Anda di halaman 1dari 41

BAB VI.

SISTEM PERNAPASAN

Pernapasan / respirasi adalah pertukaran gas dari makhluk hidup dengan gas dari
lingkungannya. Respirasi terbagi menjadi :
• Respirasi eksternal → pertukaran gas pada alveolus paru-paru
• Respirasi internal → pertukaran gas antara kapiler darah dengan sel-sel tubuh
A. Alat pernapasan manusia

Gb. 6.1 Alat pernapasan manusia Gb. 6.2 Struktur bronkus dan bronkiolus
1. Hidung
Rongga hidung dilengkapi silia dan selaput lendir yang berfungsi untuk menyaring
udara. Selain itu rongga hidung juga berfungsi untuk menghangatkan dan
melembabkan udara yang dihirup.
2. Faring
Merupakan tempat persimpangan antara tenggorokan dan kerongkongan. Pada faring
terdapat klep epiglotis yang selalu dalam keadaan terbuka dan hanya menutup jika
menelan makanan. Di bawah faring terdapat pangkal batang tenggorokan yang
disebut laring, pada laring terdapat celah disebut glotis yang menuju batang
tenggorokan. Selain itu pada laring juga terdapat pita suara.
3. Trakea (batang tenggorokan)
Berbentuk pipa dan tersusun atas cincin-cincin tulang rawan dan terletak di depan
kerongkongan. Bagian dalam trakea terdiri atas sel epitel bersilia yang menghasilkan
lendir, berfungsi untuk menahan debu dan kotoran agar tidak masuk ke paru-paru.
4. Bronkus (cabang batang tenggorokan)
Bronkus adalah percabangan trakea menuju paru-paru kanan dan kiri. Bronkus kiri
kedudukannya lebih mendatar dibanding yang kanan. Bronkus bercabang lagi
membentuk bronkiolus, tiga pada paru-paru kanan dan dua pada paru-paru kiri.
5. Pulmo (paru-paru)
Pada paru-paru bronkiolus berakhir sebagai gelembung halus yang disebut alveolus,
disinilah terjadi proses respirasi eksternal. Hal itu dapat terjadi karena alveolus
diselubungi oleh pembuluh kapiler sehingga O2 dan CO2 dapat berdifusi keluar
masuk. Paru-paru diselubungi oleh selaput rangkap dua yang disebut pleura, pada
rongga di antaranya terdapat cairan limfa yang berfungsi melindungi paru-paru dari
gesekan ketika mengembang dan mengempis.
B. Mekanisme pernapasan manusia
Hakikat bernapas adalah memasukkan udara (inspirasi) ke dalam tubuh dan
mengeluarkan gas sisa (ekspirasi) dari tubuh ke luar. Berdasarkan otot yang terlibat pada
inspirasi dan ekspirasi, maka pernapasan manusia terbagi :
a. Pernapasan dada
• Inspirasi : otot antar tulang rusuk (muskulus inter costalis) berkontraksi → tulang
rusuk terangkat → rongga dada membesar → paru-paru mengembang → tekanan
udara dalam paru-paru lebih rendah daripada lingkungan → udara mengalir masuk
• Ekspirasi : otot antar tulang rusuk (muskulus inter costalis) relaksasi → tulang
rusuk turun → rongga dada mengecil → paru-paru mengempis → tekanan udara
dalam paru-paru lebih tinggi daripada lingkungan → udara terdorong keluar

Eman Laeli Fitri


1
b. Pernapasan perut
• Inspirasi : otot diafragma berkontraksi → diafragma mendatar → rongga dada
membesar → paru-paru mengembang → tekanan udara dalam paru-paru lebih
rendah daripada lingkungan → udara mengalir masuk
• Ekspirasi : otot diafragma relaksasi → diafragma melengkung → rongga dada
mengecil → paru-paru mengempis → tekanan udara dalam paru-paru lebih tinggi
daripada lingkungan → udara terdorong keluar

C. Volume dan kapasitas paru-paru


✓ Volume tidal → volume udara hasil inspirasi dan ekspirasi normal (500 cc)
✓ Udara cadangan inspirasi / komplementer → udara yang masih dapat dimasukkan ke
dalam paru-paru secara maksimal setelah inspirasi normal (1500 cc)
✓ Udara cadangan ekspirasi / suplementer → udara yang masih dapat dihembuskan
secara maksimal setelah ekspirasi normal (1500 cc)
✓ Kapasitas vital → jumlah udara yang dapat dihembuskan semaksimal mungkin
setelah inspirasi maksimal ( volume tidal + komplementer + suplementer) ± 3500 cc
✓ Udara residu → udara yang masih tertinggal dalam paru-paru sesudah ekspirasi
maksimal (1000 cc)
✓ Kapasitas total paru-paru → jumlah volume udara yang dapat tertampung secara
maksimal dalam paru-paru / jumlah kapasitas vital dan udara residu (± 4500 cc)

D. Frekuensi pernapasan
Frekuensi / kecepatan pernapasan manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
➢ Umur → bertambahnya umur mengakibatkan frekuensi pernapasan semakin
melambat
➢ Jenis kelamin → frekuensi pernapasan pria lebih tinggi dibanding wanita
➢ Suhu tubuh → semakin tinggi suhu tubuh maka semakin cepat frekuensi
pernapasannya
➢ Posisi tubuh
➢ Kegiatan tubuh
➢ Kadar O2 dan CO2 di udara

E. Pertukaran oksigen dan karbondioksida


Pertukaran gas terjadi akibat perbedaan tekanan parsial gas, gas bertekanan tinggi akan
berdifusi ke tempat gas bertekanan rendah. Pada alveolus kapiler darah membawa CO 2
bertekanan lebih tinggi daripada tekanan udara di atmosfer, sehingga CO2 berdifusi dari
darah menuju ke paru-paru untuk kemudian dihembuskan keluar tubuh. Sebaliknya
darah pada kapiler mengandung sedikit O2, sedangkan dalam alveolus banyak O2,
sehingga oksigen berdifusi ke darah. Pada sel darah merah terdapat protein yang disebut
hemoglobin yang mempunyai daya afinitas (daya ikat) terhadap oksigen, maka oksigen
diangkut oleh darah dalam bentuk oksihemoglobin (HbO2). Pada jaringan, darah
membawa O2 yang bertekanan lebih tinggi daripada jaringan, sehingga O 2 berdifusi
masuk ke dalam jaringan. Sedangkan pengangkutan CO2 terbagi menjadi :
✓ Dalam bentuk asam karbonat
Jika bereaksi dengan air maka CO2 akan membentuk asam karbonat

✓ Dalam bentuk karbominohemoglobin (HbCO2)


✓ Dalam bentuk ion bikarbonat dalam plasma darah
Asam karbonat dapat terurai menjadi ion bikarbonat melalui proses pertukaran
klorida.

HCO3- keluar dari sel darah merah menuju plasma darah, dan kedudukannya
digantikan oleh ion Cl- dari plasma darah.

Eman Laeli Fitri


2
Gb. 6.3 Skema pertukaran gas oksigen dan karbondioksida

F. Gangguan sistem pernapasan manusia


 Faringitis → radang pada faring
 Pleuritis → radang pada selaput paru-paru
 Tonsilitis → radang pada tonsil, jika terjadi pada pangkal faring disebut amandel, jika
terjadi pada dinding nasofaring disebut adenoid
 Sinusitis → radang pada sebelah atas rongga hidung
 Laringitis → radang pada laring
 Bronkitis → radang pada bronkus
 Emfisema → pelebaran dinding alveolus
 Asfiksi → gangguan pengangkutan oksigen ke jaringan, contohnya ketika seseorang
tenggelam sehingga paru-parunya terisi air
 Asma → penyempitan saluran pernapasan akibat kontraksi terus menerus otot polos
penyusun dinding saluran pernapasan, dipicu oleh hipersensitivitas terhadap debu,
asap rokok, bulu hewan dan udara dingin
 Hipoksia → kekurangan oksigen dalam jaringan
 Asidosis → meningkatnya kadar asam karbonat dan ion bikarbonat dalam darah yang
menyebabkan terganggunya pernapasan
 Sianosis → kebiruan pada kulit yang disebabkan karena jumlah hemoglobin
deoksigenisasi yang berlebihan di dalam pembuluh darah kulit, terutama dalam
kapiler
 Pneumonia → radang pada dinding alveolus akibat infeksi bakteri Diplococcus
pneumonia
 Tuberkulosis → tumbuhnya bintil-bintil pada dinding alveolus akibat infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis
 Difteri → infeksi saluran pernapasan atas akibat infeksi bakteri Corynabacterium
diphtheriae

G. Teknologi yang digunakan untuk membantu bernapas


• Trakeotomi → pembuatan lubang pernapasan buatan pada trakea
• Intubasi endotrakea → memasang selang dalam trakea
• Pulmotor → alat untuk menyelenggarakan pernapasan buatan
• Radiasi sinar X → untuk mendiagnosis penyakit alat pernapasan, misalnya kanker
paru-paru

Eman Laeli Fitri


3
H. Sistem pernapasan hewan
• Cacing → melalui permukaan tubuhnya (integumenter)
• Serangga → menggunakan buluh trakea, udara masuk melalui spirakel / stigma
• Ikan
Ikan bernapas dengan insang, kecuali ikan paru-paru (Dipnoi). Insang berupa lembaran
(filamen) pipih berwarna merah muda, pada permukaannya terdapat banyak kapiler
darah tempat terjadinya pertukaran gas antara darah dan air. Setiap insang didukung
oleh lengkung insang yang memiliki rigi-rigi insang yang berfungsi sebagai penyaring.
Inspirasi : air yang mengandung oksigen masuk ke mulut, tutup insang (operkulum)
menutup
Ekspirasi : celah mulut menutup, operkulum membuka, air bersentuhan dengan
filamen, oksigen berdifusi ke darah dan karbondioksida berdifusi ke air
• Katak
Ketika masih berupa larva / berudu, katak bernapas menggunakan insang, ketika
dewasa katak bernapas menggunakan paru-paru. Selain itu katak juga dapat bernapas
menggunakan kulitnya, kulit katak sangat tipis dan lembab sehingga memungkinkan
terjadinya difusi gas, terutama ketika berada dalam air.
• Burung
Selain paru-paru, burung menggunakan pundi-pundi hawa (saccus pneumaticus) untuk
bernapas, terutama ketika terbang. Selain itu pundi-pundi hawa juga berfungsi untuk
memperbesar ruang siring / memperkeras suara, mengatur berat jenis tubuh, mengatur
suhu tubuh. Paru-paru burung tidak memiliki alveolus, tetapi pembuluh-pembuluh
udara disebut parabronkus. Mekanisme pernapasan burung :
a) Ketika hinggap
✓ Inspirasi : otot antar tulang rusuk bergerak ke depan (berkontraksi) → rongga
dada membesar → paru-paru mengembang → tekanan udara mengecil → udara
masuk, sebagian ke paru-paru, sebagian ke pundi-pundi hawa
✓ Ekspirasi : otot antar tulang rusuk kembali ke posisi semula (relaksasi) → rongga
dada mengecil → paru-paru mengempis → tekanan udara meningkat → udara
dalam pundi-pundi hawa masuk ke paru-paru → udara dari paru-paru terdorong
keluar
Maka pengambilan oksigen terjadi pada kedua fase, baik inspirasi maupun
ekspirasi.
b) Ketika terbang
✓ Inspirasi : sayap diangkat → pundi-pundi hawa ketiak mengembang, pundi hawa
antar tulang korakoid terjepit → udara masuk
✓ Ekspirasi : sayap diturunkan → pundi hawa ketiak terjepit, pundi hawa antar
tulang korakoid mengembang → udara keluar

Eman Laeli Fitri


4
BAB VII. SISTEM EKSKRESI

Pada manusia berlangsung 3 proses pengeluaran zat, yaitu :


• Defekasi → proses pengeluaran sisa pencernaan / feses
• Sekresi → proses pengeluaran hasil metabolisme yang masih dapat digunakan,
contohnya enzim dan hormon
• Ekskresi → proses pengeluaran sisa metabolisme yang sudah tidak digunakan lagi oleh
tubuh, dalam bentuk urin, keringat dan CO2
A. Organ ekskresi
1. Ginjal (Ren)
Ginjal manusia berjumlah sepasang, terletak di kanan dan kiri tulang pinggang,
sebelah kiri terletak agak lebih tinggi daripada sebelah kanan. Ginjal terbungkus
lapisan pelindung yang tersusun dari lemak.

