Anda di halaman 1dari 50

BAB I.

SISTEM PERNAPASAN

Pernapasan / respirasi adalah pertukaran gas dari makhluk hidup dengan gas dari
lingkungannya. Respirasi terbagi menjadi :
 Respirasi eksternal → pertukaran gas pada alveolus paru-paru
 Respirasi internal → pertukaran gas antara kapiler darah dengan sel-sel tubuh
A. Alat pernapasan manusia

Gb. 1.1 Alat pernapasan manusia Gb. 1.2 Struktur bronkus dan bronkiolus
1. Hidung
Rongga hidung dilengkapi silia dan selaput lendir yang berfungsi untuk menyaring
udara. Selain itu rongga hidung juga berfungsi untuk menghangatkan dan
melembabkan udara yang dihirup.
2. Faring
Merupakan tempat persimpangan antara tenggorokan dan kerongkongan. Pada faring
terdapat klep epiglotis yang selalu dalam keadaan terbuka dan hanya menutup jika
menelan makanan. Di bawah faring terdapat pangkal batang tenggorokan yang
disebut laring, pada laring terdapat celah disebut glotis yang menuju batang
tenggorokan. Selain itu pada laring juga terdapat pita suara.
3. Trakea (batang tenggorokan)
Berbentuk pipa dan tersusun atas cincin-cincin tulang rawan dan terletak di depan
kerongkongan. Bagian dalam trakea terdiri atas sel epitel bersilia yang menghasilkan
lendir, berfungsi untuk menahan debu dan kotoran agar tidak masuk ke paru-paru.
4. Bronkus (cabang batang tenggorokan)
Bronkus adalah percabangan trakea menuju paru-paru kanan dan kiri. Bronkus kiri
kedudukannya lebih mendatar dibanding yang kanan. Bronkus bercabang lagi
membentuk bronkiolus, tiga pada paru-paru kanan dan dua pada paru-paru kiri.
5. Pulmo (paru-paru)
Pada paru-paru bronkiolus berakhir sebagai gelembung halus yang disebut alveolus,
disinilah terjadi proses respirasi eksternal. Hal itu dapat terjadi karena alveolus
diselubungi oleh pembuluh kapiler sehingga O2 dan CO2 dapat berdifusi keluar
masuk. Paru-paru diselubungi oleh selaput rangkap dua yang disebut pleura, pada
rongga di antaranya terdapat cairan limfa yang berfungsi melindungi paru-paru dari
gesekan ketika mengembang dan mengempis.
B. Mekanisme pernapasan manusia
Hakikat bernapas adalah memasukkan udara (inspirasi) ke dalam tubuh dan
mengeluarkan gas sisa (ekspirasi) dari tubuh ke luar. Berdasarkan otot yang terlibat pada
inspirasi dan ekspirasi, maka pernapasan manusia terbagi :
a. Pernapasan dada
 Inspirasi : otot antar tulang rusuk (muskulus inter costalis) berkontraksi → tulang
rusuk terangkat → rongga dada membesar → paru-paru mengembang → tekanan
udara dalam paru-paru lebih rendah daripada lingkungan → udara mengalir masuk
 Ekspirasi : otot antar tulang rusuk (muskulus inter costalis) relaksasi → tulang
rusuk turun → rongga dada mengecil → paru-paru mengempis → tekanan udara
dalam paru-paru lebih tinggi daripada lingkungan → udara terdorong keluar

Eman Laeli Fitri


1
b. Pernapasan perut
 Inspirasi : otot diafragma berkontraksi → diafragma mendatar → rongga dada
membesar → paru-paru mengembang → tekanan udara dalam paru-paru lebih
rendah daripada lingkungan → udara mengalir masuk
 Ekspirasi : otot diafragma relaksasi → diafragma melengkung → rongga dada
mengecil → paru-paru mengempis → tekanan udara dalam paru-paru lebih tinggi
daripada lingkungan → udara terdorong keluar

C. Volume dan kapasitas paru-paru


 Volume tidal → volume udara hasil inspirasi dan ekspirasi normal (500 cc)
 Udara cadangan inspirasi / komplementer → udara yang masih dapat dimasukkan ke
dalam paru-paru secara maksimal setelah inspirasi normal (1500 cc)
 Udara cadangan ekspirasi / suplementer → udara yang masih dapat dihembuskan
secara maksimal setelah ekspirasi normal (1500 cc)
 Kapasitas vital → jumlah udara yang dapat dihembuskan semaksimal mungkin
setelah inspirasi maksimal ( volume tidal + komplementer + suplementer) ± 3500 cc
 Udara residu → udara yang masih tertinggal dalam paru-paru sesudah ekspirasi
maksimal (1000 cc)
 Kapasitas total paru-paru → jumlah volume udara yang dapat tertampung secara
maksimal dalam paru-paru / jumlah kapasitas vital dan udara residu (± 4500 cc)

D. Frekuensi pernapasan
Frekuensi / kecepatan pernapasan manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
 Umur → bertambahnya umur mengakibatkan frekuensi pernapasan semakin
melambat
 Jenis kelamin → frekuensi pernapasan pria lebih tinggi dibanding wanita
 Suhu tubuh → semakin tinggi suhu tubuh maka semakin cepat frekuensi
pernapasannya
 Posisi tubuh
 Kegiatan tubuh
 Kadar O2 dan CO2 di udara

E. Pertukaran oksigen dan karbondioksida


Pertukaran gas terjadi akibat perbedaan tekanan parsial gas, gas bertekanan tinggi akan
berdifusi ke tempat gas bertekanan rendah. Pada alveolus kapiler darah membawa CO 2
bertekanan lebih tinggi daripada tekanan udara di atmosfer, sehingga CO 2 berdifusi dari
darah menuju ke paru-paru untuk kemudian dihembuskan keluar tubuh. Sebaliknya
darah pada kapiler mengandung sedikit O2, sedangkan dalam alveolus banyak O2,
sehingga oksigen berdifusi ke darah. Pada sel darah merah terdapat protein yang disebut
hemoglobin yang mempunyai daya afinitas (daya ikat) terhadap oksigen, maka oksigen
diangkut oleh darah dalam bentuk oksihemoglobin (HbO2). Pada jaringan, darah
membawa O2 yang bertekanan lebih tinggi daripada jaringan, sehingga O 2 berdifusi
masuk ke dalam jaringan. Sedangkan pengangkutan CO2 terbagi menjadi :
 Dalam bentuk asam karbonat
Jika bereaksi dengan air maka CO2 akan membentuk asam karbonat

 Dalam bentuk karbominohemoglobin (HbCO2)


 Dalam bentuk ion bikarbonat dalam plasma darah
Asam karbonat dapat terurai menjadi ion bikarbonat melalui proses pertukaran
klorida.

HCO3- keluar dari sel darah merah menuju plasma darah, dan kedudukannya
digantikan oleh ion Cl- dari plasma darah.

Eman Laeli Fitri


2
Gb. 1.3 Skema pertukaran gas oksigen dan karbondioksida

F. Gangguan sistem pernapasan manusia


 Faringitis → radang pada faring
 Pleuritis → radang pada selaput paru-paru
 Tonsilitis → radang pada tonsil, jika terjadi pada pangkal faring disebut amandel, jika
terjadi pada dinding nasofaring disebut adenoid
 Sinusitis → radang pada sebelah atas rongga hidung
 Laringitis → radang pada laring
 Bronkitis → radang pada bronkus
 Emfisema → pelebaran dinding alveolus
 Asfiksi → gangguan pengangkutan oksigen ke jaringan, contohnya ketika seseorang
tenggelam sehingga paru-parunya terisi air
 Asma → penyempitan saluran pernapasan akibat kontraksi terus menerus otot polos
penyusun dinding saluran pernapasan, dipicu oleh hipersensitivitas terhadap debu,
asap rokok, bulu hewan dan udara dingin
 Hipoksia → kekurangan oksigen dalam jaringan
 Asidosis → meningkatnya kadar asam karbonat dan ion bikarbonat dalam darah yang
menyebabkan terganggunya pernapasan
 Sianosis → kebiruan pada kulit yang disebabkan karena jumlah hemoglobin
deoksigenisasi yang berlebihan di dalam pembuluh darah kulit, terutama dalam
kapiler
 Pneumonia → radang pada dinding alveolus akibat infeksi bakteri Diplococcus
pneumonia
 Tuberkulosis → tumbuhnya bintil-bintil pada dinding alveolus akibat infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis
 Difteri → infeksi saluran pernapasan atas akibat infeksi bakteri Corynabacterium
diphtheriae

G. Teknologi yang digunakan untuk membantu bernapas


 Trakeotomi → pembuatan lubang pernapasan buatan pada trakea
 Intubasi endotrakea → memasang selang dalam trakea
 Pulmotor → alat untuk menyelenggarakan pernapasan buatan
 Radiasi sinar X → untuk mendiagnosis penyakit alat pernapasan, misalnya kanker
paru-paru

Eman Laeli Fitri


3
H. Sistem pernapasan hewan
 Cacing → melalui permukaan tubuhnya (integumenter)
 Serangga → menggunakan buluh trakea, udara masuk melalui spirakel / stigma
 Ikan
Ikan bernapas dengan insang, kecuali ikan paru-paru (Dipnoi). Insang berupa lembaran
(filamen) pipih berwarna merah muda, pada permukaannya terdapat banyak kapiler
darah tempat terjadinya pertukaran gas antara darah dan air. Setiap insang didukung
oleh lengkung insang yang memiliki rigi-rigi insang yang berfungsi sebagai penyaring.
Inspirasi : air yang mengandung oksigen masuk ke mulut, tutup insang (operkulum)
menutup
Ekspirasi : celah mulut menutup, operkulum membuka, air bersentuhan dengan
filamen, oksigen berdifusi ke darah dan karbondioksida berdifusi ke air
 Katak
Ketika masih berupa larva / berudu, katak bernapas menggunakan insang, ketika
dewasa katak bernapas menggunakan paru-paru. Selain itu katak juga dapat bernapas
menggunakan kulitnya, kulit katak sangat tipis dan lembab sehingga memungkinkan
terjadinya difusi gas, terutama ketika berada dalam air.
 Burung
Selain paru-paru, burung menggunakan pundi-pundi hawa (saccus pneumaticus) untuk
bernapas, terutama ketika terbang. Selain itu pundi-pundi hawa juga berfungsi untuk
memperbesar ruang siring / memperkeras suara, mengatur berat jenis tubuh, mengatur
suhu tubuh. Paru-paru burung tidak memiliki alveolus, tetapi pembuluh-pembuluh
udara disebut parabronkus. Mekanisme pernapasan burung :
a) Ketika hinggap
 Inspirasi : otot antar tulang rusuk bergerak ke depan (berkontraksi) → rongga
dada membesar → paru-paru mengembang → tekanan udara mengecil → udara
masuk, sebagian ke paru-paru, sebagian ke pundi-pundi hawa
 Ekspirasi : otot antar tulang rusuk kembali ke posisi semula (relaksasi) → rongga
dada mengecil → paru-paru mengempis → tekanan udara meningkat → udara
dalam pundi-pundi hawa masuk ke paru-paru → udara dari paru-paru terdorong
keluar
Maka pengambilan oksigen terjadi pada kedua fase, baik inspirasi maupun
ekspirasi.
b) Ketika terbang
 Inspirasi : sayap diangkat → pundi-pundi hawa ketiak mengembang, pundi hawa
antar tulang korakoid terjepit → udara masuk
 Ekspirasi : sayap diturunkan → pundi hawa ketiak terjepit, pundi hawa antar
tulang korakoid mengembang → udara keluar

Eman Laeli Fitri


4
BAB II. SISTEM EKSKRESI

Pada manusia berlangsung 3 proses pengeluaran zat, yaitu :


 Defekasi → proses pengeluaran sisa pencernaan / feses
 Sekresi → proses pengeluaran hasil metabolisme yang masih dapat digunakan,
contohnya enzim dan hormon
 Ekskresi → proses pengeluaran sisa metabolisme yang sudah tidak digunakan lagi oleh
tubuh, dalam bentuk urin, keringat dan CO2
A. Organ ekskresi
1. Ginjal (Ren)
Ginjal manusia berjumlah sepasang, terletak di kanan dan kiri tulang pinggang,
sebelah kiri terletak agak lebih tinggi daripada sebelah kanan. Ginjal terbungkus
lapisan pelindung yang tersusun dari lemak.

Gb. 2.1 Struktur ginjal Gb. 2.2 Struktur nefron dan badan malpighi
Ginjal terdiri atas 2 lapisan, yaitu :
 Korteks → merupakan lapisan luar, mengandung badan malpighi, tubulus
proksimal dan tubulus distal.
 Medula → bagian dalam ginjal, mengandung tubulus kolektivus dan lengkung
Henle, pelvis renalis
Nefron adalah unit struktural dan fungsional terkecil dari ginjal, setiap nefron
terdiri atas :
 Badan malpighi → terdiri atas glomerulus dan simpai / kapsula Bowman.
Pada glomerulus terdapat banyak pembuluh darah, pembuluh darah yang
menuju glomerulus disebut arteriole aferen, yang meninggalkan glomerulus
disebut arteriole eferen.
 Tubulus-tubulus → terdiri atas tubulus kontortus proksimal, tubulus
kontortus distal, tubulus kolektivus.
Nefron terbagi menjadi 2, yaitu :
 Nefron korteks → terletak di korteks, memiliki lengkung Henle yang pendek
 Nefron jukstamedula → glomerulus terletak di korteks, lengkung Henle
menjulur panjang sampai medulla

Gb. 2.3 Macam nefron

Eman Laeli Fitri


5
Proses pembentukan urin
a. Filtrasi → penyaringan darah yang terjadi pada glomerulus, menghasilkan
urin primer / filtrat glomerulus. Urin primer mengandung air, glukosa,
asam amino, garam-garam, urea dan asam urat.
b. Reabsorbsi → penyerapan kembali bahan-bahan yang masih diperlukan
tubuh, terjadi di tubulus proksimal, menghasilkan urin sekunder / filtrat
tubulus. Zat-zat yang direabsorbsi diantaranya adalah air, glukosa, asam
amino, garam, ion Na+, K+, Cl-, Ca2+, SO42-, HCO3-, zat keratin, dan asam
askorbat.
c. Augmentasi → penambahan zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh ke
dalam tubulus distal dan penyerapan kelebihan air, menghasilkan urin yang
sesungguhnya. Zat yang ditambahkan antara lain ion K+, H+ dan NH3.
Selanjutnya urin masuk ke tubulus kolektivus, terus ke pelvis renalis dan
dialirkan melalui ureter keluar dari ginjal menuju kantung kemih / vesica
urinaria untuk disimpan sementara. Dari vesica urinaria kemudian dikeluarkan
dari tubuh melalui uretra.

Gb. 2.4 Struktur ginjal, ureter dan vesica urinaria

Faktor yang mempengaruhi jumlah urin :


 Jumlah air yang diminum
 Saraf → stimulus saraf renalis akan mempengaruhi penyempitan arteriole
aferen
 Hormon antidiuretika (ADH) / vasopresin → dihasilkan oleh hipofisis
posterior, berfungsi untuk mengatur tekanan osmotik darah dengan cara
mempengaruhi penyerapan air pada tubulus distal. Ketika tekanan osmotik
darah naik / tubuh kekurangan cairan, maka sekresi ADH meningkat,
sehingga penyerapan air juga meningkat dan berakibat urin yang dihasilkan
menjadi sedikit, demikian sebaliknya.
 Suhu
 Emosi

2. Kulit (Integumen)
Terbagi atas :
a. Epidermis
Bagian epidermis terdiri atas :
 Stratum korneum → disebut juga lapisan tanduk, tersusun atas sel-sel mati
yang selalu mengelupas
 Stratum lusidum → bagian berwarna bening
 Stratum granulosum → bagian yang mengandung butiran pigmen
 Stratum spinosum dan stratum basale (stratum germinativum) → merupakan
bagian yang selalu tumbuh membentuk lapisan kulit baru ke arah luar

Eman Laeli Fitri


6
Gb. 2.5 Struktur epidermis
b. Dermis
Bagian dermis terdiri atas :
 Kelenjar keringat (glandula sudorifera)
 Kelenjar minyak (glandula sebasea)
 Saraf
 Pembuluh darah
 Akar rambut
 Otot-otot penegak rambut
Fungsi kulit :
 Pengendali suhu tubuh
 Pelindung terhadap kerusakan fisik, penyinaran, zat kimia, kuman dan
kekeringan
 Penerima rangsang sentuhan, tekanan, suhu (indera peraba)
 Mengekresikan zat sisa berupa keringat
Proses pengeluaran keringat diatur oleh hipotalamus yang berperan sebagai pusat
pengatur suhu tubuh. Aktivitas kelenjar keringat dipengaruhi oleh perubahan suhu
lingkungan dan suhu darah. Ketika suhu meningkat, pembuluh darah melebar, aliran
darah lebih banyak, penyaringan air dan sisa metabolisme oleh kelenjar keringat
meningkat. Keringat akan dikeluarkan melalui kulit lewat penguapan. Komponen
keringat terdiri atas air, garam (NaCl), sisa metabolisme sel, urea, asam.

