Neonatus Hernia
Neonatus Hernia
PENDAHULUAN
Hernia berasal dari bahasa Latin, herniae yang berarti penonjolan isi suatu rongga melalui
jaringan ikat tipis yang lemah (defek) pada dinding rongga itu. Diafragmatika adalah struktur
Hernia diafragmatika adalah masuknya organ-organ abdomen melalui defek (lubang) pada
diafragma ke dalam rongga toraks. Penyebab hernia diafragmatika yang sering dijumpai adalah
Secara umum terdapat tiga tipe dasar hernia diafragmatika yaitu hernia Bochdalek (melalui
defek posterolateral), hernia Morgagni (melalui defek anterio retrosternal) dan hernia hiatus esofagus.
2,3 Hernia Bockdalek paling banyak dijumpai pada bayi dan anak-anak. Pada dewasa sangat jarang
(sekitar 10% dari semua kasus) dan sering terjadi misdiagnosis dengan pleuritis atau tuberkulosis
paru. Kadang-kadang pada anak yang lebih besar juga sering diduga sebagai staphylococcal
pneumonia.
Insiden pasti hernia diafragma sulit diperkirakan karena separuhnya meninggal dalam
kandungan atau meninggal saat neonatus belum dibawa ke pusat rujukan atau sebelum diagnosis
ditegakkan Insiden hernia Bochdalek dilaporkan 1 : 2000-4000 kelahiran hidup dengan perbandingan
laboratorium. Hernia Bochdalek memberikan gejala kardiopulmonal yang berat, seperti sesak nafas
segera setelah lahir dengan mortalitas yang tinggi, 40-50% sebelum pemakaian dan 30 %, setelah
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Embriologi
janin terbungkus pada minggu ke 4-5, maka septum transversum membentuk lapisan
menutup secara komplit untuk memisahkan rongga dada dengan rongga perut tetapi
esofagus. Oleh karena itu, pada kehamilan minggu ke 6-7 kanal pleuroperitoneal akan
kanal tetap terbuka ketika usus sudah masuk ke rongga perut pada minggu 10
kehamilan. Sebagian usus dan visera lainnya masuk ke toraks dan akan menekan paru
2.2 Anatomi
Diafragma adalah struktur otot dan tedon yang memisahkan rongga dada
dengan rongga perut. Bagian tengah/sentral diafragma adalah tendon yang dikelilingi
oleh lingkaran otor (muscular rim) di bagian luarnya serta krura diafragmatika kanan
dan kiri. Krura diafragma kanan dan kiri adalah dua pita otot yang masing-masing
2
berasal dari korpus vertebra L1-L3 dan L1-L2. Kedua pita otot ini berakhir
muscularis terletak di bagian luar. Terbagi menjadi (1) pars sternalis, (2) pars costalis,
dan (3) pars lumbalis. Ketiga bagian ini melekat pada centreum tendineum. 2. Pars
sternalis melekat pada permukaan dorsal processus xiphoideus. Pada setiap sisi
dibentuk oleh pars sternalis dan pars costalis. Lubang ini dilalui oleh vasa epigastica
superior dan pembuluh lymphe. Pada lubang ini sering terjadi hernia diafragmatica.
3
Di antara pars costalis dan pars lumbalis terdapat celah dinamakan trigonum
costolumbalis. Hiatus aorticus dibentuk oleh crus mediale sinister dan dexter, letaknya
setinggi vertebraTh. 12-L1. Disebelah ventral hiatus aorticus agak ke kiri terdapat foramen
oesophageum setinggi vertebra Th. 10 dilalui oleh oesophagus dan N.Vagus. Foramen vena
cava yang dilalui oleh vena cava inferior terletak setinggi vertebra Th. 8, sebelah anterior
foramen oesophageum agak ke kanan. Vena azygos dan nn. splanchnici berjalan melawati
celah yang terdapatdi antara crusmedialedancrus intermedius. Antara crus intermedius dan
2.3. Definisi
Hernia Diafragmatika adalah penonjolan organ perut ke dalam rongga dada melalui
suatu lubang pada diafragma. Sesuai penjelasan sebelumnya terdapat tiga tipe dasar hernia
4
2.4. Insidensi
insiden antara 1:2000 sampai 1:5000 bayi yang lahir hidup. 80-90 % hernia diafragmatika
kongenital terjadi pada sisi kiri. Kantung dan sakkus hernia hanya terdapat pada 20% kasus.
