Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Analogi Hukum, 3 (3) (2021), 282–287

Jurnal Analogi Hukum


Journal Homepage: https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/analogihukum

Akibat Hukum Konversi Hak Atas Tanah Berdasarkan


Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang
Pendaftaran Tanah
I Made Setiana Sanjaya*, I Putu Gede Seputra dan Luh Putu Suryani

Universitas Warmadewa, Denpasar-Bali, Indonesia

sanjayasetiana@gmail.com
How To Cite:
Sanjaya, I, M, S., Seputra, I, P, G., Suryani, L, P. (2021). Akibat Hukum Konversi Hak Atas Tanah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah. Jurnal Analogi Hukum. 3 (3). 282-287. Doi: https://doi.org/110.22225/
ah.3.3.2021.282-287

Abstract—The land registration process requires certainty of the physical data of the land object as well as
the certainty of the juridical data of the land subject as well as the party that provides information on the truth
of ownership of the land. Participation will be realized if the community has an understanding of the greater
benefit value if the land is registered and certified. The formulation of the research problems include: how is
the regulation of conversion of land rights and what is the consequence of the law of land rights conversion.
The type of research is research normative. The conclusions of this research include: Regulation of land rights
conversion, among others, Law no. 5 of 1960 was promulgated on September 24, 1960, which marked the
formation of the National Land Law. The legal consequences of land rights conversion include: having a legal
title to land, with proof of certificate, there is a legal basis for ownership when a case / dispute occurs over the
land and can be used as collateral / collateral at the Bank.
Keywords: conversion; land and government regulation

Abstrak—Proses pendaftaran tanah diperlukan kepastian data fisik objek tanahnya maupun kepastian data
yuridis subjek tanah serta pihak yang memberi keterangan kebenaran penguasaan tanah tersebut. Kepastian
data fisik dan data yuridis akan menentukan kualitas produk sertifikat dan jaminan dari gugatan pihak lain
yang merasa memiliki tanah. Partisipasi akan terwujud jika masyarakat mempunyai pemahaman tentang nilai
manfaat yang lebih besar jika tanahnya didaftar dan disertifikatkan. Rumusan masalah penelitian ini antara
lain : bagaimanakah pengaturan konversi hak atas tanah dan bagaimana akibat hukum korversi hak atas tanah.
Tipe penelitian yang dipergunakan adalah penelitian hukum normatif. Simpulan penelitian ini antara lain :
Pengaturan konversi hak atas tanah antara lain UU No. 5 Tahun 1960 diundangkan pada tanggal 24 September
1960, yang menjadi tanda terbentuknya Hukum Tanah Nasional. Salah satu tujuan diundangkannya UU No. 5
Tahun 1960 adalah meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dalam Hukum Pertanahan. Akibat
hukum korversi hak atas tanah antara lain : dimilikinya sertifikat hak milik atas tanah secara sah, dengan bukti
sertifikat, adanya dasar hukum kepemilikan tatkala terjadi kasus/perselisihan atas tanah tersebut dan dapat
dipakai sebagai jaminan/agunan di Bank.
Kata Kunci: konversi; tanah dan peraturan pemerintah
1. Pendahuluan ruang angkasa tersebut. Menentukan dan
mengatur hubungan-hubungan hukum antara
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 orang-orang dengan bumi, air dan ruang angka.
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan
ini juga telah menegaskan dalam Pasal 2 ayat hukum antara orang-orang dan perbuatan-
(2) sebagai berikut : “hak menguasai dari perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan
Negara termaksud dalam ayat 1 pasal ini ruang angkasa.
memberi wewenang untuk : Mengatur dan
menyelengarakan peruntukan, penggunaan, Selanjutnya dalam Pasal 2 ayat (1) dan
persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan (2) bahwa, berdasarkan asas hak menguasai
Jurnal Analogi Hukum, Volume 3, Nomor 3, 2021. CC-BY-SA 4.0 License
282
Akibat Hukum Konversi Hak Atas Tanah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pen-
daftaran Tanah

