Anda di halaman 1dari 25

ANALISIS PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Nama : Febriyanti Eka Nur Sholikhah


NPM : 17144600239
Kelas : A6-17
Dosen Pengampu : Puguh Ardianto Iskandar, M. Pd

No Komponen Teori Analisis Beserta Bukti


1 Judul Penelitian Menurut S Maisaroh, Danuri (2019: 170), Judul penelitian proposal yang saya analisis
halaman judul penelitian adalah memuat judul yang yaitu “Peningkatan Pemahaman Penjumlahan
hendak diteliti, penulisan judul proposal penelitian Dengan Teknik Menyimpan Menggunakan Alat
hendaknya ditulis dengan singkat dan spesifik, yang Peraga Kantong Nilai Tempat Bilangan Di Kelas Ii
dapat menggambarkan masalah yang akan diteliti. Semester I Tahun 2012/2013 SD Negeri Bajomulyo
Kecamatan Juwana Pati”. Dari judul tersebut
apabila dikaitkan dengan teori mengenai judu
penelitian maka menurut saya sudah benar dan
sesuai. Terbukti pada judul bagain “di Kelas I
Semester I Tahun 2012/2013 SD Negeri Bajomulyo
Kecamatan Juwana Pati” telah menunjukkan objek
yang hendak diteliti, dan subyek yang akan diteliti
yaitu Peningkatan Pemahaman Penjumlahan.
Sedangkan masalah yang akan diteliti
tergambar jelas melalui judul penelitian tersebut
yaitu meneliti peningkatan pemahaman siswa
terhadap materi penjumlahan dengan teknik
menyimpan menggunakan alat peraga kantong nilai.
2 Latar Belakang Menurut S Maisaroh, Danuri (2019: 172), Latar belakang pada proposal ini sudah sesuai
pada bagian ini berisi tentang sejarah dan peristiwa- dengan teori mengenai latar belakang masalah. Hal
peristiwa yang sedang terjadi pada suatu obyek tersebut karena latar belakang telah menunjukkan
penelitian, tetapi dalam peristiwa itu, sekarang ini analisis maslah yaitu, “Siswa kelas II SDN
tampak ada penyimpangan-penyimpangan dari Bajomulyo Kecamatan Juwana berjumlah 40 siswa.
standar yang ada, baik standar yang bersifat Kebanyakan para siswa adalah anak dari nelayan
keilmuan maupun aturan-aturan. Oleh karena itu dan buruh sehingga orang tua mereka kurang
dalam latar belakang ini peneliti harus melakukan memperhatikannya. Lingkungan kurang
analisis masalah, sehingga permasalahan menjadi mendukung belajar anak, kebanyakan anak
jelas. Melakukan analisis masalah ini, peneliti perlu membantu orang tuanya, bermain sendiri, dan
dapat menunjukan adanya suatu penyimpangan melihat TV pada malam hari, pekerjaan rumah
yang ditunjukkan dengan data dan menuliskan siswa dikerjakan di sekolah sebelum sekolah
mengapa hal ini perlu diteliti. masuk.” Dari kutipan latar belakang tersebut sudah
terilihat analisis asal masalah yang akan diteliti.
Selain itu dalam latar belakang telah
menunjukkan adanya kesenjangan atau
penyimpangan yang ditunjukkan dengan data nilai
yaitu, “Nilai mata pelajaran Matematika siswa
kelas II khususnya pokok bahasan penjumlahan
menyimpan rata-rata kelas 6,5. Siswa kurang
menguasai teknik tersebut, seringkali lupa
menyimpan hasil penjumlahan yang hasilnya lebih
dari sepuluh, ke nilai tempat bilangan besar
berikutnya” dan alasan masalah tersebut perlu
diteliti karena peneliti ingin memperbaiki cara
belajar siswa supaya dapat memperoleh hasil yang
baik, bisa membagi waktu belajar, dan senang
terhadap mata pelajaran matematika yang selama ini
menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian
besar siswa.
3 Rumusan Masalah Menurut S Maisaroh, Danuri (2019: 35), Pada proposal penelitian yang saya analisis
rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang tidak terdapat adanya rumusan masalah. Setelah sub
akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan pokok latar belakang langsyng dilanjutkan sengan
data. Ada tiga karakteristik yang perlu diperhatikan sub pokok tujuan penelitian. Sehingga, dapat
dalam mengidentifikasi masalah. Pertama adalah dikatakan rumusan masalah akan sulit ditemukan
masalah tersebut ‘layak diteliti’. Karakteristik pada proposal penelitian ini karena tidak
kedua adalah sifat dari masalah tersebut, yakni dicantumkan dalam sub pokok tersendiri.
mempunyai nilai teoritis dan praktis. Karakteristik
ketiga adalah realistis.. Rumusan masalah memiliki
berbagai ragam dan bentuk, yaitusebagai berikut:
a. Rumusan Masalah Deskriptif
Rumusan masalah deskriptif adalah suatu
rumusan masalah yang berkenaan dengan
pertanyaan terhadap keberadaan variabel
mandiri, baik hanya pada satu variabel atau
lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam
suatu penelitian ini peneliti tidak membuat
perbandingan variabel itu pada sampel yang
lain, dan mencari hubungan variabel itu dengan
variabel yang lain.
b. Rumusan Masalah Komparatif
Rumusan komparatif adalah rumusan masalah
penelitian yang membandingkan keberadaan
satu variabel atau lebih pada dua atau lebih
sampel yang berbeda, atau pada tingkat waktu
yang berbeda. Contoh: Adakah perbedaan
prestasi belajar antara murid dari negeri dan
swasta? (variabel penelitian adalah prestasi
belajar pda dua sampel yaitu sekolah negeri dan
swasta).
c. Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan
masalah penelitian yang bersifat menanyakan
hubungan anatara dua variabel atau lebih.
Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu: hubungan
smetris, hubungan kausal, dan
interaktif/reciprocal/timbal balik.
4 Tujuan Penelitian Menurut S Maisaroh, Danuri (2019: 9), tujuan Tujuan penelitian pada proposal penelitian ini
penelitian pada suatu penelitian merupakan sesuatu telah menunjukkan adanya sesuatu yang hendak
yang hendak dicapai antara lain: dicapai yaiu meningkatkan ketuntasan hasil belajar
a. Memperoleh informasi baru berupa fakta atau dan pemahaman belajar penjumlahan siswa kelas II
data baru yang belum pernah peneliti temukan SD Negeri Bajomulyo Juwana Pati semester II
sebelumnya. Walaupun mungkin saja suatu data tahun pelajaran 2012/2013.
atau fakta tersebut telah ada dan berada di suatu Dari tujuan penelitian di atas maka akan
