pengumpulan data. Data tersebut digunakan sebagai dasar perhitungan stabilitas maupun
perencanaan teknis. Dari data curah hujan yang diperoleh, dilakukan analisis hidrologi
yang menghasilkan debit banjir rencana, yang kemudian diolah lagi untuk mencari
besarnya flood routing yang hasilnya digunakan untuk menetukan elevasi mercu spillway.
(spillway).
c. Tampungan embung.
(Sosrodarsono, 1993) :
c. Menentukan curah hujan maksimum tiap tahunnya dari data curah hujan yang ada.
h. Menghitung neraca air yang merupakan perbandingan antara debit air yang
tersedia dengan debit air yang dibutuhkan untuk keperluan irigasi dan air baku.
I.2 Penentuan Daerah Aliran Sungai (DAS)
bangunan air (Embung) yang akan direncanakan. Dari lokasi ini ke arah hulu, kemudian
ditentukan batas daerah aliran sungai dengan menarik garis imajiner yang
menghubungkan titik-titik yang memiliki kontur tertinggi sebelah kiri dan kanan sungai
Cepoko dilakukan berdasar pada peta rupa bumi dari citra satelit aplikasi google earth.
I.3 Analisis Curah Hujan
Untuk mendapatkan hasil yang memiliki akurasi tinggi, dibutuhkan ketersediaan data yang
secara kualitas dan kuantitas cukup memadai. Data hujan yang digunakan direncanakan selama 10
tahun sejak tahun 2006 hingga tahun 2016. data hujan harian maksimum masing-masing
stasiun. Data curah hujan harian maksimum ini didapat dari curah hujan harian dalam satu tahun
NO. STA : 17
STASIUN: NGRAMBE
CURAH HUJAN BULANAN R
NO TAHUN MAX
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AUG SEP OKT NOV DES
(mm)
4 2013 32.00 98.00 79.00 - 40.00 31.00 - - - 36.00 43.00 60.00 98.00
8 2009 47.00 29.00 24.00 27.00 41.00 - - - - 18.00 34.00 27.00 47.00
9 2008 38.00 54.00 43.00 23.00 28.00 12.00 - 20.00 - 31.00 27.00 32.00 54.00
10 2007 24.00 40.00 36.00 70.00 16.00 15.00 30.00 - - 20.00 45.00 87.00 87.00
NO. STA : 19
STASIUN: TRETES
NO. STA : 18
1 2016 73 70 61
6 2011 48 166 70
7 2010 94 137 96
8 2009 47 108 87
68
1 2016 73 17.65657049 70 32.8702311 61 17.50006837
1
134
2 2015 15 28.00697388 190 89.21919869 60 17.213182
103
3 2014 72 17.53480104 120 56.34896759 103 29.54929577
125
4 2013 98 23.86681253 154 72.31450841 101 28.97552304
1
109
5 2012 06 25.81512375 130 61.04471489 76 21.80336387
110
6 2011 48 11.68986736 166 77.94940517 70 20.08204567
115
7 2010 94 22.89265691 137 64.331738 96 27.54109121
87
8 2009 47 11.44632846 108 50.71407083 87 24.95911391
118
9 2008 54 13.15110078 156 73.25365787 109 31.27061398
190
10 2007 87 21.18788459 246 115.5153836 185 53.07397785
165
11 2006 97 23.62327362 240 112.6979352 101 28.97552304
RH rencana
NO TAHUN (Xi-X) (Xi-X)^2 (Xi-X)^3 (Xi-X)^4
(mm)
1 2016 68 -52 2740 -143414 7506783
2 2015 134 14 198 2785 39178
3 2014 103 -17 287 -4859 82297
4 2013 125 5 23 110 525
5 2012 109 -12 137 -1605 18785
6 2011 110 -11 113 -1208 12860
7 2010 115 -6 31 -176 987
8 2009 87 -33 1106 -36763 1222407
9 2008 118 -3 7 -20 53
10 2007 190 69 4817 334354 23206405
11 2006 165 45 2018 90678 4073819
JUMLAH 1324 0 11478 239882 36164099
RERATA 120
(Soemarto, 1999).