Negara atas tanah itu, diatur dan pertanahan. Bahwa pendaftaran tanah yang
ditentukanlah macam-macam hak atas tanah penyelenggaraannya oleh Undang-Undang
yang dapat diberikan kepada orang maupun Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
badan hukum. Negara memberikan Dasar Pokok-Pokok Agraria ditugaskan
beberapa macam hak atas tanah kepada kepada Pemerintah, merupakan sarana
perorangan atau badan hukum dengan dalam memberikan jaminan kepastian
maksud agar si pemegang hak atas tanah hukum yang dimaksudkan; Bahwa
menggunakannya sesuai dengan hak Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun
tersebut sejauh tidak bertentangan dengan 1961 tentang pendaftaran tanah dipandang
batas-batas yang ditetapkan dengan tidak dapat lagi sepenuhnya mendukung
peraturan perundang-undangan. Pemegang tercapainya hasil yang lebih nyata pada
hak juga dibebani kewajiban untuk pembangunan nasional, sehingga perlu
mendaftarkan hak atas tanah itu, dengan dilakukan penyempurnaan (Urip Santoso,
tujuan untuk kepastian hukum. 2014).
Seperti contoh kasus dimana Proses pendaftaran tanah diperlukan
masyarakat yang melakukan penolakan kepastian data fisik objek tanahnya (letak,
terhadap sertifikat dari program Pendaftaran batas, luas, penggunaan) maupun kepastian
Tanah / konversi di Desa Adat Jero Kuta data yuridis subjek tanah (riwayat,
Pejeng merupakan suatu bentuk penguasaan dan kepemilikannya) serta
pelanggaran hak atas tanah yang mana pihak yang memberi keterangan kebenaran
mereka tidak memahami awig awig Desa penguasaan tanah tersebut. Kepastian data
Adat dan membandingkan dengan fisik dan data yuridis akan menentukan
kebijakan dari Desa Adat Lainnya kualitas produk sertifikat dan jaminan dari
(Tetangga dari Desa Adat Jero Kuta Pejeng) gugatan pihak lain yang merasa memiliki
yang memberikan kebebasan dan tanah. Kualitas produk sertifikat tanah
memberikan tanah Teba untuk dijadikan semakin meningkat jika masyarakat
Tanah Hak Milik. berpartisipasi aktif dalam proses
pendaftarannya. Partisipasi akan terwujud
Landasan hukum konversi terhadap hak jika masyarakat mempunyai pemahaman
-hak atas tanah yang ada sebelum tentang nilai manfaat yang lebih besar jika
berlakunya UUPA tanggal 24 September tanahnya didaftar dan disertifikatkan.
1960 adalah bagian kedua dari UUPA Pemahaman tersebut sangat dipengaruhi
“Tentang ketentuan-ketentuan konversi oleh persepsi masyarakat tentang sertifikat
yang terdiri IX Pasal yaitu dari Pasal I hak atas tanah. Sehubungan dengan hal
sampai dengan Pasal IX”, khususnya untuk tersebut S. Chandra mengatakan : Atas
konversi tanah-tanah yang tunduk kepada dasar hak menguasai dari negara maka
hukum adat dan sejenisnya diatur dalam menjadi kewajiban bagi pemerintah
Pasal II, Pasal VI dan Pasal VII ketentuan- melaksanakan pendaftaran tanah di seluruh
ketentuan konversi, di samping itu untuk wilayah Republik Indonesia menurut
pelaksanaan konversi yang dimaksud oleh Undang-undang Pokok Agraria yang
UUPA dipertegaskan lagi dengan individualistik komunalistik religius, selain
dikeluarkannya Peraturan Menteri Pertanian bertujuan melindungi tanah juga mengatur
dan Agraria Nomor 2 Tahun 1962 dan Surat hubungan hukum hak atas tanah melalui
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor penyerahan sertifikat sebagai tanda bukti
26/DDA/1970 yaitu Tentang Penegasan hak atas tanah bagi pemegangnya
Konversi dan Pendaftaran Bekas Hak-Hak (S.Chandra, 2005).
Indonesia Atas Tanah.
Berdasarkan urutan latar belakang
Latar belakang dibuatnya Peraturan masalah diatas maka dapat dirumuskan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 masalah sebagai berikut :
dinyatakan dalam konsiderannya dibawah
perkataan “menimbang”, yaitu : Bahwa Bagaimanakah pengaturan konversi
peningkatan pembangunan nasional yang hak atas tanah?
berkelanjutan memerlukan dukungan
jaminan kepastian hukum di biadang Bagaimana akibat hukum korversi hak

