PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR: 195/KA/XI/2011
TENTANG
PEDOMAN ETIK PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN HEWAN PERCOBAAN
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
Pasal 2
Pedoman Etik Hewan ini mengatur hal-hal yang bersifat umum seperti sejarah,
prinsip dan aspek yang ada pada etik penggunaan dan pemeliharaan hewan
percobaan, pengaturan etik yang memuat tugas dan tanggung jawab semua
pihak yang terlibat, penggunaan hewan laboratorium, perlakuan terhadap
hewan laboratorium, penggunaan dan perlakuan terhadap hewan besar, dan
prosedur penilaian usulan.
Pasal 3
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 11 November 2011
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,
-ttd-
HUDI HASTOWO
Ferhat Aziz
BATAN
LAMPIRAN PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 195/KA/XI/2011
TANGGAL : 11 November 2011
BAB I
PENDAHULUAN
organism) supaya keseluruhan interaksi yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup dapat diamati
dan dikaji. Keamanan, khasiat obat, dan sarana medik baru perlu diuji menggunakan hewan
percobaan sebelum penelitian selanjutnya perlu dan layak diteruskan dengan mengikutsertakan
relawan manusia. Dalam kegiatan ini, hewan percobaan akan mengalami berbagai keadaan
luar biasa yang menyebabkan penderitaan hingga kematian. Sebagai bangsa yang beradab,
hewan percobaan yang menderita untuk kebaikan manusia dan hewan, wajib dihormati dan
diperlakukan secara manusiawi (humane).
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan seperti telah disebut di atas, banyak hewan
percobaan yang digunakan untuk penelitian dan uji coba serta untuk pendidikan dan pelatihan.
Dalam hal menggunakan hewan percobaan tersebut seringkali masih kurang diperhatikan
aspek etik penggunaan hewan percobaan seperti yang antara lain disebutkan dalam Deklarasi
Helsinki, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 dan Pedoman Nasional Etik Penelitian
Kesehatan: Suplemen II Etik Penggunaan Hewan Percobaan, Departemen Kesehatan. Dalam
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Keswan)
pada Pasal 66 ayat 1 dinyatakan bahwa untuk kepentingan kesejahteraan hewan dilakukan
tindakan yang berkaitan dengan penangkapan dan penanganan; penempatan dan
pengandangan; pemeliharaan dan perawatan; pengangkutan; pemotongan dan pembunuhan;
serta perlakuan dan pengayoman yang wajar terhadap hewan, sedangkan ayat 2 menyatakan
ketentuan mengenai Kesejahteraan Hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara manusiawi. Hal ini menjadi perhatian terutama disebabkan karena para pengguna
hewan percobaan masih kurang sadar tentang aspek etik penelitian.
Berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan yang terjadi dan banyaknya penggunaan
hewan percobaan untuk kegiatan penelitian khususnya di bidang pangan (sub bidang
peternakan) dan kesehatan, BATAN sadar dan merasa perlu untuk menetapkan suatu
Pedoman Etik Penggunaan dan Pemeliharaan Hewan Percobaan. Dalam pelaksanaan litbang
di BATAN yang umumnya menggunakan radiasi atau bahan radioaktif, penggunaan hewan
percobaan laboratorium terkait penelitian untuk kepentingan kesehatan manusia. Sedangkan
penggunaan hewan ruminansia baik besar (seperti sapi dan kerbau ) maupun ruminansia kecil
(seperti kambing dan domba) untuk penelitian terkait nutrisi dan kesehatan hewan ternak.
Pedoman ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk pembinaan dan pendidikan para peneliti di
bidang pangan dan kesehatan serta untuk meningkatkan kualitas hasil penelitian dan
pengembangan yang dihasilkan BATAN, sehingga pada saat publikasi dan diseminasi hasil
litbang akan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.