tempat dalam waktu yang relatif. diperoleh informasi dan data baru mengenai
b. Mengembangkan dan menjelaskan melalui teori peningkatan nilai siswa kelas II terhadap
yang didukung oleh fakta-fakta yang diteliti. pemahaman penjulmahan penyimpanan.
c. Menerangkan, memprediksi, dan mengontrol
suatu ubahan variabel. Peneliti harus
mengetahui variabel bebas dan variabel
tergantung sehingga mampu mengetahui secara
pasti pengaruh variabel terhadap variabel
lainnya. Selain itu, juga dapat memprediksi apa
yang akan terjadi di antara variabel atau bahkan
mengontrol mereka untuk memperoleh sesuatu
yang bermanfaat.
5 Manfaat Penelitian Menurut S Maisaroh, Danuri (2019: 181), Pada proposal penelitian yang saya analisis
setiap penelitian diharapkan memiliki manfaat. tidak terdapat adanya serta tidak tertulis mengenai
Manfaat tersebut bisa bersifat teoritis dan praktis. manfaat penelitian.sehingga dapat dikatakan masih
Untuk penelitian kualitatif, manfaat penelitian lebih kurang lengkap. Namun manfaat dalam proposall
bersifat teoritis, yaitu untuk pengembangan ilmu, penelitian ini ada, hanya saja tidak dituliskan secara
namun juga tidak menolak manfaat praktisnya tersurat. Manfaatnya yaitu meningkatkan
untuk memecahkan masalah. Bila peneliti kualitatif profesionalisme guru dalam mengajar dengan
dapat menemukan teori, maka akan berguna untuk menggunakan alat peraga kantong nilai tempat
menjelaskan mempredikasikan, dan mengendalikan bilangan agar siswa lebih memahami penjumlahan
suatu gejala. Lehih spesifiknya lagi, dalam PTK menyimpan. Melalui hal tersebut, guru bisa menjadi
terdapat manfaat yaitu untuk mengembangkan lebih peka untuk menggunakan media pembelajaran
kurikulum dan untuk meningkatkan profesionalisme guna meningkatkan pemahaman siswa terhadap
guru. materi.
6 Batasan Penelitian Menurut S Maisaroh, Danuri (2019: 173), Tidak terdapat batasan penelitian dalam
karena adanya keterbatasan, waktu, dana, tenaga, proposal penelitian tindakan kelas yang saya
teoriteori, dan supaya penelitian dapat dilakukan analisis.
secara lebih mendalam, maka tidak semua masalah
yang telah diidentifikasikan akan diteliti. Untuk itu
maka peneliti memberi batasan, dimana akan
dilakukan penelitian, variabel apa saja yang akan
diteliti, serta bagaiman hubungan variabel satu
dengan variabel yang lain. Berdasarkan batasan
masalah ini, maka selanjutnya dapat dirumuskan
masalah penelitian.
7 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan daftar referensi Kajian teori atau daftar pustaka dalam proposal
serta rujukan mengenai teori-teori yang digunakan penelitian ini telah sesuai dengan teori daftar
dalam penelitian. Menurut Bambang dan Rati pustaka telah dituliskan secara urut sesuai abjad.
(2005:127) bahwa kajian pustaka merupakan daftar Selain daftar pustaka sebagian besar sudah
yang berisi buku, makalah, artikel, atau bahan mengandung nama penulis, tahun penerbitan, judu,
lainnya yang dikutip secara langsung maupun tidak kota terbit, dan penerbit. Hanya ada beberapa daftar
langsung. Semua kajian teori dalam sebauh daftar pustaka yang belum lengkap unsurnya yaitu,
pustaka harus disusun urut sesuai abjad. Unsur yang “Depdikbud. 1994. Pedoman Analisis Hasil
ditulis dalam daftar pustaka yaitu nama penulis Evaluasi Belajar. Jakarta” dan “Depdikbud. 1994.
(ditulis dengan urutan nama akhir, nama tengah, Petunjuk Pelaksanaan Penilaian di Sekolah Dasar.
nama awal, dan tanpa gelar), tahun penerbitan, Jakarta” tidak terdapat penerbit.
judul, kota tempat penerbitan, dan nama penerbit.
8 Landasan Teori Landasan teori berisi deskripsi teori yang Landasan teori pada proposal penelitian ini
relevan yang dapat digunakan untuk menjelaskan terdapat 9 sub pokok yaitu teori mengenai
tentang variabel yang akan diteliti, serta sebagai peningkatan, pemahaman, belajar, matematika,
dasar untuk memberikan jawaban sementara penjumlahan, teknik menyimpan, alat peraga,
terhadap rumusan masalah yang diajukan kantong nilai bilangan, dan pembelajaran tematik.
(hipotesis), dan penyusunan instrument penelitian. Menurut saya, sub pokok bahasan teori tersebut
Jumlah teori yang dicantumkan tergantung pada terlalu banyak atau kurang efisien sehingga bisa
variabel yang diteliti.(S Maisaroh dan Danuri, 2019: diganti menjad 3 sub pokok yaitu peningkatan
174). pemahaman, penjumlahan menyimpan, alat peraga,
dan kantong nilai bilangan. Hal tersebut karena
variabel dalam penelitian tersebut menurut saya
tidak sampai 9 variabel. Selain itu, dalam penelitian
ini tidak dicantumkan mengenai keterangan
variabel.
9 Hipotesis Menurut S Maisaroh, Danuri (2019: 65), Dalam proposal penelitian ini tidak
hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap ditemukannya sub bab yang membahas dan
rumusan masalah penelitian, dimana rumusan menjelaskan mengenai hipotesis penelitian yang
masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk akan dilakukan.
kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena
jawaban yang diberikan baru didasarkan fakta pada
teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-
fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan
data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai
jawaban teoritis terhadap rumusan masalah
penelitian, belum jawaban yang empirik dengan
data.
10 Metode Menurut A Subur (2017:91), metode Dalam proposal tersebut hanya tertulis sub
penelitian merupakan proses prinsip-prinsip dan judul metode penelitian saja tanpa adanya
tata cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi keterangan mengenai pengertian ataupun metode
dalam melakukan penelitian.metode penelitai penelitian yang digunakan. Alangkah lebih baik lagi
apabila diberi penjelasan mengenai pengerian
metode penelitian dan metode penelitian yang
diguanakan yaitu eksperimen dengan memberi
