Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN BOOKLET DAN

METODE DEMONSTRASI TERHADAP PENGETAHUAN DAN


KEMAMPUAN REMAJA PUTRI MELAKUKAN PRAKTIK
SADARI DI SMAN 1 PARIANGAN

The Influence Of Health Education With Booklets And Method Of


Demonstration On Knowledge And Ability Of Young Women To Do Practice
Realize At SMAN 1 Pariangan

Natasya1, Hema Malini2, Boby Febri Krisdianto3

*Program Studi S1 Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Andalas

Alamat: Kampus Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Limau Manis


Padang,

Sumatera Barat, Indonesia 25163

1
Korespondensi: Natasya

Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas

Andalas

Telp/Hp:

Email: tasya5724@gmail.com
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN BOOKLET DAN
METODE DEMONSTRASI TERHADAP PENGETAHUAN DAN
KEMAMPUAN REMAJA PUTRI MELAKUKAN PRAKTIK
SADARI DI SMAN 1 PARIANGAN

The Influence Of Health Education With Booklets And Method Of


Demonstration On Knowledge And Ability Of Young Women To Do
Practice Realize At SMAN 1 Pariangan

ABSTRACT
The prevalence of cancer is quite high in Pariangan District, so it is necessary to
prevent and detect breast cancer early. Meanwhile, BSE knowledge and abilities
in adolescents at SMAN 1 Pariangan are still low, so health education is needed
to increase BSE knowledge and abilities. The purpose of this study was to
determine the effect of health education with booklets and demonstration methods
on the knowledge and ability of young women to practice BSE at SMAN 1
Pariangan. The method used is Pre Experimental with a one group pretest-
posttest approach. The sample of this study was class XI SMAN 1 Pariangan, 76
people were selected using simple random sampling technique with Wilcoxon test
data processing technique. Data collection using BSE knowledge and ability
instruments. The results of the study before the intervention 37 respondents
(48.7%) had less knowledge, after the intervention 59 respondents (77.6%) had
good knowledge (p value = 0.000). Before the intervention 72 respondents
(94.7%) had poor skills, after the intervention 63 respondents (82.9%) had good
abilities (p value = 0.000). There is an effect of health education with booklets
and demonstration methods on the knowledge and ability of young women to
practice BSE. It is hoped that BSE health education will become one of the
adolescent reproductive health counseling programs for related agencies, both
schools and local health centers.

Keyword : health education, knowledge, ability, BSE


Bibliography : 98 (2011 - 2022)

ABSTRAK
Angka prevalensi kanker cukup tinggi di Kecamatan Pariangan, sehingga
diperlukan pencegahan dan deteksi dini kanker payudara. Sedangkan pengetahuan
dan kemampuan SADARI pada remaja di SMAN 1 Pariangan masih rendah,
sehingga diperlukan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan SADARI. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
pendidikan kesehatan dengan booklet dan metode demonstrasi terhadap
pengetahuan dan kemampuan remaja putri melakukan praktik SADARI di SMAN
1 Pariangan. Metode yang digunakan Pre Experimental dengan pendekatan one
group pretest-posttest. Sampel dari penelitian ini siswi kelas XI SMAN 1
Pariangan, berjumlah 76 orang dipilih menggunakan teknik simple random
sampling dengan teknik pengolahan data uji Wilcoxon. Pengumpulan data
menggunakan instrumen pengetahuan dan kemampuan SADARI. Hasil penelitian
sebelum intervensi 37 responden (48,7%) memiliki pengetahuan kurang, sesudah
intervensi 59 responden (77,6%) memiliki pengetahuan baik (p value = 0,000).
Sebelum intervensi 72 responden (94,7%) memiliki kemampuan kurang, sesudah
intervensi 63 responden (82,9%) memiliki kemampuan baik (p value = 0,000).
Ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan booklet dan metode demonstrasi
terhadap pengetahuan dan kemampuan remaja putri dalam melakukan praktik
SADARI. Diharapkan pendidikan kesehatan SADARI menjadi salah satu program
penyuluhan kesehatan reproduksi remaja bagi Instansi terkait baik sekolah
maupun puskesmas setempat.
Kata Kunci : pendidikan kesehatan, pengetahuan, kemampuan, SADARI
Daftar Pustaka : 98 (2011 - 2022)