Jurnal Analogi Hukum, Volume 3, Nomor 3, 2021. CC-BY-SA 4.0 License


283
Akibat Hukum Konversi Hak Atas Tanah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pen-
daftaran Tanah

atas tanah? Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, kepada


pemegang hak atas tanah diberi wewenang
2. Metode untuk menggunakan tanah yang bersangkutan,
demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang
Tipe penelitian yang dipergunakan diatasnya sekedar diperlukan kepentingan
dalam penyusunan skripsi ini adalah langsung yang berhubungan dengan
penelitian hukum normatif. Yaitu dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas
menguraikan permasalhan-permasalahan menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
yang ada yang selanjutnya dibahas dan tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
dikaji berdasarkan teori-teori hukum dan dan Peraturan-peraturan Hukum lain yang lebih
kemudian dikaitkan dengan peraturan tinggi.
perundang-undangan yang berlaku dalam Effendi Perangin, mengatakan bahwa
praktek hukum. Jadi permasalahan yang “hukum tanah adalah keseluruhan peraturan-
terjadi dan muncul dikaji dengan peraturan hukum baik yang tertulis maupun
berlandaskan pada aturan-aturan hukum tidak tertulis yang mengatur hak-hak
yang berlaku. Pendekatan masalah yang penguasaan atas tanah yang merupakan
digunakan dalam penelitian ini adalah lembaga-lembaga hukum dan hubungan-
pendekatan perundang-undangan (statute hubungan hukum yang kongkrit” (Effendi
approach) dan pendekatan konseptual Perangin, 1989).
(conseptual approach). Hukum tanah adalah hak penguasaan atas
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan tanah. Yang dimaksud dengan penguasaan
tanah adalah “hak yang berisi serangkaian
wewenang, kewajiban dan/atau larangan bagi
Pengaturan Konversi Hak Atas Tanah pemegang haknya untuk berbuat sesuatu
mengenai tanah yang dihaki”. (Suriansyah
Pengertian konversi menurut A.P. Murhaini, 2009) Sesuatu yang boleh, wajib atau
Parlindungan adalah penyesuaian hak-hak atas dilarang untuk diperbuat yang merupakan isi
tanah yang pernah tunduk kepada sistem hukum hak penguasaan itulah yang menjadi kriteria
yang lama, yaitu hak-hak atas tanah menurut atau tolak ukur pembeda diantara hak-hak
BW dan tanah-tanah yang tunduk kepada pengeuasaan atas tanah yang diatur dalam
Hukum Adat untuk masuk dalam sistem hak- hukum tanah.
hak atas tanah menurut Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Konversi hak atas tanah adalah perubahan
Pokok Agraria (A.P. Parlidungan, 2000). status hak atas tanah menurut hukum yang lama
sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 5
Adapun menurut Effendi Perangin, Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
konversi hak-hak atas tanah adalah : Perubahan Pokok Agraria, yaitu hak atas tanah yang
hak atas tanahs ehubungan dengan berlakunya tunduk pada Hukum Barat dan Hukum Adat
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang menjadi hak atas menurut Undang-Undang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Hak- Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
hak atas tanah yang ada sebelum berlakunya Pokok-Pokok Agraria. Prinsipnya, konversi ini
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang terjadi dari hak atas tanah ke hak atas, bukan
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria diubah dari hak menguasai Negara atas tanah ke hak
menjadi hak-hak atas tanah yang ditetapkan atas tanah.
dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria Adapun yang menjadi landasan hukuman
(Pasal 16). Setiap ha katas tanah yang ada konversi terhadap hak-hak atas tanah yang ada
sebelum Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 5
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
berlaku, baik Hak Barat maupun Hak Indonesia, Pokok Agraria tanggal 24 September 1960
oleh ketentuan-ketentuan konversi Undang- adalah bagian kedua dari UUPA, tentang
Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan ketentuan-ketentuan konversi yang terdiri IX
Dasar Pokok-Pokok Agraria diubah menjadi yaitu Pasal I sampai dengan Pasal IX,
salah satu hak atas tanah yang disebut dengan khususnya untuk konversi tanah-tanah yang
Hukum Tanah yang baru (Effendi Perangin, tunduk kepada hukum adat dan sejenisnya
2000). diatur dalam Pasal II, Pasal VI dan Pasal VII
dan dipertegas lagi dengan dikeluarkannya
Atas dasar ketentuan Pasal 4 ayat (2) Peraturan Menteri Pertanian dan Agraria
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Nomor 2 Tahun 1962 dan SK Menteri dalam
Jurnal Analogi Hukum, Volume 3, Nomor 3, 2021. CC-BY-SA 4.0 License
284
Akibat Hukum Konversi Hak Atas Tanah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pen-
daftaran Tanah