perlakuan berupa alat peraga kantong hitung
terhadap pembelajaran penjumalhan matematika di
kelas II.
11 Setting Penelitian Menurut A Hamzah (2013), setting penelitian Setting penelitian dalam proposal ini tempatnya
adalah lingkingan, tempat, atau wilayah yang yaitu di SDN Bajomulyo, Kecamatan Juwana yang
direncanakan oleh peneliti untuk dijadikan sebagai beralamatkan di Jl. Hang Tuah No.6 Juwana
objek penelitian. Kabupaten Pati. Namun, kurang spesifik lagi
seharusnya yaitu di Kelas II SDN Bajomulyo,
Kecammatan Juwana.
Waktu pelaksanaan penelitian yaitu selama 3
bulan terhitung dari bulan Mei sampai dengan Juli.
Waktu dari perencanaan sampai penulisan laporan
hasil penelitian tersebut pada semester I Tahun
pelajaran 2011/2012.
12 Desain Desain penelitian merupakan suatu pedoman Dalam proposal penelitian ini tidak
yang berisi langkah-langkah yang akan dilakukan ditenukannya sebuah desain penelitian. Sehingga
oleh peneliti dalam penelitiannya (Tabrani, 2016:1). dapat diakatakan kurang lengkap. Alangkah lebih
Oleh karena itu, desain penelitian harus dibuat baik lagi jika dicantukan desain penelitian tersebut
secara sistematis dan logis agar dapat dijadikan serta diberi gambaran atau peta konsep mengenai
pedoman yang benar-benar dapat diikuti. Pada desain penelitian.
dasarnya desain penelitian mengandung strategi
intuk memperoleh data yang dipergunakan untuk
menguji hipotesa meliputi penentuan pemilihan
subjek, teknik pengumpulan data, serta prosedur-
prosedur terkait analais data.
13 Data dan Sumber Data Data adalah kumpulan fakta atau angka atau Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
segala sesuatu yang dapat dipercaya kebenarannya data kuantitatif dan data kualitatif. Terbukti pada
sehingga dapat digunakan sebagai dasar penarikan penjelasan, “Jenis data yang didapatkan adalah
kesimpulan. Berdasarkan sumbernya, data dibagi data kuantitatif pemahaman belajar siswa kelas II
menjadi data primer dan data sekunder. yang diambil dengan cara memberikan tes evaluasi
Berdasarkan penampilannya, data dibedakan pada setiap akhir siklus (Kuantitayif)” dan “data
menjadi data kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan kualitatif didapatkan dari aktifitas belajar siswa
skala, data dibedakan menjadi data nominal, dan aktifitas guru dalam kegiatan belajar mengajar
ordinal, interval dan rasio. (Kualitatif)”. Sumber data yang digunakan
termasuk sumber data primer karena diperleh secara
langsung tanpa melalui perantara atau pihak ketiga.
Buktinya yaitu “Dalam penelitian tindakan kelas ini
sumber datanya adalah:
a. Siswa kelas II SD Negeri Bajomulyo Juwana.
b. Guru Kelas II SD Negeri Bajomulyo Juwana.
c. Data dokumen meliputi daftar nilai kelas II,
aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran serta
aktifitas guru dalam kegiatan pembelajaran.”
14 Teknik Pengmumpulan Data Menurut S Maisaroh dan Danuri (2009: 106), Teknik pengumpulan data yang digunakan
teknik pengumpulan data merupakan cara untuk dalam penelitian sesuai dengan proposal yang saya
mendapatkan data Dalam penelitian kualitatif analisis yaitu menggunakan teknik wawancara,
termasuk penelitian tindakan kelas, teknik observasi, dokumentasi, tes, dan catatan lapangan
pengumpulan data yang utama yaitu observasi, Namun ada kekurangan dalam penjelasan
wawancara mendalami dokumentasi, dan gabungan teknik pengumpulan data yaitu, dalam teknik
ketiganya atau trianggulasi. wawancara tidak dijelaskan serta dituliskan dengan
siapa wawancara akan dilakukan. Misalkan saja
wawancara dengan guru kelas II seharusnya
dituliskan supaya jelas tidak hanya dituliskan
pengertian dari wawancara itu sendiri. Sama halnya
dengan teknik dokumentasi kasusnya juga sama
hanya menukiskan pengertian dari dokumentasi itu
sendiri tanpa menuliskan rencana dukumentasi apa
yang akan digunakan misalkan saja seperti data nilai
15 Analisis Data Menurut S Maisaroh, Danuri (2019: 133), Analisis data yang digunakan dalam proposal
analisis data merupakan salah satu langkah yang penelitian ini adalah kualitatif. Buktinya yaitu:
harus dilakukan oleh seorang peneliti untuk Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
mengetahui gambaran atau kesimpulan dari hasil adalah kualitatif yang salah satu modelnya adalah
penelitianya. Dalam analisis data kualitatif langkah- teknik analisis interaktif yang dikembangkan oleh
langkah yang digunakan dalam analisis data adalah Miles Huberman (1984) dalam Kunandar
reduksi data, penyajian data, verivikasi data, (2011:102.
pengujian keabsahan. Dalam analisis data Jika disesuaikan dengan teori mengenai analisis
kuantitatif, teknik analisis data meliputi, statistika data kualitatif maka dalam proposal ini masih
deskriptif dan statistika inferensial. Dalam statistika kurang lengkap karena hanya terdapat penjelasan
inferensial, analisis dibagi menjadi statistika proses redukasi data, penyaian data, dan penarikan
parametrik dan statistika nonparametrik. Dalam kesimpulan. Yang belum tercantum yaitu penjelasan
statistika parametrik metode yang digunakan untuk proses verivikasi data dan pengujian keabsahan.
menganalisis data adalah uji-t, korelasi produck Namun terdapat sub pokok tersendiri mengenai
moment pears, analisis variansi. Sedangkan dalam validitas data, hanya saja tidak menjadi bagian sub
statistika nonparametrik metode yang digunakan bab analisis data dan berdiri sendiri. Dalam validitas
adalah tes mean whitney U, korelasi tata jenjang data hanya menerangkan bahwa untuk menguji
spearman dan tes chi-square. validitas instrument bukan langkah verivikasi data
dalam pengolahan hasil data yang diperoleh.
PENINGKATAN PEMAHAMAN PENJUMLAHAN DENGAN TEKNIK
MENYIMPAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA KANTONG NILAI
TEMPAT BILANGAN DI KELAS II SEMESTER I TAHUN 2012/2013
SD NEGERI BAJOMULYO KECAMATAN JUWANA PATI