LATAR BELAKANG

Berdasarkan estimasi dari GLOBOCAN, International Agency for


Research on Cancer (IARC), pada tahun 2020 kanker payudara menjadi kasus
kanker tertinggi di dunia dengan angka kejadian 2.261.429 kasus baru pada tahun
2020. Lima tahun terakhir tercatat ada 7.790.717 kasus kanker payudara di dunia.
Kanker payudara menjadi urutan pertama penyebab kematian di dunia, dengan
angka kematian 684.996 kasus pada tahun 2020.
Berdasarkan data dari GLOBOCAN, International Agency for Research
on Cancer (IARC), pada tahun 2020, Indonesia merupakan urutan kedelapan
kasus kanker payudara di dunia, dengan 213.546 kasus baru tahun 2020, dan
Indonesia juga urutan kedelapan untuk kematian akibat kanker payudara di dunia
dengan 109.813 kematian tahun 2020. Pada 5 tahun terakhir, ada 556.448 wanita
Indonesia menderita kanker payudara hingga tahun 2020. Lima tahun terakhir,
Indonesia merupakan urutan kelima di dunia dengan kejadian kanker payudara
pada usia 1024 tahun dengan 11.481 kasus. Tahun 2020, 4.354 kejadian kanker
payudara di Indonesia pada umur 10-24 tahun, ini menunjukkan angka kejadian
kanker payudara pada remaja putri di Indonesia cukup tinggi (GLOBOCAN,
2020).
Direktorat Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
(P2PTM) menyatakan bahwa; menerapkan perilaku hidup sehat dan rutin
melaksanakan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dan melakukan
Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS) kepada tenaga kesehatan dapat
mencegah dan mendeteksi dini kanker payudara (Kementrian Kesehatan RI,
2017). Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) merupakan salah satu langkah
deteksi dini kanker payudara dengan prosedur yang cukup sederhana. SADARI
sebaiknya rutin dilakukan sebulan sekali setiap selesai siklus menstruasi (Gautama
Walta, 2021). Sehingga SADARI sangat penting untuk dilakukan agar dapat
mencegah dan mendeteksi kanker payudara sejak dini dan dapat segera ditangani.
Kurangnya kesadaran dan pengetahuan mengenai deteksi dini kanker
payudara menjadi salah satu penyebab tingginya angka kematian akibat kanker
payudara. Umumnya jika sudah mengalami keluhan berat penderita baru
mempunyai kesadaran untuk melakukan pemeriksaan ke rumah sakit, yang tidak
jarang kondisi penderita sudah sampai pada stadium lanjut. Sehingga jika penyakit
telah sampai pada stadium lanjut maka akan sulit untuk disembuhkan (Mustika et
al., 2016). Rutin melakukan SADARI dan dapat mendeteksi kanker sejak stadium
dini dan menerapkan terapi secara tepat maka tingkat kesembuhan pada penderita
kanker payudara cukup tinggi yaitu sekitar 80 – 90% (Peraturan Menteri
Kesehatan No. 34 [PMK NO. 34], 2015). Riset Penyakit Tidak Menular (PTM)
pada tahun 2016 menyatakan bahwa kesadaran dan perilaku masyarakat dalam
deteksi dini kanker payudara masih sangat rendah. Hasil riset menunjukkan 53,7%
masyarakat tidak pernah melakukan SADARI, dan 95,6% masyarakat tidak
pernah melakukan SADANIS (Kementrian Kesehatan RI, 2017).
Hasil penelitian Moh et al. (2020) di Myanmar menunjukkan pengetahuan
dan kemampuan SADARI yang rendah menjadi hambatan untuk melakukan
praktik SADARI. Penelitian Paulsamy et al. (2021) di Arab Saudi menunjukkan
pengetahuan 77% mahasiswi berada pada tingkat kurang, 61% mahasiswi
memiliki nilai yang buruk dalam praktik SADARI. Pengetahuan yang kurang
menyebabkan kurangnya praktik SADARI, dan dibutuhkan pendidikan kesehatan
untuk mengurangi morbiditas dan kematian terkait kanker payudara. Hasil
penelitian Mihret et al. (2021) di Ethiopia menunjukkan siswa dengan
pengetahuan SADARI yang baik 12,02 kali lebih mungkin untuk melakukan
praktik SADARI yang lebih baik dari pada yang berpengetahuan buruk. Oleh
karena itu, perlu dilakukan intervensi untuk meningkatkan pengetahuan remaja
putri mengenai praktik SADARI.
Minat remaja putri untuk mencari informasi mengenai kanker payudara,
cara untuk mencegah dan mendeteksi dini kanker payudara dengan cara SADARI
juga masih rendah. Sebagian remaja putri juga merasa malas bahkan malu untuk
melakukan SADARI yang artinya perasaan ini menimbulkan dampak berupa
kurangnya kesadaran dan pengetahuan remaja putri mengenai kanker payudara
dan SADARI (Pratama & susanti, 2021). Oleh karena itu, penting diberikan
pendidikan kesehatan tentang SADARI terhadap remaja putri di Indonesia sebagai
deteksi dini kanker payudara, yang berguna untuk mengurangi angka kasus kanker
payudara, dan menurunkan angka kematian akibat kanker payudara.
Metode yang paling efektif dalam pendidikan SADARI adalah dengan
memberikan bahan bacaan berupa booklet dan melakukan simulasi atau
demonstrasi dengan informasi yang diserap sebanyak 90%. Memberikan media
booklet dapat membantu komunikasi dan menarik perhatian remaja dalam
memberikan pendidikan. Menggunakan kombinasi metode demonstrasi dan media
booklet akan memberikan ingatan, kewaspadaan dan perhatian terhadap SADARI
dalam jangka panjang dan dapat digunakan dimanapun (Al-Oseely et al., 2021).
Hasil penelitian Saputra et al. (2021), menunjukkan metode yang paling
efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan praktik SADARI adalah metode
demonstrasi dengan meningkatkan praktik sebesar 92,7%. Penelitian AM et al.
(2021) di Nigeria menunjukkan bahwa metode demonstrasi memberikan dampak
yang lebih besar dalam meningkatkan pengetahuan dan praktik SADARI siswi.
Pemberian intervensi berbasis pendidikan kesehatan dengan metode demonstrasi
memberikan perubahan positif dalam praktik pemeriksaan SADARI di Korea
Selatan (Jun, 2021). Penelitian Kissal & Kartal, (2019), menunjukkan persentase
siswa yang melakukan SADARI sebelum dan sesudah diberi pendidikan dari
14,6% meningkat menjadi 45,8%. Penelitian tersebut mengalami keterbatasan
karena jumlah sampel yang kecil dan tidak dapat digeneralisasikan untuk semua