Gb. 7.1 Struktur ginjal Gb. 7.2 Struktur nefron dan badan malpighi
Ginjal terdiri atas 2 lapisan, yaitu :
✓ Korteks → merupakan lapisan luar, mengandung badan malpighi, tubulus
proksimal dan tubulus distal.
✓ Medula → bagian dalam ginjal, mengandung tubulus kolektivus dan lengkung
Henle, pelvis renalis
Nefron adalah unit struktural dan fungsional terkecil dari ginjal, setiap nefron
terdiri atas :
 Badan malpighi → terdiri atas glomerulus dan simpai / kapsula Bowman.
Pada glomerulus terdapat banyak pembuluh darah, pembuluh darah yang
menuju glomerulus disebut arteriole aferen, yang meninggalkan glomerulus
disebut arteriole eferen.
 Tubulus-tubulus → terdiri atas tubulus kontortus proksimal, tubulus
kontortus distal, tubulus kolektivus.
Nefron terbagi menjadi 2, yaitu :
• Nefron korteks → terletak di korteks, memiliki lengkung Henle yang pendek
• Nefron jukstamedula → glomerulus terletak di korteks, lengkung Henle
menjulur panjang sampai medulla

Gb. 7.3 Macam nefron

Eman Laeli Fitri


5
Proses pembentukan urin
a. Filtrasi → penyaringan darah yang terjadi pada glomerulus, menghasilkan
urin primer / filtrat glomerulus. Urin primer mengandung air, glukosa,
asam amino, garam-garam, urea dan asam urat.
b. Reabsorbsi → penyerapan kembali bahan-bahan yang masih diperlukan
tubuh, terjadi di tubulus proksimal, menghasilkan urin sekunder / filtrat
tubulus. Zat-zat yang direabsorbsi diantaranya adalah air, glukosa, asam
amino, garam, ion Na+, K+, Cl-, Ca2+, SO42-, HCO3-, zat keratin, dan asam
askorbat.
c. Augmentasi → penambahan zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh ke
dalam tubulus distal dan penyerapan kelebihan air, menghasilkan urin yang
sesungguhnya. Zat yang ditambahkan antara lain ion K+, H+ dan NH3.
Selanjutnya urin masuk ke tubulus kolektivus, terus ke pelvis renalis dan
dialirkan melalui ureter keluar dari ginjal menuju kantung kemih / vesica
urinaria untuk disimpan sementara. Dari vesica urinaria kemudian dikeluarkan
dari tubuh melalui uretra.

Gb. 7.4 Struktur ginjal, ureter dan vesica urinaria

Faktor yang mempengaruhi jumlah urin :


✓ Jumlah air yang diminum
✓ Saraf → stimulus saraf renalis akan mempengaruhi penyempitan arteriole
aferen
✓ Hormon antidiuretika (ADH) / vasopresin → dihasilkan oleh hipofisis
posterior, berfungsi untuk mengatur tekanan osmotik darah dengan cara
mempengaruhi penyerapan air pada tubulus distal. Ketika tekanan osmotik
darah naik / tubuh kekurangan cairan, maka sekresi ADH meningkat,
sehingga penyerapan air juga meningkat dan berakibat urin yang dihasilkan
menjadi sedikit, demikian sebaliknya.
✓ Suhu
✓ Emosi

2. Kulit (Integumen)
Terbagi atas :
a. Epidermis
Bagian epidermis terdiri atas :
➢ Stratum korneum → disebut juga lapisan tanduk, tersusun atas sel-sel mati
yang selalu mengelupas
➢ Stratum lusidum → bagian berwarna bening
➢ Stratum granulosum → bagian yang mengandung butiran pigmen
➢ Stratum spinosum dan stratum basale (stratum germinativum) → merupakan
bagian yang selalu tumbuh membentuk lapisan kulit baru ke arah luar

Eman Laeli Fitri


6
Gb. 7.5 Struktur epidermis
b. Dermis
Bagian dermis terdiri atas :
➢ Kelenjar keringat (glandula sudorifera)
➢ Kelenjar minyak (glandula sebasea)
➢ Saraf
➢ Pembuluh darah
➢ Akar rambut
➢ Otot-otot penegak rambut
Fungsi kulit :
• Pengendali suhu tubuh
• Pelindung terhadap kerusakan fisik, penyinaran, zat kimia, kuman dan
kekeringan
• Penerima rangsang sentuhan, tekanan, suhu (indera peraba)
• Mengekresikan zat sisa berupa keringat
Proses pengeluaran keringat diatur oleh hipotalamus yang berperan sebagai pusat
pengatur suhu tubuh. Aktivitas kelenjar keringat dipengaruhi oleh perubahan suhu
lingkungan dan suhu darah. Ketika suhu meningkat, pembuluh darah melebar, aliran
darah lebih banyak, penyaringan air dan sisa metabolisme oleh kelenjar keringat
meningkat. Keringat akan dikeluarkan melalui kulit lewat penguapan. Komponen
keringat terdiri atas air, garam (NaCl), sisa metabolisme sel, urea, asam.

Gb. 7.6 Struktur kulit

Eman Laeli Fitri


7
3. Hati (Hepar)
Fungsi hati :
• Tempat penyimpanan gula otot / glikogen
• Tempat pembongkaran dan pembentukan protein
• Menawarkan racun / detoksifikasi racun
• Tempat pembongkaran sel darah merah
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh. Hati dibungkus oleh selaput kapsula
hepatis. Pada hati terdapat dua macam pembuluh, yaitu pembuluh darah dan
pembuluh empedu, keduanya disatukan oleh jaringan ikat yang disebut selaput
glison. Di dalam hati terdapat sel yang berfungsi untuk merombak sel darah merah
disebut histiosit.
Hemoglobin dilepaskan dari eritrosit dan dipecah menjadi :
✓ Zat besi (Fe) → dikembalikan ke sumsum merah tulang sebagai bahan
pembentuk sel
darah merah yang baru
✓ Globin → digunakan kembali untuk pembentukan hemoglobin baru
✓ Hemin → diubah menjadi bilirubin dan biliverdin sebagai zat warna empedu.
Dalam usus zat ini dioksidasi menjadi urobilin dan memberikan warna pada urin
dan feses
Hasil metabolisme protein menghasilkan amonia yang bersifat racun sehingga harus
dikeluarkan dari dalam tubuh, tetapi sebelumnya harus diubah dahulu menjadi urea
melalui proses :
NH3 + ornitin + CO2 → sitrulin
NH3 + sitrulin → arginin
Enzim arginase
Arginin ornitin + urea + H2O
Urea dan air akan dikeluarkan sebagai urin lewat ginjal.

Gb. 7.7 Struktur hati


SGOT dan SGPT
SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) atau dikenal juga dengan AST
(aspartate aminotransferase), merupakan enzim yang biasanya ditemukan
pada hati (liver), jantung, otot, ginjal, hingga otak. SGPT (Serum Glutamic Pyruvic
Transaminase) atau disebut juga dengan ALT (alanin aminotransferase) merupakan
enzim yang banyak terdapat dalam organ hati. Kedua enzim ini memiliki tugas yang
sama, yaitu membantu mencerna protein dalam tubuh. Baik SGOT dan SGPT
merupakan enzim transaminase. Transaminase berfungsi dalam metabolisme asam
amino menjadi glukosa yang terjadi di otot maupun hati. Kedua enzim ini biasanya
akan terlihat normal dengan batas SGOT 5–40 µ/L (mikro per liter) dan SGPT: 7–
56 µ/L (mikro per liter). Normalnya kedua enzim transaminase ini berada di dalam
sel. Peningkatan kadar transaminase dalam darah digunakan sebagai penanda tidak
langsung dari kerusakan jaringan. SGPT akan keluar ke dalam aliran darah jika
terdapat kerusakan pada hati.
Gangguan hati yang diindikasikan dengan nilai SGOT dan SGPT
 Hepatitis akut
✓ mengalami peningkatkan SGOT dan SGPT yang signifikan, 5-10 kali nilai
normal
✓ kenaikan kadar bilirubin, penurunan albumin

Eman Laeli Fitri


8
 Fatty liver (perlemakan hati)
✓ SGOT dan SGPT meningkat, namun hanya sekitar 2-3 kali nilai normal
✓ Bilirubin normal
 Sumbatan empedu
✓ SGOT dan SGPT meningkat kurang dari 4 x nilai normal
✓ Terjadi peningkatan kadar kolesterol
✓ Kadar bilirubin sangat tinggi

4. Paru-paru (Pulmo)
Mengekskresikan CO2 dan H2O.

B. Gangguan sistem ekskresi


a. Gangguan ginjal
 Nefritis → kerusakan pada glomerulus akibat infeksi bakteri Streptococcus
 Uremia → masuknya urin ke pembuluh darah
 Edema → penimbunan air di ruang interseluler (biasanya di kaki) akibat
terganggunya reabsorbsi air
 Batu ginjal → pengendapan garam kalsium di dalam rongga ginjal, saluran ginjal
atau kantong kemih
 Albuminuria → adanya albumin dan protein lain dalam urin
 Hematuria → adanya sel darah merah dalam urin
 Ketosis → adanya keton dalam urin
 Diabetes melitus → tingginya kadar glukosa dalam darah karena kekurangan
hormon insulin sehingga urin yang dihasilkan masih mengandung glukosa
 Diabetes insipidus → pengeluaran urin yang terlalu banyak akibat gangguan
penyerapan air (kekurangan hormon ADH)
 Polyuria → urin yang dikeluarkan oleh tubuh amat banyak dan encer
 Oligouria → urin yang dihasilkan sangat sedikit
 Anuria → tidak dihasilkan urin sama sekali
 Gagal ginjal → kegagalan ginjal dalam menjalankan fungsinya
b. Gangguan kulit
 Jerawat
 Eksem → kulit kering kemerahan dan gatal bersisik
 Pruvitus kutanea → penyakit kulit dengan gejala rasa gatal yang dipacu iritasi
saraf sensori perifer atau disebabkan oleh kencing manis, penyakit hati dan
gangguan kelenjar tiroid
 Kudis / skabies / seven years itch → penyakit kulit karena infeksi tungau atau
caplak (Sarcoptes scabei)
c. Gangguan hati
 Hepatitis → radang pada hati akibat infeksi virus, bakteri atau protozoa, dan juga
dapat diakibatkan oleh zat-zat kimia yang meracuni hati, seperti alkohol dan
obat-obatan
 Sirosis hati → kondisi dimana jaringan hati mengalami pengerasan akibat racun
aflatoxin yang dihasilkan oleh bakteri dan virus.

C. Teknologi yang digunakan untuk mengatasi gangguan sistem ekskresi


✓ Hemodialisis → cuci darah
✓ Transplantasi organ (ginjal, hati, paru-paru)

D. Sistem ekskresi hewan


1. Protozoa (Paramaecium) → vakuola kontraktil
2. Planaria → sel api / flame cell
3. Cacing tanah → nefridium
4. Serangga → pembuluh malpighi

Eman Laeli Fitri


9
5. Ikan
• ikan laut → banyak minum, sedikit urin. Garam-garam yang masuk bersama air
yang diminum secara aktif dikeluarkan lewat insang
• ikan air tawar → sedikit minum, banyak urin. Ikan air tawar menghemat garam
dan membersihkan tubuhnya dari zat-zat sisa senyawa nitrogen
6. Amphibi → tipe ginjal mesonefros, larva mengekskresikan amonia, berudu dan
hewan dewasa mengekskresikan urea
7. Reptil → tipe ginjal metanefros, mengekskresikan asam urat dan amonia
8. Aves → tipe ginjal metanefros, mengekskresikan asam urat dan garam (burung laut)

Eman Laeli Fitri


10
BAB VIII. SISTEM KOORDINASI

A. Sistem saraf
Sistem saraf berfungsi menerima rangsang, menghantarkan rangsang dan menanggapi
rangsang, baik dari luar tubuh (cahaya, suara, panas, dingin, dll) maupun rangsangan
dari dalam tubuh (lapar, haus, nyeri, dll). Penerima rangsang adalah reseptor, sedangkan
sel / organ yang digunakan untuk bereaksi terhadap rangsangan adalah efektor, efektor
utama dalam tubuh adalah otot dan kelenjar.
Neuron adalah unit fungsional terkecil penyusun sistem saraf, yang terdiri atas :
✓ Dendrit
✓ Badan sel
✓ Neurit / akson
✓ Selubung myelin → berfungsi melindungi akson, memberi nutrisi pada neuron dan
mempercepat jalannya impuls
✓ Sel Schwann → sel penyusun selubung myelin
✓ Nodus ranvier → bagian akson yang tidak ditutupi selubung myelin
Arah jalannya impuls saraf : dendrit → badan sel → akson / neurit

Gb. 8.1 Struktur neuron

Berdasarkan fungsinya neuron terbagi :


➢ Neuron sensorik → berfungsi menerima rangsang, dendritnya berhubungan dengan
reseptor, aksonnya berhubungan dengan dendrit neuron lain
➢ Neuron motorik → berfungsi membawa tanggapan dari otak / sumsum tulang
belakang, dendritnya berhubungan dengan akson neuron lain, aksonnya berhubungan
dengan efektor
➢ Neuron konektor → penghubung antara neuron yang satu dengan yang lain
➢ Neuron ajustor → penghubung antara neuron sensorik dengan neuron motorik di otak
dan sumsum tulang belakang
Penghantaran impuls saraf
Permukaan neuron bermuatan positif, bagian dalamnya bermuatan negatif, keadaan
demikian disebut polarisasi. Jika ada rangsangan melewatinya maka muatannya berubah,
bagian luar negatif, bagian dalam positif, keadaan tersebut disebut depolarisasi. Dengan
demikian rangsangan dapat dibawa sepanjang neuron sebagai impuls saraf.