Diajukan oleh:

WIWIK ANDAYANI

A 54E090117

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2012
PENINGKATAN PEMAHAMAN PENJUMLAHAN DENGAN TEKNIK
MENYIMPAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGAKANTONG NILAI
TEMPAT BILANGAN DI KELAS II SEMESTER I TAHUN 2012/2013 SD
NEGERI BAJOMULYO JUWANA PATI

Wiwik Andayani. A54E090117. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah


Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2012, 89 halaman.

ABSTRAK
Pemilihan judul ini berdasarkan pengamatan dan pengalaman bahwa kemampuan
siswa kelas II SD Negeri Bajomulyo dalam belajar matematika khususnya materi
penjumlahan dengan teknik menyimpan masih rendah, sehingga hasil yang
dicapai masih relatif rendah. Berdasarkan hal tersebut, selanjutnya muncul
permasalahan bagaimana cara meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami
materi yang diajarkan agar memperoleh hasil yang baik.Tujuan penelitian
tindakan kelas ini secara umum adalah meningkatkan kemampuan siswa dalam
mengikuti pembelajaran matematika yang aktif di kelas yang ditandai dengan
adanya interaksi guru dan siswa serta peran metode tanya jawab bervariasi yang
digunakan, sehingga dapat meningkatkan pemahaman hasil belajar siswa dalam
pembelajaran matematika. Subjek penelitian adalah siswa kelas II SD Negeri
Bajomulyo yang berjumlah 32 siswa. Sumber data dalam penelitian ini adalah
guru dan siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan melalui wawancara,
observasi, dokumentasi, tes, dan catatan lapangan. Teknik uji validitas data
menggunakan bentuk trianggulasi sumber dan trianggulasi waktu.Teknik analisis
menggunakan teknik analisis interaktif yang terdiri dari 3 komponen, yaitu:
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Prosedur penelitian
meliputi tahap: identifikasi masalah, persiapan, penyusunan rencana tindakan,
implementasi tindakan, pengamatan, dan penyusunan rencana. Proses penelitian
ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing – masing siklus terdiri dari empat
tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum
pelaksanaan tindakan diperoleh hasil belajar 59, 38 dan rata-rata pada siklus I
meningkat 75 dan rata-rata pada siklus II meningkat menjadi 87, 5. Berdasarkan
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media alat peraga dapat
meningkatkan pemahaman belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan adanya
peningkatan pemahaman belajar penjumlahan. Adapun peningkatan hasil
pembelajaran dapat dilihat dari perolehan nilai siswa yang meningkat pada tiap
siklusnya. Hal ini membuktikan bahwa dengan penerapan alat peraga kantong
nilai tempat bilangan dapat meningkatkan pemahaman belajar siswa dalam
penjumlahan dengan teknik satu kali menyimpan.

Kata Kunci : Pemahaman penjumlahan, menggunakan alat peraga kantong


nilai tempat bilangan.
PENINGKATAN PEMAHAMAN PENJUMLAHAN DENGAN TEKNIK
MENYIMPAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA KANTONG NILAI
TEMPAT BILANGAN DI KELAS II SEMESTER I TAHUN 2012/2013
SD NEGERI BAJOMULYO JUWANA PATI

