Anda di halaman 1dari 14

KONDISI FISIK KABUPATEN SITUBONDO

Kabupaten Situbondo merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang cukup dikenal
dengan sebutan Daerah Wisata Pasir Putih yang terletak di posisi antara 7 35 - 7 44 Lintang
Selatan dan 113 30 114 42 Bujur Timur. Kabupaten Situbondo berbatasan dengan Selat
Madura di sebelah utara, sebelah timur berbatasan dengan Selat Bali, sebelah selatan berbatasan
dengan Kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi, serta sebelah barat berbatasan dengan
Kabupaten Probolinggo.

Luas Kabupaten Situbondo adalah 1.638,50 km atau 163.850 hektar, dan bentuknya memanjang
dari barat ke timur kurang lebih 150 km. Pantai utara umumnya merupakan dataran rendah dan
di sebelah selatan merupakan dataran tinggi dengan rata-rata lebar wilayah kurang lebih 11 km.
Luas wilayah per kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Situbondo,


2015
Kecamatan Luas (km2) Persentase

1 Sumbermalang 129.47 7.9


2 Jatibanteng 66.08 4.03
3 Banyuglugur 72.66 4.43
4 Besuki 26.41 1.61
5 Suboh 30.84 1.88
6 Mlandingan 39.61 2.42
7 Bungatan 66.07 4.03
8 Kendit 114.14 6.97
9 Panarukan 54.38 3.32
10 Situbondo 27.81 1.7
11 Mangaran 46.99 2.87
12 Panji 35.7 2.18
13 Kapongan 44.55 2.72
14 Arjasa 216.38 13.21
15 Jangkar 67 4.09
16 Asembagus 118.74 7.25
17 Banyuputih 481.67 29.4

Situbondo 1 638.50 100

Sumber: BPN Kabupaten Situbondo


Temperatur rata rata di wilayah Situbondo pada tahun 2015 berkisar 21,9 C 25,9 C dengan
ratarata curah hujan pada tahun 2015 adalah 47 mm3 per bulannya sehingga daerah ini menurut
Klasifikasi Iklim Schmidt dan Fergusson tergolong daerah kering. Kabupaten Situbondo berada
pada ketinggian antara 0 1.250 m di atas permukaan laut.

Berikut data rata-rata suhu, kelembapan udara, jumlah curah hujan dan hari hujan Kabupaten
Situbondo tahun 2015 :

Rata-rata Suhu dan Kelembaban Udara Menurut Bulan di Kabupaten Situbondo,


2015
Suhu Udara Kelembaban Udara (%)
Bulan
Maks Min Rata-rata Maks Min Rata-rata

Januari 28,25 21,75 25,00 94,00 77,75 85,88

Februari 27,50 25,75 26,63 89,75 67,75 78,75

Maret 27,25 24,50 25,88 90,75 61,75 76,25

April 28,75 19,85 24,30 92,75 60,50 76,63

Mei 26,75 22,35 24,55 81,00 64,50 72,75

Juni 25,58 19,13 22,36 69,50 45,00 57,25

Juli 25,03 22,50 23,77 59,00 50,25 54,63

Agustus 25,50 22,40 23,95 65,75 48,50 57,13

September 24,98 18,70 21,84 62,00 41,50 51,75

Oktober 25,80 24,13 24,97 68,50 56,25 62,38

November 26,05 23,97 25,01 65,25 51,25 58,25

Desember 25,23 18,08 21,66 68,50 46,25 57,38

Sumber: Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sampean Baru di Bondowoso

Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Situbondo, 2015

Bulan Curah Hujan (mm3) Hari Hujan

Januari 134,00 233

Februari 77,00 166

Maret 137,00 177

April 127,00 190

Mei 19,00 46
Juni - -

Juli - -

Agustus - -

September - -

Oktober - -

November 6,00 6

Desember 64,00 6

Sumber: Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sampean Baru di Bondowoso

KONDISI SOSIAL KABUPATEN SITUBONDO

Penduduk Kabupaten Situbondo tahun 2015 berjumlah 669.713 jiwa, yang terdiri dari 326.500
penduduk laki-laki dan 343.213 penduduk perempuan. Perbandingan antara penduduk laki-laki
dan perempuan atau sex rasio sebesar 95,13 persen. Sedangkan jumlah rumah tangga di
kabupaten Situbondo berjumlah 214.909 rumah tangga. Sementara itu kepadatan rumah tangga
yaitu rata rata jumlah anggota rumah tangga dalam sebuah rumah tangga adalah 3 orang per
rumah tangga.
Kepadatan penduduk Situbondo dari tahun ke tahun semakin meningkat. Kepadatan Penduduk
pada tahun 2000 adalah 366 jiwa per kilometer persegi, saat ini telah mencapai 408 jiwa per
kilometer persegi.

