Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENINGKATAN MINAT BELAJAR & PEMAHAMAN SISWA KELAS V


TERHADAP PEMBELAJARAN MATEMATIKA SOAL CERITA
MELALUI METODE TALKING STICK
DI SD MUHAMMADIYAH PURWODINIGRATAN 2

Disusun Oleh:
Febriyanti Eka Nur Sholikhah
NPM 17144600239/ Kelas A6-17

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................5
D. Manfaat Penelitian........................................................................................5
E. Batasan Penelitian.........................................................................................6
BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................7
A. Kajian Pustaka...............................................................................................7
B. Hipotesis......................................................................................................12
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................13
A. Setting Penelitian........................................................................................13
B. Desain Penelitian.........................................................................................14
C. Data dan Sumber Data................................................................................15
D. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................16
E. Analisis Data...............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan observasi yang dilakukan di kelas V SD Negeri
Muhammadiyah Purwodiningratan 2, dapat diketahui bahwa permasalahan
yang sering muncul dalam pembelajaran adalah dalam pelajaran Matematika,
kurang lebih 25 dari 30 siswa kelas V (83,3 %) siswa kurang
memperhatikan instruksi guru dalam pembelajaran dan memiliki antusias
yang tergolong rendah dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, dalam mata
pelajaran Matematika, siswa tidak paham dengan tugas yang diberikan guru
sehingga mengabaikan tugas dan ramai sendiri yang menimbulkan suasana
kelas tidak kondusif. Hal lain yaitu siswa kurang antusias dalam mengikuti
pembelajaran yang didominasi dengan mendengarkan dan latihan.

Dari berbagai masalah yang teridentifikasi di atas, masalah yang akan


dikaji melalui PTK adalah dalam mata pelajaran Matematika, kurang lebih
25 dari 30 siswa kelas V (83,3 %) siswa kurang memperhatikan instruksi guru
dalam pembelajaran dan memiliki antusias yang tergolong rendah dalam
mengikuti pembelajaran sehingga berpengaruh pada hasil belajar siswa.
Alasan pemilihan masalah tersebut adalah mengingat bahwa perhatian siswa
terhadan penjelasan guru sangat berpengaruh terhadap tingkat pemahaman
siswa terhadap materi yang diajarkan guru dengan ditunjukkan pada hasil
belajar siswa. Selain itu, cara mengajar guru yang inovatif sangat diperlukan
guna menarik antusias siswa terhadap pembelajaran.

Adanya berbagai masalah tersebut dikarenakan berbagai faktor, baik


itu dari faktor guru, siswa, serta peralatan dan fasilitas. Faktor penyebab dari
guru yaitu guru kurang memberikan motivasi hangat kepada siswa untuk
bertanya dan menjawab dalam kegiatan belajar mengajar, guru hanya
menggunakan metode ceramah yang akan menimbulkan rasa jenuh atau bosan
pada siswa sehingga siswa tidak memperhatikan guru dan asik sendiri dengan

3
teman sebelahnya, guru belum menerapkan inovasi pembelajaran seperti
teknik mengajar yang menyenangkan karena berdasarkan observasi, cara
penyampaian guru terlihat datar, dan guru kurang menyeluruh dalam
memperhatikan kepahaman siswa terhadap pembelajaran. Faktor penyebab
dari siswa sendiri yaitu rendahnya minat dan motivasi belajar siswa dalam
mata pelajaran Matematika, siswa kurang aktif terhadap proses pembelajaran,
kemampuan siswa dalam menyerap materi ajar yang diajarkan sangat rendah,
siswa lebih aktif terhadap kegiatannya sendiri dari pada dengan pembelajaran
sehingga kelas tidak kondusif. Faktor peralatan dan fasilitas yaitu guru hanya
menggunakan bahan ajar berupa buku paket, guru tidak menggunakan alat
atau properti serta media pembelajaran.