Negeri Nomor 26/DDA/1970 yaitu tentang Dalam hal-hal di mana konversinya terjadi
Penegasan Konversi dan Pendaftaran Bekal karena hukum sebagai yang dimaksud di atas,
Hak-Hak Indonesia atas Tanah. baik yang memerlukan maupun yang tidak
memerlukan penegasan, maka menurut UUPA
Konversi hak-hak tanah ialah perubahan perubahan tersebut dianggap terjadi pada
hak atas tanah sehubungan dengan berlakunya tanggal 24 September 1960, yaitu tanggal mulai
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang berlakunya UUPA. Sekalipun penegasannya
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Hak- dan pencatatannya baru dilakukan kemudian.
hak atas tanah yang ada sebelum berlakunya Selain apa yang disebut di atas dijumpai pula
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang ketentuan-ketentuan yang dimaksudkan dalam
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria diubah ketentuan-ketentuan mengenai konversi, tetapi
menjadi hak-hak atas tanah yang ditetapkan pada hakikatnya hanya membuka kemungkinan
dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 diadakannya perubahan menjadi hak yang baru.
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
(Pasal 16).
Akibat Hukum Korversi Hak Atas Tanah
Kemudian ada pula konversi yang tidak
menuju pada satu hak yang tertentu. Misalnya Sebelum di undangkan Undang-Undang
hak agrarisch eigendom yang dipunyai oleh Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan dasar
orang asing. Menurut Pasal II ayat (2) ketentuan Pokok-Pokok Agraria, atau yang lebih dikenal
konversi dari UUPA hak tersebut bisa menjadi sebutan UUPA, di indonesia terdapat dua jenis
hak guna-usaha akan tetapi bisa juga menjadi hak atas tanah, yaitu:
hak guna-bangunan, tergantung pada
peruntukan tanahnya. Selain daripada itu tidak Hak atas tanah yang tunduk pada hukum
semua hak lama dikonversi menjadi salah-satu Barat. Macam hak atas tanah yang tunduk pada
hak baru. Hak erfpacht untuk pertanian kecil gukum barat adalah hak eigendom, hak Opstal,
tidak dikonversi, bahkan dengan Pasal III ayat hak Erfpacht, dan hak Vruchtgebruk, yang
(2) ketentuan konversi dari UUPA dinyatakan diatur atau dimuat dalam Buku II Burgelijk
hapus. Wetboek (BW). Hak atas tanah ini diberlakukan
bagi orang-orang yang tunduk pada Hukum
Konversi hak-hak lama menjadi suatu hak Barat, yaitu orang-orang dari Golongan Eropa.
yang baru itu pada asasnya terjadi karena Hak atas tanah yang tunduk pada Hukum Barat
