5078 9896 1 SM
5078 9896 1 SM
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
145020100111011
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL
Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang
dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 14 Mei 2018
Malang, 14
Mei 2018
Dosen
Pembimbing,
ABSTRAK
Kebijakan upah minimum merupakan alat proteksi bagi pekerja untuk mempertahankan
agar nilai upah yang diterima tidak menurun, sehingga pekerja dapat memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Melihat kondisi upah minimum yang terus meningkat
disetiap tahunnya, mayoritas angkatan kerja Indonesia masih berpendidikan rendah,
dengan presentase sebesar 59,61%. Sejalan pula dengan teori dan penelitian yang telah
dilakukan oleh para ahli, menurut mayoritas literatur yang ada menyatakan bahwa
kelompok pekerja yang rentan terhadap dampak kenaikan upah minimum adalah pekerja
yang berusia muda/remaja, perempuan pekerja, dan pekerja dengan tingkat pendidikan
atau keterampilan yang lebih rendah. angkatan kerja di Jawa Timur juga masih
didominasi oleh penduduk dengan tingkat pendidikan rendah. Jumlah angkatan kerja
tertinggi masih didominasi oleh penduduk dengan tingkat pendidikan sekolah dasar, hal
ini sejalan dengan kondisi angkatan kerja secara nasional dimana penduduk angkatan
kerja tertinggi berasal dari tamatan sekolah dasar Pada penelitian ini menggunakan data
sekunder dengan metode kuantitatif. Analisis data menggunakan analisis data panel,
yaitu gabungan antara data time series dan cross section. Data time series menggunakan
periode tahun 2006-2017 dan data cross section dari 38 kabupaten/kota. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara simultan semua variabel berpengaruh signifikan terhadap
pengangguran terdidik. Sedangkan secara parsial menunjukkan bahwa variabel upah
minimum memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja
berpendidikan rendah, variabel proporsi sektor industri terhadap PDRB memiliki
pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja berpendidikan
rendah, serta variabel jumlah angkatan kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah.
A. PENDAHULUAN
Hal ini diperjelas kembali dengan pernyataan Stewart dan Swaffield (2008); Gindling
dan Terrell (2007), yaitu dengan adanya biaya pekerjaan tetap yang tinggi (seperti biaya
perekrutan, biaya pelatihan, dan tunjangan), kenaikan upah minimum diprediksi akan
menyebabkan peningkatan jam kerja dari pekerja yang tetap bekerja (biasanya pekerja
dengan keahlian tinggi) yang menyebabkan penurunan jumlah pekerja terampil rendah. Jam
kerja dari pekerja dengan keahlian tinggi akan bertambah akibat kenaikan upah minimum,
hal ini dilakukan oleh perusahaan dalam rangka mengkompensasi pengurangan jumlah
pekerja akibat kenaikan upah minimum, kondisi ini dikenal sebagai efek substitusi antara
jam bekerja dengan pekerja.
Tabel 2 menunjukkan bahwa angkatan kerja di Jawa Timur juga masih didominasi
oleh penduduk dengan tingkat pendidikan rendah. Jumlah angkatan kerja tertinggi masih
didominasi oleh penduduk dengan tingkat pendidikan sekolah dasar, hal ini sejalan dengan
kondisi angkatan kerja secara nasional dimana penduduk angkatan kerja tertinggi berasal
dari tamatan sekolah dasar.
Hingga bulan November 2017 lalu, para pekerja di Jawa Timur masih melakukan
demo dalam rangka menuntut adanya kenaikan upah minimum dan menolak kenaikan
UMK 2018 yang bernilai 8,71 % dari UMK 2017. Secara prinsip, para pekerja di Jawa
Timur merasa kecewa atas keputusan gubernur yang menetapkan UMK berdasarkan PP 78
tahun 2015, dimana kenaikan UMK hanya berpedoman pada kenaikan inflasi dan
pertumbuhan ekonomi, bukan berdasarkan survei Kebutuhan Hidup Layak (KHL) di
masing-masing daerah. Hal ini secara langsung menggambarkan bahwa upah minimum
yang ditetapkan oleh pemerintah masih dirasa kurang untuk mencukupi kebutuhan sehari-
hari para pekerja. Tidak dapat kita pungkiri, harga kebutuhan pokok di pasar seringkali
mengalami fluktuasi, yang mana cukup meresahkan masyarakat, terutama bagi masyarakat
dengan pendapatan rendah. Tentunya pekerja tersebut menginginkan kenaikan upah atas
hasil kerjanya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
B. TINJAUAN PUSTAKA
C. METODE PENELITIAN
Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah di Jawa
Timur menggunakan data selama 10 tahun yaitu 2006-2015.
Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data panel. Data panel
menggunakan cross section dari 38 kabupaten/kota pada di Jawa Timur dan time series
tahun 2006- 2015. Data pada penelitian ini bersumber dari Badan Pusat Statistik Provinsi
Jawa Timur.
