Anda di halaman 1dari 59

1

Reposisi Taurat Dalam Kehidupan Orang Percaya

Tidak Tunduk Kepada


Hukum Tuhan ?

Reposisi Taurat
Dalam Kehidupan Orang Percaya
Komunitas Nasrani Indonesia

Untuk Kalangan Sendiri

Disadur dari
"Not Subject to The Law Of God?"
www.yashanet.com
dengan beberapa perubahan

Diterbitkan oleh
Komunitas Nasrani Indonesia
www.nazarene.net/indonesia

Izin Memperbanyak
Pembaca dipersilakan untuk memperbanyak buku ini,
baik dalam media elektronik maupun media cetakan,
dengan syarat tidak mengubah, menambahi atau mengurangi
isi dari buku ini, termasuk informasi mengenai penerbit.

Jakarta 2002
First Revised Edition

2
Daftar Isi
Kata Pengantar ...…………………………………………………………………… . 1

Pendahuluan ………………………………………………………………………. .. 2

1. Pandangan Kristen terhadap "Hukum" Taurat …………………………………… 3

2. Pandangan Ibrani tentang Taurat dan Keselamatan ……………………………… 6

3. Apa kata "Perjanjian Baru" tentang Taurat dan Keselamatan ? …………………. 13

4. Kesulitan Kristen memahami "Hukum" ………………….................................... .16

5. Bagaimana pandangan Kristen terhadap Taurat bermula ? ……………………… 23

6. Realitas Sejarah Mengenai Apa yang Dianut Yeshua dan Pengikut-Nya ….......... 29

7. Paulus dan Ajarannya dalam Perspektif Ibrani …………………………………... 38

8. Membangun kembali hubungan antara orang percaya dan Taurat ………………. 44

9. Apakah semua ini begitu penting ? ……………………………………………… 50

Penutup ……………………………………………………………………………... 55

Referensi ……………………………………………………..................................... 56

Catatan penulisan
Buku ini memakai nama asli Mesias dalam bahasa Ibrani-Aramaik (bahasa sehari-hari
yang dipakai oleh bangsa Yahudi pada abad pertama) yakni Yeshua yang artinya
“TUHAN menyelamatkan”.

Seluruh kutipan ayat Alkitab mempergunakan kata El/Eloah/Elohim sebagaimana ia


muncul dalam teks aslinya, kecuali yang diberi keterangan khusus.! Singkatan-singkatan
yang digunakan:

o Ay. Ayat
o Bd. Bandingkan

Singkatan nama kitab-kitab suci mengikuti cara penyingkatan seperti yang dipakai di
dalam Alkitab Terjemahan Baru LAI, misalkan Kej. untuk Kejadian, Mzm. untuk
Mazmur dan Why untuk Wahyu.

3
Kata Pengantar
Shalom aleikhem,

Menerima Yesus sebagai Mesias dan memelihara hukum Taurat adalah sebuah pernyataan
oksimoron bagi umat Kristen. "Sebab kita tidak lagi hidup di bawah hukum Taurat melainkan
di bawah karunia.". Bagi sebagian orang, menerima Mesias dan memelihara hukum Taurat
adalah sebuah paradoks besar sebab keduanya dipandang sebagai sebuah kontradiksi.

Menerima Mesias dan memelihara hukum Taurat sebenarnya tidak terdengar aneh bila kita mau
kembali kepada apa yang dikatakan dalam Alkitab serta mempelajarinya dalam konteks yang
benar. Menerima Mesias dan memelihara hukum Taurat adalah dua hal yang konsisten,
berkesinambungan, saling berkaitan, dan tidak terpisahkan. Menerima Mesias dan mengabaikan
hukum Taurat adalah sebuah sikap yang keliru dan sebaliknya, memelihara hukum Taurat tetapi
menolak Mesias adalah juga sikap yang keliru. Beratus-ratus tahun manusia terjebak dalam dua
posisi yang keliru ini. Tetapi puji Tuhan, setidaknya dalam empat dekade terakhir, banyak
kalangan dari orang Yahudi maupun bukan Yahudi yang mengalami kerinduan akan kebenaran
Jalan Tuhan dengan menempatkan kembali penafsiran Alkitab dalam konteks yang benar, yakni
dalam pola pikir dan budaya Ibrani tanpa disertai bias anti-Yahudi yang dianut oleh Barat selama
ini.

Kerinduan ini telah mendorong kami untuk membuka kembali fakta bahwa para pengikut Yesus
yang mula-mula terdiri atas kumpulan orang Yahudi dan bukan Yahudi yang dikenal sebagai
sekte Nasrani (Kis 24:5). Lewat Kisah Para Rasul pula kita mengetahui bahwa mereka rajin
memelihara Taurat (Kis 21:20) dan sama sekali tidak meninggalkan ibadah Yahudi (Kis 2:46).
Santo Yerome, Bapa Gereja dari abad keempat, menjelaskan kaum ini sebagai orang "...yang
menerima Kristus sedemikian rupa namun tanpa meninggalkan Hukum yang lama."
(Yerome; On Isaiah 8:14). Bapa Gereja lainnya, Epiphanius memberikan deskripsi yang lebih
detil:

"Tetapi pengikut sekte ini…tidak menyebut diri mereka Kristen – melainkan


Nasrani…Mereka tidak mempunyai pendapat yang berbeda namun melakukan semua hal
tepat seperti apa yang diperintahkan dalam Taurat, menurut tata cara Yahudi – kecuali
satu hal, kepercayaan mereka terhadap Mesias…tetapi karena mereka tetap terbelenggu
oleh hukum Taurat – sunat, hari Sabat, dan lainnya, mereka tidak tergolong ke dalam
Kristen." (Epiphanius; Panarion 29).

Alkitab dan bukti historis mengungkapkan bahwa Nasrani adalah sebuah sekte yang eksis dalam
tubuh Yudaisme. Bagaimana Kristen sampai pada bentuknya saat ini sebenarnya merupakan hasil
dari proses pemisahan diri dari Yudaisme yang dipicu oleh sikap anti- Yahudi para Bapa Gereja.
Akibat dari proses ini, umat Kristen sekarang mewariskan suatu pandangan yang keliru terhadap
peranan Taurat dalam kehidupan orang-orang percaya. Kekeliruan ini juga menciptakan suatu
konsep teologi yang salah tentang hubungan orang Yahudi dan orang bukan Yahudi dengan
Tuhan. Tujuan buku ini adalah untuk meluruskan kekeliruan ini dan membantu setiap orang yang
percaya kepada Yeshua ha-Mashiach, terutama dari kalangan bukan Yahudi, untuk menemukan
penerapan Taurat yang tepat dalam iman mereka.

Struktur dan isi buku ini dibangun menurut sumber tulisan utama Not Subject to the Law of God ?
dengan penyesuaian di sana-sini supaya lebih mudah dimengerti oleh pembaca di Indonesia. Oleh
sebab itu penulis hendak mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada staf YashaNet yang
telah menyediakan sumber tulisan yang begitu luar biasa dan mengizinkan kami untuk
menerjemahkannya.Tuhan memberkati.

Eliyahu ben-Avraham.

4
Pendahuluan
Reposisi Taurat Dalam Kehidupan Orang Percaya

Hampir setiap orang percaya masa kini, yang tumbuh dan dibesarkan di dalam Gereja,
mempunyai pemikiran yang negatif terhadap apa yang dinamakan hukum Taurat dan serta merta
menolaknya. Analisa yang cermat memperlihatkan bahwa apa yang telah mereka tolak sebagai
hukum Taurat itu, hanyalah gambaran yang salah tentang Taurat yang diciptakan oleh pemikiran-
pemikiran keliru dan kesalahpahaman yang diturunkan generasi demi generasi

Ada orang yang menolak Taurat dengan alasan hukum Taurat adalah aturan-aturan orang Yahudi
yang tidak relevan untuk orang Kristen.Yang lain menolak Taurat karena dikatakan bahwa
Kristus telah menggenapinya.

