Anda di halaman 1dari 6

Perubahan Sosial

1. Pengertian Perubahan Sosial


Definisi Perubahan Sosial
Berikut beberapa definisi perubahan sosial yang dikemukakan oleh para tokoh
(Martono,2012).
a) Mac Iver (1961) Perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi dalam
hubungan sosial atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium).
b) Kingsley Davis (1960) Perubahan sosial adalah proses perubahan yang terjadi dalam
struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya, adanya perubahan dalam hubungan
antyara buruh dengan majikan.
c) Gillin dan Gillin (1957)Perubahan sosial dianggap sebagai suatu variasi dari cara-cara
hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, komposisi
penduduk, kebudayaan materiil, ideologi, maupun karena adanya difusi atau
penemuan baru dalam masyarakat.
d) Samuel Koening Perubahan sebagai modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola
kehidupan manusia.
e) Selo Soemardjan (1928) Perubahan sosial sebagai perubahan pada lembaga-
lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem
sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat.
f) Hawley Perubahan sosial merupaklan setiap perubahan yang tidak terulang dari
sistem sosial sebagai suatu kesatuan.
g) Munandar Perubahan sosial sebagai perubahan yang terjadi dalam struktur dan
fungsi dari bentuk-bentuk masyarakat.
h) Moore (1998) Perubahan sosial sebagai perubahan penting dari struktur sosial, yaitu
pola-pola perilaku dan interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat.
i) Macionis Perubahan sosial merupakan transformasi dari organisasi masyarakat
dalam pola piker dan perilaku dalam waktu tertentu.
j) Ritzer Perubahan sosial mengacu pada variasi hubungan antarindividu, kelompok,
organisasi, kultur, dan masyarakat pada waktu tertentu.
Berdasarkan definisi perubahan sosial yang telah diuraikan oleh beberapa tokoh di
atas, dapat disimpulkan perubahanj sosial adalah suatu proses di mana terjadi perubahan
struktur dan fungsi suatu sistem sosial. Unsur-unsur yang mengalami perubahan dalam
masyarakat, biasanya mengenai nilai-nilai sosial, pola perilaku, organisasi, stratifikasi sosial,
kebiasaan, dan lain sebagainya. Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat dapat
mencakup berbagai aspek kehidupan, seperti Pendidikan, ekonomi, hukum, sosial,
teknologi, dan sebagainya. Terjadinya perubahan sosial dapat diketahui melalui ciri-ciri
berikut ini.
1) Tidak ada masyarakat yang stagnan, karena setiap manusia mengalami
perubahan- perubahan, baik terjadi secara lambat maupun cepat.
2) Perubahan yang terjadi di masyarakat tidak dapat diisolasikan di bidang
kebendaan atau spiritual saja.
3) Perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan terjadinya
disorganisasi yang sifatnya sementara dalam proses penyesuaian diri.
4) Perubahan yang terjadi pada Lembaga sosial akan diikuti dengan perubahan
pada lembaga lainnya.
Perubahan Sosial Perubahan sosial selalu terjadi di sekitar kita. Perubahan sosial
didefinisikan sebagai perubahan dalam pola perilaku dan budaya yang signifikan dari waktu
ke waktu. Suatu perubahan dapat disebut sebagai perubahan sosial ketika mampu
memengaruhi kehidupan manusia secara luas. Pengaruh perubahan sosial tersebut dapat
menyebabkan kemajuan apabila masyarakat memiliki sikap berani, percaya diri, dan mampu
menyaring hal-hal negatif. Sebaliknya, masyarakat yang takut berubah dan minder
menganggap perubahan sosial sebagai ancaman. Oleh karena itu, masyarakat hendaknya
mampu menghadapai perubahan sosial secara bijak.