Kepadatan penduduk Kabupaten Situbondo tahun 2000-2015

Tahun Kepadatan penduduk


2000 366
2005 385
2008 391
2009 392
2010 395
2011 398
2012 401
2013 403
2014 406
2015 408
Sumber : statistik daerah Kabupaten Situbondo 2016

Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang
sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia
yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. Angka Partisipasi Murni (APM) adalah
persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah
penduduk di usia yang sama.
Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Jenjang
Pendidikan di Kabupaten Situbondo, 2015

Jenjang Pendidikan APM APK

SD/MI 98,59 112,28

SMP/MTs 73,40 77,19

SMA/SMK/MA 62,75 80,75

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Kor, Maret 2015

Angka harapan hidup penduduk Situbondo tahun 2011 adalah 67,83 tahun. Pada tahun 2012
angka harapan hidup tersebut naik menjadi 67,93 tahun. Selanjutnya pada tahun 2013 juga
mengalami peningkatan menjadi 68,03 tahun. Sedangkan angka harapan hidup tahun 2015 naik
menjadi 68,28. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa seorang anak yang lahir pada tahun
2015 diperkirakan akan hidup rata rata sampai usia antara 68 69 tahun.

AKTIVITAS EKONOMI MASING-MASING KECAMATAN


A. Kecamatan Arjasa
Potensi sektor Pertanian Kecamatan Arjasa yang memberikan kontribusi terbesar diantaranya
produksi dari pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan laut, tambak dan peternakan.
Produksi pertanian tanaman pangan diantaranya adalah padi sawah, jagung, dan kacang tanah.
Tanaman perkebunan cukup memberikan kontribusi terhadap nilai tambah di sektor pertanian
diantaranya komoditi tebu, kopi dan tembakau. Produksi sub sektor peternakan meliputi ternak
sapi, kerbau, kuda, kambing, domba.
Perdagangan merupakan sub sektor yang memberikan dampak cukup besar terhadap
perekonomian di Kecamatan Arjasa. Aktifitas ekonomi dapat berjalan dengan baik apabila
berbagai sarana pendukung perdagangan terdapat di daerah tersebut, seperti : pasar, toko dan
kios/warung.
Terdapat beberapa jenis industri kecil dan rumahtangga yang terdapat di kecamatan Arjasa antara
lain meubel kayu, pande besi tahu, tempe dan tape. Jumlah industri mebel, pande besi, tahu dan
tempe. Disamping industri kecil dan rumah tangga di Kecamatan arjasa terdapat industri besar
pengolahan Kopi milik PT Perkebunan Nusantara XII Kayumas.

B. Kecamatan Asembagus
Komoditi perkebunan seperti tebu dan kelapa banyak ditemui di kecamatan Asembagus. Adanya
pabrik gula di Asembagus menjadikan penduduk banyak yang mengusahakan tanaman tebu.
Populasi ternak besar dan kecil yang terdiri dari sapi potong, kuda, kambing dan domba pada
tahun 2015 secara berturut-turut adalah 12.758 ekor, 98 ekor, 976 ekor, dan 2.401 ekor.
Sektor industry meskipun hanya menyerap 1 (satu) persen tenaga kerja di kecamatan
Asembagus, namun keberadaannya cukup diperlukan. Apalagi di Asembagus terdapat pabrik
gula yang dapat memberikan efek domino terhadap sektor lain. Keberadaan pabrik gula selain
mampu menyerap tenaga kerja industry, tidak kalah penting juga menyerap tenaga kerja besar di
sektor perkebunan. Selain pabrik gula, peran sektor industry kecil dan rumah tangga juga perlu
mendapat perhatian. Hal ini karena tenaga kerja yang terserap juga relatif banyak. Jumlah
industri pengolahan di kecamatan Asembagus ada 135 usaha terdiri dari 77 industri mebel, 85
industri krupuk dan lainnya antara lain industri tahu, tempe, batu bata, anyaman bambu dan
pande besi.

