Makalah DM Kep Anak
Makalah DM Kep Anak
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep Dan Asuhan Keperawatan Anak
Dengan Diabetes Juvenile” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Asri
Kusyani, S.Kep.,Ns. M.Kep pada mata kuliah Keperawatan Anak I. Kami mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Asri Kusyani, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen pengampu pada mata kuliah Keperawatan
Anak I yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang
kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
Kelompok 1
DAFTAR
2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................................5
1.3 Tujuan.......................................................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI.....................................................................................................................6
2.1.2 Etiologi..................................................................................................................................6
2.1.3 Patofisiologi...........................................................................................................................7
2.1.4 Manifestasi Klinis................................................................................................................10
2.1.5 Komplikasi...........................................................................................................................10
2.1.6 Penatalaksaan Medis............................................................................................................11
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................................12
2.2.1 Pengkajian............................................................................................................................13
2.2.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................................................16
2.2.3 Intervensi Keperawatan.......................................................................................................16
2.2.4 Implementasi Keperawatan.................................................................................................20
2.2.5 Evaluasi................................................................................................................................20
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................................................21
3.2 Saran.......................................................................................................................................................21
PENGKAJIAN DASAR KEPERAWATAN................................................................................................22
3
BAB I PENDAHULUAN
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik
akibat ganguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal,
saraf, dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis pada pemeriksaan dengan
mikroskop elektron. Laporan statistik dari International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan
bahwa sekarang sudah ada sekitar 230 juta penderita diabetes. Angka ini terus bertambah hingga
3 persen atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Diabetes telah menjadi penyebab kematian
terbesar keempat di dunia. Setiap tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan oleh diabetes.
Hampir 80 persen kematian pasien diabetes terjadi di negara berpenghasilan rendah menengah.
Di tengah kondisi itu, perhatian banyak pihak umumnya masih terfokus pada penderita
diabetes dewasa. Padahal, anak dengan diabetes tak kalah memerlukan perhatian dan bantuan.
Diabetes pada anak umumnya disebut tipe 1, yaitu pankreas rusak dan tak lagi mampu
memproduksi insulin dalam jumlah memadai sehingga terjadi defisit absolut insulin. Sebaliknya,
diabetes pada orang dewasa umumnya disebut tipe 2, yaitu terjadi kerusakan sel tubuh meskipun
insulin sebenarnya tersedia memadai sehingga terjadi defisit relatif insulin.
Insiden diabetes melitus tipe 1 sangat bervariasi di tiap negara. Dari data-data epidemiologik
memperlihatkan bahwa puncak usia terjadinya DM pada anak adalah pada usia 5-7 tahun dan
pada saat menjelang remaja. Dari semua penderita diabetes, 5-10 persennya adalah penderita
diabetes tipe 1. Di Indonesia, statistik mengenai diabetes tipe 1 belum ada, diperkirakan hanya
sekitar 2-3 persen dari total keseluruhan. Mungkin ini disebabkan karena sebagian tidak
terdiagnosis atau tidak diketahui sampai si pasien sudah mengalami komplikasi dan meninggal.
Biasanya gejalanya timbul secara mendadak dan bisa berat sampai mengakibatkan koma apabila
tidak segera ditolong dengan suntikan insulin.
World Diabetes Foundation menyarankan untuk mencurigai diabetes jika ada anak dengan
gejala klinis khas, yaitu 3P ( pilifagi, polidipsi dan poliuri ) dan kadar gula darah (GD) tinggi, di
atas 200 mg/dl. GD yang tinggi menyebabkan molekul gula terdapat di dalam air kencing, yang
normalnya tak mengandung gula, sehingga sejak dulu disebut penyakit kencing manis. Keadaan
ideal yang ingin dicapai penderita DM tipe 1 ialah dalam keadaan asimtomatik, aktif, sehat,
seimbang, dan dapat berpartisipasi dalam semua kegiatan sosial yang diinginkannya serta mampu
menghilangkan rasa takut terhadap terjadinya komplikasi.