Gb. 8.2 Penghantaran impuls Gb. 8.3 penghantaran impuls lewat sinaps

Eman Laeli Fitri


11
Antar neuron terdapat penghubung yang disebut sinaps. Neuron yang terletak sebelum
sinaps disebut neuron prasinaps, yang terletak sesudahnya disebut neuron pascasinaps.
Impuls menjalar dari prasinaps ke pascasinaps dengan bantuan neurotransmitter
(asetilkolin, dopamin, serotonin, noradrenalin). Ketika impuls listrik bergerak melintasi
akson menuju ujung sinaps, permeabilitas membran prasinaps terhadap ion Ca
meningkat, akibatnya ion Ca masuk dan gelembung sinaps / vesikel melebur dengan
membran prasinaps sambil melepaskan neurotransmitter ke celah sinaps. Molekul
neurotransmitter akan berikatan dengan bagian reseptor pada pascasinaps sehingga
impuls dapat disampaikan ke neuron selanjutnya.
Macam neurotransmitter :
• Asetilkolin → berperan dalam sistem saraf tepi, dilepaskan oleh neuron motorik dan
neuron sistem saraf otonom, berfungsi memicu kontraksi otot, merangsang kerja
beberapa hormon, mengontrol detak jantung menjaga fungsi kognitif otak,
mengoptimalkan kerja memori
• Glutamat → pengantar rangsang utama pada sistem saraf pusat, fungsinya
mengoptimalkan fungsi kognitif
• Gamma-aminobutyric acid (GABA) → berfungsi mengatur suasana hati,
kecemasan, penglihatan dan kontrol motorik
• Dopamin → berfungsi mengontrol kerja system motorik tubuh, memori, kognitif
otak, perilaku serta koordinasi gerakan tubuh
• Serotonin → berfungsi membantu mengatur suasana hati, nafsu makan, pembekuan
darah, waktu tidur, dan ritme sikardian tubuh
• Efinefrin/adrenalin → aktif Ketika seseorang merasa stress atau takut, berfungsi
meningkatkan denyut jantung, laju pernapasan dan menyuplai energi bagi otot
• Endorfin → berfungsi menurunkan transmisi sinyal rasa sakit ke otak dan
meningkatkan perasaan nyaman dan bahagia, banyak dilepaskan setelah melakukan
aktivitas fisik

Gerak refleks
Gerak merupakan respon terhadap rangsangan dari luar. Gerak terbagi menjadi gerak
biasa dan gerak refleks. Gerak refleks terjadi karena rangsangan dari luar tidak sempat
diolah di otak, jalur yang dilalui gerak refleks disebut lengkung refleks : reseptor →
neuron sensorik → sumsum tulang belakang / neuron konektor → neuron motorik →
efektor
Jika neuron konektor terdapat di sumsum tulang belakang maka disebut refleks tulang
belakang, misalnya gerak refleks lutut dan kaki. Jika neuron konektor terdapat di otak
disebut refleks otak, misalnya refleks kejap mata dan melebar menyempitnya pupil.

Sistem saraf terbagi menjadi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
1. Sistem saraf pusat (SSP)
Terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Otak terletak di bawah tulang
tengkorak, sumsum tulang belakang terletak di dalam tulang punggung. SSP
dilindungi selaput meninges yang terdiri dari :
✓ Durameter → melekat pada tulang tengkorak dan tulang punggung
✓ Arachnoid → lapisan tengah, berisi cairan serebrospinal
✓ Piameter → lapisan paling dalam, melekat pada permukaan otak dan sumsum
Otak dan sumsum tulang belakang terdiri atas substansi kelabu (substansi grisea)
yang berisi kumpulan badan sel saraf, dan substansi putih (substansi alba) yang berisi
kumpulan dendrit dan akson.

Eman Laeli Fitri


12
Gb. 8.4 Sistem saraf pusat

1) Otak
Otak berfungsi sebagai pusat koordinasi tubuh. Pada otak substansi kelabu terletak
di sebelah luar dan substansi putih di sebelah dalam. Pada masa embrio, otak
terbagi menjadi otak depan (prosensefalon), otak tengah (mesensefalon) dan otak
belakang (rhombensefalon). Ketika dewasa otak depan kemudian berkembang
menjadi telensefalon (otak besar) dan diensefalon. Otak belakang menjadi
metensefalon yang bagian dorsalnya membentuk serebelum / otak kecil dan
mielensefalon yang menjadi medula oblongata (sumsum lanjutan).

a) Otak besar / serebrum


Terdiri atas dua belahan (hemisfer), kanan dan kiri yang dihubungkan oleh
jembatan varol (pons varoli). Belahan otak kiri mengendalikan sistem sebelah
kanan dan sebaliknya. Bagian luar yang berlipat-lipat disebut korteks, bagian
dalam disebut medula. Otak besar terbagi menjadi 4 lobus :
• Lobus frontalis / bagian dahi → berperan dalam gerak otot
• Lobus parietalis / bagian ubun-ubun → pengatur kerja kulit terhadap
pengaruh panas, dingin, sentuhan dan tekanan
• Lobus temporalis / bagian pelipis → pusat pendengaran dan berbicara
• Lobus oksipitalis / bagian belakang → pusat penglihatan
Antara bagian tengah dan belakang merupakan pusat perkembangan
kecerdasan, ingatan, kemauan dan sikap. Otak besar juga terbagi menjadi
beberapa area :
➢ Area sensorik → bagian penerima rangsang dari reseptor
➢ Area motorik → bagian yang merespon rangsang
➢ Area asosiasi → penghubung area sensorik dan motorik, berperan dalam
proses belajar, berpikir, membuat keputusan, kesimpulan, menyimpan
ingatan dan belajar bahasa

Gb. 8.5 Struktur bagian otak

Eman Laeli Fitri


13
Gb. 8.6 Lobus serebrum Gb. 8.7 Otak depan
b) Otak depan / diensefalon
Terdiri atas :
• Talamus → menerima semua rangsangan dan meneruskannya ke sensorik
serebrum
• Hipotalamus → pusat pengatur suhu, selera makan, rasa lapar dan haus, rasa
mengantuk, keseimbangan cairan tubuh, emosi dan tekanan darah
• Infundibulum → pangkal kelenjar hipofisis
c) Otak tengah / mesensefalon → pusat refleks mata dan pendengaran
d) Otak kecil / serebelum → pusat koordinasi otot dan mengatur keseimbangan
posisi tubuh

2) Sumsum
Pada sumsum substansi putih terletak di sebelah luar, substansi kelabu di sebelah
dalam. Substansi kelabu berberntuk seperti sayap / huruf H. Sayap yang letaknya
mengarah ke perut disebut sayap ventral, mengandung neuron motorik, aksonnya
menuju ke efektor dan dendritnya berhubungan dengan akson neuron konektor.
Sayap yang mengarah ke punggung disebut sayap dorsal, mengandung neuron
sensorik, dendritnya berhubungan dengan reseptor dan aksonnya berhubungan
dengan dendrit neuron konektor.
Sumsum terbagi menjadi :
➢ Sumsum lanjutan (medula oblongata) → mengatur aktivitas denyut jantung,
pelebaran dan penyempitan pembuluh darah, pusat pengatur pernapasan, sekresi
ludah, menelan, gerak peristaltik, batuk dan bersin.
➢ Sumsum tulang belakang (medula spinalis) → berfungsi menghantarkan impuls
dari reseptor ke otak dan respon dari otak ke efektor, dan sebagai pusat gerak
reflex

Gb. 8.8 Penampang melintang sumsum


2. Sistem saraf tepi (SST)
Terdiri atas serabut-serabut saraf yang menghubungkan sistem saraf pusat dengan
alat-alat tubuh. Berdasarkan arah impuls terbagi :
➢ Saraf aferen → membawa impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat
➢ Saraf eferen → membawa impuls dari sistem saraf pusat ke efektor
Berdasarkan asal serabut saraf terbagi :
a) Serabut saraf otak (saraf kranial) → berjumlah 12 pasang

Eman Laeli Fitri


14
Tabel 8.1 Tabel saraf kranial
Tempat
Nama saraf Jenis
No. pengiriman Yang menyebabkan
kranial fungsi
impuls saraf
I Olfaktori Sensorik Epitel olfaktori Indra pembau
II Optik Sensorik Mata Indra penglihatan
III Okulomotor Motorik Empat otot dari Gerakan bola mata
enam otot mata
IV Troklear Motorik Satu dari enam Gerakan bola mata
otot mata
V Trigeminal Sensorik Gigi, kulit muka, Gerakan otot mata yang
dan rahang dan otot menyebabkan ekspresi
motorik pengunyah sensasi pada gigi dan bagian2
kulit rahang, serta gerakan
rahang
VI Abdusen Motorik Otot penggerak Gerakan bola mata
bola mata
VII Fasial Sensorik Ujung pengecap Sensasi dan gerakan otot
dan di lidah, wajah, wajah
motorik bibir, kelopak
mata
VIII Auditori Sensorik Telinga dalam Indra pendengaran
(akustik)
IX Glosofaring Sensorik Lidah dan faring Sensasi dan pergerakan pada
dan lidah dan faring
motorik
X Vagus Sensorik Ujung saraf di Berperan dalam gerakan dan
dan alat dalam, paru2, sensasi pada jantung dan
motorik lambung, aorta organ2 dalam
XI Spinal Motorik Sama seperti Sama seperti vagus
aksesori vagus
XII Hipoglosal Motorik Otot lidah Pergerakan lidah

b) Serabut saraf sumsum tulang belakang (saraf spinal) → berjumlah 31 pasang,


terdiri atas :
➢ 8 saraf leher / servikal
➢ 12 saraf punggung / torasik
➢ 5 saraf pinggang / lumbar
➢ 5 saraf pinggul / sakral
➢ 1 saraf ekor / koksigeal
Serabut saraf sensorik masuk melalui sayap dorsal, serabut saraf motorik keluar
melalui sayap ventral.
Sistem saraf tepi dikelompokkan menjadi :
1) Sistem saraf somatik
Sasarannya adalah otot-otot yang bekerja di bawah kehendak, aksi sistem somatik
adalah gerak sadar dan gerak refleks.
2) Sistem saraf otonom
Sasarannya adalah otot organ dalam yang bekerja secara otonom (gerak tidak
sadar) seperti saluran pencernaan, pernapasan, sirkulasi, dll. Dibedakan menjadi
saraf simpatik dan saraf parasimpatetik, keduanya bekerja secara antagonis
(berlawanan) agar tubuh tetap dalam keadaan seimbang.

Eman Laeli Fitri


15
Tabel 8.2 Tabel pengaruh saraf simpatik dan parasimpatetik
Bagian tubuh Fungsi saraf simpatik Fungsi saraf parasimpatetik
Jantung Mempercepat denyut jantung Memperlambat denyut
jantung
Pupil Memperlebar pupil Memperkecil pupil
Pencernaan makanan Memperlambat proses Mempercepat proses
pencernaan pencernaan
Bronkus Memperkecil bronkus Memperbesar bronkus
Arteri Memperkecil diameter Memperbesar diameter
pembuluh pembuluh
Kantung kemih Mengembangkan kantung kemih Mengerutkan kantung kemih

Kelainan pada sistem saraf


 Epilepsi → kelainan pada neuron di otak sehingga otot berkontraksi tidak
terkontrol. Terjadi akibat kerusakn otak akibat kecelakaan, kerusakan pada saat
kelahiran, kelainan metabolisme, infeksi, toksin ataupun tumor.
 Neuritis → radang pada neuron akibat infeksi atau kekurangan vitamin dan
keracunan logam berat.
 Alzeimer → menurunnya daya ingat, banyak diderita oleh lansia. Penyebabnya
belum jelas.
 Amnesia → ketidakmampuan seseorang untuk mengenali atau mengingat kejadian
dalam suatu periode di masa lampau akibat cedera otak.
 Stroke → kerusakan otak akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah di
otak
 Parkinson → berkurangnya neurotransmitter dopamin pada dasar ganglion.