Berdasarkan faktor-faktor penyebab masalah yang telah terjadi, yang


paling mendominasi adalah faktor dari guru. Dari berbagai masalah yang
sumbernya berasal dari guru salah satunya yaitu Guru belum menerapkan
inovasi pembelajaran seperti teknik mengajar yang menyenangkan karena
berdasarkan observasi, cara penyampaian guru terlihat datar sehingga minat
siswa untuk memperhatikan penjelasan guru kurang. Maka, solusi
pembelajaran yang menurut saya sesuai untuk mengatasi masalah tersebut
adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe
Talking Stick dengan menggunakan media video menarik. Alasan
menggunakan metode Talking Stick yaitu metode tersebut dirasa
menyenangkan karena melibatkan kegiatan bermain, menyanyi, dan
menumbuhkan rasa greget atau antusias pada siswa.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah
yaitu sebagai berikut:
1. Secara Umum
a. Bagaimanakah cara untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
Matematika pada siswa kelas V SD Muhammadiyah
Purwodiningratan 2?

4
2. Secara Khusus
a. Apakah melalui pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Talking
Stick dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SD
Muhammadiyah Purwodiningratan 2 dalam mata pelajaran
Matematika?
b. Apakah melalui pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Talking
Stick dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola
pembelajaran dalam mata pelajaran Matematika?
c. Apakah melalui pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Talking
Stick dapat meningkatkan hasil belajar dan keterampilan siswa kelas V
SD Muhammadiyah Purwodiningratan 2 dalam mata pelajaran
Matematika?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan yaitu sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan minat belajar dan pemahaman siswa terhadap
pembelajaran Matematika.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pemanfaatan model pembelajaran Talking Stick
dalam upaya meningkatkan minat belajar dan pemahaman siswa kelas
V SD Muhammadiyah Purwodiningratan 2 terhadap pembelajaran
Matematika.
b. Mengetahui peningkatan kemampuan dan minat belajar siswa kelas V
SD Muhammadiyah Purwodiningratan 2 terhadap pembelajaran
Matematika melalui model pembelajaran Talking Stick.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:
1. Manfaat Teoritis
Memperoleh pengetahuan atau ilmu tentang cara meningkatkan minat
belajar dan pemahaman siswa terhadap pembelajaran Matematika.

5
2. Manfaat Praktis
a. Siswa
1.) Membangkitkan minat belajar siswa dalam mengikuti
pembelajaran Matematika;
2.) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi dalam
pembelajaran Matematika;
3.) Meningkatkan prestasi hasil belajar siswa dalam mata pelajaran
Matematika.
b. Guru
1.) Mengidentifikasi kekurangan atau kelemahan guru dalam
pembelajaran;
2.) Memperoleh alternative pemecahan masalah dalam suatu
pembelajaran;
3.) Meningkatkan profesionalisme guru dalam mengajar.
c. Sekolah
1.) Prestasi belajar siswa meningkat sehingga meningkatkan ranking
serta kualitas sekolah;
2.) Memperoleh alternatif model pembelajaran yang sesuai;
3.) Menambah referensi tentang PTK di perpustakaan sekolah.

E. Batasan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebagai upaya
meningkatkan minat belajar dan pemahaman siswa kelas V SD
Muhammadiyah Purwodiningratan 2 terhadap pembelajaran Matematika
melalui model pembelajaran Talking Stick. Untuk mengatasi pembahasan di
luar topik maka pembahasan penelitian ini sebatas; minat belajar,
pemahaman, hakikat matematika, dan model pembelajaran Talking Stick.