11 X 239882
Cs = = 0,754
(11-1)(11-2) X 33.88³
1/11 x 36164099
Ck = = 2,4952
33.88⁴
(Soemarto, 1999).
33,88
Cv = = 0,28
120
Dimana:
X = 120 Yn = 0,4996 (Tabel 8.5)
Sd = 33,88 Sn = 0,9676 (Tabel 8.6)
NO PERIODE X Sd Sn Yn Yt Xt
= 1,9822
= 0.0735
Nilai kemencengan,
= -0.6248
Distribusi sebaran metode Log Person tipe III
Sd log Y = log x + k Sd
NO PERIODE log x Cs k x = 10^Y
x log x
1.982
0.07351 0.0990 1.98953
1 2 3 -0.6248 97.6179
1.982
0.8570 2.04525
2 5 3 0.07351 -0.6248 110.9818
1.982
1.2000 2.07047
3 10 3 0.07351 -0.6248 117.6161
1.982
1.8800 2.12046
4 100 3 0.07351 -0.6248 131.9639
NO PERIODE Xrt Sd Kt Xt
1.982
1 2 33.88 0.0990 5.3364
3
1.982
2 5 33.88 0.8570 31.0174
3
1.982
3 10 33.88 1.2000 42.6383
3
1.982
4 100 33.88 1.8800 65.6767 Hasil perhitungan dari
3
semua metode, ditunjukkan dalam tabel di bawah ini:
Rekapitulasi daftar curah hujan rencana
HASIL
NO JENIS DISTRIBUSI SYARAT KETERANGAN
PERHITUNGAN
Ck < 5,4002 Ck = 2,4935 MEMENUHI
1 METODE GUMBEL I
Cs < 1,139 Cs = 0,7542 MEMENUHI
Cs = 3 Cv + Cv³
METODE LOG = 0,6927 Cs = 0,7542 MEMENUHI
2
NORMAL Ck = 0 TIDAK
Ck = 2,4935
MEMENUHI
Cs ≠ 0 Cs = -0,6248 MEMENUHI
Ck = 1,5 Cs (Ln x)2
METODE LOG
3 +3
PERSON III
=3,001 TIDAK
Ck = 2,4935
MEMENUHI
Dari keempat metode yang digunakan di atas yang paling mendekati adalah sebaran
Metode Gumbel Tipe I dengan nilai Cs = 0,7542 mendekati persyaratan Cs = 1,139 dan nilai
Ck = 2,4935 yang mendekati persyaratan Ck = 5,4002. Dari jenis sebaran yang telah
memenuhi syarat tersebut perlu diuji kecocokan sebarannya dengan beberapa metode.
Hasil uji kecocokan sebaran menunjukan distribusinya dapat diterima atau tidak.
Sebaran Chi Kuadrat (Chi Square Test) (Soewarno, 1995). Digunakan Persamaan
= 4,4595 ≈ 5
DK = 5 - (1+1) = 3
n 11
Ei = =
= 2,2
k 5
Xawal = Xmin – ½ ∆X
= 68 – (0,5*14) = 61
2
Nilai f cr dicari pada Tabel dengan menggunakan nilai DK=3 dan Derajat
2
Kepercayaan 5%, lalu dibandingkan dengan nilai f hasil perhitungan yang dapat
2 2
dilihat pada tabel dibawah ini. Syarat yang harus dipenuhi yaitu f hitungan < f cr
(Soewarno, 1995).
Jumlah Data
f2 = ((Oi -
No Probabilitas (%) Oi - Ei
Ei)^2)/Ei
Oi Ei
11 11 5.8182
2
f hasil hitungan = 6,00
2
f cr = 7,815
Dilihat hasil perbandingan di atas bahwa ternyata f2 hitungan < f2cr, maka
Uji keselarasan Smirnov – Kolmogorov, sering juga uji kecocokan non parametrik (non
parametric test), karena pengujian tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu. Hasil
perhitungan uji keselarasan sebaran dengan Smirnov – Kolmogorov untuk Metode Gumbel
= 120 mm
Sd = Standar deviasi
= 24,342
N = jumlah data
4 = 1 - 8 = 4 -
1 2 3 5 6 7 = 1 - 6
3 7
Dilihat dari perbandingan di atas bahwa Dmaks < Do kritis, maka metode sebaran yang
Hasil perhitungan intensitas curah hujan disajikan pada Tabel berikut ini.