siswa. Hal ini menjadi peluang bagi peneliti sendiri untuk memperbesar jumlah
sampel nantinya agar dapat digeneralisasikan untuk semua siswa.
Pada studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, dalam 2 tahun terakhir
Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Datar tidak melakukan pendataan terhadap
kasus kanker payudara dikarenakan fokus pada pengendalian pandemi Covid-19.
Hal ini membuat perhatian dan fokus pemerintah serta masyarakat terhadap
deteksi dini kanker payudara semakin menurun. Pihak Dinas Kesehatan juga
mengatakan bahwa dalam 2 tahun terakhir tidak dilakukan penyuluhan terhadap
remaja putri mengenai deteksi dini kanker payudara akibat pandemi Covid-19 dan
hal ini berisiko meningkatkan kasus kanker payudara dari tahun ke tahun di
Kabupaten Tanah Datar. Puskesmas Kecamatan Pariangan juga tidak melakukan
penyuluhan mengenai deteksi dini kanker payudara berupa SADARI di wilayah
Kecamatan Pariangan. Sementara fenomena yang peneliti temukan, cukup banyak
penderita kanker payudara di wilayah tersebut dibuktikan dengan hasil wawancara
peneliti terhadap masing-masing Wali Nagari di Kecamatan Pariangan, didapatkan
hasil bahwa ada 19 penderita kanker payudara di Kecamatan tersebut.
Umumnya remaja putri di Kecamatan Pariangan belum pernah
mendapatkan pendidikan kesehatan mengenai SADARI, dan memiliki
pengetahuan serta keterampilan yang rendah mengenai SADARI. Remaja putri di
wilayah tersebut umumnya bersekolah di SMAN 1 Pariangan. Keadaan ini
menjadi peluang untuk melakukan penelitian di SMAN 1 Pariangan mengenai
keterampilan SADARI pada remaja putri.
Peneliti mewawancarai wakil kepala sekolah SMAN1 Pariangan dan
didapatkan hasil bahwa SMAN 1 Pariangan belum pernah mendapatkan
pendidikan mengenai SADARI maupun kanker payudara. Peneliti juga melakukan
wawancara terhadap 13 siswi di SMAN 1 Pariangan dan ditemukan 1 siswi
mengatakan punya keluarga yang menderita kanker payudara. Melauli pra riset
ini, peneliti mengambil kesimpulan, bahwa sebagian besar siswi di SMAN 1
Pariangan memiliki pengetahuan dan kesadaran yang rendah mengenai deteksi
dini kanker payudara dan praktik SADARI. Sehingga diperlukan adanya upaya
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswi di SMAN 1 Pariangan
sebagai mendeteksi dini kanker payudara dan menekan pertambahan jumlah kasus
kanker payudara, dan kematian akibat kanker payudara.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap peningkatan pengetahuan dan kemampuan melakukan pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI) sebagai deteksi dini kanker payudara pada siswi
SMAN 1 Pariangan dengan booklet dan metode demonstrasi.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah pre experimental, yaitu penelitian yang tidak
menggunakan variabel kontrol yang memberikan kontrol terhadap penelitian
dengan pendekatan one group pretest-posttest. Populasi pada penelitian adalah
siswi SMAN 1 Pariangan dengan jumlah 316 siswi. Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling yaitu sebanyak 76
sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah siswi yang bersedia menjadi
responden, siswi dapat diajak berkomunikasi secara aktif, siswi yang sudah
mengalami menstruasi. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah siswi yang
tidak dapat hadir pada jadwal yang ditentukan oleh peneliti, siswi dalam keadaan
sakit.
Sebelum melakukan penelitin, peneliti mengurus surat izin pengambilan
data dan penelitian dari kampus, ke Dinas Kesatuan Bangsa Dan Politik
(Kesbangpol) Kabupaten Tanah Datar dan melanjutkan surat tembusan tersebut ke
SMAN 1 Pariangan. Peneliti mengumpulkan delapan orang asisten peneliti dan
melakukan briefing bersama asisten peneliti untuk persamaan persepsi mengenai
teknis penelitian, dan konsep SADARI satu hari sebelum penelitian dilaksanakan.
Pengumpulan data pada tanggal 23 Mei 2022 di mushola SMAN 1
Pariangan selama satu hari pada jam pulang sekolah yaitu selama 90 menit pada
pukul 13.30 sampai 15.00. Penelitian ini dimulai dengan pembagian kuisioner.
Pretest dimulai 20 menit sebelum pendidikan kesehatan dengan peneliti
membagikan kuisioner pengetahuan untuk diisi masing-masing oleh responden.
Peneliti juga menguji kemampuan responden dalam melakukan praktik SADARI
menggunakan lembar observasi. Lembar observasi diisi oleh pihak peneliti yang
dibantu oleh 8 orang asisten peneliti dengan menguji kemampuan responden satu
persatu. Masing-masing asisten peneliti menguji 9 sampai 10 orang responden
dengan acuan lembar observasi. Setiap sepuluh siswi membentuk kelompok kecil
dengan 1 orang asisten peneliti untuk diobservasi kemampuan praktik SADARI.
Proses menguji kemampuan ini berlangsung dengan meminta masing-masing
siswi mempratikkan SADARI, dan diuji kemampuannya satu-persatu selama 2 – 3
menit untuk masing-masing siswi. Setelah menguji kemampuan selesai, peneliti
membagikan booklet sebagai media pendidikan kesehatan dan mulai melakukan
pendidikan kesehatan.
Peneliti memberikan pendidikan kesehatan kepada responden dengan
metode demonstrasi, melakukan re-demonstrasi bersama peserta, melakukan
diskusi dan tanya jawab, serta memberikan reward kepada responden yang
mampu menjawab pertanyaan dari peneliti dengan benar.
Setelah intervensi, kuisioner dibagikan langsung dan diisi oleh
masingmasing responden. Sebelum kuisioner diberikan, peneliti meminta kembali
booklet yang sudah dibagikan sebelumnya. Kemudian dilakukan pengujian
kemampuan dengan teknis yang sama dengan pretest sekitar 10 – 15 menit.
Penilaian kemampuan praktik SADARI pada masing-masing responden
berlangsung sekitar 3 - 5 menit. Penelitian berlangsung kondusif, seluruh siswi
mudah diatur dengan tertib karena dibantu dan diawasi oleh beberapa orang guru.

HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pengaruh pendidikan kesehatan dengan booklet dan
metode demonstrasi terhadap pengetahuan dan kemampuan remaja putri
melakukan praktik SADARI di SMAN 1 Pariangan, diperoleh data karakteristik
responden sebagai berikut:

Tabel 5.1 distribusi frekuensi responden berdasarkan usia, jurusan, riwayat


keluarga (n=76)
No Karakteristik Responden f %
1 Usia
16 Tahun 10 13,2
17 Tahun 53 69,7
18 Tahun 13 17,1
2 Jurusan
MIPA 29 38,2
IPS 47 61,8
3 Riwayat Keluarga dengan Kanker Payudara
Ada 2 2,6
Tidak Ada 74 97,4

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa responden terbanyak berusia 17


tahun (69,7%). Hampir seluruh responden (97,4%) tidak memiliki riwayat
keluarga dengan kanker payudara. Berdasarkan jurusan, responden dengan jurusan
IPS lebih banyak (61,8%) dibandingkan dengan jurusan MIPA (38,2%).

Tabel 5. 1 Pengetahuan Sebelum (Pretest) dan Sesudah (Posttest) Diberikan


Pendidikan Kesehatan dengan Booklet dan Metode Demonstrasi pada Siswi
SMAN 1 Pariangan (n=76)
Analisis Univariat Analisis Bivariat
Pengetahuan Baik Cukup Kurang p Z
(value) (value)
Pretest 19 (25%) 20 (26,3%) 37(48,7%)
0,000 -7,483 Posttest 59
(77,6%) 17 (22,4%) 0 (0%)
Selisih 52,6%

Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan hasil bahwa responden dengan skor


pengetahuan pada tingkat baik meningkat signifikan menjadi 59 responden
(77,6%), dan tidak ada lagi responden dengan skor pengetahuan kurang setelah
diberikan pendidikan kesehatan SADARI. Pengetahuan pada kategori baik
meningkat sebesar 52,6%
Hasil uji statistik yang dengan uji Wilcoxon didapatkan nilai p = 0,000 (p <
0,05) dan nilai Z = -7,483, maka H a diterima yang berarti ada perbedaan tingkat
pengetahuan tentang SADARI sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan dengan
booklet dan metode demonstrasi.

Tabel 5. 2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Kuisioner Pengetahuan


SADARI (n=76)
Pretest Posttest
No
Jawaban J awaban J awaban J awaban
Pertanyaan
Benar Salah Benar Salah
1 56,6% 43,4% 94,7% 5,3%
2 88,2% 11,8% 100% 0%
3 76,3% 23,7% 84,2% 15,8%
4 78,9% 21,1% 100% 0%
5 72,4% 27,6% 82,9% 17,1%
6 26,3% 73,7% 82,9% 17,1%
7 56,6% 43,4% 82,9% 17,1%
8 55,5% 44,7% 89,5% 10,5%
9 64,5% 35,5% 92,1% 7,9%
10 23,7% 76,3% 72,4% 27,6%
11 36,8% 63,2% 75% 25%
12 52,6% 47,4% 90,8% 9,2%
13 28,9% 71,1% 55,3% 44,7%
14 48,7% 51,3% 97,4% 2,6%
15 59,2% 40,8% 90,8% 9,2%
16 46,1% 53,9% 89,5% 10,5%
17 64,5% 35,5% 93,4% 6,6%
18 48,7% 51,3% 90,8% 9,2%

Tabel 5. 4 Kemampuan Sebelum (pretest) dan Sesudah (Posttest) Diberikan


Pendidikan dengan Booklet dan Metode Demonstrasi Kesehatan pada Siswi
SMAN 1 Pariangan (n=76)
Analisis Univariat Analisis Bivariat
Kemampuan Baik Kurang p (value) Z (value)
Pretest 4 (5,3%) 72 (94,7%)
0,000 -7,633 Posttest 63
(82,9%) 13 (17,1%)
Selisih 77,6%

Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan hasil bahwa responden dengan skor


kemampuan pada tingkat baik juga meningkat menjadi 63 responden (82,9%).
Pengetahuan pada kategori baik meningkat sebesar 77,6%
Hasil uji statistik dengan uji Wilcoxon didapatkan nilai p = 0,000 (p <
0,05) dan nilai Z = -7,633, maka H a diterima yang berarti ada perbedaan tingkat
kemampuan tentang SADARI sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan.

Tabel 5. 5 Distribusi Frekuensi Kemampuan Responden Melakukan Praktik


SADARI pada Lembar Observasi (n=76)
No Pretest Posttest
Tindakan Tindakan Tindakan Tindakan Tindakan
Benar Salah Benar Salah
1 25% 75% 100% 0
2 19,7% 80,3% 73,7% 26,3%
3 10,5% 89,5% 86,8% 13,2%
4 21,1% 78,9% 86,8% 13,2%
5 0% 100% 88,2% 11,8%