Narkoba (Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif Lainnya)


Narkotika adalah zat/ obat yang berasal dari tanaman atau sintetis maupun semi sintetis
yang dapat menurunkan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Penggunaan zat-zat tersebut dapat
menyebabkan gangguan pada sistem koordinasi karena akan menyebabkan tubuh
kekurangan dopamin, yaitu sejenis neurotransmitter di dalam otak.
Narkotika dibagi menjadi 3 golongan :
1. Golongan 1 → Daya adiktif sangat tinggi, dilarang untuk pengobatan, hanya
digunakan untuk penelitian. Contoh : Ganja, Kokain, Heroin, Katinon, Ekstasi,
Shabu, dll (semua ada 65 jenis)
2. Golongan 2 → Daya adiktif tinggi, berguna untuk pengobatan sbg pilihan terakhir.
Contoh : Morfin, petidin, metadon dll (ada 86 jenis)
3. Golongan 3 → Daya adikif ringan, berguna untuk pengobatan. Contoh : Kodein,
Buprenorfin, Etilmorfina (semua ada 14 jenis)
Jenis narkotika berdasarkan akibatnya :
1. Sedatif
Golongan obat yang mengakibatkan menurunnya aktivitas normal otak. Penggunaan
sedatif ini berefek sebagai obat penenang. Contoh : Valium
2. Halusinogen
Golongan obat yang mengakibatkan timbulnya penghayalan pada si pemakai.
Contohnya : Ganja
3. Stimulan
Golongan obat yang mengakibatkan mempercepat kerja otak. Sehingga efek bagi
penggunanya adalah perasaan tidak mengantuk dan tubuh dalam keadaan prima,
sehingga disebut Pil semangat. Contoh : Kokain
4. Painkiller
Golongan obat yang menekan bagian otak yang bertanggung jawab sebagai rasa
sakit. Contoh : Morfin dan Heroin.

Eman Laeli Fitri


16
Psikotropika merupakan suatu zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan
narkotika, yang dapat berpengaruh pada pikiran dan sistem saraf penggunanya.
Psikotropika dapat menurunkan kinerja otak atau merangsang susunan saraf pusat
sehingga menimbulkan kelainan perilaku yang disertai dengan timbulnya halusinasi,
ilusi, gangguan cara berpikir, dan menyebabkan ketergantungan. Penggunaan
psikotropika secara berlebihan dapat menyebabkan gangguan kesehatan penggunanya
yang pada akhirnya dapat berujung kepada kematian.
Psikotropika digolongkan menjadi empat kelompok yaitu :
1. Psikotropika golongan I
adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum diketahui
manfaatnya untuk pengobatan dan digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan.
Contoh: MDMA, LSD, STP, dan ekstasi
2. Psikotropika golongan II
adalah psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna untuk pengobatan dan
penelitian. Contoh : Amfetamin, metamfetamin, dan metakualon
3. Psikotropika golongan III
adalah psikotropika dengan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan dan
penelitian. Contoh : Lumibal, buprenorsina, phenobarbital dan fleenitrazepam.
4. Psikotropika golongan IV
adalah psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta berguna untuk
pengobatan dan penelitian. Contoh : Nitrazepam (BK, mogadon, dumolid ) dan
diazepam.
Psikotropika apabila dilihat dari pengaruh penggunaannya terhadap susunan saraf
manusia, maka dikelompokkan sebagai berikut :
1. Stimulan
Jenis psikotropika yang termasuk obat stimulant dapat memberikan rangsangan
kepada saraf sehingga dapat mengaktifkan kerja susunan saraf pusat sehingga dapat
menghasilkan sensasi kegirangan yang berlebihan. Contoh : kafein, kokain, dan
amfetamin. Zat amfetamin biasanya terdapat pada pil ekstasi.
2. Depresan
Depresan adalah obat penghambat fungsi neuron dalam sistem saraf pusat. Pada
umumnya depresan membuat susunan saraf menjadi pasif. Depresan berfungsi untuk
mengurangi kegiatan sistem saraf sehingga menurunkan aktivitas pemakainya. Dalam
bidang kedokteran obat tersebut berguna untuk meredakan ketegangan jiwa,
membantu mengurangi rasa cemas dan gelisah, pengobatan darah tinggi dan epilepsi.
misalnya sedatin atau pil BK, Magadon, Valium, dan Mandrak (MX), Cannabis dan
Barbiturat.
3. Halusinogen
Halusinogen merupakan obat yang dapat menimbulkan halusinasi, yaitu mendengar
atau melihat sesuatu yang tidak nyata. Dalam dosis sedang, halusinogen mempunyai
pengaruh kuat terhadap persepsi penglihatan dan pendengaran subjek serta
peningkatan respons emosional. Contoh : Dhietilamide (LSD), psylocibine, micraline
mariyuana, STP (mirip amfetamin), MT, mesakolin, Licercik Acid dan PCP
(fenseklidin).
Bahan adiktif lainnya adalah zat/obat yang dapat mengakibatkan ketergantungan selain
narkotika dan psikotropika.
Macam bahan adiktif lainnya adalah :
1. Alkohol
Minuman keras dalam jumlah yang banyak dpt menimbulkan kerusakan hati, jantung,
pankreas, lambung, otot. Gangguan kesehatan jiwa : menimbulkan daya ingat
berkurang dan gangguan kejiwaan . Gangguan fungsi sosial dan pekerjaan : mudah

Eman Laeli Fitri


17
tersinggung dan perhatian lingkungan terganggu. Gangguan terhadap ketertiban dan
keamanan masyarakat : banyak pelaku kejahatan dapat mengalami kecelakaan bila
mengendari kendaraan.
2. Rokok
Beberapa senyawa berbahaya yang terkandung dalam rokok : nikotin, karbon
monoksida, hidrogen sianida, tar, benzene, formaldehid, arsenik, kadmium, ammonia.
3. Kopi
Mengandung kafein yang mempunyai efek stimulan.
4. Teh
Mengandung tein yang bersifat adiktif (menimbulkan kecanduan).
5. Inhalan
Inhalan mencakup bahan-bahan kimia yang ditemukan di produk-produk rumah
tangga seperti penyemprot aerosol, cairan pembersih, lem, cat, tiner cat, penghilang
cat kuku, amyl nitrite1 dan bahan bakar ringan. Obat ini didengus atau dihirup
(menghirup uap).
Inhalan mempengaruhi otak. Bila ada bahan atau uapan dihirup melalui hidung dan
mulut, itu akan mengakibatkan kerusakan fisik dan mental untuk selamanya.
Mereka yang menggunakan inhalan akan kehilangan indra mencium, mengalami rasa
mual dan hidung berdarah, dan bisa mengalami masalah-masalah hati, paru-paru dan
ginjal. Penggunaan yang tetap dan lama bisa mempengaruhi berkurangnya massa
otot, tonus dan kekuatannya. Inhalan dapat menyebabkan seseorang tidak dapat lagi
berjalan, berbicara dan berpikir normal. Kerusakan terbanyak terjadi di jaringan otak
bila uapan beracun dihirup langsung ke dalam sinus.
6. Jamur
Dapat menimbulkan halusinasi.

B. Sistem hormon / endokrin


Hormon adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endrokrin, yang fungsinya
mempengaruhi aktivitas kelenjar atau jaringan lain. Hormon dihasilkan dalam jumlah
yang sangat sedikit, langsung dibawa dalam saluran sirkulasi darah menuju sel / jaringan
target. Karena tidak memilliki saluran sendiri maka kelenjar endokrin disebut juga
kelenjar buntu.

Gb. 8.9 Sistem endokrin Gb. 8.10 Kelenjar hipofisis

Eman Laeli Fitri


18
Kelenjar endokrin terdiri atas :
1. Kelenjar hipofisis / pituitari
Disebut master of glands, karena hormon yang dihasilkannya berfungsi merangsang
kelenjar yang lain untuk mensekresikan hormonnya. Terdiri atas 3 lobus :
a) Lobus anterior → menghasilkan hormon :
✓ Hormon Somatotropin (STH = Somatotropic Hormone) / hormon pertumbuhan
→ merangsang pertumbuhan rangka (terutama cakra epifise pada tulang pipa)
dan otot. Kekurangan (hipersekresi) hormon ini pada anak-anak akan
mengakibatkan kekerdilan (kretinisme), jika kelebihan (hipersekresi) akan
mengakibatkan pertumbuhan raksasa (gigantisme). Jika kelebihan terjadi pada
saat seseorang tidak tumbuh lagi akan menyebabkan penebalan pada tulang
wajah, tengkorak, tangan dan kaki (akromegali).
✓ Hormon Tirotropin (TSH = Thyroid Stimulating Hormone) → merangsang
pembentukan dan sekresi hormon tiroksin oleh tiroid.
✓ Adrenocorticotropic Hormone (ACTH) → merangsang dan mengendalikan
sekresi kelenjar korteks adrenal.
✓ Prolaktin (LTH = Lactogenic Hormone) → mempengaruhi pertumbuhan
kelenjar air susu dan memelihara korpus luteum agar menghasilkan
progesteron.
✓ Gonadotropik / hormon kelenjar kelamin :
 FSH (Folicle Stimulating Hormone) → merangsang spermatogenesis pada
pria dan mengatur pematangan sel telur serta perkembangan folikel agar
menghasilkan estrogen pada wanita.
 LH (Lutenizing Hormone) → merangsang ovulasi dan membentuk korpus
luteum serta merangsang sekresi progesteron pada wanita.
 ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone) → merangsang sel-sel
interstitial testis untuk memproduksi testosteron dan androgen.
b) Lobus posterior → menghasilkan hormon :
✓ Oksitosin → merangsang pengeluaran ASI dan kontraksi uterus saat persalinan.
✓ Vasopresin (ADH = Antidiuretic Hormone) → mengatur reabsorbsi air pada
tubulus distal ginjal.
c) Lobus pars intermedia → pada manusia hormon yang dihasilkan kurang jelas,
pada katak bagian ini menghasilkan MSH (Melanocyte Stimulating Hormone)
yang berfungsi untuk mengatur pigmentasi / perubahan warna kulit.

2. Kelenjar Tiroid / kelenjar gondok


Hormon yang dihasilkan adalah tiroksin dan triyodotironin, berfungsi
mempengaruhi laju metabolisme, petumbuhan, perkembangan dan diferensiasi
jaringan. Selain itu dihasilkan juga hormon kalsitonin yang berfungsi memacu
pengendapan kalsium dalam tulang. Kelenjar tiroid menyerap iodium dari darah
untuk membentuk hormon. Jika kadar iodium dalam darah kurang, akan
menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid / gondok. Kekurangan hormon tiroid
(hipotiroidisme) pada anak-anak akan mengakibatkan kekerdilan (kretinisme),
sedangkan kelebihan hormone (hipertiroidisme) menyebabkan morbus basedowi.

Gb. 8.11 Kelenjar tiroid dan Paratiroid

Eman Laeli Fitri


19
3. Kelenjar Paratiroid / kelenjar anak gondok
Menghasilkan hormon parathormon yang berfungsi mengatur kadar ion kalsium dan
posfor dalam sel. Kekurangan hormon ini akan menyebabkan kejang otot / tetani.
Kelebihan hormon akan mengakibatkan kadar kalsium darah meningkat sehinggga
mengakibatkan terbentuknya endapan batu ginjal.

4. Kelenjar timus
Menghasilkan hormon somatotropin / hormon pertumbuhan, hanya berfungsi pada
masa anak-anak, pada orang dewasa kelenjar ini tidak menghasilkan hormon lagi.

5. Kelenjar suprarenalis / kelenjar anak ginjal

Gb. 8.12 Kelenjar suprarenalis


Terletak di atas ginjal, terbagi menjadi:
a) Bagian korteks → menghasilkan hormon :
✓ Glukokortikoid (kortisol) → mengontrol metabolisme karbohidrat, protein dan
lemak
✓ Mineralkortikoid (aldosteron) → menjaga keseimbangan garam natrium dan
kalium dalam darah
b) Bagian medula → menghasilkan hormon :
✓ Adrenalin / epineprin → memacu aktivitas jantung, menyempitkan pembuluh
darah sehingga tekanan darah naik, menaikkan kadar gula dalam darah dengan
mempengaruhi pemecahan glikogen (gula otot) menjadi glukosa (gula darah)
✓ Noradrenalin → menurunkan tekanan darah dan denyut jantung (bekerja
antagonis terhadap adrenalin)
Kekurangan hormon dari bagian korteks akan mengakibatkan penyakit adison.

6. Kelenjar Pankreas
Tersusun atas sekelompok sel yang disebut pulau-pulau Langerhans, menghasilkan
hormon :
✓ Insulin → menurunkan kadar gula dalam darah dengan merangsang pengubahan
glukosa menjadi glikogen oleh hati
✓ Glukagon → menaikkan kadar gula darah dengan mengubah glikogen menjadi
glukosa

7. Kelenjar kelamin / gonad


a) Pria → berupa testis, menghasilkan homon testosteron yang berfungsi merangsang
spermatogenesis dan pembentukan tanda-tanda kelamin sekunder pada pria
(pertumbuhn kumis, janggut, pembesaran suara, jakun, dll)
b) Wanita → berupa ovarium, menghasilkan hormon :
✓ Estrogen → menimbulkan tanda-tanda kelamin sekunder wanita (pertumbuhan
pinggul, payudara, kulit menjadi halus, dll)
✓ Progesteron → menebalkan dinding endometrium
Tabel 8.3 Tabel Perbedaan sistem saraf dan sistem hormon
Sistem saraf Sistem hormon
Respon cepat Respon lambat
Berupa impuls listrik Berupa senyawa kimia
Sinyal dibawa via neuron Hormon dibawa via sirkulasi
Respon langsung Respon tidak langsung

Eman Laeli Fitri


20
C. Sistem indra / alat indra
Indra adalah organ penerima rangsang (reseptor). Selain lima indra (panca indra) yang
kita kenal, dalam otot juga terdapat reseptor yang disebut kinestesis. Misalnya kita dapat
memasang kancing baju walau dengan mata tertutup, seorang pemain piano dapat
mengukur seberapa keras harus menekan tuts piano untuk menimbulkan nada tertentu.