Untuk menghitung atau memperkirakan besarnya debit banjir yang akan terjadi dalam
berbagai periode ulang dengan hasil yang baik dapat dilakukan dengan analisis data
aliran dari sungai yang bersangkutan. Oleh karena data aliran yang bersangkutan tidak
tersedia maka dalam perhitungan debit banjir akan digunakan beberapa metode yaitu :
- Metode Haspers
L = jarak dari ujung daerah hulu sampai titik yang ditinjau (km)
= 3,63 km
2 2
A = luas DAS (km ) = 0,011 km
H = beda tinggi ujung hulu dengan titik tinggi yang ditinjau (km)
= 0,284 km
Dari Tabel curah hujan,
R24 periode
diketahui ulang 2 tahun
diketahui : =115,710 mm
R24 periode ulang 5 tahun =155,397 mm
R24 periode ulang 10 tahun =181,673 mm
R24 periode ulang 100 tahun =263.949 mm
Debit banjir rencana dengan Metode Rasional disajikan pada Tabel sebagai berikut :
(m3/
(tahun) (km2) (mm) (km) (km) (km/jam) (mm/jam) (mm/jam)
dtk)
2
Luas DAS (A) = 0,011 km
67,65
qn = = 19,608 m /dtk.km
t + 1,45
4.1
α =1−
= 0,846
βq n + 7
Qt = α . β .q n A = 182,454 m³ /dtk
0,125 0,
t = 0,25.L.Q .I = 1,27 jam
25
β= = 0,9999
120 + A
67,65
qn = = 25,528 m /dtk.km
t + 1,45
4.1 = 0,846
α =1−
βq n + 7
Qt = α . β .q n A
Rn
0,125 0, 25
t = 0,25.L.Q .I
= 237,542 m³/dtk = 1,311 jam ≈ 1,20 jam→ t = 1,2 jam
Qn = α . β .q n = 0,000989 Rn
240
A
Karena perhitungan debit Metode Weduwen mengandung unsur trial and error
untuk nilai t maka perhitungan dilakukan dalam bentuk tabel dengan langkah-langkah :
5. Apabila harga t perhitungan telah sesuai dengan harga t asumsi maka perhitungan selesai
Dengan cara coba-coba dengan beberapa nilai t didapat harga debit puncak
tiap periode ulang (tahun). Hasil perhitungan debit banjir rencana Metode Weduwen tiap
Rn Qt
No Peiode
(mm) (m3/dtk)
1 2 115.710 114,438
2 5 155.39 153,687
3 10 7
181.673 179,674
4 100 263.94 261,046
9
Untuk perhitungan debit banjir rencana Metode FSR Jawa Sumatra, digunakan
metode regresi karena penulis tidak memiliki data pengamatan debit Sungai di lokasi.
Dengan data hujan harian yang tersedia dan luas daerah pengaliran sungai.
V = 1,02 - 0,0275 log (AREA) = 1,02 - 0,00275 log 0,011 = 1,0738 m/dt
3
= 0,0539 m /dtk
3
QT = Debit banjir periode ulang T tahun ( m /dtk )
= GF(T, AREA)xMAF
100 190 0.9900 188.1000 86.9299 0.0110 - 1.0738 2.7200 0.0539 0.1466
Dari hasil perhitungan dari beberapa metode, maka tabel rekapitulasi perhitungan banjir rencana
Dari tabel di atas dapat diketahui hasil perhitungan debit dengan tiga metode
yang berbeda. Berdasarkan hasil perhitungan dan pertimbangan keamanan dan efisiensi serta
ketidakpastian besarnya debit banjir yang terjadi di daerah tersebut, maka antara metode
yang ada dipakai debit maksimum periode ulang 100 tahun. Karena keterbatasan data yang
kami peroleh, dengan pertimbangan kelengkapan dan ketelitian hasil perhitungan serta lokasi
embung yang berada di lokasi, kami menentukan debit banjir rencana weduwen yaitu 261,045
3
m /dtk
Yaitu banyaknya air yang dibutuhkan tanaman untuk membuat jaring tanaman
(batang dan daun) dan untuk diuapkan (evapotranspirasi), perkolasi, curah hujan,
+S
1. Evapotranspirasi
faktor meteorologi yang terkait seperti suhu udara, kelembaban, kecepatan angin dan
penyinaran matahari.