hukum (van rechtswege). Ada yang terjadi didaftar oleh Pemerintah Hindia Belanda yang
dengan sendirinya, artinya tanpa diperlukan bertujuan memberikan jaminan kepastian
sesuatu tindakan dari sesuatu instansi, baik hukum. Sebagai tanda bukti terhadap hak atas
yang bersifak konstitatif ataupun deklaratoir. tanah yang tunduk pada Hukum Barat
Misalnya, menurut Pasal III ayat (1) Ketentuan- diterbitkan sertfikat.
ketentuan Konversi UUPA, Hak Erfpacht untuk
perusahaan kebun besar sejak tanggal 24 Hak atas tanah yang tunduk pada Hukum
September 1960 menjadi Hak Guna Usaha. Adat. Macam hak atas tanah tunduk pada
Jangka waktunya pun lamanya sudah hukum adat adalah hak agrarische eigendom,
ditentukan, yaitu selama sisa waktu Hak milik, yasan, andarbeni, hak atas druwe, hak
Erfpacht tersebut, tetapi selama-lamanya 20 atas druwe desa, pesini, grantdultan,
tahun. landerijenbezitrecht, altijddurende erfpacht,
hak usaha bekas tanah partikelir yang sederajat
Selain itu ada pula konversi yang juga dengan hak milik, hak gogolan, pukelan,
terjadi karena hukum, tetapi karena disertai sanggan, dan hak atas tanah yang sederajat
syarat-syarat tertentu maka diperlukan suatu dengan hak pakai, yaitu ganggan bantuik,
tindakan penegasan yang bersifat deklaratoir. anggaduh, bengkok, lungguh, dan pituwas. Hak
Sebagai misal dapat disebut konversi Hak atas tanah ini diberlakukan bagi orang-orang
Eigendom menjadi Hak Milik, yang disertai yang tunduk pada hukum adat, yaitu orang-
syarat bahwa yang mempunyainya pada tanggal orang dari golongan bumi putra. Hak atas tanah
24 September 1960 harus memenuhi syarat yang tunduk pada Hukum Adat tidak
sebagai pemilik. Dengan demikian maka untuk didaftarkan oleh pemerintah Hindia Belanda.
konversi Hak Eigendom menjadi Hak Milik Kalaupun hak atas tanah yang tunduk pada
diperlukan suatu penegasan deklaratoir bahwa hukum adat didaftarkan tujuannya bukan untuk
syarat itu dipenuhi. Sama halnya konversi Hak mewujudkan jaminan kepastian hukum
Agrarisch Eigendom juga diperlukan suatu melainkan untuk menetapkan wajib pajak atas
tindakan berupa penegasan, yang sifatnya tanah. Tanda bukti yang diterbitkan bukan
deklaratoir, yaitu apakah menjadi Hak Guna tanda bukti pemilikan tanah, melainkan tanda
Usaha atau Hak Guna Bangunan. bukti pembayaran pajak atas tanah.
Jurnal Analogi Hukum, Volume 3, Nomor 3, 2021. CC-BY-SA 4.0 License
285
Akibat Hukum Konversi Hak Atas Tanah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pen-
daftaran Tanah

