Anda di halaman 1dari 15

PENGELOLAAN LINGKUNGAN BELAJAR DI TEMPAT BERKEBUN

Diajukan untuk memenuhi mata kuliah Pengelolaan Lingkungan Belajar

KELOMPOK 5

Alfina Zaqiyatul Fauziyah 1212100003


Alfylda Febrianisany 1212100004
Dieni Handayani 1212100019
Firsya Radhita Syahira R 1212100025
Fitriani 1212100027
Muhamad Deden Solihin 1212100039

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabb al-‘alamin segala puji hanya milik Allah Rabb seluruh alam, yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta pertolongan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini,
sholawat serta salam selalu tercurah limpah kepada Nabi junjungan kita Nabi Muhammad saw,
beliau adalah manusia paling sempurna di muka bumi ini, membawa ridha-Nya, tak lupa kepada
para keluarganya, para sahabat, para tabi’in, dan semoga kepada kita selaku umat-Nya.

. Kami ucapkan terimakasih terhadap :

1. Allah SWT

2. Yang terhormat Dosen Pengampu Mata Kuliah “Pengelolaan Lingkungan Belajar”

3. Teman – teman 3A PIAUD

Dari semua kebaikan yang telah diberikan, semoga Allah SWT dapat membalasnya. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan yang akan datang.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga untuk perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya Hukum pidana Islam. Amin Yaa Rabb al-‘alamin

Bandung, November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................................. iii

BAB I ............................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................... 2

C. Tujuan Masalah ....................................................................................................................... 2

BAB II ............................................................................................................................................. 3

PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 3

A. Pengertian Berkebun ................................................................................................................... 3

B. Belajar Melalui Berkebun ........................................................................................................... 4

C. Manfaat Belajar Melalui Berkebun untuk Anak Usia Dini ......................................................... 5

D. Pembiasaan Berkebun Untuk Anak Sesuai dengan Tahapan Usia nya ...................................... 7

E. Dampak Positif dan Dampak Negatif dari Berkebun .................................................................. 9

BAB III .......................................................................................................................................... 11

PENUTUP ..................................................................................................................................... 11

KESIMPULAN ............................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengelolaan lingkungan belajar berkaitan dengan bagaimana pendidik harus mampu


mengelola ruang, media dan cara untuk belajar. Dalam pengelolaan lingkungan belajar pada
anak usia dini harus mencakup banyak aspek pendidikan. Banyak pendekatan pembelajaran
yang bisa dilaksanakan kepada anak usia dini namun tidak semua pendekatan pembelajaran
dapat diterima anak. Oleh sebab itu, dalam pengembangan lingkungan belajar ini harus
menyesuaikan dengan kebutuhan sang anak

Pengelolaan lingkungan belajar pada makalah ini difokuskann kepada lingkungan belajar
di tempat berkebun. Selain pada lingkungan berkebun, ada banyak lingkungan lain yang bisa
digunakan sebagai lingkungan belajar. Lingkungan belajar selain harus menyesuaikan
kebutuhan sang anak, pendidik juga harus memastikan keadaan lingkungan tersebut aman
untuk anak.

Lingkungan belajar yang dilaksanakan bisa dilakukan diluar kelas. Hal ini membantu
anak mendapatkan pengalaman belajar yang lebih nyata. Membuat anak bisa mengeskplorasi
lebih banyak dan lebih bebas lagi karena anak merasakan langsung atmosfer yang berbeda
dari pembelajaran yang dilakukan di dalam ruangan kelas.

Dalam pelaksanaan pengembangan lingkungan belajar ini pendidik harus memastikan


anak merasa aman dan nyaman karena jika anak merasa terancam atau tidak nyaman akan
membuat kegiatan belajar tidak efektif. Pendidik harus mampu menyesuaikan pembelajaran
dengan tema dan lingkungan yang digunakan kegiatan belajar sehingga anak mampu
mendapatkan pengalaman langsung yang nyata dan mendapatkan kebebasan eksplorasi.

1
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya, yaitu :


a. Apa pengertian dari berkebun?
b. Apa itu belajar melalui berkebun?
c. Apa manfaat belajar melalui berkebun?
d. Bagaimana cara mengajarkan anak untuk belajar berkebun yang sesuai dengan
usia anak
e. Apa dampak positif dan negatif dari berkebun?

