Anda di halaman 1dari 54

GUBERNUR ACEH

PERATURAN GUBERNUR ACEH


NOMOR I4 TAHUN 2019

TENTANG
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTING TERINTEGRASI DI
ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
GUBER.NUR ACEH,
Menimbang a. bahwa penanganan stunting merupakan salah satu
indikator keberhasilan pembangunan kesehatan nasional dan
menjadi target pembangunan berkelanjutan pada era pembangunan
milenium (Suistanable Development Goals) sebaga1 bagian dari
investasi sumber daya manus1a sejak dini;
b. bahwa prevalensi stunting dan masalah gizi lainnya di Aceh masih
tinggi dan berada di atas rata-rata prevalensi stuntung nasional;
c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 242 Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, dalam hal diperlukan
untuk pelaksanaan Qanun Aceh Nomor 4 Tahun 2010 tentang
Kesehatan dan Rencana Pembangunan Aceh Tahun 2017-2022
Gubernur Aceh dapat menetapkan Peraturan Gubernur yang
mengatur mengenai pencegahan dan penanganan stunting
terintegrasi di Aceh;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan
Gubernur tentang Pencegahan dan Penanganan Stunting
Terintegrasi di Aceh;
Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan
Daerah Otonom Propinsi Atjeh dan Perubahan Peraturan
Pembentukan Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1956 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 1103);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 297, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5606);
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor
62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633);
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang•
Undang Nomor 9 Tahun 2015 ten tang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);

7. Peraturan .... / 2
~019\Peraturon \Fcb,uari\Pergub .ltwlting\P.Pcnanganan Stuntmg Fni1>tcgm,i di
Aceh.rtf
£ z<¢

b% Cl

,
0


t
b0 b0
i::: i:::
< '
h
g
• $
d
c
9 9

cN

0o
E

j
: c
a c
G

'v

.0
«i:: ,

00


4peg

8

&
0
t
0
t

F
ei
&
'S
2
2
E
.!e
£
£

l
0

j
±
Lo
LAMPIRAN
PERATURAN GUBERNUR ACEH
NOMOR [l}
TAHUN 2019
TENTANG PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENANGANAN
STUNTING TERINTEGRASI ACEH.----------------------------

BABI
PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi

A. Prevalensi dan kecenderungan masalah Stunting di Aceh


Kekurangan gizi pada anak bawah lima tahun (Balita) merupakan salah satu
indikator untuk menilai permasalahan gizi masyarakat. Salah satu metode
yang digunakan untuk menentukan status gizi pada balita adalah dengan
metode antropometri, yaitu pengukuran terhadap ukuran linier (panjang atau
tinggi badan) dan massa tubuh (berat badan). lndeks antropometri yang sering
digunakan untuk menggambarkan masalah gizi pada balita, yaitu indeks Berat
Badan menurut Umur (BB/U) untuk menggambarkan gizi kurang
(underweight), indeks Berat Badan Menurut Tinggi atau panjang Badan
(BB/PB atau BB/TB) untuk menggambarkan Kurus (wasting), dan Indeks
Panjang atau tinggi Badan menurut Umur (PB/U atau TB/U) untuk
menggambarkan pendek atau stunting.
Stunting merupakan salah satu indikator status gizi yang menggambarkan
pertumbuhan linier pada anak sehingga anak. Stunting adalah kondisi gagal
tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 HPK
sehingga anak terlalu pendek untuk usianya yang ditandai dengan nilai z•
score indeks panjang/tinggi badan menurut umur (PB/U atau TB/U) kurang
dari -2 standard deviasi (SD) berdasarkan standard baku WHO. Stunting
menjadi masalah di 72 negara dunia, Indonesia merupakan Negara kelima
terbesar penyumbang stunting dunia dimana hampir 9 juta anak atau lebih
dari sepertiga bawah lima tahun (balita) di Indonesia mengalami stunting dan
Aceh rnerupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan angka stunting yang
sangat tinggi.
Prevalensi masalah gizi, yaitu stunting, underweight dan wasting di Aceh selalu
berada diatas angka rata-rata nasional, walaupun terdapat kecenderungan
penurunan dari tahun 2007 sampai 2018. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) menunjukkan prevalensi stunting menurun dari 44.6% (2007)
menjadi 37.3% (2018), hanya menurun 7.3%, sedangkan gizi kurang dan
buruk (underweight) menurun dari 26.5% (2007) menjadi 23.5% (2018) atau
menurun sangat kecil, yaitu 3,0%, sementara prevalensi wasting dari 18.3%
(2007) menjadi 11,9% (2018) atau menurun 6.4% (Gambar 1). Kondisi ini
menunjukkan dalam satu dekade ( sepuluh tahun) terakhir penurunan
masalah gizi sangat kecil dibandingkan angka prevalensi Nasional.
Hasil survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018) stunting pada balita Aceh
menduduki peringkat ke-3 dari 34 provinsi di Indonesia dengan prevalensi
37,3% artinya l dari 3 anak balita di Aceh mengalami stunting. Sementara
angka stunting pada anak bawah dua tahun (baduta) menduduki peringkat
ke-1 dari 34 provinsi dengan prevalensi sebesar 37,9%.