Gb. 2.6 Struktur kulit

Eman Laeli Fitri


7
3. Hati (Hepar)
Fungsi hati :
 Tempat penyimpanan gula otot / glikogen
 Tempat pembongkaran dan pembentukan protein
 Menawarkan racun / detoksifikasi racun
 Tempat pembongkaran sel darah merah
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh. Hati dibungkus oleh selaput kapsula
hepatis. Pada hati terdapat dua macam pembuluh, yaitu pembuluh darah dan
pembuluh empedu, keduanya disatukan oleh jaringan ikat yang disebut selaput
glison. Di dalam hati terdapat sel yang berfungsi untuk merombak sel darah merah
disebut histiosit.
Hemoglobin dilepaskan dari eritrosit dan dipecah menjadi :
 Zat besi (Fe) → dikembalikan ke sumsum merah tulang sebagai bahan
pembentuk sel
darah merah yang baru
 Globin → digunakan kembali untuk pembentukan hemoglobin baru
 Hemin → diubah menjadi bilirubin dan biliverdin sebagai zat warna empedu.
Dalam usus zat ini dioksidasi menjadi urobilin dan memberikan warna pada urin
dan feses
Hasil metabolisme protein menghasilkan amonia yang bersifat racun sehingga harus
dikeluarkan dari dalam tubuh, tetapi sebelumnya harus diubah dahulu menjadi urea
melalui proses :
NH3 + ornitin + CO2 → sitrulin
NH3 + sitrulin → arginin
Enzim arginase
Arginin ornitin + urea + H2O
Urea dan air akan dikeluarkan sebagai urin lewat ginjal.

Gb. 2.7 Struktur hati


4. Paru-paru (Pulmo)
Mengekskresikan CO2 dan H2O.

B. Gangguan sistem ekskresi


a. Gangguan ginjal
 Nefritis → kerusakan pada glomerulus akibat infeksi bakteri Streptococcus
 Uremia → masuknya urin ke pembuluh darah
 Edema → penimbunan air di ruang interseluler (biasanya di kaki) akibat
terganggunya reabsorbsi air
 Batu ginjal → pengendapan garam kalsium di dalam rongga ginjal, saluran ginjal
atau kantong kemih
 Albuminuria → adanya albumin dan protein lain dalam urin
 Hematuria → adanya sel darah merah dalam urin
 Ketosis → adanya keton dalam urin
 Diabetes melitus → tingginya kadar glukosa dalam darah karena kekurangan
hormon insulin sehingga urin yang dihasilkan masih mengandung glukosa
 Diabetes insipidus → pengeluaran urin yang terlalu banyak akibat gangguan
penyerapan air (kekurangan hormon ADH)

Eman Laeli Fitri


8
 Polyuria → urin yang dikeluarkan oleh tubuh amat banyak dan encer
 Oligouria → urin yang dihasilkan sangat sedikit
 Anuria → tidak dihasilkan urin sama sekali
 Gagal ginjal → kegagalan ginjal dalam menjalankan fungsinya

b. Gangguan kulit
 Jerawat
 Eksem → kulit kering kemerahan dan gatal bersisik
 Pruvitus kutanea → penyakit kulit dengan gejala rasa gatal yang dipacu iritasi
saraf sensori perifer atau disebabkan oleh kencing manis, penyakit hati dan
gangguan kelenjar tiroid
 Kudis / skabies / seven years itch → penyakit kulit karena infeksi tungau atau
caplak (Sarcoptes scabei)
c. Gangguan hati
 Hepatitis → radang pada hati akibat infeksi virus, bakteri atau protozoa, dan juga
dapat diakibatkan oleh zat-zat kimia yang meracuni hati, seperti alkohol dan
obat-obatan
 Sirosis hati → kondisi dimana jaringan hati mengalami pengerasan akibat racun
aflatoxin yang dihasilkan oleh bakteri dan virus.

C. Teknologi yang digunakan untuk mengatasi gangguan sistem ekskresi


 Hemodialisis → cuci darah
 Transplantasi organ (ginjal, hati, paru-paru)

D. Sistem ekskresi hewan


1. Protozoa (Paramaecium) → vakuola kontraktil
2. Planaria → sel api / flame cell
3. Cacing tanah → nefridium
4. Serangga → pembuluh malpighi
5. Ikan
 ikan laut → banyak minum, sedikit urin. Garam-garam yang masuk bersama air
yang diminum secara aktif dikeluarkan lewat insang
 ikan air tawar → sedikit minum, banyak urin. Ikan air tawar menghemat garam
dan membersihkan tubuhnya dari zat-zat sisa senyawa nitrogen
6. Amphibi → tipe ginjal mesonefros, larva mengekskresikan amonia, berudu dan
hewan dewasa mengekskresikan urea
7. Reptil → tipe ginjal metanefros, mengekskresikan asam urat dan amonia
8. Aves → tipe ginjal metanefros, mengekskresikan asam urat dan garam (burung laut)

Eman Laeli Fitri


9
BAB III. SISTEM KOORDINASI

A. Sistem saraf
Sistem saraf berfungsi menerima rangsang, menghantarkan rangsang dan menanggapi
rangsang, baik dari luar tubuh (cahaya, suara, panas, dingin, dll) maupun rangsangan
dari dalam tubuh (lapar, haus, nyeri, dll). Penerima rangsang adalah reseptor, sedangkan
sel / organ yang digunakan untuk bereaksi terhadap rangsangan adalah efektor, efektor
utama dalam tubuh adalah otot dan kelenjar.
Neuron adalah unit fungsional terkecil penyusun sistem saraf, yang terdiri atas :
 Dendrit
 Badan sel
 Neurit / akson
 Selubung myelin → berfungsi melindungi akson, memberi nutrisi pada neuron dan
mempercepat jalannya impuls
 Sel Schwann → sel penyusun selubung myelin
 Nodus ranvier → bagian akson yang tidak ditutupi selubung myelin
Arah jalannya impuls saraf : dendrit → badan sel → akson / neurit

Gb. 3.1 Struktur neuron

Berdasarkan fungsinya neuron terbagi :


 Neuron sensorik → berfungsi menerima rangsang, dendritnya berhubungan dengan
reseptor, aksonnya berhubungan dengan dendrit neuron lain
 Neuron motorik → berfungsi membawa tanggapan dari otak / sumsum tulang
belakang, dendritnya berhubungan dengan akson neuron lain, aksonnya berhubungan
dengan efektor
 Neuron konektor → penghubung antara neuron yang satu dengan yang lain
 Neuron ajustor → penghubung antara neuron sensorik dengan neuron motorik di otak
dan sumsum tulang belakang
Penghantaran impuls saraf
Permukaan neuron bermuatan positif, bagian dalamnya bermuatan negatif, keadaan
demikian disebut polarisasi. Jika ada rangsangan melewatinya maka muatannya berubah,
bagian luar negatif, bagian dalam positif, keadaan tersebut disebut depolarisasi. Dengan
demikian rangsangan dapat dibawa sepanjang neuron sebagai impuls saraf.

Gb. 3.2 Penghantaran impuls Gb. 3.3 penghantaran impuls lewat sinaps

Eman Laeli Fitri


10
Antar neuron terdapat penghubung yang disebut sinaps. Neuron yang terletak sebelum
sinaps disebut neuron prasinaps, yang terletak sesudahnya disebut neuron pascasinaps.
Impuls menjalar dari prasinaps ke pascasinaps dengan bantuan neurotransmitter
(asetilkolin, dopamin, serotonin, noradrenalin). Ketika impuls listrik bergerak melintasi
akson menuju ujung sinaps, permeabilitas membran prasinaps terhadap ion Ca
meningkat, akibatnya ion Ca masuk dan gelembung sinaps / vesikel melebur dengan
membran prasinaps sambil melepaskan neurotransmitter ke celah sinaps. Molekul
neurotransmitter akan berikatan dengan bagian reseptor pada pascasinaps sehingga
impuls dapat disampaikan ke neuron selanjutnya

Gerak refleks
Gerak merupakan respon terhadap rangsangan dari luar. Gerak terbagi menjadi gerak
biasa dan gerak refleks. Gerak refleks terjadi karena rangsangan dari luar tidak sempat
diolah di otak, jalur yang dilalui gerak refleks disebut lengkung refleks : reseptor →
neuron sensorik → sumsum tulang belakang / neuron konektor → neuron motorik →
efektor
Jika neuron konektor terdapat di sumsum tulang belakang maka disebut refleks tulang
belakang, misalnya gerak refleks lutut dan kaki. Jika neuron konektor terdapat di otak
disebut refleks otak, misalnya refleks kejap mata dan melebar menyempitnya pupil.

Sistem saraf terbagi menjadi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
1. Sistem saraf pusat (SSP)
Terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Otak terletak di bawah tulang
tengkorak, sumsum tulang belakang terletak di dalam tulang punggung. SSP
dilindungi selaput meninges yang terdiri dari :
 Durameter → melekat pada tulang tengkorak dan tulang punggung
 Arachnoid → lapisan tengah, berisi cairan serebrospinal
 Piameter → lapisan paling dalam, melekat pada permukaan otak dan sumsum
Otak dan sumsum tulang belakang terdiri atas substansi kelabu (substansi grisea)
yang berisi kumpulan badan sel saraf, dan substansi putih (substansi alba) yang berisi
kumpulan dendrit dan akson.

Gb. 3.4 Sistem saraf pusat

1) Otak
Otak berfungsi sebagai pusat koordinasi tubuh. Pada otak substansi kelabu terletak
di sebelah luar dan substansi putih di sebelah dalam. Pada masa embrio, otak
terbagi menjadi otak depan (prosensefalon), otak tengah (mesensefalon) dan otak
belakang (rhombensefalon). Ketika dewasa otak depan kemudian berkembang
menjadi telensefalon (otak besar) dan diensefalon. Otak belakang menjadi
metensefalon yang bagian dorsalnya membentuk serebelum / otak kecil dan
mielensefalon yang menjadi medula oblongata (sumsum lanjutan).

Eman Laeli Fitri


11
a) Otak besar / serebrum
Terdiri atas dua belahan (hemisfer), kanan dan kiri yang dihubungkan oleh
jembatan varol (pons varoli). Belahan otak kiri mengendalikan sistem sebelah
kanan dan sebaliknya. Bagian luar yang berlipat-lipat disebut korteks, bagian
dalam disebut medula. Otak besar terbagi menjadi 4 lobus :
 Lobus frontalis / bagian dahi → berperan dalam gerak otot
 Lobus parietalis / bagian ubun-ubun → pengatur kerja kulit terhadap
pengaruh panas, dingin, sentuhan dan tekanan
 Lobus temporalis / bagian pelipis → pusat pendengaran dan berbicara
 Lobus oksipitalis / bagian belakang → pusat penglihatan
Antara bagian tengah dan belakang merupakan pusat perkembangan
kecerdasan, ingatan, kemauan dan sikap. Otak besar juga terbagi menjadi
beberapa area :
 Area sensorik → bagian penerima rangsang dari reseptor
 Area motorik → bagian yang merespon rangsang
 Area asosiasi → penghubung area sensorik dan motorik, berperan dalam
proses belajar, berpikir, membuat keputusan, kesimpulan, menyimpan
ingatan dan belajar bahasa

Gb. 3.5 Struktur bagian otak

Gb. 3.6 Lobus serebrum Gb. 3.7 Otak depan


b) Otak depan / diensefalon
Terdiri atas :
 Talamus → menerima semua rangsangan dan meneruskannya ke sensorik
serebrum
 Hipotalamus → pusat pengatur suhu, selera makan, rasa lapar dan haus, rasa
mengantuk, keseimbangan cairan tubuh, emosi dan tekanan darah
 Infundibulum → pangkal kelenjar hipofisis
c) Otak tengah / mesensefalon → pusat refleks mata dan pendengaran
d) Otak kecil / serebelum → pusat koordinasi otot dan mengatur keseimbangan
posisi tubuh

Eman Laeli Fitri


12
2) Sumsum
Pada sumsum substansi putih terletak di sebelah luar, substansi kelabu di sebelah
dalam. Substansi kelabu berberntuk seperti sayap / huruf H. Sayap yang letaknya
mengarah ke perut disebut sayap ventral, mengandung neuron motorik, aksonnya
menuju ke efektor dan dendritnya berhubungan dengan akson neuron konektor.
Sayap yang mengarah ke punggung disebut sayap dorsal, mengandung neuron
sensorik, dendritnya berhubungan dengan reseptor dan aksonnya berhubungan
dengan dendrit neuron konektor.
Sumsum terbagi menjadi :
 Sumsum lanjutan (medula oblongata) → mengatur aktivitas denyut jantung,
pelebaran dan penyempitan pembuluh darah, pusat pengatur pernapasan, sekresi
ludah, menelan, gerak peristaltik, batuk dan bersin.
 Sumsum tulang belakang (medula spinalis) → berfungsi menghantarkan impuls
dari reseptor ke otak dan respon dari otak ke efektor, dan sebagai pusat gerak
reflex

Gb. 3.8 Penampang melintang sumsum


2. Sistem saraf tepi (SST)
Terdiri atas serabut-serabut saraf yang menghubungkan sistem saraf pusat dengan
alat-alat tubuh. Berdasarkan arah impuls terbagi :
 Saraf aferen → membawa impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat
 Saraf eferen → membawa impuls dari sistem saraf pusat ke efektor
Berdasarkan asal serabut saraf terbagi :
a) Serabut saraf otak (saraf kranial) → berjumlah 12 pasang
Tabel 3.1 Tabel saraf kranial
Tempat
Nama saraf Jenis
No. pengiriman Yang menyebabkan
kranial fungsi
impuls saraf
I Olfaktori Sensorik Epitel olfaktori Indra pembau
II Optik Sensorik Mata Indra penglihatan
III Okulomotor Motorik Empat otot dari Gerakan bola mata
enam otot mata
IV Troklear Motorik Satu dari enam Gerakan bola mata
otot mata
V Trigeminal Sensorik Gigi, kulit muka, Gerakan otot mata yang
dan rahang dan otot menyebabkan ekspresi
motorik pengunyah sensasi pada gigi dan bagian2
kulit rahang, serta gerakan
rahang
VI Abdusen Motorik Otot penggerak Gerakan bola mata
bola mata
VII Fasial Sensorik Ujung pengecap Sensasi dan gerakan otot
dan di lidah, wajah, wajah
motorik bibir, kelopak
mata
VIII Auditori Sensorik Telinga dalam Indra pendengaran
(akustik)
IX Glosofaring Sensorik Lidah dan faring Sensasi dan pergerakan pada
dan lidah dan faring

Eman Laeli Fitri


13
Tempat
Nama saraf Jenis
No. pengiriman Yang menyebabkan
kranial fungsi
impuls saraf
motorik
X Vagus Sensorik Ujung saraf di Berperan dalam gerakan dan
dan alat dalam, paru2, sensasi pada jantung dan
motorik lambung, aorta organ2 dalam
XI Spinal Motorik Sama seperti Sama seperti vagus
aksesori vagus
XII Hipoglosal Motorik Otot lidah Pergerakan lidah

b) Serabut saraf sumsum tulang belakang (saraf spinal) → berjumlah 31 pasang,


terdiri atas :
 8 saraf leher / servikal
 12 saraf punggung / torasik
 5 saraf pinggang / lumbar
 5 saraf pinggul / sakral
 1 saraf ekor / koksigeal
Serabut saraf sensorik masuk melalui sayap dorsal, serabut saraf motorik keluar
melalui sayap ventral.
Sistem saraf tepi dikelompokkan menjadi :
1) Sistem saraf somatik
Sasarannya adalah otot-otot yang bekerja di bawah kehendak, aksi sistem somatik
adalah gerak sadar dan gerak refleks.
2) Sistem saraf otonom
Sasarannya adalah otot organ dalam yang bekerja secara otonom (gerak tidak
sadar) seperti saluran pencernaan, pernapasan, sirkulasi, dll. Dibedakan menjadi
saraf simpatik dan saraf parasimpatetik, keduanya bekerja secara antagonis
(berlawanan) agar tubuh tetap dalam keadaan seimbang.