C. Kecamatan Banyuglugur
Potensi sektor Pertanian Kecamatan Banyuglugur yang memberikan kontribusi terbesar
diantaranya produksi dari pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan laut, tambak dan
peternakan.
Produksi pertanian tanaman pangan diantaranya adalah padi sawah, jagung, kacang tanah dan
kedelai. Sektor peternakan meliputi ternak sapi, kerbau, kuda, kambing dan domba. Sedangkan
yang tergolong unggas antara lain ayam buras, ayam ras, itik dan
entok. Di kecamatan Banyuglugur terdapat 16 perusahaan pembenihan udang (hatchery) yang
dikelola secara intensip.
Dilihat dari jumlah keluarga pertanian, maka 69,33 persen adalah keluarga pertanian sub sector
tanaman pangan, 9,59 persen keluarga sub sektor perkebunan, 12,93 persen keluarga sub sector
peternakan, 1,75 persen keluarga sub sektor kehutanan, 6,05 persen keluarga sub sektor
penangkapan ikan dilaut dan 0,35 persen keluarga budidaya ikan.
Dari data tersebut diatas maka penduduk di Kecamatan Banyuglugur pada umumnya berusaha di
sektor pertanian sub sektor peternakan, tanaman pangan dan penangkapan ikan dilaut.

D. Kecamatan Banyuputih
Dalam tahun 2015 di Kecamatan Banyuputih terdapat luas panen padi sawah, jagung, kacang
tanah, dan kacang hijau masing-masing sebesar 2.183 ha, 2.313 ha. Dengan produksi berturut-
turut sebagai berikut: tanaman padi sawah 118.086 kw, jagung 351.783 kw. Tanaman tebu
merupakan tanaman perkebunan yang paling banyak ditanam selama tahun 2015, hal ini
dikarenakan jarak wilayah kecamatan Banyuputih yang cukup dekat dengan pabrik gula juga
harga panen tebu yang prospektif mengakibatkan sebagian petani di Banyuputih menanam
tanaman tebu.
Kecamatan Banyuputih merupakan kecamatan potensi ternak. Jumlah ternak besar dan kecil
yang tercatat selama tahun 2015 adalah sapi 17.450 ekor, kerbau 9 ekor, kuda 246 ekor, dan
kambing/domba 8.129 ekor.
Meskipun kontribusi sektor industry terhadap lapangan pekerjaan belum begitu kuat, namun
keberadaannya cukup diperlukan. Apalagi di kecamatan Banyuputih yang semua wilayah
desanya berbatasan langsung dengan pantai.
Diharapkan dengan kondisi geografis yang demikian dapat tergali potensi dari sector perikanan.
yang bisa memberikan dampak terhadap tumbuhnya sektor industri perikanan.
Jumlah industri pengolahan di kecamatan Banyuputih ada 90 usaha terdiri dari 22 industri mebel,
28 industri genteng, 32 industri batu - bata dan lainnya antara lain industri, anyaman bambu dan
pande besi.

E. Kecamatan Besuki
Potensi sektor pertanian di Kecamatan Besuki yang memberikan kontribusi besar bagi
perekonomian daerah. Berdasarkan data dari Petugas Pertanian Kecamatan Besuki, beberapa
komoditi mengalami penurunan produksi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini
dikarenakan penurunan produktifitas dan luas lahan yang semakin berkurang. Jagung dan padi
merupakan komoditi pertanian yang mengalami kenaikan.
Populasi sapi bertambah dari 4.329 ekor pada tahun 2014 menjadi 4.429 pada tahun 2015.
Populasi kambing bertambah dari 1.571 menjadi 2.015 dan domba bertambah dari 2.190 ekor
pada tahun 2014 menjadi 2.314 ekor pada tahun 2015.
Perdagangan merupakan sub sector yang memberikan dampak paling besar terhadap
perekonomian di Besuki. Sektor perdagangan, bahkan lebih mendominasi dibandingkan dengan
sektor pertanian. Infrastruktur penunjang perdagangan di Besuki antara lain keberadaan pasar
hewan, pasar ikan dan pasar semi permanen lainnya relatif tidak berubah dengan keadaan tahun
sebelumnya. Sarana dan prasarana perdagangan tersebut stagnan yang menunjukkan minimnya
perhatian akan perkembangan sector perdagangan.
Terdapat beberapa jenis Industri kecil dan rumah tangga yang terdapat di Kecamatan Besuki
antara lain Meubel Kayu, Pandai Besi, Batu Bata, Krupuk/Rengginang, Ikan Pindang, Tahu,dan
Tempe.

