Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Remaja dalam ilmu Psikologis diperkenalkan dengan istilah lain, seperti
puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal
dari bahasa Latin “adolescere” yang berarti tumbuh ke arah kematangan.
Kematangan yang dimaksud adalah bukan kematangan fisik saja tetapi juga
kematangan sosial dan psikologi. Masa remaja (usia 10-19 tahun) merupakan
masa yang khusus dan penting karena merupakan periode pematangan organ-
organ reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja
terjadi perubahan fisik (organobiologis) secara cepat yang seimbang dengan
perubahan kejiwaan (mental-emosional). (Kumalasari & Andhyantoro 2014).
Bagi seorang wanita masa remaja ditandai dengan datangnya menstruasi.
Berbagai masalah yang di keluhkan pada saat menstruasi seperti dismenore.
Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi
selama menstruasi (Nugroho & Utama, 2014). Menurut Sarwono (2011)
dismenore adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram dan terpusat di
abdomen bawah. Keluhan nyeri haid dapat terjadi bervariasi mulai dari yang
ringan sampai berat. Nyeri haid yang dimaksud adalah nyeri haid berat
sampai menyebabkan perempuan tersebut datang berobat ke dokter atau
mengobati dirinya sendiri dengan obat anti nyeri.
Dampak dismenore pada remaja putri meliputi : Rasa nyaman
teraganggu, selera makan terganggu, aktifvitas menurun, pola tidur
terganggu, hubungan interpersonal terganggu, kesulitan berkonsenterasi pada
pekerjaan dan belajar. Nyeri juga mempengaruhi status emosional terhadap
alam perasaan, iritabilitas, depresi dan ansietas (Kozier, 2010).
Seorang remaja yang mengalami dismenore, menyebabkan aktivitas
belajar mereka di sekolah terganggu dan tidak jarang hal ini membuat mereka
tidak masuk sekolah. Selain itu kualitas hidup menurun, sebagai contohnya
seorang siswi yang mengalami dismenore tidak dapat berkonsentrasi belajar

1
Poltekkes Kemenkes Palembang
2

dan motivasi belajar akan menurun karena dismenore yang dirasakan pada
saat proses belajar mengajar (Ningsih, 2011).
Menurut data World Health Organization (WHO) didapatkan kejadian
sebesar 1.769.425 jiwa (90%) wanita yang mengalami dismenore dengan 10-
15% mengalami dismenore berat. Di Indonesia angka kejadian dismenore
sebesar 107.673 jiwa (64.25%), yang terdiri dari 59.671 jiwa (54,89%)
mengalami dismenore primer dan 9.496 jiwa (9,36%) mengalami dismenore
sekunder (Info sehat, 2010).
Kondisi di Indonesia, lebih banyak perempuan yang mengalami
dismenore tidak melaporkan atau berkunjung ke dokter. Rasa malu ke dokter
dan kecenderungan untuk meremehkan penyakit sering membuat data
penderita penyakit tertentu di Indonesia tidak dapat dipastikan secara mutlak.
Boleh dikatakan 90% perempuan indonesia pernah mengalami dismenore.
(Anurogo & Wulandari, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian Mahmudiono pada tahun 2011, angka
kejadian dismenore primer pada remaja wanita yang berusia 14 – 19 tahun di
Indonesia sekitar 54,89%. Hasil penelitian Novia pada tahun 2012
menunjukkan 84,4 % remaja usia 16 – 18 tahun di SMA St. Thomas 1 Medan
mengalami dismenore. Dengan intensitas nyeri ringan 46,7%, nyeri sedang
30,0%, dan nyeri berat 23,3%.%. Secara farmakologi, penatalaksanaan nyeri
adalah dengan pemberian obat-obat analgetik seperti golongan obat
Nonsteroid Antiinflammatory Drugs (NSAID) yang dapat meredakan nyeri.
Salah satu pengobatan non farmakologi adalah dengan hipnoterapi yang
merupakan aplikasi hipnosis dalam menyembuhkan masalah mental dan fisik
(psikosomatis) seperti halnya nyeri, kecemasan, dan lain lain (Hendarini,
2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Oktifa dkk, (2011) yang meneliti
pengaruh hipnoterapi terhadap penurunan tingkat nyeri pada remaja yang
mengalami dismenore di Pasuruan. Dalam penelitian tersebut, setelah
responden dilakukan tindakan hipnoterapi selama 10 menit terjadi penurunan
tingkat nyeri dari tingkat nyeri berat dan sedang menjadi tingkat nyeri ringan