Tabel 3.2 Tabel pengaruh saraf simpatik dan parasimpatetik


Bagian tubuh Fungsi saraf simpatik Fungsi saraf parasimpatetik
Jantung Mempercepat denyut jantung Memperlambat denyut
jantung
Pupil Memperlebar pupil Memperkecil pupil
Pencernaan makanan Memperlambat proses Mempercepat proses
pencernaan pencernaan
Bronkus Memperkecil bronkus Memperbesar bronkus
Arteri Memperkecil diameter Memperbesar diameter
pembuluh pembuluh
Kantung kemih Mengembangkan kantung kemih Mengerutkan kantung kemih

Kelainan pada sistem saraf


 Epilepsi → kelainan pada neuron di otak sehingga otot berkontraksi tidak
terkontrol. Terjadi akibat kerusakn otak akibat kecelakaan, kerusakan pada saat
kelahiran, kelainan metabolisme, infeksi, toksin ataupun tumor.
 Neuritis → radang pada neuron akibat infeksi atau kekurangan vitamin dan
keracunan logam berat.
 Alzeimer → menurunnya daya ingat, banyak diderita oleh lansia. Penyebabnya
belum jelas.
 Amnesia → ketidakmampuan seseorang untuk mengenali atau mengingat kejadian
dalam suatu periode di masa lampau akibat cedera otak.
 Stroke → kerusakan otak akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah di
otak
 Parkinson → berkurangnya neurotransmitter dopamin pada dasar ganglion.

Eman Laeli Fitri


14
B. Sistem hormon / endokrin
Hormon adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endrokrin, yang fungsinya
mempengaruhi aktivitas kelenjar atau jaringan lain. Hormon dihasilkan dalam jumlah
yang sangat sedikit, langsung dibawa dalam saluran sirkulasi darah menuju sel / jaringan
target. Karena tidak memilliki saluran sendiri maka kelenjar endokrin disebut juga
kelenjar buntu.

Gb. 3.9 Sistem endokrin Gb. 3.10 Kelenjar hipofisis


Kelenjar endokrin terdiri atas :
1. Kelenjar hipofisis / pituitari
Disebut master of glands, karena hormon yang dihasilkannya berfungsi merangsang
kelenjar yang lain untuk mensekresikan hormonnya. Terdiri atas 3 lobus :
a) Lobus anterior → menghasilkan hormon :
 Hormon Somatotropin (STH = Somatotropic Hormone) / hormon pertumbuhan
→ merangsang pertumbuhan rangka (terutama cakra epifise pada tulang pipa)
dan otot. Kekurangan (hipersekresi) hormon ini pada anak-anak akan
mengakibatkan kekerdilan (kretinisme), jika kelebihan (hipersekresi) akan
mengakibatkan pertumbuhan raksasa (gigantisme). Jika kelebihan terjadi pada
saat seseorang tidak tumbuh lagi akan menyebabkan penebalan pada tulang
wajah, tengkorak, tangan dan kaki (akromegali).
 Hormon Tirotropin (TSH = Thyroid Stimulating Hormone) → merangsang
pembentukan dan sekresi hormon tiroksin oleh tiroid.
 Adrenocorticotropic Hormone (ACTH) → merangsang dan mengendalikan
sekresi kelenjar korteks adrenal.
 Prolaktin (LTH = Lactogenic Hormone) → mempengaruhi pertumbuhan
kelenjar air susu dan memelihara korpus luteum agar menghasilkan
progesteron.
 Gonadotropik / hormon kelenjar kelamin :
 FSH (Folicle Stimulating Hormone) → merangsang spermatogenesis pada
pria dan mengatur pematangan sel telur serta perkembangan folikel agar
menghasilkan estrogen pada wanita.
 LH (Lutenizing Hormone) → merangsang ovulasi dan membentuk korpus
luteum serta merangsang sekresi progesteron pada wanita.
 ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone) → merangsang sel-sel
interstitial testis untuk memproduksi testosteron dan androgen.
b) Lobus posterior → menghasilkan hormon :
 Oksitosin → merangsang pengeluaran ASI dan kontraksi uterus saat persalinan.
 Vasopresin (ADH = Antidiuretic Hormone) → mengatur reabsorbsi air pada
tubulus distal ginjal.

Eman Laeli Fitri


15
c) Lobus pars intermedia → pada manusia hormon yang dihasilkan kurang jelas,
pada katak bagian ini menghasilkan MSH (Melanocyte Stimulating Hormone)
yang berfungsi untuk mengatur pigmentasi / perubahan warna kulit.

2. Kelenjar Tiroid / kelenjar gondok


Hormon yang dihasilkan adalah tiroksin dan triyodotironin, berfungsi
mempengaruhi laju metabolisme, petumbuhan, perkembangan dan diferensiasi
jaringan. Selain itu dihasilkan juga hormon kalsitonin yang berfungsi memacu
pengendapan kalsium dalam tulang. Kelenjar tiroid menyerap iodium dari darah
untuk membentuk hormon. Jika kadar iodium dalam darah kurang, akan
menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid / gondok. Kekurangan hormon tiroid
(hipotiroidisme) pada anak-anak akan mengakibatkan kekerdilan (kretinisme),
sedangkan kelebihan hormone (hipertiroidisme) menyebabkan morbus basedowi.

Gb. 3.11 Kelenjar tiroid dan Paratiroid


3. Kelenjar Paratiroid / kelenjar anak gondok
Menghasilkan hormon parathormon yang berfungsi mengatur kadar ion kalsium dan
posfor dalam sel. Kekurangan hormon ini akan menyebabkan kejang otot / tetani.
Kelebihan hormon akan mengakibatkan kadar kalsium darah meningkat sehinggga
mengakibatkan terbentuknya endapan batu ginjal.

4. Kelenjar timus
Menghasilkan hormon somatotropin / hormon pertumbuhan, hanya berfungsi pada
masa anak-anak, pada orang dewasa kelenjar ini tidak menghasilkan hormon lagi.

5. Kelenjar suprarenalis / kelenjar anak ginjal

Gb. 3.12 Kelenjar suprarenalis


Terletak di atas ginjal, terbagi menjadi:
a) Bagian korteks → menghasilkan hormon :
 Glukokortikoid (kortisol) → mengontrol metabolisme karbohidrat, protein dan
lemak
 Mineralkortikoid (aldosteron) → menjaga keseimbangan garam natrium dan
kalium dalam darah
b) Bagian medula → menghasilkan hormon :
 Adrenalin / epineprin → memacu aktivitas jantung, menyempitkan pembuluh
darah sehingga tekanan darah naik, menaikkan kadar gula dalam darah dengan
mempengaruhi pemecahan glikogen (gula otot) menjadi glukosa (gula darah)
 Noradrenalin → menurunkan tekanan darah dan denyut jantung (bekerja
antagonis terhadap adrenalin)
Kekurangan hormon dari bagian korteks akan mengakibatkan penyakit adison.

6. Kelenjar Pankreas
Tersusun atas sekelompok sel yang disebut pulau-pulau Langerhans, menghasilkan
hormon :

Eman Laeli Fitri


16
 Insulin → menurunkan kadar gula dalam darah dengan merangsang pengubahan
glukosa menjadi glikogen oleh hati
 Glukagon → menaikkan kadar gula darah dengan mengubah glikogen menjadi
glukosa

7. Kelenjar kelamin / gonad


a) Pria → berupa testis, menghasilkan homon testosteron yang berfungsi merangsang
spermatogenesis dan pembentukan tanda-tanda kelamin sekunder pada pria
(pertumbuhn kumis, janggut, pembesaran suara, jakun, dll)
b) Wanita → berupa ovarium, menghasilkan hormon :
 Estrogen → menimbulkan tanda-tanda kelamin sekunder wanita (pertumbuhan
pinggul, payudara, kulit menjadi halus, dll)
 Progesteron → menebalkan dinding endometrium

Tabel 3.3 Tabel Perbedaan sistem saraf dan sistem hormon


Sistem saraf Sistem hormon
Respon cepat Respon lambat
Berupa impuls listrik Berupa senyawa kimia
Sinyal dibawa via neuron Hormon dibawa via sirkulasi
Respon langsung terhadap rangsangan Respon tidak langsung terhadap
dari luar rangsangan internal

C. Sistem indra / alat indra


Indra adalah organ penerima rangsang (reseptor). Selain lima indra (panca indra) yang
kita kenal, dalam otot juga terdapat reseptor yang disebut kinestesis. Misalnya kita dapat
memasang kancing baju walau dengan mata tertutup, seorang pemain piano dapat
mengukur seberapa keras harus menekan tuts piano untuk menimbulkan nada tertentu.

1. Indra pembau
Indra pembau adalah hidung. Hidung disusun oleh reseptor olfaktori pada rongga
hidung bagian atas. Gas berdifusi ke dalam lapisan mukus, menstimulasi ujung saraf
pembau, kemudian impuls diteruskan ke pusat saraf dan diinterpretasikan sebagai
bau.

Gb. 3.13 Indera pembau dan pengecap pada lidah

2. Indra pengecap
Indra pengecap adalah lidah. Permukaan lidah kasar karena terdiri dari tonjolan-
tonjolan yang disebut papila. Ujung saraf pengecap terdapat pada tunas pengecap di
papila. Setiap tunas pengecap akan merespon terhadap salah satu rasa yaitu manis,
asin, asam atau pahit.

3. Indra penglihatan
Indra penglihatan berupa mata. Dinding bola mata terdiri atas 3 lapisan :
a) Sklera → lapisan terluar, berwarna putih, bagian depan transparan disebut kornea
b) Koroid → lapisan tengah, banyak mengandung pembuluh darah. Pada bagian
depan, terletak di belakang kornea, terdapat iris / selaput pelangi. Fungsinya untuk
mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata. Celah di bagian tengah iris disebut
pupil, jika intensitas cahaya kuat ukuran pupil menyempit, jika intensitas cahaya

Eman Laeli Fitri


17
lemah maka pupil akan melebar. Iris mengandung pigmen sehingga menentukan
warna mata.
c) Retina → lapisan terdalam, mengandung fotoreseptor / penerima rangsang cahaya.
Terdiri atas sel fotoreseptor, sel ganglion dan serabut saraf. Bagian yang
merupakan tempat fokus cahaya pada retina disebut bintik kuning / macula lutea,
bagian tengahnya disebut fovea centralis. Daerah antara saraf optik dengan retina
(tempat masuknya saraf optik) disebut bintik buta.
Fotoreseptor terdiri atas :
 Sel batang (basilus) → untuk penglihatan pada cahaya remang, mengandung
pigmen rodopsin (senyawa antara vitamin A dan suatu protein) yang terurai
pada cahaya terang, untuk membentuknya kembali butuh waktu yang disebut
waktu adaptasi rodopsin (± 20 detik)
 Sel kerucut (konus) → untuk penglihatan pada cahaya terang, yaitu untuk
melihat warna, peka terhadap warna merah, hijau dan biru, banyak terdapat
pada fovea centralis, mengandung pigmen iodopsin (senyawa retinin dan
opsin).
Di dalam bola mata, di belakang iris, terdapat lensa mata yang berbentuk cembung
dua sisi (bikonkaf). Fungsinya untuk memfokuskan bayangan benda agar jatuh tepat
pada retina, dengan cara menebal dan menipiskan lensa (daya akomodasi lensa).
Lensa membagi bola mata menjadi dua ruangan, ruangan antara kornea dan lensa
diisi cairan aqueous humor yang berfungsi memberi makanan pada kornea dan lensa.
Ruangan antara lensa dan retina diisi cairan vitreous humor yang berfungsi menjaga
tekanan bola mata agar tidak kempes.
Mekanisme melihat
Cahaya masuk ke mata melalui : kornea → aqueous humor → pupil → lensa →
vitreous humor → retina
Lensa akan memfokuskan bayangan tepat pada retina, yaitu pada fovea centralis yang
banyak mengandung sel kerucut. Impuls akan disampaikan fotoreseptor pada retina
ke saraf optik (serabut kranial II) untuk diinterpretasikan di saraf pusat (lobus
oksipitalis).

Gb. 3.14 Struktur mata

Kelainan pada mata


 Mata miopi → lensa mata terlalu cembung sehingga bayangan benda jatuh di
depan retina, disebut juga rabun jauh, dapat dikoreksi dengan bantuan lensa
negatif / cekung
 Mata hipermetropi → bayangan benda jatuh di belakang retina, disebut juga rabun
dekat, dapat dikoreksi dengan lensa positif / cembung
 Mata presbiopi → keadaan dimana lensa kehilangan daya akomodasinya karena
faktor usia, bayangan jatuh di belakang retina sehingga benda dekat akan terlihat
kabur
 Mata astigmatis → kornea tidak rata sehingga cahaya tidak dapat difokuskan ke
retina, dapat dibantu dengan lensa silindris
 Hemeralopi → disebut juga rabun senja, dimana penglihatan berkurang pada saat
kurang cahaya (senja hari) akibat kekurangan
vitamin A
 Buta warna → penyakit genetis terpaut kromosom X
terbagi menjadi :

Eman Laeli Fitri


18
 Mata dikromat → hanya memiliki dua sel kerucut, sehingga ada buta warna
merah (protanopia), buta warna hijau (deuteranopia) dan buta warna biru
(tritanopia)
 Mata monokromat → hanya memiliki satu sel kerucut, hanya dapat
membedakan hitam dan putih

Gb. 3.15 Kelainan pada mata

4. Indra pendengaran
Telinga adalah indra pendengaran sekaligus keseimbangan. Telinga terdiri atas :
a) Telinga luar → terdiri atas daun telinga dan saluran telinga yang dindingnya
menghasilkan minyak serumen
b) Telinga tengah → terdiri atas :
1) Membran timpani / gendang telinga
2) Osikel / tulang pendengaran, terdiri atas tulang martil (maleus), landasan
(inkus) dan sanggurdi (stapes)
3) Saluran eustachius → saluran penghubung telinga tengah dengan rongga mulut
c) Telinga dalam / labirin → terdiri atas :
1) Koklea / rumah siput → terdiri atas tiga bagian :
 Skala vestibuli → tingkap oval merupakan lubang menuju skala vestibuli.
 Skala timpani → tingkap bulat merupakan ujung skala timpani.
 Skala media → terletak antara skala vestibuli dan skala timpani, berisi cairan
endolimfe. Bagian atas skala media dibatasi membran vestibularis, bagian
bawah dibatasi membran basilaris. Di atas membran basilaris terdapat
organon korti, terdiri atas sel-sel rambut yang berfungsi merubah getaran
suara menjadi impuls saraf untuk disampaikan ke pusat pendengaran di otak.
2) Kanalis semisirkularis / tiga saluran setengah lingkaran → bersama dengan
sakulus dan utrikulus berperan sebagai organ keseimbangan. Pangkal saluran
setengah lingkaran membesar disebut ampula, di dalamnya terdapat sel rambut /
silia (krista) yang tertanam dalam massa gelatin yang disebut kupula.
3) Vestibulum → terdapat dua kantong berongga, yaitu sakulus dan utrikulus.
Dalam sakulus dan utrikulus terdapat sel reseptor yang disebut makula yang
terbenam dalam massa seperti jeli yang mengandung kristal kapur yang disebut
otolit.

