Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN DIABETES TIPE I

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penyakit Tropik

Dosen Pengampu :

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1

Elsa Agustin 2020030050


Feni Febria 20200300

PROGRAM STUDI S1 - ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG

OKTOBER 2022 / 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep Dan Asuhan Keperawatan Anak
Dengan Diabetes Juvenile” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Asri
Kusyani, S.Kep.,Ns. M.Kep pada mata kuliah Keperawatan Anak I. Kami mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Asri Kusyani, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen pengampu pada mata kuliah Keperawatan
Anak I yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang
kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jombang, 26 Oktober 2022

Penulis

Kelompok 1

DAFTAR

2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................................5
1.3 Tujuan.......................................................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI.....................................................................................................................6
2.1.2 Etiologi..................................................................................................................................6
2.1.3 Patofisiologi...........................................................................................................................7
2.1.4 Manifestasi Klinis................................................................................................................10
2.1.5 Komplikasi...........................................................................................................................10
2.1.6 Penatalaksaan Medis............................................................................................................11
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................................12
2.2.1 Pengkajian............................................................................................................................13
2.2.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................................................16
2.2.3 Intervensi Keperawatan.......................................................................................................16
2.2.4 Implementasi Keperawatan.................................................................................................20
2.2.5 Evaluasi................................................................................................................................20
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................................................21
3.2 Saran.......................................................................................................................................................21
PENGKAJIAN DASAR KEPERAWATAN................................................................................................22

3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik
akibat ganguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal,
saraf, dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis pada pemeriksaan dengan
mikroskop elektron. Laporan statistik dari International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan
bahwa sekarang sudah ada sekitar 230 juta penderita diabetes. Angka ini terus bertambah hingga
3 persen atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Diabetes telah menjadi penyebab kematian
terbesar keempat di dunia. Setiap tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan oleh diabetes.
Hampir 80 persen kematian pasien diabetes terjadi di negara berpenghasilan rendah menengah.
Di tengah kondisi itu, perhatian banyak pihak umumnya masih terfokus pada penderita
diabetes dewasa. Padahal, anak dengan diabetes tak kalah memerlukan perhatian dan bantuan.
Diabetes pada anak umumnya disebut tipe 1, yaitu pankreas rusak dan tak lagi mampu
memproduksi insulin dalam jumlah memadai sehingga terjadi defisit absolut insulin. Sebaliknya,
diabetes pada orang dewasa umumnya disebut tipe 2, yaitu terjadi kerusakan sel tubuh meskipun
insulin sebenarnya tersedia memadai sehingga terjadi defisit relatif insulin.
Insiden diabetes melitus tipe 1 sangat bervariasi di tiap negara. Dari data-data epidemiologik
memperlihatkan bahwa puncak usia terjadinya DM pada anak adalah pada usia 5-7 tahun dan
pada saat menjelang remaja. Dari semua penderita diabetes, 5-10 persennya adalah penderita
diabetes tipe 1. Di Indonesia, statistik mengenai diabetes tipe 1 belum ada, diperkirakan hanya
sekitar 2-3 persen dari total keseluruhan. Mungkin ini disebabkan karena sebagian tidak
terdiagnosis atau tidak diketahui sampai si pasien sudah mengalami komplikasi dan meninggal.
Biasanya gejalanya timbul secara mendadak dan bisa berat sampai mengakibatkan koma apabila
tidak segera ditolong dengan suntikan insulin.
World Diabetes Foundation menyarankan untuk mencurigai diabetes jika ada anak dengan
gejala klinis khas, yaitu 3P ( pilifagi, polidipsi dan poliuri ) dan kadar gula darah (GD) tinggi, di
atas 200 mg/dl. GD yang tinggi menyebabkan molekul gula terdapat di dalam air kencing, yang
normalnya tak mengandung gula, sehingga sejak dulu disebut penyakit kencing manis. Keadaan
ideal yang ingin dicapai penderita DM tipe 1 ialah dalam keadaan asimtomatik, aktif, sehat,
seimbang, dan dapat berpartisipasi dalam semua kegiatan sosial yang diinginkannya serta mampu
menghilangkan rasa takut terhadap terjadinya komplikasi.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi diabetes mellitus juvenile?


2. Bagaimana etiologi diabetes mellitus juvenile?
3. Bagaimana patofisiologi diabetes mellitus juvenile?
4. Bagaimana manifestasi klinis pada klien dengan diabetes mellitus juvenile?
5. Apa saja komplikasi diabetes mellitus juvenile?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis pada klien dengan diabetes mellitus juvenile?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada klien dengan diabetes mellitus juvenile?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes mellitus juvenile?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi diabetes mellitus juvenile


2. Untuk mengetahui etiologi diabetes mellitus juvenile
3. Untuk mengetahui patofisiologi diabetes mellitus juvenile
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada anak dengan diabetes mellitus juvenile
5. Untuk mengetahui komplikasi diabetes mellitus juvenile
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada klien diabetes mellitus juvenile
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada klien diabetes mellitus juvenile
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes mellitus juvenile

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Teori

5
2.1.1 Definisi

Salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah Diabetes Mellitus (DM). DM merupakan
penyakit kronis yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah atau hiperglikemia sebagai
akibat dari penurunan sekresi insulin, gangguan aktivitas insulin atau merupakan gabungan dari
keduanya (Fatimah, 2015). DM juga dikenal sebagai silent killer karena banyak penderitanya yang
tidak menyadari atau tidak menandakan gejala awal namun saat diketahui sudah terjadi komplikasi
(Yuliasari, Wahyuningsih, & Sulityarini, 2018). Jadi, DM merupakan salah satu penyakit yang
kronik ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah dalam tubuh yang dapat menimbulkan
komplikasi.

Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes melitus merupakan suatu


kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan
dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata,
ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah.