Sementara yang lainnya lagi bersikap selektif dengan menerima perintah-perintah tertentu yang
sesuai dengan kehidupan duniawi mereka. Sebagian berargumen bahwa hukum Taurat yang asli
adalah hanya meliputi sepuluh perintah Tuhan (plus dengan perubahan dari perintah memelihara
hari Sabat menjadi memelihara hari Minggu). Sedangkan perintah-perintah lainnya hanyalah
adat-istiadat religi orang Yahudi yang ditambahkan ke dalam kitab Taurat. Ini adalah teologi yang
absurd. Tetapi lucunya ketika pengajar Kristen ditanya tentang masalah homoseksualitas
misalnya, mereka akan segera mengacu kembali kepada apa yang dicap sebagai adat-istiadat
orang Yahudi itu. Ada banyak alasan lain dalam penolakan Gereja yang semuanya bisa ditelusuri
berasal dari sikap dan pemikiran tokohtokoh Gereja masa post-apostolik (sesudah para rasul)
yang penuh dengan semangat permusuhan dan kebencian terhadap bangsa Yahudi.

Selama berabad-abad kita menyaksikan bagaimana Taurat dirumuskan oleh Gereja. Taurat selalu
dipandang sebagi suatu cara hidup legalistis, yang bersifat lahiriah dan kurang mempunyai nilai-
nilai spiritual. Taurat kemudian dimengerti semata-mata sebagai 'hukum'. Perumusan
tersebut dalam banyak hal bertolak-belakang dengan pemahaman orang Yahudi tentang Taurat.

Apakah arti Taurat bagi anda ? Apakah kata itu membayangkan Sabat, sunat, haram halal, serta
cara-cara hidup orang Yahudi lainnya yang dikecam oleh Yesus ? Apakah anda menghubungkan
Taurat dengan setiap pola hidup buruk orang-orang Farisi yang 'jahat' itu ? Apakah ini yang
menjadi alasan yang menghalangi anda untuk menerima Taurat sebagai standar hidup bagi umat-
Nya ? Banyak orang telah memalsukan uang kertas. Kemudian apakah masih rasional bila anda
menolak yang asli itu karena yang palsu juga ada ?

Pemahaman orang percaya terhadap Yudaisme lebih banyak berasal dari pengetahuan yang
sedikit yang mereka baca dari Perjanjian Baru, yang ditarik dari konteks historisnya dan
ditafsirkan dengan cara-cara yang tidak Ibrani. Beribadah untuk memenuhi kewajiban,
memelihara tradisi, mengikat beban berat, adalah sebagian dari praktek-praktek buruk orang
Yahudi yang sering dibicarakan dalam gereja. Seringkali menyusul sikap yang negatif itu timbul
kemudian respon penolakan dalam diri orang-orang percaya. Akhirnya apa yang dikira sebagai
hukum Taurat ditolak oleh mereka. Mereka sendiri yang memberikan gambaran yang salah
mengenai Taurat, lalu mereka pulalah yang menolaknya.

Mungkin andakah orang yang demikian ? Atau termasukkah anda di antara mereka yang dengan
rela ingin mengenal Taurat-Nya ? Jika anda termasuk dalam kategori yang kedua, buku ini akan
membantu anda untuk mengenal gambaran yang benar akan hukum Tuhan.

5
Pandangan Kristen terhadap
"Hukum" Taurat
Pandangan Kristen saat ini terhadap apa yang disebut dengan "Hukum" Taurat berasal dari cara
pikir dan pendekatan Yunani/Romawi dalam mempelajari Alkitab. Semua ini dibentuk oleh para
Bapa Gereja pada masa awal-awal perkembangan Kristen yakni antara abad kedua hingga enam,
dan sejak itu terus-menerus merasuki cara pikir orang Kristen. Begitu orang Kristen mendengar
atau menggunakan istilah "Hukum" Taurat dalam setiap diskusi rohani, khotbah, tulisan dan
sebagainya, pemikiran mereka akan langsung mengacu kepada pengertian "legalistis". Teologi
Kristen sering menuduh upaya manusia memelihara perintah-perintah Taurat itu sebagai upaya
sia-sia untuk mencapai keselamatan.

Tiga pandangan dalam dunia Kristen terhadap "Hukum" Taurat yang patut disimak :

1 Mengerjakan Hukum Musa menempatkan manusia "di bawah belenggu" dan sekarang
Yesus telah membebaskan manusia dari belenggu itu.
2 "Tidak ada seorangpun yang dibenarkan menurut Hukum" – itulah sebabnya kita
membutuhkan Yesus
3 Hukum adalah sebuah "kutuk" dimana Yesus datang untuk melenyapkannya

Tiga pandangan ini bisa jadi dinyatakan dengan susunan kata yang berbeda-beda dalam setiap
denominasi, tetapi konsepnya sama dan terdapat dalam ajaran tiap-tiap denominasi Protestan dan
Katholik.

Sebagai contoh, Dr. Charles Ryrie dalam buku teologianya yang terkenal menulis dengan jelas
bahwa "Hukum" Taurat telah diakhiri dengan kedatangan Yesus:

"Arti penting lainnya dari kematian Kristus adalah sebuah permulaandari suatu keyakinan yang
berdasarkan kebenaran iman dan bukannya dari mengerjakan hukum. Tetapi, pernyataan Paulus
dalam Roma 10:4, bahwa Christ is the end of the Law, bisa mempunyai dua pengertian:
mengakhiri atau menggenapi. Dengan kata lain, apakah Kristus mengakhiri Taurat, atau Kristus
menggenapi Taurat (Mat 5:17). Tetapi nampaknya mengakhiri adalah arti dalam konteks ini
karena adanya perbedaan (mulai dari Rom 9:30) antara Taurat dan kebenaran Tuhan. Argumen
Paulus selanjutnya adalah bukannya orang Yahudi tidak sempurna dan membutuhkan Kristus
untuk menyempurnakan hubungannya dengan Tuhan, tetapi sikapnya untuk mengerjakan Taurat
itu yang jelas-jelas salah karena menggantungkan kepada usaha manusia ketimbang menerima
anugerah kebenaran Tuhan. Walaupun adalah benar bahwa Tuhan kita menggenapi Taurat, ayat
ini tidak sedang mengajarkan demikian, tetapi bahwa Ia mengakhiri Taurat dan memberikan kita
sebuah jalan hidup yang baru untuk Tuhan." 1

Contoh lainnya dari sebuah buku Kristen yang terkenal, When Skeptics Ask karangan Norman L.
Geisler, menunjukkan perbedaan antara apa yang Taurat dan Yesus dapat lakukan untuk kita:

Ketika Musa menetapkan tatanan moral dan sosial untuk membimbing bangsa itu, hukum Taurat
tidak dapat menyelamatkan seorangpun dari hukuman atas dosa mereka, yaitu maut. Seperti juga
Paulus telah berkata, "Sebab tidak ada seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Tuhan oleh
karena mengerjakan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa" (Rom
3:20). Firman yang datang dalam Yesus menyatakan dosa - yang telah diperkenalkan oleh Taurat
– sudah diampuni "dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan
dalam Kristus Yesus" (ay. 24). Firman Kristus dibangun di atas fondasi Musa dengan
menuntaskan masalah yang telah ditunjukkan oleh Taurat. 2

1 Basic Theology - A Popular Systematic Guide To Understanding Biblical Truth, Charles C. Ryrie, 1986, SP
Publications Inc., Victor Books, Wheaton IL, pp. 302-303.
2 When Skeptics Ask, Norman L. Geisler and Ronald M. Brooks, 1990, SP Publications Inc., Victor Books, Wheaton
IL, p. 129.