F. Kecamatan Bungatan
Sebagian besar penduduk Kecamatan Bungatan bermata pencaharian di sektor Pertanian, sejalan
dengan hal tersebut maka persentase penggunaan lahan yang terbesar adalah untuk pertanian,
yaitu lahan pertanian bukan sawah (49 persen) dan sawah (30 persen). Selebihnya atau 21 persen
untuk lahan bukan pertanian. Potensi sektor pertanian sub sektor tanaman bahan makanan di
Kecamatan Bungatan antara lain adalah padi sawah, jagung, kedelai dan ubi kayu.
Sedangkan untuk sub sektor perkebunan antara lain kelapa, tebu, pohon pinang, asam jawa dan
tembakau.
Komoditi pada sub sektor peternakan yang potensial besar adalah sapi sejumlah 7.992 ekor,
kambing sebanyak 1.749 ekor dan domba sebanyak 701 ekor. Sedangkan untuk unggas adalah
ayam buras/kampung.

G. Kecamatan Jangkar
Potensi sektor Pertanian Kecamatan Jangkar yang memberikan kontribusi terbesar diantaranya
produksi dari pertanian tanaman pangan dan peternakan. Selain juga terdapat tanaman
perkebunan dan perikanan. Produksi pertanian tanaman pangan diantaranya adalah padi, jagung,
dan kedelai.
Jumlah sub sektor peternakan sapi mengalami penurunan dari tahun 2014 ke tahun 2015
sebanyak 1.052 ekor, kambing dan domba mengalami kenaikan sebanyak 9 ekor dan 56 ekor,
sedangkan kuda tidak mengalami perubahan walaupun dengan jumlah yang tidak terlalu
signifikan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Perdagangan merupakan sub sektor yang memberikan dampak cukup besar terhadap
perekonomian di Kecamatan Jangkar. Aktifitas ekonomi dapat berjalan dengan baik apabila
berbagai sarana pendukung perdagangan terdapat di daerah tersebut, seperti : pasar, toko dan
kios/warung. Sampai tahun 2016 Kecamatan Jangkar masih belum memiliki pasar daerah.

H. Kecamatan Jatibanteng
Pada umumnya penduduk Kecamatan Jatibanteng menanam padi pada musim hujan, sebab tidak
memungkinkan menanam padi pada kondisi tanah kering dan gersang pada musim kemarau.
Produksi beberapa komoditi perkebunan seperti tembakau, kopi dan kapuk banyak ditemui di
wilayah ini. Usaha peternakan merupakan usaha pertanian kedua setelah pertanian tanaman
pangan. Populasi ternak besar dan kecil yang terdiri dari sapi, kambing dan domba pada tahun
2015 masing-masing adalah 6.914 ekor, 1.437 ekor dan 1.927 ekor. Populasi unggas pada tahun
2015 di dominasi oleh ayam buras, kemudian disusul dengan unggas itik.
Keberadaan Industri terutama Industri kecil dan kerajinan rumah tangga memberikan peranan
yang cukup besar terutama dalam hal penyerapan tenaga kerja. Untuk industri Kerajinan Rakyat
di kecamatan Jatibanteng didominasi oleh industri mebel/kayu ( 46,27 persen ) dan gedek / sesek
( 44,78 persen ) sedang Industri lainnya yaitu pande besi hanya sebesar 4,48 persen dan Industri
tahu/tempe sebesar 4,48 persen. Untuk perusahaan penggilingan yang terbanyak adalah
penggilingan Padi sebanyak 48 usaha, Jagung sebanyak 39 dan kopi sebanyak 31 Usaha.
Aktifitas ekonomi dapat berjalan dengan baik apabila berbagai sarana pendukung perdagangan
terdapat di daerah tersebut, seperti: koperasi, pasar, toko, kios, dan kedai/warung dan sebagainya.

