Anda di halaman 1dari 3

Konsep Jurnal Penyesuaian

Jurnal penyesuaian adalah aktivitas membetulkan akun sehingga laporan yang dibuat berdasarkan akun
tersebut dapat menunjukkan pendapatan, harta, dan utang yang sebenarnya. Pencatatan jurnal penyesuaian
tidak didasarkan pada aktivitas transaksi, tetapi pada penghitungan atau keterangan tertentu.
Data yang terdapat pada neraca saldo belum seluruhnya dapat dimasukkan pada laporan keuangan.
Data neraca saldo perlu disesuaikan terlebih dahulu sehingga dapat dicatat dalam laporan keuangan. Akun-
akun yang memerlukan penyesuaian sebagai berikut.
1. Perlengkapan
Perlengkapan adalah barang habis pakai yang dibeli perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan
operasional perusahaan. Pemakaian perlengkapan akan menjadi beban pada periode akuntansi berjalan.
Contohnya, pada 5 Maret 2021 Busa carwash membeli perlengkapan secara tunai sebesar Rp4.500.000,00.
Pada 31 Maret 2021 perlengkapan yang tersisa sebesar Rp2.000.000,00. Penghitungan perlengkapan yang
habis dipakai dalam satu periode akuntansi sebagai berikut.
= Rp4.500.000,00 – Rp2.000.000,00
= Rp2.500.000,00.
Jurnal penyesuaian pada 31 Maret 2021 sebagai berikut.
Beban perlengkapan Rp2.500.000,00
  Perlengkapan Rp2.500.000,00
2. Penyusutan Harta Tidak Lancar
Seiring berjalannya waktu semua harta tidak lancar (kecuali tanah) yang dimiliki dan digunakan
perusahaan akan mengalami penyusutan nilai. Contoh harta tidak lancar adalah kendaraan, mesin, gedung,
dan peralatan perusahaan. Contohnya, pada 5 Maret 2021 dalam neraca saldo Busa carwash terdapat akun
peralatan sebesar Rp18.000.000,00. Busa carwash menetapkan penyusutan peralatan sebesar 10% per
tahun. Penghitungan penyusutan peralatan sebagai berikut.
= 10% × Rp18.000.000,00
= Rp1.800.000,00
Jurnal penyesuaian penyusutan peralatan pada 31 Maret 2021 sebagai berikut.
Beban penyusutan peralatan Rp1.800.000,00
  Akumulasi penyusutan peralatan Rp1.800.000,00
3. Beban Dibayar di Muka
Beban dibayar di muka adalah transaksi yang awalnya dianggap sebagai harta menjadi beban pada
kemudian hari. Contoh beban dibayar di muka yaitu sewa dibayar di muka, beban iklan dibayar di muka,
asuransi dibayar di muka, dan bunga dibayar di muka. Pencatatan jurnal penyesuaian untuk beban dibayar
di muka dilakukan dengan cara berikut.
a. Dicatat sebagai Harta
Transaksi pembayaran sewa dibayar di muka yang dicatat sebagai harta terlihat pada contoh
berikut. Pada 1 Maret 2021 Busa carwash membayar sewa kios untuk masa satu tahun sebesar
Rp42.000.000,00 dengan asumsi akhir periode akuntansi ditetapkan 31 Desember 2021. Pada saat
terjadi transaksi, pencatatan pada jurnal umum dilakukan dengan mendebit akun sewa dibayar di
muka dan mengkredit akun kas. Sewa yang telah menjadi beban selama sepuluh bulan (1 Maret–
31 Desember 2021). Penghitungan beban sewa sebagai berikut.
10
= × Rp42.000.000,00
12
= Rp35.000.000,00
Jurnal penyesuaiannya sebagai berikut.
Beban sewa Rp35.000.000,00
  Sewa dibayar di muka Rp35.000.000,00
b. Dicatat sebagai Beban
Pembayaran sewa yang dicatat sebagai beban pada jurnal umum dicatat dengan mendebit akun
beban sewa dan mengkredit akun kas. Misalnya, pada 1 Maret 2021 Busa carwash membayar sewa
kios sebesar Rp30.000.000,00 untuk masa satu tahun. Penghitungan sewa yang belum menjadi beban
pada akhir periode akuntansi sebagai berikut.
2
= × Rp42.000.000,00
12
= Rp7.000.000,00
Jurnal penyesuaiannya sebagai berikut.
Sewa dibayar di muka Rp7.000.000,00