4
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
5
2.1.1 Definisi
Salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah Diabetes Mellitus (DM). DM merupakan
penyakit kronis yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah atau hiperglikemia sebagai
akibat dari penurunan sekresi insulin, gangguan aktivitas insulin atau merupakan gabungan dari
keduanya (Fatimah, 2015). DM juga dikenal sebagai silent killer karena banyak penderitanya yang
tidak menyadari atau tidak menandakan gejala awal namun saat diketahui sudah terjadi komplikasi
(Yuliasari, Wahyuningsih, & Sulityarini, 2018). Jadi, DM merupakan salah satu penyakit yang
kronik ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah dalam tubuh yang dapat menimbulkan
komplikasi.
Diabetes mellitus tipe 1 atau juvenile adalah penyakit kronis sistem endokrin yang mana pada
umumnya dimulai pada masa anak-anak dimana terjadi penurunan produksi insulin sebagai akibat
kerusakan sel-sel β pankreas oleh autoimun tubuh yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia
kemudian bermanifestasi sebagai gejala klasik polidipsia, poliuria dan polifagia.
2.1.2 Etiologi
Diabetes mellitus tipe 1 sebagai penyakit autoimun sampai saat ini belum diketahui penyebab
secara pastinya. Dahulu, penyakit ini disebut sebagai childhood-onset diabetes atau juvenile diabetes
karena terjadi pada anak-anak dan untuk membedakannya dengan diabetes mellitus tipe 2 yang
dikenal sebagai adult-onset diabetes. Namun, perkembangan ilmu pengetahuan terkini menunjukan
bahwa diabetes mellitus tipe 2 juga bisa terjadi pada anakanak, sehingga penggunaan istilah tersebut
diatas sudah tidak relevan lagi. Walaupun penyebab terbentuknya auto-antibodi yang merusak sel-sel
β pankreas masih belum diketahui, namun penelitian menunjukan bahwa adanya faktor-faktor
risiko yang berperan dalam pembentukan auto-antibodi tersebut.
a. Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan
genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte
6
Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan respon
abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. c. Faktor lingkungan :
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.
2.1.3 Patofisiologi
Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena selsel beta
pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produksi
glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat
disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial
(sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam
urin (glukosuria).
Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai
akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliuria) dan rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein
dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera
makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori.
Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin
mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis
(pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun pada penderita
defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan
hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan
produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak.
Badan keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tandatanda dan gejala
seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani
7
akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan
dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan
mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula
darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
8
9
2.1.4 Manifestasi Klinis
Pada diabetes melitus tipe 1 yang kebanyakan diderita oleh anak-anak (diabetes melitus juvenile)
penderita biasanya datang dengan ketoasidosis karena keterlambatan diagnosis.
Mayoritas penyandang DM tipe 1 menunjukan gambaran klinik seperti :
1. Hiperglikemia (Kadar glukosa darah plasma >200mg/dl )
2. Poliuria
3. Polidipsia
4. Poliphagia
5. Penurunan berat badan, Malaise atau kelemahan
6. Glikosuria (kehilangan glukosa dalam urine)
7. Ketonemia dan ketonuria
Penumpukan asam lemak keton dalam darah dan urine terjadi akibat katabolisme abnormal
lemak sebagai sumber energy. Ini dapat mengakibatkan asidosis dan koma
8. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan
karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga
menyebabkan pembentukan katarak
9. Gejala-gejala lainnya dapat berupa muntah-muntah, nafas berbau aseton, nyeri atau kekakuan
abdomen dan gangguan kesadaran (koma)
2.1.5 Komplikasi
a. Hipoglikemia
Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan glukosa, dengan
tanda-tanda rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing, dan sebagainya. Hipoglikemia yaitu
kadar glukosa darah kurang dari 80 mg/dl. Hipoglikemi sering membuat anak emosional,
mudah marah, lelah, keringat dingin, pingsan, dan kerusakan sel permanen sehingga
mengganggu fungsi organ dan proses tumbuh kembang anak. Hipoglikemik disebabkan oleh
obat anti-diabetes yang diminum dengan dosis terlalu tinggi, atau penderita terlambat makan,
atau bisa juga karena latihan fisik yang berlebihan.
b. Koma Diabetik
Koma diabetik ini timbul karena kadar darah dalam tubuh terlalu tinggi, dan biasanya lebih
dari 600 mg/dl. Gejala koma diabetik yang sering timbul adalah :
10
1) Nafsu makan menurun
3) Kemudian disusul rasa mual, muntah, napas penderita menjadi cepat dan dalam, serta
berbau aseton
4) Sering disertai panas badan karena biasanya ada infeksi dan penderita koma diabetik harus
segara dibawa ke rumah sakit
2. Komplikasi vaskular jangka panjang (biasanya terjadi setelah tahun ke-5) berupa :
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah
dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada
setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan
gangguan serius pada pola aktivitas pasien.
1. Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
a) Memperbaiki kesehatan umum penderita
b) Mengarahkan pada berat badan normal
c) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
d) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
e) Menarik dan mudah diberikan
2. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM adalah :
a) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2 jam sesudah makan,
berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau
menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan
reseptornya.
12
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus dilakukan mulai
dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, riwayat
kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola
kegiatan sehari-hari.
a. Identitas
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat,
tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis. Identitas
ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan
alamat dan lingkungan kotor dapat mempercepat atau memperberat keadaan penyakit infeksi.
b. Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.
Ds yg mungkin timbul :
1) Klien mengeluh sering kesemutan.
2) Klien mengeluh sering buang air kecil saat malam hari
3) Klien mengeluh sering merasa haus
4) Klien mengeluh mengalami rasa lapar yang berlebihan (polifagia)
5) Klien mengeluh merasa lemah
14
10) Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis akut
sebagai penyebab dari DKA.
11) Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe 1) atau normal
sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam
penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap
pembentukan antibody .( autoantibody)
12) Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan
glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
13) Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
14) Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernafasan dan infeksi pada luka.
g. Riwayat Kesehatan
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis
apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan
klien untuk menanggulangi penyakitnya.
Hal – hal yang biasanya didapat dari pengkajian pada klien dengan diabetes mellitus :
1. Aktivitas/ Istirahat
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
2. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada
kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah 3. Integritas Ego Stress,
ansietas
4. Eliminasi
5. Makanan / Cairan
15
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan
diuretik.
6. Neurosensori
7. Nyeri / Kenyamanan
8. Pernapasan
Keamanan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan DM Juvenile meliputi :
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan disfungsi pankreas dalam darah
dibuktikan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan dalam mengabsorbsi makanan karena
faktor biologi (defisiensi insulin) dibuktikan dengan lemas, berat badan menurun
walaupun intake makanan adekuat, mual dan muntah
3. Risiko hipovolemia dibuktikan dengan gangguan absorbsi cairan, poliuria, dan evaporasi
4. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hipoksia perifer dibuktikan dengan
sianosis, akral dingin, CRT > 3 detik
5. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan neuropati perifer dibuktikan
dengan kerusakan jaringan kulit
2.2.3 Intervensi Keperawatan
16
d. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis. poliuri, polidipsia, polivagia, kelemahan,
malaise, pandangan kabur, sakit kepala)
e. Monitor intake dan output cairan
f. Monitor keton urine, kadar analisa gas darah, elektrolit, tekanan darah ortostatik dan frekuensi
nadi c
b) Terapeutik
a. Berikan asupan cairan oral
b. Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau
memburuk
c. Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik
c) Edukasi
a. Anjurkan olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/Dl
b. Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
c. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
d. Ajarkan indikasi dan pentingnya pengujian keton urine, jika perlu
e. Ajarkan pengelolaan diabetes (mis. penggunaan insulin, obat oral, monitor
asupan cairan, penggantian karbohidrat, dan bantuan professional kesehatan) d)
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
b. Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
c. Kolaborasipemberian kalium, jika perlu
2. MANAJEMEN NUTRISI (I. 03119)
a) Observasi
a. Identifikasi status nutrisi
b. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
c. Identifikasi makanan yang disukai
d. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
e. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
f. Monitor asupan makanan
g. Monitor berat badan
h. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
b) Terapeutik
a. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
b. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
17
c. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
d. Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
e. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
f. Berikan suplemen makanan, jika perlu
g. Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
c) Edukasi
a. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
b. Ajarkan diet yang diprogramkan
d) Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