Diabetes mellitus tipe 1 atau juvenile adalah penyakit kronis sistem endokrin yang mana pada
umumnya dimulai pada masa anak-anak dimana terjadi penurunan produksi insulin sebagai akibat
kerusakan sel-sel β pankreas oleh autoimun tubuh yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia
kemudian bermanifestasi sebagai gejala klasik polidipsia, poliuria dan polifagia.

2.1.2 Etiologi

Diabetes mellitus tipe 1 sebagai penyakit autoimun sampai saat ini belum diketahui penyebab
secara pastinya. Dahulu, penyakit ini disebut sebagai childhood-onset diabetes atau juvenile diabetes
karena terjadi pada anak-anak dan untuk membedakannya dengan diabetes mellitus tipe 2 yang
dikenal sebagai adult-onset diabetes. Namun, perkembangan ilmu pengetahuan terkini menunjukan
bahwa diabetes mellitus tipe 2 juga bisa terjadi pada anakanak, sehingga penggunaan istilah tersebut
diatas sudah tidak relevan lagi. Walaupun penyebab terbentuknya auto-antibodi yang merusak sel-sel
β pankreas masih belum diketahui, namun penelitian menunjukan bahwa adanya faktor-faktor
risiko yang berperan dalam pembentukan auto-antibodi tersebut.

a. Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan
genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte

6
Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan respon
abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. c. Faktor lingkungan :
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.

2.1.3 Patofisiologi

Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena selsel beta
pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produksi
glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat
disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial
(sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam
urin (glukosuria).

Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai
akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliuria) dan rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein
dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera
makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori.

Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin
mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis
(pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun pada penderita
defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan
hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan
produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak.

Badan keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tandatanda dan gejala
seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani
7
akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan
dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan
mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula
darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.

8
9
2.1.4 Manifestasi Klinis

Pada diabetes melitus tipe 1 yang kebanyakan diderita oleh anak-anak (diabetes melitus juvenile)
penderita biasanya datang dengan ketoasidosis karena keterlambatan diagnosis.
Mayoritas penyandang DM tipe 1 menunjukan gambaran klinik seperti :
1. Hiperglikemia (Kadar glukosa darah plasma >200mg/dl )
2. Poliuria
3. Polidipsia
4. Poliphagia
5. Penurunan berat badan, Malaise atau kelemahan
6. Glikosuria (kehilangan glukosa dalam urine)
7. Ketonemia dan ketonuria
Penumpukan asam lemak keton dalam darah dan urine terjadi akibat katabolisme abnormal
lemak sebagai sumber energy. Ini dapat mengakibatkan asidosis dan koma
8. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan
karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga
menyebabkan pembentukan katarak
9. Gejala-gejala lainnya dapat berupa muntah-muntah, nafas berbau aseton, nyeri atau kekakuan
abdomen dan gangguan kesadaran (koma)

2.1.5 Komplikasi

1. Komplikasi metabolik akut yang sering terjadi :

a. Hipoglikemia
Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan glukosa, dengan
tanda-tanda rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing, dan sebagainya. Hipoglikemia yaitu
kadar glukosa darah kurang dari 80 mg/dl. Hipoglikemi sering membuat anak emosional,
mudah marah, lelah, keringat dingin, pingsan, dan kerusakan sel permanen sehingga
mengganggu fungsi organ dan proses tumbuh kembang anak. Hipoglikemik disebabkan oleh
obat anti-diabetes yang diminum dengan dosis terlalu tinggi, atau penderita terlambat makan,
atau bisa juga karena latihan fisik yang berlebihan.
b. Koma Diabetik
Koma diabetik ini timbul karena kadar darah dalam tubuh terlalu tinggi, dan biasanya lebih
dari 600 mg/dl. Gejala koma diabetik yang sering timbul adalah :

10
1) Nafsu makan menurun

2) Minum banyak, kencing banyak

3) Kemudian disusul rasa mual, muntah, napas penderita menjadi cepat dan dalam, serta
berbau aseton

4) Sering disertai panas badan karena biasanya ada infeksi dan penderita koma diabetik harus
segara dibawa ke rumah sakit

2. Komplikasi vaskular jangka panjang (biasanya terjadi setelah tahun ke-5) berupa :

a. Mikroangiopati : retinopati, nefropati, neuropati

b. Makroangiopati : gangren, infark miokardium, dan angina.

2.1.6 Penatalaksaan Medis

Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah
dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada
setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan
gangguan serius pada pola aktivitas pasien.

1. Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
a) Memperbaiki kesehatan umum penderita
b) Mengarahkan pada berat badan normal
c) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
d) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
e) Menarik dan mudah diberikan
2. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM adalah :
a) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2 jam sesudah makan,
berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau
menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan
reseptornya.

b) Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore


c) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
d) Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
11
e) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang
pembentukan glikogen baru
f) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam
lemak menjadi lebih baik.
3. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM,
melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video,
diskusi kelompok, dan sebagainya.
4. Obat
a) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO) b) Insulin

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa


2. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
5. Elektrolit :
a) Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
b) Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya akan
menurun
c) Fosfor : lebih sering menurun
6. Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3
( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
7. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
8. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan fungsi ginjal)
9. Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe 1) atau normal
sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam
penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap
pembentukan antibody . ( autoantibody)
10. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan
glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
11. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.

12
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus dilakukan mulai
dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, riwayat
kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola
kegiatan sehari-hari.

a. Identitas
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat,
tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis. Identitas
ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan
alamat dan lingkungan kotor dapat mempercepat atau memperberat keadaan penyakit infeksi.
b. Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.
Ds yg mungkin timbul :
1) Klien mengeluh sering kesemutan.
2) Klien mengeluh sering buang air kecil saat malam hari
3) Klien mengeluh sering merasa haus
4) Klien mengeluh mengalami rasa lapar yang berlebihan (polifagia)
5) Klien mengeluh merasa lemah

6) Klien mengeluh pandangannya kabur

Do yang mungkin muncul :

1) Klien tampak lemas.


