topeng gambar, yaitu topeng yang sifatnya rata berupa
lembaran kertas gambar yang diberi gambaran wajah atau muka. (f) Tehnik gambar
tiupan, yaitu gambar yang dikerjakan tidak dengan goresan tangan, tetapi hasil
goresannya dibuat dengan menggerakkan tetesan warna
2. Karya tiga dimensi. (a) Origami, yaitu seni melipat kertas yang berasal dari Jepang.
(b) Kirigami, yaitu seni melipat dan menggunting kertas.
(c) Seni Kertas Mache, yaitu seni membentuk dengan bubur kertas. (d) Kerajinan
menganyam, yaitu menyusupnyusupkan bahan pita atau tali memanjang yang bersifat
lentur. (e) Kerajinan merangkai dan menyusun, yaitu menjadikan satu atau
menggandengkan beberapa bagian bentuk sehingga mewujudkan suatu benda yang
dapat menggambarkan model seperti bangunan, kendaraan, atau lainnya.

1 Metode
1 penelitian
-Langkah -
Penelitian
-Hasil Penelitian -
-Diskusi Penelitian -
-Daftar Pusaka Affandi, M. (2006). Seni Menggambar dan Kerajinan Tangan. Yogyakarta : PGTKI Press
Yogyakarta As‟adi Muhammad. (2009). Panduan Praktis Menggambar dan Mewarnai
Untuk Anak. Yogyakarta : Power Books (Ihdina) Depdiknas. (2001). Kurikuum Berbasis
Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Seni Sekolah Dasar. Jakarta : Depdiknas
Kemendiknas. (2010). Pedoman Pengembangan program Pembelajaran PAUD.
Permendikbud, (2014). Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta :
Permendikbud Rosmiati, Ana. (2011). Pembelajaran Seni Rupa pada Anak PAUD/TK .
Jurnal Seni Budaya GELAR, volume 9 no. 2 Media. Semiawan C. (1990). Pendekatan
Keterampilan Proses. Jakarta : PT. Gramedia. Sumanto. (2005). Pengembangan
Kreativitas Seni Rupa Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pendidikan Tenaga Kependidikan dan
Ketenagaan Perguruan Tinggi. Soehardjo, A.J. (2005). Pendidikan Seni Dari Konsep
Sampai Program. Malang : Balai Kajian Seni dan Desain Universitas Negeri Malang
Soetedja, Zakarias Sukarya. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Tim Pengembang
Ilmu Pendidikan. Bandung : IMTIMA Tabrani, Primadi. (2014). Proses Kreasi-Gambar
Anak-Proses Belajar. Jakarta : Erlangga.
1 Analisis Jurnal
2
-Kekuatan - jurnal ini sudah sesuai dengan kaidah penulisan jurnal
Penelitian - penulisan jurnal susah seusai dengan kamus EYD
- mudah di pahami oleh pembaca
-Kelemahan - jurnal ini tidak memaparkan kesimpulan, saran, dan hasil penelitian
Penelitian
1 Kesimpulan Pembelajaran seni sebaikna di terapkan bagi anak usia dini
3
1 Saran Saran saya untuk jurnal ini sebaiknya sebelum daftar pustaka jurnal ini menerapkan
4 terlebih dahulu kesimpulan dan saran lalu setelah pendahuluan di terapkan hasil
penelitian dan metode penelitian.
1 Referensi JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL. PEMBELAJARAN SENI RUPA DI PENDIDIKAN ANAK
5 USIA DINI. Cucu Retno Yuningsih.vol.3 1-7 halaman.

1 Judul Kajian Ilustrasi, Tipografi, Dan Warna Dalam Membentuk Estetika Pada Desain
Kemasan Pod Cokelat Edisi Dark Chocolate Bali
2 Jurnal PRABANGKARA Jurnal Seni Rupa dan Desain
3 Download 1215-Article%20Text-2531-1-10-20201126%20(1).pdf
4 Volume dan Vol.24 dan 1-5 halaman
Halaman
5 Tahun Desember 2020
6 Penulis Made Dwi Angga Pradika, I Wayan Swandi , I Wayan Mudra
7 Reviewer Putra Angelica Silitonga
8 Tanggal 15 oktober 2021
9 Abstrak
Penelitian
-Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini bermaksud untuk mengkaji unsur ilustrasi, tipografi, dan
warna dalam membentuk estetika pada desain kemasan pod cokelat edisi dark
chocolate Bali.