PEMBAHASAN Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Booklet dan


Metode Demonstrasi terhadap Pengetahuan tentang SADARI pada Remaja
Putri di SMAN 1 Pariangan
Sebelum diberikan pendidikan kesehatan sebagian besar responden
memiliki pengetahuan pada tingkat rendah, yaitu sebanyak 37 orang (48,7%), 20
orang responden (26,3%) dengan pengetahuan cukup, dan 19 orang (25%) dengan
pengetahuan baik. Berdasarkan hasil tersebut didapatkan kesimpulan bahwa
sebagian responden memiliki pengetahuan yang rendah mengenai SADARI. Hal
ini disebabkan karena 2 tahun terakhir terjadi pandemi Covid-19 instansi terkait
seperti puskesmas di wilayah setempat tidak melakukan penyuluhan mengenai
SADARI, sehingga pengetahuan remaja putri mengenai SADARI masih rendah.
Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Astuti & Sakitri, (2022) ,
sebelum diberikan pendidikan kesehatan sebagian besar responden memiliki
pengetahuan yang rendah, yaitu 80% responden memiliki pengetahuan yang
rendah. Sejalan dengan penelitian Jama et al. (2020), sebelum diberikan
pendidikan kesehatan 76,3% pengetahuan responden berada pada tingkat kurang
mengenai SADARI.
Pada penelitian ini, terdapat 2 responden yang memiliki riwayat keluarga
dengan kanker payudara yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebelum
diberikan pendidikan kesehatan. Hal ini dipengaruhi oleh pengalaman remaja
sendiri. Remaja cenderung cepat menyimpan informasi berdasarkan pengalaman
yang berkesan, mudah dipahami, terutama yang dilakukan atau dialami sendiri
(Annisa, 2021). Hasil penelitian Siregar, (2022) menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara riwayat keluarga dengan pengetahuan mengenai SADARI.
Berdasarkan pengalaman yang baru berupa adanya anggota keluarga dengan
kanker payudara, dimana kanker payudara merupakan penyakit kronis dengan
proses pengobatan yang cukup panjang, responden cenderung mencari informasi
mengenai hal tersebut seperti konsep kanker payudara, cara pencegahan hingga
SADARI sebagai salah satu deteksi dini kanker payudara.
Sesudah diberikan pendidikan kesehatan terdapat 59 responden (77,6%)
dengan pengetahuan baik, 17 responden (22,4%) dengan pengetahuan cukup, dan
tidak ada responden dengan pengetahuan kurang. Dapat disimpulkan bahwa
terjadi peningkatan pengetahuan setelah diberikan pendidikan kesehatan. Sejalan
dengan hasil penelitian Anhar et al., (2020) terjadi peningkatan pengetahuan
sebesar 15,67 setelah diberikan pendidikan kesehatan mengenai SADARI dengan
metode demonstrasi dan phantom. Hasil penelitian Rejeki & Indrayani, (2019)
menunjukkan terjadi peningkatan pengetahuan tentang praktik pembuatan MP-
ASI meningkat sebesar 66,6% setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan
booklet dan metode demonstrasi. Terjadinya peningkatan pengetahuan dalam
penelitian ini karena pemberian informasi dengan metode demonstrasi yang
disertai alat peraga atau phantom dan booklet sebagai bahan bacaan yang jelas
bagi responden. Penggunaan phantom sebagai alat peraga yang membedakan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya.
Hasil analisis bivariat dengan uji Wilcoxon didapatkan nilai p = 0,000 (p <
0,05), maka Ha diterima yang berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan
mengenai pengetahuan tentang SADARI sebelum dan sesudah pendidikan
kesehatan. Perbedaan statistik hipotesis uji Wilcoxon juga terletak pada nilai Z =
7,483 yang berarti Ha diterima jika nilai Z kurang dari -1,96. Artinya, ada
perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan,
yang juga menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari pendidikan
kesehatan dengan booklet dan metode demonstrasi terhadap pengetahuan
responden.
Penelitian yang mengidentifikasi pengetahuan pada hipertensi yang
menggunakan media dan metode yang sama yaitu booklet dan demonstrasi,
terdapat perbedaan bermakna antara skor pretest dan posttest mengenai
pengetahuan hipertensi dengan p < 0,05 (Nafilah & Palupi, 2021). Hal ini juga
didukung oleh hasil penelitian Wahdi et al., (2020) dimana setelah diberikan
pendidikan kesehatan dengan metode demonstrasi terdapat peningkatan
pengetahuan yang signifikan tentang SADARI dengan p-value 0,000 (p < 0,05).
Hal ini terjadi karena materi didemonstrasikan dengan jelas, menggunakan alat
peraga yang nyata, disertai booklet sebagai alat bantu penyampaian informasi
langsung kepada responden. Metode demonstrasi efektif untuk memotivasi remaja
dalam belajar sehingga pengetahuan dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-
hari (Rusian et al., 2021). Berdasarkan piramida pengalaman Edgar Dale dalam
Devhy et al., (2021)., melakukan simulasi berupa demonstrasi dan re-demonstrasi,
responden akan menyerap informasi SADARI sebanyak 90% dan mampu
melakukan praktik SADARI, dibantu dengan adanya media booklet yang
membuat pembelajaran menjadi lebih interaktif dan materi menjadi lebih konkret.
Artinya, metode demonstrasi dengan media booklet dan phantom sebagai alat
peraga pada pendidikan kesehatan berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan
tentang SADARI.
Berdasarkan data hasil analisis peneliti, dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan pengetahuan yang signifikan tentang SADARI sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan, serta pendidikan kesehatan dengan booklet dan
metode demonstrasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan
pengetahuan tentang SADARI pada remaja putri di SMAN 1 Pariangan.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Booklet dan Metode Demonstrasi