C. Tujuan Masalah

Adapun tujuan dari mempelajari masalah ini yaitu;


1. Mengetahui pengertian dari berkebun
2. Mengetahui bagaimana belajar melalui berkebun
3. Mengetahui manfaat dari belajar berkebun
4. Mengetahui cara untuk mengajarkan berkebun kepada anak serta tanaman yang
cocok sesuai dengan usia anak
5. Mengetahui dampak positif dan negatif dari berkebun

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Berkebun

Berkebun merupakan suatu kegiatan untuk mengembangkan kecerdasan naturalistik


pada anak. karena dengan melihat dan melakukan kegiatan secara langsung anak dapat
memahami serta mengamati perkembangan tumbuhan. Berkebun menurut Sutrisno &
Harjono yaitu kegiatan yang memberikan kesempatan pada anak agar dapat menjelajah dan
mengamati lingkungan sekitar serta memberikan kebebasan dalam menjadikan sarana untuk
belajar sambil bermain.2 sedangkan menurut Beetlestone bahwa kegiatan berkebun
dilakukan dengan memberikan kepada anak kesempatan berbeda ketika melakukan suatu
aktivitas fisik, mengeleuarkan energi fisik serta lebih memperlihatkan gerakan- gerakan fisik,
seperti, menggali tanah, mencangkul, menyusun pot, menyiram tanaman serta memanen nya.
Kebun dalam pengertian di Indonesia biasanya tidak memiliki sistem budidaya
yang intensif dan sekadar menjadi tempat untuk menumbuhkan tanaman serta
pengumpulan hasil panen (Pusat Kepustakaan Berbahasa Indonesia, 2014). Kegiatan
berkebun dapat dikenalkan kepada anak di usia dini (PAUD) sebagai aktivitas di luar
ruangan. Kegiatan ini memberikan kesempatan kepada anakuntuk melakukan kegiatan
aktivitas fisik, pelepasan energi fisik serta lebih menonjolkan gerakan-gerakan fisik,
seperti mencangkul, menggali tanah, menata pot, menyiram tanaman dan memanen
(Beetlestone, 2012).
Jadi dapat simpulkan berkebun adalah suatu kegiatan fisik yang membuat senang bagi
anak serta memberikan hal - hal yang baru kepada anak dengan kegiatan berkebun juga
memberikan anak kesempatan untuk mengeksplor serta mengamati lingkungan sekitar anak
dalam mengembangkan kecerdasan naturalistik pada anak.

3
B. Belajar Melalui Berkebun

Berkebun dalam arti sempit yaitu menanam dikebun. Kebun dalam pengertian di
Indonesia adalah sebidang lahan, biasanya ditempat terbuka yang mendapat perlakuan
tertentu oleh manusia, khususnya sebagai tempat tumbuh tanaman. Kata kebun juga dipakai
untuk menyebut pekarangan dan tanaman. kebun dapat merupakan suatu pekarangan, namn
tidak selalu demikian. Keseluruhan atau sebagian kebun dapat ditata menjadi taman.
Berkebun merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak. Dengan berkebun,
anak mengenal hal baru, secara tidak langsung diajarkan mengenai keajaiban ilmu
pengetahuan seperti siklus hidup tanaman dan bagaimana intervensi manusia dapat
mematahkan atau membuat lingkungan. Anak-anak akan mendapat pengalaman bagi dirinya
sendiri tentang keajaiban hidup melalui benih, dan bagaimana dirinya turut berperan di
dalamnya. Kegiatan berkebun memberi kesempatan pada anak untuk melatih kesabaran,
memupuk tanggung jawab, membangun emosi dan empati. Melalui pemahaman proses
tumbuh tanaman, anak dapat memacu pembelajaran aspek kognitif terkait fenomena alam
dan berjalannya siklus mahluk hidup.
Anak usia di atas 3 hingga 5 tahun sudah bisa diajarkan untuk menanam sendiri.
Alternatif jenis tanaman yang baik untuk anak adalah yang cepat tumbuh dan menghasilkan,
seperti tomat dan wortel yakni sekitar 1 sampai 3 bulan sejak masa tanam hingga masa
panen. Jadwal penyiraman, pembersihan gulma dan pemupukan juga perlu disediakan
dengan tampilan yang mudah dipahami anak. Orang tua juga berperan dalam mengingatkan
jadwal atau memberi penghargaan kepada anak atas usaha yang dilakukannya selama
merawat tanamannya. Ketika masa panen, sebaiknya anak dibiarkan memanen sendiri.
Dengan demikian anak juga belajar bersabar, bertanggung jawab, dan belajar menghargai
proses. Bahkan saat tanamannya mati, mereka juga belajar untuk menerima kehilangan. Hal
ini baik untuk membangun emosinya.
Metode Berkebun Metode berkebun yang digunakan adalah bertahap sesuai tingkat
pemahaman anak, dan bersifat pembiasaan. Dimulai dengan metode konvensional (dengan
tanah sebagai media), kemudian dapat dilanjutkan dengan metode yang lebih sulit seperti
hidroponik sederhana. Sistem yang digunakan merupakan;