BATAN
-3-
BAB II
ETIK PENGUNAAN HEWAN PERCOBAAN
Penelitian biomaterial maupun radiofarmaka baru memerlukan makhluk hidup utuh (whole
living organism) untuk mengamati dan mengkaji keseluruhan interaksi yang terjadi dalam tubuh.
Sebelum dilakukan uji klinis terhadap hasil dari suatu penelitian dengan mengikutsertakan
relawan manusia, keamanan dan khasiat baik biomaterial maupun radiofarmaka tersebut
terlebih dahulu perlu dilakukan uji praklinis menggunakan hewan percobaan. Dalam
persyaratan etik, relawan manusia hanya boleh diikutsertakan jika keamanan dan khasiat baik
biomaterial maupun radiofarmaka tersebut telah diujicoba lengkap di laboratorium serta jika
layak, dengan menggunakan hewan percobaan. Biomaterial maupun radiofarmaka baru tidak
diperkenankan untuk digunakan langsung pada manusia kecuali, bila sekalipun tanpa uji coba
pada hewan percobaan, telah bisa diduga dengan wajar tentang keamanannya.
Berbagai macam penderitaan bahkan sering berakhir dengan kematian akan dialami
hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian. Penderitaan yang dialami hewan
percobaan dapat berupa ketidaknyamanan, ketidaksenangan, kesusahan (distress), rasa nyeri
dan akhirnya kematian. Karena penderitaan yang dialami hewan percobaan adalah untuk
kepentingan dan kebaikan manusia dan hewan, maka para peneliti dan pelaksana penelitian
wajib menghormati dan memperlakukan hewan percobaan secara manusiawi.
Dokumen yang digunakan sebagai acuan pedoman etik penelitian kesehatan adalah The
Declaration of Helsinki. Ethical Principles for Medical Research Involving Human Subjects yang
diterbitkan oleh World Medical Association dalam General Assembly di Helsinki tahun 1964.
Dokumen ini telah diamandemen sebanyak 5 (lima) kali yang terakhir dilakukan di Tokyo tahun
2004 dalam rangka melakukan penyesuaian perkembangan ilmu kesehatan dan tuntutan
masyarakat. Dua butir dalam Deklarasi Helsinki yang secara khusus memberi perhatian pada
masalah etik penggunaan hewan percobaan adalah butir 11 dan 12 yang diterjemahkan secara
lengkap sebagai berikut.
- Butir 11. Penelitian kesehatan yang mengikutsertakan manusia sebagai subyek penelitian
harus memenuhi prinsip ilmiah yang sudah diterima secara umum, didasarkan pada
pengetahuan saksama dari kepustakaan ilmiah dan sumber informasi lain, pelaksanaan
percobaan dilakukan di laboratorium yang memadai, dan jika layak pecobaan hewan.
- Butir 12. Keberhatian (caution) yang tepat harus diterapkan pada penelitian yang dapat
mempengaruhi lingkungan. Kesejahteraan hewan yang digunakan dalam penelitian harus
dihormati.
BATAN
-4-
Dalam masyarakat umum dan ilmiah berkembang pandangan bahwa penggunaan hewan
percobaan pada penelitian kesehatan harus secara terencana dan bertahap dihentikan.
Penggunaan hewan percobaan untuk pendidikan dan pelatihan di sejumlah besar negara telah
dilarang. Sebagai sarana penggantinya antara lain tayangan video yang ternyata telah terbukti
memberi hasil yang lebih baik untuk proses belajar mengajar daripada penggunaan hewan
percobaan. Meskipun pengunaan hewan percobaan akan semakin berkurang tetapi hewan
percobaan masih tetap akan diperlukan untuk penelitian kesehatan di masa depan karena
hewan percobaan sebagai sistem biologik yang utuh belum dapat digantikan. Oleh karena itu
sangat diperlukan suatu Pedoman Etik Penggunaan dan Pemeliharaan Hewan Percobaan di
BATAN untuk penelitian pangan yang menggunakan hewan ternak dan penelitian kesehatan
yang menggunakan hewan laboratorium supaya pelaksanaannya dilakukan dengan cara yang
etis dan dapat dipertanggungjawabkan.