Dalam penelitian ini metode analisis data menggunakan regresi data panel untuk
menganalisis hubungan antara variabel dependen dan independen. Dalam analisis data
panel dikenal tiga macam pendekatan yang terdiri dari pendekatan common effect model
(CEM), fixed effect model (FEM), dan random effect model (REM). Dalam analisis data
panel menggunakan uji pemilihan model dengan LM Test, Chow Test dan Hausman Test
untuk mengetahui model penelitian yang cocok. Adapun model penelitian sebagai berikut:
Pada penelitian ini menggunakan Fixed Effect Model (FEM) sebagai model yang tepat
untuk mengetahui pengaruh variabel dependen terhadap variabel independen. Berikut ini
merupakan hasil regresi data panel menggunakan Fixed Effect Model (FEM).
F(3,339) = 7,92
corr(u_i, X) = 0 (assumed) Prob > F = 0.0000
----------------------------------------------------------------------------
| Robust
PTKB | Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]
-----------+----------------------------------------------------------------
UMK | -.1032389 .0522955 -1.97 0.048 -.2057362 -.0007416
PDRB | .0007687 .001498 0.86 0.608 -.0021673 .0037047
AK | .3765576 .1495374 0.02 0.012 .0834698 .6696454
_cons | 3.893454 .963906 4.04 0.000 2.004233 5.782675
-----------+----------------------------------------------------------------
sigma_u | .08112108
sigma_e | .07606241
rho | .53214993 (fraction of variance due to u_i)
Dari hasil regresi data panel tersebut, menghasilkan model persamaan regresi
sebagai berikut :
Berdasarkan hasil regresi data panel di atas dapat dilihat hasil uji signifikansi secara
parsial dengan melihat dari nilai probabilitas, jika nilai probabilitas < α (0,05/0,10) maka
secara parsial variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen,
begitu sebaliknya. Dari hasil regresi tersebut menunjukkan bahwa secara parsial variabel
upah minimum dan jumlah angkatan kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah. Sedangkan variabel proporsi sektor
industri terhadap PDRB memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga
kerja berpendidikan rendah.
Hasil uji signifikansi secara simultan dapat dilihat berdasarkan nilai probabilitas F
statistik, jika Prob(F-statistic) < α (0,05) maka secara simultan variabel independen
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Dari hasil regresi tersebut
menunjukkan bahwa upah minimum, proporsi sektor industri terhadap PDRB dan jumlah
angkatan kerja secara simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga
kerja berpendidikan rendah. Hasil koefisien determinasi dalam penelitian menunjukkan
nilai sebesar 0.9263, dilihat dari nilai R-squared pada hasil regresi. Hal ini menunjukkan
bahwa kontribusi terhadap variabel pengangguran terdidik dijelaskan sebesar 92,63%
oleh variabel upah minimum, proporsi sektor industri terhadap PDRB dan jumlah
angkatan kerja. Sedangkan kontribusi pengaruh terhadap variabel pengangguran terdidik
lainnya sebesar 7,37% dijelaskan oleh variabel lain atau error.
9
Pembahasan
Berdasarkan hasil regresi, diperoleh hasil bahwa koefisien dari upah minimum
bertanda negatif dengan nilai sebesar -0,1032389 dan nilai signifikansi sebesar -1,97 (lebih
kecil dari α 5% atau 0.05). Artinya bahwa variabel upah minimum memiliki pengaruh
negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah di Jawa
Timur. Hal ini menunjukkan bahwa jika upah minimum meningkat, maka penyerapan
tenaga kerja berpendidikan rendah akan menurun, begitu pula berlaku sebaliknya.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Simanjutak (1992) dimana kenaikan
upah minimum akan berpengaruh secara signifikan terhadap kondisi perusahaan,
perusahaan akan cenderung untuk mempekerjakan tenaga kerja dengan pendidikan dan
produktivitas yang tinggi dengan tingkat upah yang tinggi pula. Kaitannya adalah dengan
produktivitas tenaga kerja tersebut, perusahaan akan merasa kurang diuntungkan akibat
produktivitas rendah dari tenaga kerja berpendidikan rendah namun harus diberi upah tinggi
akibat kebijakan upah minimum. Maka pilihannya adalah perusahaan akan mengurangi
tenaga kerja berpendidikan rendah yang kemudian disubstitusikan dengan tenaga kerja
dengan pendidikan tinggi. Hal ini didukung oleh Gindling dan Terrell (2007), yang
menyatakan pula bahwa dengan adanya kenaikan upah minimum, diprediksi akan
menyebabkan peningkatan jam kerja dari pekerja yang tetap bekerja (biasanya pekerja
dengan keahlian tinggi) yang menyebabkan penurunan jumlah pekerja terampil rendah. Jam
kerja dari pekerja dengan keahlian tinggi akan bertambah akibat kenaikan upah minimum,
hal ini dilakukan oleh perusahaan dalam rangka mengkompensasi pengurangan jumlah
pekerja akibat kenaikan upah minimum.