1. Indra pembau
Indra pembau adalah hidung. Hidung disusun oleh reseptor olfaktori pada rongga
hidung bagian atas. Gas berdifusi ke dalam lapisan mukus, menstimulasi ujung saraf
pembau, kemudian impuls diteruskan ke pusat saraf dan diinterpretasikan sebagai
bau.

Gb. 8.13 Indera pembau dan pengecap pada lidah

2. Indra pengecap
Indra pengecap adalah lidah. Permukaan lidah kasar karena terdiri dari tonjolan-
tonjolan yang disebut papila. Ujung saraf pengecap terdapat pada tunas pengecap di
papila. Setiap tunas pengecap akan merespon terhadap salah satu rasa yaitu manis,
asin, asam atau pahit.

3. Indra penglihatan
Indra penglihatan berupa mata. Dinding bola mata terdiri atas 3 lapisan :
a) Sklera → lapisan terluar, berwarna putih, bagian depan transparan disebut kornea
b) Koroid → lapisan tengah, banyak mengandung pembuluh darah. Pada bagian
depan, terletak di belakang kornea, terdapat iris / selaput pelangi. Fungsinya untuk
mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata. Celah di bagian tengah iris disebut
pupil, jika intensitas cahaya kuat ukuran pupil menyempit, jika intensitas cahaya
lemah maka pupil akan melebar. Iris mengandung pigmen sehingga menentukan
warna mata.
c) Retina → lapisan terdalam, mengandung fotoreseptor / penerima rangsang cahaya.
Terdiri atas sel fotoreseptor, sel ganglion dan serabut saraf. Bagian yang
merupakan tempat fokus cahaya pada retina disebut bintik kuning / macula lutea,
bagian tengahnya disebut fovea centralis. Daerah antara saraf optik dengan retina
(tempat masuknya saraf optik) disebut bintik buta.
Fotoreseptor terdiri atas :
✓ Sel batang (basilus) → untuk penglihatan pada cahaya remang, mengandung
pigmen rodopsin (senyawa antara vitamin A dan suatu protein) yang terurai
pada cahaya terang, untuk membentuknya kembali butuh waktu yang disebut
waktu adaptasi rodopsin (± 20 detik)
✓ Sel kerucut (konus) → untuk penglihatan pada cahaya terang, yaitu untuk
melihat warna, peka terhadap warna merah, hijau dan biru, banyak terdapat
pada fovea centralis, mengandung pigmen iodopsin (senyawa retinin dan
opsin).
Di dalam bola mata, di belakang iris, terdapat lensa mata yang berbentuk cembung
dua sisi (bikonkaf). Fungsinya untuk memfokuskan bayangan benda agar jatuh tepat
pada retina, dengan cara menebal dan menipiskan lensa (daya akomodasi lensa).
Lensa membagi bola mata menjadi dua ruangan, ruangan antara kornea dan lensa
diisi cairan aqueous humor yang berfungsi memberi makanan pada kornea dan lensa.
Ruangan antara lensa dan retina diisi cairan vitreous humor yang berfungsi menjaga
tekanan bola mata agar tidak kempes.

Eman Laeli Fitri


21
Mekanisme melihat
Cahaya masuk ke mata melalui : kornea → aqueous humor → pupil → lensa →
vitreous humor → retina
Lensa akan memfokuskan bayangan tepat pada retina, yaitu pada fovea centralis yang
banyak mengandung sel kerucut. Impuls akan disampaikan fotoreseptor pada retina
ke saraf optik (serabut kranial II) untuk diinterpretasikan di saraf pusat (lobus
oksipitalis).

Gb. 8.14 Struktur mata

Kelainan pada mata


 Mata miopi → lensa mata terlalu cembung sehingga bayangan benda jatuh di
depan retina, disebut juga rabun jauh, dapat dikoreksi dengan bantuan lensa
negatif / cekung
 Mata hipermetropi → bayangan benda jatuh di belakang retina, disebut juga rabun
dekat, dapat dikoreksi dengan lensa positif / cembung
 Mata presbiopi → keadaan dimana lensa kehilangan daya akomodasinya karena
faktor usia, bayangan jatuh di belakang retina sehingga benda dekat akan terlihat
kabur
 Mata astigmatis → kornea tidak rata sehingga cahaya tidak dapat difokuskan ke
retina, dapat dibantu dengan lensa silindris
 Hemeralopi → disebut juga rabun senja, dimana penglihatan berkurang pada saat
kurang cahaya (senja hari) akibat kekurangan
vitamin A
 Buta warna → penyakit genetis terpaut kromosom X
terbagi menjadi :
• Mata dikromat → hanya memiliki dua sel kerucut, sehingga ada buta warna
merah (protanopia), buta warna hijau (deuteranopia) dan buta warna biru
(tritanopia)
• Mata monokromat → hanya memiliki satu sel kerucut, hanya dapat
membedakan hitam dan putih

Gb. 8.15 Kelainan pada mata

Eman Laeli Fitri


22
4. Indra pendengaran
Telinga adalah indra pendengaran sekaligus keseimbangan. Telinga terdiri atas :
a) Telinga luar → terdiri atas daun telinga dan saluran telinga yang dindingnya
menghasilkan minyak serumen
b) Telinga tengah → terdiri atas :
1) Membran timpani / gendang telinga
2) Osikel / tulang pendengaran, terdiri atas tulang martil (maleus), landasan
(inkus) dan sanggurdi (stapes)
3) Saluran eustachius → saluran penghubung telinga tengah dengan rongga mulut
c) Telinga dalam / labirin → terdiri atas :
1) Koklea / rumah siput → terdiri atas tiga bagian :
• Skala vestibuli → tingkap oval merupakan lubang menuju skala vestibuli.
• Skala timpani → tingkap bulat merupakan ujung skala timpani.
• Skala media → terletak antara skala vestibuli dan skala timpani, berisi cairan
endolimfe. Bagian atas skala media dibatasi membran vestibularis, bagian
bawah dibatasi membran basilaris. Di atas membran basilaris terdapat
organon korti, terdiri atas sel-sel rambut yang berfungsi merubah getaran
suara menjadi impuls saraf untuk disampaikan ke pusat pendengaran di otak.
2) Kanalis semisirkularis / tiga saluran setengah lingkaran → bersama dengan
sakulus dan utrikulus berperan sebagai organ keseimbangan. Pangkal saluran
setengah lingkaran membesar disebut ampula, di dalamnya terdapat sel rambut /
silia (krista) yang tertanam dalam massa gelatin yang disebut kupula.
3) Vestibulum → terdapat dua kantong berongga, yaitu sakulus dan utrikulus.
Dalam sakulus dan utrikulus terdapat sel reseptor yang disebut makula yang
terbenam dalam massa seperti jeli yang mengandung kristal kapur yang disebut
otolit.

Gb. 8.16 Bagian-bagian telinga Gb. 8.17 Struktur koklea dan organon korti

Gb. 8.18 Telinga sebagai organ keseimbangan


Mekanisme pendengaran
Gelombang suara yang masuk telinga akan menggetarkan gendang telinga, tulang-tulang
pendengaran, tingkap oval, akibatnya cairan perilimfe pada koklea bergetar, ujung saraf
pendengaran / sel-sel rambut pada organon korti bergetar, impuls saraf disampaikan ke
saraf auditori untuk diolah di pusat pendengaran pada otak sehingga timbulah persepsi
suara.
Getaran suara → membran timpani → martil → landasan → sanggurdi → tingkap oval →
cairan koklea bergetar → ujung saraf → otak → persepsi suara
Mekanisme keseimbangan
Untuk keseimbangan rotasi organ yang berperan adalah kanalis semisirkularis (tiga
saluran setengah lingkaran), sedang untuk keseimbangan gravitasi organ yang berperan
adalah sakulus dan utrikulus. Ketika posisi kepala berubah, maka massa gelatin dan otolit

Eman Laeli Fitri


23
dalam ketiga organ tersebut akan ikut bergoyang, sel rambut akan menyampaikan impuls
saraf ke otak untuk diinterpretasi, sebagai hasilnya adalah informasi tentang posisi kepala
/ tubuh.
Gangguan pendengaran :
• Tuli konduksi → ketulian akibat penyumbatan saluran telinga, pecahnya membran
timpani atau pengapuran tulang-tulang pendengaran
• Tuli saraf → ketulian akibat kerusakan saraf auditori

5. Indra peraba
Indra peraba adalah kulit. Saraf-saraf sensorik pada kulit tersebar tidak merata dan
berada pada kedalaman yang berbeda. Ujung saraf peraba diantaranya adalah :
✓ Ujung saraf Ruffini → perasa panas
✓ Ujung saraf Meisner → peraba sentuhan
✓ Ujung saraf tanpa selaput → perasa nyeri
✓ Ujung saraf Krause → perasa dingin
✓ Ujung saraf Merkel → peraba tekanan ringan
✓ Ujung saraf Paccini → peraba tekanan kuat

Gb. 8.19 Saraf pada kulit

Eman Laeli Fitri


24
BAB IX. SISTEM REPRODUKSI

A. Sistem reproduksi pria


1. Organ reproduksi dalam
1) Testis
Berjumlah sepasang, terletak dalam kantong skrotum (zakar). Testis berfungsi
sebagai tempat pembentukan sperma dan menghasilkan hormon testosteron. Di
dalam testis terdapat pintalan pembuluh halus yang disebut tubulus seminiferus,
berfungsi sebagai tempat spermatogenesis / pembentukan sperma. Di antara
tubulus seminiferus terdapat sel-sel interstitial / sel Leydig yang berfungsi
menghasilkan testosteron. Di dalam testis juga terdapat sel berukuran besar yang
disebut sel sertoli, berfungsi untuk menyediakan makanan bagi sperma.
2) Saluran pengeluaran
• Epididimis → merupakan saluran yang berkelok-kelok di dalam skrotum yang
keluar dari testis. Berfungsi sebagai tempat pematangan sperma.
• Vas deferens → berupa saluran lurus yang menghubungkan epididimis dengan
kantong sperma / vesikula seminalis.
• Saluran ejakulasi → saluran pendek yang menghubungkan vesikula seminalis
dengan uretra.
• Uretra → akhir dari saluran reproduksi di dalam penis, berfungsi sebagai
saluran tempat keluarnya sperma dari tubuh.
3) Kelenjar asesoris / kelenjar kelamin
✓ Vesikula seminalis / kantong semen → menghasilkan getah berwarna
kekuningan yang mengandung zat makanan bagi sperma
✓ Kelenjar prostat → menghasilkan getah yang mengandung kolesterol, garam
dan fosfolipid yang berperan untuk kelangsungan hidup sperma
✓ Kelenjar cowper / kelenjar bulbouretra → menghasilkan lendir yang bersifat
alkali / basa

Gb. 9.1 Organ reproduksi pria

2. Organ reproduksi luar


1) Penis → berfungsi sebagai organ kopulasi untuk menyampaikan semen ke dalam
sistem reproduksi wanita. Uretra dalam penis dikelilingi oleh jaringan erektil yang
rongganya banyak mengandung pembuluh darah dan saraf perasa. Jika ada suatu
rangsangan, aliran darah ke pembuluh akan meningkat sehingga penis menjadi
tegang dan mengembang (ereksi) dan siap untuk melakukan fungsi reproduksi.
2) Skrotum → berjumlah sepasang, antara kiri dan kanan dibatasi oleh otot dartos
yang berfungsi untuk menggerakkan skrotum sehingga dapat mengendur dan
mengembang. Selain itu juga terdapat otot kremaster yang berfungsi mengatur
suhu dalam testis agar stabil.