potensial hasil perhitungan Penman x crop factor. Dari harga evapotranspirasi yang
diperoleh, kemudian digunakan untuk menghitung kebutuhan air bagi pertumbuhan dengan
Tabel Suhu Udara, Tabel Kecepatan Angin, Tabel Kelembaban Relatif dan Tabel Penyinaran
Matahari 12 jam (%). Semua tabel untuk perhitungan evapotranspirasi dapat dilihat di
lampiran.
Perkolasi adalah meresapnya air kedalam tanah dengan arah vertikal ke bawah, dari
lapisan tidak jenuh. Besarnya perkolasi dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah, kedalaman air
tanah dan sistem perakarannya. Koefisien perkolasi adalah sebagai berikut (Hadihardjaja
dkk., 1997) :
a. Berdasarkan kemiringan :
b. Berdasarkan tekstur :
- ringan = 3 – 6 mm/hari
Dari pedoman di atas dan berdasarkan pengamatan yang ada, areal lokasi proyek
Besarnya koefisien tanaman (Kc) tergantung dari jenis tanaman dan fase
pertumbuhan. Pada perhitungan ini digunakan koefisien tanaman untuk padi dengan varietas
Curah hujan untuk menghitung kebutuhan irigasi. Curah hujan efektif adalah
bagian dari keseluruhan curah hujan yang secara efektif tersedia untuk kebutuhan air
tanaman. Besarnya koefisien curah hujan efektif untuk tanaman padi dapat dilihat pada tabel.
Curah hujan (Re) dihitung dari data curah hujan rata-rata setengah bulanan yang
selanjutnya diurutkan dari data terkecil hingga terbesar.
1 2016 75.00 72.50 46.00 52.00 39.00 77.00 65.00 69.00 89.00 42.00 0.00 54.00
2 2015 90.00 190.00 93.00 155.00 27.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 37.00 47.00
3 2014 62.00 57.00 120.00 78.00 38.00 81.00 0.00 0.00 0.00 0.00 103.00 125.00
4 2013 143.00 98.00 154.00 119.00 62.00 80.00 49.00 0.00 0.00 79.00 65.00 75.00
5 2012 130.00 90.00 102.00 79.00 76.00 37.00 0.00 0.00 0.00 41.00 53.00 106.00
6 2011 135.00 56.00 106.00 166.00 100.00 58.00 0.00 0.00 53.00 49.00 73.00 80.00
7 2010 137.00 94.00 92.00 73.00 87.00 65.00 18.00 48.00 100.00 97.00 75.00 62.00
8 2009 108.00 56.00 77.00 87.00 90.00 36.00 10.00 0.00 0.00 20.00 67.00 72.00
9 2008 135.00 89.00 156.00 109.00 28.00 12.00 0.00 30.00 0.00 67.00 80.00 52.00
10 2007 124.00 60.00 90.00 110.00 16.00 20.00 30.00 0.00 0.00 30.00 81.00 246.00
11 2006 64.00 240.00 30.00 53.00 166.00 0.00 1.00 0.00 0.00 0.00 59.00 86.00
Jumlah 1,203.00 1,102.50 1,066.00 1,081.00 729.00 466.00 173.00 147.00 242.00 425.00 693.00 1,005.00
Maksimal 143.00 240.00 156.00 166.00 166.00 81.00 65.00 69.00 100.00 97.00 103.00 246.00
Rerata 109.36 100.23 96.91 98.27 66.27 42.36 15.73 13.36 22.00 38.64 63.00 91.36
X 109.36 100.23 96.91 98.27 66.27 42.36 15.73 13.36 22.00 38.64 63.00 91.36
SD 10.64 44.20 18.69 21.42 31.54 12.22 15.58 17.59 24.67 18.46 12.65 48.90
Re Bulan 100.41 63.01 81.18 80.24 39.72 32.08 2.61 -1.45 1.23 23.10 52.35 50.19
Re Hari -30.08 -28.39 -51.60 -30.75 -39.80 -35.67 -13.24 -11.25 -18.52 -32.53 -53.05 -29.93
5. Kebutuhan air intuk pengolahan lahan
Waktu yang diperlukan untuk pekerjaan penyiapan lahan adalah selama satu bulan
(30 hari). Kebutuhan air untuk pengolahan tanah bagi tanaman padi diambil 200 mm,
setelah tanam selesai lapisan air di sawah ditambah 50 mm. Jadi kebutuhan air yang
diperlukan untuk penyiapan lahan dan untuk lapisan air awal setelah tanam selesai
seluruhnya menjadi 250 mm. Sedangkan untuk lahan yang tidak ditanami (sawah bero)
dalam jangka waktu 2,5 bulan diambil 300 m (Hadihardjaja dkk., 1997). Untuk memudahkan
perhitungan angka pengolahan tanah digunakan tabel koefisien Van De Goor dan Zijlstra.
