BAB SATU
BERBAGAI PENGERTIAN TENTANG
ISTILAH 'SAIN'
1, Istilah ‘Science’ dan ‘To Know’
Istilah ‘Science’ (Sain, Ilmu Pengetahuan). Istilah Inggris
‘science’ sejajar dengan istilah Latin scientia, yang diturunkan dari kata
dasar sciere, mengetahui. Berbeda dari apa yang ada dalam bahasa
Yunani, Latin dan banyak bahasa modern mengenai istilah-istilah yang
sejajar, maka dalam bahasa Inggris tidak ada hubungan epistimologis antara
‘science’ dan ‘to know’!. Namun kendatipun demikian orafg harus ingat
bahwa ada hubungan objektif antara muatan istilah ‘science ' dan istilah
“to know’, karena semua sain mencakup mengetahui, walupun tidak sétiap
bentuk pengetahuan bisa dinyatakan sebagai sain. Kedua istilah itu terlali
analog, yaitu: keduanya dipergunakan untuk menyatakan pengertian-
'Yunani epist@m? dan epistamal; Latin science dan sefere; Jerman Wissenscho/t dan
Weten. Juga horus dicatet bahwa drlam banyak bahasa ada dui kata kerja yang. sejajar
dengan kata kerja bahasa Ingeris 10 know: Yunani episamai dan gign3sk3; Latin sciere dan
novisse; Prancis savoir dan éonnaifre, Jerman visser dan kennen; Belanda weten dan
kennen; Malia sapere dan conscere; Spanyol saber dan conocer, Ada perbedaan dalam
pengertian antara kedua jstilah ini. Connaitre, kennen dan seterusnya secara umum digunakan
untuk mengindikasikan kognisi inderawi dan intelektual hanya jike ada pertanyaan tentang
pengetahuan benda-benda kongkrit, Di Iain, savoir, wissen dan seterusnya digunakan
‘untuk mengindikasikan pengetahuan intelektual dengan Wawasan; kata-kata diperluas
ke dalam pengetahuan inderawi, jika dalam pengetahuan indorawi ini orang
mempertimbangkan aspek yang mimiliki kesamaan analogis tertentu dengan wawasan
intelektual; misainya bagaiana orang Prancis akan mengatakan bahwa seekor “burung
‘salt’ bagaimana membangun sangkamya,pengertian yang sebagian adalah sama dan sebagian berbed
P rtian ‘to know’, Secara umum, orang bisa nv
wa ‘fo know’, baik dalam pongertian bahasa Peranci
wissen, Belanda ween) maupun d: pengertian conn
adalah aktivitas makhluk hidup yang dilengkapi dengan
indera, sebag f babkan mereka mampu tn
ekstemal mental ke dalam diri mereka sendiri, Makhluk y
adalah makhluk yang mampu memiliki di dalam diriny:
benda lain tertentu, tepatnya sejauh ia adalah benda lain, Berhubus
diran ini berakhir pada tingkat pancaindera atau tingkat intelek m:
(bisa) membedakan dua model pengetahuan: pengetahuan in
pengetahwan intelektual. Hewan-hewan irrasional dibekali hanya dengan
model mengetahui yang pertama, sedangkan manusia mampu m
dalam kedua cara ity.
2. Pengetahuan Inderawi dan Intelektual
Pengetahuan Inderawi. Di dalam diri manusia dan hewan terdapat
berbagai macam fakultas pengetahuan inderawi. Biasanya yang diangzap
sebagai indera eksternal ada lima: pengelihatan, pendengaran, perasa,
penciuman dan peraba, Di samping itu, secara tradisional ada empat
indra intemal; indera sentral atau sensitivitas umum, imajinasi, memori
indera dan indera estimasi, Mclalui berbagai macam fakultas inderawi
ini binatang mengetahui makanan, lingkungan, kesesuaian bahan-bahan
tertentu untuk membangun sangkamya dan’sebagainya. Manusia juga
mengetahui secara inderawi, misalnya, realitas ekstra mental mengenai
aspek-aspek yang bisa dipersepsi oleh indera, sensasi-sensasi internalnya,
imajinasi dan sebagainya :
Secara umum, kita bisa mengatakan bahwa pengetahuan inderawi
berkaitan dengan benda-benda dalam kekongkritan individualnya: pohon
tertentu ini atau rumah tertentu in: dengan kualitas-kualitas yang menentu~
kan yang bisa dipersepsi oleh indera dicapai, Pengetahuan yang dicapai
melalui indera menemukan titik kulminasinya pada tingkat inderawi dalam
bayangan yang diproduksi oleh imajinasi yang disebut fantasi.