100

80

60
44,6
40

20
0
2007 2010 2013 2018
m Stunting Underweight Wasting

Gambar 1 Prevalensi Stunting, Underweight dan Wasting pada anak


Balita di Aceh Tahun 2007-2018 (Sumber: Riskesdas, 2007, 2010,
2013 dan 2018)
Hasil Riskesdas terakhir (2018) menunjukkan Aceh menduduki peringkat
ketiga tertinggi prevalensi stunting pada anak balita di Indonesia, yaitu 37 .3%
dibandingkan angka rata-rata Nasional hanya 30.8%. Prevalensi stunting Aceh
jauh lebih tinggi dibanding provinsi Papua, Maluku dan perovinsi daerah
Indonesia Timur lainnya. Angka stunting yang lebih tinggi terjadi pada anak
usia bawah dua tahun (BADUTA), dimana Aceh berada pada peringkat ke satu
dengan prevalensi stunting tertinggi (37. 9%) dibadingkang dengan angka
rerata nasional hanya (29.9%).
Prevalensi yang tidak jauh berbeda dari hasil survei Pemantauan Status Gizi
(PSG) yang dilakukan sejak tahun 2014 sampai 2017 menunjukkan angka yang
hampir sama, yaitu 35.0% pada tahun 2014, 31.5% tahun 2015, 26.4% tahun
2016 dan terakhir 35. 7% pada tahun 2017.
Prevalensi stunting di Aceh sejak tahun 2007 sampai tahun 2018 berdasarkan
hasil Riskesdas maupun hasil survey PSG 2014-2018 termasuk dalam kategori
sangat tinggi dan tinggi, yaitu daerah dengan prevalensi stunting berada
o
o° cN

t aeunasy0u]
V AL
es8ue7e)0¥
I
o0 c
g; •
g.0 8ueqes eoy co
o
j

Ee uoy epueg 0¥ cI
2o uepoy 1ua • I

s• O
eke;a 5 a
ekey ue8eN

+

8ueyu] u
an7oe9
eAegePg 42
ee)n u32¥
uonag
a1pl
Jes0g 82y
10.e 02¥
e8a[ .a2V
mnut1 toy
e1e88u3L ¥
uee19 03¥
1y43u1s q32y
an[nouur