Poltekkes Kemenkes Palembang


3

sebanyak 18 orang (85,71%), dan sebagian responden mengalami penurunan


tingkat nyeri dari nyeri berat menjadi nyeri sedang sebanyak 3 orang
(14,29%).
Penelitian yang dilakukan kepada 27 orang responden oleh Astari dan
Maliya (2010), menunjukkan bahwa sebelum diberi hipnoterapi, tidak
terdapat responden yang tidak nyeri (0%), responden yang merasa nyeri
sedang sebanyak 23 responden (85,2%) dan nyeri hebat sebanyak 4
responden (14,8%). Setelah diberi hipnoterapi terjadi perubahan tingkat nyeri
yang dirasakan responden, yaitu nyeri ringan sebanyak 24 responden (88,9%)
dan nyeri sedang sebanyak 3 responden (11,1%).
Berdasarkan studi pendahuluan di Asrama Prodi Keperawatan
Lubuklinggau para remaja putri sering mengalami dismenore primer pada
saat menstruasi yang kadang mengganggu aktivitas mereka. Dalam satu bulan
sebanyak 3-5 remaja putri mengalami keluhan dismenore primer saat
menstruasi berlangsung. Hasil wawancara kepada 3 remaja putri diasrama
Prodi Keperawatan Lubuklinggau diperoleh keterangan bahwa remaja
tersebut mengalami dismenore dan belum pernah dilakukan hipnoterapi untuk
mengurangi nyeri dismenore.
Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai
perbedaan penurunan nyeri dismenore primer yang dilakukan hipnoterapi
pada remaja putri di Asrama Prodi Keperawatan Lubuklinggau. Dengan
adanya penelitian ini diharapkan para remaja putri di Asrama Prodi
Keperawatan Lubuklinggau memiliki cara pengobatan alternatif dalam upaya
mengurangi keluhan yang terjadi selama dismenore primer berlangsung.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka didapatkan
rumusan masalah yaitu, bagaimanakah penurunan nyeri dismenore primer
setelah dilakukan hipnoterapi pada remaja putri di Asrama Prodi
Keperawatan Lubuklinggau tahun 2017 ?.

Poltekkes Kemenkes Palembang


4

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui Penurunan Nyeri Dismenore Primer Setelah
dilakukan Hipnoterapi Pada Remaja Putri Di Asrama Prodi
Keperawatan Lubuklinggau Tahun 2017.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan terapis pada klien yang mengalami nyeri
dismenore primer di Asrama Prodi Keperawatan Lubuklinggau
tahun 2017.
b. Mampu membandingkan penurunan nyeri pada klien yang
mengalami nyeri dismenore primer di Asrama Prodi Keperawatan
Lubuklinggau tahun 2017.
c. Mampu melakukan evaluasi pada klien yang mengalami nyeri
dismenore primer di Asrama Prodi Keperawatan Lubuklinggau
tahun 2017.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset
keperawatan, khususnya tentang hipnoterapi untuk menurunkan nyeri
dismenore primer.
1.4.2 Bagi Asrama Prodi Keperawatan Lubuklinggau
Meningkatkan pengetahuan remaja putri yang ada di Asrama
Prodi Keperawatan Lubuklinggau bahwa ada cara alternatif untuk
menangani masalah nyeri dismenore primer yaitu dengan cara
hipnoterapi.
1.4.3 Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Menambah keluasan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan
dibidang Keperawatan Komplementer yaitu hipnoterapi untuk
menurunkan nyeri dismenore primer.

Poltekkes Kemenkes Palembang


5

Poltekkes Kemenkes Palembang

Anda mungkin juga menyukai