6
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka
1. Minat Belajar
Minat belajar terdiri dari dua kata yaitu minat dan belajar, kedua
kata tersebut memiliki arti yang berbeda. Menurut Gie (2004:57) dalam
Sirait (2016: 37) minat mempunyai peranan dalam “Melahirkan perhatian
yang serta merta, memudahkan terciptanya pemusatan perhatian, dan
mencegah gangguan perhatian dari luar”. Kemudian Hilfard dan Slameto
(2010:57) dalam Sirait (2016: 37) menyatakan bahwa, “minat adalah
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan”. kegiatan yang dimaksudkan bisa berupa kegiatan belajar yang
diminati siswa maka akan diperhatikan siswa dengan sungguh-sungguh
dengan disertai rasa senang. Slameto dalam Asmani (2009: 32) dalam
Sirait (2016: 37), “Minat adalah rasa lebih suka dan ketertarikan kepada
sesuatu hal atau aktivitas tertentu tanpa adanya perintah atau disuruh”.
Dengan demikian dapat dilihat bahwa di dalam jiwa seseorang yang ingin
atau sedang memperhatikan terdapat minat terhadap hal tersebut. Erlando
(2016: 3) mengemukakan bahwa minat memiliki hubungan yang erat
dengan kepribadian seseorang, ketiga fungsi jiwa: kognisi, emosi, dan
konasi terdapat dalam minat. Terkadang minat timbul pada diri seseorang
dengan sendirinya, dan terkadang juga perlu diusahakan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa minat adalah ketertarikan jiwa
terhadap sesuatu dengan melibatkan perasaan senang, memperhatikan,
kesungguhan, adanya motif dan tujuan dalam mencapai suatu tujuan.
Sedangkan makna belajar menurut Hilgard dan Bower dalam
Purwanto (2010: 84), belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku
seseorang terhadap suatu keadaan tertentu yang disebabkan karena
pengalamannya berulang-ulang pada keadaan tersebut, dimana tingkah
lagu tidak dapat disimpulkan karena faktor pembawaan, kematangan, atau

7
keadaan-keadaan sesaat seseorang. Sedangkan Gagne dalam Purwanto
(2010: 84) mengemukakan bahwa belajar terjadi apabila suatu keadaan
stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa
sehingga perbuatannya berubah dari waktu ke waktu sebelum mengalami
keadaan sampai sudah mengalami suatu keadaan.
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah perubahan tingkah laku yang dipengaruhi oleh suatu keadaan atau
suatu kegiatan (belajar) dari sebelum kegiatan sampai setelah kegiatan.
sehingga yang dimaksud dengan minat belajar adalah aspek psikologis
dalam jiwa seseorang seperti: ketertarikan, perasaan suka untuk
memperhatikan suatu kegiatan seperti belajar untuk melakukan seatu
perubahan tingkah laku yang labih baik.

2. Pemahaman Materi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kemampuan diartikan
sebagai(bisa dan sanggup) melakukan sesuatu atau dapat melakukan sesuatu.
Pemahaman atau understanding/ comprehension dalam Oxford Dictionary
dalam Arumella dan Sulistiawati (2018: 2) mengartikan bahwa
Understanding is te ability to understand something, yang artinya yaitu
kecakapan seseorang dalam mengartikan sesuatu. Dari kedua hal tersebut
dapat diartikan yaitu sebagai kecakapan seseorang dalam memaknai sesuatu
secara sukses.
Dalam taxonomy Bloom yang direvisi oleh (Anderson & Krathwol,
2001) dalam Arumella dan Sulistiawati (2018: 2) menyatakan bahwa
understand is defined as constructing the meaning from instructional
massages, including oral, written, and graphic communication. Hal tersebut
memiliki maksud bahwa dalam memahami sesuatu itu mencakup bagain
dalam mengkonstruksi pesan-pesan instruksi (pembelajaran), termasuk: oral,
tulisan, dan grafik.
Menurut Bloom (Anderson & Krathwol, 2001) dalam Arumella dan
Sulistiawati (2018: 2), proses kognitif termasuk dalam kategori memahami
diantaranya menafsir, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum,

8
menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan. Dalam penelitian ini
kemampuan pemahaman yang akan diukur adalah kemampuan dalam
menerima materi yang diajarkan yaitu terkait soal cerita matematika.

