NIM : 200422620839
Offerin g :O
Emiten : PT HM Sampoerna Tbk (HMSP)
UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
2019 Rp Rp 38%
13.721.513.000.000 35.679.730.000.000
2020 Rp Rp 28%
8.581.378.000.000 30.241.426.000.000
2021 Rp Rp 24%
7.137.097.000.000 29.191.406.000.000
2020 Rp Rp Rp 73
8.469.820.086.000 116.318.076.900
2021 Rp -
116.318.076.900
-
Keterangan E0 g E1
2018 Rp 116,39 -6,07% Rp -590,10
2019 Rp 117,97 -6,24% Rp -618,14
2020 Rp 73,78 -2,8% Rp -132,80
2021 Rp 61,36 1,74% Rp 168,12
• Penilaian Saham
Periode Nilai intrinsik Harga saham Penilaian Keputusan
2019 -Rp Overvalued SELL
11.004 Rp 2.100
2020 -Rp Overvalued SELL
2.709 Rp 1.505
2021 Rp Undervalued BUY
2.644 Rp 965
b. Pendekatan dengan Capital Assets Pricing Model (CAPM)
Beta 0,41
Ri HMSP -0,75%
Rm IHSG -0,18%
Rata-rata BI Rate 0,05
Minimum BI Rate 3,50%
Maksimum BI Rate 6,00%
E(Ri) -0,072%
2019 Rp 116.318.076.900
2020 Rp 116.318.076.900
2021 Rp 116.318.076.900
• DCF
Input Data
Base FCF 10.242.784.000.000
Net Debt Level 6.055.366.000.000
Share Outstanding 116.318.076.900
Input Assumptions
Growth Rate year 1-
5 12%
Discount Rate 9%
Terminal Growth
Rate 2,0%
Year Base 1 2 3
2. Analisis Fundamental
a. Price Earning Ratio (PER)
Dapat disimpulkan PER menggambarkan apresiasi dari pasar terhadap
kemampuan perusahaan, yang mana nilai PER didapatkan dari harga saham yang
beredar di pasar (market price per share) dibagi dengan EPS (earning per share).
EPS merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur pendapatan bersih
perusahaan pada suatu perusahaan dibagi dengan jumlah saham yang beredar.
Apabila perusahaan mencatatkan rugi bersih maka akan menunjukan nilai EPS yang
negative. Gill dan Chatton (2003) menyatakan bahwa perusahaan mapan umumnya
akan memiliki ratio EPS yang tinggi dan sebaliknya untuk perusahaan baru
memiliki kecenderungan nilai EPS rendah. Menurut sudut pandang investor,
semakin kecil nilai PER perusahaan maka akan semakin bagus sahamnya (Darmadji
dan Fakhrudin, 2006). Nilai PER dapat dipergunakan oleh investor sebagai
pertimbangan dalam melakukan investasi yang nantinya diharapkan dapat
berpengaruh terhadap perolehan harga saham. Untuk menentukan apakah harga
saham perusahaan tersebut undervalued atau overvalued dapat dilakukan dengan
membandingkan nilai intrinsik saham dengan harga saham penutupan di akhir
periode atau biasa disebut closing price pada harga saham sesungguhnya. Apabila
nilai intrinsik lebih besar daripada harga saham di pasar maka disebut sebagi
undervalued (harga saham terlalu murah) maka investor dapat mengambil
keputusan untuk membelinya, dan sebaliknya. Kemudian, apabila nilai intrinsik
sama dengan harga wajar di pasar, maka keputusan yang dapat diambil oleh investor
dengan menahan untuk tidak menjualnya sampai ada waktu dimana terjadi
estimated earnings bagi investor.
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah ditentukan, diketahui bahwa nilai EPS
HMSP periode 2019-2021 selalu mengalami perubahan. Pada periode waktu
tersebut, EPS HMSP selalu bernilai positif yang artinya HMSP memperoleh laba
bersih atau memperoleh keuntungan pada periode waktu tersebut.
Untuk menentukan keputusan investasi maka diperlukan perbandingan antara
nilai intrinsic dengan closing price saham HMSP pada periode terkait. Sebelum
mengetahui hal tersebut, berdasarkan perhitungan nilai PER HMSP selama 2019-
2021 masih menunjukan nilai yang positif dan memiliki perbedaan tiap tahunya.
Selanjutnya untuk perbandingan antara nilai intrinsilk dengan closing price pada
periode 2019-2020 mengalami kondisi overvalued sehingga keputusan yang
diambil oleh investor adalah dengan menjual saham mereka. Namun pada periode
2021 mengalami perubahan yang signifikan, dimana closing price menjadi lebih
kecil dibanding dengan nilai intrinsiknya yang artinya saham HMSP berada pada
kondisi undervalued. Sehingga, keputusan yang diambil oleh investor yaitu buy
atau membeli sahamnya
3. Analisis Teknikal
Analisis teknikal merupakan upaya untuk mengestimasi harga saham dengan cara
memahami arah pergerakan atau arah perubahan harga saham di masa yang lalu, indeks harga
saham gabungan dan sektoral, volume perdagangan, dan faktor-faktor teknis lainnya seperti
kepemilikan saham oleh pihak asing. Harga-harga yang tergambar dalam grafik merupakan
harga kesepakatan di antara pembeli dan penjual saham di pasar sekaligus cerminan dari
kekuatan antara permintaan dan penawaran.
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa HMSP mengalami Double Top pada bula
Maret-Desember 2021. Double top memiliki arti bahwa pada periode bulan tersebut sebaiknya
investor mengambil keputusan untuk menjual sahamnya karena pasar telah dua kali gagal
menembus batas harga tertinggi. Makah al tersebut sesuai dengan analisis fundamental dengan
pendekatan PER dimana pada rentang 2019-2020 nilai intrinsik saham HMSP mengalami
penurunan yang sangat drastis dan pada rentang 2021 memiliki closing price yang rendah
daripada periode sebelumnya.
Pada analisis teknikal ini juga menggunakan Support and Resestance Level, garis
merah menunjukkan batas tertinggi harga saham pada periode tersebut yang artinya saham
akan sulit untuk dapat naik karena telah mencapai nilai tertingginya. Sedangkan garis yang
berwarna hijau mengindikasikan bahwa garis tersebut merupakan batas terendah harga saham
periode tersebut yang artinya harga saham tidak akan turun lagi karena telah mencapai harga
terendahnya.