Pengetahuan intelektual. Pengetahuan intelektual pada umumnya
dikaitkan dengan fakultas pengetahuan tunggal yang supra inderawi, yang,
disebut intelek yang ditemukan di bawah tingkat manusia, Mclalui fakultas-
nya inilah manusia mencapai realitas ekstra mental pada tahap absteak
‘atau universal, Pengetahuan tidak lagi terbatas pada obyek-obyek tertentu
dalam kekongkritannya, tetapi intelek melampaui individualitas kongkrit
2Xsjian rinci tentang hakekat penjetahuan berads di luar ruang lingkup stud) [nh
Pembaca yang tertarik mungkin bisa ditunjukkan kepada buku-buku psikologis rasional,
‘Antropologi filosofis dan epistemologi yang ex proferso semisal Ceorge P Klubertang, The
Philosophy of Human Noture, New York, 1953; Henry K. Koren, The Philosophy of
nae Nature, St. Louis, 1955; Pernand Van Steenberghen, Epistemology, New York.dan menjangkau alam umum yang tersembunyi, scolah-olah, di hawah
realisasi-realisasi ekstra mental. Alam yang dicapai dalam operasi intelek
diekspersikan dalam suatu bayangan intelekeual, yang disebut ide atau
konsep, yang membentuk terminal dari operasi pertama pemikiran manu-
sia, Tindakan yang dipakai oleh intelek untuk menggabungkan atau mem-
bagi isi yang dikandung oleh konsep sebagai subyek dan predikat disebut
penilaian: misalnya, air itu cair, bodi saling menarik satu sama lain, Proses
yang dilaluj oleh intelek untuk menurunkan proporsi baru dari proporsi-
~ proporsi lain yang memiliki satu term umum disebut tindakan menalar.
3. Pengetahuan Saintifik
Persyaratan. Jelas bahwa tidak semua pengetahuan bisa disebut
saintifik, Untuk bisa menyandang nama ini, pengetahuan harus memenuhi
persyaratan-persyaratan tertentu, sebagai berikut: :
1. Harus berada pada tahap intelektual. Persyaratan ini sangatlah ele-
menter sehingga komentar apa pun akan nampak sangat menggangsu
hal yang jelas. Tidak ada masalah beberapa banyak obyek-obyek dica-
pai oleh indera-indera, tetapi persepsi inderawi masih merupakan
pengalaman individual dalam sega's kekongkritannya. Oleh karena
itu, bantuan-bantuan yang ada dalam pengetahuan indrawi semacam
itu mengha-langinya dari pernah méncapai tingkat universalitas yang
diimpikasikan oleh pengetahuan saintifik. ‘ :
2) Hanus pasti, paling tidak jika kepastian itu adalah mungkin mengenai
obyek yang dipertimbangkan oleh orang yang mengetahui. Jika kepas-
tian tidak bisa dicapai, maka seseorang harus dipuaskan, ee untuk
sementara, dengan pengetahuan yang semata-mata mungkin. i
memberikan suatu kajian mendalam terhadap kausa-kausa dari
. ie Va ole deals, Oleh karena itu untuk bisa dikatakan
saintifik, pengetahuaan tidak bisa dibatasi semata-mata hanya pada
fakta-fakta, tetapi harus mencakup fondasi-fondasi dan kausa-kausa
yang mendukung fakta-fakta itu. Pembahasan itu akan berusaha me-
usa itu sendiri, tetapi juga memiliki
i -kausa itu sendiri, tetapi jug:
ee itu, memiliki pandangan men-
pengetahuan tentang kausa-kausa qua yaitu, ang
roses kerja dati kausa-kausa yang sedang dibicarakan
dalam tentang proses fot caus falcor-fatoryanghanus danggep
Dalam banyak ie pains i ae dalam pe:
ya Kausa-kausany: ee
alaif dalam suatu proses, ang iar vtetap kita tidak memilki kaon
ngertian yang biasa dari istlah itu, acam itu, misalnya, kita
h kausa semi .
hadap pengarul a ee
Men aa ee at entah bagaimana massa bumi ‘menyebabkan’ bodi
mengetahui bahwa en at kita tidak tahu secara pasti bagaimana
cee lees Pengetahuan dengan kajian mendalam
massa menyebabkan efek in aes pakan sesuatu ideal yang i
terhadap kausa semacam itt Posterior Analistics:
etahuan saintifik dari suatu benda,
on cara aksidental sebagai carasida Asati
his mengetahui, ketika kita mengira bahwa kit:
seore08 SPP aula iinpa fas barat eee Kaun Cast
FRE ukan yang lng, dan lebih fat, baw Fakta
bisa diartikan yang lain
Berbagai pendapat tentang knowledge (pengetahuan) dan
sain. stilah ‘nvowledge’ dan istlah sain mungkin bisa diberi pengertian-
pengerian yang berbeda sesuai dengan pandangar-pandangan filosofs
Pimum yang dipegangi oleh seseorang mengenai nili, sift dasar, ruang
Tingkup dan batasan-batasan pengetehuan manusia. Proposisi semisal
‘benda-benda padat’ akan mengembang jika. dipanaskan, tidak jadi soal
betapa pengertiannya mungkin nampak soderhana dan jelas, memiliki
sunt pengertian yang benar-benar berbeda,tergantung pada seseorang
sebagai realis, empins, Kantian atau neopositivis,* Walaupun studi tentang
berbagaimacam pengertian ini mungkin menarik, tetapi memasuki kajian
finci apapun juga bentuknya adalah berada di luar ruang lingkup diskusi
- {ita sekarang ini. Pandangan kami sendiri adalah pandangan realisine
yang menggarisbawahi filsafat Aristoteles-Thomistik. Pandangan ini
memiliki, pada penyelesainnya, tatanan argumen yang mengesankan, tetapi
untuk itu kita harus menunjukan pembaca kepada’ karya-karya ¢x-
‘professo yang membahas masalah itu.*
4, Berbagai Pengertian ‘Sain’ dan ‘Snintifik”
*Sain* dan ‘Saintifik’ adalah dua istilal‘yang mungkin bisa digunakan
dalam pengertian yang analog untuk mengekspresikan berbagai penger-
tian.