3. Hakikat Matematika
a. Pengertian Matematika
Matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang
awalnya diambil dari bahasa Yunani yaitu mathematike yang artinya
mempelajari. Kata tersebut memiliki asal kata yaitu mathema yang berarti
pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike
berhubungan juga berhubungan dengan kata lainnya yang artinya belajar
(berpikir). Jadi, berdasarkan dengan asak katanya, maka matematika
berarti ilmu pengetahuan yang didapatkan dengan berpikir (bernalar).
Matematika lebih menekankan pada kegiatan dunia rasio (penalaran),
bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika
terbentuk karena pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses,
dan penalaran (Russeffendi ET, 1980: 148).

b. Matematika Sekolah
Nur Rahmah (2013: 3) mengemukakan bahwa matematika sekolah
adalah matematika yang diajarkan di jenjang sekolah, yaitu Sekolah Dasar
(SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Umum/
Atas. Dapat dikatakan bahwa matematika sekolah merupakan unsur-unsur
dari Matematika yang dipilih untuk dipelajari di sekolah berdasarkan
kepentingan atau berorientasi pada kepentingan kependidikan dan
perkembangan IPTEK.
Hal tersebut menunjukkan bahwa Matematika Sekolah tidak
sepenuhnya sama dengan Matematika sebagai ilmu murni. Hal tersebut
karena memiliki perbedaan dalam penyajian, pola pikir, keterbatasan
semesta, dan tingkat keanstrakan.

9
c. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Matematika
Nur Rahmah (2013: 7) mengemukakan fungsi Matematika Sekolah
yaitu mengembangkan kemampuan berhitung, mengukur, menurunkan
dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari diantaranya melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar
dan trigonometri. Selain itu juga berfungsi mengembangkan kemampuan
mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika
yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik,
atau tabel.
Tujuan pembelajaran menurut Nur Rahmah (2013: 8) yaitu sebagai
berikut:
1.) Tujuan yang bersifat formal
Tujuan yang bersifat formal lebih menenkankan pada menata
penalaran dan membentuk kepribadian.
2.) Tujuan yang bersifat material
Tujuan yang bersifat material lebih menekankan kepada kemampuan
menerapkan matematika dan keterampilan matemtika.
Hal yang perlu diperhatikan yaitu selama ini dalam praktek
pembelajaran di kelas, guru lebih menekankan kepada tujuan yang bersifat
material antara lain tuntutan lingkungan yang sangat dipengaruhi oleh
sistem regional atau rasional. Hal ini mengakibatkan sebagian besar orang
beranggapan bahwa tujuan pendidikan matematika hanya berada di ranah
kongnitif saja secara mayoritas, sedangkan aspek pada tujuan secara
formalitas sedikit terasingkan. Oleh karena itu, peran perencanaan
pembelajaran sangat dibutuhkan dengan memasukkan pembelajaran yang
mendorong nilai-nilai afektif dan pembentukan karakter, tidak hanya fokus
pada penggunaan rumus-rumus saja.

4. Model Pembelajaran Talking Stick


Talking Stick merupakan bahasa Inggris yang artinya tongkat
berbicara. Tongkat berbicara atau talking stick awalnya digunakan oleh