4
1. Bersifat pembiasaan
2. Memberi kesempatan anak untuk memilih jenis tanaman sendiri
3. Tanaman cepat tumbuh
4. Jadwal perawatan mudah dipahami anak, menuntut rutinitas
5. Orang tua, guru, atau pendamping dapat berperan dalam pengerjaan, tetapi
sebaiknya proses dilakukan sendiri oleh anak.

C. Manfaat Belajar Melalui Berkebun untuk Anak Usia Dini

Kegiatan berkebun memberi kesempatan pada anak untuk melatih kesabaran,


memupuk tanggung jawab, membangun emosi dan empati. Melalui pemahaman proses
tumbuh tanaman, anak dapat memacu pembelajaran aspek kognitif terkait fenomena alam
dan berjalannya siklus mahluk hidup.
Berikut adalah beberapa manfaat yang didapat dari belajar melalui berkebun untuk
anak usia dini:
1. Berkebun bisa meningkatkan kesehatan mental bagi anak
Berkebun bagi anak adalah bermain di luar bersama orang tua. Anak akan mengenal
hal baru tentang tumbuhan dan hewan sekitar. Ia belajar dari mana ia mendapat
makanan, cara merawat, dan menyayangi sesuatu tanpa harus merasa memiliki.
Penelitian dari The Children’s Hospital of Eastern Ontario juga mengatakan
berkebun bisa menghilangkan stres pada anak. Bahkan penelitian ini juga
menyatakan bakteri tertentu yang ditemukan di tanah memiliki efek peningkatan
suasana hati dan efek positif pada perilaku belajar anak.
2. anak akan lebih suka makan sayur dan buah
ketika anak menunjukkan gejala picky eater pada sayur dan buah, Ajaklah anak
untuk berkebun, dengan berkebun ia akan tahu asal muasal makanan tersebut mulai
dari benih sampai bisa dipanen. Menurut Journal of American Dietetic Association
pada tahun 2007 menunjukkan bahwa anak-anak yang mengambil bagian dalam
menanam sayur mereka sendiri, mereka akan memakannya. Efek berkebun serta
kebiasaan makan buah dan sayur ini akan dibawa sampai anak dewasa kelak.

5
3. Berkebun bisa jadi aktivitas fisik buat anak
Simpan tabletnya, matikan TV nya, bawa sekop dan benihnya, dan ajaklah anak
untuk berkebun. Menanam, menyiram, dan memanen sayuran tidak membuat anak
berkeringat, tapi setidaknya anak bisa meninggalkan alat elektroniknya. Artinya
semakin banyak aktivitas fisik selama masa pertumbuhan dan perkembangannya,
akan semakin meningkatkan kemampuan motoriknya.

4. Anak akan terkena bakteri baik dari tanah

Ahli Mikrobiologi, Brett Finlay mengatakan dalam bukunya Let Them Eat Dirt
bahwa di dalam tanah ada banyak mikroba yang tidak berbahaya tapi justru bakteri
ini bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh anak. Jika kekebalan tubuh anak
meningkat artinya ia tidak mudah terserang penyakit dan hal ini sangat baik bagi
perkembangan anak. Jadi kita sebagai orang tua tak perlu takut saat anak harus
bermain dengan kotoran tanah dan teriknya sinar matahari.

5. berkebun mengajarkan anak mencintai lingkungan

Mengajarkan lingkungan pada anak bisa dimulai sejak dini dan dimulai dari hal
terkecil. Berkebun adalah salah satunya. kita bisa mengenalkan bentuk cacing,
kupu-kupu, bahkan beragam jenis ulat bulu. Selain itu kenalkan bahwa tumbuhan
juga mahluk hidup yang punya beragam jenis dan fungsi. Berikan edukasi pada
anak bahwa semua mahluk di dunia ini sudah menempati fungsinya masing-masing
sebagai ekosistem.