terhadap Kemampuan Remaja Putri Melakukan Praktik SADARI di SMAN
1 Pariangan
Sebelum diberikan pendidikan kesehatan, dari 76 responden terdapat 4
responden (5,3%) dengan skor kemampuan pada tingkat baik, dan 72 responden
(94,7%) dengan skor kemampuan pada tingkat kurang. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar responden masih memiliki kemampuan yang rendah dalam
melakukan praktik SADARI. Rendahnya kemampuan ini disebabkan karena
kurangnya pengetahuan mengenai SADARI, dan tidak pernah menerima edukasi
mengenai teknik dan praktik SADARI sebelumnya. Dalam penelitian ini,
mayoritas responden belum terpapar informasi mengenai kanker payudara maupun
SADARI. Sehingga remaja kurang memahami hal – hal yang harus dilakukan
dalam pencegahan kanker payudara sejak dini, termasuk tidak mampu melakukan
praktik SADARI dengan baik.
Sejalan dengan penelitian Naimah & Mukhoirotin, (2021) dimana sebelum
diberikan pendidikan kesehatan sebagian besar responden (70%) memiliki
kemampuan pada tingkat kurang dalam melakukan praktik SADARI. Sejalan
dengan penelitian Hastuti et al. (2020), sebelum diberikan pendidikan kesehatan
69,2% responden memiliki kemampuan pada tingkat kurang dalam praktik
SADARI. Tingkat kemampuan salah satunya dipengaruhi oleh kemampuan
intelektual, termasuk pengetahuan. Artinya, kemampuan yang masih rendah juga
dipengaruhi oleh pengetahuan yang rendah (Kusumaryoko, 2021). Kemampuan
yang kurang baik dalam melakukan praktik SADARI dapat dipengaruhi oleh
pengetahuan yang kurang baik tentang SADARI.
Sesudah diberikan pendidikan kesehatan terdapat 63 responden (82,9%)
memiliki skor kemampuan pada tingkat baik, dan 13 responden (17,2%) memiliki
skor kemampuan pada tingkat kurang. Berdasarkan data tersebut, dapat
disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan setelah diberikan pendidikan
kesehatan dengan booklet dan metode demonstrasi.
Sejalan dengan hasil penelitian Lestari et al. (2020), dimana terjadi
peningkatan kemampuan melakukan praktik SADARI sebesar 70% setelah
diberikan pendidikan kesehatan. Sejalan dengan hasil penelitian Itsna et al. (2018),
terjadi peningkatan kemampuan rata – rata cuci tangan pakai sabun pada
responden sebanyak 9,950 setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan booklet
dan metode demonstrasi. Artinya, pendidikan kesehatan dengan booklet dan
metode demonstrasi memberikan peningkatan yang signifikan terhadap
kemampuan responden.
Hasil analisis bivariat dengan uji Wilcoxon didapatkan nilai p = 0,000 (p <
0,05), maka Ha diterima yang berarti bahwa ada perbedaan kemampuan melakukan
praktik SADARI sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Perbedaan
hasil uji statistik dalam uji Wilcoxon juga terletak pada nilai Z = -7,633 yang
berarti Ha diterima jika nilai Z kurang dari -1,96. Artinya, ada perbedaan
pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan, yang juga
menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari pendidikan kesehatan dengan
booklet dan metode demonstrasi terhadap kemampuan responden melakukan
praktik SADARI.
Sejalan dengan penelitian Sakti et al., (2018) dimana ada perbedaan
ratarata skor kemampuan melakukan praktik pertolongan pertama pada siswa
pingsan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan booklet dan
metode demonstrasi dari 66,77 menjadi 80,87 dengan p-value = 0,001 (p < 0,05).
Sejalan juga dengan penelitian Barbara & Winarti, (2021) didapatkan hasil bahwa
ada peningkatan skor kemampuan pertolongan pertama pada fraktur dan
perdarahan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan media
dan metode yang sama. Artinya, pendidikan kesehatan dengan metode
demonstrasi dan media booklet memberi pengaruh terhadap peningkatan
kemampuan praktik SADARI pada siswi SMAN 1 Pariangan.
Metode demonstrasi merupakan metode yang tepat dengan mengutamakan
peningkatan kemampuan, menggunakan alat peraga dan media booklet sebagai
media yang diberikan langsung kepada responden (Hulu et al., 2020). Demonstrasi
merangsang responden untuk aktif mengamati, menyesuaikan dan melakukan
sendiri dengan menampilkan alat peraga berupa phantom dan booklet sebagai
bahan bacaan sendiri bagi responden (Nursalam & Efendi, 2012). Pada penelitian
ini, booklet merupakan media yang diberikan langsung kepada responden sebagai
alat bantu untuk memahami materi yang diberikan. Penggunaan media booklet
membantu responden mengikuti alur demonstrasi dengan baik karena dapat
menyesuaikan dengan tampilan yang ada di booklet. Menampilkan demonstrasi
dengan media phantom menarik perhatian siswi SMAN 1 Pariangan untuk terus
memperhatikan demonstrasi yang ditampilkan didepan.
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
kemampuan melakukan praktik SADARI yang signifikan sebelum dan sesudah
diberikn pendidikan kesehatan, dan pendidikan kesehatan dengan booklet dan
metode demonstrasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan
kemampuan melakukan praktik SADARI pada remaja putri di SMAN 1
Pariangan.

Keterbatasan Penelitian
Saat melakukan evaluasi hasil skor pretest dan posttest, peningkatan
pengetahuan dan kemampuan responden belum mencapai 100% pada tingkat baik.
Evaluasi pengetahuan dan kemampuan dilakukan langsung setelah pendidikan
kesehatan, sehingga tidak diketahui apakah pengetahuan dan kemampuan tersebut
bertahan dalam jangka waktu yang lama. Efek menetap terhadap pengetahuan dan
kemampuan belum bisa diukur dikarenakan keterbatasan dalam penelitian.