-Subjek Penelitian -
-Assesment Data Google Schoolar
-Kata Kunci Ilustrasi, Tipografi, Warna, Prinsip Desain.
1 Pendahuluan
0
-Latar Belakang Pod Cokelat merupakan pelopor produk cokelat yang diproduksi secara langsung di
dan Teori Bali, mulai dari penananaman bibit cokelat dilakukan oleh petani lokal hingga proses
produksi dan pengolahan dilakukan di Bali. Pod Cokelat mulai berdiri pada tahun 2010
dan didirikan oleh Toby Garritt. Pod Cokelat berkembang cepat hingga pada tahun
2017 dengan memperluas gerainya di mancanegara serta meningkatkan penjualan
ekspornya. Salah satu edisi Pod cokelat yang banyak diminati konsumen adalah edisi
dark chocolate Bali. Edisi cokelat tersebut yang merupakan edisi spesial karena
campuran bahan produknya berasal dari ragam hasil panen kebun dan petani lokal,
sehingga dari hal tersebut desain kemasan pada edisi dark chocolate Bali
menggunakan konsep diversity (Jaya, 2020). Desain kemasan tersusun atas unsur
visual yang membangunnya, sehingga menjadi sebuah kesatuan desain yang terwujud
melalui unsur desain seperti ilustrasi, tipografi dan warna. Kemasan merupakan
perantara yang menghubungkan antara produsen dengan konsumen. Kehadiran
elemen visual seperti ilustrasi, tipografi, dan warna pada desain kemasan terdapat
pada panel display utama (PDU) yang merupakan area terdepan kemasan dikhususkan
menempatkan identitas merek dan elemen visual, disusun dengan prinsip desain
estetika agar mampu mencapai tujuan komunikasi produk (komunikator) dengan
komunikan (konsumen) melalui desain kemasan yang estetis. Perwujudan estetika
dalam desain kemasan dapat terbentuk jika unsur desain dirancang dengan memenuhi
prinsip desain estetika. Oleh karena itu unsur desain dalam kemasan Pod Cokelat
seperti ilustrasi, tipografi, dan warna, berpengaruh dalam membentuk keindahaan
pada kemasan agar menjadi estetis. Ilustrasi memiliki peranan penting pada desain
kemasan karena unsur ilustrasi dapat mewakili produk kemasan dalam bentuk
gambar, ilustrasi mewakilkan citra perusahaan dan sebagai identitas produk untuk
pembeda dengan produk lainnya. Ilustrasi merupakan suatu gambaran yang
disampaikan dan hampir menyerupai bentuk yang diwakilkan. Unsur desain
selanjutnya yang terdapat dalam kemasan Pod Coklat adalah tipografi. Fungsi utama
dari tipografi adalah membuat teks menjadi berguna dan mudah digunakan. Tipografi
berbicara tentang kemudahan membaca teks (readability) dan kemudahan mengenali
setiap huruf dan kata (legibility). Tulisan terwujud dalam bentuk verbal yang tersusun
atas sekumpulan jenis huruf tertentu sehingga membentuk pesan. Unsur desain
pembentuk estetika berikutnya yaitu warna. Unsur warna memberi perhatian paling
besar terhadap tangkapan mata atau visual audiens sehingga berpeluang terjadinya
interaksi antara kemasan dengan audiens. Warna mempengaruhi psikologi dan emosi
audiens, sehingga dimanfaatkan untuk menarik perhatian. Dari penejelasan diatas
kajian desain yang akan diteliti adalah desain kemasan Pod Cokelat edisi dark
chocolate Bali. unsur yang diteliti yaitu unsur desain yang membentuk estetika pada
PDU kemasan, yaitu : ilustrasi, tipografi, dan warna. Penulis hanya fokus mengkaji
tentang desain kemasan Pod Cokelat edisi dark chocolate Bali yang berkaitan dengan
bidang ilmu desain komunikasi visual dan mengacu pada prinsip desain estetika.
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini untuk menganalisis unsur pembentuk estetika
yang terdiri dari unsur desain ilustasri, tipografi, dan warna, mengacu pada teori
estetika prinsip desain Dharsono yang terdiri dari prinsip harmoni, kontras, irama, dan
gradasi. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan dapat memberikan
informasi dalam merancang desain kemasan untuk berpedoman pada prinsip desain
dalam membentuk estetika melalui unsur pembentuknya yaitu ilustrasi, tipografi, dan
warna. Penelitian ini merupakan jawaban untuk masalah yang berkaitan dengan
desain kemasan Pod Cokelat, yaitu jawaban mengenai unsur pembentuk estetika
dalam desain kemasan Pod cokelat seperti unsur ilustrasi, tipografi dan warna, yang
mengacu pada prinsip desain estetika.