Selain manfaat di atas, berkebun juga dapat meningkatkan kewaspadaan dan


keterampilan kognitif bagi anak. Pasalnya berkebun termasuk pekerjaan yang cukup rumit
sehingga bisa membantu anak untuk tetap tenang dan fokus. Buatlah jadwal rutin untuk
berkebun, misalnya saat pagi hari di akhir pekan agar anak disiplin dan bisa melihat
perkembangan tanaman hasil berkebunnya.

6
D. Pembiasaan Berkebun Untuk Anak Sesuai dengan Tahapan Usia nya

Adapun pembiasaan yang bisa di aplikasikan kepada anak sesuai dengan


perkembangan usia nya, yaitu;

1. Anak Usia 2 Tahun


Pilih jenis tanaman yang cepat tumbuh. Balita tidak mau menunggu terlalu
lama. Kita bisa mengajak ia menanam beberapa biji kacang hijau atau kacang merah
di atas bola kapas yang dibasahi di dalam gelas plastik bening atau wadah transparan
lain.

Letakkan wadah di dekat jendela agar mendapat paparan sinar matahari yang
cukup. “Ini adalah cara paling mudah untuk mulai berkebun,” kata Rebecca. Anak
akan melihat kecambah tumbuh dalam waktu seminggu. Setelah kecambah cukup
tinggi, pindahkan ke pot berisi tanah, dan letakkan di pekarangan.

Tak apa-apa jadi kotor. “Berikan ia sekop kecil, dan biarkan ia menggali tanah
untuk menggemburkannya, atau bahkan mencari cacing,” menurut Rose Judd-
Murray, spesialis berkebun dari National Gardening Association. Cara ini akan
mengajarkan anak agar tidak tumbuh menjadi anak yang mudah jijik.

2. Anak Usia 3-4 tahun


Buat pagar tanaman rambat, Proyek ini cukup mudah dilakukan, bahkan untuk
anak balita sekalipun. Kita cukup menyediakan beberapa batang kayu (kurang lebih
berukuran 1,5m), atau bisa juga memanfaatkan cabang-cabang pohon jatuh yang
masih cukup kokoh, untuk mendukung tanaman rambat tumbuh. Tancapkan kayu ke
tanah sedalam beberapa sentimeter.
Kita bisa menancapkannya berjajar, seperti membuat pagar, atau
berkelompok dan mengikat bagian atasnya bersama-sama, seperti halnya membuat
rangka tenda. Tambahkan sedikit tanah yang masih baru di sekitar kayu (biarkan

7
anak yang melakukan ini!). Kemudian, sebarkan bibit tanaman rambat di sekitar
kayu, misalnya kacang panjang. Lihatlah dalam beberapa minggu kecambah tumbuh
dan melilit batang kayu.
Gunakan kalender, anak yang masih duduk di bangku prasekolah akan belajar
konsep waktu, sekaligus kesabaran, lewat kegiatan berkebun ini. Gunakan kalender
untuk menandai hari ia mulai menanam, hari benih berkecambah, dan waktu panen.
Agar anak lebih bersemangat, dan membuat momen ‘menunggu’ ini lebih
berharga, berikan sedikit ‘penghargaan’ dengan mengajak ia menempelkan stiker
atau tanda centang di hari-hari ketika ia membantu menyiram tanaman atau
membersihkan rumput di sekitar tanaman. Pilih tanaman yang tepat, Agar tingkat
keberhasilan lebih tinggi, pastikan Anda memilih sayuran yang mudah tumbuh,
seperti lobak, wortel, dan selada. Atau, bisa juga kita membelikan benih yang sudah
cukup besar dibandingkan ukuran jari-jari anak, misalnya bunga matahari dan kacang
polong.

3. Anak Usia 5-6 tahun

Pilih sayuran yang cepat dipanen. Agar hasil panen bisa segera dinikmati oleh
anak, mulailah dengan tanaman sayuran kecil yang bisa segera dimakan, misal baby
bokchoy, selada air, dsb. Rasa keberhasilan anak-anak biasanya akan terpacu, begitu
hasilnya lebih cepat terlihat.

