Anda di halaman 1dari 2

UAS MANAJEMEN PAJAK

NAMA: ABDURRAHMAN
NIM: 7213220016

1. Penyebab wajib pajak berusaha untuk menghindari dan tidak memenuhi kewajiban
pajak
a. kepercayaan atas kepastian Hukum, WP yang tidak percaya dengan kepastian
hukum pemerintah akan berusaha memfaatkan celah atau melakukan kecurangan
untuk mengurangi pajak, dikarenakan WP beranggapan pajak yang dibayar akan di
korupsi sehingga membentuk niat ketidakpatuhan.
b. Persepsi WP terhadap sanksi PPN, sanksi yang berlaku dapat meningkatkan
ketidakpatuhan WP dikarenakan cara pandang WP terhadap sanksi itu sendiri. Sanksi
PPN yang dianggap memberatkan. Contoh WP yang telat melapor SPT PPN masa,
harus dikenakan sanksi.
c. Ekonomi perusahan juga dapat meningkatkan ketidakpatuhan WP dalam
membayar PPN dikarenakan WP memiliki batasan kestabilan ekonomi perusahaan
masing-masing. Omzet yang kecil dapat membuat WP untuk tidak patuh dikarenakan
WP dengan alasan masih memerlukan dana perputaran untuk meningkatkan omzet
kedepannya.
d. Media massa dan politik, termasuk kegiatan luar WP, lingkungan WP dan media
massa. Kurang peduli masyarakat terhadap perpajakan dapat mempengaruhi
lingkungan tempat mereka dan kurangnya informasi tentang PPN akan membuat
masyarakat lebih tidak patuh dalam membayar PPN.
e. Kesadaran PPN, kurangnya kebanggan dalam membayar PPN dapat
meningkatkan ketidakpatuhan WP dalam membayar PPN dikarena WP yang bangga
dengan membayar PPN akan lebih proaktif untuk mencari informasi PPN sehingga
meningkatkan pengetahuan tentang PPN.

2. Dalam memenuhi kewajiban perpajakan, cara yang dilakukan untuk meminimalkan


pembayaran pajak adalah dengan melakukan tax planning yang mana cara untuk tax
planning ini meliputi:
a. Tax saving, merupakan upaya efisiensi beban pajak melalui pemilihan alternatif
pengenaan pajak dengan tarif yang lebih rendah. Misalnya, perusahaan dapat
melakukan perubahan pemberian natura kepada karyawan menjadi tunjangan dalam
bentuk uang.
b. Tax Avoidance, merupakan upaya efisiensi beban pajak dengan menghindari
pengenaan pajak melalui transaksi yang bukan merupakan objek pajak. Misalnya,
perusahaan yang masih mengalami kerugian, perlu mengubah tunjangan karyawan
dalam bentuk uang menjadi pemberian natura karena natura bukan merupakan
objek pajak PPh Pasal 21.
c. Menghindari Pelanggaran atas Peraturan Perpajakan
Dengan menguasai peraturan pajak yang berlaku, perusahaan dapat menghindari
timbulnya sanksi perpajakan berupa:
– Sanksi administrasi: denda, bunga, atau kenaikan;
– Sanksi pidana: pidana atau kurungan.
d. Menunda Pembayaran Kewajiban Pajak
Menunda pembayaran kewajiban pajak tanpa melanggar peraturan yang berlaku dapat
dilakukan melalui penundaan pembayaran PPN. Penundaan ini dilakukan dengan
menunda penerbitan faktur pajak keluaran hingga batas waktu yang diperkenankan,
khususnya untuk penjualan kredit. Dalam hal ini, penjual dapat menerbitkan faktur
pajak pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan barang.
e Mengoptimalkan Kredit Pajak yang Diperkenankan
Wajib Pajak sering kurang memperoleh informasi mengenai pembayaran pajak yang
dapat dikreditkan yang merupakan pajak dibayar dimuka. Misalnya, PPh Pasal 22 atas
impor, PPh Pasal 23 atas penghasilan jasa atau sewa dll.

3. Ada 3 metode pemotongan PPh Pasal 21 yaitu :


A. Metode Gross :
Merupakan metode pemotongan pajak dimana wajib pajak orang pribadi penerima
penghasilan menanggung sendiri jumlah pajak penghasilannya.
B. Metode Nett :
Merupakan metode pemotongan pajak dimana pemberi penghasilan menanggung
pajak.
C. Metode Gross up :
Merupakan metode pemotongan pajak dimana pemberi penghasilan memberikan
tunjangan pajak yang jumlahnya sama besar dengan jumlah pajak yang dipotong
untuk penerima penghasilan.

Salah satu metode di atas digunakan jika metode tersebut dapat meminimalkan
pembayaran pajak.

4. Dalam manajemen pajak aset tetap perusahaan perlu memperhatikan hal-hal


dibawah :
A. Perusahaan perlu memastikan kondisi keuangannyua, apakah dilaporkan laba atau
rugi karena akan pengaruh terhadap jumlah pajak yang dibayar. Sebagai contoh:Jika
Perusahaan dalam kondisi laba, maka perlu dilakukan perhitungan pajak sebelum dan
sesudah dilakukannya revaluasi aset. Dari hasil tersebut maka perusahaan dapat
memperkirakan beban pajak yang perlu dibayar jika melakukan revaluasi, apabila
hasilnya lebih rendah dibanding tidak melakukan revaluasi maka perusahaan dapat
mengambil keputusan untuk melakukan revaluasi.
B. Mengetahui tarif pajak tertinggi jika perusahaan dalam kondisi laba sesuai dengan
PPh Badan. Hal ini diperlukan untuk membandingkan tarif pph final atas revaluasi
asset.
C. Jika perusahaan dalam kondisi rugi, maka perlu diketahui kapan terjadinya.
Misalnya perusahaan mengalami kerugian masih kurang dalam kurun waktu lima
tahun, maka kerugian tersebut dapat di kompensasi dan perpengaruh pada perhitungan
pajak revaluasi asset tetap.

Setelah mengetahui berbagai informasi mengenai revaluasi aset tetap perusahaan,


langkah selanjutnya adalah melakukan persiapan dan menyiapkan biaya.

*Apabila perusahaan melakukan revaluasi maka perusahaan akan mendapatkan


keuntungan yaitu membayar pajak dari dasar pajak yang lebih rendah. Jika
melakukan revaluasi aset tetap ketika perusahaan dalam keadaan rugi maka
perusahaan tidak perlu membayar PPh Final. Sebaliknya, apabila ternyata keadaan
perusahaan laba setelah dilakukan revaluasi aset maka perusahaan hanya perlu
dikenakan PPh Badan Pasal 25.

Anda mungkin juga menyukai