3. MANAJEMEN HIPOVOLEMIA (I.03116)
a) Observasi
a. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,turgor kulit menurun,
membrane mukosa kering, volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus dan
lemah)
b. Monitor intake dan output cairan
b) Terapeutik
a. Hitung kebutuhan cairan
b. Berikan posisi modified trendelenburg
c. Berikan asupan cairan oral
c) Edukasi
a. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
b. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
d) Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian cairan IV issotonis (mis. cairan NaCl, RL)
b. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
c. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, plasmanate)
d. Kolaborasi pemberian produk darah
18
4. PERAWATAN SIRKULASI (I.02079)
a) Observasi
a. Periksa sirkulasi perifer(mis. Nadi perifer, edema, pengisian kalpiler, warna, suhu,
angkle brachial index)
b. Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi (mis. Diabetes, perokok, orang tua,
hipertensi dan kadar kolesterol tinggi)
c. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas
b) Terapeutik
a. Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan perfusi
b. Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas pada keterbatasan perfusi
c. Hindari penekanan dan pemasangan torniquet pada area yang cidera
d. Lakukan pencegahan infeksi
e. Lakukan perawatan kaki dan kuku
f. Lakukan hidrasi
c) Edukasi
a. Anjurkan berhenti merokok
b. Anjurkan berolahraga rutin
c. Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar
d. Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan, dan penurun
kolesterol, jika perlu
e. Anjurkan minum obat pengontrol tekakan darah secara teratur
f. Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat beta
g. Ajurkan melahkukan perawatan kulit yang tepat(mis. Melembabkan kulit kering pada
kaki)
h. Anjurkan program rehabilitasi vaskuler
i. Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi( mis. Rendah lemak jenuh,
minyak ikan, omega3)
j. Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan( mis. Rasa sakit yang
tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa)
19
5. PERAWATAN INTEGRITAS KULIT (I.11353)
a) Observasi
a. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan sirkulasi, perubahan
status nutrisi, peneurunan kelembaban, suhu lingkungan ekstrem, penurunan
mobilitas)
b) Terapeutik
a. Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring
b. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
c. Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
d. Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
e. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitive
f. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
c) Edukasi
a. Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotin, serum)
b. Anjurkan minum air yang cukup
c. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
d. Anjurkan meningkat asupan buah dan sayur
e. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrime
f. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada diluar rumah
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yaitu proses penilaian
pencapaian tujuan dalam rencana perawatan, tercapai atau tidak serta untuk pengkajian ulang rencana
keperawatan. Evaluasi dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan
petugas kesehatan yang lain. Dalam menentukan tercapainya suatu tujuan asuhan keperawatan pada
bayi dengan post Asfiksia sedang, disesuaikan dengan kriteria evaluasi yang telah ditentukan. Tujuan
asuhan keperawatan dikatakan berhasil bila diagnosa keperawatan didapatkan hasil yang sesuai
dengan kriteria evaluasi.
20
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut American Diabetes Associationatau ADA (2010), diabetes melitus merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Diabetes Mellitus (DM) tipe 1 adalah DM akibat insulin
tidak cukup diproduksi oleh sel beta pankreas, sehingga terjadi hiperglikemia (WHO,2017). Tipe 1
ini ditandai dengan berkurangnya sel beta pankreas yang diperantarai oleh imun atau antibodi,
sehinga sepanjang hidup penderita initergantung pada insulin eksogen (ChiangJL, 2014). Gejala DM
tipe 1 pada anak sama dengan gejala pada dewasa, yaitu poliuria dan nokturia, polifagia, polidipsia,
dan penurunan berat badan. Gejala lain yang dapat timbul adalah kesemutan, lemas, luka yang
sukar sembuh, pandangan kabur, dan gangguan perilaku.
Pengkajian yang dilakukan pada anak dengan penyakit diabetes juvenile adalah identitas
klien, riwayat keperawatan, keluhan utama, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat penyakit yang
diderita, riwayat psikososial keluarga, kebutuhan dasar, pemerikasaan fisik.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus ini yaitu resiko ketidakseimbangan kadar
glukosa darah,
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, penulis sangat berharap kepada seluruh pembaca agar
mampu memahami dan mengetahui tentang “Konsep Dasar Dan Asuhan Keperawatan Anak
Dengan Diabetes Melitus Juvenile”. Semoga dengan adanya makalah ini dapat membawa pengaruh
yang baik dan bermanfaat bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
mengharapkan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
21
PENGKAJIAN DASAR KEPERAWATAN
Identitas Klien
Nama : An.N
No. RM : 000125...............