tanaman (Etc), perkolasi tanah (p), penggantian air genangan (W) dan hujan efektif (Re).
Sedangkan kebutuhan air untuk pemberian pupuk pada tanaman apabila terjadi
pengurangan air (sampai tingkat tertentu) pada petak sawah sebelum pemberian pupuk
2 Kecepatan km/hari 16.41 12.34 13.54 11.21 13.19 15.31 16.99 18.19 19.36 19.86 16.64 17.36
3 f(u) 0.31 0.30 0.31 0.30 0.31 0.31 0.32 0.32 0.32 0.32 0.31 0.32
4 Penyinaran % 22.19 22.68 67.17 38.97 34.97 38.59 43.39 53.59 66.32 49.25 33.03 22.76
5 Kelembaban % 87.20 86.00 84.40 83.60 80.00 76.60 72.00 65.00 63.20 60.80 72.20 84.00
6 ea mbar 24.61 29.47 29.51 32.70 30.46 31.09 27.67 28.24 29.39 30.18 31.96 32.88
7 ed mbar 21.46 25.34 24.91 27.34 24.37 23.81 19.92 18.36 18.57 18.35 23.08 27.62
8 ea-ed mbar 3.15 4.13 4.60 5.36 6.09 7.28 7.75 9.88 10.82 11.83 8.88 5.26
9 w 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.76 0.78 0.74 0.75 0.75 0.75
10 1-w 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.24 0.22 0.26 0.25 0.25 0.25
11 Ra mm/hari 16.00 16.07 15.54 14.52 13.21 12.80 12.84 13.81 14.93 15.77 15.93 15.90
12 Rs mm/hari 181.52 186.25 525.80 286.55 234.28 250.18 281.77 373.49 498.81 392.28 267.07 184.92
13 Rns mm/hari 136.14 139.69 394.35 214.91 175.71 187.63 211.33 280.12 374.11 294.21 200.30 138.69
14 f(t) 14.79 15.36 15.37 15.74 15.48 15.55 15.15 15.22 15.35 15.44 15.65 15.76
15 f(ed) 0.14 0.12 0.12 0.11 0.12 0.13 0.14 0.15 0.15 0.15 0.13 0.11
16 f(n/N) 20.07 20.51 60.55 35.17 31.57 34.83 39.15 48.33 59.79 44.43 29.83 20.58
17 Rn1 mm/hari 40.42 37.33 112.07 60.87 60.02 67.85 85.18 111.43 138.00 103.93 60.05 35.28
18 Rn mm/hari 95.72 102.36 282.28 154.05 115.69 119.78 126.15 168.69 236.11 190.28 140.25 103.40
19 C 1.06 1.06 1.06 1.06 1.06 1.06 1.06 1.06 1.06 1.06 1.06 1.06
20 Eto mm/hari 76.36 81.70 224.79 122.89 92.47 95.82 102.25 140.20 186.16 152.29 112.24 82.65
Evap aktual mm/bln 2.55 2.72 7.49 4.10 3.08 3.19 3.41 4.67 6.21 5.08 3.74 2.75
(Lp –
lt/
Re1)
det 9.11 9.78 27.70 14.94 11.13 11.55 12.35 17.11 22.87 18.62 13.60 9.90
*0.11
/ha
6
(Lp –
lt/
Re1) 105.3 298.5 160.9 124.4 133.1 184.3 246.4 200.6 146.6 106.