6
Kristen mengajarkan bahwa barangsiapa "percaya kepada Yesus" (Yahudi maupun bukan) tidak
perlu lagi mengerjakan Taurat karena sekarang mereka mempunyai "kemerdekaan dalam iman".
Konsep teologi ini paling banyak bersumber dari tulisan-tulisan Paulus, yang menurut tradisi
mengajarkan supaya tidak lagi mengerjakan "Hukum" Taurat serta membuktikan bahwa
"Hukum" Taurat tidak mempunyai arti penting lagi dalam hidupnya.

Ayat-ayat yang seringkali dikutip untuk mendukung konsep teologi ini antara lain:

For Christ is the end of the law for righteousness to every one that believeth. (KJV Roma 10:4)

Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada
tertulis, "Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab
hukum Taurat". (Galitia 3:10)

Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita,
karena ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib". (Galitia 3:13)

Dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan
mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya di kayu salib. (Kolose 2:14)

Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman
atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa
yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus. (Kolose 2:16-17)

Di samping manusia tidak dapat dibenarkan oleh "Hukum" Taurat, Kristen juga menyatakan
bahwa barangsiapa mengajarkan orang untuk memelihara Taurat, setelah orang itu menerima
Kristus, adalah pengajar sesat.

Penulis Kristen ternama William Barclay menyatakan hal berikut dalam seri buku pemahaman
Alkitabnya:

"Dalam Perjanjian Baru sendiri kita menemukan ada sekelompok pengajar yang gagal
dalam pertanggung-jawaban mereka dan menjadi pengajar-pengajar sesat. Mereka adalah
para pengajar yang berusaha membelokkan Kristen menjadi semacam aliran dalam
Yudaisme serta mengajarkan sunat dan memelihara Taurat." 3

Pandangan Kristen terhadap Yudaisme


Kristen membedakan dirinya dengan Yudaisme (agama "Hukum" Taurat) atas dasar pandangan
bahwa Kristen adalah berdasarkan iman dan kasih, sementara Yudaisme adalah berdasarkan
usaha manusia mengerjakan Taurat. Sejarah orang Yahudi dan orang Kristen memberikan
kesaksian bagaimana selama ini Yudaisme "dirumuskan" oleh Gereja, dan hal itu
mengakibatkan orang Yahudi dinyatakan sebagai musuh gereja. Perumusan tersebut sepenuhnya
bertolak belakang dengan pemahaman orang Yahudi tentang dirinya sendiri. Dalam banyak
terbitan gereja, dari buku-buku dogmatika sampai buku katekisasi, Yudaisme digambarkan
sebagai sisi negatif dari umat Kristen (yang positif). Jadi apabila orang Kristen berniat
menegaskan gagasan tentang "anugerah", Yudaisme akan dipaparkan sebagai agama legalistis.
Dan apabila kekristenan ditampilkan sebagai agama universal, tanpa tembok pemisah, maka
Yudaisme akan dijadikan sebagai contoh agama yang menyempit dan tertutup.4 Mengutip lagi
tulisan William Barclay :

3 The Daily Study Bible Series - the Letters of James and Peter, William Barclay, 1976, The Westminster Press,
Philadelphia, p. 80.
4 Akar Bersama – Belajar tentang Iman Kristen dari Dialog Kristen-Yahudi, Hans Ucko, 1999, PT BPK Gunung
Mulia, Jakarta, p.3
5 The Daily Study Bible Series - the Letters of James and Peter, William Barclay, 1976, The Westminster Press,
Philadelphia, p. 70.

7
"Orang Kristen hidup di bawah hukum kemerdekaan, dan atas dasar hukum kemerdekaan inilah
ia akan dihakimi. Maksudnya begini. Tidak seperti orang Farisi dan Yahudi Orthodoks, orang
Kristen bukanlah orang yang hidupnya terkekang dan diatur oleh seperangkat lengkap aturan-
aturan dan perintah yang dijatuhkan kepadanya tanpa kecuali. Tetapi ia diatur oleh dorongan
kasih. Ia mengikuti jalan yang benar, jalan mengasihi Tuhan dan mencintai sesamanya, bukan
karena ada hukum yang memaksanya atau karena ketakutan akan hukuman yang memaksanya
melakukan itu tetapi karena kasih Kristus dalam hatinya yang membuatnya melakukan itu." 5

Kristen juga jelas memandang bahwa dirinya adalah satu-satunya agama Tuhan yang
benar. Dalam penjelasan yang terdapat pada appendiks salah satu versi King James Bible,
tentang Surat Ibrani, tertulis demikian:

"Dengan argumen yang dijelaskan dengan hati-hati, penulis [Surat Ibrani]


memperlihatkan bahwa Kristen mengungguli Yudaisme,…Kristen adalah agama yang
sempurna." 6

Penjelasan yang sama tentang Surat Galatia, seperti demikian:

"Surat Galatia telah dinyatakan sebagai deklarasi kemerdekaan Kristen. Ini adalah jawaban
Paulus buat orang-orang yang menantang otoritasnya sebagai seorang rasul dan memaksa jemaat
di Galatia untuk hidup menurut hukum Musa. Bila orang Kristen menerima hukum Yahudi sama
artinya menjadikan Kristen sebuah sekte di dalam Yudaisme. Paulus mengajarkan bahwa
belenggu hukum Taurat telah berakhir ketika Yesus membebaskan semua manusia." 7

Penulis Kristen terkenal lainnya, J. Vernon McGee, membuat pernyataan berikut tentang Paulus
dan agama Yahudi dalam penjelasan Alkitabnya:

"Paulus sekarang menyebut agama dimana ia dibesarkan "agama orang Yahudi". Paulus
diselamatkan, bukan dalam Yudaisme, tetapi dari Yudaisme." 8

6 The Daily Study Bible Series - the Letters of James and Peter, William Barclay, 1976, The Westminster Press,
Philadelphia, p. 70.
7 ibid p. 10.
8 Thru the Bible Commentary Series, Galatians, J. Vernon McGee, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1991, p. 23.

8
Pandangan Ibrani tentang
Taurat dan Keselamatan
Istilah

Dalam banyak literatur Kristen, kata "Hukum" banyak digunakan untuk mengacu kepada apa
yang disebut orang Yahudi dengan Torah (atau Taurat dalam bahasa Arab) – yakni kelima kitab
pertama dalam Alkitab. Istilah lain yang sering digunakan oleh orang Kristen adalah Pentateuch
(sebuah istilah Yunani). Istilah "Hukum", terutama dalam pengertian legalitas sebagaimana
pemahaman Kristen, bukanlah terjemahan yang tepat untuk kata Torah. Terjemahan yang tepat
kata ”Torah” semestinya adalah "pengajaran" atau "firman". Inilah cara orang Yahudi
memandang Taurat.

Taurat adalah kumpulan pengajaran Tuhan bagaimana umat-Nya (Yahudi maupun bukan) hidup,
"supaya baik keadaanmu" (Ul 4:40). Sebagai umat-Nya, bangsa Israel diberikan tanggung-
jawab khusus seperti Tuhan sudah berfirman, "Kuduslah kamu sebab Aku, TUHAN, Elohimmu
kudus." (Im 19:2) Disinilah Taurat berfungsi yaitu menunjukkan cara bagaimana hidup
kudus di hadapan Tuhan.