a. Hal-hal yang berubah dalam perubahan sosial


Setiap masyarakat mengalami perubahan yang dapat diberbeda berdasarkan
dimensi waktu dan unsur yang berubah, baik yang mengarah ke pada kemajuan
maupun ke arah kemunduran. Perubahan yang mengarah kepada kemunduran
(regress) lebih dikedepankan sebagai dampak disfungsional dari penggunaan suatu
inovasi, misalnya penggunaan mesin huller telah menghilangkan nilai ekonomis
tenaga kerja wanita. Sedangkan perubahan yang bersifat progresif berorientasi
pada kemajuan masyarakat dan menghargai martabatny. Perubahan sosial yang
bersifat progresif diperlukan persiapan atau kesiapan warga masyarakat atau
memiliki kesesuaian (compatible) dengan kondisi masyarakat. Misalnya penggunaan
teknologi dikenal adanya teknologi adaptif agar dampak disfungsional dari
penggunaan teknologi tersebut dapat dikurangi.
Terjadinya perubahan sosial mudah diamati oleh pihak luar sedangkan
anggota masyarakat yang mengalami perubahan kemungkinan kurang
menyadarinya. Perubahan sosial diartikan sebagai perubahan yang berkenaan
dengan kehidupan masyarakat, termasuk di dalamnya perubahan sistem nilai dan
norma sosial, sistem pelapisan sosial, struktur sosial, proses-proses sosial, pola sikap
dan tindakan sosial serta lembaga kemasyarakatan. Inti perubahan sosial adalah
perubahan norma sosial (Mainnheim). Perubahan norma dan proses pembentukan
norma baru merupakan inti dari usaha masyarakat dalam mempertahankan
keteraturan dan integrasi sosial. Proses pembentukan norma baru merupakan
jawaban atas norma lama yang dipandang sudah tidak sesuai dengan kondisi
masyarakat. Konsekuensi dari perubahan dan pembentukan norma tersebut adalah
terjadinya disintegrasi dalam kehidupan masyarakat. Namun demikian, disintegrasi
tersebut akan mengalami proses reintegrasi kembali yakni dengan lahirnya norma
baru yang bersifat akomodatif bagi masyarakat. Unsur-unsur perubahan sosial
berupa material dan immaterial, namun unsur material lebih cepat menyebabkan
terjadinya perubahan sosial dari pada unsur immaterial (Ogburn, 1964). Kemajuan
teknologi, terutama teknologi komunikasi dan transportasi telah membawa banyak
perubahan terhadap kehidupan masyarakat. Misalnya, telefon genggam (hp) dan
speda motor lebih cepat merubah pola hubungan social dibandingkan dengan
program keluarga berencana (KB).
b. Karakteristik perubahan Sosial
Soekanto menjelaskan ciri-ciri perubahan sosial sebagai berikut :
a) Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembanganya karena setiap
masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat laun mapun
cepat.
b) Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti
oleh perubahan pada lembaga-lembaga lain.
c) Perubahan yang berlangsung sangat cepat, biasanya mengakibatkan
disorganisasi karena dalam masyarakat ada proses penyesuaian
diri/adaptasi. Disorganisasi yang diikuti oleh proses reorganisasi akan
menghasilkan pemantapan kaidah-kaidah dan nilai yang baru.
d) Suatu perubahan tidak dapat dibatasi pada aspek kebendaan atau spiritual
saja, karena keduanya mempunyai kaitan timbal balik yang kuat.
c. Proses Perubahan Sosial
Perubahan sosial tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi melalui beberapa cara berikut:
1) Akulturasi yaitu proses penerimaan dan pengolahan unsur-unsur
kebudayaan asing menjadi bagian dari kebudayaan suatu kelompok tanpa
menghilangkan ciri khas kebudayaan asli.
2) Asimilasi yaitu proses peleburan dua atau lebih kebudayaan yang berbeda
menjadi satu kebudayaan tunggal. Asimilasi dapat menghapus unsur-unsur
perbedaan secara horizontal sehingga perbedaan antaranggota masyarakat
dapat dipersatukan melalui konsep budaya baru.
3) Difusi yaitu penyebaran unsur-unsur baru seperti gagasan, keyakinan, hasil
kebudayaan, dan ideologi. Berdasarkan prosesnya, difusi dapat dibedakan
sebagai berikut.
a. Difusi intramasyarakat (intrasociety diffusion), yaitu penyebaran
kebudayaan antarindividu atau antarkelompok dalam masyarakat.
Difusi intramasyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
pengakuan unsur baru yang memiliki banyak kegunaan; unsur
kebudayaan yang baru masuk sesuai dengan unsur kebudayaan
sebelumnya; serta peran lembaga sosial menentukan unsur
kebudayaan baru yang sesuai.
b. Difusi antarmasyarakat (intersociety diffusion), yaitu penyebaran
unsur kebudayaan baru dari satu masyarakat ke masyarakat yang
lain. Faktor yang memengaruhi difusi antarmasyarakat yaitu kontak
sosial antarmasyarakat; kemampuan mensosialisasikan manfaat
penemuan baru; pengakuan mengenai kegunaan penemuan baru;
tidak adanya unsur kebudayaan lain yang mampu menyaingi unsur
kebudayaan baru; aktivitas penyebaran kebudayaan baru yang
intensif; dan paksaan untuk menerima unsur baru.
4) Simbiotik, yaitu unsur-unsur kebudayaan yang masuk diterima secara
berdampingan. Simbiotik melibatkan dua unsur kebudayaan masyarakat
atau lebih. Proses perembesan simbiotik meliputi tiga bentuk yaitu saling
menguntungkan, menguntungkan salah satu pihak dan merugikan pihak
lain, serta mengakibatkan kerugian kedua belah pihak.
5) Penetration pacifique, yaitu proses penerimaan unsur kebudayaan baru
secara damai tanpa ada paksaan.
6) Penetration violent, yaitu masuknya unsur kebudayaan baru dalam
masyarakat melalui proses kekerasan dan paksaan. Unsur kebudayaan
tersebut dapat merusak kebudayaan asli masyarakat.