1. Dalam pengertian subyektif, istilah ‘sain’ dipergunakan untuk menun~
jukkan :
‘a, Operasi aktual intelek manusia sebagai suatu sdrana bagi manusia
untuk mengetahui sarana yang dalam waktu tertentu manusia
memahami atau ‘mengetahui’ keadaan situasi-situasi tertentu dalam.
fondasinya; dengan kata lain, sebagai suatu sarana di mana manusia
‘di sini dan sekarang memiliki suatu wawasan saintifik tertentu, mi-
salnya, terhadap term matematika, problem fisik atau problem his-
torik, Oleh sebab itu, apa yang dimaksudkan di sini adalah, seba-
gaimana orang-Orang kuno menyebutkan, ‘sefence gua scitur’,
“sain sebagai sarana untuk mengetahui sesuatu’,
b. Pengetahuan habitual yang dimiliki oleh seseorang mengenai
kelompok problem atau suatu bidang data pengalaman yang pasti,
dan kemampuan habitual untuk menyelesaikan problem-problem
saintifik jenis tertentu, Dalam pengertian ini, seseorang mungkin
Anal |, 2 71b 9-12, Terjemahan edisi W.D. Ross atas The Works of Aristotle
ish. Dikistip dengan izin dari Oxford University Press,
ww G. van Melsen, From Atomos tp Atom (Duquesne Siuiies,
A), Pinsburgh, 1952, halm. 169ff.
| van Sicenberghhen, Epistemology, New York. 1949memiliki sain kimia, matematika atau ekonomi, Masih dalam penger-
tian yang !uas, kita berbicara tentang ‘manusia sain’ atau ‘pemika
saintifik’ berkenaan dengan seseorang yang menikmati kemampuan
intelektual untuk menyelesaikan problem-problem saintifik secara
umum,
(2 _Dalam pengertian obyektif, istilah ‘sain’ dan istilah ‘saintifik’ diperguna-
‘kan untuk menunjukkan pengertian tentang obyek sain dalam pengerti-
an subyektif. Dengan kata lain, istilah-istilah ini menunjukkan pengertian
yang dipahami secara aktual atau secara habitual oleh kognisi intelek
dan, sebagaimana biasanya, disajikan dalam pemikiran manusia dan
siap untuk penggunaan lebih jauh. Orang-orang kuna menyebut hal
ini dengan’ istilah ‘scientia quae scitur’, ‘sain yang diketabui’, Inilah
pengertian ‘sain’ dalam beberapa kalimat berikut ini: 'dalam poin ini,
sainnya.lemah, tetipi dalam masalah itu sainnya kuat’ dan 'sainnya
tidak jauh melampui hal itu’, F :
3. Istilah ‘sain’ juga dipergunakan untuk menunjukkan keseluruhan akti-
Vitas kognitif, baik yang bersifat intelektual maupun inderawi, sebagai
sarana bagi manusia untuk bisa memperoleh pengetahuan-tentang
diri dan dunia di sekelilingnya, Dalam pengertian ini, istilah ‘sain’ sedikit
atau banyak sinonim dengan istilah study of science. Dipahami
dengan cara ini, sain bisa ditempatkan sejalan atau bertentangan dengan
istilah-istilah lain yang menunjukkan bidang-bidang, [ain dari aktivitas
manusi isalnya, keimanan dan sain, sain dan seni, sain dan teknik.
Inilah pengertian istilah ‘sain’ juga dalam kalimat-kalimat berikut
‘sain dibatasi oleh persyaratan-persyaratan dari obyek-obyeknya dan
pemikiran manusia’; ‘sain harus mentaati hukum-hukum logika dan
hukum batinnya sendiri’; ‘sain telah menyi-bakkan banyak rahasia
dunia’; ‘sain menghantarkan kepada Tuhan’; ‘mempromosikan sain’,
4. ‘Sain’ juga dipergunakan sebagai kata benda kolektif yang menunjuk-
kan keselunthan bodi dari orang-orang yang dicurahkan kepada
sain, Dalam pengertian ini istilah ini terjadi, misalnya, dalam kalimat-
kalimat berikut: ‘sain membutuhkan kebebasan’,; ‘sain memiliki tang-
gung jawab yang besar atau suatu tugas yang pasti berkaitan dengan
(Seba “sain harus obyektif dan tidak berprasangka’’
‘eringkali istilah ‘sain’ digunakan untuk menunjukkan bidang tertentu
dalam bidang pengetahuan manusia yang menunjukkan hubungan batin
tertentu dan bisa dibedakan dari bidang-bidang lain yang mirip melalui
karakteristik-karakteristiknya yang tepat. Dalam hal ini, istilah ‘sain’
sekaligus menunjukkan sis/em tertentu yang ada pada tesis-tesis yang
saling berhubungan dalam bidang khusus pengetahuan yang merupakan
hasil studi sain (sain dalam pengertian yang ketiga) dalam suatu bidang
studi tertentu. Jika pengertian ini diberikan kepada istilah itu maka
dimungkinkan untuk menggunakannya dalam bentuk jamak; misalnya,