Ayat-ayat dalam Keluaran 12:48-49, Imamat 24:22 dan Yesaya pasal 56 menunjukkan bahwa
Taurat bukan ditujukan untuk orang Yahudi saja, tetapi juga untuk orang bukan Yahudi yang
ingin menjadi bagian dari umat-Nya. Walaupun Tuhan memutuskan untuk memberikan wahyu-
Nya kepada orang Yahudi, bukan lantas kemudian menjadi milik tunggal "agama mereka".
Mereka sebaliknya harus menjadi "terang dunia" dan membawa berita keselamatan kepada orang-
orang bukan Yahudi (Lihat Yesaya 49:6, Zakharia 8:23, Matius 5:14, Yohanes 4:22).

Walaupun Taurat sebenarnya adalah kelima buku Musa (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan,
Ulangan), istilah Taurat juga meliputi keseluruhan kitab-kitab lainnya dalam Alkitab, dalam
pengertian mereka merupakan kesinambungan wahyu Tuhan. Tidak ada firman Tuhan
dalam kitab-kitab setelah Taurat yang bertentangan dengan isi Taurat, termasuk pula kitab-kitab
"Perjanjian Baru". Firman Tuhan adalah satu.

Apa yang dikatakan Alkitab tentang Taurat, Pengampunan Dosa dan Keselamatan

Dalam Injil Yohanes pasal 3 kita menjumpai salah satu ayat yang menjadi fondasi dasar teologi
"Kristen yang berbasiskan iman".

"Kamu harus dilahirkan kembali"

Orang Kristen sering memandangnya sebagai "ajaran Yesus" yang luar biasa. Tetapi coba
perhatikan, apa yang dikatakan Mesias ketika Nikodemus bertanya "Bagaimanakah mungkin
hal itu terjadi ?"

Yeshua menjawabnya, "Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal
itu ?"

Nikodemus dikritik oleh Mesias yang berkata bahwa sebagai "seorang pengajar Israel",
semestinya ia tahu apa yang dimaksud dengan "lahir kembali". Sekarang bagaimana
Nikodemus bisa tahu tentang hal ini jika ini adalah sebuah ajaran yang baru dari Yeshua ?

Jawabannya ialah "lahir kembali" adalah bukan ajaran yang baru. Lahir kembali
merupakan konsep dasar ajaran yang berbasiskan Taurat sebab Taurat selalu mengajarkan untuk
beriman kepada Tuhan supaya selamat dan bukannya dengan "hidup dari pekerjaan hukum
Taurat".

Pesan ini bisa ditangkap dalam kitab Ulangan:


9
Sebab itu sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengkuk. (Ulangan 10:16).

Kata "tegar tengkuk" adalah sama dengan tidak mempunyai iman. Tuhan menyebut angkatan
di padang gurun itu tegar tengkuk sebab mereka tidak percaya (beriman) kepada-Nya. (Lihat
Keluaran 32:9; 33:3,5; 34:9; Ulangan 9:6,13; 2 Tawarikh 30:8; Kisah Para Rasul 7:51)

Ibrani 3:7-4:2 menjelaskan angkatan yang tegar tengkuk ini bahwa mereka menerima firman
Tuhan tetapi "tidak bertumbuh bersama-sama oleh iman" dan "mereka sesat hati".

"Dan TUHAN, Elohimmu, akan menyunat hatimu dan hati keturunanmu, sehingga engkau
mengasihi TUHAN, Elohimmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, supaya
engkau hidup." (Ulangan 30:6)

Kata "hidup" disini dipakai dalam pengertian rohani dan sama artinya dengan keselamatan.

Dalam surat-suratnya Paulus memperlihatkan bahwa "sunat hati" ini sama dengan "lahir
kembali".

Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di
dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. (Roma 2:29)

Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan manusia, tetapi dengan sunat
Kristus. (Kolose 2:11)

Tuhan selalu meminta kita untuk pertama-tama beriman kepada-Nya sebelum berusaha
"melakukan" sesuatu untuk-Nya.

Akulah TUHAN, Elohimmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat
perbudakan. Jangan ada padamu elohim lain di hadapanKu. (Keluaran 20:2-3 dan Ulangan 5:6-7)

"Orang benar akan hidup oleh iman." (Habakuk 2:4 dan Roma 1:17)

Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Eloah. (Ibrani 11:6)

Yeshua melanjutkan percakapan-Nya dengan Nikodemus dengan membicarakan kenaikan-Nya


ke surga (Yoh 3:12-13), lalu menghubungkan Taurat (sebagaimana Tuhan berbicara dalam
Ulangan 30:11-14) dengan diri-Nya (seperti yang ditulis Paulus dalam Roma 10:1-8). Yeshua
mengakhiri percakapan-Nya itu dengan menunjuk kepada peristiwa ular tembaga (Yoh 3:14)
sebagai suatu kasus iman (Bil 21:9) diasosiasikan dengan iman kepada diri-Nya.

Tuhan tidak berubah (Mal 3:6). Keselamatan dalam sistem kepercayaan berbasiskan Taurat
selalu berdasarkan kepada iman, baik sebelum Musa maupun sesudahnya, dan juga baik
sebelum Yeshua dan juga sesudah-Nya. Taurat adalah Firman Tuhan, seperti halnya
Yeshua adalah Firman Tuhan. Iman, Taurat dan Yeshua adalah tidak terpisahkan.
Keselamatan selalu datang lewat iman, Taurat, dan Mesias, karena Yeshua adalah Anak
Domba yang dikorbankan sejak awal dunia (Ibr 4:3; 9:26; Why 13:8). Yeshua sendiri berkata:

"Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia
bersukacita." (Yohanes 8:56)

Yeshua adalah kegenapan Taurat. Ia adalah Taurat yang menjadi manusia (Yoh 1:1, 14).

Satu hal, ketika Yeshua dan para rasul menyebut Kitab Suci, yang mereka maksudkan
adalah kitab Taurat Musa – bukan Alkitab dengan susunan seperti yang kita miliki
sekarang. Meski orang-orang Yahudi pada masa itu sudah menerima kitab para nabi dan
kethubim (tulisan-tulisan seperti mazmur dan amsal) sebagai kitab yang sama sucinya namun

10
penetapan kanon Tanakh (Alkitab Yahudi - orang Kristen menyebutnya "Perjanjian Lama")
sendiri baru diselesaikan pada tahun 100. Jadi sewaktu Paulus menulis kepada Timotius:
"Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat
kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus" (2 Tim
3:15) tentunya yang ia maksud adalah kitab Taurat. Disini apa yang dipikirkan oleh Paulus
saat itu adalah bahwa kitab Taurat menuntun mereka kepada keselamatan oleh iman kepada
Mesias, sebuah konsep yang sama seperti yang telah dijelaskan di atas.

Mengapa banyak orang tidak mampu menangkap hal ini ketika mereka membaca
Perjanjian Lama adalah karena pemahaman mereka akan Alkitab telah dipengaruhi
selama bertahun-tahun oleh generasi-generasi sebelumnya yang mempelajari dan
menafsirkan kitab sucinya orang Ibrani itu dengan pendekatan Hellenis (Yunani). Pola
pemikiran non-Ibrani ini tidak mudah untuk dibuang atau diubah sebab hampir setiap hari kita
dicekoki terus dengan pola pikir Hellenis oleh keluarga, teman, pendeta, buku-buku rohani, acara
rohani di radio dan televisi – seluruh budaya dimana kita hidup.