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memperluas usaha
dan membutuhkan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang
atau suatu bangsa demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya
dengan bangsa Indonesia menaruh harapan besar terhadap pendidik, dalam
perkembangan masa depan bangsa ini, karena dari sanalah tunas muda
harapan bangsa sebagi generasi penerus dibentuk.
Meski diakui bahwa pendidik adalah investasi besar jangka panjang
yang harus ditata, disiapkan dan diberikan sarana maupun prasarananya.
Dalam arti modal material yang cukup besar, tetapi sampai saat ini Indonesia
masih terus berkutat pada problematika klasik dalam hal ini yaitu kualitas
pendidikan. Permasalahan itu setelah dicoba untuk dicari permasalahannya
adalah bagaikan sebuah mata rantai yang melingkar dan tidak tahu darimana
mesti harus diawali.
Di dalam ilmu matematika termuat banyak konsep, logika yang
memerlukan banyak pemecahan masalah. Matematika sangat berperan aktif
dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia agar
berkemampuan secara logis ,analisis, sistematis ,kritis, dan kreatif. Untuk
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan
keterampilan memahami masalah, membuat model matematika,
menyelesaikan masalah, dan menafsirkan masalah. Karena itu diperlukan
pemahaman agar siswa mengerti dan mengetahui apa yang sedang dipelajari
sehingga siswa dapat menerjemahkan, menginterprestasikan dan
mengektrapolasikan persoalan tersebut ke dunia sebenarnya.
Siswa dapat dikatakan memahami masalah apabila ia dapat
menerjemahkan persoalan, menafsirkan dan menghubungkan permasalahan
yang ada kemudian siswa dapat mencari penyelesaian kasus yang
dihadapinya. Bertambah pengetahuannya, bisa memahami isi pelajaran,
mampu menggunakan dan menerapkan ke situasi yang kongkrit, bisa
menganalisis dan mengevaluasinya.
Siswa kelas II SDN Bajomulyo Kecamatan Juwana berjumlah 40
siswa. Kebanyakan para siswa adalah anak dari nelayan dan buruh sehingga
orang tua mereka kurang memperhatikannya. Lingkungan kurang mendukung
belajar anak, kebanyakan anak membantu orang tuanya, bermain sendiri, dan
melihat TV pada malam hari, pekerjaan rumah siswa dikerjakan di sekolah
sebelum sekolah masuk. Maka peneliti ingin memperbaiki cara belajar siswa
supaya dapat memperoleh hasil yang baik, bisa membagi waktu belajar, dan
senang terhadap mata pelajaran matematika yang selama ini menjadi momok
yang menakutkan bagi sebagian besar siswa.
Nilai mata pelajaran matematika siswa kelas II khususnya pokok
bahasan penjumlahan menyimpan rata-rata kelas 6,5. Siswa kurang menguasai
teknik tersebut, seringkali lupa menyimpan hasil penjumlahan yang hasilnya
lebih dari sepuluh, ke nilai tempat bilangan besar berikutnya.
Dalam proses mengajar, strategi yang dipakai dikerahkan sepenuhnya
oleh guru sesuai dengan kemampuan dan pengalamannya. Peneliti dalam
penyampaian pokok bahasan penjumlahan sampai 500 menggunakan alat
peraga yang dibuat sendiri, kantong nilai tempat bilangan. Alat ini sangat
sederhana, mudah dibuat dan penggunaanya praktis. Alat peraga mempunyai
peranan dan fungsi yang sangat penting sebagai alat bantu. Untuk
memperjelas suatu konsep ataupun pengertian dalam penjumlahan dengan
teknik menyimpan. Karena hal tersebutlah maka perlu sekali inovasi dan
kreativitas guru.
Berdasarkan hal-hal tersebut agar siswa lebih memahami materi
penjumlahan dengan teknik menyimpan maka guru perlu berkreativitas dan
berinovasi dengan membuat alat peraga. Berdasarkan uraian tersebut di atas,
maka penelitian ini diberi judul “Peningkatan Pemahaman Penjumlahan
Menggunakan Teknik Menyimpan Dengan Alat Peraga Kantong Nilai Tempat
Bilangan di Kelas II Semester I Tahun 2012/2013 SD Negeri Bajomulyo
Juwana Pati”.

2. Tujuan Penelitian
a. Tujuan secara umum penelitian ini adalah: untuk meningkatkan ketuntasan
hasil belajar siswa kelas II SD Negeri Bajomulyo Juwana Pati semester II
tahun pelajaran 2012/2013.
b. Tujuan secara khusus penelitian ini adalah: untuk meningkatkan
pemahaman belajar penjumlahan siswa kelas II SD Negeri Bajomulyo
Juwana Pati semester II tahun pelajaran 2012/2013.