det 98.16 119.91
*1.2 8 4 8 4 2 5 0 6 1 65
/ha
5
(Lp – lt/
274.6 110.3 114.4 122.4 169.6 226.6 184.6 134.8 98.1
Re1) det 90.31 96.95 148.11
6 2 9 7 1 9 1 8 2
*1.15 /ha
(Lp – lt/ 86.38 92.73 262.7 141.6 105.5 109.5 117.14 162.2 216.8 176.5 129.0 93.8
Re1) det
2 7 2 1 3 3 8 1 6
*1.10 /ha
2
mm 12,0
mingg Lp 12,22 11,65 11,89 11,91 11,63 11,18 14,04 13,45 14,03 14,51 13,43
/hr 1
u ke 2
Lp - mm 10,7
11,24 10,56 10,99 11,13 11,08 11,04 13,97 13,45 14,03 14,23 12,60
Re2 /hr 3
(Lp –
lt/
Re2)
det 1,30 1,23 1,27 1,29 1,29 1,28 1,62 1,56 1,63 1,65 1,46 1,24
*0,1
/ha
16
(Lp –
lt/
Re2)
det 1,63 1,53 1,59 1,61 1,61 1,60 2,03 1,95 2,03 2,06 1,83 1,56
*1,2
/ha
5
(Lp –
lt/
Re2)
det 1,87 1,76 1,83 1,86 1,85 1,84 2,33 2,24 2,34 2,37 2,10 1,79
*1,1
/ha
5
(Lp –
lt/
Re2)
det 2,06 1,94 2,02 2,04 2,03 2,03 2,56 2,47 2,57 2,61 2,31 1,97
*1,1
/ha
0
PERTUMBUH SA
Jan Peb Maret April Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nop Des
AN T
Kebut
uhan
Pengg
antian 3.33 (m
Air m/
Genan hr)
gan
(W) =
Etc1
2
- mm 84.9
mingg 84.93 84.93 84.93 84.93 84.93 84.93 84.93 84.93 84.93 84.93 84.93
Re3+ /hr 3
u ke 1
P+W
(Etc
1-
lt/
Re3+
det 9.85 9.85 9.85 9.85 9.85 9.85 9.85 9.85 9.85 9.85 9.85 9.85
P+W
/ha
)*0,1
16
(Etc
1-
lt/
Re3+ 106.1 106.1 106.1 106.1 106.1 106.1 106.1 106.1 106.1 106.1 106.1 106.
det
P+W 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 16
/ha
)*1,2
5
(Etc
1-
lt/
Re3+ 97.6
det 97.67 97.67 97.67 97.67 97.67 97.67 97.67 97.67 97.67 97.67 97.67
P+W 7
/ha
)*1,1
5
(Etc
1-
lt/
Re3+ 93.4
det 93.42 93.42 93.42 93.42 93.42 93.42 93.42 93.42 93.42 93.42 93.42
P+W 2
/ha
)*1,1
0
Etc2
2
- mm 88.2
mingg 88.21 88.21 88.21 88.21 88.21 88.21 88.21 88.21 88.21 88.21 88.21
Re4+ /hr 1
u ke 2
P+W
(Etc
2-
lt/
Re4+ 10.2
det 10.23 10.23 10.23 10.23 10.23 10.23 10.23 10.23 10.23 10.23 10.23
P+W 3
/ha
)*0,1
16
(Etc 110.2 110.2 110.2 110.2 110.2 110.2 110.2 110.2 110.2 110.2 110.2 110.
2- 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 26
lt/
Re4+
det
P+W
/ha
)*1,2
5
(Etc 101.4 101.4 101.4 101.4 101.4 101.4 101.4 101.4 101.4 101.4 101.4 101.