Bagaimana dan mengapa Alkitab bisa ditafsirkan dengan pendekatan demikian akan dijelaskan
lebih jauh pada bab berikutnya.

Sebuah contoh Alkitab: Bagaimana Daud diselamatkan ?

Dalam Ibrani pasal 11 kita menjumpai satu daftar teladan-teladan iman, banyak orang
menyebutnya "The Faith Hall of Fame", di antaranya yang menarik adalah pencantuman antara
lain nama Musa, Samuel dan Daud. Penulis Ibrani menunjukkan bahwa mereka diselamatkan
oleh karena iman, yang mana kita ketahui bahwa mereka juga dikenal taat mengerjakan Taurat.

Ketika menulis Mazmur 119, Daud tidak pernah merasa cukup untuk menyatakan ekspresi
kecintaannya terhadap Taurat. Mazmur 119 adalah mazmur terpanjang dalam Alkitab. 176 ayat
hanya untuk mengatakan satu hal : "TUHAN, aku mencintai Taurat-Mu." Sama seperti seorang
kekasih menceritakan kepada kekasihnya tentang kasihnya dalam seribu cara, begitu pula Daud
terus menerus menceritakan kepada Tuhan bahwa ia mengasihi Tuhan, Tuhan yang sudah
membawanya dekat melalui firman-Nya: "Engkau dekat, ya TUHAN" (ay. 151). Akan tetapi
menurut teologi Kristen, ada semacam dilema terhadap apa yang ia tulis.

Daud menulis tentang dirinya seperti berikut:


"Gulingkanlah dari atasku cela dan penghinaan, sebab aku memegang peringatan-peringatanMu." (Mazmur 119:22)
Orang-orang yang kurang ajar sangat mencemoohkan aku, tetapi aku tidak menyimpang dari Taurat-Mu.(Mzm 119:51)
Inilah yang kuperoleh, bahwa aku memegang titah-titah-Mu." (Mazmur 119:56)
Aku tidak menyimpang dari hukum-hukum-Mu, sebab Engkaulah yang mengajar aku." (Mazmur 119:102)
Aku telah menjalankan hukum & keadilan; janganlah menyerahkan aku kepada pemeras-pemerasku!" (Mzm 119:121)

Apakah ini Daud yang sama dengan yang mencabuli Betsyeba dan merancang kematian Uria ?
Ini belum termasuk pelanggaran Taurat yang tidak tercatat. Menurut teologi Kristen, Daud jelas
adalah seorang pembohong. Bagaimana ia bisa mengatakan ia telah menjalankan hukum Taurat,
sementara kita tahu bagaimana ia melanggarnya dengan cara yang keji ? Untuk menambah
"kebingungan", Tuhan sendiri menyebut Daud, "seorang yang berkenan di hati-Nya." (1 Sam
13:14).

Jadi, apakah Daud seorang pembohong ? Atau mungkin Tuhan membuat "pengecualian"
untuknya ?

Ada sebuah petunjuk untuk menjawab pertanyaan ini yakni dalam Mazmur 119 itu sendiri:
"Lihatlah betapa aku mencintai titah-titah-Mu! Ya TUHAN, hidupkanlah aku sesuai
dengan kasih setia-Mu." (Mazmur 119:159)

Kata "kasih setia" dalam bahasa Ibraninya adalah hesed dan ini mempunyai arti yang sama
dengan kasih karunia dalam "Perjanjian Baru". Daud menyadari ia diselamatkan oleh kasih
11
karunia Tuhan – bukan karena mengerjakan semua perintah dengan sempurna, tetapi
karena ia mencintai titah-titah-Nya !

Sebuah pertanyaan menarik adalah "Mengapa Tuhan menyelamatkan kita ?" Kebanyakan
mungkin akan menjawab, "Supaya kita tidak masuk ke neraka." Jawaban ini mungkin benar
tetapi tidak lengkap. Sebenarnya, Tuhan menyelamatkan kita supaya kita dapat melakukan
perintah-perintah (mitzvot) Taurat-Nya sepanjang hidup kita. Mengerjakan mitzvot Tuhan adalah
bagian dari kehendak-Nya agar kita kembali kepada hubungan yang benar dengan Tuhan, yakni
tujuan dan maksud diciptakannya manusia, seperti keadaan mula-mula di Taman Eden (Gan
Eden).

Mazmur 119 memperlihatkan Daud memohon untuk diselamatkan supaya ia dapat melakukan
Taurat Tuhan. Tuhan menghakimi Daud atas dasar imannya dan keinginannya untuk
melakukan Taurat, bukan atas dasar kemampuannya memegang setiap detil perintah.
Tidak ada seorang pun yang pernah diselamatkan karena kemampuan mereka mengerjakan
Taurat.

Pandangan bahwa Yudaisme mengajarkan bahwa manusia diselamat-


kan karena mengerjakan Taurat adalah tidak benar.
Sepanjang zaman tentu ada saja kelompok tertentu dalam tubuh Yudaisme yang mengajarkan hal
yang tidak betul. Tetapi ajaran atau tingkah-laku dari kelompok itu tidak mengubah apa yang
Yudaisme selalu ajarkan. Dan sebaliknya juga, kesalahan para pemimpin Yahudi pada masa
Yeshua tidak otomatis membuat Kristen, atau agama lain menjadi benar (Tuhan adalah
benar dan semua manusia adalah pembohong. Roma 3:4). Satu-satunya kebenaran adalah apa
yang Tuhan sendiri nyatakan.

Iman dan keinginan untuk memelihara Taurat-Nya adalah dua hal


yang tidak terpisahkan menurut Tuhan.

Mengapa demikian ?
1. Tuhan telah mengatakan apa yang Ia minta dari kita "selain takut akan TUHAN, hidup
menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada TUHAN,
Elohimmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu." (Ul 10:12). Segala jalan yang
ditunjukkan-Nya sudah didokumentasikan dalam Taurat.

2. Walaupun demikian, kita tidak bisa hidup menurut jalan-Nya (melakukan Taurat) tanpa disertai
oleh iman. (Ibrani 10:38)

Keselamatan "di bawah Hukum"

Mari kita simak kembali apa yang ditulis oleh penulis Kristen terkenal, Norman Geisler:

Ketika Musa menetapkan tatanan moral dan sosial untuk membimbing bangsa itu, hukum
Taurat tidak dapat menyelamatkan seorangpun dari hukuman atas dosa mereka, yaitu
maut. Seperti juga Paulus telah berkata, "Sebab tidak ada seorangpun yang dapat dibenarkan di
hadapan Tuhan oleh karena mengerjakan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang
mengenal dosa" (Rom 3:20). Firman yang datang dalam Yesus menyatakan: dosa - yang
telah diperkenalkan oleh Taurat – sudah diampuni" dan oleh kasih karunia telah
dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus" (ay. 24). Firman
Kristus dibangun di atas fondasi Musa dengan menuntaskan masalah yang telah ditunjukkan oleh
Taurat.

12
Pernyataan Geisler ini meringkas pandangan Kristen tentang Taurat, pengampunan dosa dan
keselamatan.
1. Tidak ada pengampunan dan keselamatan sejati sebelum Yesus, ketika manusia berada "di
bawah Hukum", apa yang bisa dilakukan hukum Taurat adalah menyatakan dosa.