10
penduduk Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau
menyampaikan pendapatnya dalam suatu forum.
Tongkat berbicara telah digunakan berabad-abad oleh suku Indian
sebagai alat menyimak secara adil serta tidak memihak. Tongkat berbicara
sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang memiliki
hak berbicara. Pada saat pemimpin musyawarah atau forum memulai
diskusi, ia harus memgang tongkat berbicara. Tongkat berbicara akan
berpindah tempat dari satu orang ke orang lain ketika orang tersebut ingin
mengemukakan pendapatnya. Apabila semua anggota sudah mendapatkan
giliran berbicara, tongkat tersebut dikembalikan kepada ketua atau
pemimpin forum (Tinjauan Pustaka Talking Stick, Diglib UINSBY.ac.id).
Talking Stick merupakan salah satu alat dalam pembelajaran
dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab
pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Talking
Stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif, karena dalam
proses belajar dilakukan secara berkelompok. Pembelajaran dengan model
Talking Stick adalah pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk
berani mengemukakan pendapat. selain untuk melatih siswa berbicara,
pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan
membuat siswa aktif.
Ngalimun (2013: 174) mengatakan bahwa sintak pembelajaran
dengan menggunakan metode Talking Stick adalah guru menyiapkan
tongkat, sajian materi pokok, siswa membaca materi secara lengkap, guru
mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang
kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat diberikan
kepada siswa lain dan guru memberikan pertanyaan lagi, dan seterusnya
lalu guru membimbing siswa untuk menyimpulkan pembelajaran.
Langkah-langka model pembelajaran Talking Stick menurut
Istarani (2012: 89-90) dalam Rizqi Jamiyah (2016: 3) yaitu sebagai
berikut:
a. Guru menyiapkan sebuah tongkat.

11
b. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yant terdiri dari 4-6
siswa perkelompok.
c. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca dan
mempelajari materi.
d. Setelah selesai membaca materi pelajaran dan mempelajarinya, peserta
didik menutup bukunya.
e. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada peserta didik,
setelah itu guru memberikan pertanyaan dan peserta didik memegang
tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai
sebagain besar peserta didik mendapat bagian untuk menjawab setiap
pertanyaan dari guru.
f. Guru memberikan kesimpulan.
g. Evaluasi
h. Penutup

B. Hipotesis
Penerapan model pembelajaran Talking Stick dalam pembelajaran
Matematika yang berkaitan dengan soal cerita makas siswa dapat:
1. Meningkatkan minat belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran
Matematika;
2. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi dalam pembelajaran
Matematika;
3. Meningkatkan prestasi hasil belajar siswa dalam mata pelajaran
Matematika.

12
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian.
Dalam penilitian ini peneliti mengambil lokasi di kelas IV SD
Muhammadiyah Purwodiningratan 2 Kecamapatn Ngampilan Yogyakarta

2. Waktu Penelitian
Dengan beberapa pertimbangan dan alasan peneliti menentukan
menggunakan waktu penelitian selama 3 bulan yaitu bulan Juli s.d.
September 2020. Waktu dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil
penelitian tersebut pada semester 1 tahun pelajaran 2020/2021. Adapun
jadwal pelaksanaannya sebagai berikut:

N Juli Agustus September


Kegiatan
o 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. a. Persiapan X
b. Perijinan X
c. Observasi Awal X
d. Pembuatan X
Instrumen
e. Uji Coba X
Instrumen
2. Pelaksanaan Siklus
a. Siklus 1 X
b. Siklus 2 X
3 Pelaporan
a. Penyusunan Hasil X
Laporan
b. Pengumpulan X

3. Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Muhammadiyah
Purwodiningratan 2 kecamatan Ngampilan Yogyakarta yang berjumlah 30
siswa dengan perincian 13 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan.

13
B. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan model spiral yang dikemukakan oleh
Kemmis dan Taggart. Pada model ini terdapat empat tahapan yang harus
dilaksanakan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Berikut ini
gambaran dar model spiral dari Kemmis dan Taggart yang diambil dari
Pramita Dewiatmini (2010: 44):

Adapun penjelasan mengenai rancangan penelitian yang akan


dilaksanakan pada setiap siklusnya yaitu sebagai berikut:

1. Perencanaan Tindakan
Kegiatan penelitian pada tahapan ini adalah sebagai berikut:
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
b. Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi mengenai pelaksanaan
pembelajaran matematika dan lembar soal tes akhir siklus 1 dan siklus 2
seta soal yang akan dikerjakan pada setiap akhir pembelajaran mengenai
materi terhadap pelaksanaan pembelajaran kooperatif model Talking
Stick.
c. Menyusun pedoman wawancara untuk guru wali kelas dan siswa.
d. Menyusun lembar kerja peserta didik.