B. LANDASAN TEORI
1. Peningkatan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Depdikbud (1990:538)
meningkatnya, naiknya (derajat, taraf, dan sebagainya
2. Pemahaman
Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya (1) pengertian,
pengetahuan yang banyak, (2) pendapat, pikiran, (3) aliran, pandangan. Dan
apabila mendapat imbuhan Pe-an menjadi pemahaman artinya proses,
perbuatan dan cara memahami atau memahamkan (mempelajari baik-baik
supaya paham). Sehingga dapat diartikan bahwa pemahaman adalah suatu
proses, cara memahami dan mempelajari baik-baik supaya paham dan
pengetahuan banyak. Depdikbud (1994:74).
Definisi Pemahaman belajar menurut W.J.S Poerwodarminto,
pemahaman berasal dari kata paham yang artinya mengerti benar tentang
suatu hal. Sedangkan pemahaman siswa adalah proses, perbuatan, cara
memahami sesuatu. Dan belajar adalah upaya memperoleh pemahaman,
hakekat belajar itu sendiri adalah usaha mencari dan menemukan makna atau
pengertian. Berkaitan dengan hal tersebut J. Murshell mengatakan: ”isi
pelajaran yang bermakna bagi anak dapat dicapai bila pengajaran
mengutamakan pemahaman wawasan bukan hafalan dan latihan”.
c. Pengertian Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) menyebutkan “belajar
adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu tertentu dengan
bergantung pada kekuatan harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh
suatu hasil tertentu dan ada daya tarik hasil itu bagi orang yang bersangkutan”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di
dalam kepribadian dan tingkah laku manusia dalam bentuk kebiasaan,
penguasaan pengetahuan atau keterampilan, dan sikap berdasarkan latihan
dan pengalaman dalam mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati
lingkungan untuk mengumpulkan pengetahuan-pengetahuan melalui
pemahaman, penguasaan, ingatan, dan pengungkapan kembali di waktu yang
akan datang. Belajar berlangsung terus-menerus dan tidak boleh dipaksakan
tetapi dibiarkan bebas dalam mengambil keputusan dan bertanggung jawab
atas keputusan yang diambilnya.
Tujuan belajar sebenarnya sangat banyak dan bervariasi. Tujuan
belajar yang sangat eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan
instruksional, lazim dinamakan instructional effects, yang biasa berbentuk
pengetahuan dan keterampilan. Sementara, tujuan belajar sebagai hasil yang
menyertai tujuan belajar instruksional lazim disebut nurturant effects.
Bentuknya berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan
demokratis, menerima orang lain dan sebagainya. Tujuan ini merupakan
konsekuensi logis dari peserta didik “menghidupi” suatu lingkungan tertentu.
merupakan konsekuensi logis dari peserta didik “menghidupi” suatu
lingkungan tertentu.
d. Matematika
Ruseffendi (1994:247) dalam kamus matematika mengatakan bahwa
“Matematika adalah ilmu tentang logika mengenal bentuk, susunan, besaran,
dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah
yang banyaknya terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan
geometri.
Ada beberapa pendapat tentang belajar matematika diantaranya
dijelaskan oleh Gagne : Bahwa belajar matematika ada dua obyek yang dapat
diperoleh siswa, yaitu obyek langsung dan obyek tak langsung. Obyek yang
langsung berup fakta, keterampilan, konsep dan aturan, sedangkan obyek tak
langsung antara lain kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah,
belajar mandiri, bersikap positif terhadap matematika.
Lebih lanjut belajar matematika diartikan sebagai berikut : matematika
yang beracuan dengan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol itu tersusun
secara hirarkis an penalaran deduktif, sehingga belajar matematika itu
merupakan kegiatan mental yang tinggi, harus bertahap dan berurutan serta
mendasarkan kepada pengalaman belajar yang lalu.
e. Pokok Bahasan Penjumlahan
Kata pokok mempunyai arti arah, dasar yang menjadi, sedangkan
bahasan berarti membicarakan yang dibahas (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Depdikbud 1990:66).
Secara keseluruhan pokok bahasan penjumlahan dapat diartikan dasar
yang dibicarakan adalah cara menjumlahkan.
f. Dengan Teknik Menyimpan
Dengan mempunyai arti memakai atau menggunakan (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Depdikbud 1990:196). Teknik mempunyai arti cara
membuat sesuatu (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdikbud 1990:915).
Dan menyimpan mempunyai arti menaruh di tempat yang aman supaya jangan
rusak atau hilang. Jadi dengan teknik menyimpan dapat diartikan
menggunakan cara menaruh di suatu tempat.
g. Alat Peraga
Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat
bantu untuk menciptakan proses belajar-mengajar yang efektif (Dasar Dasar
Proses Belajar Mengajar, Nana Sudjana:99). Setiap proses belajar dan
mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan,
metode, dan alat, serta evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan unsur yang
tidak dapat dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau
teknik untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai pada tujuan. Dalam
Pencapaian tujuan tersebut, peranan alat peraga memegang peranan yang
penting sebab dengan adanya alat peraga ini pelajaran dapat dengan mudah
dipahami oleh siswa. Alat peraga sering disebut audio visual, dari pengertian
alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga. Alat tersebut berguna agar
bahan pelajaran yang disampaikan guru lebih mudah dipahami siswa. Dalam
proses belajar-mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu
guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efesien.
h. Kantong Nilai Tempat Bilangan
Kantong mempunyai arti pundi-pundi, saku, tempat (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Depdikbud 1990:387). Nilai artinya harga, angka
kepandaian, rata-rata (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdikbud 1990:615).
Secara Keseluruhan pengertian dari judul skripsi ini adalah usaha
untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas II SD Negeri Bajomulyo Juwana
Pati pada pokok bahasan penjumlahan dengan teknik menyimpan melalui
penggunaan alat peraga kantong nilai tempat bilangan.
i. Pembelajaran Tematik
Pembelajaran Tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema
dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga memberikan pengalaman
yang bermakna bagi peserta didik. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan
pokok yang menjadi pokok pembicaraan, dengan tema diharapkan akan
mendapat keuntungan, diantaranya :
1.) Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu.
2.) Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan
berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dengan tema yang
sama.
3.) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
4.) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan
mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.
C. METODE PENELITIAN
1. Setting Penelitian
a. Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di SDN Bajomulyo
Kecamatan Juwana, penulis mengambil lokasi atau tempat ini dengan
pertimbangan bekerja pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam
mencari data, peluang waktu yang luas dan subyek penelitian yang sangat
sesuai dengan profesi penulis.
1.) Letak Geografis
SD Negeri Bajomulyo terletak di Jl. Hang Tuah No.6 Juwana
Kabupaten Pati. Sekolah ini berada di daerah perkotaan dan berdekatan
dengan Tempat Pelelangan Ikan, karena hal tersebut lalu lintas di
depan sekolah cukup ramai. Dan satu hal yang sangat mengganggu
adalah adanya muatan ikan yang airnya menimbulkan bau tak sedap
yang tercium dari sekolah.
2.) Waktu Penelitian
Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penulis menentukan
menggunakan waktu penelitian selama 3 bulan terhitung mulai bulan
Mei sampai dengan bulan Juli. Waktu dari perencanaan sampai
penulisan laporan hasil penelitian tersebut pada semester I Tahun
pelajaran 2011/2012.
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas II SD Negeri
Bajomulyo Juwana Pati tahun pelajaran 2012/2013 jumlah siswa 32
orang. Dengan jumlah siswa laki-laki 21 dan siswa perempuan 11 siswa.
Dan subjek pelaku tindakan yaitu guru peneliti.
3. Data dan Sumber Data
a. Jenis data
1. Data kuantitatif
Jenis data yang didapatkan adalah data kuantitatif pemahaman
belajar siswa kelas II yang diambil dengan cara memberikan tes
evaluasi pada setiap akhir siklus.
2. Data kualitatif
Data kualitatif didapatkan dari aktifitas belajar siswa dan aktifitas
guru dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Sumber Data
Dalam penelitian tindakan kelas ini sumber datanya adalah:
1.) Siswa kelas II SD Negeri Bajomulyo Juwana.
2.) Guru Kelas II SD Negeri Bajomulyo Juwana.
3.) Data dokumen meliputi daftar nilai kelas II, aktifitas siswa dalam
kegiatan pembelajaran serta aktifitas guru dalam kegiatan
pembelajaran.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam PTK seperti pada umumnya suatu penelitian
adalah dengan menggunakan instrumen. Instrumen memegang peranan yang
sangat strategis dan penting dalam menentukan kualitas suatu penelitian, karena
validitas data yang diperoleh akan sangat menentukan mutu instrumen yang
digunakan. Pengambillan data dilakukan dengan wawancara, observasi,
dokumentasi, tes, dan catatan lapangan.
a. Wawancara
Kunandar (2011: 157) menyatakan bahwa wawancara merupakan
pertanyaan – pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang- orang
yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan dalam
permasalahan penelitian tindakan kelas.
b. Observasi
Observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung kondisi dan
peristiwa yang terjadi saat penelitian. Pengamatan dilakukan saat peneliti
melakukan kegiatan pembelajaran yang dibantu oleh guru kelas III sebagai
observer. Dan peneliti sendiri mengamati perilaku siswa di dalam dan di
luar kelas.
c. Dokumentasi
Dokumentasi bertujuan untuk memperoleh atau mengetahui sesuatu
dengan buku-buku, arsip yang berhubungan
4. Validitas Data
Agar Instrumen yang dibuat oleh peneliti dapat dikatakan valid maka
dilakukan validitas. Validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan diuji dan
diperiksa dulu validitasnya, sehingga data tersebut dapat dipertanggung
jawabkan. Untuk menjamin validitas ini maka semua pertanyaan disusun
berdasarkan kajian-kajian teori yang berkaitan dengan permasalahan.
Peneliti menggunakan 2 jenis trianggulasi yaitu trianggulasi sumber dan
trianggulasi waktu. Trianggulasi sumber merupakan teknik pengumpulan data
yang sejenis dari berbagai sumber data yang berbeda. Maksudnya data tersebut
dilakukan ricek kebenarannya dari sumber lain yang dianggap paham dengan
data. Trianggulasi waktu artinya data tersebut dicek pada respondent pertama
pada waktu yang berbeda (Rubino R. & Saring M. : 2008:60).
5. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yang
salah satu modelnya adalah teknik analisis interaktif yang dikembangkan oleh
Miles Huberman (1984) dalam Kunandar (2011:102). Analisis interaktif terdiri
dari 3 komponen yaitu reduksi data, beberan (display) data, dan penarikan
kesimpulan.
a. Reduksi Data
Reduksi data adalah langkah pertama dalam proses analisis yang
merupakan proses seleksi, menentukan fokus, menyederhanakan,
meringkas, dan mengubah bentuk data mentah yang ada dalam catatan
lapangan. Pada tahap ini peneliti menyeleksi dan merangkum data yang
diperoleh berdasarkan fokus kategori maupun pokok permasalahan
tertentu yang telah ditetapkan dan dirumuskan. Selain itu data juga disusun
sesuai dengan kebutuhan sehingga setelah dilakukan reduksi data, semua
data yang relevan sudah tersusun dan terorganisir sesuai dengan kebutuhan
untuk tahap selanjutnya.
b. Penyajian Data
Pada langkah ini peneliti berusaha menyusun data yang relevan
sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna
tertentu. Dengan cara menampilkan data dan membuat hubungan antara
variabel peneliti dengan apa yang terjadi dan apa yang perlu
ditindaklanjuti untuk mencapai tujuan penelitian.
c. Penarikan Kesimpulan
Dari hasil reduksi dan penyajian data, peneliti dapat memahami
secara mendalam hasil data yang diperoleh dan berdasarkan dari data
itulah peneliti akan mengambil kesimpulan penelitian dengan menjawab
permasalahan – permasalahan yang diajukan dengan data dan bukti – bukti
empiris yang telah terkumpul.
Setelah dibuat kesimpulan, data perlu untuk diverifikasikan agar
hasil penelitian menjadi mantap dan benar - benar dapat dipertanggung
jawabkan. Verifikasi sendiri merupakan aktivitas pengulangan dalam
rangka pemantapan dan penelusuran data kembali secara tepat.