2. Metode seperti model matematik, simulasi komputer, dan sistem biologik in vitro
sebaiknya digunakan, jika layak.
3. Percobaan dengan menggunakan hewan dilakukan setelah mempertimbangkan
secara seksama relevansinya terhadap kesehatan manusia dan hewan dan
pemajuan pengetahuan biologik.
4. Hewan yang dipilih untuk digunakan dalam penelitian harus dari spesies dan mutu
hewan yang tepat serta dalam jumlah optimal untuk memperoleh hasil ilmiah yang
absah.
5. Peneliti dan tenaga kerja lainnya harus selalu memperlakukan hewan sebagai
makhluk perasa (sentient), menganggap penting arti pemeliharaan dan penggunaan
hewan yang tepat, dan mengerti cara penghindaran dan pengurangan
ketidaknyamanan, kesusahan, dan rasa nyeri pada hewan sebagai keharusan etis.
6. Peneliti harus memahami bahwa prosedur yang menimbulkan rasa nyeri pada
manusia juga menimbulkan rasa nyeri pada hewan bertulang belakang (vertebrata),
meskipun masih perlu tambahan pengetahuan tentang persepsi nyeri pada hewan.
7. Prosedur pada hewan yang menyebabkan rasa nyeri dan kesusahan lebih dari
minimal dan sesaat harus dilakukan dengan cara penenangan, penghilangan rasa
nyeri dan pembiusan yang tepat sebagaimana lazim dilakukan pada praktek
kedokteran hewan. Bila dalam penelitian tersebut tidak dilakukan pembiusan atau
penghilangan rasa nyeri pada hewan percobaan maka keputusan ini harus diketahui
dan disetujui oleh suatu komisi yang memiliki tanggung jawab menerbitkan ethical
approval penggunaan hewan percobaan.
8. Pada akhir penelitian atau bahkan sewaktu dilakukan percobaan, hewan yang akan
menderita rasa nyeri hebat atau rasa nyeri berkepanjangan, ketidaknyamanan, atau
cacat yang tidak dapat dihilangkan, harus dimatikan tanpa rasa nyeri.
9. Hewan yang digunakan untuk keperluan penelitian harus disediakan kondisi hidup
yang baik. Pemeliharaan hewan sebaiknya berada di bawah pengawasan dokter
hewan. Perawatan veteriner harus tersedia sesuai keperluan.
10. Kepala lembaga yang menggunakan hewan percobaan bertanggungjawab bahwa
peneliti dan semua tenaga kerja lainnya memiliki kualifikasi atau cukup pengalaman
untuk melakukan prosedur pada hewan. Perlu diberi kesempatan untuk in-service
training, termasuk pemberian empati dan keprihatinan yang tepat dan manusiawi
pada hewan percobaan yang digunakan.
BATAN
-6-
used. ”Refinement mencakup pemilihan hewan bermutu baik, pemeliharaan yang baik
sesuai karakteristik biologik, tingkah laku, dan lainya dari spesies yang digunakan, dan
penggunaan metode yang mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan kesusahan
sehingga meningkatkan kesejahteraan hewan percobaan. Pengaturan dalam bentuk
pedoman untuk menggolongkan rasa nyeri, ketidaknyamanan, dan efek lain yang
merugikan pada hewan percobaan perlu disusun dalam bentuk juklak tersendiri.
Prinsip 3R pada penggunaan hewan percobaan sangat diperlukan untuk penelitian di
BATAN dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Perlu dirumuskan kerangka hukum yang memasukkan prinsip 3R untuk semua
penelitian kesehatan dan peternakan yang menggunakan hewan percobaan.