Gb. 3.16 Bagian-bagian telinga Gb. 3.17 Struktur koklea dan organon korti

Eman Laeli Fitri


19
Gb. 3.18 Telinga sebagai organ keseimbangan
Mekanisme pendengaran
Gelombang suara yang masuk telinga akan menggetarkan gendang telinga, tulang-tulang
pendengaran, tingkap oval, akibatnya cairan perilimfe pada koklea bergetar, ujung saraf
pendengaran / sel-sel rambut pada organon korti bergetar, impuls saraf disampaikan ke
saraf auditori untuk diolah di pusat pendengaran pada otak sehingga timbulah persepsi
suara.
Getaran suara → membran timpani → martil → landasan → sanggurdi → tingkap oval →
cairan koklea bergetar → ujung saraf → otak → persepsi suara
Mekanisme keseimbangan
Untuk keseimbangan rotasi organ yang berperan adalah kanalis semisirkularis (tiga
saluran setengah lingkaran), sedang untuk keseimbangan gravitasi organ yang berperan
adalah sakulus dan utrikulus. Ketika posisi kepala berubah, maka massa gelatin dan otolit
dalam ketiga organ tersebut akan ikut bergoyang, sel rambut akan menyampaikan impuls
saraf ke otak untuk diinterpretasi, sebagai hasilnya adalah informasi tentang posisi kepala
/ tubuh.
Gangguan pendengaran :
 Tuli konduksi → ketulian akibat penyumbatan saluran telinga, pecahnya membran
timpani atau pengapuran tulang-tulang pendengaran
 Tuli saraf → ketulian akibat kerusakan saraf auditori

5. Indra peraba
Indra peraba adalah kulit. Saraf-saraf sensorik pada kulit tersebar tidak merata dan
berada pada kedalaman yang berbeda. Ujung saraf peraba diantaranya adalah :
 Ujung saraf Ruffini → perasa panas
 Ujung saraf Meisner → peraba sentuhan
 Ujung saraf tanpa selaput → perasa nyeri
 Ujung saraf Krause → perasa dingin
 Ujung saraf Merkel → peraba tekanan ringan
 Ujung saraf Paccini → peraba tekanan kuat

Gb. 3.19 Saraf pada kulit

Eman Laeli Fitri


20
BAB IV. BAHAYA NARKOBA

A. Narkotika
Narkotika adalah zat/ obat yang berasal dari tanaman atau sintetis maupun semi sintetis
yang dapat menurunkan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
dan dapat menimbulkan ketergantungan. Penggunaan zat-zat tersebut secara berlebihan dapat
menimbulkan adiksi fisiologis (ketergantungan secara fisik). Selain efek itu, ada beberapa efek
dari penggunaan zat-zat tersebut terhadap sistem saraf, yakni gangguan pada sistem koordinasi
tubuh dan gangguan pada saraf karena di dalam tubuh pemakai, kekurangan dopamin . Dopamin
adalah zat kimia yang berfungsi sebagai neurotransmitter di dalam otak.
Golongan narkotika berdasarkan akibatnya :
1. Sedatif
Golongan obat yang mengakibatkan menurunnya aktivitas normal otak. Penggunaan
sedatif ini berefek sebagai obat penenang. Contoh : Valium
2. Halusinogen
Golongan obat yang mengakibatkan timbulnya penghayalan pada si pemakai. Contohnya :
Ganja
3. Stimulan
Golongan obat yang mengakibatkan mempercepat kerja otak. Sehingga efek bagi
penggunanya adalah perasaan tidak mengantuk dan tubuh dalam keadaan prima, sehingga
disebut Pil semangat. Contoh : Kokain
4. Painkiller
Golongan obat yang menekan bagian otak yang bertanggung jawab sebagai rasa sakit.
Contoh : Morfin dan Heroin.

Gb. 4.1 Jenis-jenis Narkotika Gb. 4.2 Tanaman penghasil narkotika

B. Psikotropika
Psikotropika merupakan suatu zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan
narkotika, yang dapat berpengaruh pada pikiran dan sistem saraf penggunanya. Psikotropika
dapat menurunkan kinerja otak atau merangsang susunan saraf pusat sehingga menimbulkan
kelainan perilaku yang disertai dengan timbulnya halusinasi, ilusi, gangguan cara berpikir, dan
menyebabkan ketergantungan. Penggunaan psikotropika secara berlebihan dapat menyebabkan
gangguan kesehatan penggunanya yang pada akhirnya dapat berujung kepada kematian.
Psikotropika digolongkan menjadi empat kelompok yaitu :
1. Psikotropika golongan I
adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum diketahui manfaatnya
untuk pengobatan dan digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan. Contoh: MDMA, LSD,
STP, dan ekstasi
2. Psikotropika golongan II
adalah psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna untuk pengobatan dan
penelitian. Contoh : Amfetamin, metamfetamin, dan metakualon
3. Psikotropika golongan III
adalah psikotropika dengan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan dan
penelitian. Contoh : Lumibal, buprenorsina, phenobarbital dan fleenitrazepam.

Eman Laeli Fitri


21
4. Psikotropika golongan IV
adalah psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta berguna untuk pengobatan
dan penelitian. Contoh : Nitrazepam (BK, mogadon, dumolid ) dan diazepam.
Psikotropika apabila dilihat dari pengaruh penggunaannya terhadap susunan saraf
manusia, maka dikelompokkan sebagai berikut :
1. Stimulan
Jenis psikotropika yang termasuk obat stimulant dapat memberikan rangsangan kepada
saraf sehingga dapat mengaktifkan kerja susunan saraf pusat sehingga dapat menghasilkan
sensasi kegirangan yang berlebihan. Banyak jenis psikotropika yang termasuk obat
stimulan, misalnya kafein, kokain, dan amfetamin. Zat amfetamin biasanya terdapat pada
pil ekstasi.
2. Depresan
Depresan adalah obat penghambat fungsi neuron dalam sistem saraf pusat. Pada
umumnya depresan membuat susunan saraf menjadi pasif. Depresan berfungsi untuk
mengurangi kegiatan sistem saraf sehingga menurunkan aktivitas pemakainya. Dalam
bidang kedokteran obat tersebut berguna untuk meredakan ketegangan jiwa, membantu
mengurangi rasa cemas dan gelisah, pengobatan darah tinggi dan epilepsi. misalnya
sedatin atau pil BK, Magadon, Valium, dan Mandrak (MX), Cannabis dan Barbiturat.
3. Halusinogen
Halusinogen merupakan obat yang dapat menimbulkan halusinasi, yaitu mendengar atau
melihat sesuatu yang tidak nyata. Dalam dosis sedang, halusinogen mempunyai pengaruh
kuat terhadap persepsi penglihatan dan pendengaran subjek serta peningkatan respons
emosional. Contoh : Dhietilamide (LSD), psylocibine, micraline mariyuana, STP (mirip
amfetamin), DMT, mesakolin, Licercik acid dan PCP (fenseklidin).

Gb. 4.3 Macam-macam Psikotropika

C. Bahan Aditif
1. Alkohol
Minuman keras dalam jumlah yang banyak dpt menimbulkan kerusakan hati, jantung,
pankreas, lambung, otot
Gangguan kesehatan jiwa : menimbulkan daya ingat berkurang dan gangguan kejiwaan
Gangguan fungsi sosial dan pekerjaan : mudah tersinggung dan perhatian lingkungan
terganggu
Gangguan terhadap ketertiban dan keamanan masyarakat : banyak pelaku kejahatan dapat
mengalami kecelakaan bila mengendari kendaraan
2. Rokok
Beberapa senyawa berbahaya yang terkandung dalam rokok : nikotin, karbon monoksida,
hidrogen sianida, tar, benzene, formaldehid, arsenik, kadmium, ammonia.
3. Kopi
Mengandung kafein yang mempunyai efek stimulan.

Eman Laeli Fitri


22
4. Teh
Mengandung tein yang bersifat adiktif (menimbulkan kecanduan).
5. Inhalan
Inhalan mencakup bahan-bahan kimia yang ditemukan di produk-produk rumah tangga
seperti penyemprot aerosol, cairan pembersih, lem, cat, tiner cat, penghilang cat kuku,
amyl nitrite1 dan bahan bakar ringan. Obat ini didengus atau dihirup (menghirup uap).
Inhalan mempengaruhi otak. Bila ada bahan atau uapan dihirup melalui hidung dan mulut,
itu akan mengakibatkan kerusakan fisik dan mental untuk selamanya.
Mereka yang menggunakan inhalan akan kehilangan indra mencium, mengalami rasa
mual dan hidung berdarah, dan bisa mengalami masalah-masalah hati, paru-paru dan
ginjal. Penggunaan yang tetap dan lama bisa mempengaruhi berkurangnya massa otot,
tonus dan kekuatannya. Inhalan dapat menyebabkan seseorang tidak dapat lagi berjalan,
berbicara dan berpikir normal. Kerusakan terbanyak terjadi di jaringan otak bila uapan
beracun dihirup langsung ke dalam sinus.
6. Jamur
Dapat menimbulkan halusinasi.

D. Penyalahgunaan Narkoba
Kebanyakan zat dalam narkoba sebenarnya digunakan untuk pengobatan dan penelitian.
Tetapi karena berbagai alasan - mulai dari keinginan untuk coba-coba, ikut trend/gaya, lambang
status sosial, ingin melupakan persoalan, dan lain-lain, maka narkoba kemudian disalahgunakan.
Penggunaan terus menerus dan berlanjut akan menyebabkan ketergantungan atau dependensi
yang disebut dengan istilah kecanduan. Tingkatan penyalahgunaan narkoba dan psikotropika
biasanya sebagai berikut :
1. Coba-coba
2. Senang-senang
3. Menggunakan pada saat atau keadaan tertentu
4. Penyalahgunaan
5. Ketergantungan

E. Penyebab penyalahgunaan Narkoba


1. Faktor yang berasal dari diri sendiri
 Kurangnya keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, hal ini
menyebabkan seseorang cenderung melarikan diri ke hal-hal negatif bila menghadapi
masalah
 Kurangnya pengetahuan mengenai bahaya zat adiktif dan psikotropika, penggunaan zat
adiktif dan psikotropika dalam jangka waktu yang lama dapat merusak kesehatan,
bahkan mengancam jiwa penggunanya
 Rasa ingin tahu yang sangat tinggi
2. Faktor yang berasal dari lingkungan
 Ketidakharmonisan dalam keluarga
 Kurang komunikasi dan kasih sayang dalam keluarga
 Lingkungan pergaulan yang kurang baik
 Kondisi lingkungan sekolah yang tidak mendukung

F. Dampak penyalahgunaan Narkoba


Bila narkoba digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang telah ditentukan
akan mengakibatkan ketergantungan. Kecanduan inilah yang akan mengakibatkan gangguan fisik
dan psikologis, karena terjadinya kerusakan pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ
tubuh seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal. Dampak penyalahgunaan narkoba pada
seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi
atau kondisi pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis
maupun sosial seseorang.
1. Dampak Fisik
 Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi,
gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi

Eman Laeli Fitri


23
 Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut
otot jantung, gangguan peredaran darah
 Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim
 Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan,
kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru
 Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat,
pengecilan hati dan sulit tidur
 Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti:
penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta
gangguan fungsi seksual
 Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain
perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak
haid)
 Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik
secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV
yang hingga saat ini belum ada obatnya
 Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi over dosis yaitu
konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa
menyebabkan kematian.
2. Dampak Psikis
 Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah;
 Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga;
 Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal;
 Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan;
 Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri.
3. Dampak Sosial
 Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan
 Merepotkan dan menjadi beban keluarga;
 Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram.
Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan
mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak mengkonsumsi
obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi
(bahasa gaulnya sugest). Gejala fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial
seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dll.

G. Upaya pencegahan penyalahgunaan Narkoba


1. Tingkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2. Jangan pernah mencoba, katakan “tidak” pada narkoba
3. Meningkatkan komunikasi dan menjaga hubungan yang harmonis dalam keluarga
4. Ikut mengawasi peredaran obat-obatan terlarang

Eman Laeli Fitri


24
BAB V. SISTEM REPRODUKSI

A. Sistem reproduksi pria


1. Organ reproduksi dalam
1) Testis
Berjumlah sepasang, terletak dalam kantong skrotum (zakar). Testis berfungsi
sebagai tempat pembentukan sperma dan menghasilkan hormon testosteron. Di
dalam testis terdapat pintalan pembuluh halus yang disebut tubulus seminiferus,
berfungsi sebagai tempat spermatogenesis / pembentukan sperma. Di antara
tubulus seminiferus terdapat sel-sel interstitial / sel Leydig yang berfungsi
menghasilkan testosteron. Di dalam testis juga terdapat sel berukuran besar yang
disebut sel sertoli, berfungsi untuk menyediakan makanan bagi sperma.
2) Saluran pengeluaran
 Epididimis → merupakan saluran yang berkelok-kelok di dalam skrotum yang
keluar dari testis. Berfungsi sebagai tempat pematangan sperma.
 Vas deferens → berupa saluran lurus yang menghubungkan epididimis dengan
kantong sperma / vesikula seminalis.
 Saluran ejakulasi → saluran pendek yang menghubungkan vesikula seminalis
dengan uretra.
 Uretra → akhir dari saluran reproduksi di dalam penis, berfungsi sebagai
saluran tempat keluarnya sperma dari tubuh.
3) Kelenjar asesoris / kelenjar kelamin
 Vesikula seminalis / kantong semen → menghasilkan getah berwarna
kekuningan yang mengandung zat makanan bagi sperma
 Kelenjar prostat → menghasilkan getah yang mengandung kolesterol, garam
dan fosfolipid yang berperan untuk kelangsungan hidup sperma
 Kelenjar cowper / kelenjar bulbouretra → menghasilkan lendir yang bersifat
alkali / basa

Gb. 5.1 Organ reproduksi pria

2. Organ reproduksi luar


1) Penis → berfungsi sebagai organ kopulasi untuk menyampaikan semen ke dalam
sistem reproduksi wanita. Uretra dalam penis dikelilingi oleh jaringan erektil yang
rongganya banyak mengandung pembuluh darah dan saraf perasa. Jika ada suatu
rangsangan, aliran darah ke pembuluh akan meningkat sehingga penis menjadi
tegang dan mengembang (ereksi) dan siap untuk melakukan fungsi reproduksi.
2) Skrotum → berjumlah sepasang, antara kiri dan kanan dibatasi oleh otot dartos
yang berfungsi untuk menggerakkan skrotum sehingga dapat mengendur dan
mengembang. Selain itu juga terdapat otot kremaster yang berfungsi mengatur
suhu dalam testis agar stabil.

Eman Laeli Fitri


25
3. Spermatogenesis / pembentukan sperma

Gb. 5.2 Spermatogenesis


Proses perubahan spermatid menjadi spermatozoa disebut spermiasi. Pada ujung
kepala sperma terdapat akrosom yang mengandung enzim hialuronidase dan
proteinase yang berfungsi untuk menembus lapisan pelindung ovum. Pada badan
sperma banyak mengandung mitokondria yang berfungsi sebagai penghasil energi
untuk pergerakan sperma.
Hormon yang berperan :
 Testosteron → disekresi oleh sel Leydig
 ICSH (interstitial cell stimulating hormone) → disekresi oleh hipofisis anterior,
berfungsi untuk menstimulasi sel-sel Leydig
 FSH (folicle stimulating hormone) → disekresi oleh hipofisis anterior, berfungsi
menstimulasi sel sertoli agar terjadi spermiasi

B. Sistem reproduksi wanita


1. Organ reproduksi dalam
1) Ovarium
Ovarium berjumlah sepasang, berbentuk oval, berfungsi untuk menghasilkan sel
telur / ovum dan hormon kelamin. Jaringan penghasil ovum dalam ovarium
disebut folikel. Folikel de Graaf adalah folikel yang berisi ovum yang sudah
matang.
2) Oviduk / tuba falopii
Merupakan saluran sel telur, pada saluran inilah terjadi fertilisasi ovum oleh
sperma. Di bagian pangkal oviduk berbentuk corong yang disebut infundibulum.
Pada infundibulum terdapat jumbai-jumbai (fimbriae) yang berfungsi menangkap
ovum yang dilepaskan oleh ovarium untuk disalurkan lewat oviduk menuju uterus
/ rahim.
3) Uterus / rahim
Berbentuk seperti buah pir dengan bentuk meruncing ke bawah yang disebut
serviks / leher rahim. Tipe rahim seperti ini disebut tipe simpleks. Dinding rahim
tersusun atas beberapa otot polos dan lapisan endometrium. Uterus berfungsi
sebagai tempat perkembangan embrio.
4) Vagina
Merupakan saluran akhir pada sistem reproduksi wanita, berfungsi sebagai organ
kopulasi. Dinding vagina berlipat-lipat untuk memudahkan proses persalinan, pada
dinding tersebut juga terdapat kelenjar Bartholin yang menghasilkan lendir.

Eman Laeli Fitri


26
Gb. 5.3 Organ reproduksi wanita Gb. 5.4 Organ reproduksi wanita tampak samping
2. Organ reproduksi luar
1) Vulva → celah paling luar dari organ kelamin wanita yang dibatasi sepasang bibir
/ labia.
2) Labia mayor → bibir luar vagina yang tebal dan berlapiskan lemak
3) Labia minor → bibir kecil sebelah dalam.
4) Klitoris / kelentit → gabungan labia mayor dan minor di bagian atas, banyak
mengandung ujung saraf perasa.
5) Hymen / selaput dara → selaput mukosa yang banyak mengandung pembuluh
darah yang terdapat di dekat saluran ujung vagina.

3. Oogenesis / pembentukan ovum

Gb. 5.5 Oogenesis pada wanita


Oogenesis sudah dimulai sejak seorang bayi perempuan masih dalam kandungan
ibunya, sekitar usia kandungan 5 bulan. Oosit primer sudah membelah secara
meiosis, namun hanya sampai tahap profase. Oogenesis kemudian dilanjutkan ketika
anak perempuan tersebut mencapai masa pubertas, ditandai dengan menarche /
menstruasi pertama. Dari satu sel induk oogonium hanya dihasilkan satu ovum yang
fungsional. Ootid akan berkembang menjadi ovum jika terjadi fertilisasi oleh sperma,
jika tidak maka akan terjadi peristiwa menstruasi.
Oosit berkembang dalam jaringan folikel. Folikel berkembang seiring dengan
perkembangan sel telur di dalamnya. Folikel yang pertama muncul adalah folikel
primer yang menyelubungi oosit primer. Folikel yang berisi sel telur yang matang
disebut folikel de Graaf. Peristiwa pelepasan sel telur dari ovarium disebut ovulasi.
Setelah ovulasi, folikel yang sudah ditinggalkan sel telur berubah menjadi korpus
luteum / badan kuning, jika tidak terjadi fertilisasi maka korpus luteum berubah
menjadi korpus albikan / badan putih.