Usia : 4 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
22
A. Status kesehatan Saat Ini
Keluhan utama :
5. Diagnosa medis :
23
b. Operasi (jenis & waktu) : Tidak Terkaji........................
c. Penyakit:
Kronis : Tidak Terkaji…………
Akut : Tidak Terkaji………..
d. Terakhir masuki RS : Tidak Terkaji………
2. Alergi (obat, makanan, plester, dll):
Tipe Reaksi Tindakan
24
( ) DPT ( ) Tidak Terkaji
4. Kebiasaan:
Jenis Frekuensi Jumlah Lamanya
Merokok - - -
Kopi - - -
Alkohol - - -
5. Obat-obatan yg digunakan:
Jenis Lamanya Dosis
- -
E. Riwayat Keluarga :
Keluarga Mengatakan tidak ada yang pernah
Mengalami penyakit yang sedang di derita pasien
GENOGRAM
F. Riwayat Lingkungan
25
Kebersihan Bersih -
Bahaya kecelakaan Tidak Bahaya -
Polusi Cukup Berpolusi -
Ventilasi Bagus -
Pencahayaan Cukup Terang -
................................... .......................................................... ....................................................
G. Pola Aktifitas-Latihan
Rumah Rumah Sakit
Makan/minum 0 1
Mandi 0 2
Berpakaian/berdandan 0 2
Toileting 2 2
Mobilitas di tempat tidur 0 1
Berpindah 2 2
Berjalan 0 2
Naik tangga 0 2
Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = dibantu orang lain, 4 =
tidak mampu
26
Sukar menelan (padat/cair) Tidak Terkaji ............................. Tidak terkaji
Pemakaian gigi palsu (area) Tidak Terkaji ............................. Tidak Terkaji...............
Riw. masalah penyembuhan luka Tidak Terkaji ............................. sering...............
27
I. Pola Eliminai
BAB:
Rumah Rumah sakit
J. Pola Tidur-Istirahat
Rumah Rumah Sakit
28
- Penggunaan shampoo Tidak Terkaji ............................Tidak Terkaji ..............
Gososok gigi: Frekuensi 3x sehari 2x sehari
- Penggunaan odol Tidak Terkaji ..........................Tidak Terkaji ..............
Ganti baju:Frekuensi 2x sehari 2 x sehari
Memotong kuku: Frekuensi 1x seminggu…………………1 x seminggu
Kesulitan Tidak Terkaji..............................Tidak Terkaji...............
Upaya yg dilakukan Tidak Terkaji..............................Tidak Terkaji...............
29
3. Kesulitan dalam keluarga: ( ) Hub. dengan orang tua ( ) Hub.dengan
pasangan
( ) Hub. dengan sanak ( ) Hub.dengan anak
saudara
4. Masalah tentang peran/hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS: Tidak Terkaji.........
5. Upaya yg dilakukan untuk mengatasi: Tidak Terkaji .....................................................................
O. Pola Komunikasi
1. Bicara: (ѵ ) Normal (ѵ )Bahasa utama:...Bahasa Indonesia.....
( ) Tidak jelas ( ) Bahasa daerah: ..........Bahasa
Jawa......
3. Kehidupan keluarga
a. Adat istiadat yg dianut : Tidak Terkaji....................................................................................
b. Pantangan & agama yg dianut : Perbuatan Tercela & Agama Islam
c. Penghasilan keluarga: ( ) < Rp. 250.000 ( ) Rp. 1 juta – 1.5 juta
( ) Rp. 250.000 – 500.000 (ѵ ) Rp. 1.5 juta – 2 juta
( ) Rp. 500.000 – 1 juta ( ) > 2 juta
P. Pola Seksualitas
1. Masalah dalam hubungan seksual selama sakit: (ѵ ) tidak ada ( ) ada
2. Upaya yang dilakukan pasangan:
( ) perhatian ( ) sentuhan ( ) lain-lain, seperti, Tidak Terkaji............................
30
4. Harapan klien terhadap perawat untuk melaksanakan ibadahnya: Membantu
dalam melaksanakan ibadah
R. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Cukup
31
Kesadaran: Compos Mentis
a. Kepala:
Inspeksi : bersih dan tidak berminyak,
b. Mata:
Inspeksi : Mata kiri dan kanan simetris, konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik, tidak ada oedem,
dan tidak menggunakan alat bantu penglihatan..
c. Hidung:
Inspeksi : Tidak ada inflamasi pada hidung, tidak ada secret, nafas cuping
hidung (-).
Palpasi : Tidak ada teraba pembengkakan, tidak ada fraktur pada hidung..
Leher:
Inspeksi : tidak ada gangguan menelan, dan tidak ada pembesaran kelenjar leher
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba.