ooooooooo
·« t 4i +
t' r» 0

0
gizi, yaitu faktor yang berhubungan dengan ketahanan pangan khususnya
akses terhadap pangan bergizi (makanan), norma sosial, adat dan budaya yang
terkait dengan praktik pemberian makanan baik bagi ibu hamil, pengasuhan
bayi dan anak, akses terhadap pelayanan kesehatan untuk pencegahan dan
pengobatan (kesehatan), serta kesehatan lingkungan yang meliputi tersedianya
sarana air bersih dan sanitasi (lingkungan). Keempat faktor tersebut secara
tidak langsung mempengaruhi asupan gizi dan status kesehatan ibu dan
anak. Intervensi terhadap keempat faktor tersebut diharapkan dapat
mencegah masalah gizi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi.
1. Gizi wanita sebelum dan selama kehamilan.
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan
gizi yang terjadi dalam periode waktu yang lama (kronis) dimulai terutama
pada seribu hari pertama kehidupan. Pada saat dalam kandungan gangguan
pertumbuhan anak sangat dipengaruhi oleh keadaan gizi ibu sebelum dan
selama hamil, keadaan gizi anak pada usia 0-6 bulan, 6-24 bulan dan
seterusnya sampai anak berusia 5 tahun. Tingginya prevalensi masalah gizi
terutama stunting dapat mengindikasikan masih rendahnya kualitas
kesehatan dan gizi anak terutama pada seribu hari pertama kehidupan (1000-
HPK).
Ibu yang mengalami kekurangan gizi (starvation) pada trimester sebelum
kelahiran anak berisiko melahirkan anak dengan BBLR, sementara seorang
anak yang lahir dari ibu yang mengalami kekurangan gizi pada dua trimester
sebelum kelahiran anak, mempunyai risiko menderita penyakit cardiovascular,
depresi, gagal ginjal, diabetes dan Lung desease lebih tinggi. Berdasarkan teori
tersebut sangat mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatan anak baik pada
masa pertumbuhan dan setelah usia dewasa (Barker et.al 1989).
Indikator masalah kesehatan pada wanita yang erat kaitannya dengan
stunting antara lain adalah anemia dan kekurangan gizi yang disebut Kurang
Energi Kronik (KEK) pada WUS dan ibu Hamil. Hasil Riskesdas 2007,
prevalensi KEK pada wanita usia 15-45 tahun di Aceh adalah 12,3 persen.
Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2018 hanya 4.1 % wanita usia
subur (WUS) menderita KEK, tertinggi di Simelue (15.5%) dan Bireuen (7.8%).
Sementara pada ibu hamil berdasarkan hasil survey Pemantauan Status Gizi
(PSG) tahun 2018, diadapatkan 8. 7% ibu hamil menderita KEK, dua
kabupaten mempunyai prevalensi yang tinggi yaitu Simelue (16.5%) dan Aceh
Tengah (13.9%).
2. Gizi pada bayi baru lahir dan praktik pemberian makan pada anak usia 0-
6
bulan dan pada usia 6-24 bulan
Indikator yang dapat menggambarkan status gizi pada bayi baru lahir
adalah berat badan dan panjang badan bayi baru lahir. Prevalensi Bayi Lahir
dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada tahun 2008 adalah 0,56
persen (528
bayi) dari jumlah kelahiran hidup yang ditimbang sedangkan. pada tahun 2007
adalah 0,49 persen. Sementara itu data Profile Kesehatan Aceh menunjukkan
prevalensi BBLR cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2013 0.8%
menjadi 2% pada tahun 2017 dari jumlah kelahiran hidup (Dinkes Aceh 2018).
Setelah masa kelahiran stunting pada bayi dan balita disebabkan oleh
multifaktor, Stewart et al. (2013) menyatakan kekurangan gizi sangat erat
kaitannya dengan praktik pemberian MP-ASI yang tidak cukup (inadequate
Complementary feeding) dan pemberian ASI yang tidak tepat. MP-ASI yang
tidak cukup disebabkan oleh 1). kualitas makanan yang kurang zat gizi
(kualitas zat gizi mikro yang rendah, keragaman makanan yang rendah dari
makanan hewani, adanya zat anti gizi, dan dan rendahnya kandungan
(kepadatan) energi dan zat gizi MP-ASI. 2). Praktik pemberian makanan yang
tidak tepat, meliputi; frekuesi kurang, kualitas pemberian makanan pada saat
sakit, konsistensi dan jumlah makanan tidak sesuai, nafsu makan yang
menurun. 3). Keamanan makanan dan air, meliputi; adanya kontaminasi,
praktik hygiene rendah, penyimpanan dan penyiapan makanan yang tidak
aman. Sementara praktik pemberian ASI yang tidak tepat (inadequate
breastfeeding), tidak melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), tidak ASI
ekslusif dan penyapihan terlalu dini.
Beberapa hasil studi di Aceh menunjukkan kualitas praktik pemberian ASI
dan makanan pada anak 0-24 bulan di Aceh masih rendah. Hasil studi UI dan
UNICEF di 3 kabupaten di Aceh pada tahun 2012 menunjukkan angka IMD
hanya 30.5% di Aceh Besar, dan 34. 7% di Aceh Timur, sedikit lebih tinggi di
Aceh Jaya 76.3%, demikian juga dengan ASI ekslusive hanya 16.9% 6.i Aceh
Besar, 0.0% in Aceh Jaya dan hanya 8.2% di Aceh Timur (UI dan UNICEF
2012). Hasil PSG 2018 lebih dari setengah (59.4 %) bayi baru lahir di lakukan
IMD pada 1 jam pertama setelah lahir, akan tetapi pemberian ASI ekslusif
sampai 6 bulan hanya 23.0%.
80.0 74.4
70.0
60.0 53.6
49,7 49,7
50,0
39,8 38,5
40.0 36.2

I
30,0 25,5
18,9
20.0 14,8
8.7
10,0
% ab0

U


U .0
0
Cl)

%
G
0
0..

b0
rd
5
O
"Cl
i c..5 ci
£d
%
o
k
G
c
%s::
0
0...