I. Kecamatan Kapongan
Tanaman bahan makanan yaitu padi masih merupakan tanaman dengan luas panen terluas. Di
tempat kedua yaitu tanaman jagung. Komoditi perkebunan yang ada di Kecamatan Kapongan
yaitu kelapa, pinang, kapok randu, asam jawa dan tebu. Dekatnya pabrik gula Panji dan
Asembagus menjadikan penduduk Kecamatan Kapongan banyak yang memilih menanam tebu.
Usaha peternakan merupakan usaha pertanian kedua setelah pertanian tanaman pangan di
Kecamatan Kapongan. Populasi ternak besar dan kecil pada tahun 2015 terdiri dari sapi potong
sebanyak 9.782 ekor, sapi perah tidak ada, kambing 1.942 ekor dan domba 4.816 ekor. Populasi
unggas pada tahun 2015 di dominasi oleh ayam buras sebanyak 39.166 ekor, kemudian disusul
dengan ayam ras yaitu sebanyak 3.300 ekor, itik 3.911 ekor dan mentok sebanyak 773 ekor.
Usaha mikro kecil, dan menengah yang ada di Kecamatan Kapongan diantaranya adalah Industri
pilar, anyaman, pandai besi, pemindangan ikan, krupuk, tahu dan tempe.
Di Kecamatan Kapongan terdapat satu pasar daerah dan dua pasar Desa, Sedangkan untuk toko
dan warung di Kecamatan Kapongan pada tahun 2015 terdapat 301 toko dan 149 warung yang
semuanya tersebar di sepuluh Desa yang ada.

J. Kecamatan Kendit
Sebagian besar penduduk di Kecamatan Kendit bermata pencaharian sebagai petani. Sejalan
dengan hal tersebut maka persentase penggunaan lahan yang terbesar adalah untuk pertanian
terutama pertanian tanaman tahunan pada lahan kering sebesar 55,34 persen, sementara
penggunaan lahan untuk tanah sawah sebesar 41,29 persen. Potensi sektor pertanian sub sektor
tanaman bahan makanan di kecamatan Kendit antara lain adalah padi sawah dan jagung.
Sedangkan untuk sub sector perkebunan antara lain kelapa, kapuk randu, pohon pinang, dan
tembakau.
Sub sektor peternakan yang berpotensi besar adalah sapi sebanyak 13.504 ekor, domba 2.692
ekor dan kambing 1.467 ekor dan. Sedangkan untuk unggas adalah ayam buras/kampung.
Banyaknya perusahaan perikanan tahun 2015 ada perubahan dengan tahun sebelumnya, yang
meliputi perusahaan pembenihan udang sebanyak 4 usaha, perusahaan tambak sebanyak 2 usaha,
dan perusahaan budidaya ikan air payau sebanyak 1 usaha.
Industri Kecil dan Kerajinan Rumah tangga di Kecamatan Kendit meningkat dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2015 jumlah Industri Kecil dan Kerajinan Rumah tangga adalah sebanyak 555
perusahaan meningkat menjadi 588 perusahaan pada tahun 2015. Industri kecil di Kendit
meliputi kerajinan kerang, kapur, mebel, dan kerupuk.
K. Kecamatan Mangaran
Produksi pertanian tanaman pangan diantaranya adalah padi sawah dan jagung. Jumlah Ternak
besar terbanyak yang dipelihara penduduk mangaran adalah sapi potong sebanyak 9.282 ekor.
Sedangkan jumlah ternak kecil yang jenis Ayam buras berjumlah 29.784 ekor, itik sebanyak 788
ekor dan entok berjumlah 941 ekor.