sain-sain matematik, sain-sain eksperimental, sain-sain fisik. Pengertian
sain ini akan dikaji secara lebih rinci dalam Bab Dua.6, Akhimya, istilah ‘sain dan saintifik’ bisa digunakan dalam kaitannya
fe lain cara benar-benar dikattkan
dengan sain dalam salah satu pengertian yang disebutkan di as,
Misalnya, sebuah buku ‘saintifik’ atau sebuah karya ‘saintifik’ adalah
buku yang mengkaji sain dalam pengertian yang kelima; sebuah sikap
‘saintifik’ adalah sikap yang tepat tethadap sain dalem pengertian
yang ketiga; juga ungkapan semisal ‘instrumen-instrumen saintifik’
atau 'manajemen saintifik’, i
Caratan. Ada baiknya jika ditambabkan di sini bahwa berbagai
pengertian sain yang disebutkan di atas sangat erat Saling terkait, sehingga
pengertian yang dimaksudkan dalam konteks tertentu mungkin bisa dikla-
sifikasikan ke dalam lebih satu anak judul, Demikian pula, sebagaimana
apa yang akan ditckankan lebih rinci di dalam Bab Dua. Orang tidak
harus permah kehilangan pandangan tentang fakta bahwa dalam semua
pengerti-annya istilah ‘sain’ mengimplikasikan hubungan tertentu dengan
aktivitas kogninif manusia, ‘Sain’ dan ‘saintifik’ adalah konsop yang selalu
‘menuju, minimal secara implisit, kepada manusia dan altivitas kognisi
intelektual manusia,BAB DUA
SAIN SEBAGAI SUATU SISTEM
Pendahuluan
Tujuan kab ini adalah meniliti karakteristik-karakteristik penting yang
melekat pada ‘sain sebagai suatu sistem’ agar memperoleh pemahaman
tentang struktur suatu sain, sehingga mencapai diskripsi atau definisi yang
sesuaitentang konsep ini. Oleh karena itu, ketika berbi tentang sain
di sini, berarti kita memahani istilah ini dalam pengertian yang diberikan
‘kepadanya dalam nomor 5 dari seksi yang dikemukakan lebih awal
Karakter Sain Manusta. Ketika sain dipahami dalam pengertian
ini, maka seorang pemikir tentang hasil-hasil studi sain yang dilakukan
manusia dalam satu bidang tertentu, hasil-hasil yang sebagai suatu
keseluruhan tesis yang saling terkait bisa ditulis dan mungkin dikumpulkan
dalam sebuah buku. Jadi sain, yang dipahami dalam pengertian ini, akan
mampu memiliki suatu eksistensi di luar diri manusia. Walaupun dalam
halaman-halaman selanjutnya pandangan tentang sain semacam itu tidak
mungkin menyebabkan timbulnya kesulitan-kesulitan, tetapi ada baiknya
untuk selalu diingat bahwa eksistensi sain imajiner yang ada di luar manusia
itu hampir tidak memiliki arti apa-apa. Seperti halnya sain dalam
pengertian-pengertian yang lain, maka sain sebagai suatu sistem
dikarenakan sifat dasarnya tidaklah bisa dibayangkan tanpa hubungannya.
dengan manusia. Di satu sisi ia merupakan hasil pemikiran manusia; di
sisi lain, ia lagi-lagi bisa menjadi pemikiran spiritual umat manusia, yang
dengan cara mereka sendiri mengasimilasi dan mungkin mengembangkantau memodifikasi hasil-hagil orang lain yan; i
Fadl ein scbagal sua csthot sama slat betanish ‘seliabi pi
atau statis, tetapi sebaliknya ia merupakan suatu keseluruhan dissmka
yang dilahirkan atau berkembang, tunduk pada segala macath perubah;
dan dikembangkan dalam ruang lingkup dan kedalaman dalam dan melalu
aktivitas intelektual umat manusia, Oleh karena ini, dipahami dalam
pengertian ini, sain tidak pemah merupakan,sesuaty yang benar-benar
objektif, tetapi, sebagaimana ia ada dalam realitas, yaitu sebagaimana ia
dimiliki oleh manusia, ia selalu merupakan jalinan subyektivitas dan
objektivitas.
Jika di sini ada pertanyaan tentang struktur sain, maka yang kami
maksud adalah komposisi internal, yang diberikan kepadanya oleh aktivitas
manusia yang, di satu sisi, ditentukan oleh sifat dagar obyek yang dipelajari
dan di sisi ain, melalui cara di mana maanusia mampu untuk memahami
obyek ini secara intelektual. Catatan paling penting tentang karakter sain
manusia ini harus dicamkan, karena dalam pengembangan studi kita lebih
lanjut aspek manusia ini tidak akan ditekankan lagi, schingga sescorang
mungkin menangkap kesan bahwa kita tidak memberikan perhatian yang
cukup padanya.