.0
~
c
"Cl

.
0
g
a
U

d .c0
3 6


b0
~
.dd
r/)

£•
o
~
ef
G

£•
cv c
%
. C
0

••
U

£a
4
b0
0
4
t5
b0
0, 0
+
0,

c cN cN Lo
u
di g

a%

; >
)
•=
A. Intervensi Gizi Spesifik

1.Sasaran Ibu Hamil


Intervensi Provinsi Kabupaten/ Kecamatan Desa Penanggung
Spesifik pada Ibu Kota jawab
Hamil
l. Suplementasi e Penetapan t
Penetapan . Penetapan . Penetapan Dinas
tablet besi folat target intervensi target target target Kesehatan
2. Pemberian spesifik tingkat intervensi intervensi intervensi dan
provinsi untuk spesifik spesifik spesifik jajarannya
Makanan
Tambahan sasaran ibu tingkat tingkat tingkat desa

Hamil Kurang e Penetapan kota untuk untuk sasaran ibu


sasaran ibu sasaran ibu hamil
Energi Kronik
(KEK)
norma status
hamil hamil . Pendamping
3. Promosi &
prosedur
kriteria/ NSPK . Penetapan 4
Edukasi dan
.
an kader
kepada ibu
konseling regulasi
.
1S1
0 Advokasi dan

inisiasi
konseling
sosialisasi
. Advokasi dan piringku dan
konsumsi
hamil
Edukasi dan
menyusu dini 0 Pengawasan sosialisasi
(IMD) dan ASI dan . Wasdal, mon• tablet tambah konseling isi
ku
Eksklusif piring
4. Penanganan
pengendalian / W
asdal, mon-ev . ev
Peningkatan . darah/ TTD
Komunikasi dan
kecacingan Peningkatan kapasitas informasi konsums
.
0

pada ibu hamil kapasitas untuk untuk semua edukasi/KIE i


TTD
intervensi dan konseling KIE dan
kurang energi
kronik
dan anemia
(KEK) semu
intervensi . Peningkatan
akses dan
Kampanye
dan gerakan ¢
konseling
Penguatan
0 Penguatan
5. Pemeriksaan mutu massa meja 4
kehamilan
Pokjanal
Posyandu
pelayanan . Integrasi
.
Posyandu
(ANC)
standar
sesuai
0
Peningkatan . Penguatan
Pokjanal
pelayanan di
faskes dan .
Rumoh
akses dan mu tu
termasuk
pemeriksaanHI
pelayanan . Posyand
Evaluasi . posyandu
Integrasi
PMT
untuk
Sifilis, • kinerja tingkat
Evaluasi target
V, target kinerj a pendampinga Ibu
hamil
Hepatitis B propinsi guna tingkat n keluarga %

Penyelenggar
elas
6. Pr ogram program
perbaikan ..
guna
kabupaten . Program aan
Evaluasi
k
Persalinan
Perencanaandan intervensi g121 perbaikan kecacingan
penuntasan
¢
ibu ha.mil
Pencegahan spesifik untuk program dan malaria target
Komplikasi sasaran ibu intervensi gizi (untuk kinerja
(P4K), hamil spesifik daerah tingkat desa
persalinan di untuk endemik) guna
fasilitas sasaran ibu . Evaluasi
target kinerja
perbaikan
program
kesehatan/ ha.mil
Faskes dan tingkat in t ervensi
. . spesifik
perencanaan kecamatan g12
KB pasca guna untuk
persalinan perbaikan sasaran ibu
7. Pemanfaatan program hamil
..
Buku intervensi g121
kesehatan ibu spesifik
dan anak / KIA untuk
sasaran ibu
hamil
2. Sasaran Bay1'0-6B u 1 an
Intervensi Provinsi Kabupaten/ Kota Kecamatan Desa Penanggung
Spesifik Bayi 0-6 . jawab
Bulan
1. Inisiasi 411 Penetapan . Penetapan
target
. Penetapan
target
. Penetapan
target intervensi
Dinas
Kesehatan
Menyusu Dini target
(IMD) intervens desa untuk
ispesifik spesifik tingkat spesifik jajarannya
2. ASI Eksklusif tingkat sasaran bayi O •
kabupaten DPMG dan
3. Pemantauan tingkat
$