2. Faktor Penyebab perubahan sosial


a. Faktor pendorong
Faktor pendorong perubahan sosial sebagai berikut:
1) Sikap menghargai budaya lain.
2) Adanya keinginan untuk maju.
3) Kontak dengan kebudayaan lain. 4) Sikap terbuka terhadap budaya lain.
4) Adanya orientasi pada masa depan.
5) Komposisi masyarakat heterogenlai
6) Sistem lapisan masyarakat terbuka.
7) Sikap toleransi terhadap perubahan tertentu.
8) Terdapat kemajuan dalam sistem pendidikan.
9) Ketidakpuasan terhadap bidang kehidupan tertentu.
b. Faktor Penghambat
Faktor penghambat perubahan sosial sebagai berikut:
1) Adanya perbedaan ideologi.
2) Adanya adat yang mengikat.
3) Takut terjadi guncangan budaya.
4) Sikap masyarakat yang masih tradisional.
5) Terdapat prasangka terhadap budaya lain.
6) Kurang menjalin hubungan dengan masyarakat lain.
7) Adanya keyakinan yang tertanam kuat (vested interest).
8) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi lambat.
9) Adanya sikap pasrah dalam menghadapi kehidupan.
10) Tempat tinggal sulit dijangkau.
3. Bentuk-bentuk perubahan Sosial
1. Perubahan Lambat (Evolusi). Perubahan secara lambat memerlukan waktu yang lama.
Bisaanya perubahan ini merupakan rentetan-rentetan perubahan kecil yang saling
mengikuti secara lambat. Proses perubahan seperti ini dinamakan evolusi. Evolusi terjadi
dengan sendirinya tanpa rencana atau kehendak tertentu.
2. Perubahan Cepat (Revolusi). Berlangsung cepat dan menyangkut dasar atau pokok-
pokok kehidupan masyarakat. Dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat
direncanakan atau tanpa direncanakan dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau
melalui kekerasan. Ukuran cepat tidaknya revolusi relative karena revolusipun dapat
memakan waktu lama.
3. Perubahan Kecil. Adalah perubahan yang terjadi pada unsur- unsur struktur sosial yang
tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat.
4. Perubahan Besar. Adalah perubahan yang berpengaruh terhadap masyarakat dan
lembaga-lembaganya, seperti sistem kerja, hak milik tanah, hubungan kekeluargaan, dan
stratifikasi masyarakat.
5. Perubahan yang Dikehendaki atau Direncanakan. Perubahan yang dikehendaki
(intended change) atau direncanakan (palnned change) merupakan perubahan yang
diperkirakan atau yang direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak
mengadakan perubahan dalam masyarakat. Pihak-pihak yang hendak mengadakan
perubahan ini dinamakan pelaku perubahan (agent of change).
6. Perubahan yang Tidak Dikehendaki atau Tidak Direncanakan. Perubahan sosial yang
tidak dikehendaki (unintended change) atau tidak direncanakan (unplanned change)
merupakan perubahan yang terjadi di luar jangkauan pengawasan masyarakat atau
kemampuan manusia. Perubahan ini dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial
yang tidak diharapkan masyarakat.
7. Perubahan Struktural dan Perubahan Proses. (a) Perubahan Struktural adalah perubahan