Titik Pijak. Dalam studi tentang sain sebagai suatu sistem maka
titik pijak kita akan diambil dari pengetahuan sain provisional yang dimiliki
oleh siapapun juga yang paling tidak pada tahap tertentu benar-benar
menguasai dunia sain, Orang semacam itu akan mengetahui ada sejumlah
sain dan sain-sain ini berbeda karakteristik dan kepentingannya, Micalnya,
teologi, filsafat, fisik, astronomi. ekonomi, emologi, filologi, psikologi, biologi
dan lain sebagainya bisa diangeap sebagai sain. Kita berbicara tentang,
sain positif dan eksak, sain-sain eksperimental, sain fisik dan sain kultural
Oleh karena itu, pertanyaan muncul mengenai apakah yaang umum
dimiliki oleh semua ini, Apakah landasan yang memperkenankan kita
untuk menunjuk semua sistem ini dan banyak lagi yang lain dengan istilah
umum ‘sain’? Apakah sifat-sifat khusus yang bisa ditemukan dalam
masing-masing dan setiap sain, persyaratan-persyaratan yang hams
dipenuhi sebelum seseorang bisa berbicara tentang ‘sain’? Dalam
halaman-halaman berikut ini kami akan berusaha untuk membahas
karakteristik-karakteristik dan persyaratan-persyaratan ini dalam
sejumlah catatan ringkas (1-7). Akan menjadi jelas bahwa bebetapa di
antara karakteristik yang dituntut lebih berkaitan dengan bentuk suatu
sain (1,3,7) dan yang lain-lain berhubungan dengan isinya,
1, Sain Sebagai Suatu Sistem
Jelas bahwa pengetahuan apapun yang diberi nama ‘sain’ harus
menunjukkan koherensi tertentu. Ia harus membentuk suatu keseluruhan
koherensi dari benda-benda yang saling terkait dan bagian-bagianny2
yang saling terkait yang ditata secara tepat Perhitungan satu-persatu
fakta-fakta atau data-data yang tidak terkait, fidak peduli berapa banyak
besar nilai dari masing-masing fakta atau.data itu untuk diketahui, tidak
wohereay = er doh on/p err
ut
{ GSmenimbulkan suatu sain, Kemudian, dalam nomor 6 dan nomor 7, kita
akan menentukan secara lebih pasti di dalam apa karakter sistematika ini
termuat dan bagaimana ia muncul.
Walaupun memang jelas, tetapi poin ini perlu ditekankan, Sekarang,
ini orang seringkali dianggap ‘saintifik’ dan ‘intelektual’ jika mereka
mempunyai banyak informasi tentang hampir semua pokok masalah di
dunia ini, walaupun mereka tidak memiliki ide yang paling cemerlang
sama sekali mengenai antar hubungan benda-benda yang diketahui. Saya
tidak bisa menahan diri untuk mengutip di sini peringatan yang
didengungkan oleh Newman pada abad ke-19 dalam bukunya, The
Idea of A University.
Seorang intelektual, sebagaimana yang sekarang dipahami oleh
dunia, adalah orang yang satat dengan “pandangan” tentang semua
pokok bahasan filsafat, tentang semua masalah masa kini, Hampi
dianggap tidak beruntung jika tidak memiliki suatu pandangan di
saat mencatat suatu pertanyaan dari Personal Advent hingga Kolera
atau Mesmerisme. Hal ini sebagian besar dikarenakan keperluan-
keperluan literatur periodikal, yang sekarang demikian menuntut
Sctiap tiga bulan, setiap bulan, setiap hari harus ada suplai, demi
gratifikasi publik, teori-teori*baru dan cemerlang tentang pokok
bahasan agama, politik luar negeri, ekonomi, sipil, Keuangan,
perdagangan, pertanian, imigrasi dan koloni-koloni, Perbudakan,
tambang-tambang emas, filsafat Jerman, Imperium Perancis,
Weklington, Peel, Ireland harus dilatih, hari demi hari, oleh apa yang
disebut pemikir-pemikir orisinal. Karena tamu orang besar harus
memproduksi kisah-kisah dan lagu-lagu yang baik di sajian senja,
karena orator-orator program hanus menunjukkan kisab-kisah faktual
di tengah hati, maka sang jumalis harus mengalami kesulitan
menghadapi keharusan yang tegang uatuk menyampaikan secara
tiba-tiba pandang-pandangannya yang jelas, gagasan-gagasan yang
menonjol, kebenaran-kebenaran mutiar demi meja sarapan pagi
Sifat paling dasar_literatur periodikal dibongkar ke dalam
keseluruhan-kesclunshan yang kecil, dan dituntut secara ret ke
dalam suatu jam, melibatkan kebiasaan filsafat dadakan ini
Menurut Newman, sain yang benar harus meet Ne
sumalistik populer yang berasal dari berbagai surat kabar, majalal
aia ans ca lain-lain. Andaikata sekarang in: saja ia masih
hidup tentu ia akan menamakan radio, film dan televisi
i
i if.
¢ ngmass, Green & Co. ‘edisi tahun 1947, halm.xxxvi ;
Spec: at Lng, a ere Hee
-dikutip di atas, balm, 2.2, Sain Membicarakan Bidang Pengetahuan Tertentu
Walaupun memiliki berbagai macam kapasitas, tetapi otak manusia
tidak mampu mencapai semua hal yang bisa diketahui dalam berbagai
Kemungkinan aspeknya. Di masa-masa silam beberapa otak
menonjol —semisal otak Aristoteles ‘dan Albert the Great
dimungkinkan untuk mendominasi semua sain kontemporet
Dimungkinkan untuk menyebut orang seperti Albert the Great sebagai
‘Doktor Universal’ dan orang di zamannya bisa menilai dirinya: ‘Anda
mengetahui apa yang bisa diketahui, “Totum Scible Scisti”, Tetapi bahkan
dj masa+masa itu, cabang-cabang pengajaran tertentu jelas dihindari
sebagai bidang-bidang pengetahuan otonomi atau quasi otonomi. Di masa~
masa awal matematika dan astronomi misalnya, dianggap sebagai sain
sain yang terpisah dikarenakan oleh sifat dasar karakteristik yang melekat
pada metede dan obyeknya. Karena selama masa itu total pengetahuan
yang diakumulasi meningkat, dan perkembangan teknik menawarkan
sarana-sarana saintifik bans, maka semakin diharuskan untuk membagi
bidang yang menonjol yang terbuka bagi pengetahuan saintifik ke dalam
bidang-bidang yang pasti, yang masing-masing melahirkan sain tertentu.