/kota untuk kecamatan 6 bulan


.
pertumbuhan provinsi jajarannya
dan untuk sasaran bayi 0 untuk sasaran Pendampingan
-- 6 bulan
. Penetapan .
ba
bulan
Pemberian Implementas regulasi KIE dan pengasuh 0-6
.
4. ¢

imunisasi 1 regulasi Advokasi dan konseling bulan

. Wasdal, mon-ev teknis konseling


6. Manajemen
Terpadu Bayi
a
rumah
sakit/RS, .
Peningkatan .
Kampanye Penguatan mej
dan gerakan 4 Posyandu
Muda/MTBM
7. SDIDTK
praktik
mandiri
kapasitas
refreshment
dan
massa Rumoh Gizi .
8. Manajemen
Layanan
bidan/PMB, nakes .untuk Integrasi
semua teknis pelayanan di
Terpadu
stimulasi Balita dan .
Puskesmas
Faskes Peningkatan faskes dan
deteksi
Sakit/MTBS lainnya akses dan mu tu posyandu intervensi dini
9. Pemanfaatan Advokasi pelayanan .
Integrasi tumbuh
.
e
Buku/KIA dan Penguatan pendampinga kembang/SDID
TK di Posyandu,
sosialisasi Pokjanal
Posyandu
n
. keluarga
Peningkatan PAUD
. ..
411 Wasdal,
mon-ev Evaluasi target kapasitas dan Layanan MTBM
kinerja tingkat refreshment Penyelenggaraa
0 Peningkatan
kabupaten/kot kader n kelas ibu
kapasitas
untuk a guna .
Layanan .
Evaluasi target
semua teknis perbaikan SDIDTK,
program MTBM, MTBS kinerja tingkat
€ Penguatan ..
Evaluasi desa guna
intervensi g1z1
Pokjanal spesifik untuk target kineria perbaikan
tingkat program
Posyandu sasaran 0-6 intervensi ..
kecam atan g1z1
• Peningkatan bulan
spesifik untuk
akses dan guna 0-6
perbaikan sasaran
mutu
pelayanan program bulan
..
intervensi g12I
• Evaluasi
spesifik untuk
target sasaran 0-6
kinerja
tingkat bulan
propinsi
guna
perbaikan
program
intervensi
..
spesifik
g1
untuk
sasaran 0-6
bulan

3. Sasaran Usia 6-59 Bulan


Kabupaten/Kota Kecamatan Desa Penanggung
Intervensi Provinsi
Jawab
Spesifik
Usia 6-59
Bulan
1. Makanan Penetapan .
Penetapan
.
e

Pendamping target
intervensi
target
intervensi
. Penetapa Penetapan Dinas
ASI n target target Kesehatan
2. Pemantauan spesifik intervens dan
spesifik pertumbuha intervensi
tingkat i spesifik jajaranny
tingkat spesifik
tingkat tingkat a
n provinsi kabupaten I kecamata desa untuk
3. Pemberian untuk kota
untuk imunisasi n
untuk sasaran
sasaran
sasaran anak sasaran anak usia
balita anak usia 6 usia 6 - 59 anak usia 6 6 - 59
4. PMT
59 bulan bulan 59 bulan bulan
gizi kurang
5. Vitami n A 0 Penyediaan . Pelatihan Pelatiha
t
. Pelatihan
6. Obat Cacing dan PMBA PMBA
n dan PMBA dan
7. Pemanfaatan pendistribu Penyeliaan Penyeliaan untuk
Buku KIA s1an buffer Fasilitatif Fasilitatif kader
stock MP PMBA PMBA .
Konseling
dan
ASI ¢
Pengadaan ¢
Promosi
G Pelatihan logistik yang Kesehatan, Edukasi
menunjang Edukasi dan PMBA
pemberian
makan bayi pemantauan Konseling .
Survei
dan tumbuh untuk Prevalensi
anak/PMBA kembang semua teknis Kecacingan
dan . Peningkatan . Surveilance POPM