2. Program pendidikan dan pelatihan tentang prinsip 3R yang wajib diikuti oleh para
peneliti dan pelaksana penelitian dengan hewan percobaan.
3. Program pelatihan yang memadai tentang disain penelitian dan penggunaan metode
statistik yang tepat yang harus diikuti oleh para peneliti. Dengan disain statistik yang
tepat dapat diperoleh hasil dengan ketelitian yang sama dengan menggunakan lebih
sedikit hewan percobaan. Penggunaan hewan percobaan dengan jumlah besar yang
ditentukan atas dasar kesepakatan atau kebiasaan (jumlah 30 atau 50) tanpa
konsiderasi stastistik yang memadai, diharapkan tidak akan terjadi lagi.
4. Setiap usulan penelitian yang menggunakan hewan percobaan harus dinilai oleh
Komisi Etik Penggunaan dan Pemeliharaan Hewan Percobaan (KEPPHP)-BATAN
untuk menjamin terpenuhinya kesejahteraan hewan percobaan.
5. Pengkajian terhadap manfaat hasil penelitian yang dikaitkan dengan penderitaan
hewan percobaan merupakan bagian penting dalam memberikan persetujuan usulan
penelitian.
Setiap pengelola yang bekerja dengan hewan percobaan wajib menjaga keselamatan
dan kesehatan diri dengan memperhatikan dan melaksanakan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Pengelola hewan percobaan wajib memakai alat pelindung diri secara benar dan
sesuai kebutuhan dari setiap jenis pekerjaan yang dilakukan.
BAB III
PENGGUNAAN HEWAN LABORATORIUM
yang baik, suhu cocok, dan ventilasi lengkap dengan insect proof screen (kawat
nyamuk).
III.1.2. Sanitasi
Beberapa program kesehatan hewan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pada semua hewan percobaan dilakukan pengamatan terhadap gejala klinis penyakit,
trauma, dan abnormalitas lainnya termasuk perilaku oleh personil terlatih. Frekuensi
observasi ini bergantung kepada spesies dan tindakan yang dilakukan terhadap
hewan. Abnormalitas yang ditemukan segera dilaporkan kepada dokter hewan untuk
tindakan selanjutnya yang sesuai berdasarkan pertimbangan profesional dan standar
kedokteran hewan. Pengobatan yang diberikan selayaknya mempertimbangkan
konsekuensinya terhadap capaian tujuan penelitian dengan tidak mengabaikan aspek
kesejahteraan hewan.
2. Pemeriksaan rutin/berkala antara lain pemeriksaan fisik (hewan bukan rodensia),
serologis, virologi, parasit, bakteriologi, atau uji lainnya untuk mendeteksi agen
infeksi sub klinis. Frekuensi dan jenis pemeriksaan dilakukan sesuai dengan spesies,
tujuan penggunaan dan status yang ditargetkan bagi kelompok hewan percobaan.
3. Pemeliharaan kesehatan harian pada hewan percobaan dilakukan oleh personil
profesional dan terlatih, termasuk pada hari libur dan di luar jam kerja untuk keadaan
darurat.
4. Untuk tujuan pencegahan transmisi penyakit antar spesies, rasa takut dan keadaan
stres, kecemasan, dan perubahan perilaku dan fisiologi yang mungkin ditimbulkan,
dilakukan pengandangan yang berbeda pada setiap spesies. Pemisahan ini juga
selayaknya dilakukan untuk hewan dengan perbedaan sumber atau asal, waktu
kedatangan, tujuan penggunaan, dan status penyakit yang berbeda.
5. Setiap hewan harus memiliki identifikasi baik individu (hewan bukan rodensia)
maupun kandang (rodensia). Rekaman medik dilakukan untuk setiap tindakan hewan,
baik dengan tujuan penelitian maupun pemeliharaan kesehatan (termasuk
pemeriksaan, pengobatan, anestesia, dan bedah).