Eman Laeli Fitri


27
Gb. 5.6 Oogenesis
4. Siklus menstruasi
Menstruasi adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus yang disertai
pelepasan endometrium. Siklus menstruasi pada wanita bervariasi, secara umum ± 28
hari. Siklus menstruasi terbagi menjadi empat tahap, yaitu :
 Fase menstruasi
Terjadi bila tidak ada fertilisasi. Kadar estrogen dan progesteron turun,
menyebabkan peluruhan dinding endometrium.
 Fase pra ovulasi
Hipofisis mengeluarkan FSH (folicle stimulating hormone) yang berfungsi
merangsang pembentukan folikel baru (folikel primer). Folikel yang telah matang
(folikel de Graaf) melepaskan hormon estrogen yang berfungsi membentuk
kembali (proliferasi) dinding endometrium. Peningkatan konsentrasi estrogen
mempengaruhi serviks menghasilkan lendir yang bersifat basa agar lebih
mendukung kelangsungan hidup sperma yang akan masuk uterus.
 Fase ovulasi
Peningkatan jumlah estrogen menghambat sekresi FSH, sebagai gantinya hipofisis
mengeluarkan LH (lutenizing hormone) yang berfungsi merangsang ovulasi.
Umunya terjadi pada hari ke 14 dari masa menstruasi.
 Fase pasca ovulasi
Folikel de Graaf yang sudah ditinggalkan sel telur berubah menjadi korpus luteum.
Selain tetap menghasilkan estrogen, korpus luteum juga menghasilkan progesteron
yang berfungsi mendukung kerja estrogen menebalkan dinding endometrium
untuk penanaman / implantasi zigot jika terjadi fertilisasi. Progesteron juga
merangsang sekresi lendir pada vagina dan pertumbuhan kelenjar susu. Jika tidak
terjadi fertilisasi maka korpus luteum berubah menjadi korpus albikan yang
mempunyai kemampuan produksi estrogen dan progesteron yang rendah, sehingga
kadar kedua hormon tersebut menurun, maka siklus menstruasi kembali terulang.

Gb. 5.7 Siklus menstruasi

Eman Laeli Fitri


28
5. Fertilisasi
Merupakan proses meleburnya sel telur dengan sperma yang terjadi pada 1/3 bagian
dari oviduk. Dari ± 350 juta sperma yang disampaikan, hanya sebagian kecil yang
berhasil mencapai permukaan oosit sekunder. Lapisan oosit sekunder terdiri atas
korona radiata dan zona pelusida. Oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa
fertilizin yang berfungsi untuk mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat,
menarik sperma secara kemotaksis dan mengumpulkan sperma di sekeliling oosit
sekunder. Namun hanya satu sperma yang berhasil masuk ke dalam oosit sekunder
dengan cara melarutkan dinding pelindung menggunakan enzim hialuronidase yang
ada pada akrosomnya. Oosit kemudian mengeluarkan senyawa yang menyebabkan
zona pelusida tidak dapat ditembus oleh sperma lain. Masuknya sperma ke dalam
oosit akan merangsang penyelesaian pembelahan meiosis pada oosit sekunder hingga
terbentuk ovum. Selanjutnya inti sperma yang mengandung 23 kromosom akan
melebur dengan inti ovum yang juga mengandung 23 kromosom hingga terbentuk
zigot dengan jumlah kromosom 46.
Zigot kemudian akan membelah berulang kali dalam perjalanannya menuju uterus
menjadi morula (tahap 64 sel) kemudian menjadi blastula (ditandai dengan adanya
rongga blastosol). Dalam tahap blastula zigot ditanam dalam dinding uterus.

Gb. 5.8 Fertilisasi

Gb. 5.9 Implantasi

Eman Laeli Fitri


29
6. Kehamilan / gestasi
Setelah terjadi implantasi, sisi blastosis yang berdinding tebal tumbuh menjadi masa
sel-sel dalam yang kelak akan menjadi embrio. Sisi yang lain disebut trofoblas akan
tumbuh membentuk membran ekstra embrio yang akan melingkupi embrio dan
berfungsi untuk membantu proses transportasi, respirasi dan ekskresi embrio selama
dalam uterus. Macam membran ekstra embrio adalah :
 Sakus vitelinus
Tempat pembentukan sel dan pembuluh darah pertama embrio, bersama trofoblas
membentuk korion.
 Amnion
Merupakan membran yang membatasi ruang amnion dimana terdapat embrio.
Dalam ruang amnion terdapat cairan amnion (ketuban) yang berfungsi menjaga
embrio agar bebas bergerak, melindungi embrio dari perubahan suhu dan
goncangan.
 Korion
Merupakan membran terluar, membentuk vili / jonjot dalam endometrium, di
dalamnya terdapat pembuluh darah embrio yang berhubungan dengan pembuluh
darah ibu. Korion dengan jaringan endometrium uterus membentuk plasenta.
 Alantois
Membran pembentuk tali pusar, berfungsi menyalurkan zat makanan dan oksigen
dari ibu dan mengeluarkan sisa metabolisme untuk dibuang oleh ibu.

Gb. 5.10 Membran ekstra embrio

Gb. 5.11 Alantois, tali pusar dan plasenta


Embrio melanjutkan pembelahan hingga terbentuk gastrula, yang ditandai dengan
adanya tiga lapisan embrional, yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm. Ketiga
lapisan tersebut kemudian mengalami diferensiasi dan organogenesis (pembentukan
organ) dari minggu ke empat hingga ke delapan kehamilan. Ektoderm akan
membentuk saraf, mata dan kulit. Mesoderm membentuk tulang, otot, jantung,
pembuluh darah, ginjal, dan limpa. Endoderm akan membentuk organ-organ yang
berhubungan langsung dengan sistem pencernaan dan pernapasan.
Hormon yang berperan pada saat gestasi adalah :
 Progesteron dan estrogen → berfungsi mengatur penebalan dinding endometrium
untuk implantasi, dihasilkan korpus luteum, setelah implantasi dihasilkan oleh
plasenta
 Prolaktin → berfungsi merangsang kelenjar air susu

Eman Laeli Fitri


30
 HCG (human chorionic gonadotropic) → dapat digunakan sebagai detektor awal
kehamilan karena hanya ada pada urin wanita hamil dari hari kedelapan hingga
minggu ke delapan kehamilan
7. Persalinan
Setelah ± 38 minggu, janin akan terdorong melalui serviks dan vagina akibat
kontraksi uterus. Hormon yang berperan dalam proses persalinan antara lain :
 Relaksin → mempengaruhi peregangan otot pada simfisis pubis
 Estrogen → untuk kontraksi uterus
 Prostaglandin → dihasilkan oleh membran pada janin, berfungsi untuk
meningkatkan intensitas kontraksi uterus
 Oksitosin → dihasilkan oleh hipofisis ibu dan janin, berfungsi untuk kontraksi
uterus

C. Gangguan sistem reproduksi


 Amenore primer → tidak terjadi menstruasi sampai usia 17 tahun, dengan atau tanpa
perkembangan seksual sekunder.
 Amenore sekunder → tidak terjadi menstruasi 3 – 6 bulan lebih pada orang yang
sudah mengalami siklus menstruasi.
 Kanker serviks → pertumbuhan sel abnormal pada leher rahim, salah satu
penyebabnya adalah infeksi virus HPV (human papiloma virus).
 Endometriosis → keadaan dimana jaring endometrium tumbuh di luar uterus.
 Vulvovaginitis → peradangan pada vulva dan vagina yang menyebabkan timbulnya
keputihan.
 Kandidiasis → keputihan, dapat disebabkan oleh infeksi jamur Candida albicans.
 Kutil kelamin → tumbuhnya kutil di sekitar kemaluan, disebabkan oleh HPV, tidak
dapat diobati.
 Klamidia → disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis.
 Trikomoniasis → pra menstrual sindrom (PMS) yang disebabkan oleh Trichomonas
vaginalis, dengan gejala keputihan berwarna kuning kehijauan, berbau disertai gatal
dan bengkak pada vagina.
 Gonore → disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae, merupakan penyakit
menular seksual, gejalanya adalah kencing nanah dan pembengkakan penis.
 Sifilis / raja singa → disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum, pertama infeksi
tidak timbul gejala, setelah 5 – 10 tahun menyerang susunan saraf otak, pembuluh
darah dan jantung.
 Herpes genital / herpes simpleks → timbul bintil-bintil berair di sekitar alat kelamin.
 AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) → penurunan sistem kekebalan
tubuh akibat infeksi virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang ditularkan
lewat hubungan seksual.
 Hipogonadisme → penurunan fungsi testis yang disebabkan oleh gangguan interaksi
hormon, menyebabkan impotensi, infertilitas dan tidak adanya tanda-tanda kepriaan.
 Kriptorkidisme → kegagalan satu atau kedua testis untuk turun dari rongga perut ke
skrotum pada waktu bayi.
 Uretritis → peradangan uretra dengan gejala rasa gatal pada penis dan sering buang
air kecil, disebabkan infeksi bakteri atau virus.
 Prostatitis → peradangan pada prostat.
 Epididimitis → peradangan pada epididimis.
 Orktis → peradangan pada penis yang disebabkan oleh virus parotitis.

Eman Laeli Fitri


31
BAB VI. KONTRASEPSI DAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI

Sejalan dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk juga mengalami


perkembangan pesat dengan lahan hidup yang tetap maka pertumbuhan penduduk tinggi dapat
menimbulkan masalah sandang, pangan, papan serta kesehatan. Untuk mengatasi masalah ini
maka dilakukan upaya pengaturan kelahiran yang di Indonesia disebut program Keluarga
Berencana (KB). KB merupakan suatu gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan
sejahtera dengan membatasi kelahiran. Itu bermakna perencanaan jumlah keluarga dengan
pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan
kelahiran seperti kondom, Pil KB , dan sebagainya. Jumlah anak dalam sebuah keluarga yang
dianggap ideal adalah dua. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan
salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi
akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Gerakan ini mulai dicanangkan pada tahun akhir
1970-an.
A. Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti „mencegah‟ atau „melawan‟ jadi kontrasepsi
yaitu suatu bentuk pencegahan pembuahan (fertilisasi) atau kehamilan secara sengaja, dapat
dicapai dengan berbagai cara. Ada beberapa metode kontrasepsi mencegah pelepasan telur dan
sperma dewasa dari gonad, metode ini mencegah pembuahan dengan menjaga sperma dan telur
tetap terpisah dan tidak pernah bertemu, dan metode yang lain lagi memecah implansi embrio
atau menyebabkan aborsi embrio.
1. Kontrasepsi Sementara
Adalah cara mencegah kehamilan dengan alat dan juga bisa tanpa alat. Tanpa alat ini
bisa dilakukan dengan cara senggama terputus dan juga sistem kalender serta pil vagina.
Sedangkan bila menggunakan alat bisa dilakukan dengan kondom/diafragma dan
AKDR/AUD.
a) Metode Kalender
Abstinensi atau tidak melakukan hubungan seksual dalam jangka waktu tertentu
merupakan suatu cara kontrasepsi yang telah tua, yaitu sejak manusia menyadari
bahwa hubungan seks dapat menyebabkan kehamilan. Kemudian orang menduga
bahwa ada masa subur dan masa tidak subur pada seorang wanita, sehingga tidak usah
melaksanakan abstinensi secara terus menerus. Tahun 1930, Ogino (Jepang) dan Knaus
(Austria) membuktikan bahwa ovulasi terjadi antara menstruasi, dan bukan saat
menstruasi. Mereka juga mengemukakan bahwa saat ovulasi tetap ialah 2 minggu
sebelum haid yang akan datang. Diketahuinya saat ovulasi ini, maka diketahui juga
masa subur dan masa tidak subur. Sehingga abstinensi hanya perlu dilakukan secara
periodik, yakni sewaktu masa subur. Dasar dari metoda ini ialah pengetahuan
mengenai saat terjadinya ovulasi.
Metode ini menunjukkan bahwa ovulasi dapat terjadi antara hari ke-12 dan hari ke-
16 sebelum haid. Jadi 5 hari diantara hari tersebut merupakan masa yang terlarang
untuk berhubungan seks. Pengontrolan kelahiran atau keluarga alamiah (natural family
planning), hal ini bergantung pada penghindaran hubungan kelamin pada waktu
konsepsi paling mungkin terjadi, karena telur dapat bertahan hidup dalam ovinduk
selama 24-48 jam dan sperma dapat hidup hingga 72 jam. Pasangan yang sedang
menjalani pantangan temporer seharusnya tidak melakukan hubungan kelamin selama
beberapa hari sebelum dan sesudah ovulasi.
Metode yang paling efektif untuk pengaturan waktu ovulasi. Penggabungan
beberapa indicator yang meliputi perubahan dalam mucus serviks dan suhu tubuh
selama siklus menstruasi. Sehingga keluaarga berencana alamiah mensyaratkan
pasangannya agar faham tanda-tanda biologis tersebut. Angka kehamilan 10-20 %
sangat umum dilaporkan pada pasangan yang menjalani keluarga berencana alamiah.

Eman Laeli Fitri


32
Gb. 6.1 Metode kalender
b) Senggama Terputus
Senggama terputus Merupakan cara kontrasepsi yang paling tua. Senggama
dilakukan sebagaimana biasa, tetapi pada puncak senggama, alat kemaluan pria
dikeluarkan dari liang vagina dan sperma dikeluarkan di luar. Ini juga merupakan
pengendalian fertilisasi secara alami tanpa alat dan cara yang sederhana, namun cara
ini tidak dianjurkan karena sering gagal, karena suami belum tentu tahu kapan
spermanya keluar.
c) Pemakaian Kondom/Diafragma
Pemakaian Kondom/Diafragma merupakan salah satu cara sederhana yang
merupakan alat pilihan untuk mencegah kehamilan yang sudah populer di masyarakat.
Kondom adalah suatu kantung karet tipis, biasanya terbuat dari lateks, tidak berpori,
dipakai untuk menutupi zakar sebelum berhubungan. Kondom sudah dibuktikan dalam
penelitian di laboratorium sehingga dapat mencegah penularan penyakit seksual,
termasuk HIV/AIDS.
Pemakaian kondom bertujuan sebagai kontrasepsi baru dimulai kira-kira pada abad
ke-18 di Inggris. Kondom yang paling umum dipakai ialah kondom dari karet dengan
tebal kira-kira 0,05 mm, tersedia berbagai ukuran dengan bermacam-macam warna.
Saat ini kondom telah digunakan secara luas di seluruh dunia dengan program keluarga
berencana. Prinsip kerja kondom ialah sebagai pelindung zakar, mencegah sperma
masuk ke dalam vagina.
Keuntungan kondom yang penting antara lain dapat diandalkan karena cukup
efektif, selain digunakan untuk tujuan kontrasepsi juga untuk memberi perlindungan
terhadap penyakit kelamin dan juga terhadap infeksi alat kandungan lainnya, murah
dan merupakan cara yang sederhana dan non medis artinya pemakaiannya tidak usah
diawasi oleh tenaga dokter dan dengan demikian pula distribusi dan pemasarannya
dapat bebas serta merupakan suatu cara dimana pihak pria aktif ikut bertanggung jawab
dalam usaha keluarga berencana.
Kekurangannya ialah ada kalanya pasangan yang mempergunakannya merasakan
selaput karet tersebut sebagai penghalang dalam kenikmatan sewaktu melakukan
hubungan kelamin. Ada pula pasangan yang tidak menyukai kondom oleh karena
adanya asosiasi dengan soal pelacuran.
Sebab-sebab kegagalan memakai kondom ialah bocor atau koyaknya alat itu atau
tumpahnya sperma. Efek sampingan kondom tidak ada, kecuali jika ada alergi terhadap
bahan untuk membuat kondom Efektifitas kondom tergantung dari mutu kondom dan
ketelititan dalam penggunannya. Kalau kondom digunakan sebagaimana mestinya,
kegagalan tidak seberapa yakni hanya sekitar 3 %. Efektifitas kondom dapat
ditingkatkan dengan penambahan spermisida atau pembunuh sperma.
Kondom mempunyai kelebihan antara lain mudah diperoleh di apotek, toko obat,
atau supermarket dengan harga yang terjangkau dan mudah dibawa kemana-mana.
Selain itu, hampir semua orang bisa memakai tanpa mengalami efek sampingan.