Fasilitatif petugas
. Penanganan Obat
PMBA penderita Pencegah
e Sosialisasi . Puskesmas
Penyediaan
supply obat
filariasis dan
kecacingan . na Massal)
Pemberian
progra ke
. .
e
m
LP/LS
Wasdal,
cacing
Evaluasi
Pelatihan
kader . Manajeme n
imunisasi
target kinerja tentang Terpadu
mon-ev
e Peningkatan tingkat filariasis dan Balita
kapasitas
petugas
kabupaten
guna . kecacingan
Pengendalian t
Sakit
Evaluas i
kabupaten perbaikan faktor target
(II Melakukan program risiko kinerja
intervensi gizi filariasis tingkat
.
supervisi
spesifik Penyediaan
dan desa a
teknis dan
integrase untuk gun
supply obat perbaika
e Penyediaan sasaran 6-59
bulan
. cacing
Imunisasi
n
intervensi
program
supply obat
cacing . Manajemen gizi k
Terpadu untuk
(II
Evaluasi Balita Sakit sasaran 6•
target
kinerja . Evaluasi
target
59 bulan
tingkat kineria
propinsi tingkat
gu na kecam atan
perbaik an guna
~
program perbaikan
intervensi program
g1z1 spesifik in t ervensi
..
untuk g121 spesifik
sasaran 6• untuk
59 bulan sasaran 6-59
bulan

4 . Sasaran Rema1.a p ut r1.


Intervensi Provinsi Kabupaten/ Kecamatan Desa Penanggung

Remaia Putri
1. Fe remaja . Penetapan . Penetapan .
Penetapan target
Penetapan
target
putri target
2. intervensi
Obat intervensi intervensi intervensi
cacing spesifik spesifik spesifik
spesifik
3. Promosi tingkat tingkat tingkat tingkat
desa gizi prov1ns1 kabupaten kecamatan untuk
sasaran kota untuk
untuk I
seimbang
remaja putri . Pendampingan
4. Penyediaan sasaran untuk sasaran
akses remaja putri sasaran remaja putri
kelompok
pelayanan
. Pengadaan remaja Pembagian remaja oleh
TP kesehatan tablet Fe putri dan PKK
untuk
peduli dan .obat Pengadaan pemantaua pola
hidup remaja/PK cacing tablet Fe n konsumsi sehat
dan gizi PR . Menyediakan dan obat
. tablet Fe
seimbang
modul cacing dan obat Alokasi dana
promosi g121 . Sosialisasi cacing
sekolah
di desa
kegiatan
untuk
dan isi modul
piringku promosi sesuai positif remaja
.
Integrasi ke gizi dan isi standar $
Wasdal,
mon•
dalam Edukasi isi ev
kurikulum . piringk u
Penguatan
TP
piringku
dan
sekolah tim ·-
.
tentang gizi
dan kespro . UKS
Wasdal,
aktivitas
fisik
Penguatan mon-ev (
Pembinaan
tim TP UKS pelayanan
. Wasdal,
mon-ev
kesehatan
remaja
(PKPR)
. Optimalisasi
UKS
. Imunisasi
remaja
. putri
Wasdal,
mon-ev

B. Intervensi Gizi Spesifik

Provinsi Kabupaten /Kota Kecamatan Desa Penanggung

d
Advokasi integrasi . Advokasi integrasi ¢
Peningkatan ..Rumoh Gizi € BKKBN
kurikulum kespro kurikulum kespro kapasitas sakti pendampingan € Kanwil
dalam Pendidikan dalam Pendidikan peksos dalam Bina Keluarga
Agama pendampingan Balita (BKB) Dinas
. SMP - SMA
. SMP -- SMA 0

Pelatihan PKH Insentif kader Pendidi


Pelatihan
parenting dan parenting dan . Peningkatan
kapasitas
pengembangan
masyarakat
kan
pendampingan pendampingan e Dinas