Mengenai metode-metode yang menuntun demarkasi bidang-bidang
pengetahuan yang pasti ini, maka metode ini akan disebutkan dalam bab
yang membalias tentang objek sain (Bab Empat)
3, Sain Diharapkan Dinyatakan dalam Statemen-Statemen
Universal
Semata-mata mendiskripsikan pokok bahasan yang diamati dan
dikaji tidak membentuk suatu sain, Demikian pula semata-mata
menghitung problem-problem satu-persaty yang timbul dalam bidang
pengetahuan tertentu tidaklah sama dengan suatu sain, Karena dalam
kedua kasus ini tidak ada manifestasi pandangan yang mendalam
mengenai pokok bahasan, yang dibutuhkan dalam setiap sain, maka usahin~
usaha hanus dilakukan untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang
didnsarkan pada pemahaman intelektual dan diekspresikan dalam
pemyataan-pemnyataan tipe ‘so it is’ (indi apa adnnya) atau ‘so Ht ought
fo be’ (jadi apa yang scharusnya),
Secara umum, setiap sain berusaha untuk memperolch kajian
mendalam mengenai sifat khusus yang ada paca benda, atau aktivitasnya
yang spesifik, juga interkoneksi fenomena yang esensial menurut karakter
spesifiknya, Dengan demikian yang individual tidak terletak di pusat
kepentingan sain, tetapi hanyalah individual sejauh ia bisa diangeap
meencerminkan yang spesifik itu. Misalnya, ali fisika tidak tertarik pada
sumber cahaya tertentu atau sumber magnit tertentu, contoh individual
tentang air atau helium ini, tetapi ia tertarik pada sifat-sfat cahaya, magnit-
magnit, air atau helium yang hendak ia definisikan dalam pernyataan-
pemyataan yang secara universal valid. Proses yang ditempuh untuk
Mengabstraksi yang universal dari yang individual tidaklah langsung
10berkaitan dengan kajian kita di sini, tetapi akan didiskusikan dalam Bab
Tiga
Kendatipun demikian, kadangkala bisa terjadi bahwa sain tertarik
pada obyek-obvek atau kejadian-kejadian indivual dan konakrit misalnya,
dalam astonom, ketika matahari, bulan, planet-planet tertenta atau benda~
bends langit dipelajari; dalam geologi, ketika umi dikaji berkenaan dengan
penampakan aktualnya sebagai suatu keseluruhan dan dalam bagian-
bagiannya, dan terutama dalam sejarah, Tetapi, bahkan dalam kasus-
g
kasus semacam ity apa yang menjadi masalah biasanya bukanlah y
individual semacam itu, Sebab jika tidak, maka tipe pengetahuan ini han
tidak bisa melampaui kognisi inderawi, sebaliknya, bahkan dalam kasus
ini suatu usaha dilakukaan untuk menemukan aspek-aspek universal dalas
fenomena individual atau menielaskan yang individual sebagai suatu beni
kongkrit dalam esensi imum atau khusus yang sifat dasarnya dinyatakan
dalam proposisi-proposisi universal. ing 3a
Jadi kita melihat bahwa ia menjadi bagian dari esensi sain yang
hasil-hasiinya dinyatakan dalam statemen-statemen universal, yaity
hukum-hukum atau ketentuan-ketentuan yang mengekspresikan bahwa
Suatu spesi¢s atau genus tertentu adalah seperti ini atau hamus seperti ini.
Tentu saja , prinsip-prinsip yang melandasi bangunan sain yang mungkin
bisa dipinjam dani sain lain dinyatakan dalam proposisi-proposisi universal.
Predikat dari proposisi-proposisi universal semacam itu, baik apakah ia
berguna sebagai titik pijak atau.memformulasikan hasil dari sain yang
dimaksud, bisa diterapkan pada subordinagi-subordinasi dari pokok kajian
secara distributif. Hal ini memungkinkan untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang diperolch kepada kasus-kasus yang baru dengan cara
deduktif ( Cf. Bab Tujuh, Seksi I, no 2).
4. Statemen-Statemen Sain Harus Benar atau Mungkin Benar
Pemyataan-pemyataan yang cihasitkan dari penelitian saintifik harus
‘benar dan pasti, paling tidak jika kebenaran dan kepastian berada dalam
manusia berkenan dengan problem yang sedang dibicarakan.
‘Suatu pernyatan adalah denar jika secara objekrif ia sesuai dengan
‘ealitas, yaitu jika ia mengekspresikan hakikat benda-benda sebagaimana
: terlepas dari pertimbangan pikiran. Suatu periyataan disebut past!