Eman Laeli Fitri


25
3. Spermatogenesis / pembentukan sperma

Gb. 9.2 Spermatogenesis


Proses perubahan spermatid menjadi spermatozoa disebut spermiasi. Pada ujung
kepala sperma terdapat akrosom yang mengandung enzim hialuronidase dan
proteinase yang berfungsi untuk menembus lapisan pelindung ovum. Pada badan
sperma banyak mengandung mitokondria yang berfungsi sebagai penghasil energi
untuk pergerakan sperma.
Hormon yang berperan :
✓ Testosteron → disekresi oleh sel Leydig
✓ ICSH (interstitial cell stimulating hormone) → disekresi oleh hipofisis anterior,
berfungsi untuk menstimulasi sel-sel Leydig
✓ FSH (folicle stimulating hormone) → disekresi oleh hipofisis anterior, berfungsi
menstimulasi sel sertoli agar terjadi spermiasi

B. Sistem reproduksi wanita


1. Organ reproduksi dalam
1) Ovarium
Ovarium berjumlah sepasang, berbentuk oval, berfungsi untuk menghasilkan sel
telur / ovum dan hormon kelamin. Jaringan penghasil ovum dalam ovarium
disebut folikel. Folikel de Graaf adalah folikel yang berisi ovum yang sudah
matang.
2) Oviduk / tuba falopii
Merupakan saluran sel telur, pada saluran inilah terjadi fertilisasi ovum oleh
sperma. Di bagian pangkal oviduk berbentuk corong yang disebut infundibulum.
Pada infundibulum terdapat jumbai-jumbai (fimbriae) yang berfungsi menangkap
ovum yang dilepaskan oleh ovarium untuk disalurkan lewat oviduk menuju uterus
/ rahim.
3) Uterus / rahim
Berbentuk seperti buah pir dengan bentuk meruncing ke bawah yang disebut
serviks / leher rahim. Tipe rahim seperti ini disebut tipe simpleks. Dinding rahim
tersusun atas beberapa otot polos dan lapisan endometrium. Uterus berfungsi
sebagai tempat perkembangan embrio.
4) Vagina
Merupakan saluran akhir pada sistem reproduksi wanita, berfungsi sebagai organ
kopulasi. Dinding vagina berlipat-lipat untuk memudahkan proses persalinan, pada
dinding tersebut juga terdapat kelenjar Bartholin yang menghasilkan lendir.

Eman Laeli Fitri


26
Gb. 9.3 Organ reproduksi wanita Gb. 9.4 Organ reproduksi wanita tampak samping
2. Organ reproduksi luar
1) Vulva → celah paling luar dari organ kelamin wanita yang dibatasi sepasang bibir
/ labia.
2) Labia mayor → bibir luar vagina yang tebal dan berlapiskan lemak
3) Labia minor → bibir kecil sebelah dalam.
4) Klitoris / kelentit → gabungan labia mayor dan minor di bagian atas, banyak
mengandung ujung saraf perasa.
5) Hymen / selaput dara → selaput mukosa yang banyak mengandung pembuluh
darah yang terdapat di dekat saluran ujung vagina.

3. Oogenesis / pembentukan ovum

Gb. 9.5 Oogenesis pada wanita


Oogenesis sudah dimulai sejak seorang bayi perempuan masih dalam kandungan
ibunya, sekitar usia kandungan 5 bulan. Oosit primer sudah membelah secara
meiosis, namun hanya sampai tahap profase. Oogenesis kemudian dilanjutkan ketika
anak perempuan tersebut mencapai masa pubertas, ditandai dengan menarche /
menstruasi pertama. Dari satu sel induk oogonium hanya dihasilkan satu ovum yang
fungsional. Ootid akan berkembang menjadi ovum jika terjadi fertilisasi oleh sperma,
jika tidak maka akan terjadi peristiwa menstruasi.
Oosit berkembang dalam jaringan folikel. Folikel berkembang seiring dengan
perkembangan sel telur di dalamnya. Folikel yang pertama muncul adalah folikel
primer yang menyelubungi oosit primer. Folikel yang berisi sel telur yang matang
disebut folikel de Graaf. Peristiwa pelepasan sel telur dari ovarium disebut ovulasi.
Setelah ovulasi, folikel yang sudah ditinggalkan sel telur berubah menjadi korpus
luteum / badan kuning, jika tidak terjadi fertilisasi maka korpus luteum berubah
menjadi korpus albikan / badan putih.

Eman Laeli Fitri


27
Gb. 9.6 Oogenesis
4. Siklus menstruasi
Menstruasi adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus yang disertai
pelepasan endometrium. Siklus menstruasi pada wanita bervariasi, secara umum ± 28
hari. Siklus menstruasi terbagi menjadi empat tahap, yaitu :
 Fase menstruasi
Terjadi bila tidak ada fertilisasi. Kadar estrogen dan progesteron turun,
menyebabkan peluruhan dinding endometrium.
 Fase pra ovulasi
Hipofisis mengeluarkan FSH (folicle stimulating hormone) yang berfungsi
merangsang pembentukan folikel baru (folikel primer). Folikel yang telah matang
(folikel de Graaf) melepaskan hormon estrogen yang berfungsi membentuk
kembali (proliferasi) dinding endometrium. Peningkatan konsentrasi estrogen
mempengaruhi serviks menghasilkan lendir yang bersifat basa agar lebih
mendukung kelangsungan hidup sperma yang akan masuk uterus.
 Fase ovulasi
Peningkatan jumlah estrogen menghambat sekresi FSH, sebagai gantinya hipofisis
mengeluarkan LH (lutenizing hormone) yang berfungsi merangsang ovulasi.
Umunya terjadi pada hari ke 14 dari masa menstruasi.
 Fase pasca ovulasi
Folikel de Graaf yang sudah ditinggalkan sel telur berubah menjadi korpus luteum.
Selain tetap menghasilkan estrogen, korpus luteum juga menghasilkan progesteron
yang berfungsi mendukung kerja estrogen menebalkan dinding endometrium
untuk penanaman / implantasi zigot jika terjadi fertilisasi. Progesteron juga
merangsang sekresi lendir pada vagina dan pertumbuhan kelenjar susu. Jika tidak
terjadi fertilisasi maka korpus luteum berubah menjadi korpus albikan yang
mempunyai kemampuan produksi estrogen dan progesteron yang rendah, sehingga
kadar kedua hormon tersebut menurun, maka siklus menstruasi kembali terulang.

Gb. 9.7 Siklus menstruasi

Eman Laeli Fitri


28
5. Fertilisasi
Merupakan proses meleburnya sel telur dengan sperma yang terjadi pada 1/3 bagian
dari oviduk. Dari ± 350 juta sperma yang disampaikan, hanya sebagian kecil yang
berhasil mencapai permukaan oosit sekunder. Lapisan oosit sekunder terdiri atas
korona radiata dan zona pelusida. Oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa
fertilizin yang berfungsi untuk mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat,
menarik sperma secara kemotaksis dan mengumpulkan sperma di sekeliling oosit
sekunder. Namun hanya satu sperma yang berhasil masuk ke dalam oosit sekunder
dengan cara melarutkan dinding pelindung menggunakan enzim hialuronidase yang
ada pada akrosomnya. Oosit kemudian mengeluarkan senyawa yang menyebabkan
zona pelusida tidak dapat ditembus oleh sperma lain. Masuknya sperma ke dalam
oosit akan merangsang penyelesaian pembelahan meiosis pada oosit sekunder hingga
terbentuk ovum. Selanjutnya inti sperma yang mengandung 23 kromosom akan
melebur dengan inti ovum yang juga mengandung 23 kromosom hingga terbentuk
zigot dengan jumlah kromosom 46.
Zigot kemudian akan membelah berulang kali dalam perjalanannya menuju uterus
menjadi morula (tahap 64 sel) kemudian menjadi blastula (ditandai dengan adanya
rongga blastosol). Dalam tahap blastula zigot ditanam dalam dinding uterus.

Gb. 9.8 Fertilisasi

Gb. 9.9 Implantasi

Eman Laeli Fitri


29
6. Kehamilan / gestasi
Setelah terjadi implantasi, sisi blastosis yang berdinding tebal tumbuh menjadi masa
sel-sel dalam yang kelak akan menjadi embrio. Sisi yang lain disebut trofoblas akan
tumbuh membentuk membran ekstra embrio yang akan melingkupi embrio dan
berfungsi untuk membantu proses transportasi, respirasi dan ekskresi embrio selama
dalam uterus. Macam membran ekstra embrio adalah :
 Sakus vitelinus
Tempat pembentukan sel dan pembuluh darah pertama embrio, bersama trofoblas
membentuk korion.
 Amnion
Merupakan membran yang membatasi ruang amnion dimana terdapat embrio.
Dalam ruang amnion terdapat cairan amnion (ketuban) yang berfungsi menjaga
embrio agar bebas bergerak, melindungi embrio dari perubahan suhu dan
goncangan.
 Korion
Merupakan membran terluar, membentuk vili / jonjot dalam endometrium, di
dalamnya terdapat pembuluh darah embrio yang berhubungan dengan pembuluh
darah ibu. Korion dengan jaringan endometrium uterus membentuk plasenta.
 Alantois
Membran pembentuk tali pusar, berfungsi menyalurkan zat makanan dan oksigen
dari ibu dan mengeluarkan sisa metabolisme untuk dibuang oleh ibu.

Gb. 9.10 Membran ekstra embrio

Gb. 9.11 Alantois, tali pusar dan plasenta


Embrio melanjutkan pembelahan hingga terbentuk gastrula, yang ditandai dengan
adanya tiga lapisan embrional, yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm. Ketiga
lapisan tersebut kemudian mengalami diferensiasi dan organogenesis (pembentukan
organ) dari minggu ke empat hingga ke delapan kehamilan. Ektoderm akan
membentuk saraf, mata dan kulit. Mesoderm membentuk tulang, otot, jantung,
pembuluh darah, ginjal, dan limpa. Endoderm akan membentuk organ-organ yang
berhubungan langsung dengan sistem pencernaan dan pernapasan.
Hormon yang berperan pada saat gestasi adalah :
✓ Progesteron dan estrogen → berfungsi mengatur penebalan dinding endometrium
untuk implantasi, dihasilkan korpus luteum, setelah implantasi dihasilkan oleh
plasenta
✓ Prolaktin → berfungsi merangsang kelenjar air susu

Eman Laeli Fitri


30
✓ HCG (human chorionic gonadotropic) → dapat digunakan sebagai detektor awal
kehamilan karena hanya ada pada urin wanita hamil dari hari kedelapan hingga
minggu ke delapan kehamilan
7. Persalinan
Setelah ± 38 minggu, janin akan terdorong melalui serviks dan vagina akibat
kontraksi uterus. Hormon yang berperan dalam proses persalinan antara lain :
✓ Relaksin → mempengaruhi peregangan otot pada simfisis pubis
✓ Estrogen → untuk kontraksi uterus
✓ Prostaglandin → dihasilkan oleh membran pada janin, berfungsi untuk
meningkatkan intensitas kontraksi uterus
✓ Oksitosin → dihasilkan oleh hipofisis ibu dan janin, berfungsi untuk kontraksi
uterus

C. Pemberian ASI & KB


ASI Eksklusif adalah pemberian ASI dari seorang ibu kepada bayinya sampai dengan 4-
6 bulan pertama tanpa tambahan makanan apapun. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah
proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting
susu ibunya sendiri (tidak dituntun ke putting susu).
Tahap pembentukan ASI :
• Kolostrum → ASI yang keluar pada beberapa hari pertama kelahiran, biasanya
berwarna kuning kental. Air susu ini sangat kaya protein dan zat kekebalan tubuh
atau imonogobulin (IgG, IgA, dan IgM), mengandung lebih sedikit lemak dan
karbohidrat. Kolostrum berperan melapisi dinding usus bayi dan melindungi dari
bakteri.
• Susu transisi → ASI yang keluar pada hari ke-3 sampai hari ke-10 setelah kelahiran.
lebih bening dan jumlahnya lebih banyak. Kadar immunoglobulin dan proteinnya
menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
• Susu mature / matang → ASI yang keluar setelah hari ke-10 pasca persalinan.
Komposisinya stabil dan tidak berubah. Jika bayi lahir prematur atau kurang bulan,
ASI yang dihasilkan memiliki kandungan berbeda, yaitu lebih banyak mengandung
protein.
Jenis ASI berdasarkan waktu keluarnya :
• Foremilk → disimpan pada saluran penyimpanan dan keluar pada awal menyusui.
Dihasilkan dalam jumlah yang sangat banyak dan cocok untuk menghilangkan rasa
lapar bayi. Foremilk memiliki kandungan lemak yang rendah, namun tinggi laktosa,
gula, protein, mineral, dan air.
• Hindmilk → keluar setelah foremilk habis saat menyusui hampir selesai. Hindmilk
sangat kaya akan zat gizi, kental, dan penuh lemak bervitamin.
Komposisi ASI
ASI mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air.

Eman Laeli Fitri


31
Manfaat ASI :
• Sebagai nutrisi terbaik bagi bayi
• Meningkatkan daya tahan tubuh bayi
• Meningkatkan kecerdasan bayi, karena mengandung nutrien khusus yaitu taurin,
Laktosa dan asam lemak ikatan panjang (DHA, AHA, omega-3, omega-6) yang
diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal.
• Meningkatkan jalinan kasih saying antara ibu dan bayi
• Mengurangi pendarahan pada ibu yang melahirkan
• Menghemat anggaran karena tidak perlu membeli susu formula dan perlengkapannya
• ASI eksklusif dapat menurunkan angka kejadian alergi, terganggunya pernapasan,
diare, dan obesitas pada anak

Keluarga Berencana adalah Upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan, serta bantuan sesuai
dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas (UU Nomor 52
Tahun 2009). Tujuan KB adalah untuk membentuk keluarga kecil sesuai dengan
kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak agar
diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ jadi kontrasepsi
yaitu suatu bentuk pencegahan pembuahan (fertilisasi) atau kehamilan secara sengaja,
dapat dicapai dengan berbagai cara.
Jenis kontrasepsi :
• Kontrasepsi mekanik → mencegah pertemuan sperma dan ovum dengan
menggunakan alat tertentu, contoh : kondom, diafragma, IUD
• Kontrasepsi hormonal → mencegah fertilisasi menggunakan hormon, contoh : Pil
KB, suntik KB, implan
Kontrasepsi juga dapat dikelompokkan berdasarkan efeknya :
1) Kontrasepsi sementara → kontrasepsi yang mempunyai efek sementara dan harus
diulang secara berkala
✓ Metode kalender → metode kontrasepsi dengan cara memperhatikan periode
masa subur wanita.

