PENDAHULUAN
1
Poltekkes Kemenkes Palembang
2
dan motivasi belajar akan menurun karena dismenore yang dirasakan pada
saat proses belajar mengajar (Ningsih, 2011).
Menurut data World Health Organization (WHO) didapatkan kejadian
sebesar 1.769.425 jiwa (90%) wanita yang mengalami dismenore dengan 10-
15% mengalami dismenore berat. Di Indonesia angka kejadian dismenore
sebesar 107.673 jiwa (64.25%), yang terdiri dari 59.671 jiwa (54,89%)
mengalami dismenore primer dan 9.496 jiwa (9,36%) mengalami dismenore
sekunder (Info sehat, 2010).
Kondisi di Indonesia, lebih banyak perempuan yang mengalami
dismenore tidak melaporkan atau berkunjung ke dokter. Rasa malu ke dokter
dan kecenderungan untuk meremehkan penyakit sering membuat data
penderita penyakit tertentu di Indonesia tidak dapat dipastikan secara mutlak.
Boleh dikatakan 90% perempuan indonesia pernah mengalami dismenore.
(Anurogo & Wulandari, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian Mahmudiono pada tahun 2011, angka
kejadian dismenore primer pada remaja wanita yang berusia 14 – 19 tahun di
Indonesia sekitar 54,89%. Hasil penelitian Novia pada tahun 2012
menunjukkan 84,4 % remaja usia 16 – 18 tahun di SMA St. Thomas 1 Medan
mengalami dismenore. Dengan intensitas nyeri ringan 46,7%, nyeri sedang
30,0%, dan nyeri berat 23,3%.%. Secara farmakologi, penatalaksanaan nyeri
adalah dengan pemberian obat-obat analgetik seperti golongan obat
Nonsteroid Antiinflammatory Drugs (NSAID) yang dapat meredakan nyeri.
Salah satu pengobatan non farmakologi adalah dengan hipnoterapi yang
merupakan aplikasi hipnosis dalam menyembuhkan masalah mental dan fisik
(psikosomatis) seperti halnya nyeri, kecemasan, dan lain lain (Hendarini,
2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Oktifa dkk, (2011) yang meneliti
pengaruh hipnoterapi terhadap penurunan tingkat nyeri pada remaja yang
mengalami dismenore di Pasuruan. Dalam penelitian tersebut, setelah
responden dilakukan tindakan hipnoterapi selama 10 menit terjadi penurunan
tingkat nyeri dari tingkat nyeri berat dan sedang menjadi tingkat nyeri ringan