14
2. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahapan ini, pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan
pendekatan kooperatif model Talking Stick. Pelaksanaan pembelajaran
berpedoman pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun.

3. Observasi (Pengamatan)
Observasi dilakukan dengan mengamati aktivitas siswa selama proses
pembelajaran secara langsung. Bagaimana rekasi siswa terhadap
pembelajaran yang disampaikan. Pada saat oservasi berjalan peneliti telah
mempersiapkan lembar observasi untuk mengetahui keterlaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick.

4. Tahap Refleksi
Pada tahap refleksi, peneliti bersama dengan guru wali kelas atau guru
mata pelajaran matematika mengadakan pertemuan guna melakukan evaluasi
terkait proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Refleksi dilakukan di
setiap akhir siklus penelitian. Dalam diskusi tersebut bertujuan agar hasil
tindakan dievaluasi dengan cara melakukan penilaian terhadap proses yang
telah terjadi dengan memeprtimbangkan bersama agar memperoleh
kesimpulan sementara sampai kesimpulan yang sesuai.

C. Data dan Sumber Data

Sumber data yaitu dari guru wali kelas, dokumen arsip, hasil
pengamatan, dan hasil tes. Sedangkan data yang akan digunakan adalah data
nilai ulangan Matematika kelas IV SD Muhammadiyah Purwodiningratan 2.
Data yang diperoleh dalam penelitian yang sebelumnya mengenai
nilai tes peserta didik dari dari siklus ke siklus selanjutnya berdasarkan
penelitian dalam skripsi karya Pramita Dewiatmini tahun 2016, yaitu sebagai
berikut:

15
D. Teknik Pengumpulan Data

Menurut S Maisaroh dan Danuri (2009: 106), teknik pengumpulan


data merupakan cara untuk mendapatkan data. Dalam penelitian kualitatif
termasuk penelitian tindakan kelas, teknik pengumpulan data yang utama
yaitu observasi, wawancara mendalami dokumentasi, dan gabungan ketiganya
atau trianggulasi.
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dan diperoleh oleh peneliti
melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan.
1. Observasi
S Maisaroh dan Danuri (2009: 109) mengemukakan bahwa teknik
pengumpulan data dengan observasi apabila penelitian berkaitan dengan
perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan apabila responden
yang diamati tidak terlalu banyak. Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan
data, observasi dapat dibedakan menjadi berbagai macam yaitu Participant
observation (observasi berperan serta) dan non Participant Observation.
Participant observation merupakan observasi dimana peneliti terlibat
dalam kegiatan orang yang diteliti atau digunakan sebagai sumber data
penelitian. Sedangkan non participant observation adalah peneliti tidak
terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Pengumpulan data dengan
observasi ini tidak mendapatkan data yang mendalam dan tidak sampai pada
tingkat makna. Jadi, dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggnakan

16
teknik participant observation. Catatan lapangan dilakukan sekaligus saat
melakukan observasi.
2. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan
yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui lebih detail
mengenai suatu hal dari responden dan jumlah respondennya sedikit atau
kecil (Maisaroh & Danuri, 2009: 107). Wawancara dapat dilakukan secara
terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka
maupun menggunakan telepon dengan narasumber.
Wawancara terstruktur peneliti dalam wawancara menggunakan
instrument sebagai pedoman untuk wawancara, maka peneliti juga dapat
menggunakan alat bantu seperti tape recorder, kamera, materi, buku catatan
dan lain-lain. Selain itu, peneliti juga telah menyiapkan pertanyaan tertulis
yang alternative jawabannya telah disiapkan. Sedagkan wawancara tidak
terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang disusun secara sistematis sehingga peneliti belum
mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh. Dalam penelitian
tindakan kelas ini peneliti menggunakan teknik wawancara terstruktur.
3. Tes
Tes merupakan alat pengumpul sekaligus teknik dalam
mengumpulkan data dengan menguji kemampuan siswa sebelum diberi
tindakan dan sesudah diberi tindakan. Hal tersebut berguna untuk
membandingkan sejauh mana peningkatan pemahaman siswa dan minat
belajar siswa terhadap materi melalui tindakan yang direncanakan.