✓ Coitus interruptus → metode kontrasepsi dengan cara melakukan ejakulasi


(pengeluaran sperma) di luar liang vagina.
✓ Metode Amenorea Laktasi (MAL) → pencegahan kehamilan alami pada ibu baru
melahirkan yang sedang dalam masa menyusui ASI eksklusif, belum mendapat
haid sejak melahirkan, efektif kurang dari enam bulan pasca persalinan, dan
menyusui bayinya lebih dari delapan kali sehari dengan bayi mendapat cukup
asupan perlaktasi.
✓ Kondom → kantung karet tipis, biasanya terbuat dari lateks, yang digunakan
untuk menampung sperma pada saat ejakulasi. Kelebihan penggunaan kondom
adalah efektivitas tinggi, mudah dibawa, dan dapat mencegah penularan penyakit
menular seksual.

Eman Laeli Fitri


32
✓ Diafragma → kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang di
insersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks.
Diafragma dan kap cervix menutup cervix dari bawah sehingga sel sperma tidak
dapat memasuki saluran servix, biasanya dipakai bersamaan dengan spermisida.
Kelebihan penggunaan diafragma adalah efektif jika digunakan dengan benar,
tidak menggangu produksi ASI pada ibu, tidak mengganggu kesehatan.
Kekurangannya adalah proses pemakaiannya sulit dan tidak tersedia secara
massal/bebas.
✓ Pil KB → obat pencegah kehamilan yang diminum dan pil ini sangat
berpengaruh pada hormon. Terbagi menjadi pil kombinasi dan pil mini. Pil
kombinasi merupakan gabungan dari berbagai macam hormon buatan, yaitu
estrogen dan progesteron. Pil kombinasi membuat ovarium mengeluarkan sel
telurnya, namun merangsang leher rahim (serviks) untuk menebal dan
mengelilingi rahim. Kondisi ini mencegah sperma bertemu dengan sel telur.
Pil mini hanya mengandung hormon progestin (progesterone sintetis). Bekerja
dengan cara menebalkan lendir di sekitar leher rahim, sehingga sperma tak bisa
masuk ke dalam, juga menipiskan bagian rahim, agar sel telur tidak bisa
menempel pada dinding rahim. Aman digunakan oleh ibu menyusui, karena tidak
ada kandungan hormon estrogen yang menghambat produksi ASI.
✓ Suntik → mengandung hormon estrogen dan progestin (progesterone sintetis),
dilakukan di bagian tubuh tertentu, seperti bokong, lengan atas, bagian bawah
perut, atau paha. Terdiri atas suntik KB 1 bulan dan suntik KB 3 bulan. Suntik
KB 1 bulan mengandung hormon estrogen dan progestin, kelebihannya adalah
tidak mengganggu siklus menstruasi. Suntik KB 3 bulan mengandung hormon
progestin, kelebihannya adalah lebih praktis karena diberikan 3 bulan sekali,
sehingga mengurangi kemungkinan dosis terlewat karena lupa, kekurangannya
adalah dapat menyebabkan menstruasi tidak teratur.
✓ Implan → alat kontrasepsi silastik berisi hormon jenis progesterone
levonorgestrel yang ditanamkan di bawah kulit, yang bekerja mengurangi
transportasi sperma. Hormon levonorgestrel mengentalkan lendir serviks guna
menghambat perjalanan sperma melalui rahim.
✓ Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) → alat kontrasepsi yang dimasukkan
dalam rongga Rahim Wanita yang bekerja menghambat sperma untuk masuk ke
tuba falopii. AKDR yang umum dipakai adalah bentuk spiral dan copper-T.
2) Kontrasepsi permanen → kontrasepsi yang mempunyai efek permanen/tetap dan
cukup dilakukan sekali, contoh : tubektomi dan vasektomi

Gb. 9.12 Tubektomi dan Vasektomi

D. Gangguan sistem reproduksi


 Amenore primer → tidak terjadi menstruasi sampai usia 17 tahun, dengan atau tanpa
perkembangan seksual sekunder.
 Amenore sekunder → tidak terjadi menstruasi 3 – 6 bulan lebih pada orang yang
sudah mengalami siklus menstruasi.
 Kanker serviks → pertumbuhan sel abnormal pada leher rahim, salah satu
penyebabnya adalah infeksi virus HPV (human papiloma virus).
 Endometriosis → keadaan dimana jaring endometrium tumbuh di luar uterus.

Eman Laeli Fitri


33
 Vulvovaginitis → peradangan pada vulva dan vagina yang menyebabkan timbulnya
keputihan.
 Kandidiasis → keputihan, dapat disebabkan oleh infeksi jamur Candida albicans.
 Kutil kelamin → tumbuhnya kutil di sekitar kemaluan, disebabkan oleh HPV, tidak
dapat diobati.
 Klamidia → disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis.
 Trikomoniasis → pra menstrual sindrom (PMS) yang disebabkan oleh Trichomonas
vaginalis, dengan gejala keputihan berwarna kuning kehijauan, berbau disertai gatal
dan bengkak pada vagina.
 Gonore → disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae, merupakan penyakit
menular seksual, gejalanya adalah kencing nanah dan pembengkakan penis.
 Sifilis / raja singa → disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum, pertama infeksi
tidak timbul gejala, setelah 5 – 10 tahun menyerang susunan saraf otak, pembuluh
darah dan jantung.
 Herpes genital / herpes simpleks → timbul bintil-bintil berair di sekitar alat kelamin.
 AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) → penurunan sistem kekebalan
tubuh akibat infeksi virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang ditularkan
lewat hubungan seksual.
 Hipogonadisme → penurunan fungsi testis yang disebabkan oleh gangguan interaksi
hormon, menyebabkan impotensi, infertilitas dan tidak adanya tanda-tanda kepriaan.
 Kriptorkidisme → kegagalan satu atau kedua testis untuk turun dari rongga perut ke
skrotum pada waktu bayi.
 Uretritis → peradangan uretra dengan gejala rasa gatal pada penis dan sering buang
air kecil, disebabkan infeksi bakteri atau virus.
 Prostatitis → peradangan pada prostat.
 Epididimitis → peradangan pada epididimis.
 Orktis → peradangan pada penis yang disebabkan oleh virus parotitis.

Eman Laeli Fitri


34
BAB X. SISTEM IMUN

Kekebalan tubuh berdasarkan cara mempertahankan diri dari penyakit terbagi menjadi :
1. Imunitas alami / bawaan
Bersifat nonspesifik / tidak ditujukan untuk patogen tertentu.
1. Pertahanan fisik
• Epitel bersilia
• Air mata
• Minyak / sebum pada kulit
• Lendir / mukus pada membran mukosa
2. Pertahanan kimia
• Enzim lisozim pada air mata, mukus, saliva, keringat
• HCl pada lambung
• Asam laktat pada vagina
3. Pertahanan seluler
• Neutrofil → bersifat fagositik
• Eosinofil → berperan dalam reaksi alergi
• Basofil → menghasilkan histamin yang menyebabkan reaksi inflamasi
(pembengkakan)
• Monosit / makrofag → sel fagositik terbesar
• Natural killer cell → melepaskan protein yang menyebabkan sel terinfeksi mengalami
apoptosis / kematian sel
4. Pertahanan humoral → pertahanan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam sirkulasi darah
• Komplemen → dihasilkan oleh hepatostit dan monosit. Fungsinya adalah :
✓ Menghancurkan membran sel bakteri
✓ Sebagai faktor kemotatik (mengarahkan makrofag ke tempat bakteri)
✓ Dapat diikat pada permukaan bakteri agar mudah dikenali makrofag (opsonisasi)
• Interferon → protein yang disekresikan oleh sel yang terinfeksi virus, dapat
menginduksi sel di sekitarnya agar menjadi resisten terhadap virus tersebut.
• C-reaktive protein (CRP) → kadarnya meningkat ketika ada infeksi akut
• Kolektin → berfungsi sebagai opsonin yang dapat mengikat karbon pada permukaan
kuman

2. Imunitas adaptif
Bersifat spesifik, ditujukan untuk patogen tertentu, aktif ketika patogen yang dimaksud
menyerang tubuh dan dapat mengingat jenis patogen yang sudah pernah menyerang untuk
respon yang lebih cepat jika terjadi infeksi untuk kedua kalinya.
Antigen adalah protein khusus pada membran sel patogen (bakteri, virus) yang memicu
respon dari limfosit. Secara fungsional antigen terbagi menjadi :
 Imunogen → antigen yang dapat merangsang sistem pertahanan tubuh dengan sangat kuat
 Hapten → antigen yang dapat bereaksi dengan antibodi tetapi tidak dapat merangsang
pembentukan antibodi secara langsung.
Antigen mempunyai bagian yang dapat berikatan dengan antibodi, disebut epitop atau
determinan antigenik.

Gb. 10.1 Epitop berikatan dengan antibodi

Eman Laeli Fitri


35
Gb. 10.2 Reseptor antigen pada sel B dan sel T
Setiap reseptor sel B untuk suatu antigen adalah suatu molekul berbentuk huruf Y yang
terdiri dari empat rantai polipeptida, dua rantai berat dan dua rantai ringan, dengan jembatan
disulfida yang menautkan kedua rantai tersebut. Wilayah transmembran di dekat salah satu
ujung setiap rantai berat menambatkan reseptor ke dalam membran plasma. Wilayah ekor
yang pendek pada ujung rantai berat membentang ke dalam sitoplasma sel B. Wilayah
konstan (C) memiliki asam amino yang tidak bervariasi antar satu sel B dengan sel B yang
lain, sedangkan wilayah variable (V) memiliki susunan asam amino yang bervariasi antar sel
B yang berbeda.
Setiap reseptor sel T terdiri dari dua rantai polipeptida yang berbeda, rantai α dan rantai β.
Kedua tipe reseptor antigen akan berikatan ke antigen melalui ikatan-ikatan nonkovalen yang
menstabilisasi interaksi antara epitop dan permukaan pengikatan. Reseptor sel B mengenali
dan berikatan ke antigen yang utuh, baik antigen bebas atau yang berada pada permukaan
suatu patogen. Reseptor sel T hanya berikatan dengan potongan antigen yang ditampilkan /
disajikan pada permukaan sel inang. Suatu protein yang disebut kompleks
histokompatibilitas mayor (major histocompability complex / MHC) dapat menyajikan
antigen ke reseptor sel T.
1. Limfosit B
Dihasilkan dan matang di sumsum merah tulang (bone marrow). Berfungsi untuk
menghasilkan antibodi / berperan dalam sistem pertahanan humoral. Terbagi :
• Sel B plasma → berfungsi mensekresi antibodi ke sistem sirkulasi
• Sel B memori → berfungsi untuk mengingat suatu antigen yang spesifik dan akan
merespon dengan cepat jika terjadi infeksi yang ke dua
• Sel B pembelah → berfungsi untuk menghasilkan lebih banyak lagi sel limfosit B.
Antibodi merupakan protein jenis imunoglobulin (Ig) yang terdiri atas empat rantai
polipeptida, dua rantai berat dan dua rantai ringan yang dihubungkan oleh jembatan
sulfida sehingga membentuk molekul seperti huruf Y, pada ujungnya terdapat tempat
pengikatan antigen yang spesifik.