Hernia retrosternal disebut hernia Morgagni sangat jarang terjadi yaitu hanya sekitar 2-6%
Etiologi pasti HDK belum diketahui tetapi diduga gangguan pembentukan membran
peritoneum bersatu melalui sepasang kanal pleuroperitoneal. Pada minggu ke delapan, kavum
tidak komplit maka terjadilah defek diafragma posterolateral. Hipotesis terbaru telah muncul
berdasarkan model HDK pada tikus yang terpajan nitrofen. Pemeriksaan dengan mikroskop
elektron pada tikus yang terpajan nitrofen menunjukkan bahwa HDK disebabkan oleh
gangguan pembentukan “posthepatic mesenchymal plate” dimana lempeng ini juga berperan
untuk penutupan kanal pleuroperitoneual. Walaupun pernah dilaporkan kasus yang bersifat
familial (genetik), tetapi pada umumnya kasus HDK bersifat sporadik. HDK berkaitan dengan
trisomi kromosom 18, 21, dan 22 tetapi etiologi genetiknya yang spesifik belum diketahui.
Hernia Morgagni disebabkan oleh kegagalan fusi (penyatuan) bagian sternal dan
bagian krural diafragma. Pada lokasi yang dilintasi oleh arteri epigastrika superior. Hernia
Morgagni berkaitan dengan penyakit jantung kongenital dan trisomi kromosom 21. Terdapat
varian hernia retrosternal yang berkaitan dengan pentalogy Cantrell yaitu omphalokel, inferior
sternal cleft, defek jantung berat (misalnyaectopiacordis), hernia diafragmatika dan defek
perikardial. Varian ini disebabkan oleh kegagalan pembentukan septum transversum pada
masa embrio.
5
adalah hernia diafragmatika dari membrane pleuroperitoneal untuk berkembang dan menutup
sebelum usus kembali ke abdomen pada minggu ke 10 gestasi. Usus kemudian memasuki
rongga pleural dan menyebabkan perkembangan paru yang buruk sehingga terjadi hipoplasia
paru (penurunan jumlah alveoli per area paru). Hati dan limpa mungkin juga akan ikut masuk
ke dalam rongga thoraks. Frekuensi hernia ini adalah 1:2000 kelahiran hidup dan umumnya
bayi yang di diagnosis dengan hernia ini sebanyak 60% akan meninggal. Hernia ini paling
sering mengenai foramen Bochdalek bagian kiri (90% terdapat pada bagian kiri diafragma).
dengan derajat hipoplasia pada bagian paru yang terkena hernia. Kematian disebabkn oleh
hipertensi pulmonal yang menetap dan kegagalan kompensasi paru yang sehat.
pada 1769. Hernia Morgagni adalah hernia congenital yang jarang terjadi. Terjadi pada
retrosternal atau di kedua sisi sternum (parasternal). Didapatkan kurang dari 2% dari semua
defek diafragma. Hampir selalu asimtomatik, dapat muncul pada anak-anak yang sudah besar
atau bahkan orang dewasa dengan gastrointestinal yang minimal. Ditemukan secara tidak
sengaja pada saat dilakukan radiografi thorak rutin. Defek dari hernia morgagni dapat berisi
hatiatau sebagian usus. Hernia ini dapat disertai dengan defek jantung, trisomy 1 atau
omphalochele.
