Anda di halaman 1dari 3

Hirachichal Transmission (DVB-H & DVB-T)

Oleh :
Nadila Septia
19065041

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
Saat ini perkembangan teknologi digital telah merambah ke segala aspek kehidupan
masyarakat, tak terkecuali dalam dunia penyiaran televisi. Digitalisiasi siaran televisi ini
memberikan manfaat lebih dibanding sistem siaran analog, diantaranya kualitas gambar dan
suara yang lebih baik, ketahanan terhadap gangguan dan efisiensi kanal yang tinggi. Sistem
siaran digital telah dikembangkan di banyak negara maju dengan bermacam standar
tersendiri. Salah satu standar yang cukup populer di Eropa dan negara-negara lain adalah
standar DVB (Digital Video Broadcasting). Data digital yang digunakan dalam standar DVB
merupakan data terkompresi dalam format MPEG-2. Pemilihan format kompresi ini dilandasi
pertimbangan karena kualitas kompresi yang baik dan dari sudut pandang komersial juga
menguntungkan. Disamping itu format MPEG-2 juga telah menjadi standar dalam sistem
video digital di dunia seperti dalam format DVD.
Sebagai sistem yang open-source, DVB telah mengalami banyak proses
penyempurnaan dan selanjutnya terbagi atas beberapa katagori disesuaikan akan kebutuhan.
Saat ini salah satu pengembangan DVB yang menarik adalah penggunaan standar DVB
dalam penyiaran televisi digital terrestrial (DVB-T) dan hand-held (DVB-H).
DVB-T lebih dikenal dengan siaran televisi digital menjadi standar yang banyak
dipakai di dunia dan juga tengah diadaptasi di Indonesia karena beberapa kelebihannya,
terutama karena kehandalan DVB-T yang mampu mengirimkan sejumlah besar data pada
kecepatan tinggi secara point-to-multipoint. Sistem DVB-T, merupakan sistem penyiaran
langsung dari pemancar bumi (terrestrial) ke pemirsa di rumah. Fungsi pemancar bumi
adalah untuk mentransmisikan data digital MPEG-2 yang telah dimodulasi menjadi
gelombang VHF/UHF untuk dipancarkan menggunakan antena pemancar. Sistem modulasi
digital yang dipakai dalam sistem DVB-T adalah modulasi OFDM (orthogonal frequency
division multiplex) dengan pilihan tipe modulasi QPSK, 16QAM atau 64QAM. Dengan
menggunakan sistem ini, bandwidth yang digunakan (sekitar 6 hingga 8 MHz) dapat menjadi
efisien sehingga memungkinkan pemakaian satu kanal untuk beberapa konten. Pada unit
penerima, dibutuhkan sistem penerima digital yang berupa set-top-box (STB) yang fungsinya
menerima sinyal modulasi DVB-T dan mengolahnya sehingga siarannya dapat ditonton
melalui televisi biasa. Perangkat STB ini bentuk dan fungsinya mirip seperti penerima
satelit/dekoder (semacam milik Indovision atau Astro), hanya saja alat ini cukup
dihubungkan ke antena biasa. Nantinya, rangkaian penerima pada televisi masa depan akan
dapat langsung mengolah sinyal modulasi DVB-T sehingga tidak lagi dibutuhkan penerima
STB terpisah. Sebagai catatan, meski sistem DVB-T tidak ditujukan untuk sistem penerima
bergerak, namun kemampuan penerimaan DVB-T dalam kendaraan yang bergerak juga
dimungkinkan meski memiliki keterbatasan.

Pengembangan dari DVB-T yang dikhususkan kepada penerima bergerak (mobile)


selanjutnya dinamai DVB-H (handheld). Format baru ini kompatibel dengan DVB-T, namun
lebih ditujukan kepada pengguna telepon seluler atau PDA agar dapat menerima siaran
televisi digital pada perangkat mereka. Sistem DVB-H ini pada dasarnya bertujuan
meningkatkan kemampuan penerimaan sinyal sehingga kondisi penerima yang sedang
bergerak tidak mengalami gangguan. Penerima yang sedang bergerak akan mengalami
efek Doppler terhadap posisi pemancar, oleh karena itu dibutuhkan sistem penerima yang
memiliki gain lebih baik. Dalam pengujian pada penerima yang sedang bergerak, kekuatan
sinyal penerimaan sistem DVB-H lebih baik daripada DVB-T. Namun perangkat mobile pada
umumnya menggunakan baterai sehingga perlu dikembangkan teknologi yang dapat
mengantisipasi masalah daya baterai. Untuk itu pada standar DVB-H diperkenalkan
teknologi time-slicing, dengan cara mengatur setiap konten layanan ditransmisikan sesuai
kebutuhan sehingga perangkat penerima hanya aktif pada saat konten tersebut dipancarkan.
Hal ini ditujukan untuk penghematan baterai pada perangkat mobile penerima akibat beban
kerja yang terus-menerus.
Sistem DVB-T dan DVB-H akan menjadi masa depan dari sistem penyiaran televisi, dengan
kemungkinan penyempurnaan dalam layanan dan teknologi (nantinya akan lahir DVB-T2)
sehingga manfaatnya makin dapat dirasakan oleh operator televisi dan pemirsanya. Namun
untuk migrasi ke sistem ini, khususnya di Indonesia, masih terkendala mengingat investasi
yang telah dilakukan oleh operator televisi pada sistem lama telah begitu besar. Belum lagi
untuk dapat menerima siaran DVB-T, masyarakat harus membeli satu perangkat STB supaya
dapat menerima siaran televisi digital di rumah (yang harganya mungkin belum tentu
terjangkau oleh semua kalangan). Padahal migrasi ke sistem televisi digital seharusnya
mutlak diperlukan, mengingat sumber daya frekuensi yang begitu terbatas, sementara sistem
analog begitu besar dalam menempati alokasi kanal UHF. Belum lagi ‘antrian’ pemain baru
siaran televisi (swasta maupun lokal) begitu panjang menantikan jatah alokasi kanal UHF
yang kini telah penuh sesak.

Anda mungkin juga menyukai