2. Pengampunan datang hanya setelah kedatangan Yesus. Alkitab di lain pihak mengatakan hal
yang berbeda tentang hal ini, dimana Tuhan menyatakan sendiri dengan jelas bahwa
pengampunan dapat dimiliki jauh sebelum kematian dan kebangkitan Yeshua.

"Marilah baiklah kita berperkara! – Firman TUHAN – Sekalipun dosamu merah seperti
kermizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain
kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (Yesaya 1:18)

Strong’s Concordance menunjukkan bahwa kitab Imamat paling banyak menceritakan "Tuhan
mengampuni dosa" dibandingkan kitab-kitab lain. Mungkinkah Tuhan tidak benar-benar serius
ketika Ia berkata bahwa dosa mereka akan diampuni jika mereka melakukan apa yang
diperintahkan-Nya, dalam iman ?

Satu lagi ajaran Kristen ialah bahwa sampai "kemenangan Yesus di kayu salib", kita benar-benar
tidak berdaya melawan dosa. Jika ini benar, mengapa Tuhan memberitahu Kain, anak Adam,
bahwa ia dapat mengalahkan dosa ?

"Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik ? Tetapi jika engkau tidak berbuat
baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus
berkuasa atasnya." (Kejadian 4:7)

Bahwa manusia dapat dipandang benar dan tidak bersalah di mata Tuhan, sebelum kematian
Yeshua, ditunjukkan sepanjang Alkitab sejak awal (Kain di atas), Henokh, Nuh, Abraham, Ayub
sampai kepada kelahiran Yeshua, dimana "Perjanjian Baru" menulis tentang orang tua Yohanes
Pembaptis:

Keduanya adalah benar di hadapan Eloah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan
TUHAN dengan tidak bercacat. (Lukas 1:6)

Jadi kalau menurut doktrin Kristen, bagaimana orang-orang ini bisa dikatakan benar menurut
hukum Taurat, sebelum kematian "Yesus" di kayu salib ?

Mengapa Tuhan memberikan Taurat di Gunung Sinai ?


Jika Taurat (Firman Tuhan) telah ada sejak permulaan (Yoh 1:1) lalu mengapa Tuhan
memberikan Taurat (sebagaimana kita miliki sekarang) kepada Musa di Gunung Sinai ?

Jawabannya singkat: karena belas kasihan.

Pertama, coba kita lihat peristiwa air bah. Manusia menjadi begitu berdosa di mata Tuhan.
Sebelum menghukum mereka, karena belas kasihan, Tuhan memberikan waktu 120 tahun buat
mereka bertobat (Kej 6:1-8). Tetapi mereka tidak bertobat dan air bah pun datang. Tuhan
menyuruh Nuh dan keluarganya – orang yang benar dan tidak bercela (Kej 6:9) – untuk membuat
bahtera dan menyertakan ke dalamnya pasangan-pasangan binatang. Perhatikan bagaimana Nuh
mengetahui mana binatang yang haram dan yang tidak (Kej 7:2), padahal peristiwa ini terjadi
puluhan abad sebelum Musa menerima Taurat. Dengan demikian, kita tahu bahwa Taurat firman
Tuhan, dengan satu dan lain cara, telah diberikan kepada manusia sejak permulaan.

Kemudian kita tengok Abraham. Tuhan menjanjikan Abraham sebuah negeri yang saat itu
ditinggali oleh orang-orang jahat. Tetapi Tuhan memberitahu bahwa waktu kebinasaan mereka
belum tiba, karena mereka belum mencapai puncak kedurjanaan mereka (Kej 15:16). Tuhan,

13
karena belas kasihan, memberi mereka waktu 400 tahun untuk bertobat dari dosa – namun
mereka tidak melakukannya.

Akhirnya sampai kepada kedatangan Yeshua Mashiach, "Karena begitu besar kasih Tuhan akan
dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal…" (Yoh 3:16) Sekali lagi
Tuhan bertindak atas dasar belas kasihan.

Tuhan dengan belas kasih-Nya tidak terus menerus menghukum manusia dengan air bah, atau
menghajar tiap-tiap orang dengan bola api – walau sebenarnya banyak yang layak untuk itu.
Yeshua berperan disini sebagai pendamaian (penyokong atau penyanggah) antara Tuhan dan
manusia – bukan hanya kepada orang percaya saja tetapi juga seisi dunia (1 Yoh 2:2). Alkitab
memberitahu kita bahwa keselamatan dari Tuhan telah dimulai sejak awal dunia diciptakan. Ide
tentang Mesias sesungguhnya telah "dikerjakan" ribuan tahun sebelum penyaliban dan
kebangkitan-Nya, mungkin ini sulit sekali dimengerti sebab pekerjaan Tuhan tidak terikat oleh
konsep waktu seperti halnya manusia.

Penting untuk diperhatikan pula bahwa bangsa Israel menerima Taurat setelah mereka
diselamatkan dahulu dari perbudakan di Mesir. Bukan sebaliknya. Jadi disini kembali kita lihat
Alkitab selalu mengajarkan bahwa keselamatan datang terlebih dahulu melalui iman.

Singkat kata, Taurat di Gunung Sinai diberikan karena belas kasih dan ditujukan:

1. Untuk memberikan bimbingan dan panduan, karena dosa manusia semakin besar.
2. Untuk merangsang nafsu dosa dalam diri manusia, dengan memberikan batasan-batasan,
sifat asli manusia akan tergoda untuk menyeberangi batasan-batasan itu (Roma 7:7-11).
3. Untuk membuat manusia menyadari betapa mudahnya ia jatuh dalam dosa.
4. Untuk menyatakan Tuhan kepada manusia, kepada siapa mereka harus beriman supaya
selamat, karena percaya kepada Tuhan adalah perintah pertama.

Taurat juga diberikan untuk menunjukkan manusia bagaimana hidup di hadapan Tuhan dan
dengan sesama manusia (Mat 22:37-40). Jadi Taurat berisikan cara manusia membina hubungan
vertikal (dengan Tuhan) dan horisontal (dengan manusia) yang benar. Yeshua datang bukan
untuk meniadakan apa yang Taurat katakan tentang BAGAIMANA hidup di hadapan Tuhan.
Tetapi Kristen mengajarkan bahwa kita tidak perlu lagi mengerjakan Taurat, karena Yesus telah
meniadakan hal-hal detil dari Taurat dengan meringkasnya jadi dua perintah saja: kasihilah Tuhan
Elohimmu dan kasihilah sesamamu manusia. Kita sekarang telah dibebaskan dari hukum Taurat.
Kita sekarang mengikuti apa yang dinamakan "hukum kasih" atau "hukum Kristus". Kristen
mengajarkan bahwa kita sekarang "dipimpin oleh Roh" dan tidak lagi terikat oleh huruf hukum
Taurat.

Apakah Tuhan memberikan umat-Nya "tugas yang mustahil" ?


Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Kristen mengajarkan bahwa Tuhan memberikan Musa
dan umat-Nya serangkaian perintah yang harus ditaati supaya selamat, tetapi sebagai manusia
berdosa, mereka tidak mampu memegangnya. Oleh sebab itu tidak ada cara untuk sempurna di
depan "Hukum" sampai Yesus datang untuk mengantarkan kita ke "era kasih karunia" – 1300
tahun kemudian.

Baiklah, saya mengutip apa yang dikatakan dalam Biblical Studies Press:

"Akan tetapi, penerapan yang ketat terhadap hukum-hukum ini dalam dunia kita adalah mustahil
sebab kondisi semula seperti pada saat Tuhan campur tangan tidak dapat diulangi kembali." 9

9 Questions and Answers, sub bagian : "How should New Testament Believers relate to Old Testament Laws ?",
Biblical Studies Press, www.bible.org

14
Dengan begitu menurut teologi ini, Tuhan memerintahkan umat-Nya sesuatu yang Ia tahu mereka
tidak akan mampu, dengan ketentuan jika mereka gagal, mereka binasa.