3. Hernia Esophageal Dua tipe dari hernia esophagus dikenal sebagai hernia hiatal
dan paraesophageal. Hernia hiatal merujuk kepada hernia dari rongga perut ke rongga dada
melalui hiatus esophagus. Hernia hiatal dapat disebabkan oleh factor congenital , traumatic
atau iatrogenic. Kebanyakan menghilang saat penderita memasuki usia 2 tahun, akan tetapi
semua bentuk hernia hiatal dapat menjadi penyebab peptic esofagitis karena refluks
gastroesofageal
adalah konsekuensi langsung dari kompresi paru yang sementara berkembang oleh viscera
6
hernia. Derajat atau beratnya hipoplasia paru tergantung pada lamanya dan waktu herniasi
viscera ke dalam rongga dada. Hipoplasia lebih berat pada sisi yang terkena tetapi terjadi pada
kedua sisi. Pertukaran gas pada paru-paru yang kecil tersebut sangat kurang karena
alveoli matur, dan defisiensi surfaktan. Alveoli paru pada HDK immatur dan septum
intraalveolar menebal. Pada vaskularisasi paru terjadi peningkatan otot pada dinding arteriol
Karena vaskuler paru banyak mengandung otot maka terjadi hipertensi pulmoner, dan
akhirnya gagal pernapasan akut. Hipoplasia ventrikel kiri juga terdapat pada HDK dan
semakin memperburuk fungsi kardiopulmoner.(3, 10) Paru hipoplastik pada pasien HDK
secara fungsional immatur dan tidak mampu melakukan pertukaran gas yang adekuat. Pada
kebanyakan kasus, fungsi alveoli tidak optimal sehingga akan cepat terjadi hipoksemia,
hiperkapnea dan asidosis. Arteri paru yang mengalami muskularisasi cepat mengalami
vasokonstriksi sebagai respon terhadap tekanan oksigen yang rendah dan asidosis. Respon
vasokonstriksi yang semakin bertambah dan menetap ini akan mengakibatkan hipertensi
pulmoner. Hipertensi pulmoner pada bayi dengan HDK akan menyebabkan kembali ke pola
sirkulasi janin yaitu rightto left shunting melalui duktus arteriosus dan foramen ovale. Juga
terjadi shunting pada paru. Right to left shunting lebih lanjut akan mengurangi pertukaran gas
sehingga semakin memperberat hipoksia, hiperkapnea, dan asidosis. Lingkaran proses ini
akan terus berlanjut dan akhirnya dengan cepat akan mengakibatkan hipotensi, syok dan
seperti pada defek diafragma posterolateral. Obstruksi gastrointestinal atau iskemia dan
perkembangan patofisiologinya adalah gambaran klinik dari lesi ini apabila simptomatik.
bergejala sebelum usia dewasa. Sebaliknya hernia Bockdalek menyebabkan gangguan nafas
segera setelah lahir sehingga memerlukan pembedahan darurat. Anak sesak terutama kalau
tidur datar, dada tampak menonjol, tetapi gerakan nafas tidak nyata. Perut kempis dan
7
menunjukkkan gambaran scapoid. Pulsasi apek jantung bergeser sehingga kadang-kadang
terletak d hemithoraks kanan. Bila anak didudukan dan diberi oksigen, maka sianosis akan
berkurang.
Lambung, usus dan bahkan hati dan limpa menonjol melalui hernia. Jika hernianya
besar, biasanya paru-paru pada sisi hernia tidak berkembang secara sempurna. Setelah lahir,
bayi akan menangis dan bernafas sehingga usus segera terisi oleh udara. Terbentuk massa
yang mendorong jantung sehingga menekan paru-paru dan terjadilah sindroma gawat
pernafasan.
kebiruan akibat kekurangan oksigen). - Takipneu (laju pernafasan yang cepat). - Bentuk
dinding dada kiri dan kanan tidak sama (asimetris). - Takikardia (denyut jantung yang cepat).
fremitus menghilang, suara pernafasan menghilang dan mungkin terdengar bising usus pada
diafragma preoperative menyebabkan sering terjadinya kesalahan diagnosis dan untuk itu
Gerakan dada pada saat bernafas tidak simetris. - tidak terdengar suara pernafasan pada sisi
hernia. - bising usus terdengar di dada. - perut teraba kosong. - Rontgen dada menunjukkan
diafragmatika dengan eventerasi. Bila perlu dapat pula dilakukan untuk membuktikan
8
2.9 Diagnosis Banding
Eventrasio Diafragmatika
Paralisis diafragma
2.10 Penatalaksanaan
Anak ditidurkan dalam posisi duduk dan dipasang pipa nasogastrik yang dengan
teratur dihisap. Diberikan antibiotika profilaksis dan selanjutnya anak dipersiapkan untuk
operasi. Hendaknya perlu diingat bahwa biasanya (70%) kasus ini disertai dengan hipospadia
paru. Pembedahan elektif perlu untuk mencegah penyulit. Tindakan darurat juga perlu jika
dijumpai insufisiensi jantung paru pada neonatus. Reposisi hernia dan penutupan defek
2.11.1 Definisi
herniasi intestinal dan kadang-kadang lien dan hepar melalui defek di daerah posterolateral
dari diafragma.