2) Terjadi penurunan berat badan
3) Tonus otot menurun
4) Terjadi atropi otot
5) Kulit dan membrane mukosa tampak kering
6) Tampak adanya luka ganggren
7) Tampak adanya pernapasan yang cepat dan dalam
c. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif atau GCS
dan respon verbal klien.
13
d. Tanda-tanda Vital :
Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan nadi, dan
kondisi patologis. Biasanya pada DM type 1, klien cenderung memiliki TD yang meningkat/
tinggi/ hipertensi.
1) Pulse rate
2) Respiratory rate
3) Suhu
e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penyakit ini biasanya didapatkan :
1) Inspeksi : kulit dan membrane mukosa tampak kering, tampak adanya atropi otot, adanya
luka ganggren, tampak pernapasan cepat dan dalam, tampak adanya retinopati, kekaburan
pandangan.
2) Palpasi : kulit teraba kering, tonus otot menuru.
3) Auskultasi : adanya peningkatan tekanan darah.
f. Pemeriksaan penunjang
1) Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL
2) Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
3) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4) Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l 5) Elektrolit :
a) Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
b) Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya akan
menurun
c) Fosfor : lebih sering menurun
6) Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang mencerminkan
control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup SDM) dan karenanaya
sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan control tidak adekuat versus DKA
yang berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru)
7) Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (asidosis
metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.

8) Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :


hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
9) Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan fungsi ginjal)

14
10) Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis akut
sebagai penyebab dari DKA.
11) Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe 1) atau normal
sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam
penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap
pembentukan antibody .( autoantibody)
12) Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan
glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
13) Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.

14) Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernafasan dan infeksi pada luka.
g. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Keluarga

Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?

2) Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya

Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis
apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan
klien untuk menanggulangi penyakitnya.

Hal – hal yang biasanya didapat dari pengkajian pada klien dengan diabetes mellitus :

1. Aktivitas/ Istirahat

Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.

2. Sirkulasi

Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada
kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah 3. Integritas Ego Stress,
ansietas

4. Eliminasi

Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare

5. Makanan / Cairan
15
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan
diuretik.

6. Neurosensori

Pusing, sakit kepala, kesemutan,kebas ,kelemahan pada otot, parestesia,gangguan


penglihatan.

7. Nyeri / Kenyamanan

Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)

8. Pernapasan

Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak) 9.

Keamanan

Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan DM Juvenile meliputi :

1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan disfungsi pankreas dalam darah
dibuktikan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan dalam mengabsorbsi makanan karena
faktor biologi (defisiensi insulin) dibuktikan dengan lemas, berat badan menurun
walaupun intake makanan adekuat, mual dan muntah
3. Risiko hipovolemia dibuktikan dengan gangguan absorbsi cairan, poliuria, dan evaporasi
4. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hipoksia perifer dibuktikan dengan
sianosis, akral dingin, CRT > 3 detik
5. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan neuropati perifer dibuktikan
dengan kerusakan jaringan kulit
2.2.3 Intervensi Keperawatan

1. MANAJEMEN HIPERGLIKEMIA (I.03115)


a) Observasi
a. Identifkasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
b. Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat (mis. penyakit kambuhan)
c. Monitor kadar glukosa darah, jika perlu

16
d. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis. poliuri, polidipsia, polivagia, kelemahan,
malaise, pandangan kabur, sakit kepala)
e. Monitor intake dan output cairan
f. Monitor keton urine, kadar analisa gas darah, elektrolit, tekanan darah ortostatik dan frekuensi
nadi c
b) Terapeutik
a. Berikan asupan cairan oral
b. Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau
memburuk
c. Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik
c) Edukasi
a. Anjurkan olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/Dl
b. Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
c. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
d. Ajarkan indikasi dan pentingnya pengujian keton urine, jika perlu
e. Ajarkan pengelolaan diabetes (mis. penggunaan insulin, obat oral, monitor
asupan cairan, penggantian karbohidrat, dan bantuan professional kesehatan) d)
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
b. Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
c. Kolaborasipemberian kalium, jika perlu
2. MANAJEMEN NUTRISI (I. 03119)
a) Observasi
a. Identifikasi status nutrisi
b. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
c. Identifikasi makanan yang disukai
d. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
e. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
f. Monitor asupan makanan
g. Monitor berat badan
h. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
b) Terapeutik
a. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
b. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
17
c. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
d. Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
e. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
f. Berikan suplemen makanan, jika perlu
g. Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
c) Edukasi
a. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
b. Ajarkan diet yang diprogramkan
d) Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
3. MANAJEMEN HIPOVOLEMIA (I.03116)
a) Observasi
a. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,turgor kulit menurun,
membrane mukosa kering, volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus dan
lemah)
b. Monitor intake dan output cairan
b) Terapeutik
a. Hitung kebutuhan cairan
b. Berikan posisi modified trendelenburg
c. Berikan asupan cairan oral
c) Edukasi
a. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
b. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
d) Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian cairan IV issotonis (mis. cairan NaCl, RL)
b. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
c. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, plasmanate)
d. Kolaborasi pemberian produk darah

18
4. PERAWATAN SIRKULASI (I.02079)
a) Observasi
a. Periksa sirkulasi perifer(mis. Nadi perifer, edema, pengisian kalpiler, warna, suhu,
angkle brachial index)
b. Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi (mis. Diabetes, perokok, orang tua,
hipertensi dan kadar kolesterol tinggi)
c. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas
b) Terapeutik
a. Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan perfusi
b. Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas pada keterbatasan perfusi
c. Hindari penekanan dan pemasangan torniquet pada area yang cidera
d. Lakukan pencegahan infeksi
e. Lakukan perawatan kaki dan kuku
f. Lakukan hidrasi
c) Edukasi
a. Anjurkan berhenti merokok
b. Anjurkan berolahraga rutin
c. Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar
d. Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan, dan penurun
kolesterol, jika perlu
e. Anjurkan minum obat pengontrol tekakan darah secara teratur
f. Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat beta
g. Ajurkan melahkukan perawatan kulit yang tepat(mis. Melembabkan kulit kering pada
kaki)
h. Anjurkan program rehabilitasi vaskuler
i. Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi( mis. Rendah lemak jenuh,
minyak ikan, omega3)
j. Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan( mis. Rasa sakit yang
tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa)