1 Metode
1 penelitian
-Langkah Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis deskriptif analitik.
Penelitian Sempel yang diterapkan berdasarkan teknik purposive. Pengumpulan data melalui
wawancara bersama informan yaitu Jaya selaku manajer di Pod Cokelat, dan Gama
selaku praktisi desain kemasan, serta Yogi sebagai desainer visual. Dokumentasi
berupa dokumen mengenai pod cokelat dan foto kemasan, serta sumber pustaka dari
artikel ilmiah dan buku mengenai desain dan estetika. Seluruh data yang telah
dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan teori desain komunikasi visual dari
Pujiriyanto, Hendratman, Sihombing dan teori estetika prinsip desain dari Dharsono.
-Hasil Penelitian Ilustrasi yang terkandung pada desain kemasan pod cokelat edisi dark chocolate Bali
terdiri dari ilustrasi logo perusahaan berjenis logogram (logo berbentuk gambar), logo
tersebut menampilkan bentuk ilustrasi berupa buah kakao yang menampilkan outline
atau garis dan dibingkai dengan bentuk bulat. Garis menurut Drs. I Wayan Gulendra
M.Sn, dari artikel pengertian garis dan bentuk dalam jurnal seni ISI Denpasar
dijelaskan sebagai elemen dasar dalam seni rupa yang mengandung arti lebih dari
sekedar goresan, karena garis dengan iramanya dapat menimbulkan kesan simbolik
pada pengamatnya. Peranan garis sangat penting dalam suatu proses perwujudan
bentuk, karena garis menentukan kualitas ekspresi seniman pada objek penciptaannya.
Ketika garis diberi struktur, seperti misalnya disusun melalui ritme, simetri,
keseimbangan akan membentuk polapola tertentu sehingga garis sudah dapat
berbicara sebagai media ekspresi, menimbulkan ilusi tertentu pada pengamat dan
membuat kesan presepsi. Garis merupakan salah satu unsur visual yang fundamental
untuk menghadirkan ekspresi. Pada desain kemasan coklat Pod unsur garis dapat
ditemukan pada logo kemasan, garis-garis tersebut tersusun membentuk sebuah pola
buah coklat atau kakao, garis pada kemasan coklat membentuk pola yang
menghasilkan keseimbangan bentuk dan garis tersebut dapat berbicara atau
mengespresikan akan bentuk buah coklat (kakao) sebagai bahan dasar dari produk
Pod coklat. Teknik ilustrasi yang digunakan pada ilustrasi logo Pod Cokelat berupa
ilustrasi digital Pada desain kemasan Pod edisi dark chocolate Bali varian sea salt and
cacao nibs, terdapat ilustrasi berbentuk naga yang berenang dilautan sebagai latar
background kemasan. Teknik ilustrasi yang digunakan pada ilustrasi tersebut berupa
ilustrasi digital, terbentuk dari unsur garis yang tersusun membentuk sebuah pola
ombak di lautan sehingga memberikan ilusi pola air laut mengalir, pola tersebut
menghasilkan keseimbangan bentuk dan garis tersebut dapat berbicara atau
mengespresikan. Unsur garis juga membentuk ilustrasi kepala naga dan badan naga
yang berenang di lautan, terdapat pola geometri atau setengah lingkaran yang
berulang pada badan naga sehingga membentuk ilusi sisik. Pemilihan ilustrasi lautan
berombak pada background kemasan untuk mewakili pesan bahwa garam sebagai
varian rasa cokelat dihasilkan dari air laut, maka digunakan ilustrasi ombak yang
terdiri dari garis lengkung membentuk pola gelombang ombak. Pemilihan ilustrasi
tersebut sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan karena mampu mewakili isi