yang sangat mendasar yang menyebabkan timbulnya reorganisasi dalam masyarakat; (b)
Perubahan Struktural adalah perubahan yang sangat mendasar yang menyebabkan
timbulnya reorganisasi dalam masyarakat.
4. Teori-teori perubahan Sosial
Teori Perubahan Sosial Perubahan sosial sebagai fakta sosial dapat dianalisis melalui
kerangka teoritis, baik yang termasuk ke dalam kategori teori klasik maupun teori modern.
Teori klasik yang akan dikemukakan diantaranya adalah: teori evolusi, teori konflik, teori
fungsional, dan teori siklus. Sedangkan teori modern di antaranya adalah: teori modernisasi,
teori ketergantungan, dan teori dunia.
1) Teori klasik
a) Teori Evolusi (Evolutionary Theory) Pada awalnya, teori evolusi dikembangkan oleh
Auguste Comte (1798- 1857) dan Herbert Spencer (1820-1903), kemudian
dilanjutkan oleh Emile Durkheim dan Tonnies (Astrid S. Susanto: 1985). Secara
umum, teori evolusi memandang bahwa perubahan sosial yang terjadi dalam
masyarakat adalah: (1) perubahan sosial berlangsung melalui tahapan-tahapan yang
sama; (2) perubahan sosial secara evolusi mempengaruhi cara pengorganisasian
masyarakat, terutama yang berhubungan dengan kerja; dan (3) masyarakat berubah
dari masyarakat sederhana yang mempunyai hubungan yang erat dan kooperatif
menjadi tipe masyarakat besar yang memiliki hubungan yang terspesialisasi dan
impersonal.
b) Teori Konflik (Conflict Theory) Teori konflik mengacu pada pemikiran Karl Marx dan
Ralf Dahrendorf (Astrid S. Susanto: 1985). Menurut Marx, konflik kelas sosial
merupakan sumber utama perubahan sosial, sedangkan Dahrendorf berpendapat
bahwa semua perubahan sosial merupakan hasil dari konflik kelas di masyarakat.
Prinsip dasar teori konflik adalah: (1) konflik, pertentangan, dan perubahan sosial
selalu ada dalam setiap bagian masyarakat; (2) konflik dan perubahan sosial selalu
melekat dalam struktur masyarakat; dan (3) konflik sosial merupakan proses sosial
yang sifatnya konstan, sedangkan perubahan sosial sebagai akibat konflik.
c) Teori Fungsional (Functionalist Theory) Menurut teori fungsional bahwa perubahan
adalah sesuatu yang konstan dan tidak memerlukan penjelasan. Perubahan adalah
sesuatu yang dipandang sebagai penyebab terjadinya ketidakseimbangan social,
hingga tercapai keseimbangan social kembali manakala unsure perubahan tersebut
telah diintegrasikan ke dalam kebudayaan. Proses pengintegrasian ini dapat
berlangsung pada perubahan yang memiliki memiliki manfaat bagi masyarakat,
sedangkan perubahan yang disfungsional akan ditolak.
d) Teori Siklus (Cyclical Theory) Teori ini mempunyai perspektif babwa pada setiap
masyarakat terdapat siklus, artinya perubahan social tidak berakhir pada suatu
tahap tertentu melainkan akan terus berlangsung. Oswald Spengler (1880-1936)
menganalogikan perkembangan masyarakat seperti perkembangan manusia, yakni
masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan tua. Demikian juga dengan masyarakat
melalui empat tahap perkembangan.