2- 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
lt/
Re4+
det
P+W
/ha
)*1,1
5
(Etc 97.0
2- 3
lt/
Re4+
det 97.03 97.03 97.03 97.03 97.03 97.03 97.03 97.03 97.03 97.03 97.03
P+W
/ha
)*1,1
0
Etc3
2
- mm 97.3
mingg 97.37 97.37 97.37 97.37 97.37 97.37 97.37 97.37 97.37 97.37 97.37
Re5+ /hr 7
u ke 3
P+W
(Etc 11.30 11.30 11.30 11.30 11.30 11.30 11.30 11.30 11.30 11.30 11.30
3- lt/
11.3
Re5+ det
0
P)*0, /ha
116
(Etc
3- lt/
121.7 121.7 121.7 121.7 121.7 121.7 121.7 121.7 121.7 121.7 121.7 121.
Re5+ det
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 72
P)*1, /ha
25
(Etc 111.98 111.98 111.98 111.98 111.98 111.98 111.98 111.98 111.98 111.98 111.98
3- lt/
111.9
Re5+ det
8
P)*1, /ha
15
(Etc 107.11 107.11 107.11 107.11 107.11 107.11 107.11 107.11 107.11 107.11 107.11
3- lt/
107.
Re5+ det
11
P)*1, /ha
10
Etc4
2
- mm 103.4 103.4 103.4 103.4 103.4 103.4 103.4 103.4 103.4 103.4 103.4 103.
mingg
Re6+ /hr 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 48
u ke 4
P+W
(Etc 12.0
4- 0
lt/
Re6+
det 12.00 12.00 12.00 12.00 12.00 12.00 12.00 12.00 12.00 12.00 12.00
P+W
/ha
)*0,1
16
(Etc 129.3 129.3 129.3 129.3 129.3 129.3 129.3 129.3 129.3 129.3 129.3 129.
4- 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 35
lt/
Re6+
det
P+W
/ha
)*1,2
5
(Etc lt/ 119.0 119.0 119.0 119.0 119.0 119.0 119.0 119.0 119.0 119.0 119.0 119.
4- det 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 00
Re6+ /ha
P+W
)*1,1
5
(Etc
4-
lt/
Re6+ 113.8 113.8 113.8 113.8 113.8 113.8 113.8 113.8 113.8 113.8 113.8 113.
det
P+W 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 83
/ha
)*1,1
0
Etc5
2
- mm 99.6
mingg 99.66 99.66 99.66 99.66 99.66 99.66 99.66 99.66 99.66 99.66 99.66
Re7+ /hr 6
u ke 5
P+W
(Etc
5-
lt/
Re7+ 11.5
det 11.56 11.56 11.56 11.56 11.56 11.56 11.56 11.56 11.56 11.56 11.56
P+W 6
/ha
)*0,1
16
(Etc
5-
lt/
Re7+ 124.5 124.5 124.5 124.5 124.5 124.5 124.5 124.5 124.5 124.5 124.5 124.
det
P+W 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 58
/ha
)*1,2
5
(Etc
5-
lt/
Re7+ 114.
det 114.61 114.61 114.61 114.61 114.61 114.61 114.61 114.61 114.61 114.61 114.61
P+W 61
/ha
)*1,1
5
(Etc
5-
lt/
Re7+ 109.6 109.6 109.6 109.6 109.6 109.6 109.6 109.6 109.6 109.6 109.6 109.
det
P+W 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63
/ha
)*1,1
0
Etc6
2
- mm 95.6
mingg 95.64 95.64 95.64 95.64 95.64 95.64 95.64 95.64 95.64 95.64 95.64
Re8+ /hr 4
u ke 6
P+W
(Etc
6-
lt/
Re8+ 11.0
det 11.09 11.09 11.09 11.09 11.09 11.09 11.09 11.09 11.09 11.09 11.09
P+W 9
/ha
)*0,1
16
(Etc
6-
lt/
Re8+ 119.5 119.5 119.5 119.5 119.5 119.5 119.5 119.5 119.5 119.5 119.5 119.
det
P+W 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55
/ha
)*1,2
5
(Etc
6-
lt/
Re8+ 109.9 109.9 109.9 109.9 109.9 109.9 109.9 109.9 109.9 109.9 109.9 109.
det
P+W 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 99
/ha
)*1,1
5
(Etc
6-
lt/
Re8+ 105.2 105.2 105.2 105.2 105.2 105.2 105.2 105.2 105.2 105.2 105.2 105.