BATAN
- 14 -
BAB IV
PERLAKUAN TERHADAP HEWAN LABORATORIUM
Hewan percobaan yang digunakan untuk penelitian bagi kepentingan kesehatan manusia
umumnya akan mengalami berbagai hal yang tidak menyenangkan seperti ketidaknyamanan,
ketidaksenangan, kesusahan, rasa nyeri, dan kematian. Untuk itu diperlukan suatu tata cara
yang baik dalam memperlakukan hewan percobaan.
IV.2. Pembedahan
Pembedahan hewan uji merupakan salah satu rangkaian dari penelitian invivo yang
menggunakan hewan seperti tikus, mencit, kelinci maupun jenis hewan lain. Dalam
pelaksanaannya perlu persiapan agar tindakan yang dilakukan tidak mempengaruhi hasil
penelitian. Selain itu, peralatan yang digunakan tidak terkontaminasi oleh bahan selain
bahan uji.
BAB V
PENGGUNAAN DAN PERLAKUAN TERHADAP HEWAN RUMINANSIA
Hewan percobaan ruminansia yang biasa digunakan oleh laboratorium di BATAN adalah
ternak ruminansia kecil yaitu kambing dan domba, serta ruminansia besar seperti sapi dan
kerbau. Panduan penggunaan dan perlakuan hewan percobaan ruminansia ini dimaksudkan
supaya hewan yang digunakan diperhatikan kesejahteraannya dan dipastikan semua hewan
tidak mengalami kesakitan, kelaparan, penderitaan, dan luka yang tidak diperlukan (prinsip 5
Freedom).
V.1.1. Pengandangan
1. Sebelum perlakuan percobaan dimulai, kambing dan domba dikandangkan
dalam bentuk kelompok dengan lahan yang cukup luas.
2. Kambing rentan terhadap perubahan cuaca sehingga perlu disediakan tempat
berteduh di lahan pemeliharaannya.
3. Kambing memiliki kecenderungan untuk meloncat maka diperlukan pagar
yang kuat dan cukup tinggi (minimal 1,2 m) untuk mencegah dari melarikan
diri dan gangguan hewan liar.
4. Kandang harus dirancang, dibangun, dan dipelihara untuk menghindari risiko
cedera.
V.1.2. Pemeliharaan
1. Kambing dan domba harus mendapat pakan yang seimbang dan cukup
(sesuai standar kebutuhan nutrisi) agar kesehatan dan kekuatannya terjaga.
2. Pakan tersedia dengan cukup dan ditempatkan pada wadah yang mudah
dijangkau. Sisa pakan harus dibuang dan wadah dibersihkan dengan baik.
3. Hewan harus mendapat akses yang mudah untuk air minum yang segar dan
bersih setiap saat. Air minum diganti sedikitnya dua kali sehari dan wadah
minum dibersihkan dengan baik.
BATAN
- 17 -
V.1.4. Kesehatan
1. Pengawas harus mengetahui perilaku normal kambing maupun domba, dan
mengenali tanda-tanda yang menunjukkan kesehatan yang baik. Hal ini
termasuk nafsu makan yang baik, tingkat kesiagaan hewan, kondisi bulu yang
baik, tidak pincang, feses bulat padat dan tidak ada gejala kecacingan dan
infeksi ektoparasit, serta tidak ada abses maupun luka pada kulit.
2. Hewan diperiksa secara teratur khususnya kondisi kaki dan infeksi parasit
pada kulit, dimana kambing dan domba sangat peka terhadap kutu dan
tungau.
3. Kesehatan hewan percobaan harus terjamin dengan tersedianya program
pencegahan seperti kontrol parasit dan pemberian vaksin untuk penyakit
umum pada kambing dan domba berdasarkan saran dan pengawasan dokter
hewan.