pesan melalui bentuk pesan berupa gambar atau ilustrasi ombak lautan. Ilustrasi naga
yang berenang di lautan pada background kemasan digunakan untuk menyampaikan
pesan bahwa garam yang dihasilkan sebagai bahan baku varian rasa cokelat berasal
dari air laut di Bali, karena itu ilustrasi naga yang berenang di lautan digunakan untuk
mencerminkan pesan keagungan/kesakralan laut di Bali. Naga laut sebagai penghuni
lautan Bali yang sakral disebut Makara, sebagai karakter yang sakral bagi umat hindu
di Bali, Makara merupakan hewan yang diasosiasikan dengan air dan merupakan
vahana / kendaraan dewa laut di Bali yaitu Dewa Varuna. Bentuk ilustrasi naga pada
backrgorund kemasan yang mewakili ilustrasi makara sebagai kendara dewa varuna
merupakan simbol keagungan atau kesakralan laut di Bali, namun bila diperhatikan
ilustrasi naga pada kemasan memiliki karakter bentuk yang tidak berbeda dengan
ilustrasi naga pada umumnya, sehingga kurang mampu menampilkan ciri khas atau
karakter makara sebagai kendara dewa varuna, sebagai hewan penghuni lautan di Bali
yang sakral. Makara memiliki perbedaan di bagian hidung, terdapat belalai sehingga
ujung hidung terlihat seperti belalai gajah. Dibalik hal tersebut ilustrasi naga laut dan
ilustrasi ombak pada background desain kemasan varian sea salt mampu membentuk
nilai estetis karena ilustrasi yang disajikan pada background terdiri dari garis lengkung
yang berulang menimbulkan ilusi ombak yang mengalir, mampu mewakilkan pesan
yang ingin disampaikan melalui ilustrasi yaitu pesan mengenai jenis varian produk sea
salt yang bahan bakunya adalah garam diperoleh dari air laut. Pada desain kemasan
Pod edisi dark chocolate Bali terdapat ilustrasi berupa foto dihasilkan dengan teknik
fotografi. Ilustrasi berupa foto yang menampilkan objek berupa bahan campuran dari
produk. Ilustrasi foto yang menampilkan objek tersebut memberikan kesan nyata
karena langsung menampilkan bentuk atau wujud asli objek yang dimaksud sehingga
memperjelas dan mendukung realitas yang dimaksud. Jenis ilustrasi tersebut
didapatkan dengan proses fotografi menggunakan alat bantu kamera. Desain kemasan
Pod Cokelat edisi dark chocolate Bali terdiri dari prinsip desain estetika yaitu prinsip
harmoni yaitu perpaduan yang terjadi dari setiap jenis unsur visual yang berbeda,
bentuk dan ukuran unsur visual yang berbeda tersusun secara berdampingan dan
berdekatan sehingga terkemas menjadi satu kesatuan (grouping) objek pada satu
media yang sama sehingga membentuk satu kesatuan atau kohesi. Prinsip kontras
pada unsur desain terdapat kontras karena ukuran, bentuk, dan warna perpaduan
tersebut terdapat pada setiap unsur visual (ilustrasi, tipografi, dan warna) sehingga
menciptakan penekanan atau penonjolan dari paduan kontras. Kontras karena bentuk
terjadi pada bentuk lingkaran pada logo dengan bentuk segi panjang yang membingkai
tulisan pada body copy/ teks. Kemudian terdapat kontras karena ukuran yang terdapat
pada tulisan di logo dengan interval besar menggunakan uppercase dengan tulisan
closing word menggunakan lettercase sebagai interval kecil, selain itu terdapat kontras
karena ukuran pada ilustrasi dimana interval besar ilustrasi logo berpadu dengan
ilustrasi naga sebagai interval kecil sehingga menibulkan kontras karena ukuran.