Baca buku cerita berkebun. Membaca buku tentang berkebun dan membuat
kebun anak semirip mungkin dengan gambar dan foto di buku akan menyenangkan
ia. Dua buku favorit: The Carrot Seed oleh Ruth Krauss dan To Be Like the Sun oleh
Susan Marie Swanson.

Pilih area di pekarangan yang terpapar sinar matahari, dan semaikan bibit
wortel atau biji bunga matahari di tanah atau wadah (pastikan memilih tempat yang
cukup lebar karena bunga matahari dapat tumbuh hingga 4 meter!). Anak yang masih
TK akan takjub dengan betapa tinggi si bunga matahari tumbuh.

8
E. Dampak Positif dan Dampak Negatif dari Berkebun

Beetlestone (2012) menegaskan bahwa kegiatan berkebun dapat menciptakan


peluang bagi anak untuk aktif secara fisik, melepaskan energi fisik dan meningkatkan
aktivitas fisik. Hal ini juga didukung oleh pendapat lain yaitu melakukan school gardens
dapat meningkatkan aktivitas fisik anak (Wells & Nancy, 2014).
Kegiatan berkebun memungkinkan anak untuk mengeksplorasi dan mengamati
lingkungannya, sekaligus memiliki kebebasan untuk mengembangkan imajinasinya sebagai
sarana belajar dan bermain (Sutrisno & Harjono, 2005). . Hal ini didukung oleh penelitian
bahwa kegiatan berkebun dapat dijadikan sebagai sarana bermain yang dapat
mengembangkan kecerdasan alami, menumbuhkan rasa tanggung jawab dan melatih
kesabaran pada anak (Herdianing, 2014).
Beetlestone (2012) menyatakan bahwa berkebun merupakan metode yang sangat
praktis untuk perkembangan fisik, yang pada gilirannya mempengaruhi perkembangan
kreatif. Saat berkebun, anak-anak akan memiliki banyak ruang untuk bergerak dan melatih
tubuh mereka dengan gerakan berskala besar seperti menggali, menyapu, berlari, dan
membungkuk.
Manfaat kegiatan berkebun selain dapat mempengaruhi fisik motorik anak juga dapat
meningkatkan kecerdasan alami anak, melatih kesabaran, menumbuhkan tanggung jawab,
mengembangkan emosi dan empati (Herdianing, 2014). Sutrisno & Harjono (2005)
mengemukakan bahwa berkebun dapat bermanfaat dengan cara lain, termasuk memberikan
kesempatan kepada anak untuk mengeksplorasi dan mengamati lingkungan sekitarnya.

Adapun dampak negatif dari berkebun ialah ketika kita tidak berkebun. Berkebun
merupakan upaya untuk penghijauan dunia atau melestarikan dunia. Di zaman modern
seperti sekarang ini banyak pembangunan besar-besaran yang dilakukan baik di kota maupun
di kampung.
Banyak dilakukan penggundulan hutan untuk mendirikan perusahaan dan pabrik-
pabrik yang di daerah yang masih asri karena sumber daya alam nya masih melimpah namun
dengan ada nya ini membuat ketidak seimbangan ekosistem yang ada pada hutan atau

9
perkebunan. Bahkan kampug terpencil banyak yang tergusur karena keserakahan para
pembisnis yang membutuhkan lahan dan menghabiskan sumber daya alam namun tidak
memikirkan bagaimana cara sumber daya alam bisa di daur ulang seperti minyak bumi yang
tidak bisa di daur ulang.
Ketika anak sedari usia dini tidak dikenalkan kepada berkebun atau menanam
tumbuhan maka akan memperburuk keadaan bumi dan ekosistem bumi adapun yang
memungkinkan memicu bencana alam diantara nya;
1. Longsor
2. Banjir
3. Kehilangan sumber daya alam
4. Ekosistem yang tidak seimbang
5. Pencemaran udara
6. Pencemaran air
Kemudian dengan sedikitnya tanaman yang di tanam akan memicu pencemaran udara
maupun air karena banyak nya limbah yang tidak dapat dicerna oleh bumi itu akan sangat
memperburuk ekosistem dunia.
Jika tidak ditanamkan kepada anak sikap peduli terhadap lingkungan salah satunya
dengan berkebun maka lingkungan disekitar akan dipenuhi oleh gedung-gedung pencakar
langit yang menjulang tinggi. Akan terjadinya kesetidak imbangan bumi, kekeringan longsor,
gempa bumi, global warming dan sebagainya. Itu disebabkan karna tidak adanya tumbuhan
yang dapat menyuburkan tanah yang menjadi tempat tinggal kita.