4. Ketika hewan sakit dan menunjukkan gejala lesu, pengawas harus melakukan
tindakan cepat untuk memisahkannya dan dokter hewan yang bertanggung
jawab segera melakukan pemeriksaan untuk mengetahui penyebabnya dan
melakukan tindakan pengobatan.
5. Jika kondisi hewan yang sakit semakin parah dan tidak dapat diselamatkan,
maka dilakukan pemusnahan secara manusiawi oleh personil yang
BATAN
- 18 -
V.2.1. Pengandangan
1. Ruminansia besar ditempatkan pada kandang dengan ukuran yang cukup
agar hewan ini dapat bergerak dengan leluasa (ukuran kandang sesuai
standar ketentuan yang berlaku).
2. Lantai kandang tidak licin atau terlalu kasar dan dibuat sedikit landai kearah
pembuangan air sehingga lantai selalu kering.
3. Lantai kandang harus dijaga kebersihannya dari feses dan urin.
4. Seluruh kandang dibersihkan minimal dua kali sehari.
V.2.2. Pemeliharaan
1. Ruminansia besar harus mendapat pakan yang seimbang dan cukup (sesuai
standar kebutuhan nutrisi) supaya kesehatan dan kekuatan hewan terjaga.
2. Pakan tersedia dengan cukup dan ditempatkan pada wadah yang mudah
dijangkau. Sisa pakan harus dibuang dan wadah dibersihkan dengan baik.
3. Hewan harus mendapat akses yang mudah untuk air minum yang segar dan
bersih setiap saat. Air minum diganti sedikitnya dua kali sehari dan wadah
minum dibersihkan dengan baik.
BATAN
- 19 -
V.2.4. Kesehatan
1. Pengawas harus mengetahui perilaku normal ruminansia besar, dan
mengenali tanda-tanda yang menunjukkan kesehatan yang baik. Hal ini
termasuk nafsu makan yang baik, tingkat kesiagaan hewan, kondisi bulu yang
baik, tidak pincang, feses normal dan tidak ada gejala kecacingan dan infeksi
ektoparasit, serta tidak ada abses maupun luka pada kulit.
2. Hewan diperiksa secara teratur khususnya kondisi kuku kaki dan infeksi endo
dan ektoparasit.
3. Kesehatan hewan percobaan harus terjamin dengan tersedianya program
pencegahan seperti kontrol parasit dan pemberian vaksin untuk penyakit
umum pada sapi dan kerbau berdasarkan saran dan pengawasan dokter
hewan.
4. Ketika hewan sakit dan menunjukkan gejala lesu, pengawas harus melakukan
tindakan cepat untuk memisahkannya dan dokter hewan yang bertanggung
jawab segera melakukan pemeriksaan untuk mengetahui penyebabnya dan
melakukan tindakan pengobatan.
BATAN
- 20 -
5. Jika kondisi hewan yang sakit semakin parah dan tidak dapat diselamatkan,
maka dilakukan pemusnahan secara manusiawi oleh personil yang
berpengalaman dalam teknik dan peralatan yang digunakan untuk
penyembelihan atau pemusnahan.
BATAN
- 21 -
BAB VI
PENGATURAN ETIK PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN HEWAN PERCOBAAN
yang langsung terkait dengan penelitian yang menggunakan hewan percobaan yang
meliputi pelaksana penelitian, pemberi izin pelaksanaan penelitian, dan pemelihara
hewan percobaan.
BAB VII
PROSEDUR PENGAJUAN PERSETUJUAN
ETIK PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN HEWAN PERCOBAAN
Setiap peneliti yang akan melakukan penelitian dengan memanfaatkan hewan percobaan
perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pengajukan usulan kegiatan yang telah disetujui Kepala Unit Kerja dilakukan melalui
mekanisme Sistem Informasi Perencanaan Litbangyasa (SIPL) yang disampaikan ke
Biro Perencanaan (BP) dengan mengikuti jadwal pengisian Usulan Kegiatan tahun
n+1.