Perkusi : Saat dilakukan perkusi bunyi jantung redup.
Auskultasi : Bunyi jantung I : Lup, bunyi jantung II : Dup. Tidak ada bunyi jantung
32
tambahan
Paru
Inspeksi : Dada simetris kiri dan kanan, pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri.
Palpasi : Terdapat nyeri tekan.
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru kiri dan kanan.
bunyinya abnormal
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler, whezing (-), ronchi (-)
33
Payudara & Ketiak
Payudara kanan kiri simetris, ketiak tidak bersih, tidak terdapat luka, tidak
terdapat benjolan, dan tidak ada nyeri tekan.
Punggung & Tulang : Tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada benjolan.
Abdomen
I. Inspeksi : Distensi abdomen tidak ada, tidak ada lesi, tidak ada stretch mark.
A.aulkutasi : Timpani
Ekstermitas
- Ekstermitas atas :
I : Simetris kiri dan kanan, warna kulit agak gelap, kulit tampak kering, dan terpasang infus
pada tangan sebelah kiri (Ringer Laktat 20 tetes per menit).
P : Tidak ada pembengkakan dan tidak ada fraktur.
- Ekstermitas bawah : -
I : Simetris kiri dan kanan, warna kulit agak gelap, kulit tampak kering, tidak ada oedem.
P : Tidak ada pembengkakan dan tidak ada fraktur
Sistem Neorologi
Tidak Terkaji
34
Pemeriksaan Penunjang
S. Kultur virus
T. PCR
U. Uji serologi: ELISA
V. Hematologi: leukopenia, limfositopenia, limfositosis relatif, trombositopenia.
W. Kimia darah: BGA dapat normal atau abnormal, peningkatan SGOT/SGPT,
penurunan albumin, peningkatan ureum dan kreatinin.
X. Pemeriksaan Radiologi: infiltrasi di paru.
Z. Kesimpulan
An.N, 5 tahun beragama islam. Klien diantar keluarga ke IGD dengan Klien
Demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan,lesu, sakit seluruh badan, sakit kepala,
menggigil dan rasa lelah setelah di lakukan pengkajian pasien menderita
Diabetes Tipe I
Perencanaan Pulang
35
ANALISA DATA
DO: ( D.0027 )
Penyebab: Disfungsi
pankreas dalam darah Ketidakstabilan Glukosa
- Terlihat Lemas Darah
- Terlihat
Mengeluarkan Reaksi autoimun
Keringat Dingin ↓
Tubuh Menyerang
Jaringan sendiri
↓
Ketidakstabilan Glukosa
darah
36
DATA ETIOLOGI DIAGNOSA
KEPERAWATAN
DO: ( D.0019 )
Penyebab :
Ketidakmampuan dalam Defisit nutrisi
- Klien Tampak mengabsorbsi makanan
Lemas karena faktor biologi
- Berat badan Klien
Menurun (defisiensi insulin)
Reaksi autoimun
↓
Tubuh Menyerang
Jaringan sendiri
↓
Hiperglikemia
↓
Katabolisme Protein
Meningkat
↓
Pembatas Diet
↓
Penurunan BB
↓
Defisit Nutrisi
37
DATA ETIOLOGI DIAGNOSA
KEPERAWATAN
DO: ( D.0034 )
Penyebab : gangguan
absorbsi cairan, poliuria, Risiko hipovolemia
- dan evaporasi
Urine Banyak
Mengandung glukosa
↓
Poliuria
↓
DS:
- Sel kekurangan cairan
↓
Dehidrasi
↓
Resiko hipovolemia
38
DIAGNOSA
KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWATAN
Terapeutik
d. Berikan asupan
cairan oral
e. Konsultasi dengan
medis jika tanda dan
39
gejala hiperglikemia tetap
ada atau memburuk
f. Fasilitasi ambulasi
jika ada hipotensi
ortostatik
Edukasi
f. Anjurkan olahraga
saat kadar glukosa darah
lebih dari 250 mg/Dl
g. Anjurkan monitor
kadar glukosa darah
secara mandiri
h. Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
i. Ajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian
keton urine, jika perlu
j. Ajarkan pengelolaan
diabetes (mis.