$
Training of . Training of . Pelatihan Tenaga Pelaksana
Gizi Desa, dll)
0 DPMG
(ToT) Trainer (ToT) parenting dan
Trainer
Pemicuan sanitasi Pemicuan sanitasi pendampingan . Stimulas Tumbuh

masyarakat masyarakat . Pelatihan . Pembagian peran


(STBM) (STBM) pemicuan pengasuhan ayah
Peningkatan Peningkatan STBM dan ibu atau
koordin asi dan koordinasi dan Pembinaan anggota keluarga
penggerak an pengg erak an Rumoh Gizi lain
peran Ulam a peran Ulam a Peningkatan Pelibatan kader
Pr ogr am wajib Progr am wajib kapasitas pengembangan
belajar gratis bagi belajar gr atis bagi penyuluh masyarakat
sem ua an ak sem ua an ak agama dan dalam
Pengemban gan Pengemban gan tokoh agama nusrenbang
modul ceram ah m odul ceram ah dalam Optimalisasi dana
agam a dalam agam a dalam memberikan desa untuk gizi
mengatasi mengatasi pesan dan kesehatan
m asalah gizi, pola masalah gizi, pola peningkatan Penguatan PAUD
asuh, term asuk asuh, termasuk gizi keluarga, Bina Keluarga
pencegah an pencegah an pola asuh, Remaja
pern ikah an dini pern ikah an dini termasuk Pemicuan STBM
dan keham ilan di dan keham ilan di pencegahan Deklarasi Desa
luar nikah luar nikah pernikahan ODF
Dan a baitulmal Pengadaan dini dan
jam ban dan akses kehamilan di
air bersih luar nikah
Pelatihan dalam ceramah
par enting dan agama
pendam pingan • Deklarasi
kader BKB Kecamatan
• Pelatihan ODF
pemi cuan san itasi
total berbasis
masyarak at
(STBM)
• Deklarasi
Kabu paten
Open
Defecation
Free
(ODF)
0
0
0
j

I I
t I I
c

02
.0
0
.0

I I I 1 I I
I I I I +
I I I I

O
·@ 4
;j 5 '
% .
0 h
0
£
rJ)
£ g
" g

« ss
e «
E ,.....
aQ.)

{
i::

.dg rJ) o
b D
"£ g
0 .rt
• def 0, Go
$ EE G b0
• E
0 a o
;
£ %d
0
¢ oU a «
«E; %
<; .4 .r ±;
c
c «o c£
r ?"
+=g O •
{ g
>.
'

.0
;j
g; - G E
« $;
4:= I

. ....,a
G


4
d
dg l

;j 5 %
;j
4 4

.c
it
G
4
m 0

<('u
.jg
I I I I I

%
G
0
.0
I I

z •
5
5%
z
< t
z
<(
C,
z
<

z
t

i • •
• •
ij
LL %
o

~
$ z c.


LL
¢
~z

• •
0.
2 @
VI
' ' '

"

«

pl

2
pf

cN
£c

'"O

•a
'"O
c
a a
c!j
.c
.d '
.0
a'u
E0 0
Lo
0
Ah

8t
a
h

to


c
U

I'.:'.:

a9,•
c s
Q.)
0
a
4
b0 0
C 0

28•
h

.c i:::::
::s
.0
c
bD
£ c
E • 9,

cco £
c .c
0,
• £•

.c .4


E
s ad
......
0
'"O
£ 0
s

0
U
i::: ::
co
.c
: •:s
.0
i....
0
2,

-4
«st
b0
B
d
9 0

c
t
'
G
....
9 7
-4 r.l)
0
0 Q.)
'u

'u


C
a
4h

£
a

0
0
.-4

g
r.l)
C
50
4
2

2;::,
c0
£
N
(183¥

HVV138
VI3W c
....
¢
,
(1)
i::
c •
0
«O
a
0.. E-<
-4
0
0
£0
3

wed

c0
5
£
et
d)
r.n

c
.c;:s •
c0
b0


Q.)
0,

rt
N


'5%

4
c%
.0
£cd
c


z
b0
t
mG .0
E
E C/J
::s

o •;
0 .2
0


0 0
c
i:::::
'"O •
'"O
0 • G


bl

.$s
&
0
t
0,

0
0
)

«sf

s
%
cd(/) •
'"O
0
Cl

U • •
a
m
i f


( /)
d
c% co
z
b0
¢
cN Lo
%
¢
5
£

0
r:::::

o •

%0
E.¥
2
c
;::, c
;::,
£
0
£0
G 0

.c
a u
%
'u
£


U

5

m Cl
a
5
0
G

0
"O

(I)

Anda mungkin juga menyukai