Kontras karena warna terdapat pada desain kemasan dapat dilihat dari perpaduan
warna hitam dan putih pada logo, warna hitam digunakan pada bentuk lingkaran logo,
kemudian dipadukan dengan warna putih pada bentuk ilustrasi buah cokelat dan
tipografi dari merek (Pod) sehingga menimbulkan penonjolan atau penekanan pada
ilustrasi dan tipografi pada logo dari paduan kontras warna tersebut, paduan kontras
yang tepat sudah mampu membentuk nilai estetis karena kontras yang digunakan
tidak berlebihan dan tidak menimbulkan ketidak teraturan maupun menyakiti mata
atau visual bagi yang melihatnya, namun jika kontras tidak digunakan maka tidak ada
penekanan bentuk dan menimbulkan kesan monotun sehingga tidak mampu
menyampaikan pesan yang disampaikan karena baurnya unsur desain tanpa paduan
kontras sehingga menimbulkan ketidaknyamanan visual. Prinsip desain repetisi pada
desain kemasan Pod Cokelat edisi dark chocolate Bali terdapat pada setiap unsur
desain. Adapun jenis repetisi yang ada yaitu flowing repetisi atau pengulangan bentuk
yang seakan menciptakan kesan bergerak, dinamis, dan mengalir pada unsur visual
ilustrasi yaitu ilustrasi naga dan ilustrasi ombak lautan, terdapat pengulangan bentuk
pada ilustrasi naga dan ilustrasi ombak lautan yang terdiri dari garis lengkung yang
berulang sehingga menciptakan kesan mengalir. Jenis repetisi berikutnya adalah
regular repetisi, yaitu pengulangan bentuk dan jarak yang sama pada setiap unsur
visual. Regular repetisi terdapat pada unsur visual ilustrasi naga dan ombak, tipografi
dengan tulisan yang menggunakan bentuk dan jarak huruf yang sama dan, warna biru
yang sama digunakan pada ilustrasi, dan huruf, kemudian warna putih digunakan pada
ilustrasi garam, ilustrasi logo, huruf pada logo dan bentuk persegi yang membingkai
tulisan body copy/ teks pada kemasan. Prinsip gradasi merupakan satu sistem paduan
dari laras menuju ke kontras, dengan menciptakan tahapan dari unsur yang dihadirkan
(Dharsono, 2007). Pada setiap unsur desain kemasan terdapat prinsip gradasi dari
perpaduan interval besar dan kecil maupun gradasi karena warna. Terdapat paduan
laras menuju kontras yang menimbulkan kesan tahapan pada setiap unsur visual. Pada
ilustrasi terdapat paduan laras menuju kontras karena ukuran yang dihadirkan, yaitu
dari interval kecil menuju besar yang menciptakan tahapan pada unsur visual ilsutrasi
dan tipografi, kemudain terdapat paduan gradasi warna biru yang atau warna yang
berdampingan sehingga menciptakan kesan laras menuju kontras dari jenis warna
biru,dimulai dari warna biru gelap menuju warna biru terang sehingga menimbulkan
paduan gradasi. melalui paduan gradasi pada desain kemasan makan setiap unsur
visual sudah mampu memenuhi nilai estetis yang terbentuk dari setiap unsur visual
yang ada.
-Diskusi Penelitian -
-Daftar Pusaka Dharsono. (2007), Estetika. Rekayasa, Bandung. Hendratman. (2014), Computer
Graphic Design revisi Kedua. Informatika Bandung, Bandung. Moleong. (2002),
Metodelogi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Pujiriyanto. (2005),
Desain Grafis Komputer. ANDI, Yogyakarta. Sarwono, Jonathan & Lubis, Harry. (2007),
Metode Riset Untuk Desain Komunikasi Visual. ANDI, Yogyakarta. Pod Chocolate
Factory. (21 Januari 2019). Pod Chocolate editor, https://www.podchocolate.com
Daftar Nara Sumber/Informan Gama, I Nengah (59 th.), Desainer Kemasan, wawancara
tanggal 12 Juli 2020 melalui daring dengan aplikasi Zoom. Jaya, Sandi Victor (45th.),
Manajer Pod Cokelat, wawancara tanggal 20 Juli 2020 di Pod Chocolate Office, Sanur,
Denpasar, Bali.
1 Analisis Jurnal
2
-Kekuatan - penulisan jurnal ini sesuai dengan kaidah pengulisan jurnal
Penelitian - penelitian yang di jelaskan mudah di mengerti
- penulisan jurnal sesuai dengan kamus EYD
-Kelemahan - jurnal ini tidak menjelaskan secara jelas subjek dari penelitian
Penelitian
1 Kesimpulan Unsur visual (ilustrasi, tipografi, dan warna) pada desain kemasan Pod Cokelat edisi
3 Dark Chocolate Bali sebagai unsur pembentuk estetika terdiri dari prinsip desain yaitu
prinsip harmoni, kontras, repetisi, dan gradasi sehingga berperan penting dalam
membentuk nilai estetis.
1 Saran - Sebaiknya jurnal ini menjelaskan subjek dari penelitian yang akan
4 mempermudah reviewer dalam mereview jurnal tersebut.
1 Referensi PRABANGKARA Jurnal Seni Rupa dan Desain. Kajian Ilustrasi, Tipografi, Dan Warna
5 Dalam Membentuk Estetika Pada Desain Kemasan Pod Cokelat Edisi Dark Chocolate
Bali. Made Dwi Angga Pradika , I Wayan Swandi , I Wayan Mudra.vol.2.1-5halaman.

Anda mungkin juga menyukai