2.11.2 Patofisiologi
Pada usia kehamilan 2 bulan tidak ada penekanan terhadap diagfragma yang sedang
berkembang baik dari rongga dada maupun dari rongga abdomen. Di dalam rongga dada, paru
belum berkembang, sedangkan di dalam rongga abdomen usus mengambil tempat di luar
abdomen yaitu di umbilikus. Tekanan mekanik pertama yang diterima oleh diafragma adalah
saat usus kembali dari umbilikus ke intra abdomen pada minggu ke–10. Saat itu bagian-
bagian diafragma telah menempati tempat yang normal untuk menerima penekanan sebagai
pertumbuhan diafragma yang normal atau timbul dari daerah yang memang rawan terhadap
9
penekanan yaitu foramen Bochdalek, foramen Morgagni, dan hiatus esofagus. Gangguan
gangguan fusi antar unsur-unsur pleuroperitonei atau gangguan pembentukan otot, yang dapat
2.11.3 Insiden
Insiden hernia Bochdalek berkisar 1 dari 2000 – 4000 kelahiran hidup dengan
perbandingan jenis kelamin laki-laki : perempuan 1,5 : 1, merupakan 8% dari seluruh anomali
kongenital mayor, serta terbanyak timbul di daerah sebelah kiri. Risiko timbulnya hernia
2.11.4 Etiologi
Belum diketahui secara pasti, dan tidak ada satupun mutasi gen yang bertanggung
jawab terhadap terjadinya kelainan ini.2 Hernia diafragmatika kongenital familial sangat
jarang dijumpai dan diduga melibatkan banyak faktor atau suatu pola autosomal resesif.2
Skarsgard dan Harrison7 mengemukakan suatu studi populasi yang menunjukkan 30% dari
janin dengan hernia diafragmatika meninggal sebelum lahir dan terkait dengan kelainan
2.11.5 Diagnosis
merupakan manifestasi klinis hernia diafragmatika yang dapat terjadi segera setelah lahir atau
timbul 24- 48 jam setelah periode stabil. Manifestasi awal meliputi takipneu, grunting,
retraksi dinding dada, pucat, sianosis dan tanda klinis shunting dan persistent fetal circulation.
10
5 Pada pemeriksaan fisik didapat abdomen yang scaphoid, barrel chest, distress nafas/
sianosis dan pulsasi apeks jantung ke arah kontralateral. Keempat kelainan ini (tetrad)
merupakan salah satu kriteria penting untuk penentuan diagnosis.5 Peristaltik pada sisi toraks
yang terkena, tidak selalu terdengar pada auskultasi.3 Keadaan klinis yang dominan menurut
Johnson dan Steinberg3 adalah terganggunya fungsi pernapasan akibat desakan abdomen
terhadap paru, hipoplasia paru, dan hipertensi pulmonal yang akhirnya dapat menimbulkan
2.11.6 Laboratorium
Analisis gas darah, untuk menentukan adanya asidosis respiratorik akibat distress
nafas, analisis gas darah dapat sebagai indikator sederhana untuk menilai derajat hipoplasia
paru dan dapat diduga adanya hipoplasia paru yang berat bila PCO2 diatas 50 torr.7
sehingga dapat diperkirakan penyulit yang mungkin terjadi. Kadar elektrolit serum, sebaiknya
Pada foto dada ditemukan gambaran udara intestinal dalam rongga dada. Pemasangan
pipa orogastric dapat membantu menentukan posisi lambung (intra abdominal atau intra
thorakal). Pada hernia Bochdalek kiri dapat ditemukan adanya gambaran udara atau cairan
usus pada hemitorak kiri dan pergeseran bayangan jantung ke kanan. Pemeriksaan radiologis
jantung bawaan. USG ginjal diperlukan untuk menentukan ada tidaknya kelainan saluran
urogenital. USG kepala diperlukan untuk evaluasi adanya perdarahan intraventrikular, infark,
atau kelainan intrakranikal yang lain. Sedangkan USG antenatal (in utero) dapat mendeteksi
adanya polihidramnion (80% kasus hernia Bochdalek disertai dengan polihidramnion), tidak
terdapat gambaran udara dalam lambung di rongga abdomen, terdapat gambaran udara
lambung dalam rongga dada, pergeseran mediastinum dan proyeksi jantung, dan walaupun
jarang mungkin terdapat gambaran hydrops fetalis. Pemasangan pulse oximetry, sangat