Apakah Tuhan sadis ? Tentu tidak. Yeshua sendiri berkata sejahat-jahatnya kita, kita akan
memperlakukan anak-anak kita dengan baik, apalagi Tuhan yang memperlakukan kita lebih baik
daripada kita memperlakukan anak-anak kita sendiri.

Pelajarilah firman Tuhan ketika Ia memberikan Taurat:

"Sebab perintah ini yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, tidaklah terlalu sukar
bagimu dan tidak pula terlalu jauh. Tidak di langit tempatnya, sehingga engkau berkata:
Siapakah yang akan naik ke langit untuk mengambilnya bagi kita dan
memperdengarkannya kepada kita, supaya kita melakukannya ? Juga tidak di seberang
laut tempatnya sehingga engkau berkata: Siapakah yang akan menyeberang ke seberang
laut untuk mengambilnya bagi kita dan memperdengarkannya kepada kita, supaya kita
melakukannya ? Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di
dalam hatimu, untuk dilakukan." (Ulangan 30:11-14)

Tuhan telah menyatakannya dengan jelas – Ia memberitahu umat-Nya bahwa perintah-perintah


Taurat tidaklah terlalu sukar bagi mereka untuk dikerjakan.

15
Apa kata "Perjanjian Baru"
tentang Taurat dan Keselamatan ?
Hukum Taurat adalah sebuah kutuk dan Yeshua datang untuk meniadakan kutuk itu. Dua ayat
yang paling sering dipakai oleh Kristen untuk mendukung pendapat ini adalah:

Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada
tertulis, "Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab
hukum Taurat".(Galitia 3:10).

Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita,
karena ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib". (Galitia 3:13)

Jelas ada sesuatu yang dinamakan kutuk hukum Taurat (the curse of the Law).

Tetapi apakah Taurat sendiri adalah sebuah kutuk ?


1. Pertama, ingat kembali bahwa Tuhan memberikan Taurat "supaya baik keadaan"
umat-Nya (Ulangan 4:40).
2. Paulus menulis bahwa hukum Taurat adalah kudus, benar dan baik (Roma 7:12).
3. Paulus menyatakan hukum Taurat adalah rohani (Roma 7:14).
4. Paulus berkata bahwa ia sendiri suka akan hukum Tuhan (Roma 7:22-25).
5. Ketika Paulus dituduh telah mengajarkan untuk melepaskan hukum Taurat,
Paulus bernazar untuk membuktikan bahwa itu tidak benar (Kisah Rasul 21:21-26).

Bila kita lihat sepintas nampak ada semacam kontradiksi disini. Bagaimana bisa sesuatu
yang Tuhan berikan, yang dikatakan kudus, benar, dan baik, yang dijunjung dan dipraktekkan
oleh Yeshua (Mat 5:17-20), yang menjadi kegemaran Daud (Mzm 119:70, 74, 174), yang Paulus
sendiri sukai, disebut sebagai "kutuk" oleh Paulus ?

Masalah ini muncul karena antara lain kegagalan kita memahami sifat dualitas Taurat.
Tuhan sendiri menyinggung dualitas ini ketika Ia memberikan Taurat:

"Ingatlah aku menghadapkan kepadamu hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan
kecelakaan, karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi TUHAN,
Elohimmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah,
ketetapan dan peraturan-Nya, supaya engkau hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh
TUHAN, Elohimmu, di negeri ke mana engkau masuk untuk mendudukinya. Tetapi jika hatimu
berpaling dan engkau tidak mau mendengar, bahkan engkau mau disesatkan untuk sujud
menyembah kepada elohim lain dan beribadah kepadanya, maka aku memberitahukanmu pada
hari ini, bahwa pastilah kamu akan binasa…" (Ul 30:15-17a)

Pertama, Tuhan memerintahkan umat-Nya untuk mengasihi Tuhan (iman), dan hidup menurut
jalan-Nya (melakukan Taurat). Perhatikan disini iman adalah yang mula-mula dan langsung
dikaitkan dengan ketaatan. Kemudian, Tuhan berkata bahwa jika hati mereka berbalik dari-Nya
(kehilangan iman), mereka akan binasa. Pandangan Tuhan tentang iman adalah kita harus
bertumbuh di dalamnya dengan ketaatan. Jadi harus ada aksi atau perbuatan (Yak 2:17).
Bukannya sekedar masalah "percaya" atau tidak.

Landasan iman dalam Yudaisme adalah Shema, yang tertulis dalam Ulangan 6:4:

Shema Israel Adonai Elohenu Adonai echad.

Dengarlah hai Israel, YHWH Elohimmu, YHWH itu esa.

16
Shema, kata pertama dari ayat ini, biasanya diterjemahkan menjadi
"dengarlah", namun sebetulnya mempunyai arti lebih dalam: "menerima, menyatakan secara tidak
langsung iman, komitmen, dan ketaatan." 10

Ibrani 3:7-4:2 menceritakan Musa dan bani Israel menerima Injil di padang gurun tetapi mereka
binasa. Apakah mereka binasa karena "gagal menjalankan setiap perintah Taurat" ? Bukan, tetapi
karena ketidakpercayaan mereka. Surat Ibrani mengatakan bahwa mereka tidak "membangun"
apa yang mereka ketahui untuk dilakukan (Taurat) bersama-sama dalam iman. Iman dan ketaatan
dalam memelihara Taurat adalah dua hal yang tidak terpisahkan.

Paulus, dalam surat Galatia, menulis tentang tujuan Taurat. Ia membandingkannya dengan
seorang pengajar untuk kita menuju iman. Tambah lagi, ia juga berbicara tentang "kutuk hukum
Taurat". Satu waktu kelihatan "baik" dan di lain waktu kelihatan "buruk". Bagaimana ini ?

Jawabannya terletak pada sifat dualitas Taurat dan tujuannya yang beragam. Satu fungsi
Taurat adalah untuk menunjukkan manusia betapa berdosanya ia dan bersalah di hadapan
Tuhan yang maha benar. Fungsi ini hanyalah satu bagian dari keseluruhan Taurat. Hanya
dengan percaya kepada Tuhan DAN setuju untuk hidup menurut jalan-Nya, manusia
dapat beroleh keselamatan (1 Yoh 2:4).

Apa yang penting diketahui disini adalah Taurat bukanlah kutuk itu melainkan kutuk itu
adalah salah satu bagian daripada Taurat.

"Kutuk hukum Taurat" DAN fungsi Taurat sebagai seorang "penjaga" (penunjuk, pengantar)
berlaku bagi orang yang belum percaya kepada Tuhan. Kristen dengan ngawur menafsirkan
bahwa ketika Paulus bicara tentang Taurat yang bertindak sebagai penjaga sebelum
Yeshua, yang ia maksudkan ialah bangsa Yahudi berada di bawah belenggu hukum sampai
kedatangan dan kematian Yeshua.11 Ini adalah penafsiran yang bias oleh karena Tuhan tidak
pernah berubah. Yang Paulus maksudkan ialah bahwa dalam hidup setiap manusia (kemarin
dan hari ini), Taurat berfungsi demikian sampai mereka menerima Yeshua.

Setelah seseorang menerima Yeshua, dua aspek dari Taurat itu (menyatakan kutuk dan
sebagai penjaga) lenyap. Akan tetapi, peranan Taurat sebagai Firman Tuhan yang
menerangkan bagaimana kita hidup di hadapan-Nya tetap berlanjut.