19
5. PERAWATAN INTEGRITAS KULIT (I.11353)
a) Observasi
a. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan sirkulasi, perubahan
status nutrisi, peneurunan kelembaban, suhu lingkungan ekstrem, penurunan
mobilitas)
b) Terapeutik
a. Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring
b. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
c. Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
d. Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
e. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitive
f. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
c) Edukasi
a. Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotin, serum)
b. Anjurkan minum air yang cukup
c. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
d. Anjurkan meningkat asupan buah dan sayur
e. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrime
f. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada diluar rumah

2.2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang merupakan realisasi


rencana tindakan yang telah ditentukan dalam tahap intervensi dengan maksud agar kebutuhan pasien
terpenuhi secara optimal.

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yaitu proses penilaian
pencapaian tujuan dalam rencana perawatan, tercapai atau tidak serta untuk pengkajian ulang rencana
keperawatan. Evaluasi dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan
petugas kesehatan yang lain. Dalam menentukan tercapainya suatu tujuan asuhan keperawatan pada
bayi dengan post Asfiksia sedang, disesuaikan dengan kriteria evaluasi yang telah ditentukan. Tujuan
asuhan keperawatan dikatakan berhasil bila diagnosa keperawatan didapatkan hasil yang sesuai
dengan kriteria evaluasi.

20
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menurut American Diabetes Associationatau ADA (2010), diabetes melitus merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Diabetes Mellitus (DM) tipe 1 adalah DM akibat insulin
tidak cukup diproduksi oleh sel beta pankreas, sehingga terjadi hiperglikemia (WHO,2017). Tipe 1
ini ditandai dengan berkurangnya sel beta pankreas yang diperantarai oleh imun atau antibodi,
sehinga sepanjang hidup penderita initergantung pada insulin eksogen (ChiangJL, 2014). Gejala DM
tipe 1 pada anak sama dengan gejala pada dewasa, yaitu poliuria dan nokturia, polifagia, polidipsia,
dan penurunan berat badan. Gejala lain yang dapat timbul adalah kesemutan, lemas, luka yang
sukar sembuh, pandangan kabur, dan gangguan perilaku.
Pengkajian yang dilakukan pada anak dengan penyakit diabetes juvenile adalah identitas
klien, riwayat keperawatan, keluhan utama, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat penyakit yang
diderita, riwayat psikososial keluarga, kebutuhan dasar, pemerikasaan fisik.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus ini yaitu resiko ketidakseimbangan kadar
glukosa darah,
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, penulis sangat berharap kepada seluruh pembaca agar
mampu memahami dan mengetahui tentang “Konsep Dasar Dan Asuhan Keperawatan Anak
Dengan Diabetes Melitus Juvenile”. Semoga dengan adanya makalah ini dapat membawa pengaruh
yang baik dan bermanfaat bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
mengharapkan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

21
PENGKAJIAN DASAR KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Tempat Praktik :

NIM : Tgl. Praktik :

Identitas Klien

Nama : An.N

No. RM : 000125...............

Usia : 4 tahun

Tgl. Masuk : 26 - oktober 2022

Jenis kelamin :Laki-Laki

Tgl.Pengkajian : 26 - oktober 2022

Alamat : Ds.Kalidarjo, Sumenep

Sumber informasi : Keluarga klien

No. telepon : 081 xxx xxx xxx

Nama klg. dekat yg

bisa dihubungi : Riani

Agama : Islam

Status : Ibu Klien

Suku : Jawa

Alamat : Ds.Kalidarjo, Sumenep

Pendidikan : Sarjana politeknik

No. telepon : 081 XXX XXX XXX

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Lama berkerja : 15 tahun

22
A. Status kesehatan Saat Ini
Keluhan utama :

1) Klien mengeluh sering kesemutan.


2) Klien mengeluh sering buang air kecil saat malam hari
3) Klien mengeluh sering merasa haus
4) Klien mengeluh mengalami rasa lapar yang berlebihan (polifagia)
5) Klien mengeluh merasa lemah

6) Klien mengeluh pandangannya kabur

Lama keluhan : Keluhan terasa sejak reaksi penyakit muncul

1. Kualitas keluhan : Cukup berat

2. Faktor pencetus : Muncul tiba-tiba

3. Faktor pemberat : sesak

4. Upaya yg. telah dilakukan : Dibawa Ke RS

5. Diagnosa medis :

a. Diabetes Tipe I Tanggal Saat MRS : 26 - oktober 2022

B. Riwayat Kesehatan Saat Ini

1. Klien mengeluh sering kesemutan.


2. Klien mengeluh sering buang air kecil saat malam hari
3. Klien mengeluh sering merasa haus
4. Klien mengeluh mengalami rasa lapar yang berlebihan (polifagia) .
5. Klien mengeluh merasa lemah .

6. Klien mengeluh pandangannya kabur.

C. Riwayat Kesehatan Terdahulu

1. Penyakit yg pernah dialami:


a. Kecelakaan (jenis & waktu) : Tidak Terkaji....................

23
b. Operasi (jenis & waktu) : Tidak Terkaji........................
c. Penyakit:
 Kronis : Tidak Terkaji…………
 Akut : Tidak Terkaji………..
d. Terakhir masuki RS : Tidak Terkaji………
2. Alergi (obat, makanan, plester, dll):
Tipe Reaksi Tindakan

Tidak Terkaji ............................ Tidak Terkaji .........................Tidak Terkaji...............