det
P+W 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20
/ha
)*1,1
0
Yaitu kebutuhan air yang digunakan untuk menentukan pola tanaman untuk
menentukan tingkat efisiensi saluran irigasi sehingga didapat kebutuhan air untuk masing-
masing jaringan (Ditjen Pengairan, 1985). Perhitungan kebutuhan air irigasi ini
dimaksudkan untuk menentukan besarnya debit yang akan dipakai untuk mengairi daerah
Pola tanam adalah suatu pola penanaman jenis tanaman selama satu tahun yang
merupakan kombinasi urutan penanaman. Rencana pola dan tata tanam dimaksudkan untuk
meningkatkan efisiensi penggunaan air, serta menambah intensitas luas tanam. Suatu daerah
irigasi pada umumnya mempunyai pola tanam tertentu, tetapi bila tidak ada pola yang bisa
kebutuhan air untuk pengolahan lahan dan pertumbuhan, kemudian dicari besarnya
kebutuhan air untuk irigasi berdasarkan pola tanam dan rencana tata tanam dari daerah
2. Efisiensi irigasi
Besarnya efisiensi irigasi tergantung dari besarnya kehilangan air yang terjadi
pada saluran pembawa, mulai dari bendung sampai petak sawah. Kehilangan air tersebut
disebabkan karena penguapan, perkolasi, kebocoran dan sadap liar. Besarnya angka efisiensi
tergantung pada penelitian lapangan pada daerah irigasi. Pada perencanaan jaringan irigasi,
tingkat efisiensi ditentukan menurut PSA yaitu 0-10 Ditjen Pengairan Tahun 1985 yaitu
sebagai berikut :
Perhitungan debit andalan bertujuan untuk menentukan areal persawahan yang dapat
diairi. Perhitungan ini menggunakan cara analisis water balance dari Dr.F.J. Mock. Metode
ini digunakan untuk menghitung harga debit bulanan, evapotranspirasi, kelembaban air tanah,
dan tampungan air tanah. Metode ini dihitung berdasarkan data curah hujan bulanan, jumlah
m (%) Keterangan
0 Lahan dengan hutan lebat
dan
saat dimulainya simulasi, dan besarnya tergantung dari kondisi porositas lapisan atas
daerah pengaliran. Biasanya diambil 50 s/d 250 mm, yaitu kapasitas kandungan air dalam
tanah per m². Jika porositas tanah lapisan atas tersebut makin besar, maka kapasitas
kelembaban tanah akan besar pula. Untuk SMC direncana Embung Cepoko diambil 150 mm.
Dengan asumsi di DAS rencana Embung Cepoko terdapat sedikit kandungan pasir yang tidak
begitu porus.
Limpasan (run off) dan tampungan air tanah (ground water storage)
begitu porus karena mengandung sedikit pasir dan daerahnya yang cukup terjal, maka untuk
harga koefisien infiltrasi (I) untuk DAS Embung Cepoko ditaksir sebesar 0,40. Di DAS
Embung Cepoko berdasarkan pengamatan untuk kondisi geologi lapisan bawah tidak
begitu porus dan dapat tembus air karena masih mengandung pasir, di mana pada musim
kemarau hanya ada sedikit air di sungai. Maka untuk permulaan simulasi penyimpanan
awal V(n-1) di DAS Embung Cepoko diambil sebesar 300 mm (pada saat mulai perhitungan).
Tabel Perhitungan Debit Andalan Metode F J. Mock
memenuhi kebutuhan air baku dan juga untuk irigasi bagi masyarakat.
Dari alternative lokasi embung yang terbaik, dicari debit air yang
neraca air di mana nilai kebutuhan yang dapat dipenuhi dari debit
yang tersedia.
• Luas daerah irigasi tetap tetapi ada suplesi debit dari bendung lain.
• Rotasi teknis/golongan.
Volume Selisih
Air Air Inflow -
Kebutuhan Air Debit Andalan Outflow
Bulan Periode
Irigasi Baku (Outflow) (Inflow)
Dari hasil perhitungan jumlah ketersediaan air dan jumlah kebutuhan air yang ada di
lokasi perencanaan sebelum ada embung, terlihat sebagian besar jika di terapkan