2. Usulan kegiatan tersebut perlu dilengkapi dengan mengisi formulir Permohonan Etik
Penggunaan dan Pemeliharaan Hewan Percobaan yang disediakan oleh KEPPHP.
3. Usulan penelitian yang telah diperiksa oleh peer group akan diteruskan kepada
sekretariat KEPPHP untuk dilakukan penelaahan lebih lanjut dalam rangka
memperoleh Persetujuan Etik terkait dengan penggunaan hewan percobaan.
4. Penanggungjawab kegiatan diharuskan membuat laporan triwulan dan laporan hasil
penelitian melalui SIPL dan disampaikan kepada KEPPHP melalui Sekretariat.
BAB VIII
PENUTUP
Pedoman Etik Penggunaan dan Pemeliharaan Hewan Percobaan ini mengacu pada buku
Pedoman Nasional Etik Penelitian Kesehatan Kementerian Kesehatan yang lebih pada
penggunaan hewan percobaan untuk kegiatan penelitian kesehatan manusia. Pedoman ini
yang mencakup etika penelitian pangan dan kesehatan ternak, dan penelitian kesehatan pada
umumnya yang menggunakan ternak percobaan, secara umum masih perlu untuk dilengkapi
dengan buku prosedur tentang permasalahan atau bidang khusus etik penelitian pangan
dengan ternak, kesehatan ternak dan kesehatan untuk manusia yang menggunakan hewan
percobaan, yang secara etis dapat dipertanggungjawabkan.
Pedoman ini masih perlu untuk terus dilengkapi dan disempurnakan dalam rangka mengikuti
perkembangan ilmu pangan dan kesehatan, metodologi penelitian, dan upaya dikemudian hari
untuk tidak lagi menggunakan hewan percobaan. Oleh sebab itu saran dan masukan untuk
keperluan perbaikan dan penyempurnaan Pedoman ini sangat diperlukan.
-ttd-
HUDI HASTOWO
Ferhat Aziz
BATAN
- 28 -
Formulir
Permohonan Etik Penggunaan dan Pemeliharaan Hewan Percobaan
A. Informasi Umum
1. Penanggungjawab Penelitian :
(nama, unit kerja)
2. Judul Penelitian :
Usulan Usulan
Lanjutan Perubahan
kerjasama nasional
kerjasama internasional
BATAN
- 29 -
5. Personalia
6. Tempat penelitian :
Selesai ........................................
BATAN
- 30 -
B.2. Alasan memanfaatkan hewan dalam kajian penelitian ini (silahkan kemukakan
dengan review literatur)
Ya Tidak
Asal hewan:
BATAN
- 31 -
Ya Tidak
4. Klasifikasi penelitian(*)
a a b b c c d d e e
(*) a : Penelitian yang dilakukan pada hewan invertebrata, atau tumbuhan, bakteri,
amuba (binatang bersel satu).
b : Penelitian pada hewan vertebrata yang sedikit sekali atau sama sekali tidak
menimbulkan rasa ketidaknyamanan.
c : Penelitian pada hewan vertebrata yang sedikit menimbulkan stres atau rasa
sakit tetapi pendek.
d : Penelitian yang dilakukan pada hewan vertebrata dimana stress dan rasa
sakit tidak bisa dihindarkan.
e : Prosedur yang menimbulkan rasa sakit di atas toleransi sakit pada hewan
tanpa dianestesi, dalam keadaan sadar.
C. Protokol Penelitian
(Butir C ini memuat Lampiran Protokol Penelitian secara rinci dan lengkap yang mencakup antara
lain jenis hewan, perlakuan terhadap hewan, cara pemeliharaan hewan, cara
pengamatan/pengambilan sampel dari hewan, dan lain sebagainya selama masa penelitian
berlangsung).
Jakarta,......................................201 ...
Penanggung jawab penelitian
..............................................
NIP
Penyelesaian :