3. Imunisasi:
( ) BCG (√) Hepatitis

( ) Polio (√) Campak

24
( ) DPT ( ) Tidak Terkaji

4. Kebiasaan:
Jenis Frekuensi Jumlah Lamanya

Merokok - - -

Kopi - - -

Alkohol - - -

5. Obat-obatan yg digunakan:
Jenis Lamanya Dosis
- -

E. Riwayat Keluarga :
Keluarga Mengatakan tidak ada yang pernah
Mengalami penyakit yang sedang di derita pasien

GENOGRAM

F. Riwayat Lingkungan

Jenis Rumah Pekerjaan

25
 Kebersihan Bersih -
 Bahaya kecelakaan Tidak Bahaya -
 Polusi Cukup Berpolusi -
 Ventilasi Bagus -
 Pencahayaan Cukup Terang -
................................... .......................................................... ....................................................

G. Pola Aktifitas-Latihan
Rumah Rumah Sakit

 Makan/minum 0 1
 Mandi 0 2
 Berpakaian/berdandan 0 2
 Toileting 2 2
 Mobilitas di tempat tidur 0 1
 Berpindah 2 2
 Berjalan 0 2
 Naik tangga 0 2

Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = dibantu orang lain, 4 =
tidak mampu

H. Pola Nutrisi Metabolik


Rumah Rumah Sakit

 Jenis diit/makanan Tidak Terkaji ............................. Tidak Terkaji ...............


 Frekuensi/pola Nafsu makan baik baik
 Porsi yg dihabiskan Banyak banyak
 Komposisi menu Tidak Terkaji ......................... .... Tidak Terkaji ...............
 Pantangan Tidak terkaji………………. makanan olahan
 Napsu makan tidak baik tidak baik
 Fluktuasi BB 6 bln. terakhir Tidak Terkaji ............................. Tidak Terkaji ...............
 Jenis minuman susu susu
 Frekuensi/pola minum Cukup........................................ kurang baik
 Gelas yg dihabiskan >6 gelas >4 gelas

26
 Sukar menelan (padat/cair) Tidak Terkaji ............................. Tidak terkaji
 Pemakaian gigi palsu (area) Tidak Terkaji ............................. Tidak Terkaji...............
 Riw. masalah penyembuhan luka Tidak Terkaji ............................. sering...............

27
I. Pola Eliminai

 BAB:
Rumah Rumah sakit

- Frekuensi/pola 2 x Sehari 2 x sehari


- Konsistensi Tidak keras Tidak Keras
- Warna & bau coklat Kecoklatan
- Kesulitan Tidak Ada Tidak Ada
- Upaya mengatasi Tidak Terkaji .................................... Tidak Terkaji ................
 BAK:

- Frekuensi/pola 1x sehari 1x sehari


- Konsistensi Cair Cair
- Warna & bau kuning, berbau kuning, berbau
- Kesulitan Tidak Ada Tidak Ada
- Upaya mengatasi Tidak terkaji Tidak Terkaji

J. Pola Tidur-Istirahat
Rumah Rumah Sakit

 Tidur siang:Lamanya 1 jam 1 jam


- Jam …s/d… 12.00 s.d. 14.00 12.30 s.d. 15.30
- Kenyamanan stlh. tidur Nyaman Nyaman

 Tidur malam: Lamanya 8 jam 8 jam


- Jam …s/d… 22.00 s.d 05.00 22.00 s.d. 05.00
- Kenyamanan stlh. Tidur nyaman Nyaman
- Kebiasaan sblm. tidur Melamun Melamun
- Kesulitan Jam tidur teratur Jam tidak teratur
- Upaya mengatasi Tidur Lebih Awal Tidur Lebih Awal

K. Pola Kebersihan Diri


Rumah Rumah
Sakit

 Mandi:Frekuensi 3x sehari 2x sehari


- Penggunaan sabun Tidak Terkaji ............................Tidak Terkaji ..............
 Keramas: Frekuensi 3x seminggu 1x sehari

28
- Penggunaan shampoo Tidak Terkaji ............................Tidak Terkaji ..............
 Gososok gigi: Frekuensi 3x sehari 2x sehari
- Penggunaan odol Tidak Terkaji ..........................Tidak Terkaji ..............
 Ganti baju:Frekuensi 2x sehari 2 x sehari
 Memotong kuku: Frekuensi 1x seminggu…………………1 x seminggu
 Kesulitan Tidak Terkaji..............................Tidak Terkaji...............
 Upaya yg dilakukan Tidak Terkaji..............................Tidak Terkaji...............

L. Pola Toleransi-Koping Stres


1. Pengambilan keputusan: ( ) sendiri ( ) dibantu orang lain, sebutkan, Tidak Terkaji .........
2. Masalah utama terkait dengan perawatan di RS atau penyakit (biaya, perawatan diri,
dll): Tidak Terkaji...............
3. Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah: Dibantu menenangkan diri oleh istri
4. Harapan setelah menjalani perawatan: Kondisi Kesehatan Membaik
M. Perubahan yang dirasa setelah sakit: sering nyeri
Konsep Diri
1. Gambaran diri: Tidak Terkaji .........................................................................................................
2. Ideal diri: Tidak Terkaji..................................................................................................................
3. Harga diri: Klien mengatakan ingin lebih di perhatikan lagi.
4. Peran: Klien mengatakan perannya sebagai Kepala rumah tangga bagi istri dan anak-anak nya,
dan sebagai kakek oleh cucunya
5. Identitas diri Tidak Terkaji .... Klien mengatakan bahwa ia seorang Laki – laki dan sebagai
kepala rumah tangga…

N. Pola Peran & Hubungan


1. Peran dalam keluarga : Anak
2. Sistem pendukung:suami/istri/anak/tetangga/teman/saudara/tidak ada/lain-lain,
sebutkan: suami, anak, saudara, tetangga, teman

29
3. Kesulitan dalam keluarga: ( ) Hub. dengan orang tua ( ) Hub.dengan
pasangan
( ) Hub. dengan sanak ( ) Hub.dengan anak
saudara

( ) Lain-lain sebutkan, Tidak Terkaji..............................

4. Masalah tentang peran/hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS: Tidak Terkaji.........
5. Upaya yg dilakukan untuk mengatasi: Tidak Terkaji .....................................................................
O. Pola Komunikasi
1. Bicara: (ѵ ) Normal (ѵ )Bahasa utama:...Bahasa Indonesia.....
( ) Tidak jelas ( ) Bahasa daerah: ..........Bahasa
Jawa......