L. Kecamatan Mlandingan
Beberapa sub sektor yang memberikan kontribusi besar terhadap sektor pertanian adalah
pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan laut/tambak dan peternakan. Produksi
pertanian tanaman pangan diantaranya adalah padi sawah dan jagung.
Produksi peternakan tahun 2015 menunjukkan adanya kenaikan yaitu pada jenis ternak sapi
sebesar 1,02 persen, kerbau dan kambing ada penurunan sebesar 1,32 persen . Sedangkan yang
tergolong unggas antara lain ayam buras ada penurunan 10,57 persen, untuk itik juga ada
penurunan 13,68 persen dan entok turun 1,09 persen.

M. Kecamatan Panarukan
Potensi sektor pertanian di Kecamatan Panarukan cukup dominan karena Kecamatan Panarukan
merupakan kecamatan yang banyak dialiri sungai dan merupakan hilir dari banyak sungai besar
di kecamatan Panarukan. Produksi padi dan jagung di kecamatan Panarukan tertinggi pada desa
Sumberkolak.
Selain pabrik gula, yang berada di Desa Wringinanom yang banyak menyerap tenaga kerja,
peran sektor industry kecil dan rumah tangga juga perlu mendapat perhatian. Hal ini karena
tenaga kerja yang terserap juga relatif banyak. Jumlah industri besar sedang di Kecamatan
Panarukan ada 26 usaha. Sedangkan industri kecil dan kerajinan rumahtangga sebanyak 97 usaha
antara lain industri kerajinan kerang, meubel, ukiran, gedek/sesek, batu bata, genteng dan pandai
besi.
Sektor industri memberikan kontribusi keterserapan tenaga kerja di wilayah kecamatan
Panarukan sebesar 5,34 persen yang menduduki posisi ke empat setelah jasa-jasa 23,44 persen,
perdagangan 18,21 persen dan PNS 5,93 persen.

N. Kecamatan Panji
Potensi sektor pertanian di Kecamatan Panji memberikan kontribusi besar bagi perekonomian
masyarakat. Berdasarkan laporan sp tanaman padi dan palawija bulanan yang dirangkum pada
setiap awal bulan, dapat diketahui bahwa luas tanaman padi yang dipanen seluas 3056 Ha dan
palawija/jagung 1175 Ha. Untuk peternakan meliputi sapi, domba, kambing, dan unggas.
Dari Beberapa macam kegiatan industri yang ada di wilayah ini, dominan bergerak di bidang
industry makanan dan minuman. Salah satu industry makanan dan minuman yang sangat mudah
ditemui adalah industri tahu dan tempe. Hasil produksi dari industri ini selama ini mampu
menyangga kebutuhan konsumsi masyarakat Situbondo.
Keberadaan sarana perdagangan di kecamatan ini mampu memberikan kontribusi penuh bagi
pendapatan perkapita masyarakat di Kabupaten. Hal ini mengingat sarana pasar yang merupakan
tempat transaksi jual beli bagi masyarakat di lingkup kota Kabupaten Situbondo, semuanya
berada di Kecamatan Panji. Sebut diantaranya, pasar panji, pasar ardirejo dan pasar mimbaan
yang merupakan sentra jual beli kebutuhan bahan pokok masyarakat, merupakan sarana yang
menjadi jujukan dari masyarakat Situbondo pada umumnya. Selain itu sarana perdagangan lain
seperti minimarket, toko,kios dan warung pertumbuhannya semakin menjamur saja dari tahun ke
tahun.

O. Kecamatan Situbondo
Potensi sektor pertanian di Kecamatan Situbondo memang tidak dominan karena Kecamatan
Situbondo merupakan daerah perkotaan. Namun terdapat beberapa kantong pertanian di
Situbondo seperti Desa Talkandang dan Olean.
Sektor Jasa, Perdagangan dan Industri merupakan sektor sektor yang menyerap tenaga kerja
paling banyak di Kecamatan Situbondo. Diduga juga sektor sektor tersebut menjadi
penyumbang penting dalam struktur ekonomi di Kecamatan Situbondo selain pertanian. Sektor
tersebut menjadikan kecamatan Situbondo lebih khas daripada kecamatan lain.
Sarana perdagangan di Kecamatan Situbondo tercatat lengkap mulai pasar dengan bangunan
permanent sebanyak 1 unit, 1 unit pasar tanpa bangunan permanen, 18 unit toko swalayan/mini
market, 1 151 unit toko, 21 unit restoran/rumah makan dan 462 warung/kedai. Sementara total
tenaga kerja di sektor jasa yang merupakan kompilasi dari subsektor jasa pertanian, jasa
pendidikan, jasa kesehatan, jasa pemerintahan (PNS), perorangan dan kemasyarakatan mencapai
7 379 orang atau setara dengan 33,28 persen dari penduduk yang bekerja.
Sedangkan sektor Industri, sektor yang mampu menaikkan nilai tambah suatu barang terbagi
menjadi dua kelompok yakni industri mikro/kecil dan industry besar/sedang. Terdapat 521
industri kecil dan kerajinan dengan tenaga kerja sebanyak 1 469 orang dan 6 perusahaan industri
besar/sedang dengan 1 068 tenaga kerja.