penggunaan insulin, obat
oral, monitor asupan
cairan, penggantian
karbohidrat, dan bantuan
professional kesehatan)
Kolaborasi
d. Kolaborasi
pemberian insulin, jika
perlu
e. Kolaborasi
pemberian cairan IV, jika
perlu
f. Kolaborasipemberia
n kalium, jika perlu
40
DIAGNOSA
KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWATAN
Terapeutik
i. Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
j. Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis. Piramida
makanan)
k. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
l. Berikan makan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
m. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
n. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
41
o. Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasigastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
p. Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
q. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
r. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
s. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu
42
DIAGNOSA
KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWATAN
Terapeutik
c. Hitung kebutuhan
cairan
d. Berikan posisi
modified trendelenburg
e. Berikan asupan cairan
oral
Edukasi
f. Anjurkan
memperbanyak asupan cairan
oral
g. Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
43
Kolaborasi
h. Kolaborasi pemberian
cairan IV issotonis (mis.
cairan NaCl, RL)
i. Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis (mis.
glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
j. Kolaborasi pemberian
cairan koloid (mis. albumin,
plasmanate)
k. Kolaborasi pemberian
produk darah
44
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
kelemahan, malaise, A:
pandangan kabur, - Masalah
sakit kepala) teratasi
45
memburuk
- Fasilitasi ambulasi
jika ada hipotensi
ortostatik
- Anjurkan olahraga
saat kadar glukosa
darah lebih dari 250
mg/Dl
- Anjurkan monitor
kadar glukosa darah
secara mandiri
- Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
- Ajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian
keton urine, jika perlu
- Ajarkan pengelolaan
diabetes (mis.
penggunaan insulin,
obat oral, monitor
asupan cairan,
penggantian
karbohidrat, dan
bantuan professional
kesehatan) Kolaborasi
pemberian insulin,
jika perlu
- Kolaborasi pemberian
cairan IV, jika perlu
- Kolaborasipemberian
kalium, jika perlu
-
46
HARI/ DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL KEPERAWATAN
Defisit Nutrisi - Identifikasi status nutrisi S :
Identifikasi alergi dan
- Ibu Klien
intoleransi makanan Mengatakan
- Identifikasi makanan Klien tidak
yang disukai lemas
- Identifikasi kebutuhan - Ibu klien
kalori dan jenis nutrient mengatakan
- Identifikasi perlunya pasien tidak
penggunaan selang muntah lagi
nasogastric O:
- Monitor asupan makanan - Klien sudah
- Monitor berat badan tidak lemas dan
- Monitor hasil lesu
pemeriksaan - Klien sudah
laboratorium tampak sedikit
- Fasilitasi menentukan ceria
pedoman diet (mis.
Piramida makanan) A:
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang - Masalah
sesuai teratasi
- Berikan makan tinggi
serat untuk mencegah P:
konstipasi
- Intervensi
- Berikan makanan tinggi
Berhasil
kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen
makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasigastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
- Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang
47
dibutuhkan, jika perlu
-
48
tekanan nadi muntah lagi
O:
menyempit,turgor kulit
- Klien sudah
menurun, membrane tidak pucat dan
mukosa kering, volume lesu
- Klien sudah
urine menurun, tampak sedikit
mau berbicara
hematokrit meningkat,
haus dan lemah) A:
- Monitor intake dan - Masalah
output cairan teratasi
- Hitung kebutuhan P:
cairan
- Intervensi
- Berikan posisi Berhasil
modified trendelenburg
- Berikan asupan
cairan oral
- Anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
- Anjurkan
menghindari perubahan
posisi mendadak
- Kolaborasi
pemberian cairan IV
issotonis (mis. cairan
NaCl, RL)
- Kolaborasi
pemberian cairan IV
hipotonis (mis. glukosa
2,5%, NaCl 0,4%)
- Kolaborasi
pemberian cairan koloid
(mis. albumin,
plasmanate)
- Kolaborasi pemberian
produk
49
DAFTAR PUSTAKA
50
Rustama DS, Subardja D, Oentario MC, Yati NP, Satriono, Harjantien N
(2010).Diabetes Melitus. Dalam: Jose RL Batubara Bambang Tridjaja AAP
Aman B. Pulungan, editor. Buku Ajar Endokrinologi Anak, Jakarta: Sagung
Seto 2010, h 124-161.
ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 2009. Pediatric Diabetes 2009: 10.
http://repository.maranatha.edu/3415/3/0910085_Chapter1.pdf (Diakses pada
51