11
membantu dalam diagnosis dan tata laksana hipertensi pulmonal persisten yang timbul akibat
adanya hipoplasia pulmonal. Pulse oximetry dipasang pada preductal (tangan kanan) dan
postductal (kaki sisi berlawanan) untuk menentukan adanya shunt kanan ke kiri pada ductus
arteriosus. Ekokardiografi, Suda13 meneliti pemakaian ekokardiografi pada bayi baru lahir
dengan hernia Bochdalek dan mengemukakan bahwa terdapat korelasi terbalik antara
adenomatoid paru, eventrasi dan paralisis diafragma, yang juga dapat menimbulkan
kesukaran bernapas. Untuk membedakan satu dengan yang lain harus dilakukan pemeriksaan
foto dada dan fluoroskopi. Pada pneumomatokel dan malformasi kista adenomatoid,
gambaran foto dada tidak menunjukkan adanya rongga dada berisi usus atau organ-organ
viscera lain (biasanya 80% pada sisi kiri) yang bayangannya bersambung dengan bayangan
usus dan organ visera dalam rongga perut. Pada foto abdomen tidak ditemui adanya marked
excess of gas di bawah diafragma. Untuk memastikannya perlu dilakukan pemeriksaan foto
dada dengan pemasangan NGT sebagai petunjuk adanya lambung di dalam rongga dada.
Eventrasi diafragma merupakan duplikasi hernia diafragmatika bawaan sehingga bila hanya
berdasarkan pemeriksaan fisik dan foto dada saja keduanya sering sukar dibedakan.
menunjukkan gerakan paradoksal. Paralisis diafragma oleh karena trauma maupun bawaan,
baik yang bersifat sementara atau menetap, pada pemeriksaan foto toraks terlihat letak
diafragma yang makin lama makin meninggi, sedangkan bila dilakukan pemeriksaan
gambaran paradoksal.
2.11.9 Tatalaksana
Setelah melalui berbagai pemeriksaan tersebut, tim medis harus menjelaskan segala
12
kemungkinan pilihan tata laksana kepada orang tua seperti terminasi kehamilan, meneruskan
kehamilan dan melahirkan bayi tersebut di pusat pelayanan medis yang memadai termasuk
Tata laksana hernia Bochdalek yang optimal harus memperhatikan berbagai hal yang
1. Proses persalinan dan unit perawatan intensif neonatus Bayi harus dilahirkan di pusat
kesehatan yang memiliki sarana bedah anak dan perinatologi yang memadai.7 Secara
umum sarana yang diperlukan adalah intubasi endotrakeal dan pemakaian ventilator
mekanik yang disesuaikan dengan derajat keparahan herniasi organ abdomen, (hindari
pemakaian ventilasi dengan manual bag karena lambung dan organ intestinal akan
distensi oleh udara yang berakibat semakin tertekannya paru dan organ-organ
2. Stabilisasi preoperatif Pada hernia diafragmatika terdapat paru yang hipoplastik, tidak
asidosis, hipotensi dan hiperkarbia). Ventilasi dengan inspirasi bertekanan rendah dipilih
ventilasi mekanik konvensional ini gagal maka dipakai strategi ventilasi yang lain yaitu
pulmonary ventilation (ITPV). Selain strategi ventilasi juga dibutuhkan terapi pendukung
buatan yang digunakan untuk mengembangkan sisa jaringan paru agar oksigenasi tetap
13
adekuat selama pembedahan untuk mencegah gagal napas dan hipoksia berat. ECMO
meningkatkan keberhasilan hidup bayi dengan hernia diafragmatika sebesar 42% pada era
awal, menjadi sebesar 79% pada era sekarang ini. Waktu yang tepat untuk memberikan
5. Pemberian surfaktan Gagal nafas pada bayi dengan hernia diafragmatika dapat
berhubungan dengan perkembangan paru yang abnormal dan defisiensi surfaktan. Studi
yang lebih berat pada sisi dengan hernia diafragmatika dibandingkan dengan sisi yang
lain. Hal ini menunjukan adanya penundaan pematangan fungsional atau perkembangan
dan sintesis SP-A. Analisis cairan amnion mendukung kenyataan tersebut. Surfaktan
sebaiknya diberikan segera saat bayi menarik nafasnya untuk pertama kali.