P. Kecamatan Suboh
Potensi sektor Pertanian Kecamatan Suboh yang memberikan kontribusi terbesar antara lain
pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan laut/tambak, dan peternakan. Produksi
pertanian tanaman pangan antara lain padi sawah, jagung, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu,
dan kedelai.
Produksi peternakan tahun 2015 menunjukkan adanya kenaikan yaitu pada jenis ternak sapi naik
sebesar 2,5 persen, kambing naik sebesar 4,57 persen, dan domba naik sebesar 1,13 persen.
Sedangkan kerbau dan kuda tidak ada pada tahun 2015. Sedangkan yang tergolong unggas antara
lain ayam buras mengalami kenaikan yaitu 0,67 persen. Sedangkan itik turun 5,66 persen dan
entok turun sebesar 3,41 persen.
Di Kecamatan Suboh terdapat sebanyak 190 Industri kecil dan kerajinan rumah tangga, antara
lain pemindangan ikan, penggilingan gabah dan jagung, tempe, tahu, tape, rengginang, suhun,
krupuk, krepek, batu pecah dan batu bata.
Aktivitas perekonomian dapat berjalan dengan baik dan lancar apabila berbagai sarana
pendukung perdagangan terdapat di daerah tersebut dalam jumlah yang memadai dan tersebar
merata seperti adanya pasar, toko, kedai/warung dan rumah makan.

Q. Kecamatan Sumbermalang
Pada umumnya penduduk kecamatan Sumbermalang menanam padi pada musim hujan, sebab
tidak memungkinkan menanam padi pada kondisi tanah kering dan gersang pada musim
kemarau. Produksi beberapa komoditi perkebunan seperti tembakau dan kelapa banyak ditemui
di wilayah ini. Terutama pada bulan April-Mei, penduduk setempat cenderung menanam
tembakau.
Usaha peternakan merupakan usaha pertanian kedua setelah pertanian tanaman pangan. Populasi
ternak besar dan kecil yang terdiri dari sapi dan kambing/domba pada tahun 2015 masing-masing
adalah 10.370 ekor, dan 964 ekor.
Populasi unggas pada tahun 2015 di dominasi oleh ayam buras, kemudian disusul dengan unggas
itik/Entok Dan Merpati/kelinci.
Keberadaan industri terutama industry kecil dan kerajinan rumahtangga memberikan peranan
yang cukup besar terutama dalam hal penyerapan tenaga kerja. Untuk industri kerajinan rakyat
didominasi oleh industri anyaman bambu (98,19) persen, industry mebel sebesar 1,75 persen dan
batu bata 0,06 persen.
Aktifitas ekonomi dapat berjalan dengan baik apabila berbagai sarana pendukung perdagangan
terdapat di daerah tersebut, seperti: koperasi, pasar, toko, dan kios/warung pracangan.

DAFTAR PUSTAKA
https://bptsitubondo.wordpress.com/2008/05/11/profil-kabupaten-situbondo-bagian-i/ ( diakses
pada 2 november 2016 )
http://situbondokab.go.id ( diakses pada 2 november 2016 )
https://situbondokab.bps.go.id ( diakses pada 2 november 2016 )
TUGAS MAKALAH GEOGRAFI SOSIAL
KONDISI FISIK DAN SOSIAL KABUPATEN SITUBONDO

Dosen Pembimbing:
Fatiya Rosyida, S.Pd., M.Pd.

Oleh:
Yulius Eka Aldianto
160722614623
Off: H/2016

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2016

Anda mungkin juga menyukai