C. HASIL PENELITIAN
Pada siklus I disampaikan materi penjumlahan dengan satu kali teknik
menyimpan bilangan tiga angka dan dua angka, dua bilangan tiga angka dan
tiga bilangan dengan cara bersusun pendek. Pada saat pembelajaran
berlangsung siswa mengalami kesulitan dalam menghitung hasil simpanan,
sering lupa tidak diikutsertakan dalam penjumlahan angka berikutnya,
sehingga hasilnyapun salah. Sebagai tindakan perbaikan, guru menjelaskan
materi dengan menggunakan alat bantu kantong nilai tempat bilangan,
sehingga selama proses penyampaian materi berlangsung siswa dapat
menggunakan alat bantu sebagai alat untuk menyimpan hasil penjumlahan
lebih dari sepuluh. Dalam kegiatan pembelajaran berlangsung siswa dapat
melihat langsung bagaimana cara dan teknik menyimpan dan cara
penghitungan yang betul. Di sini siswa lebih mudah memahami materi yang
disampaikan.
Ternyata hal ini sesuai dengan pendapat Gagne yang menyatakan
bahwa bahan belajar matematika ada 2 obyek yakni obyek langsung dan
obyek tidak langsung. Oleh sebab itu untuk membantu siswa dalam
memahami pembelajaran matematika, guru hendaknya memilih media yang
sesuai dengan materi (Gagne dalam Erman Suherman, 2000:35-36).
Hasil tes siklus I diperoleh 8 siswa yang nilainya rendah. Ini
menunjukkan prestasi ketuntasan belajar baru mencapai 45%. Dari hasil
pengamatan terhadap lembar jawaban siswa yang nilainya rendah ternyata
disebabkan karena tidak dapat menghitung jumlah, kurang memahami cara
teknik menyimpan dan sebagian besar kurang teliti dalam menghitung hasil
akhir. Di samping itu juga karena pengaruh kurangnya perhatian dari orang
tua dalam hal belajar.
Pelaksanaan perbaikan pada siklus II disampaikan materi penjumlahan
dengan dua kali teknik menyimpan bilangan tiga angka dan dua angka, dua
bilangan tiga angka dan empat bilangan tida angka dengan cara bersusun
panjang dan pendek. Karena telah diketahui kesulitan yang dialami siswa pada
siklus I maka pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini dititikberatkan pada
cara menjumlah dengan dua kali teknik menyimpan (diperjelas dengan
menggunakan alat peraga kantong nilai tempat bilangan) dan cara
menghitung dengan benar. Dengan demikian siswa akan lebih mudah
memahami materi yang disampaikan karena langsung menghadapi benda
konkrit (alat peraga) yang dapat dimanipulasi sendiri.
Dalam pelaksanaan siklus II, masih ada 4 siswa yang memperoleh nilai
kurang dari 65, sedangkan 28 siswa mendapat nilai lebih dari 65. Rata-rata
nilai yang diperolah dalam tes siklus II adalah 70,5 sedangkan prestasi
ketuntasan belajar mencapai 60%, sehingga indikator keberhasilan ada
peningkatan. Pada saat pembelajaran berlangsung tidak mengalami kesulitan
dimana sebelum materi disampaikan siswa diberi tugas rumah dan apersepsi
materi sebelumnya, siswa mulai memahami materi penjumlahan dengan
teknik menyimpan dengan benar. Rata-rata nilai yang diperoleh dalam tes
siklus II adalah 70,5, sedangkan persentase ketuntasan belajar mencapai 60%
sehingga indikator keberhasilan telah tercapai sesuai ketuntasan. Oleh karena
itu hipotesis tindakan penelitian ini dapat diterima.