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 yang ditunjuk sebagai pemegang hak milik.
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
diundangkan pada tanggal 24 September 1960, Jadi status hak dari tanah-tanah itu
yang menjadi tanda terbentuknya Hukum Tanah digantungkan kepada persyaratan subyeknya.
Nasional. Salah satu tujuan diundangkannya Tanah-tanah tersebut dikonversikan menjadi
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang hak milik bila subyeknya memenuhi syarat
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria adalah sebagai subyek hak milik, sedangkan bila tidak
meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan memenuhi syarat maka hak-hak tanah adat itu
kesatuan dalam Hukum Pertanahan. Untuk dikonversi menjadi hak guna bangunan atau hak
mewujudkan kesatuan Hukum Pertanahan, guna usaha.
maka tidak ada lagi hukum Tanah Barat dan Terhadap tanah-tanah adat yang dikuasai
Hukum Tanah Adat. Demikian pulan, tidak ada secara perseorangan yang dikelola oleh masing-
lagi hak atas tanah yang tunduk pada Hukum masing krama desa pekraman telah banyak
Barat dan hak atas tanah yang tunduk pada yang dikonversi atau dicarikan sertifikat,
Hukum Adat. Dengan diundangkan Undang- sehingga mengakibatkan tanah-tanah ini akan
Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan semuanya menjadi berstatus hak milik
Dasar Pokok-Pokok Agraria, maka hanya ada perseorangan, dimana tanah tersebut nantinya
satu hak atas tanah yaitu hak atas tanah yang akan bisa dianggap sebagai tanah yang bebas
diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun dan terlepas dari hubungan dengan desa adat.
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria. Secara tradisional tanah adat mempunyai
fungsi sebagai berikut : (a) Tanah adat
Atas dasar tersebut, adapun akibat hukum berfungsi ekonomis. Tanah-tanah adat
konversi hak atas tanah adalah: dimilikinya khususnya yang berupa tanah pertanian (sawah,
sertifikat hak milik atas tanah secara sah, tegalan) semenjak dahulu memang telah dipakai
dengan bukti sertifikat, Adanya dasar hukum sebagai sarana pokok dan penunjang dalam
kepemilikan tatkala terjadi kasus/perselisihan kehidupan rumah tangga. Hasil-hasil yang dapat
atas tanah tersebut, dapat dipakai sebagai dinikmati dari tanah-tanah ini sedapat mungkin
jaminan/agunan di Bank. Secara yuridis dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup
keberadaan tanah-tanah adat diakui dengan sehari-hari, sehingga diamati segi tanggung
tegas oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun jawab dari persekutuan dalam menjamin
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok kelangsungan hidup warganya. Jaminan
Agraria (UUPA). Pengakuan yuridis terhadap ekonomi seperti ini adalah wujud dari prinsip
tanah adat dalam Undang-Undang Nomor 5 salulung sabayantaka yang bermakna semua
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- untuk semua. (b) Tanah adat berfungsi sosial.
Pokok Agraria ini belum cukup memberi Fungsi sosial disini tidak berbeda sebagaimana
penjelasan terhadap kedudukan tanah adat dimaksud oleh Pasal 6 UUPA. Ini berarti hak
terutama bila dikaitkan dengan status hak serta atas tanah apapun yang ada pada seseorang atau
subyek yang menguasainya. Persoalan badan hukum, tidaklah dapat dibenarkan bahwa
mengenai status hak dari tanah-tanah adat tanahnya itu akan dipergunakan (tidak
muncul apabila dikaitkan dengan jenis-jenis hak dipergunakan) semata-mata untuk kepentingan
atas tanah yang dikenal dalam Undang-Undang pribadi apalagi kalau hal itu menimbulkan
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar kerugian bagi masyarakat. Fungsi sosial ini
Pokok-Pokok Agraria, sebab status hak dari dapat dilihat pada penyediaan tanah milik desa
tanah-tanah adat itu sangat tergantung kepada untuk dipakai sekolah, lapangan kantor dan
subyek yang menguasai tanah tersebut seperti sebagainya. (c) Tanah adat berfungsi
ditentukan dalam ketentuan konversi dari keagamaan. Hal ini dapat kita amati dari beban
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang kewajiban “ngayahang” yang menyertai bagi
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. barang siapa yang menguasai tanah adat.
Berdasarkan bunyi Pasal II ketentuan Kewajiban ngayahang dapat berupa : Tenaga
konversi dari UUPA kiranya sudah jelas bahwa yaitu menyediakan diri untuk ngayah ke desa
bagi tanah-tanah adat yang ada di Bali akan dan ngayah ke pura/khayangan desa, misalnya
dikonversi menjadi hak milik, dikecualikan jika gotong royong membersihkan desa/pura desa.
yang mempunyainya tidak memenuhi syarat Material yaitu menyediakan uang atau benda
sebagaimana ditentukan oleh Pasal 21 Undang- lainnya. Misalnya membayar peturunan (iuran),
Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan pepeson (beras, janur, buah-buahan dan lain-
Dasar Pokok-Pokok Agraria. Misalnya bagi lain) yang dipergunakan oleh desa dan pura.
orang asing atau yang mempunyai Dengan adanya konversi hak atas tanah
kewarganegaraan rangkap atau badan hukum adat menjadi hak milik akan mengakibatkan
Jurnal Analogi Hukum, Volume 3, Nomor 3, 2021. CC-BY-SA 4.0 License
286
Akibat Hukum Konversi Hak Atas Tanah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pen-
daftaran Tanah