Eman Laeli Fitri


33
Kondom tersedia dalam berbagai bentuk dan aroma, serta tidak berserakan dan mudah
dibuang.
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang di
insersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks.
Diafragma dan kap cervix menutup cervix dari bawah sehingga sel mani tidak dapat
memasuki saluran servix, biasanya dipakai bersamaan dengan spermisida. Kekurangan
dari diafragma dan kap servix ini ialah diperlukannya motivasi yang cukup kuat,
umumnya hanya cocok untuk wanita yang terpelajar dan tidak dipergunakan secara
massal, pemakaian yang tidak teratur dapat menimbulkan kegagalan dan tingkat
kegagalan lebih tinggi dari pil dan IUD. Keuntungan dari cara ini adalah hampir tidak
ada efek sampingan, dengan motivasi yang baik dan pemakaian yang betul, hasilnya
cukup memuaskan dan dapat dipakai sebagai pengganti pil atau IUD pada wanita-
wanita yang tidak boleh mempergunakan pil atau IUD oleh karena suatu sebab. Saat ini
cara ini sudah sangat jarang digunakan.
Manfaat kontrasepsi diafragma:
1. Efektif bila digunakan dengan benar
2. Tidak mengganggu produksi ASI
3. Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang sampai 6 jam
sebelumnya
4. Tidak mengganggu kesehatan klien
5. Tidak mengganggu kesehatan sistemik

Gb. 6.2 Kondom dan diafragma

d) Pil Vagina
Pil Vagina (KB Pil) adalah obat pencegah kehamilan yang diminum dan pil ini
sangat berpengaruh pada hormon. Pil telah diperkenalkan sejak 1960. Pil
diperuntukkan bagi wanita yang tidak hamil dan menginginkan cara pencegah
kehamilan sementara yang paling efektif bila diminum secara teratur. Minum pil dapat
dimulai segera sesudah terjadinya keguguran, setelah menstruasi, atau pada masa post-
partum bagi para ibu yang tidak menyusui bayinya. Jika seorang ibu ingin menyusui,
maka hendaknya penggunaan pil ditunda sampai 6 bulan sesudah kelahiran anak (atau
selama masih menyusui) dan disarankan menggunakan cara pencegah kehamilan yang
lain.
Jenis-jenisnya:
1. Pil gabungan atau kombinasi: Pil ini mengandung dua hormon sintetis, yaitu hormon
estrogen dan progestin. Pil gabungan mengambil manfaat dari cara kerja kedua
hormon yang mencegah kehamilan, dan hampir 100% efektif bila diminum secara
teratur.
2. Pil khusus-Progestin (pil mini): Pil ini mengandung dosis kecil bahan progestin
sintetis dan memiliki sifat pencegah kehamilan, terutama dengan mengubah mukosa
dari leher rahim (merubah sekresi pada leher rahim) sehingga mempersulit
pengangkutan sperma. Selain itu, juga mengubah lingkungan endometrium (lapisan
dalam rahim) sehingga menghambat perletakan telur yang telah dibuahi.
3. Pil Berturutan:Pil ini hanya mengandung estrogen yang disediakan selama 14-15
hari pertama dari siklus menstruasi, diikuti oleh 5-6 hari pil gabungan antara
estrogen dan progestin pada sisa siklusnya. Ketepatgunaan dari pil berturutan ini
hanya sedikit lebih rendah daripada pil gabungan, berkisar antara 98-99%. Kelalaian
minum 1 atau 2 pil berturutan pada awal siklus akan dapat mengakibatkan
terjadinya pelepasan telur sehingga terjadi kehamilan. Karena pil berturutan dalam

Eman Laeli Fitri


34
mencegah kehamilan hanya bersandar kepada estrogen maka dosis estrogen harus
lebih besar dengan kemungkinan risiko yang lebih besar pula sehubungan dengan
efek-efek sampingan yang ditimbulkan oleh estrogen.
Kontrasepsi pil tidak boleh diberikan pada wanita yang menderita hepatitis, radang
pembuluh darah, kanker payudara atau kanker kandungan, hipertensi, gangguan
jantung, varises, perdarahan abnormal melalui vagina, kencing manis, pembesaran
kelenjar gondok (struma), penderita sesak napas, eksim, dan migraine (sakit kepala
yang berat pada sebelah kepala). Pemakaian pil dapat menimbulkan efek samping
berupa perdarahan di luar haid, rasa mual, bercak hitam di pipi (hiperpigmentasi),
jerawat, penyakit jamur pada liang vagina (candidiasis), nyeri kepala, dan penambahan
berat badan.

Gb. 6.3 Pil KB


e) AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahimbagi banyak kaum wanita merupakan alat
kontrasepsi yang terbaik. Alat ini sangat efektif dan tidak perlu diingat setiap hari
seperti halnya pil. Bagi ibu yang menyusui, AKDR tidak akan mempengaruhi isi,
kelancaran ataupun kadar air susu ibu (ASI).
Jenis-jenis AKDR di Indonesia
a. Copper-T, AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada bagian
vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini
mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik.
b. Copper-7, AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan
ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200
mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Coper-T.
c. Multi Load AKDR, ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan
kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah
3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250
mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu
standar, small (kecil), dan mini.
d. Lippes Loop AKDR, ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral
atau huruf S bersambung. Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada
ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang
bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang
hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih)
untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan
lain dari pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan
luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik.
Prinsip pemasangannya yaitu menempatkan AKDR setinggi mungkin dalam rongga
rahim (cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah pada waktu mulut
peranakan masih terbuka dan rahim dalam keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah
bersalin dan pada akhir haid. Pemasangan AKDR dapat dilakukan oleh dokter atau
bidan yang telah dilatih secara khusus. Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan
setelah pemasangan satu minggu, lalu setiap bulan selama tiga bulan berikutnya.
Pemeriksaan selanjutnya dilakukan setiap enam bulan sekali.
1. Kontra indikasi pemasangan AKDR:
2. Belum pernah melahirkan

Eman Laeli Fitri


35
3. Adanya perkiraan hamil
4. Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang tidak normal dari
alat kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan kanker rahim.
Keluhan yang dijumpai pada penggunaan AKDR adalah terjadinya sedikit
perdarahan, bisa juga disertai dengan mules yang biasanya hanya berlangsung tiga hari.
Tetapi, jika perdarahan berlangsung terus-menerus dalam jumlah banyak, pemakaian
AKDR harus dihentikan. Pengaruh lainnya terjadi pada perangai haid. Misalnya, pada
permulaan haid darah yang keluar jumlahnya lebih sedikit daripada biasa, kemudian
secara mendadak jumlahnya menjadi banyak selama 1–2 hari. Selanjutnya kembali
sedikit selama beberapa hari. Kemungkinan lain yang terjadi adalah kejang rahim
(uterine cramp), serta rasa tidak enak pada perut bagian bawah. Hal ini karena terjadi
kontraksi rahim sebagai reaksi terhadap AKDR yang merupakan benda asing dalam
rahim. Dengan pemberian obat analgetik keluhan ini akan segera teratasi. Selain hal di
atas, keputihan dan infeksi juga dapat timbul selama pemakaian AKDR.
Ekspulsi juga sering dialami pemakai AKDR, yaitu AKDR keluar dari rahim. Hal
ini biasanya terjadi pada waktu haid, disebabkan ukuran AKDR yang terlalu kecil.
Ekspulsi ini juga dipengaruhi oleh jenis bahan yang dipakai. Makin elastis sifatnya
makin besar kemungkinan terjadinya ekspulsi. Sedangkan jika permukaan AKDR yang
bersentuhan dengan rahim (cavum uteri) cukup besar, kemungkinan terjadinya ekspulsi
kecil.
Hal ini sering menjadi pertanyaan. Sebenarnya, AKDR ini dapat terus dipakai
selama pemakai merasa cocok dan tidak ada keluhan. Untuk AKDR yang mengandung
tembaga, hanya mampu berfungsi selama 2–5 tahun, tergantung daya dan luas
permukaan tembaganya. Setelah itu harus diganti dengan yang baru. Kontrasepsi
suntikan adalah obat pencegah kehamilan yang pemakaiannya dilakukan dengan jalan
menyuntikkan obat tersebut pada wanita subur. Obat ini berisi Depo Medorxi
Progesterone Acetate (DMPA). Penyuntikan dilakukan pada otot (intra muskuler) di
bokong (gluteus) yang dalam atau pada pangkal lengan (deltoid). AKADR ini
mempunyai efek samping, diantaranya tidak datang haid (amenorrhoe), Perdarahan
yang mengganggu, sakit kepala, mual, muntah, rambut rontok, jerawat, kenaikan berat
badan, hiperpigmentasi.

Gb. 6.4 Copper T

2. Kontrasepsi Permanen
Adalah dengan jalan operasi steril baik pada laki-laki atau pun wanita. Kontrasepsi
permanen laki-laki disebut dengan vasektomi (sterilisasi pada pria) dan pada wanita
disebut dengan tubektomi (sterilisasi pada wanita). Pada umumnya kita kenal dengan
sebutan istilah KB steril.
a) Tubektomi
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang
mengakibatkan wanita tersebut tidak akan mendapatkan keturunan lagi. Sterilisasi bisa
dilakukan juga pada pria, yaitu vasektomi. Dengan demikian, jika salah satu pasangan
telah mengalami sterilisasi, maka tidak diperlukan lagi alat-alat kontrasepsi yang
konvensional. Cara kontrasepsi ini baik sekali, karena kemungkinan untuk menjadi
hamil kecil sekali. Faktor yang paling penting dalam pelaksanaan sterilisasi adalah

Eman Laeli Fitri


36
kesukarelaan dari akseptor. Dengan demikia, sterilisasi tidak boleh dilakukan kepada
wanita yang belum/tidak menikah, pasangan yang tidak harmonis atau hubungan
perkawinan yang sewaktu-waktu terancam perceraian, dan pasangan yang masih ragu
menerima sterilisasi. Yang harus dijadikan patokan untuk mengambil keputusan untuk
sterilisasi adalah jumlah anak dan usia istri. Misalnya, untuk usia istri 25–30 tahun,
jumlah anak yang hidup harus 3 atau lebih.

Gb. 6.5 Tubektomi


b) Vasektomi
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria
dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia alur transportasi sperma terhambat dan
proses fertilisasi tidak terjadi. Indikasinya vasektomi merupakan upaya untuk
menghenttikan fertilis dimana fungsi reproduksi merupakan ancaman atau gangguan
terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas
keluarga. Kondisi yang memerlukan perhatian khusus bagi tindakan vasektomi
1. Infeksi kulit pada daerah operasi
2. Infeksi sistemik yang sangat mengganggu kondisi kesehatan klien
3. Hidrokel atau varikokel
4. Hernia inguinalis
5. Filarisasi (elephantiasis)
6. Undesensus testikularis
7. Massa intraskotalis

B. ASI (Air Susu Ibu)


ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik,
psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan
pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat
makanan.
ASI jua sebuah cairan ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi dan
melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi
dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi
tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan
yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf.
Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan
mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Kemampuan ibu dalam menyusui/laktasipun
berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang lebih besar dibandingkan yang lain.
Laktasi mempunyai dua pengertian yaitu pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dan pengeluaran
ASI (Refleks Let Down/Pelepasan ASI).
Pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dimulai sejak kehamilan. Selama kehamilan terjadi
perubahan-perubahan payudara terutama besarnya payudara, yang disebabkan oleh adanya
proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel kelenjar pembentukan ASI serta lancarnya
peredaran darah pada payudara. Proses proliferasi ini dipengaruhi oleh hormon-hormon yang
dihasilkan plasenta, yaitu laktogen, prolaktin, kariogona dotropin, estrogen, dan progesteron.
Pada akhir kehamilan, sekitar kehamilan 5 bulan atau lebih, kadang dari ujung puting susu keluar
cairan kolostrum. Cairan kolostrum tersebut keluar karena pengaruh hormon laktogen dari
plasenta dan hormon prolaktin dari hipofise. Namun, jumlah kolostrum tersebut terbatas dan
normal, dimana cairan yang dihasilkan tidak berlebihan karena kadar prolaktin cukup tinggi,
pengeluaran air susu dihambat oleh hormon estrogen. Setelah persalinan, kadar estrogen dan

Eman Laeli Fitri


37
progesteron menurun dengan lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak
ada lagi hambatan terhadap prolaktin oleh estrogen. Hormon prolaktin ini merangsang sel-sel
alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu ibu.
Penurunan kadar estrogen memungkinan naiknya kadar prolaktin dan produksi ASI pun
mulai. Produksi prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh bayi menyusui pada payudara
ibu. Ibu yang menyusui, prolaktin akan meningkat pada keadaan stress atau pengaruh psikis,
anestesi, operasi, rangsangan puting susu, hubungan kelamin, pengaruh obat-obatan. Sedangkan
yang menyebabkan prolaktin terhambat pengeluarannya pada keadaan ibu itu mengalami gizi
buruk, dan pengaruh obat-obatan.
Pengeluaran ASI (Refleks Letdown/pelepasan ASI) merupakan proses pelepasan ASI
yang berada dibawah kendali neuroendokrin, dimana bayi yang menghisap payudara ibu akan
merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel. Kontraksi dari sel-
sel ini akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus
untuk selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi sehingga ASI tersedia
bagi bayi.
1. ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI dari seorang ibu kepada bayinya sampai dengan
4-6 bulan pertama tanpa tambahan makanan apapun. Jadi hanya diberikan ASI saja
selama 4-6 bulan tanpa tambahan seperti susu formula, madu, air putih, sari buah, biskuit
atau bubur bayi. Manfaat ASI begitu besar baik itu manfaat pemberian ASI bagi ibu
maupun manfaat pemberian ASI bagi bayi itu sendiri. ASI Eksklusif harus diberikan
kepada bayi dalam waktu 6 bulan pertamanya. Setelah itu barulah bayi diperkenankan
untuk diberikan makanan pendamping ASI berupa bubur, sayur ataupun buah.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakberhasilan ASI Eksklusif
a) Faktor Internal
1) Ketersediaan ASI
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah tidak melakukan inisiasi
menyusui dini, menjadwal pemberian ASI, memberikan minuman prelaktal (bayi
diberi minum sebelum ASI keluar), kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada
saat menyusui (inisiasi).
Inisiasi menyusui dini adalah meletakkan bayi diatas dada atau perut ibu segera
setelah dilahirkan dan membiarkan bayi mencari puting ibu kemudian
menghisapnya setidaknya satu jam setelah melahirkan. Cara bayi melakukan inisiasi
menyusui dini disebut baby crawl. Karena sentuhan atau emutan dan jilatan pada
puting ibu akan merangsang pengeluaran ASI dari payudara. Apabila tidak
melakukan inisiasi menyusui dini akan dapat mempengaruhi produksi ASI.
Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI. Menyusui paling baik dilakukan
sesuai permintaan bayi (on demand) termasuk pada malam hari, minimal 8 kali
sehari. Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh seringnya bayi menyusui. Makin
jarang bayi disusui biasanya produksi ASI akan berkurang. Produksi ASI juga dapat
berkurang bila menyusui terlalu sebentar. Pada minggu pertama kelahiran sering
kali bayi mudah tertidur saat menyusui. Ibu sebaiknya merangsang bayi supaya
tetap menyusui dengan cara menyentuh telinga/telapak kaki bayi agar bayi tetap
menghisap.
Seringkali sebelum ASI keluar bayi sudah diberikan air putih, air gula, air madu,
atau susu formula dengan dot. Seharusnya hal ini tidak boleh dilakukan karena
selain menyebabkan bayi malas menyusui, bahan tersebut mungkin menyebabkan
reaksi intoleransi atau alergi. Apabila bayi malas menyusui maka produksi ASI
dapat berkurang, karena semakin sering menyusui produksi ASI semakin
bertambah.
Meskipun menyusui adalah suatu proses yang alami, juga merupakan keterampilan
yang perlu dipelajari. Ibu seharusnya memahami tata laksana laktasi yang benar
terutama bagaimana posisi menyusui dan perlekatan yang baik sehingga bayi dapat
menghisap secara efektif dan ASI dapat keluar dengan optimal. Banyak sedikitnya
ASI berhubungan dengan posisi ibu saat menyusui. Posisi yang tepat akan
mendorong keluarnya ASI dan dapat mencegah timbulnya berbagai masalah
dikemudian hari.