10
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dalam upaya pengembangan lingkungan belajar di lingkungan berkebun pendidik


memiliki kewajiban untuk mengenalkan lingkungan bertanam bukan hanya pada satu kebun
saja tapi bisa meluas dan menyeluruh seperti hutan namun dalam lingkup kecil nya bisa
dimulai dari berkebun. Dengan berkebun dan mengenalkan tumbuhan kecil bisa
menanamkan jiwa cinta lingkungan pada anak.

Tujuan dari pembelajaran berkebun ini untuk mengenalkan anak betapa penting nya
lingkungan sekitar dan bahwa manusia hidup berdampingan dengan alam. Yang berarti
apabila tidak ada keseimbangan diantara kedua nya maka akan memicu dampak negatif.

Dengan mengenalkan berkebun kepada anak akan menanamkan pengertian bahwa


kebun atau hutan merupakan bagian dari kehidupan manusia dan harus di rawat. Kebun dan
hutan yang ada di sekitaran lingkungan tempat tinggal tentu akan berdampak juga kepada
manusia apabila manusia merawatnya dengan baik maka alam pun akan mendatangkan hal
hal baik.

Upaya – upaya yang dilakukan untuk penghijauan dunia bisa di aplikasikan kepada
anak usia dini namun harus menyesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan sang anak.
Pada dasarnya anak usia dini berkembang secara bertahap dan berbeda beda oleh karena itu
pendidik harus menyesuaikan nya.

Pendekatan awal kepada anak usia dini akan terbawa hingga anak berusia dewasa
terlebih memori pada masa golden age nya akan sangat mempengaruhi perkembangan nya.
Dengan penanaman hal-hal baik sedari kecil maka akan menjadi pembiasaan hingga anak
tumbuh dewasa.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ratnasari, T., Sujana, Y., & Pudyaningtyas, A. R. (2016). Pengaruh penerapan


kegiatan berkebun terhadap perkembangan fisik motorik anak.
Marietta, A. D. (2021). Meningkatkan karakter peduli lingkungan melalui kegiatan
berkebun pada anak kelompok b ra perwanida 4 jakabaring palembang. PERNIK: Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 2(1), 52-65.
Anonim. 2006. Berkebun, Mengasah Kecintaan Anak Pada Lingkungan. 14-03-2013
https://morinagaplatinum.com/id/milestone/manfaat-belajar-berkebun-untuk-anak-
usia-dini
Yuliana Intan Toyibah, ―Efektivitas Penerapan Kegiatan Berkebun Terhadap
Perkembagan Bahasa Anak Usia Dini,‖ (Universitas Muhamadiyah Purwokerto,2018) h. 25.
Riska Wardani, ―Pengenalan Sains Kehidupan Melalui Sentra Berkebun Untuk
Anak Usia Dini Di TK Anak Cerdas Ungaran,‖ (Fakultas Ilmu Pendidikan : Universitas
Negeri Semarang, 2019). 32.
DZAKIYAH, L. N. (2022). PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN
KECERDASAN NATURALSTIK MELALUI KEGIATAN BERKEBUN DI TAMAN
KANAK-KANAK TUNAS RAHARJA LAMPUNG SELATAN (Doctoral dissertation, UIN
RADEN INTAN LAMPUNG).
Beetlestone.(2012).Creative learning: strategi pembelajaran untuk melesatkan
kreatifitas siswa.Bandung: Nusa Media
Pusat Kepustakaan Berbahasa Indonesia. (2014). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Cetakan ke-18 Edisi IV.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama
https://www.ayahbunda.co.id/balita-bermain-permainan/panduan-berkebun-untuk-
balita-
Fitriah, N., Elfarisna, E., Putri, D. I., Sukrianto, S., Nur, N., Vitasari, P. D. K., &
Kismawati, D. (2021, November). Pengenalan Aktivitas Berkebun Sebagai Media
Pembelajaran Terhadap Perkembangan Kognitif (Pengenalan Sains) Pada Anak. In Prosiding
Seminar Nasional Pengabdian Masyarakat LPPM UMJ (Vol. 1, No. 1).

12

Anda mungkin juga menyukai