( ) Bicara berputar-putar ( ) Rentang perhatian: ................

( ) Mampu mengerti pembicaraan orang lain( ) Afek:.........................................

2. Tempat tinggal: ( ) Sendiri ( ) Kos/asrama

( ѵ) Bersama orang lain, yaitu: Bersama orang tua

3. Kehidupan keluarga
a. Adat istiadat yg dianut : Tidak Terkaji....................................................................................
b. Pantangan & agama yg dianut : Perbuatan Tercela & Agama Islam
c. Penghasilan keluarga: ( ) < Rp. 250.000 ( ) Rp. 1 juta – 1.5 juta
( ) Rp. 250.000 – 500.000 (ѵ ) Rp. 1.5 juta – 2 juta
( ) Rp. 500.000 – 1 juta ( ) > 2 juta

P. Pola Seksualitas
1. Masalah dalam hubungan seksual selama sakit: (ѵ ) tidak ada ( ) ada
2. Upaya yang dilakukan pasangan:
( ) perhatian ( ) sentuhan ( ) lain-lain, seperti, Tidak Terkaji............................

Q. Pola Nilai & Kepercayaan


1. Apakah Tuhan, agama, kepercayaan penting untuk Anda, Ya/Tidak : Ya
2. Kegiatan agama/kepercayaan yg dilakukan dirumah (jenis & frekuensi): Beribadah
3. Kegiatan agama/kepercayaan tidak dapat dilakukan di RS: Berdoa

30
4. Harapan klien terhadap perawat untuk melaksanakan ibadahnya: Membantu
dalam melaksanakan ibadah
R. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum : Cukup

31
 Kesadaran: Compos Mentis

 Tanda-tanda vital: - Tekanan darah : 120/70 mmHg - Suhu :36,5oC


- Nadi : 80 kali/menit - RR : 20 kali/menit

 Tinggi badan: 160 cm Berat Badan : 65 Kg


 Kepala & Leher

a. Kepala:
Inspeksi : bersih dan tidak berminyak,

Palpasi : tidak ada lesi, tidak ada hematoma

b. Mata:
Inspeksi : Mata kiri dan kanan simetris, konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik, tidak ada oedem,
dan tidak menggunakan alat bantu penglihatan..

Palpasi : Tidak ada terapa pembengkakan.

c. Hidung:
Inspeksi : Tidak ada inflamasi pada hidung, tidak ada secret, nafas cuping
hidung (-).

Palpasi : Tidak ada teraba pembengkakan, tidak ada fraktur pada hidung..

Mulut dan gigi :

Inspeksi :.bibir lembab

Leher:

Inspeksi : tidak ada gangguan menelan, dan tidak ada pembesaran kelenjar leher

Thorak & Dada:

 Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.
 Palpasi : Ictus cordis tidak teraba.
 Perkusi : Saat dilakukan perkusi bunyi jantung redup.
 Auskultasi : Bunyi jantung I : Lup, bunyi jantung II : Dup. Tidak ada bunyi jantung

32
tambahan

 Paru

 Inspeksi : Dada simetris kiri dan kanan, pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri.
 Palpasi : Terdapat nyeri tekan.
 Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru kiri dan kanan.
 bunyinya abnormal
 Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler, whezing (-), ronchi (-)

33
 Payudara & Ketiak
Payudara kanan kiri simetris, ketiak tidak bersih, tidak terdapat luka, tidak
terdapat benjolan, dan tidak ada nyeri tekan.

 Punggung & Tulang : Tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada benjolan.

 Abdomen
I. Inspeksi : Distensi abdomen tidak ada, tidak ada lesi, tidak ada stretch mark.

P.Palpasi : Bising usus normal dengan frekuensi 12 kali / menit..

P.Perkusi : Tidak ada nyeri tekan.

A.aulkutasi : Timpani

 Genetalia & Anus


Inspeksi : Tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan

 Ekstermitas
- Ekstermitas atas :
I : Simetris kiri dan kanan, warna kulit agak gelap, kulit tampak kering, dan terpasang infus
pada tangan sebelah kiri (Ringer Laktat 20 tetes per menit).
P : Tidak ada pembengkakan dan tidak ada fraktur.
- Ekstermitas bawah : -
I : Simetris kiri dan kanan, warna kulit agak gelap, kulit tampak kering, tidak ada oedem.
P : Tidak ada pembengkakan dan tidak ada fraktur

 Sistem Neorologi
Tidak Terkaji

 Kulit & Kuku

 Kulit: Warna kulit agak gelap dan kulit tampak kering.


 Kuku: Kuning kering

34
 Pemeriksaan Penunjang
S. Kultur virus
T. PCR
U. Uji serologi: ELISA
V. Hematologi: leukopenia, limfositopenia, limfositosis relatif, trombositopenia.
W. Kimia darah: BGA dapat normal atau abnormal, peningkatan SGOT/SGPT,
penurunan albumin, peningkatan ureum dan kreatinin.
X. Pemeriksaan Radiologi: infiltrasi di paru.

Y. Persepsi Klien dan Keluarga Klien Terhadap Penyakitnya


Keluarga klien kurang pengetahuan terhadap penyakit yang diderita
sehingga menganggap penyakit yang dideritanya tidak terlalu serius.
Keluarga klien beranggapan dengan hanya istirahat saja penyakitnya
akan sembuh.