KESIMPULAN
1. Sebelum diberikan pendidikan kesehatan dari 76 responden terdapat 19
responden (25%) dengan pengetahuan baik, 20 responden (26,3%) dengan
pengetahuan cukup, dan 37 responden (48,7%) dengan pengetahuan kurang.
2. Sesudah diberikan pendidikan kesehatan dari 76 responden terdapat 59
responden (77,6%) dengan pengetahuan baik, 17 responden (22,4%) dengan
pengetahuan cukup, dan tidak ada lagi responden dengan pengetahuan kurang.
3. Sebelum diberikan pendidikan kesehatan dari 76 responden terdapat 4
responden (5,3%) dengan skor kemampuan baik, dan 72 responden (94,7%)
dengan skor kemampuan kurang.
4. Sesudah diberikan pendidikan kesehatan dari 76 responden terdapat 63
responden (82,9%) dengan skor kemampuan baik dan 13 responden (17,1%)
dengan skor kemampuan kurang.
5. Terdapat perbedaan pengetahuan tentang SADARI sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan dengan booklet dan metode demonstrasi pada
remaja putri di SMAN 1 Pariangan (p value = 0,000).
6. Terdapat perbedaan kemampuan dalam melakukan praktik SADARI sebelum
dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan booklet dan metode
demonstrasi pada remaja putri di SMAN 1 Pariangan (p value = 0,000).