D. KESIMPULAN
Berdasarkan keseluruhan siklus yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahawa: “ Penggunaan alat peraga kantong nilai tempat bilangan
dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas II SD Negeri Bajomulyo
Kecamatan Juwana Pati tahun pelajaran 2012/2013, dalam pokok bahasan
penjumlahan dengan teknik satu kali menyimpan.
Peningkatan pemahaman penjumlahan siswa yang ditunjukkan dengan
adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas memenuhi KKM > 65 adalah
sebagai berikut:
1. Pada siklus I, siswa yang memenuhi KKM adalah 24 siswa dari 32 siswa
(75%).
2. Pada siklus II, siswa yang memenuhi KKM adalah 28 siswa dari 32 siswa
(87,5%).
E. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan
dalam usaha meningkatakan pemahaman siswa di kelas melalui media peraga,
maka dapat disampaikan saran – saran sebagai berikut:
1. Bagi rekan sejawat yang mempunyai permasalahan sama seperti penulis
hendaknya menggali teknik menyimpan dengan menggunakan
penjumlahan yang disampaikan dengan alat peraga.
2. Hendaknya guru mengadakan penilaian secara terus menerus baik
penilaian hasil tes maupun tugas rumah.
3. Dalam melaksanakan pembelajaran hendaknya menggunakan alat peraga
yang mudah dan sederhana agar materi pelajaran dapat dipahami oleh
siswa.
4. Usahakanlah media alat peraga tidak hanya digunakan oleh guru, tetapi
siswa juga ikut aktif menggunakannya.
5. Dalam melaksanakan pembelajaran hendaknya guru harus selalu
mengamati siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
6. Bagi peneliti berikutnya yang tertarik pada masalah serupa hendaknya
mengembangkan penelitian ini dan melakukan perbandingan dengan
penggunaan media belajar yang lebih kreatif. Sehingga suasana belajar
lebih menyenangkan dan aktif.
DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. 1990. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.


Depdikbud. 1994. Pedoman Analisis Hasil Evaluasi Belajar. Jakarta.
Depdikbud. 1994. Petunjuk Pelaksanaan Penilaian di Sekolah Dasar. Jakarta.
Depdikbud. 1995/1994. Kurikulum Pendidikan Dasar dan Garis-Garis Besar
Program Pengajaran Kelas II. Jakarta : Depdikbud.
Depdikbud. 1999/2000. Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Belajar Kelas II Sekolah
Dasar. Jakarta : Depdikbud.
Depdikbud. 2000. Pedoman Pembuatan Alat Peraga/Praktik Sederhana Mata
Pelajaran Matematika Umum SD. Bandung : CV. Tidar.
Dimyati dan Mujiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka
Cipta. lg Sumarno dan Sukahar. 1996. Matematika 2 Mari Berhitung. Jakarta :
Perum Balai Pustaka.
Karami, Djati. 2002. Kamus Matematika. Jakarta. Balai Pustaka.
Khafid. M dan Suyati. 1999. Matematika Penilaian Pada Berhitung. Jakarta :
AirErlangga.
Murtinem. 2006. Upaya Meningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas III SDN
Kertasinduyasa 03 Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes Dalam Pokok
Bahasan Penjumlahan Melalui Alat Peraga Kantong Plastik Transparan.
Universitas Negeri Semarang.
Nana Sudjana. 2008. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar
Baru Algensindo.
Nursidik. 2009. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Teknik
Pemberian Tugas Pekerjaan Rumah Bagi Siswa Kelas VI Sekolah Negeri I
Samudra Kulon. Universitas Terbuka Jakarta.
Rubiyanto, Rubino dan Saring Marsudi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas Ke SD
an dan Karya Ilmiah. Surakarta: PGSD FKIP UMS.
Rubiyanto, Rubino. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Surakarta: PGSD FKIP
UMS.
Ruseffendi. ET.1994. Pendidikan Matematika 3 Materi PokokProgram
Penyetaraan DII PGSD. Jakarta : Depdikbud.

Anda mungkin juga menyukai