Fenomena ini dibuktikan pula dengan adanya pengenaan upah sektoral yang
diberlakukan di Jawa Timur. Pengenaan upah sektoral ini diberlakukan untuk tiga
kabupaten/kota di Jawa Timur, yaitu Surabaya, Sidoarjo, dan Pasuruan. Adanya pengenaan
upah sektoral ini membebani perusahaan sebesar 5%. Hal ini berpengaruh terhadap
keputusan perusahaan untuk bergeser dari industri padat karya menjadi padat modal, dan
bahkan pilihan yang lebih ekstrim lagi yaitu memindahkan perusahaan ke Negara lain. Hal
inilah juga yang kemungkinan besar menjadi salah satu penyebab mengapa pada setiap
tahunnya penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah mengalami penurunan.
Berdasarkan hasil regresi, diperoleh hasil bahwa koefisien dari Proporsi sektor
industri terhadap PDRB bertanda positif dengan nilai sebesar 0,0007687 dan nilai
signifikansi sebesar 0.86 (lebih besar dari α 5% atau 0.05). Artinya, bahwa variabel
proporsi sektor industri terhadap PDRB memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah di Jawa Timur. Hal ini
menunjukkan bahwa jika proporsi sektor industri terhadap PDRB mengalami penurunan,
maka penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah akan menurun pula, berlaku
sebaliknya.
Hal ini diperkuat dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Muhtamil (2017),
dimana variabel industri berpengaruh positif terhadap peningkatan proporsi tenaga kerja,
yaitu setiap peningkatan 1% jumlah unit usaha pada sektor industri akan meningkatkan 2%
penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jambi. Selaras dengan penelitian terdahulu, hasil
regresi yang telah dilakukan bahwa setiap kenaikan 1% akan menyebabkan peningkatan
penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah 0,0007687%.
10
Proporsi sektor industri terhadap PDRB mengalami penurunan. Tren menurun ini
selaras dengan penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah yang besarannya setiap tahun
juga menurun. Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Zilfiyah (2014) penyebab
ketidaksignifikanan dari proporsi PDRB sektor industri terhadap penyerapan tenaga kerja
di adalah bahwa sektor industri di Jawa Timur lebih banyak yang bersifat padat modal.
Sehingga walaupun PDRB sektor industri di Jawa Timur nilainya relatif tinggi, namun
tidak atau belum mampu diikuti dengan perkembangan atau pertumbuhan penyerapan
tenaga kerjanya.
Berdasarkan hasil regresi, diperoleh hasil bahwa koefisien dari Jumlah Angkatan
Kerja bertanda positif dengan nilai sebesar 0,3765576 dan nilai signifikansi sebesar 0.02
(lebih kecil dari α 5% atau 0.05). Artinya, bahwa variabel jumlah angkatan kerja memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah di
Jawa Timur. Hal ini menunjukkan bahwa jika jumlah angkatan kerja mengalami penurunan,
maka penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah akan menurun pula, berlaku
sebaliknya.
Sesuai dengan hasil regresi yang telah ada bahwa setiap kenaikan 1% akan
menyebabkan peningkatan penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah
0,0007687%.secara umum tren angkatan kerja di Jawa Timur mengalami penurunan di
setiap tahunnya. Begitu pula dengan penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah juga
mengalami penurunan dari tahun ketahun. Hal ini diperkuat pula dengan hasil penelitian
Bird dan Manning (2003) yang menyatakan bahwa variabel angkatan kerja merupakan
variabel kontrol dari sisi penawaran. Dimana apabila variabel angkatan kerja mengalami
penurunan, maka berlaku pula pada penyerapan tenaga kerja yang juga mengalami
penurunan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan mengenai
pengaruh upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah di Jawa
Timur, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1) Hasil Variabel upah minimum (X1), proporsi sektor industri terhadap PDRB (X2), dan
jumlah angkatan kerja (X3) sebagai variabel independen menunjukan kemampuan
dalam menjelaskan variabel dependen sebesar 92,63% sedangkan 7,37% dijelaskan oleh
faktor lain diluar dari model penelitian.
2) Variabel upah minimum kabupaten/kota memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif
terhadap penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah, begitupun dengan variabel
jumlah angkatan kerja juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyerapan
tenaga kerja berpendidikan rendah. Sedangkan untuk variabel proporsi sektor industri
terhadap PDRB memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga
kerja berpendidikan rendah.
Saran
beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah maupun bagi pihak-
pihak lain. Adapun saran yang diberikan sebagai berikut:
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut andil dalam
penelitian sehingga jurnal ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih secara khusus
kami sampaikan kepada jajaran Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan Jurusan
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya yang memungkinkan
jurnal ini bisa diterbitkan.
DAFTAR PUSTAKA
Bird, Kelly and Chris Manning. 2003. Impact of Minimum Wage Policy on Employment
and Earnings in the Informal Sector: The Case of Indonesia.
Sholeh, Maimun. 2007, Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja serta Upah: Teori serta
beberapa potretnya di Indonesia, Yogyakarta, Jurnal Ekonomi dan Pendidikan,
volume 4 nomor 1.
Zilfiyah, Siti. 2013. “Analisis Kontribusi Sektor Industri terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Sektor Industri di Indonesia (periode tahun 2004-2010)”, Malang, Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Brawijaya.