Eman Laeli Fitri


38
2) Pekerjaan/Aktivitas
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk mendapatkan
penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Wanita yang bekerja seharusnya
diperlakukan berbeda dengan pria dalam hal pelayanan kesehatan terutuma karena
wanita hamil, melahirkan, dan menyusui. Padahal untuk meningkatkan sumber daya
manusia harus sudah sejak janin dalam kandungan sampai dewasa. Karena itulah
wanita yang bekerja mendapat perhatian agar tetap memberikan ASI eksklusif
sampai 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun (pusat kesehatan kerja Depkes
RI,2005). Beberapa alasan ibu memberikan makanan tambahan yang berkaitan
dengan pekerjaan adalah tempat kerja yang terlalu jauh, tidak ada penitipan anak,
dan harus kembali kerja dengan cepat karena cuti melahirkan.
Cuti melahirkan di Indonesia rata-rata tiga bulan. Setelah itu, banyak ibu khawatir
terpaksa memberi bayinya susu formula karena ASI perah tidak cukup. Bekerja
bukan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif, karena waktu ibu bekerja bayi
dapat diberi ASI perah yang diperah minimum 2 kali selama 15 menit. Yang
dianjurkan adalah mulailah menabung ASI perah sebelum masuk kerja. Semakin
banyak tabungan ASI perah, seamakin besar peluang menyelesaikan program ASI
eklusif.
3) Pengetahuan
Akibat kurang pengetahuan atau informasi, banyak ibu menganggap susu formula
sama baiknya , bahkan lebih baik dari ASI . Hal ini menyebabkan ibu lebih cepat
memberikan susu formula jika merasa ASI kurang atau terbentur kendala menyusui.
Masih banyak pula petugas kesehatan tidak memberikan informasi pada ibu saat
pemeriksaan kehamilan atau sesudah bersalin.
Untuk dapat melaksanakan program ASI eksklusif, ibu dan keluarganya perlu
menguasai informasi tentang fisiologis laktasi, keuntungan pemberian ASI,
kerugian pemberian susu formula, pentingnya rawat gabung,cara menyusui yang
baik dan benar, dan siapa harus dihubungi jika terdapat keluhan atau masalah
seputar menyusui.
4) Kelainan pada payudara
Tiga hari pasca persalinan payudara sering terasa penuh, tegang, dan nyeri. Kondisi
ini terjadi akibat adanya bendungan pada pembuluh darah di payudara sebagai tanda
ASI mulai banyak diproduksi. Tetapi, apabila payudara merasa sakit pada saat
menyusui ibu pasti akan berhenti memberikan ASI padahal itu menyebabkan
payudara mengkilat dan bertambah parah bahkan ibu bisa menjadi demam. Jika
terdapat lecet pada puting itu terjadi karena beberapa faktor yang dominan pada
putting. Padahal seharusnya sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi.
Puting lecet juga dapat terjadi pada akhir menyusui, karena bayi tidak pernah
melepaskan isapan. Disamping itu, pada saat ibu membersihkan puting
menggunakan alkohol dan sabun dapat menyebabkan puting lecet sehingga ibu
merasa tersiksa saat menyusui karena sakit.
5) Kondisi Kesehatan Ibu
Kondisi kesehatan ibu juga dapat mempengaruhi pemberian ASI secara eksklusif.
Pada keadaan tertentu, bayi tidak mendapat ASI sama sekali, misalnya dokter
melarang ibu untuk menyusui karena sedang menderita penyakit yang dapat
membahayakan ibu atau bayinya, seperti penyakit Hepatitis B, HIV/AIDS, sakit
jantung berat, ibu sedang menderita infeksi virus berat, ibu sedang dirawat di
Rumah Sakit atau ibu meninggal dunia.
Faktor kesehatan ibu yang menyebabkan ibu memberikan makanan tambahan pada
bayi 0-6 bulan adalah kegagalan menyusui dan penyakit pada ibu. Kegagalan ibu
menyusui dapat disebakan karena produksi ASI berkurang dan juga dapat
disebabkan oleh ketidakpuasan menyusui setelah lahir karena bayi langsung diberi
makanan tambahan.
b) Faktor Eksternal
1) Faktor petugas kesehatan
Program laktasi adalah suatu program multidepartemental yang melibatkan bagian
yang terkait, agar dihasilkan suatu pelayanan yang komrehensif dan terpadu bagi

Eman Laeli Fitri


39
ibu yang menyusui sehingga promosi ASI secara aktif dapat dilakukan tenaga dalah
kesehatan. Dalam hal ini sikap dan pengetahuan petugas kesehatan adalah faktor
penentu kesiapan petugas dalam mengelola ibu menyusui. Selain itu sistem
pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan juga mempengaruhi kegiatan menyusui.
Perilaku tenaga kesehatan biasanya ditiru oleh masyarakat dalam hal perilaku sehat.
Promosi ASI eksklusif yang optimal dalam setiap tumbuh kembangnya sangatlah
penting untuk mendukung keberhasilan ibu dalam menyusui bayinya. Selain itu
adanya sikap ibu dari petugas kesehatan baik yang berada di klinis maupun di
masyarakat dalam hal menganjurkan masyarakat agar menyusui bayi secara
eksklusif pada usia 0-6 bulan dan dilanjutkan sampai 2 tahun dan juga
meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal memberikan penyuluhan
kepada masyarakat yang luas.
2) Kondisi Kesehatan Bayi
Kondisi kesehatan bayi juga dapat mempengaruhi pemberian ASI secara eksklusif.
Bayi diare tiap kali mendapat ASI, misalnya jika ia menderita penyakit bawaan
tidak dapat menerima laktosa, gula yang terdapat dalam jumlah besar pada ASI.
Faktor kesehatan bayi adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan ibu
memberikan makanan tambahan pada bayinya antara lain kelainan anatomik berupa
sumbing pada bibir atau palatum yang menyebakan bayi menciptakan tekanan
negatif pada rongga mulut, masalah organik, yaitu prematuritas, dan faktor
psikologis dimana bayi menjadi rewel atau sering menangis baik sebelum maupun
sesudah menyusui akibatnya produksi ASI ibu menjadi berkurang karena bayi
menjadi jarang disusui (Soetjiningsih, 1997)
3) Pengganti ASI atau susu formula
Indonesia sekitar 86% yang tidak berhasil memberikan ASI eksklusif karena para
ibu lebih memilih memberikan susu formula kepada bayinya. Hal ini dapat dilihat
dari meningkatnya penggunaan susu formula lebih dari 3x lipat selama 5 tahun dari
10,8% pada tahun 1997 menjadi 32,5% tahun 2002.
c) Keyakinan
Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti teh, air manis, dan jus kepada bayi
menyusui dalam bulan-bulan pertama umum dilakukan. Kebiasaan ini seringkali
dimulai saat bayi berusia sebulan. Riset yang dilakukan di pinggiran kota Lima, Peru
menunjukkan bahwa 83% bayi menerima air putih dan teh dalam bulan pertama.
Penelitian di masyarakat Gambia, Filipina, Mesir, dan Guatemala melaporkan bahwa
lebih dari 60% bayi baru lahir diberi air manis dan/atau teh. Nilai budaya dan
keyakinan agama juga ikut mempengaruhi pemberian cairan sebagai minuman
tambahan untuk bayi. Dari generasi ke generasi diturunkan keyakinan posisi bahwa
bayi sebaiknya diberi cairan. Air dipandang sebagai sumber kehidupan, suatu
kebutuhan batin maupun fisik sekaligus hanya menghisap.

2. Kandungan ASI
ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5%, oleh karena itu bayi yang
mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat tambahan air walaupun berada ditempat yang
suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai dengan saluran cerna bayi, sedangkan susu
formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya
diare pada bayi yang mendapat susu formula. Komposisi ASI yaitu: karbohidrat, protein,
lemak, mineral, vitamin. Di dalam ASI terdapat laktosa, laktosa ini merupakan
karbohidrat utama dalam ASI yang berfungsi sebagai salah satu sumber untuk otak. Kadar
laktosa yang terdapat dalam ASI hampir dua kali lipat dibanding laktosa yang ditemukan
pada susu formula. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi
jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan).
Setelah melewati masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil.
Selain karbohidrat, ASI juga mengandung protein. Kandungan protein ASI cukup
tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu formula.
Protein dalam ASI dan susu formula terdiri dari protein whey dan casein. Protein dalam
ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi,
sedangkan susu formula lebih banyak mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna

Eman Laeli Fitri


40
oleh usus bayi. Jumlah casein yang terdapat di dalam ASI hanya 30%, dibanding susu
formula yang mengandung protein dalam jumlah yang tinggi (80%) (Badriul, 2008).
Disamping itu juga, ASI mempunnyai asam amino yang lengkap yaitu taurin. Taurin
diperkirakan mempunyai peran pada perkembangan otak karena asam amino ini
ditemukan dalam jumlah cukup tinggi pada jaringan otak yang sedang berkembang.
ASI juga mengandung lemak, kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah
kemudian meningkat jumlahnya. Lemak ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh
bayi yang terjadi secara otomatis. Selain jumlahnya yang mencukupi, jenis lemak yang
ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang merupakan lemak kebutuhan sel
jaringan otak dan sangat mudah dicerna serta mempunyai jumlah yang cukup tinggi.
Dalam bentuk Omega 3, Omega 6, DHA (Docoso Hexsaconic Acid) dan Acachidonid
acid merupakan komponen penting untuk meilinasi bayi.
Disamping karbohidrat, lemak, protein, ASI juga mengandung mineral, vitamin K,
vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan vitamin yang larut dalam air Hampir semua vitamin
larut dalam air seperti vitamin B, asam folat, vitamin C terdapat dalam ASI. Makanan
yang dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin
B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin
rendah pada ibu dengan gizi kurang.

3. Keuntungan ASI
a) Keuntungan ASI bagi bayi
Keuntungan ASI bagi bayi antara lain; ASI sebagai nutrisi, ASI dapat
meningkatkan daya tahan tubuh bayi, mengembangkan kecerdasan, dan dapat
meningkatkan jalinan kasih sayang.
Manfaat ASI bagi bayi adalah sebagai nutrisi. ASI merupakan sumber gizi yang
sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan
pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas
dan kuantitasnya. Dengan tata laksana menyusui yang benar, ASI sebagai
makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai
usia 6 bulan. Setelah usia 6 bulan, bayi harus mulai diberikan makanan padat,
tetapi ASI dapat diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih. Negara-negara barat
banyak melakukan penelitian khusus guna memantau pertumbuhan bayi penerima
ASI eklslusif dan terbukti bayi penerima ASI eksklusif dapat tumbuh sesuai
dengan rekomendasi pertumbuhan standar WHO.
Air susu ibu selain merupakan nutrient ideal, dengan komposisi tepat, dan sangat
sesuai kebutuhan bayi, juga mengandung nutrient-nutrien khusus yang sangat
diperlukan pertumbuhan optimal otak bayi. Nutrient-nutrient khusus tersebut
adalah taurin, laktosa, asam lemak ikatan panjang.
ASI dapat menjalin kasih sayang. Bayi yang sering berada dalam dekapan ibunya
karena menyusui, dapat merasakan kasih sayang ibu dan mendapatkan rasa aman,
tenteram, dan terlindung. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang menjadi
dasar perkembangan emosi bayi, yang kemudian membentuk kepribadian anak
menjadi baik dan penuh percaya diri.
b) KeuntunganASI bagi Ibu Bayi
Pemberian ASI tidak hanya bermanfaat bagi bayi tetapi juga bagi ibu yang
menyusui. Bagi ibu, manfaat menyusui itu dapat mengurangi perdarahan setelah
melahirkan. Apabila bayi disusui segera setelah dilahirkan maka kemungkinan
terjadinya perdarahan setelah melahirkan (post partum) akan berkurang. Karena
pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk
konstriksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat
berhenti. Hal ini akan menurunkan angka kematian ibu yang melahirkan. Selain itu
juga, dengan menyusui dapat menjarangkan kehamilan pada ibu karena menyusui
merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah, dan cukup berhasil. Selama ibu
memberi ASI eksklusif 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah
melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi merusia 12 bulan.
ASI bagi ibu dapat mengurangi terjadinya kanker. Beberapa penelitian
menunjukan bahwa menyusui akan mengurangi kemungkinan terjadinya kanker

Eman Laeli Fitri


41
payudara. Pada umumnya bila semua wanita dapat melanjutkan menyusui sampai
bayi berumur 2 tahun atau lebih, diduga angka kejadian kanker payudara akan
berkurang sampai sekitar 25%. Beberapa penelitian menemukan juga bahwa
menyusui akan melindungi ibu dari penyakit kanker indung telur. Salah satu dari
penelitian ini menunjukan bahwa risiko terkena kanker indung telur pada ibu yang
menyusui berkurang sampai 20-25%. Selain itu, pemberian ASI juga lebih praktis,
ekonomis, murah, menghemat waktu dan memberi kepuasan pada ibu.
Mengurangi Berat badan ibu. Manfaat ibu memberikan ASI salah satunya adalah
menurunkan berat badan. Seperti yang kita ketahui bahwasannya berat badan ibu
selama menjalani proses kehamilan adalah bertambah dalam tiap bulannya. Nah
dengan menyusui dan memberikan ASI ini dapat membantu ibu mengurangi berat
badan. Sebagai informasi ketika menyusui itu berarti sama dengan membakar
kalori sebesar 200 hingga 500 kalori perhari. Jumlah kalori yang sama jika anda
berenang selama beberapa jam atau naik sepeda selama satu jam.
c) Keuntungan ASI bagi kehidupan SDM (Sumber daya Manusia)
ASI juga dapat mengembangkan kecerdasan bayi. Perkembangan kecerdasan anak
sangat berkaitan erat dengan pertumbuhan otak. Faktor utama yang mempengaruhi
pertumbuhan otak anak adalah nutrisi yang diterima saat pertumbuhan otak,
terutama saat pertumbuhan otak cepat. Lompatan pertumbuhan atau growt spourt
sangat penting karena pada inilah pertumbuhan otak sangat pesat. Kesempatan
tersebut hendaknya dimanfaatkan oleh ibu agar pertumbuhan otak bayi sempurna
dengan cara memberikan nutrisi dengan kualitas dan kuantitas optimal karena
kesempatan itu bagi seorang anak tidak akan berulang lagi. Sehingga ASI dapat
mengembangkan sumber daya manusia dalam kehidupan selanjutnya.

Eman Laeli Fitri


42
BAB VII. SISTEM IMUN

Kekebalan tubuh berdasarkan cara mempertahankan diri dari penyakit terbagi menjadi :
1. Imunitas alami / bawaan
Bersifat nonspesifik / tidak ditujukan untuk patogen tertentu.
1. Pertahanan fisik
 Epitel bersilia
 Air mata
 Minyak / sebum pada kulit
 Lendir / mukus pada membran mukosa
2. Pertahanan kimia
 Enzim lisozim pada air mata, mukus, saliva, keringat
 HCl pada lambung
 Asam laktat pada vagina
3. Pertahanan seluler
 Neutrofil → bersifat fagositik
 Eosinofil → berperan dalam reaksi alergi
 Basofil → menghasilkan histamin yang menyebabkan reaksi inflamasi
(pembengkakan)
 Monosit / makrofag → sel fagositik terbesar
 Natural killer cell → melepaskan protein yang menyebabkan sel terinfeksi mengalami
apoptosis / kematian sel
4. Pertahanan humoral → pertahanan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam sirkulasi darah
 Komplemen → dihasilkan oleh hepatostit dan monosit. Fungsinya adalah :
 Menghancurkan membran sel bakteri
 Sebagai faktor kemotatik (mengarahkan makrofag ke tempat bakteri)
 Dapat diikat pada permukaan bakteri agar mudah dikenali makrofag (opsonisasi)
 Interferon → protein yang disekresikan oleh sel yang terinfeksi virus, dapat
menginduksi sel di sekitarnya agar menjadi resisten terhadap virus tersebut.
 C-reaktive protein (CRP) → kadarnya meningkat ketika ada infeksi akut
 Kolektin → berfungsi sebagai opsonin yang dapat mengikat karbon pada permukaan
kuman

2. Imunitas adaptif
Bersifat spesifik, ditujukan untuk patogen tertentu, aktif ketika patogen yang dimaksud
menyerang tubuh dan dapat mengingat jenis patogen yang sudah pernah menyerang untuk
respon yang lebih cepat jika terjadi infeksi untuk kedua kalinya.
Antigen adalah protein khusus pada membran sel patogen (bakteri, virus) yang memicu
respon dari limfosit. Secara fungsional antigen terbagi menjadi :
 Imunogen → antigen yang dapat merangsang sistem pertahanan tubuh dengan sangat kuat
 Hapten → antigen yang dapat bereaksi dengan antibodi tetapi tidak dapat merangsang
pembentukan antibodi secara langsung.
Antigen mempunyai bagian yang dapat berikatan dengan antibodi, disebut epitop atau
determinan antigenik.