SARAN
1. Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini dapat dijadikan salah satu acuan untuk melakukan asuhan
keperawatan pada remaja. Perawat diharapkan lebih mengembangkan edukasi
terkait SADARI yang diterapkan untuk remaja.
2. Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini dapat diteruskan dengan mengevaluasi pengetahuan dan
kemampuan responden dalam jangka panjang untuk kebaruan dalam penelitian
selanjutnya.
3. Institusi Pendidikan atau Sekolah Menengah Atas
Diharapkan sekolah melaksanakan pendidikan kesehatan mengenai SADARI
pada siswi baru setiap tahunnya. Kegiatan ini dapat diadaptasi oleh pihak UKS
untuk rutin melaksanakan edukasi mengenai SADARI terhadap siswi di SMAN
1 Pariangan.
4. Instansi Kesehatan Puskesmas Kecamatan Pariangan
Diharapkan pelayanan kesehatan di Kecamatan Pariangan dengan rutin
memberikan edukasi tentang deteksi dini kanker payudara kepada remaja di
wilayah Kecamatan Pariangan.
5. Remaja
Peneliti berharap seluruh remaja, baik remaja awal hingga yang sudah
memasuki usia remaja akhir rutin melakukan praktik SADARI setiap bulan.
Peneliti juga berharap remaja di SMAN 1 Pariangan yang mendapatkan ilmu
mengenai praktik SADARI agar dapat membagi ilmu tersebut kepada remaja
lainnya yang tidak dapat hadir dalam pendidikan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Oseely, S. A., Manaf, R. A., & Ismail, S. (2021). A Systematic Evaluation of
Method Used and the Effectiveness of Health Education Interventions to
Improve Knowledge, Beliefs, and Practices of Cervical Cancer Screening.
Malaysian Journal of Medicine and Health Sciences, 17(3), 259–267. doi:
eISSN 2636-9346.
Anhar, Y., Melly, & Masnun. (2020). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap
Pengetahuan Dan Perilaku Sadari Pada Remaja Putri Dalam Upaya
Pencegahan Ca Mammae Di Sma Negeri 6 Pekanbaru. Husada Mahakam:
Jurnal Kesehatan, 10(2), 145–155. doi: 10.35963/HMJK.V10I2.219
Annisa, L. (2021). Metode Yang Paling Efektif Untuk Meningkatkan
Keterampilan Melakukan Sadari Pada Remaja Putri Berdasarkan Literature
Review. In Digilib Unisayogya. Tesis. Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas ‘Aisyah.
Astuti, R. K., & Sakitri, G. (2022). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap
Peningkatan Peningkatan Pengetahuan Santriwati Tentang Deteksi Dini
Kanker Payudara Di Pondo Pesantren Rodhotul Jannah. Jurnal Ilmu
Kesehatan MAKIA, 12(1), 46–51. doi: 10.37413/jmakia.v12i1.194.
Barbara, L., & Winarti, W. (2021). Penyuluhan Dan Pelatihan Pertolongan
Pertama Pada Fraktur Dan Perdarahan Untuk Masyarakat Awam. SEMNAS-
LPPM, 6.
doi: ISBN 9786235729152.
Devhy, N. L. P., dkk. (2021). Pendidikan Dan Promosi Kesehatan. Bandung:
Media Sains Indonesia.
Gautama Walta. (2021). Kenali & Hadapi Kanker Payudara | Yayasan Kanker
Payudara Indonesia. Jakarta: Yayasan Kanker Payudara Indonesia.
Hastuti, L., Noer, R. M., & Agusthia, M. (2020). Metode Demonstrasi Sadari
Terhadap Kemampuan Melakukan Sadari Pada Wanita Usia Subur. Prepotif:
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4(2), 141–148. Doi:
10.31004/Prepotif.V4i2.953
Hulu, V. T., & Sinaga, T. R. (2019). Analisis Data Statistik Parametrik Aplikasi
Spss Dan Statcal: Sebuah Pengantar Untuk Kesehatan. Medan: Yayasan
Kita Menulis.
Itsna, I. N., Hapsari, W., & Indrastuti, A. (2018). Efektifitas Pendidikan Kesehatan
Cuci Tangan Pakai Sabun (Ctps) Dengan Metode Demonstrasi Dan Booklet
Pada Siswa Kelas Vi Sdn Kalisapu 04 Slawi. Bhama: Jurnal Ilmu Dan
Teknologi Kesehatan, 9(1). doi: eISSN 2355-3863.
Jama, Fatma, Taqiyah, Y., & Alis, I. S. (2020). Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Pemeriksaan Payudara
Sendiri Pada Siswi Smk Analis Kimia. Journal of Islamic Nursing, 5(1), 13–
20. doi: 10.24252/JOIN.V5I1.13884
Jun, E.-Y. (2021). Effect of an Integrated Breast Health Program for Pregnant
Women on Knowledge, Attitude, and Early Screening Practice Related to
Breast Cancer. Journal of Korean Academic Society of Home Health Care
Nursing, 28(2), 186–196. doi: 10.22705/JKASHCN.2021.28.2.186
Kementrian Kesehatan RI. (2017). Deteksi Dini Kanker Payudara dengan
SADARI dan SADANIS - Direktorat P2PTM. Diakses pada tanggal 19
Februari 2022 dari http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-
penyakit-kanker-dankelainan-darah/deteksi-dini-kanker-payudara-dengan-
sadari-dan-sadanis.
Kissal, A., & Kartal, B. (2019). Effects of Health Belief Model-Based Education
on Health Beliefs and Breast Self-Examination in Nursing Students.
AsiaPacific Journal of Oncology Nursing, 6(4), 403–410. doi:
10.4103/apjon.apjon_17_19
Kusumaryoko, P. (2021). Manajemen Sumber Daya Manusia di Era Revolusi
Industri 4.0. Yogyakarta: Deepublish.
Lestari, P. I., Mansur, H., & Wandi. (2020). Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Metode Demonstrasi Tentang SADARI Terhadap Kemampuan Melakukan
SADARI Pada Remaja Putri SMA Diponegoro Dampit. Jurnal Pendidikan
Kesehatan, 9(1), 1–10. doi: 10.31290/JPK.V9I1.815
Mihret, M. S., Gudayu, T. W., Abebe, A. S., Tarekegn, E. G., Abebe, S. K.,
Abduselam, M. A., Shiferaw, T. D., & Kebede, G. W. (2021). Knowledge
and Practice on Breast Self-Examination and Associated Factors among
Summer Class Social Science Undergraduate Female Students in the
University of Gondar, Northwest Ethiopia. Journal of Cancer Epidemiology,
2021. doi: 10.1155/2021/8162047
Moh, N., Myint, M., Nursalam, N., & Mishbahatul Mar’ah Has, E. (2020).
Exploring the Influencing Factors on Breast Self-Examination Among
Myanmar Women: A Qualitative Study. Jurnal Ners, 15(1), 85–90. doi:
10.20473/JN.V15I1.18863,
Mustika, D. N., Kusumawati, E., & Istiana, S. (2016). Modul Kesehatan
Reproduksi Deteksi Dini Kanker Serviks Dan Payudara. Semarang: Rafi
Sarana Perkasa.
Nafilah, & Palupi, F. D. (2021). Penyuluhan Gizi Melalui Metode Emo Demo
Untuk Mengubah Pengetahuan Kader Tentang Hipertensi. Abdimasku:
Jurnal Pengabdian Masyarakat, 4(3), 197–204. doi: 10.33633/JA.V4I3.180.
Naimah, & Mukhoirotin. (2021). Pendidikan Kesehatan untuk Meningkatkan
Pengetahuan, Sikap dan Kemampuan Praktik Remaja Tentang Pemeriksaan
Payudara Sendiri. Jurnal Insan Cendekia, 8(2), 80–89.
doi: 10.35874/JIC.V8I2.924.
Nursalam, & Efendi, F. (2012). Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Paulsamy, P., Alshahrani, S. H., Qureshi, A. A., Lobelle, E., Sampayan, E.,
Venkatesan, K., & Sethuraj, P. (2021). Breast Self-examination: Knowledge,
Attitude and Practice among Female College Students. Journal of
Pharmaceutical Research International, 33(43B), 460–465. doi:
10.9734/JPRI/2021/V33I43B32575.
Pratama, R. M. K., & susanti, D. (2021). Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara
Pada Remaja Puteri. Afiasi: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(1), 13–18. doi:
10.31943/AFIASI.V6I1.130
Rejeki, S., & Indrayani, E. (2019). Penerapan Edukasi menggunakan Metode
Demonstrasi dengan Media Booklet terhadap Praktek Pembuatan MP-ASI
Bayi Umur 6-12 Bulan di Praktek Mandiri Bidan Yuspoeni Desa Kaliwungu
Kecamatan Klirong Kabupaten Kebumen. University Research Colloqium,
428–435. doi: eISSN 2047-9289.
Rusian, H. P., Istianah, Supinganto, A., Suharmanto, Setyawati, I., Budiana, I., …,
Thoyibah, Z. (2021). Pendidikan Teman Sebaya. Pekalongan: Penerbit NEM.
Sakti, E., Samaria, D., Sihombing, R. M., Siswadi, Y., T, S. P., & Adipertiwi, P.
(2018). Edukasi dan Pelatihan Pertolongan Pertama pada Siswa Pingsan di
SMP Binong Permai, Tangerang. Prosiding PKM-CSR, 1, 857–867. doi:
eISSN 2655-3570.
Saputra, A. U., Mulyadi, B., & Banowo, A. S. (2021). Systematic Review:
Efektivitas Beberapa Metode Pendidikan Kesehatan Program Pencegahan
Kanker Payudara terhadap Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Remaja tentang
Sadari. Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional
Indonesia, 9(2), 365–380. doi: 10.26714/JKJ.9.2.2021.365-380
Siregar, R. (2022). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pemeriksaan
Payudara Sendiri (Sadari) Pada Remaja Putri Kelas X. Indonesian Journal
For Health Sciences, 6(1), 35–42. doi: 10.24269/IJHS.V6I1.4355
Wahdi, A., Puspitosari, D. R., & Setiyowati, E. (2020). The Differences Influence
of Health Education Demonstration and Video Methods on Knowledge,
Attitude, and Ability of Adolescent Practices about the Breast
SelfExamination. Journal for Quality in Public Health, 4(1), 20–26. doi:
10.30994/JQPH.V4I1.145

Anda mungkin juga menyukai