Gb. 10.3 Struktur dan tipe antibodi


Terdapat lima kelas antibodi, yaitu :
• IgM → antibodi yang dihasilkan pada infeksi awal antigen / respon antibodi primer,
dapat menggumpalkan antigen, terdapat dalam sikulasi darah, tidak ada pada organ dan
jaringan, berukuran besar, tidak dapat menembus plasenta, sehingga tidak memberikan
kekebalan maternal.
• IgG → merupakan respon antibodi sekunder, lebih cepat bekerja dan lebih berlimpah,
ditemukan pada darah dan jaringan, melindungi tubuh dari bakteri, virus, toksin yang

Eman Laeli Fitri


36
beredar dalam darah dan limpa serta memicu kerja sistem komplemen dan menetralkan
racun, dapat melewati plasenta dan disekresikan dalam kolostrum.
• IgA → terdapat pada mukosa, berfungsi mencegah masuknya virus dan bakteri lewat
permukaan sel epitel, ditemukan dalam darah dan cairan tubuh (ludah, air mata,
keringat, kolostrum).
• IgE → jumlahnya paling sedikit, berperan dalam reaksi alergi.
• IgD → banyak ditemukan pada permukaan sel B, diduga berfungsi sebagai suatu
reseptor antigen yang merangsang diferensiasi sel B menjadi sel plasma dan sel B
memori.
Antibodi yang disekresikan sel B plasma akan berikatan dengan antigen patogen, untuk
kemudian dikenali oleh makrofag dan dicerna, proses ini disebut opsonisasi.
Aksi antibodi terhadap antigen adalah :
✓ Netralisasi → melekat pada antigen sehingga efek merugikan dari antigen atau toksik
patogen dapat dikurangi. Antibodi menetralkan virus dengan menempel pada tempat
yang seharusnya berikatan dengan sel inang.
✓ Aglutinasi / penggumpalan → proses pengikatan antibodi terhadap patogen sehingga
mudah dinetralkan atau diopsonisasi. Struktur antibodi memungkinkan untuk
melakukan pengikatan lebih dari satu antigen.
✓ Presipitasi / pengendapan → membuat antigen terlarut tidak bergerak dan
memudahkan ditangkap oleh sel fagosit.
✓ Fiksasi komplemen → pengaktifan protein komplemen akan menyebabkan terjadinya
luka / pori pada dinding sel patogen yang pada akhirnya menyebabkan lisis.

Gb. 10.4 Respon antibodi terhadap antigen

2. Limfosit T
Dibentuk di sumsum merah tulang dan matang di timus. Berperan dalam sistem
pertahanan selular, menyerang langsung organisme asing, menyerang sel-sel tubuh yang
terinfeksi dan bahkan jaringan / organ transplan yang dianggap “asing”. Terbagi menjadi :
• Sel T pembantu / helper → menstimulasi sel B untuk membelah dan memproduksi
antibodi, mengaktivasi makrofag dan dua jenis sel T lainnya (dengan mensekresikan
interleukin).
• Sel T pembunuh / killer / sitotoksik → menghasilkan protein perforin yang dapat
melubangi membran sel yang terinfeksi dan mematikan patogen di dalamnya.
• Sel T supresor → berfungsi menurunkan dan menghentikan respon imun.

Eman Laeli Fitri


37
Ketika patogen masuk ke dalam tubuh, enzim dalam sel memotong protein-protein
patogen menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, disebut fragmen antigen. Fragmen
antigen kemudian berikatan ke sebuah molekul MHC di dalam sel, menghasilkan
penyajian antigen di permukaan sel. Ketika suatu sel yang telah diserang oleh patogen
menampilkan suatu antigen, sel tersebut memberi sinyal pada sistem kekebalan bahwa
infeksi sedang terjadi. Tipe sel yang menyajikan antigen menentukan jenis respon yang
terjadi.
✓ MHC kelas I ditemukan pada hampir semua sel tubuh yang bernukleus, berikatan
dengan antigen yang disintesis di dalam sel, berfungsi membawa antigen kepada
limfosit T killer / sel T sitotoksik.
✓ MHC kelas II dibuat oleh sel-sel dendritic, makrofag dan sel-sel B, berikatan ke
antigen yang berasal dari patogen yang telah dinetralisasi melalu fagositosis atau
endositosis, membawa antigen kepada limfosit T helper.

Gb. 10.5 Mekanisme kerja sel T


Reseptor sel T pada permukaan sel T helper berikatan dengan ke antigen yang dipegang
oleh MHC kelas II. Pada saat bersamaan, suatu protein yang disebut CD4 yang ada di
permukaan sel T helper berikatan ke molekul MHC kelas II tersebut. CD4 membantu
menjaga agar sel T helper dan sel penyaji antigen tetap bergabung. Saat kedua sel
berinteraksi, sinyal-sinyal dalam bentuk sitokin dipertukarkan di kedua arah. Hasil
akhirnya adalah aktivasi sel T helper.
Ada tiga tipe sel penyaji antigen kepada sel T helper, yaitu :
• Sel dendritik → penting dalam memicu respon kekebalan primer, berperan sebagai
pengawas di dalam epidermis dan jaringan-jaringan lain yang sering terpapar patogen.
Setelah menangkap antigen, sel dendritik bermigrasi dari tempat infeksi ke jaringan
limfoid, di sana sel dendritik menyajikan antigen kepada sel T helper.
• Makrofag → berperan dalam respon kekebalan sekunder dengan menyajikan antigen
ke sel T memori.
• Sel B → menyajikan antigen kepada sel T helper yang kemudian mengaktivasi sel B
plasma untuk melepaskan antibody.
Agar sel T sitotoksik menjadi aktif, dibutuhkan molekul pensinyalan dari sel T helper.
MHC kelas I menyajikan antigen yang disintesis dalam sel, kemudian dikenali oleh sel T
sitotoksik. Protein CD8 yang ada di permukaan sel T sitotoksik meningkatkan interaksi
antara sel T sitotoksik dengan sel target dan menjaga kedua sel tetap terkoneksi ketika sel
T sitotoksik diaktivasi oleh sel T helper.

Gb. 10.6 Aktivasi oleh sel T helper

Eman Laeli Fitri


38
Mekanisme sistem pertahanan tubuh
Jika patogen berhasil melewati perlindungan fisik dan mekanis yang ada di permukaan
tubuh dan mulai menginfeksi sel-sel dalam organ, maka tubuh akan menghasilkan histamin dan
prostaglandin. Senyawa kimia ini akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah pada bagian
yang terinfeksi, sehingga bagian tersebut menjadi kemerahan dan terasa lebih hangat.
Infeksi patogen direspon tubuh dengan reaksi peradangan (inflamasi) dan demam. Radang
merupakan reaksi tubuh terhadap kerusakan sel-sel tubuh akibat infeksi, zat-zat kimia atau
gangguan fisik lainnya. Gejala radang dapat berupa sakit, panas bengkak, kulit memerah dan
lain-lain. Demam merupakan salah satu respon tubuh terhadap radang. Bakteri, virus, sel kanker
dan sel-sel yang mati menghasilkan zat yang disebut pyrogen-exogen, yang merangsang
makrofag dan monosit mengeluarkan zat pyrogen-endogen, yang merangsang hipotalamus
menaikkan suhu tubuh. Suhu tubuh yang tinggi akan membuat bakteri dan virus lemah hingga
mati. Metabolisme, reaksi kimia dan sel-sel darah putih akan lebih cepat aktif sehingga
mempercepat penyembuhan.
Jika terjadi luka yang menyebabkan pembuluh darah robek, maka sel mast (mastosit) akan
menghasilkan badikinin dan histamin, yang merangsang ujung saraf sehingga pembuluh darah
dapat semakin melebar (vasodilatasi) dan bersifat permeabel. Permeabilitas kapiler yang
meningkat menyebabkan neutrofil berpindah dari darah ke cairan luar sel. Neutrofil dan monosit
berkumpul di tempat yang terluka dan mendesak hingga menembus dinding kapiler. Neutrofil
kemudian mulai memakan patogen dan monosit berubah menjadi makrofag. Makrofag bersifat
fagositosis dan merangsang pembentukan jenis sel darah putih lain. Bakteri yang sudah berada
dalam makrofag kemudian dihancurkan dengan enzim lisosom. Eosinofil berperan menghambat
dan mengurangi konsentrasi histamin oleh mastosit, agar tidak terjadi reaksi yang berlebihan.
Setelah infeksi tertanggulangi, beberapa neutrofil mati bersama dengan jaringan sel dan patogen.
Sel-sel yang masih hidup kemudian membentuk nanah, yang merupakan indikator bahwa infeksi
telah sembuh.

Gb. 10.7 Mekanisme pertahanan tubuh dengan respon inflamatori

Kekebalan tubuh berdasarkan cara memperolehnya terbagi menjadi :


• Kekebalan aktif → kekebalan tubuh yang dihasilkan karena limfosit teraktivasi oleh
antigen yang terdapat pada permukaan sel patogen, terbagi :
✓ Kekebalan aktif alami → kekebalan yang terbentuk akibat infeksi patogen secara
langsung
✓ Kekebalan aktif buatan / vaksinasi → kekebalan yang terbentuk akibat injeksi /
penyuntikan antigen secara sengaja ke dalam tubuh
• Kekebalan pasif → kekebalan yang timbul karena menerima antibodi dari orang lain,
bersifat sementara, terbagi :
✓ Kekebalan pasif alami → antibodi yang diberikan oleh ibu kepada anaknya
melalui ASI dan plasenta
✓ Kekebalan pasif buatan → antibodi yang diekstrak dari suatu individu disuntikkan
ke tubuh orang lain sebagai serum

Eman Laeli Fitri


39
Vaksin diperoleh dari sumber-sumber berikut ini :
❖ Mikroorganisme mematikan yang dimatikan, contohnya bakteri penyebab pertusis
❖ Strain hidup yang tidak mematikan, contohnya vaksin rubela, BCG, Sabin
(poliomielitis)
❖ Toksin yang dimodifikasi, contohnya vaksin difteri dan tetanus
❖ Antigen hasil isolasi, contohnya vaksin influenza
❖ Antigen hasil rekayasa genetik, contohnya vaksin hepatitis B

Kelainan pada sistem imun


1. Penyakit autoimun → sistem imun menyerang jaringan tubuh sendiri
• Myasthenia gravis → antibodi yang menyerang otot lurik, menyebabkan degradasi
otot dan berkurangnya kemampuan otot untuk menangkap asetilkolin, umumnya
terjadi pada otot wajah
• Lupus erythematosus → antibodi menyerang histon dan DNA sel tubuh sendiri,
menyebabkan ruam kulit, demam, artritis dan gangguan ginjal
• Artritis rematoid → menyebabkan kerusakan dan peradangan di kartilago dan
persendian
• Penyakit addison → antibodi menyerang kelenjar adrenalin, penderita menjadi
mudah lelah, kehilangan berat badan, tekanan darah dan gula rendah, perasaan
tertekan dan peningkatan pigmentasi kulit.
• Multiple sclerosis → antibodi menyerang jaringan saraf di otak dan tulang
belakang, terutama bagian selubung myelin. Mengakibatkan gangguan
penglihatan, stres, pusing, dll.
• Diabetes mellitus type I → antibodi menyerang sel-sel beta pankreas yang
menghasilkan hormon insulin, akibatnya produksi insulin kurang sehingga kadar
gula naik.
2. Alergi / anaphylaxis → tubuh menjadi hipersensitif / bereaksi secara berlebihan
terhadap bahan-bahan yang nonimunogenik / tidak berbahaya. IgE akan merangsang
sel mast untuk menghasilkan histamin. Histamin akan menyebabkan sejumlah gejala,
diantaranya berkontraksinya otot-otot pernapasan sehingga terjadi penyempitan
saluran pernapasan, vasodilatasi pembuluh darah dan kenaikan permeabilitas kapiler
sehingga jaringan membengkak, kulit merah, gatal dan melepuh.
3. Penyakit imunodefisiensi
• Imunosupresi → penurunan sistem imun akibat komplikasi biologis penyakit lain
dalam tubuh, termasuk malnutrisi, kanker dan infeksi penyakit
• Imunosupresi iatrogenik → diakibatkan oleh terapi obat yang dapat
menginaktifkan fungsi limfosit
• Defisiensi imun yang diperoleh secara genetik / diturunkan, contoh severe
combine immunodeficiency disease (SCID)
• Defisiensi imun akibat infeksi virus HIV (penyakit AIDS)

Sistem limfatik
Berperan dalam sistem imun, terdiri atas :
1. Pembuluh limfa
❖ Pembuluh limfa kanan (duktus limfatikus dekster) → menerima cairan limfa yang
berasal dari daerah kepala, leher, dada, paru-paru, jantung dan lengan sebelah
kanan.
❖ Pembuluh limfa kiri (duktus toraksikus) → menerima cairan limfa dari anggota
tubuh yang lain.
2. Organ-organ limfoid
❖ Sumsum merah → berfungsi sebagai tempat pembentukan limfosit.
❖ Nodus limpa → berfungsi menyaring mikroorganisme yang ada dalam limpa,
terbagi menjadi nodulus-nodulus, tiap nodulus mengandung ruang-ruang (sinus)
yang berisi limfosit dan makrofag.
❖ Limpa → organ limfoid terbesar, berfungsi membuang antigen yang terdapat
dalam darah dan menghancurkan eritrosit yang sudah tua.

Eman Laeli Fitri


40
❖ Timus → tempat pematangan limfosit T.
❖ Tonsil → berfungsi melawan infeksi pada saluran pernapasan bagian atas dan
faring, mencakup adenoid, tonsil saluran, palatin dan lidah.

DAFTAR PUSTAKA

Aryulina, Diah dkk. BIOLOGI 2. 2007. Jakarta : Esis.

Pratiwi, D.A dkk. BIOLOGI. 2007. Jakarta : Erlangga.

Prawirohartono, Slamet dan Sri Hidayati. Sains BIOLOGI 2. 2007. Jakarta : Bumi Aksara.

Priadi, Arif. BIOLOGI. 2009. Jakarta : Yudhistira.

Eman Laeli Fitri


41

Anda mungkin juga menyukai