Z. Kesimpulan

An.N, 5 tahun beragama islam. Klien diantar keluarga ke IGD dengan Klien
Demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan,lesu, sakit seluruh badan, sakit kepala,
menggigil dan rasa lelah setelah di lakukan pengkajian pasien menderita
Diabetes Tipe I

Perencanaan Pulang

 Tujuan pulang: rumah


 Transportasi pulang: ambulan desa
 Dukungan keluarga: suami, anak, saudara.
 Antisipasi bantuan biaya setelah pulang: BPJS
 Antisipasi masalah perawatan diri setalah pulang:dibantu oleh suami.
 Pengobatan:dilanjutkan pada faskes terdekat
 Rawat jalan ke:puskesmas setempat
 Hal-hal yang perlu diperhatikan di rumah: terapi dilaksanakan secara rutin dan
tepat
 Keterangan lain:Tidak ada

35
ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI DIAGNOSA


KEPERAWATAN

DO: ( D.0027 )
Penyebab: Disfungsi
pankreas dalam darah Ketidakstabilan Glukosa
- Terlihat Lemas Darah
- Terlihat
Mengeluarkan Reaksi autoimun
Keringat Dingin ↓

Tubuh Menyerang
Jaringan sendiri

Sel Beta Pankres


Hancur

DS: Defesien Insulin


- Ibu pasien mengatakan ↓
Pasien mudah marah
- Ibu pasien mengatakan Hiperglikemia
pasien mudah Lapar ↓

Ketidakstabilan Glukosa
darah

36
DATA ETIOLOGI DIAGNOSA
KEPERAWATAN

DO: ( D.0019 )
Penyebab :
Ketidakmampuan dalam Defisit nutrisi
- Klien Tampak mengabsorbsi makanan
Lemas karena faktor biologi
- Berat badan Klien
Menurun (defisiensi insulin)

Reaksi autoimun

Tubuh Menyerang
Jaringan sendiri

Sel Beta Pankres


DS: Hancur
- Ibu klien Mengatakan ↓
Klien sering muntah
Defesien Insulin

Hiperglikemia

Katabolisme Protein
Meningkat

Pembatas Diet

Intake Tidak Edekuat


Penurunan BB

Defisit Nutrisi

37
DATA ETIOLOGI DIAGNOSA
KEPERAWATAN

DO: ( D.0034 )
Penyebab : gangguan
absorbsi cairan, poliuria, Risiko hipovolemia
- dan evaporasi

Glukosa tidak dapat


difiltrasi oleh glomerulus

Urine Banyak
Mengandung glukosa

Poliuria

DS:
- Sel kekurangan cairan

Dehidrasi

Resiko hipovolemia

KRITERIA HASIL DAN INTERVENSI

38
DIAGNOSA
KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWATAN

Ketidakstabilan Glukosa L.12110 MANAJEMEN


Darah ( D.0027 ) HIPERGLIKEMIA
Tingkat Kepatuhan (I.03115)
Setelah dilakukan Observasi
perawatan selama 2x24 a. Identifkasi
jam, pasien diharapakan kemungkinan penyebab
dapat:
hiperglikemia
- Verbalisasi
kemauan mematuhi b. Identifikasi situasi
program perawatan
atau pengobatan yang menyebabkan
Meningkat kebutuhan insulin
- Verbalisasi mengikuti
anjuran meningkat (mis. penyakit
Meningkat kambuhan)
- Perilaku mengikuti
program c. Monitor kadar
perawatan/pengobatan glukosa darah, jika perlu
Meningkat
d. Monitor tanda dan
- Perilaku menjalankan
anjuran gejala hiperglikemia
Meningkat
(mis. poliuri, polidipsia,
polivagia, kelemahan,
malaise, pandangan
kabur, sakit kepala)
e. Monitor intake dan
output cairan
f. Monitor keton urine,
kadar analisa gas darah,
elektrolit, tekanan darah
ortostatik dan frekuensi
nadi

Terapeutik
d. Berikan asupan
cairan oral
e. Konsultasi dengan
medis jika tanda dan

39
gejala hiperglikemia tetap
ada atau memburuk
f. Fasilitasi ambulasi
jika ada hipotensi
ortostatik

Edukasi
f. Anjurkan olahraga
saat kadar glukosa darah
lebih dari 250 mg/Dl
g. Anjurkan monitor
kadar glukosa darah
secara mandiri
h. Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
i. Ajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian
keton urine, jika perlu
j. Ajarkan pengelolaan
diabetes (mis.
penggunaan insulin, obat
oral, monitor asupan
cairan, penggantian
karbohidrat, dan bantuan
professional kesehatan)

Kolaborasi
d. Kolaborasi
pemberian insulin, jika
perlu
e. Kolaborasi
pemberian cairan IV, jika
perlu
f. Kolaborasipemberia
n kalium, jika perlu

40
DIAGNOSA
KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWATAN

Defisit nutrisi ( D.0019 ) L.03030 MANAJEMEN NUTRISI

Status Nutrisi (I. 03119)


Observasi
- Porsi makan yang di
habiskan a. Identifikasi status
Membaik nutrisi
- Berat badan b. Identifikasi alergi dan
Membaik intoleransi makanan
- Indeks Massa Tubuh (IMT) c. Identifikasi makanan
Membaik yang disukai
d. Identifikasi kebutuhan
kalori dan jenis nutrient
e. Identifikasi perlunya
penggunaan selang
nasogastric
f. Monitor asupan
makanan
g. Monitor berat badan
h. Monitor hasil
pemeriksaan laboratorium

Terapeutik
i. Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
j. Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis. Piramida
makanan)
k. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
l. Berikan makan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
m. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
n. Berikan suplemen
makanan, jika perlu

41
o. Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasigastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi

Edukasi
p. Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
q. Ajarkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi
r. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
s. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu

42
DIAGNOSA
KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWATAN

Risiko hypovolemia L.03030 MANAJEMEN HIPOVOLEMIA


(I.03116)
( D.0034 ) Status Nutrisi
Observasi
- Porsi makan yang di a. Periksa tanda dan
habiskan
Membaik gejala hipovolemia (mis.
- Berat badan
frekuensi nadi meningkat,
Membaik
nadi teraba lemah, tekanan
- Indeks Massa Tubuh
(IMT) darah menurun, tekanan nadi
Membaik menyempit,turgor kulit
menurun, membrane mukosa
kering, volume urine
menurun, hematokrit
meningkat, haus dan lemah)
b. Monitor intake dan
output cairan