Gb. 7.1 Epitop berikatan dengan antibodi

Eman Laeli Fitri


43
Gb. 7.2 Reseptor antigen pada sel B dan sel T
Setiap reseptor sel B untuk suatu antigen adalah suatu molekul berbentuk huruf Y yang
terdiri dari empat rantai polipeptida, dua rantai berat dan dua rantai ringan, dengan jembatan
disulfida yang menautkan kedua rantai tersebut. Wilayah transmembran di dekat salah satu
ujung setiap rantai berat menambatkan reseptor ke dalam membran plasma. Wilayah ekor
yang pendek pada ujung rantai berat membentang ke dalam sitoplasma sel B. Wilayah
konstan (C) memiliki asam amino yang tidak bervariasi antar satu sel B dengan sel B yang
lain, sedangkan wilayah variable (V) memiliki susunan asam amino yang bervariasi antar sel
B yang berbeda.
Setiap reseptor sel T terdiri dari dua rantai polipeptida yang berbeda, rantai α dan rantai β.
Kedua tipe reseptor antigen akan berikatan ke antigen melalui ikatan-ikatan nonkovalen yang
menstabilisasi interaksi antara epitop dan permukaan pengikatan. Reseptor sel B mengenali
dan berikatan ke antigen yang utuh, baik antigen bebas atau yang berada pada permukaan
suatu patogen. Reseptor sel T hanya berikatan dengan potongan antigen yang ditampilkan /
disajikan pada permukaan sel inang. Suatu protein yang disebut kompleks
histokompatibilitas mayor (major histocompability complex / MHC) dapat menyajikan
antigen ke reseptor sel T.
1. Limfosit B
Dihasilkan dan matang di sumsum merah tulang (bone marrow). Berfungsi untuk
menghasilkan antibodi / berperan dalam sistem pertahanan humoral. Terbagi :
 Sel B plasma → berfungsi mensekresi antibodi ke sistem sirkulasi
 Sel B memori → berfungsi untuk mengingat suatu antigen yang spesifik dan akan
merespon dengan cepat jika terjadi infeksi yang ke dua
 Sel B pembelah → berfungsi untuk menghasilkan lebih banyak lagi sel limfosit B.
Antibodi merupakan protein jenis imunoglobulin (Ig) yang terdiri atas empat rantai
polipeptida, dua rantai berat dan dua rantai ringan yang dihubungkan oleh jembatan
sulfida sehingga membentuk molekul seperti huruf Y, pada ujungnya terdapat tempat
pengikatan antigen yang spesifik.

Gb. 7.3 Struktur dan tipe antibodi


Terdapat lima kelas antibodi, yaitu :
 IgM → antibodi yang dihasilkan pada infeksi awal antigen / respon antibodi primer,
dapat menggumpalkan antigen, terdapat dalam sikulasi darah, tidak ada pada organ dan
jaringan, berukuran besar, tidak dapat menembus plasenta, sehingga tidak memberikan
kekebalan maternal.
 IgG → merupakan respon antibodi sekunder, lebih cepat bekerja dan lebih berlimpah,
ditemukan pada darah dan jaringan, melindungi tubuh dari bakteri, virus, toksin yang

Eman Laeli Fitri


44
beredar dalam darah dan limpa serta memicu kerja sistem komplemen dan menetralkan
racun, dapat melewati plasenta dan disekresikan dalam kolostrum.
 IgA → terdapat pada mukosa, berfungsi mencegah masuknya virus dan bakteri lewat
permukaan sel epitel, ditemukan dalam darah dan cairan tubuh (ludah, air mata,
keringat, kolostrum).
 IgE → jumlahnya paling sedikit, berperan dalam reaksi alergi.
 IgD → banyak ditemukan pada permukaan sel B, diduga berfungsi sebagai suatu
reseptor antigen yang merangsang diferensiasi sel B menjadi sel plasma dan sel B
memori.
Antibodi yang disekresikan sel B plasma akan berikatan dengan antigen patogen, untuk
kemudian dikenali oleh makrofag dan dicerna, proses ini disebut opsonisasi.
Aksi antibodi terhadap antigen adalah :
 Netralisasi → melekat pada antigen sehingga efek merugikan dari antigen atau toksik
patogen dapat dikurangi. Antibodi menetralkan virus dengan menempel pada tempat
yang seharusnya berikatan dengan sel inang.
 Aglutinasi / penggumpalan → proses pengikatan antibodi terhadap patogen sehingga
mudah dinetralkan atau diopsonisasi. Struktur antibodi memungkinkan untuk
melakukan pengikatan lebih dari satu antigen.
 Presipitasi / pengendapan → membuat antigen terlarut tidak bergerak dan
memudahkan ditangkap oleh sel fagosit.
 Fiksasi komplemen → pengaktifan protein komplemen akan menyebabkan terjadinya
luka / pori pada dinding sel patogen yang pada akhirnya menyebabkan lisis.

Gb. 7.4 Respon antibodi terhadap antigen

2. Limfosit T
Dibentuk di sumsum merah tulang dan matang di timus. Berperan dalam sistem
pertahanan selular, menyerang langsung organisme asing, menyerang sel-sel tubuh yang
terinfeksi dan bahkan jaringan / organ transplan yang dianggap “asing”. Terbagi menjadi :
 Sel T pembantu / helper → menstimulasi sel B untuk membelah dan memproduksi
antibodi, mengaktivasi makrofag dan dua jenis sel T lainnya (dengan mensekresikan
interleukin).
 Sel T pembunuh / killer / sitotoksik → menghasilkan protein perforin yang dapat
melubangi membran sel yang terinfeksi dan mematikan patogen di dalamnya.
 Sel T supresor → berfungsi menurunkan dan menghentikan respon imun.

Eman Laeli Fitri


45
Ketika patogen masuk ke dalam tubuh, enzim dalam sel memotong protein-protein
patogen menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, disebut fragmen antigen. Fragmen
antigen kemudian berikatan ke sebuah molekul MHC di dalam sel, menghasilkan
penyajian antigen di permukaan sel. Ketika suatu sel yang telah diserang oleh patogen
menampilkan suatu antigen, sel tersebut memberi sinyal pada sistem kekebalan bahwa
infeksi sedang terjadi. Tipe sel yang menyajikan antigen menentukan jenis respon yang
terjadi.
 MHC kelas I ditemukan pada hampir semua sel tubuh yang bernukleus, berikatan
dengan antigen yang disintesis di dalam sel, berfungsi membawa antigen kepada
limfosit T killer / sel T sitotoksik.
 MHC kelas II dibuat oleh sel-sel dendritic, makrofag dan sel-sel B, berikatan ke
antigen yang berasal dari patogen yang telah dinetralisasi melalu fagositosis atau
endositosis, membawa antigen kepada limfosit T helper.

Gb. 7.5 Mekanisme kerja sel T


Reseptor sel T pada permukaan sel T helper berikatan dengan ke antigen yang dipegang
oleh MHC kelas II. Pada saat bersamaan, suatu protein yang disebut CD4 yang ada di
permukaan sel T helper berikatan ke molekul MHC kelas II tersebut. CD4 membantu
menjaga agar sel T helper dan sel penyaji antigen tetap bergabung. Saat kedua sel
berinteraksi, sinyal-sinyal dalam bentuk sitokin dipertukarkan di kedua arah. Hasil
akhirnya adalah aktivasi sel T helper.
Ada tiga tipe sel penyaji antigen kepada sel T helper, yaitu :
 Sel dendritik → penting dalam memicu respon kekebalan primer, berperan sebagai
pengawas di dalam epidermis dan jaringan-jaringan lain yang sering terpapar patogen.
Setelah menangkap antigen, sel dendritik bermigrasi dari tempat infeksi ke jaringan
limfoid, di sana sel dendritik menyajikan antigen kepada sel T helper.
 Makrofag → berperan dalam respon kekebalan sekunder dengan menyajikan antigen
ke sel T memori.
 Sel B → menyajikan antigen kepada sel T helper yang kemudian mengaktivasi sel B
plasma untuk melepaskan antibody.
Agar sel T sitotoksik menjadi aktif, dibutuhkan molekul pensinyalan dari sel T helper.
MHC kelas I menyajikan antigen yang disintesis dalam sel, kemudian dikenali oleh sel T
sitotoksik. Protein CD8 yang ada di permukaan sel T sitotoksik meningkatkan interaksi
antara sel T sitotoksik dengan sel target dan menjaga kedua sel tetap terkoneksi ketika sel
T sitotoksik diaktivasi oleh sel T helper.

Gb. 7.6 Aktivasi oleh sel T helper

Eman Laeli Fitri


46
Mekanisme sistem pertahanan tubuh
Jika patogen berhasil melewati perlindungan fisik dan mekanis yang ada di permukaan
tubuh dan mulai menginfeksi sel-sel dalam organ, maka tubuh akan menghasilkan histamin dan
prostaglandin. Senyawa kimia ini akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah pada bagian
yang terinfeksi, sehingga bagian tersebut menjadi kemerahan dan terasa lebih hangat.
Infeksi patogen direspon tubuh dengan reaksi peradangan (inflamasi) dan demam. Radang
merupakan reaksi tubuh terhadap kerusakan sel-sel tubuh akibat infeksi, zat-zat kimia atau
gangguan fisik lainnya. Gejala radang dapat berupa sakit, panas bengkak, kulit memerah dan
lain-lain. Demam merupakan salah satu respon tubuh terhadap radang. Bakteri, virus, sel kanker
dan sel-sel yang mati menghasilkan zat yang disebut pyrogen-exogen, yang merangsang
makrofag dan monosit mengeluarkan zat pyrogen-endogen, yang merangsang hipotalamus
menaikkan suhu tubuh. Suhu tubuh yang tinggi akan membuat bakteri dan virus lemah hingga
mati. Metabolisme, reaksi kimia dan sel-sel darah putih akan lebih cepat aktif sehingga
mempercepat penyembuhan.
Jika terjadi luka yang menyebabkan pembuluh darah robek, maka sel mast (mastosit) akan
menghasilkan badikinin dan histamin, yang merangsang ujung saraf sehingga pembuluh darah
dapat semakin melebar (vasodilatasi) dan bersifat permeabel. Permeabilitas kapiler yang
meningkat menyebabkan neutrofil berpindah dari darah ke cairan luar sel. Neutrofil dan monosit
berkumpul di tempat yang terluka dan mendesak hingga menembus dinding kapiler. Neutrofil
kemudian mulai memakan patogen dan monosit berubah menjadi makrofag. Makrofag bersifat
fagositosis dan merangsang pembentukan jenis sel darah putih lain. Bakteri yang sudah berada
dalam makrofag kemudian dihancurkan dengan enzim lisosom. Eosinofil berperan menghambat
dan mengurangi konsentrasi histamin oleh mastosit, agar tidak terjadi reaksi yang berlebihan.
Setelah infeksi tertanggulangi, beberapa neutrofil mati bersama dengan jaringan sel dan patogen.
Sel-sel yang masih hidup kemudian membentuk nanah, yang merupakan indikator bahwa infeksi
telah sembuh.

Gb. 7.7 Mekanisme pertahanan tubuh dengan respon inflamatori

Kekebalan tubuh berdasarkan cara memperolehnya terbagi menjadi :


 Kekebalan aktif → kekebalan tubuh yang dihasilkan karena limfosit teraktivasi oleh
antigen yang terdapat pada permukaan sel patogen, terbagi :
 Kekebalan aktif alami → kekebalan yang terbentuk akibat infeksi patogen secara
langsung
 Kekebalan aktif buatan / vaksinasi → kekebalan yang terbentuk akibat injeksi /
penyuntikan antigen secara sengaja ke dalam tubuh
 Kekebalan pasif → kekebalan yang timbul karena menerima antibodi dari orang lain,
bersifat sementara, terbagi :
 Kekebalan pasif alami → antibodi yang diberikan oleh ibu kepada anaknya
melalui ASI dan plasenta
 Kekebalan pasif buatan → antibodi yang diekstrak dari suatu individu disuntikkan
ke tubuh orang lain sebagai serum

Eman Laeli Fitri


47
Vaksin diperoleh dari sumber-sumber berikut ini :
 Mikroorganisme mematikan yang dimatikan, contohnya bakteri penyebab pertusis
 Strain hidup yang tidak mematikan, contohnya vaksin rubela, BCG, Sabin
(poliomielitis)
 Toksin yang dimodifikasi, contohnya vaksin difteri dan tetanus
 Antigen hasil isolasi, contohnya vaksin influenza
 Antigen hasil rekayasa genetik, contohnya vaksin hepatitis B

Kelainan pada sistem imun


1. Penyakit autoimun → sistem imun menyerang jaringan tubuh sendiri
 Myasthenia gravis → antibodi yang menyerang otot lurik, menyebabkan degradasi
otot dan berkurangnya kemampuan otot untuk menangkap asetilkolin, umumnya
terjadi pada otot wajah
 Lupus erythematosus → antibodi menyerang histon dan DNA sel tubuh sendiri,
menyebabkan ruam kulit, demam, artritis dan gangguan ginjal
 Artritis rematoid → menyebabkan kerusakan dan peradangan di kartilago dan
persendian
 Penyakit addison → antibodi menyerang kelenjar adrenalin, penderita menjadi
mudah lelah, kehilangan berat badan, tekanan darah dan gula rendah, perasaan
tertekan dan peningkatan pigmentasi kulit.
 Multiple sclerosis → antibodi menyerang jaringan saraf di otak dan tulang
belakang, terutama bagian selubung myelin. Mengakibatkan gangguan
penglihatan, stres, pusing, dll.
 Diabetes mellitus type I → antibodi menyerang sel-sel beta pankreas yang
menghasilkan hormon insulin, akibatnya produksi insulin kurang sehingga kadar
gula naik.
2. Alergi / anaphylaxis → tubuh menjadi hipersensitif / bereaksi secara berlebihan
terhadap bahan-bahan yang nonimunogenik / tidak berbahaya. IgE akan merangsang
sel mast untuk menghasilkan histamin. Histamin akan menyebabkan sejumlah gejala,
diantaranya berkontraksinya otot-otot pernapasan sehingga terjadi penyempitan
saluran pernapasan, vasodilatasi pembuluh darah dan kenaikan permeabilitas kapiler
sehingga jaringan membengkak, kulit merah, gatal dan melepuh.
3. Penyakit imunodefisiensi
 Imunosupresi → penurunan sistem imun akibat komplikasi biologis penyakit lain
dalam tubuh, termasuk malnutrisi, kanker dan infeksi penyakit
 Imunosupresi iatrogenik → diakibatkan oleh terapi obat yang dapat
menginaktifkan fungsi limfosit
 Defisiensi imun yang diperoleh secara genetik / diturunkan, contoh severe
combine immunodeficiency disease (SCID)
 Defisiensi imun akibat infeksi virus HIV (penyakit AIDS)

Sistem limfatik
Berperan dalam sistem imun, terdiri atas :
1. Pembuluh limfa
 Pembuluh limfa kanan (duktus limfatikus dekster) → menerima cairan limfa yang
berasal dari daerah kepala, leher, dada, paru-paru, jantung dan lengan sebelah
kanan.
 Pembuluh limfa kiri (duktus toraksikus) → menerima cairan limfa dari anggota
tubuh yang lain.
2. Organ-organ limfoid
 Sumsum merah → berfungsi sebagai tempat pembentukan limfosit.
 Nodus limpa → berfungsi menyaring mikroorganisme yang ada dalam limpa,
terbagi menjadi nodulus-nodulus, tiap nodulus mengandung ruang-ruang (sinus)
yang berisi limfosit dan makrofag.
 Limpa → organ limfoid terbesar, berfungsi membuang antigen yang terdapat
dalam darah dan menghancurkan eritrosit yang sudah tua.

Eman Laeli Fitri


48
 Timus → tempat pematangan limfosit T.
 Tonsil → berfungsi melawan infeksi pada saluran pernapasan bagian atas dan
faring, mencakup adenoid, tonsil saluran, palatin dan lidah.

DAFTAR PUSTAKA

Aryulina, Diah dkk. BIOLOGI 2. 2007. Jakarta : Esis.

Pratiwi, D.A dkk. BIOLOGI. 2007. Jakarta : Erlangga.

Prawirohartono, Slamet dan Sri Hidayati. Sains BIOLOGI 2. 2007. Jakarta : Bumi Aksara.

Priadi, Arif. BIOLOGI. 2009. Jakarta : Yudhistira.

Eman Laeli Fitri


49

Anda mungkin juga menyukai