E. Analisis Data
Dalam penelitian ini tinkakan kelas ini, analisis data dilakukan sejak
awal sampai akhir pengumpulan data. Data yang diproleh dari arsip nilai
siswa sebelum penelitian dilakukan dibandingkan dengan data nilai siwa
setelah di uji coba sikulus pertama. Hal ini untuk mengungkapkan sejauh

17
mana peningkatan pemahaman siswa terhadap materi dengan mengaitkannya
dengan indikator pembelajaran dank km mata pelajara.
Dalam penelitian ini diperoleh mulai dari observasi berlangsung pada
objek penelitian untuk mengamati dan mengungkapkan sejauh mana
peningkatan minat belajar siswa terhadap pembelajaran matematika.
Analisis yang digunakan adalah teknik deskriptif kualitatif dan
kuantitatif. Perhitungan dalam analisis data akan menghasilkan presentase
pencapaian hasil belajar. Berikut teknik analisis data yang digunakan sejara
lebih rinci:
1. Data Hasil Observasi
Data hasil observasi maupun catatan lapangan digunakan sebagai
bahan pertimbangan untuk mendeskripsikan aktivitas siswa dan guru selama
pembelajaran.
2. Data nilai Tes Siswa
hasil tes siklus I ataupun siklus II menunjukkan sejauh mana tingkat
pemahaman siswa terhadap materi. Indikator yang menunjukkan bahwa
pemahaman materi siswa tersebut mengalami peningkatan dapat diketahui
melalui perbandingan analisis hasil tes pada tiap-tiap siklus. Data yang
terkumpul dianalisis dengan statistik deskriptif untuk memecahkan masalah
pemahaman materi pada pembelajaran menggunakan rumus sebagai berikut:

a
X 1 = ×100 %
b

Keterangan:
X 1 = presentase skor jawaban benar
a = skor jawaban benar
b = skor maksimal yang mungkin dicapai

Presentase hasil skor yang diperoleh sswa kemudian dikualifikasi


untuk menentukan tingkat kemampuan pemahaman materi pada pembelajaran
Matematika. Berikut ini adalah tabel skala atau kualifikasi presentase skor

18
analisis yang dimodifikasi dari Ridwan dan Akdon (2007: 18) dalam Pramita
Dewiatmini (2016: 55) sebagai berikut:

No. Presentase Tingkat Pemahaman


1. 85 % ≤ x1 ≤ 100 % Sangat Tinggi
2. 70% ≤ x1 < 85% Tinggi
3. 55% ≤ x1 < 70% Cukup
4. 40% ≤ x1 < 55% Rendah
5. 0% ≤ x1 < 40% Sangat Rendah

19
DAFTAR PUSTAKA

A Surgandini, Sulistiawati. 2018. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Materi


Berdasarkan Kesulitan Belajar Mahasiswa Papua pada Perkuliahan
Aljabar Linier dan Penumbuhan Karakter Percaya Diri. Tangerang:
Kreano.
Danuri, S Maisaroh. 2019. Metode Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit
Samudra Biru (Anggota IKAPI).
E D Sirait. 2016. Pengaruh Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika.
Jurnal Formatif.
Pramita Dewiatmini. 2010. Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep
Matematika Pada Pokok Bahasan Himpunan Siswa Kelas Vii A Smp
Negeri 14 Yogyakarta Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
R Jamiah, E Surya. 2016. Pengaruh Pembelajaran Talking Stick dengan Metode
Math Magic Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan
Kubus dan Balok di Kelas V SD Negeri 200211 Padang Sidimpuan.
UNIMED Prodi Pendidikan Matematika.

20

Anda mungkin juga menyukai