Terapeutik
c. Hitung kebutuhan
cairan
d. Berikan posisi
modified trendelenburg
e. Berikan asupan cairan
oral

Edukasi
f. Anjurkan
memperbanyak asupan cairan
oral
g. Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak

43
Kolaborasi
h. Kolaborasi pemberian
cairan IV issotonis (mis.
cairan NaCl, RL)
i. Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis (mis.
glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
j. Kolaborasi pemberian
cairan koloid (mis. albumin,
plasmanate)
k. Kolaborasi pemberian
produk darah

44
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

HARI/ DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


TANGGAL KEPERAWATAN
Ketidakstabilan Glukosa - Identifkasi S:
Darah ( D.0027 ) kemungkinan
- Ibu klien
penyebab mengatakan
hiperglikemia pasien sudah
- Identifikasi situasi tidak sering
yang menyebabkan muntah
- Ibu klien
kebutuhan insulin mengatakan
klien sudah
meningkat (mis. dapat
penyakit kambuhan) mengontrol rasa
laparnya.
- Monitor kadar glukosa O :
darah, jika perlu
- Klien sudah
- Monitor tanda dan
tidak lemas dan
gejala hiperglikemia lesu
- Klien sudah
(mis. poliuri, tampak sedikit
polidipsia, polivagia, ceria

kelemahan, malaise, A:
pandangan kabur, - Masalah
sakit kepala) teratasi

- Monitor intake dan P:


output cairan
- Intervensi
- Monitor keton urine,
Berhasil
kadar analisa gas
darah, elektrolit,
tekanan darah
ortostatik dan
frekuensi nadi
- Berikan asupan cairan
oral
- Konsultasi dengan
medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia
tetap ada atau

45
memburuk
- Fasilitasi ambulasi
jika ada hipotensi
ortostatik
- Anjurkan olahraga
saat kadar glukosa
darah lebih dari 250
mg/Dl
- Anjurkan monitor
kadar glukosa darah
secara mandiri
- Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
- Ajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian
keton urine, jika perlu
- Ajarkan pengelolaan
diabetes (mis.
penggunaan insulin,
obat oral, monitor
asupan cairan,
penggantian
karbohidrat, dan
bantuan professional
kesehatan) Kolaborasi
pemberian insulin,
jika perlu
- Kolaborasi pemberian
cairan IV, jika perlu
- Kolaborasipemberian
kalium, jika perlu
-

46
HARI/ DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL KEPERAWATAN
Defisit Nutrisi - Identifikasi status nutrisi S :
Identifikasi alergi dan
- Ibu Klien
intoleransi makanan Mengatakan
- Identifikasi makanan Klien tidak
yang disukai lemas
- Identifikasi kebutuhan - Ibu klien
kalori dan jenis nutrient mengatakan
- Identifikasi perlunya pasien tidak
penggunaan selang muntah lagi
nasogastric O:
- Monitor asupan makanan - Klien sudah
- Monitor berat badan tidak lemas dan
- Monitor hasil lesu
pemeriksaan - Klien sudah
laboratorium tampak sedikit
- Fasilitasi menentukan ceria
pedoman diet (mis.
Piramida makanan) A:
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang - Masalah
sesuai teratasi
- Berikan makan tinggi
serat untuk mencegah P:
konstipasi
- Intervensi
- Berikan makanan tinggi
Berhasil
kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen
makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasigastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
- Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang

47
dibutuhkan, jika perlu
-

HARI/ DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


TANGGAL KEPERAWATAN
Risiko hypovolemia - Periksa tanda dan S:
gejala hipovolemia (mis. - Ibu Klien
Mengatakan
frekuensi nadi meningkat, Klien tidak
nadi teraba lemah, lemas
- Ibu klien
tekanan darah menurun, mengatakan
pasien tidak

48
tekanan nadi muntah lagi
O:
menyempit,turgor kulit
- Klien sudah
menurun, membrane tidak pucat dan
mukosa kering, volume lesu
- Klien sudah
urine menurun, tampak sedikit
mau berbicara
hematokrit meningkat,
haus dan lemah) A:
- Monitor intake dan - Masalah
output cairan teratasi

- Hitung kebutuhan P:
cairan
- Intervensi
- Berikan posisi Berhasil
modified trendelenburg
- Berikan asupan
cairan oral
- Anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
- Anjurkan
menghindari perubahan
posisi mendadak
- Kolaborasi
pemberian cairan IV
issotonis (mis. cairan
NaCl, RL)
- Kolaborasi
pemberian cairan IV
hipotonis (mis. glukosa
2,5%, NaCl 0,4%)
- Kolaborasi
pemberian cairan koloid
(mis. albumin,
plasmanate)
- Kolaborasi pemberian
produk

49
DAFTAR PUSTAKA

Brink SJ, Lee WRW, Pillay K, Kleinebreil (2010).Diabetes in children and


adolescents, basic training manual for healthcare professionals in developing
countries, 1sted. Argentina: ISPAD, h 20-21.

Weinzimer SA, Magge S (2005). Type 1 diabetes mellitus in children. Dalam:


Moshang T Jr. Pediatric endocrinology. Philadelphia: Mosby Inc, h 3-18.

50
Rustama DS, Subardja D, Oentario MC, Yati NP, Satriono, Harjantien N
(2010).Diabetes Melitus. Dalam: Jose RL Batubara Bambang Tridjaja AAP
Aman B. Pulungan, editor. Buku Ajar Endokrinologi Anak, Jakarta: Sagung
Seto 2010, h 124-161.

ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 2009. Pediatric Diabetes 2009: 10.
http://repository.maranatha.edu/3415/3/0910085_Chapter1.pdf (Diakses pada

tanggal 1 Maret 2015)

PPNI.2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Edisi 1 Jakarta: DDP PPNI


PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1 Jakarta: DDP PPNI
PPNI.2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1 Jakarta: DDP PPNI

51

Anda mungkin juga menyukai