dipersiapkan lebih dahulu diikuti dengan terapi ECMO memberikan hasil yang lebih baik.
Waktu yang tepat untuk melakukan pembedahan belum diketahui dengan pasti, beberapa
ahli menganjurkan pembedahan dapat dilakukan 24 jam setelah bayi stabil, tetapi
penundaan sampai 7-10 hari dapat juga ditoleransi. Banyak ahli bedah lebih menyukai
dalam 24-48 jam.2 Drainase dengan chest tube diperlukan bila terdapat tension
tempatnya
8. Transplantasi paru Transplantasi paru adalah salah satu teknik pembedahan dalam upaya
mengurangi efek buruk distres pernapasan pada bayi dengan hernia Bochdalek akibat
hipoplasia paru berat yang gagal dengan terapi suportif pernapasan, namun pengobtan ini
9. Perawatan pasca bedah Perawatan pasca bedah meliputi perawatan jangka pendek (segera
14
Perawatan jangka pendek: Perawatan pasca bedah jangka pendek meliputi deteksi dan
tata laksana komplikasi yang dapat terjadi setelah pembedahan. Komplikasi yang mungkin
timbul dapat berupa perdarahan, distres pernapasan, hipotermia, produksi urin yang menurun,
infeksi dan obstruksi usus.14 Pengawasan yang dilakukan saat pasien masih dirawat di rumah
sakit meliputi monitoring pernapasan, evaluasi neurologis, dan masalah pemberian makanan.
Perawatan jangka panjang: Perawatan pasca bedah jangka panjang meliputi pemantauan
tumbuh kembang pasien. Pertumbuhan kasus dipantau karena risiko terjadi gagal tumbuh
besar akibat adanya penurunan asupan kalori sebagai akibat penyakit paru kronis,
gastroesophageal refluk dan feeding yang buruk terutama pada pasien dengan defek
2.11.10 Prognosis
institusi tempat pasien dirawat; apabila fasilitas memadai termasuk perawatan dengan ECMO
tersedia, maka angka keberhasilan hidup berkisar antara 40-69%. Hal- hal yang mungkin
timbul dan dapat mempersulit kondisi pasien yang bertahan hidup dengan morbiditas jangka
panjang meliputi kelainan fungsi paru dan penyakit paru kronis, gastroesophageal reflux,
15
BAB III
KESIMPULAN
dada melalui suatu defek yang terdapat pada diafragma. Defek pada diafragma ini dapat merupakan
kelainan kongenital atau akibat trauma.1 Hernia diafragmatica dapat dibagi menjadi Posterolateral
(Bochdalek), Retrostrenal (Morgagni), di samping esofagus (Paraesofageal), atau pada hiatus esofagus
(Hiatal hernia)
laboratorium. Hernia Bochdalek memberikan gejala kardiopulmonal yang berat, seperti sesak nafas
segera setelah lahir dengan mortalitas yang tinggi, 40-50% sebelum pemakaian dan 30 %, setelah
16
DAFTAR PUSTAKA
3. Hamid A, Putra IS, Semadi IN. Hernia Bochdalek. Sari Pediatri, Vol 7 No.4.
2006. H 232-236
17