pergeseran status dan fungsi nantinya, dimana Effendi, P. (1989). Hukum A graria di Indonesia
kalau dilihat dari segi status tentu saja tanah- Suatu Telaah Dari Sudut Pandang
tanah adat yang dikonversi menjadi hak milik Praktisi Hukum, Rajawali Press:
itu akan berstatus hak milik perseorangan. Jakarta
Sedangkan kalau penglihatan diarahkan pada
fungsi sosial, kiranya tidaklah akan ada Parlindungan, A.P. (2008). Komentar atas
pergeseran sebab siapapun nantinya sebagai Undang-Undang Pokok Agraria,
subyek hak, apakah itu persekutuan ataupun Mandar Maju:Bandung
perseorangan ia akan tetap tunduk pada Murhaini, S. (2009). Kewenangan Pemerintah
ketentuan Pasal 6 UUPA. Kalau dilihat dari Daerah Mengurus Bidang Pertanahan,
fungsi keagamaan dari tanah-tanah adat maka Laksbang Justitia: Surabaya
akan ada variasi, dimana tanah-tanah adat yang
langsung berhubungan dengan kegiatan Santoso, U. (2014). Hukum A graria Kajian
keagamaan (pura) ia akan tetap berfungsi Komprehensif, Kencana Prenada
sebagai demikian sebab tanah tersebut sudah Media Group:Jakarta
atas nama pura walaupun dulunya atas nama
desa. Sedangkan tanah-tanah adat yang tidak Santoso, U. (2014). Pendaftaran dan Peralihan
langsung berhubungan dengan kegiatan di Pura Hak Atas Tanah, Kencana
seperti : druwe desa dan bukti maka kecil Prenadamedia Group, Jakarta.
kemungkinan untuk mengalami pergeseran
fungsi dalam arti pemanfaatan tanah tersebut.
4. Simpulan
Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat
ditarik simpulan sebagai berikut :
Pengaturan konversi hak atas tanah antara
lain sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria Pasal 2 Ayat (1) dan Surat
Keputusan Menteri Agraria Nomor 2 Tahun
1962 tentang Penegasan Konversi dan
Pendaftaran Berkas Hak-Hak Indonesia Atas
Tanah meletakkan dasar-dasar untuk
mengadakan kesatuan dalam Hukum
Pertanahan. Untuk mewujudkan kesatuan
Hukum Pertanahan, dimana tidak ada lagi
hukum Tanah Barat dan Hukum Tanah Adat.
Demikian pula, tidak ada lagi hak atas tanah
yang tunduk pada Hukum Barat dan hak atas
tanah yang tunduk pada Hukum Adat.
Akibat hukum korversi hak atas tanah
antara lain : Dimilikinya sertifikat hak milik
atas tanah, dari hak penguasaan hak atas tanah
atau pengelolaan setelah di konversi
sebagaimana hak-hak atas tanah di atur dalam
Pasal 20 mengenai hak-hak atas tanah; Adanya
dasar hukum kepemilikan tatkala terjadi kasus/
perselisihan atas tanah tersebut; Dapat dipakai
sebagai jaminan/agunan di Bank.
Daftar Pustaka
Ari S. (2005). Tebaran Pemikiran Seputar
Masalah Hukum Tanah, Lembaga
Pemberdayaan Hukum Indonesia:
Jakarta.
Chandra S. (2005). Sertifikat Kepemilikan Hak
Atas Tanah, Grasindo: Jakarta.
Jurnal Analogi Hukum, Volume 3, Nomor 3, 2021. CC-BY-SA 4.0 License
287

Anda mungkin juga menyukai