Pe anatn arena alasan-alasan subjeknf-yaitu karena pikirantunduk
kepada pemyataan itu secara mantap, tanpa rasa takut atau dengan
“rasa takut salah, Mengenai kebenaran proposisi tertentu, akal bisa
‘melewati keseluruhan rangkaian keadaan, dari sekedar menebak atau
‘melalui suatu pendapat yang dipegangi lebih kurang secara
ian yang absolut. Walaupun secara umum.suaty
dita secara subyektif bersikap pasti terhadapnya,
| subyektif berkenaan dengan suatu propesisi
ungkin, Dalam kasus semacam itukita harus berkaitan dengan kepastian yang salah 3
Mengenai pernyataan-pernyataan saintifik, yang ideal adalah
pemyataan yang mungkin benar. Jika dalam suatu kasus tertentu yang-
ideal ini berade di Juarjangkauan, maka pernyataan-pemyataan itu paling
tidak hanss mungkin benar. x
5, Sain Membahas Finalitas, Kausa, Fondasi dan Esensi dari
Obyeknya
Tidak setiap sistem pemyataan universal dalam suatu lapangan
pengetahuan tertentu membentuk suatu sain. Tidaklah cukup bahwa
pernyataan-pernyataan mengekspresikan benda-benda yang apa adanya,
kualitas-kualitas aktual dan interelasi-interelasi timbal baliknya. Semua
ini merupakan suatu keharusan, tetapi hanyalah sebagai titik pijak bagi
studi lebih lanjut yang tentunya akan memberi kita suatu pemahaman
intelektual terhadap fondasi Kualitas ini, hakikat dan lasan interkoneksinya,
dan: sebab-sebab dari fenomena-fenomena itu, Konsep tentang kauisa
harus dipahami dalam pengertian yang mungkin paling luas, sehingga
konsep ini tidak boleh dibatasi pada kausa-kausa efesien tetapi juga
diperluas hingga mencakup kausa formal, kausa material dan kausa final
\Dua macam kaisa yang terakhir ini membentuk esensi benda-benda
‘naterial, ‘materi yang dibentuk’, di dalam kesatuan yang tidak terpisakan
‘Sementara itu kausa finalis menyatakan diri dalam finalitas realitas dalam.
‘Dengah kata lain, pemyataan-pemyataan yang dihasilkan oleh penelitian
saintifik’otentik hanis merujuk kepada kausa-kausa efesien dari fenomena-
fenomena itu, esensi benda-benda yang dikaji yang karenanya fondasi
dari sifat-sifat dan aktivitas-aktivitasnya, dan akhimya finalitas batin
dari esensi benda-benda itu, yaitu finalitas aspek esensi benda-benda
yang memberikan kepada kita wawasan yang mendalam mengenai
koordinasi bagian-bagian komponen ke dalam satu hasil yang unum.
Berhubung pemyataan-pemyataan sain menunjuk kepada esensi
benda-benda khusus atau umum, maka keniscayaan tertentu akan
diimpikasikan dalam hubungan subjek dan predikat yang dickspresikan,
Unsur yang tidak permanen dalam data-data pengalaman disingkirkan
dari kandungan kognitif melalui abstraksi intelektual. Proses abstraksi
intelektual yang memberikan karakter universalitas kepada proposisi-
proposisi itu sekaligus merupakan fondasi keniscayaan yang ada dalam
. hubungan antara subyek dan predikat dari proposisi-proposisi itu,
Keniscayaan ini mungkin memiliki hakikat yang berbeda sesuai dengan
pokok. bahasan yang ditunjuknya. Kita membedakan keniscayaan
metafisik, matematik, fisik dan moral. Poin ini akan dikaji secara lebih
'
t
fat kebenaran, kepastian, kemungkinan,
sn mendalam dan rinci mengensi hab
‘Gan nebagainya berada di Juar ruang lingkup buku ini. Pembaca yang tertarik mungkin dirujukan
kepada bukwsbuku yang ex professo yang membahas mresalah itu, semisai Epistemology
Karya Van Steenberghen yang dikulif di ates atau ( Epistemology ) karya P. Coffey.rinci dalam studi kita tentang abstraksi (Bab Tiga, Seksi Il, Nomor 3) dan
keniscayaan dalam sain (Bab Empat),
Kadangkala dimungkinkan untuk memahami isi kognitif kongkrit
tertentu dengan segera melalui abstraksi formal, Hal ini seringkali terjadi,
misalnya, dalam matematika dan filsafat. Tetapi dalam sain-sain
eksperimental, seringkali riset yang canggih, yang disebut induksi saintifik,
‘dibutubkan untuk menembus ke dalam inti yang esensial. Kita akan kembali
kepada poin ini dalam diskusi kita tentang induksi saintifik (Bab Delapan).
6. Statemen Sain Harus Ditata Secara Logis
Walaupun istilah inti sain sedikit banyak mengimplikasikan tatanan
logis, tetapi perlu ditegaskan bahwa, sebagaimana pada umumnya diakui
oleh semua pihak, tatanan logis merupakan persyaratan esensial bagi
sain, Pernyataan-pernyataan dan kesimpulan-kesimpulan mengenai
esensi-esensi dan kausa-kausa dari obyek dalam bidang pengetahuan
tertentu tidak bisa dihitung secara sewenang-wenang, tetapi harus ditata
dan diklasifikasi sesuai dengan prinsip tertentu dan mengikuti metode
tertentu. Jadi kita paham mengapa Newman mati-matian mem-
pertahankan bahwa : ~
Langkah pertama dalam latihan intelektual adalah memberikan.
kesan kepada pikiran anak ide taliap sain, metode, tatanan, prinsip
dan sistem, ide tentang aturan, pengecualian, tentang kekayaan dan
on.
Oleh karena itu, keilmuan kritis sangatlah penting, suatu disiplin
bagi dia ketika dia tengah meninggalkan sckolah (menengah) menuju
universitas *
Tanpa latihan kritis memang mustahil seseorang akan melakukan karya
saintifik yang serius.