2) Teori modern
a) Teori modernisasi (modernization Theory) Teori modernisasi berpandangan bahwa
negara-negara berkembang dan belum berkembang perlu mengatasi berbagai
permasalahan untuk mencapai perkembangan ekonomi. Kedua kelompok negara
tersebut dapat menjadi negara maju atau negara industri melalui proses
modernisasi. Modernisasi pada berbagai aspek kehidupan akan mempercepat
perkembangan ekonomi. Kemajuan dalam bidang ekonomi merupakan salah satu
indikator negara maju. Menurut Etzioni-Halevy, transisi dari keadaan tradisional ke
arah berkembang ditandai dengan menurunnya: angka kematian dan kelahiran,
ukuran dan pengaruh keluarga, terbukanya sistem stratifikasi sosial, sistem
kelembagaan birokratis, munculnya kebudayaan massa, dan munculnya
perekonomian pasar serta industrialisasi.
b) Teori ketergantungan (dependencia theory) Teori ketergantungan memandang
perkembangan dunia tidak merata, di mana negara maju meduduki posisi dominan
sedangkan negara belum berkembang secara ekonomi memiliki ketergantungan
kepada negara maju. Dengan demikian, muncul kolonialisme dan neokolonialisme
pada negara-negara yang belum berkembang. Negara maju memiliki kekuatan
secara ekonomi dan selalu menciptakan suatu kondisi ketergantungan bagi negara-
negara belum berkembang. Salah seorang tokoh yang mengembangkan teori
ketergantungan adalah Andre Cunder Frank.
c) Teori sistem dunia (world system theory) Salah seorang penganut teori ini adalah
Imanuel Wallerstein. Teori sistem dunia berpandangan bahwa perekonomian dunia
terbagi atas tiga jenjang, yakni negara inti, negara semi periferi, dan negara periferi.
Negara inti mendominasi sistem dunia sehingga mampu memanfaatkan
sumberdaya negara lain, terutama negara semi periferi dan negara periferi, untuk
kepentingannya. Kondisi ini menciptakan kesenjangan perkembangan yang semakin
besar antara negara inti dengan kedua jenjang negara tersebut. Negara inti adalah
negara maju, yakni Amerika , Jepang , dan negara-negara eropa barat. Negara semi
periferi meliputi negara- negara eropa selatan , sedangkan negara periferi adalah
negara-negara di kawasan Asia dan Afrika.

Daftar Pustaka

e-Modul 2019 Direktorat Pembinaan SMA – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://cdn-gbelajar.simpkb.id/s3/p3k/
IPS/Sosiologi/Per%2520Pembelajaran/PEMBELAJARAN%25205.%2520Perubahan%2520Sosial
%2520dan%2520Pemberdayaan
%2520Komunitas.pdf&ved=2ahUKEwiAldWhp6j7AhVZ9nMBHaX1B444ChAWegQICxAB&usg=AOvVa
w3P1u56f1yXZrsQZKLChO0L

Anda mungkin juga menyukai