Beban sewa Rp7.000.000,00
4. Pendapatan Diterima di Muka
Pendapatan diterima di muka merupakan transaksi yang sejak awal dicatat sebagai utang, tetapi
menjadi pendapatan pada kemudian hari. Pendapatan diterima di muka terjadi karena perusahaan
telah menerima pembayaran suatu pekerjaan, tetapi belum menyelesaikan pekerjaan tersebut. Contoh
pendapatan diterima di muka adalah sewa diterima di muka, asuransi diterima di muka, dan bunga
diterima di muka. Pencatatan jurnal penyesuaian untuk pendapatan diterima di muka dapat dilakukan
dengan cara berikut.
a. Dicatat sebagai Utang (Kewajiban)
Pencatatan pendapatan diterima di muka yang dicatat sebagai utang (kewajiban) dilakukan
dengan mendebit kas dan mengkredit pendapatan diterima di muka. Misalnya, pada 1 Mei 2021
Busa carwash menerima pendapatan sewa ruko sebesar Rp12.000.000,00 untuk setahun. Jurnal
penerimaan uang sewa adalah kas (debit) dan sewa diterima di muka (kredit). Periode akuntansi
berakhir pada 31 Desember 2021. Sewa yang menjadi pendapatan pada 31 Desember 2021 selama
delapan bulan (1 Mei–31 Desember 2020). Penghitungan sewa yang telah menjadi pendapatan
sebagai berikut.
2
= × Rp12.000.000,00
12
= Rp8.000.000,00
Jurnal penyesuaiannya sebagai berikut.
Sewa diterima di muka Rp8.000.000,00
  Pendapatan sewa Rp8.000.000,00
b. Dicatat sebagai Pendapatan
Akun pendapatan diterima di muka dicatat sebagai pendapatan dengan mendebit kas dan
mengkredit pendapatan. Misalnya, pada 1 Mei 2021 Busa Carwash menerima pendapatan sewa
ruko sebesar Rp12.000.000,00 untuk masa satu tahun. Akun sewa yang belum menjadi pendapatan
hingga 31 Desember 2021 selama empat bulan. Penghitungan sewa yang belum menjadi beban
sebagai berikut.
8
= × Rp12.000.000,00
12
= Rp4.000.000,00
Jurnal penyesuaiannya sebagai berikut.
Pendapatan sewa Rp4.000.000,00
  Sewa diterima di muka Rp4.000.000,00
5. Beban yang Masih Harus Dibayar (Utang Beban)
Beban yang masih harus dibayar merupakan biaya yang sudah menjadi beban, tetapi hingga akhir
periode akuntansi belum dibayar. Misalnya, pada 25 Maret 2021 Busa carwash membayar gaji karyawan
sebesar Rp10.000.000,00. Oleh karena terjadi kesalahan pencatatan, hingga 31 Maret 2021 terdapat gaji
karyawan yang belum dibayar sebesar Rp2.100.000,00. Jurnal penyesuaiannya sebagai berikut.
Beban gaji Rp2.100.000,00
  Utang gaji   Rp2.100.000,00
6. Pendapatan yang Masih Harus Diterima (Piutang Pendapatan)
Pendapatan yang masih harus diterima merupakan pendapatan yang seharusnya menjadi hak
perusahaan, tetapi belum diterima sampai akhir periode akuntansi. Perusahaan harus membuat jurnal
penyesuaian pada akhir periode akuntansi untuk mengakui jumlah pendapatan yang belum diterima
sebagai pendapatan. Misalnya, pada 15 Maret 2021 Busa carwash menyelesaikan jasa detailing sebesar
Rp1.000.000,00. Akan tetapi, sampai 31 Maret 2021 pemilik usaha belum menerima pelunasan. Jurnal
penyesuaiannya sebagai berikut.
Piutang usaha Rp1.000.000,00
  Pendapatan jasa   Rp1.000.000,00
7. Piutang Tidak Tertagih
Piutang tidak tertagih adalah risiko yang diterima perusahaan akibat tidak tertagihnya piutang usaha
karena pelanggan tidak melakukan pembayaran. Misalnya, Busa carwash menetapkan piutang tidak
tertagih sebesar 2% atas piutang usaha sebesar Rp3.400.000,00. Piutang tidak tertagih sebesar 2% ×
Rp3.400.000,00 = Rp68.000,00. Jurnal penyesuaian piutang tidak tertagih sebagai berikut.
Kerugian piutang Rp68.000,00
  Cadangan kerugian piutang Rp68.000,00

Anda mungkin juga menyukai