Suatu unsur esensial dalam sain itu sendiri haruslah penataan
metodologis dan klasifikasi pemyataan-pemnyataannya, dan titik pijak yang
paling awal hingga kesimpulan-kesimpulan sesuai dengan suatu tatanan
logika, semisal dari yang sederhana hingga yang canggih, atau dari yang
diketahui hingea yang tidak diketabui. Tatanan dan klasifikasi ini
mengalami variasi sesuai dengan metode yang dipilih oleh si peneliti
* dengan tekanan demi tujuan atau finalitas dalam sain itu sendin, Oleh
Karena itu, berbagai macam metode sain bisa dibedakan yang dibahas
dalam bagian logika atau filsafat yang disebut metodologi. Kita akan
memberikan porsi tersendiri untuk masalah-masalah ini dalam bab tentang
metode-metode sain (Bab Delapan)7, Sain harus Menjelaskan Penelitian dan Berbagai
Argumentasinya
Keenam persyaratan di atas harus ditambah persyaratan lagi
daklah setiap koleksi persyaratan universal dan pernyataan yang dic
ra logis dalam bidang pengetahuan tertentu_ mengenai-es
saintifi
ada hubung
antara pernyataan-pernyataan, agar memungkinkannya mencapai
penilaian tentang justifikasi pernyataan-pernyataan itu, Oleh sebab itu
kita harus mensyaratkan kepada sain bahwa problem-problem dan
konklusi-konklusinya harus dihubungkan melalui penjelasan terhadap
penyelidikan, penelitian dan, khususnya, atgumen-argumen dan
demonstrasi-demonstrasi yang telah membawa kepada konklusi-konklusi
nya, Hal yang sama juga diimplikasikaan oleh St, Thomas ketika
merijelaskan sain dalam pengertian yang tepat sebagai pengetahuan yang
~@icapai melalui demonstrasi
8, Definisi Deskriptif tentang Sain
Menurut kajian-kajian sebelumnya, di mana kami mempertegas apa
yang oleh setiap orang secara implisit diterima sebagai karakter-karakter
esensial bagi sain, maka kita sekarang mingkin bisa mengajukan definisi
deskriptif tentang sain sebagai suatu sistem: Sain merupakan suatu sistem,
yang ditata secara logis atau minimal secara kemungkinan benar, dan
pemyataan-pernyataan universal mengenai esensi-esensi, fondasi-fondasi,
kausa-kausa dan finalitas dari obyek-obyck dalam suatu bidang
pengetahuan tertentu, berkenaan dengan penyelidikan-penyelidikan,
argumen-argumen dan demonstrasi-demonstrasi yang mendasari
kesimpulan-kesimpulan.
9, Pembagian Lebih Lanjut dari Bagian Pertama Buku ini
Dalam suatu sain yang memenuthi definisi deskriptif yang disebutkan
di atas akan dimungkinkan membedakan sejumlah unsur atau asp
konstitutif demi pemahaman terhadap karakter dan hakikat suatu sain,
perlu dikembangan lebih mendalam, Unsur-unsur itu adalah sebagai
berikut;
1. Unsur terpenting dalam konstruksi sain adalah apa yang disebut
abstraksi. Dikarenakan makna penting operasi intelektual ini, maka
sebuah bab khusus akan dicurahkan untuk mengkajinya
2, Persyaratan sain memiliki karakter miscaya. Keniscayaan ini akan
dibahas dalam Bab Empat,
3. Setiap sain memiliki kawasan studi tertentu yang dikajinya dari sudut
Pandang tertentu. Problem-problem mengenai poin ini akan
didiskusikan dalam Bab Lima, yang membahas obyek sain,
4. Setiap sain didasarkan pada fondasi-fondasé tertentu, la memiliki fitik
Pijak tertentu dan biasanya juga praanggapan-praanggapan
14tertentu, yang akan dikaji dalam Bab Ena,
5, Struktur dan karakter logika yang tepat bagi sain sain menuntut bahwa
metode-metode tertentu hanus diikuti
‘Yang terpenting dari metode-metode saintifik ini akan dibahas dalam
Bab Tyjuh dan Bab Delapan
6. Keseluruhan prosedur suatu sain bertujuan untuk menyelidiki obyek-
obyek dalam bidangnya menurut esensi-esensi, fondasi-fondasi dan
kausa-kausatya, Dalam penyelidikan ini, seringkali harus berangkat
dari suatu hiporesis mengenai fondasi-fonsasi dan kausa-kausa yang
mungkin; Hipotesis ini harus berguna sebagai landasaan teori di mana
konskuensi-konsekuensi dari hipotesis ini dikembangkan lebih jauh.
Pembentukan suatu hipotesis biasanya dituntun oleh kesamaan-
kesamaan analog tertentu antara fenomena-fenomena yang tidak
diketahui dengan fenomena-fenomena lain yang diketahui. Hipotesis
dan teori demikian pula metode analog yang membawa kepada suatu
hipotesis, akan pula menjadi obyck perhatian kita dalam Bab Sembilan.
7, Dalam satu atati lain cara, setiap sain harus membuktikan kesimpulan-
kesimpulannya, Oleh karena itu, studi tentang demonstrasi-
demonstrast pun tak terhindarkan adanya (Bab Sepuluh).
Perbedaan-perbedaan yang biasa diamati mengenai beberapa unsur
dan aspek menimbulkan kemungkinan bagi sain-sain yang karakteristiknya
berbeda. Oleh sebab itu, unsur-unsur dan aspek-aspek ini bisa
menimbulkan suatu kesempatan bagi pembagian rasional dan masuk akal
dari sain-sain ini, yang akan didiskusikan dalam bagian kedua dari buku
inj, Ini merupakan alasan tambahan mengapa studi lebih luas dan men-
dalam tentang unsur-unsur dan aspek-aspek ini mendapat alasan
pembenarannya.
1S