Taurat sebagai pengajaran cara hidup di hadapan Tuhan, supaya baik keadaanmu, adalah sisi lain
dari dualitas Taurat – sebuah berkat bagi kita untuk hidup, dan firman Tuhan untuk kita supaya
kita bisa semakin dekat dengan-Nya, seperti Daud berkata : "Engkau dekat, ya TUHAN"
(Mazmur 119:151).

Taurat memuat 613 buah perintah. 365 buah diantaranya adalah perintah "negatif" (larangan).
Anda bisa mengenalinya dengan perintah yang diawali dengan "Janganlah kamu". Tujuan dari
perintah negatif ini adalah: a) menunjukkan (juga merangsang) dosa, b) menunjukkan kepada
manusia ia terkutuk karena dosanya, c) menunjukkan bahwa Tuhan adalah sumber keselamatan.
248 perintah sisanya adalah perintah "positif". Tujuan perintah positif ini adalah memperlihatkan
kepada kita hal-hal yang dihendaki Tuhan supaya dilakukan oleh kita SETELAH kita beriman
kepada-Nya.

Sebagai orang percaya, kita tentu tidak lagi berada di bawah perintah "Janganlah kamu", oleh
karena sekarang kita telah beriman kepada Tuhan dan diselamatkan. Dengan tidak lagi "berada di
bawah Hukum", bukan berarti sekarang kita bebas mencuri, membunuh, atau melanggar perintah
Taurat Tuhan. Disini maksudnya kita tentu tidak lagi melakukan hal-hal semacam itu oleh sebab
sekarang kita sudah beriman kepada Tuhan dan hidup untuk-Nya. Kita sudah tidak lagi berada di
bawah kutuk dari perintah-perintah negatif itu.
10 The Shema, Spirituality and Law in Judaism, Norman Lamm, The Jewish Publication Society, Jerusalem, 1998, p.16
11 The Unity of the Bible, Daniel P. Fuller, 1992, Zondervan Publishing House, Grand Rapids MI, p. 346-359.

17
Singkatnya, inilah yang diajarkan Paulus dalam surat-suratnya:

Berusaha memperoleh keselamatan dengan mengerjakan Taurat menurut anda sendiri,


tanpa disertai dengan iman, adalah kutuk dari hukum Taurat.

Membaca dan memahami "Perjanjian Baru" dengan pengertian dan sudut pandang Ibrani
darimana Paulus berasal, mampu menghilangkan silang-sengketa pandangan-pandangan (yang
salah) mengenai pernyataan-pernyataan Paulus tentang hukum Taurat. Kemana saja ia pergi,
Paulus mengajar melawan ajaran "populer" yang mengatakan bahwa anda dapat memperoleh
keselamatan dengan menuruti segala perintah Taurat (legalistis). Namun demikian ia tidak pernah
mengajar untuk melepaskan Taurat dari bagian kehidupan setiap orang percaya.

18
Kesulitan Kristen memahami "Hukum"

Seperti yang sudah dijelaskan, pandangan Ibrani terhadap iman bukan semata-mata "percaya"
kepada Tuhan. Bahkan setan-setan pun percaya kepada-Nya (Yakobus 2:19) dan mengenali siapa
Yeshua (Matius 8:29). Setelah bertobat (teshuvah) dalam iman, kita sekarang menjadikan Taurat
sebagai buku panduan kita bagaimana hidup menurut kehendak-Nya. Keseluruhan Taurat
adalah "hukum yang memerdekakan" yang harus kita turuti (Yakobus 1:25;2:12). Kita
tidak dapat mengambil dan memilih mana saja perintah Taurat yang hendak kita kerjakan
(Yakobus 2:10-11).

Dalam hal ini terletak masalah yang cukup berarti dengan penafsiran Alkitab Kristen. Saat
mendefinisikan "iman", Kristen kurang memberi perhatian kepada fakta bahwa dalam Alkitab
Ibrani, termasuk "Perjanjian Baru", para penulisnya (yang juga orang Ibrani) mempunyai
pandangan yang berbeda tentang arti "iman" sebagaimana yang diajarkan dalam budaya mereka.
Cara pandang mereka ini jelas tidak sama dengan cara pandang non-Ibrani yang anda pakai.

Anda boleh saja mempunyai Alkitab dengan paralel teks bahasa Yunani terbaik di dunia,
tetapi jika anda tidak menempatkan teks "Perjanjian Baru" kembali ke dalam konteks
budaya Ibrani pada abad pertama Masehi, anda tidak akan sampai kepada pemahaman
yang tepat.

Sebagai contoh, Kristen terutama dari kalangan Protestan, mengalami kesulitan menerangkan
bagian dari Surat Yakobus – terutama ayat-ayat semacam ini:

"Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan
hanya karena iman." (Yakobus 2:24)

Pencetus gerakan Protestan, Martin Luther, sangat memprihatinkan keberadaan Surat


Yakobus dalam Alkitab karena kitab ini mengajarkan perlunya perbuatan disamping
iman. Luther terlalu tenggelam dalam pengaruh Hellenisasi untuk memahami apa yang penulis
Ibrani ini (Ya’aqov, saudara Yeshua) katakan. Luther juga mengeyampingkan Taurat karena
sebab ini. Baginya perbuatan tidak ada tempat dan keselamatan datang dari iman saja.
Titik.

Karena cara pikir yang anti-Taurat, Surat Yakobus (bersama dengan kitab lainnya) terus menerus
disalah-pahami. Misalnya saja, ketika Yakobus membuat pernyataan yang POSITIF tentang
"Hukum", seperti ayat di bawah, maka hal ini dianggap bahwa bukan Taurat yang dimaksud oleh
Yakobus.

"Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang,
dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengarkan untuk melupakannya, tetapi
sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya." (Yakobus 1:25)

Penulis dan pengajar Kristen yang termasyhur, J. Vernon McGee memberikan penjelasannya
tentang ayat ini:

"’Hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang’ ini bukanlah hukum Musa; ini
adalah hukum kasih karunia. Yakobus tidak berbicara tentang hukum disini dalam pengertian
yang sama dengan Paulus. Ketika Paulus berbicara tentang hukum, yang ia maksudkan adalah
hukum Musa. Ketika Yakobus berbicara tentang hukum, yang ia maksud adalah hukum iman.
Ada kasih dalam hukum Perjanjian Lama dan ada kasih dalam hukum Perjanjian Baru." 12

12 Thru the Bible Commentary Series, James, J. Vernon McGee, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1991, p. 68.

19
McGee tidak memberikan bukti pendukung mengapa ia sampai pada kesimpulan Paulus berkata
A dan Yakobus berkata B. Penjelasannya mengapa hukum yang dibicarakan Yakobus berbeda
dengan hukum yang dibicarakan Paulus adalah berdasarkan pandangan teologi Kristen terhadap
"Hukum" seperti berikut:

"Hukum" yang dibicarakan Paulus adalah hukum dalam Perjanjian Lama yang mana ia
mengajarkan bahwa hukum itu sudah dilepaskan.

Karena Yakobus memberikan pernyataan yang positif tentang "Hukum" maka "hukum yang baik
ini" pastilah tidak sama dengan "hukum yang buruk" yang dibicarakan Paulus. Jadi ini berarti
sesuatu yang lain, sesuatu yang dinamakan "hukum kasih karunia".

Pengajar Kristen akan menunjukkan ayat-ayat dari "Perjanjian Baru" untuk membuktikan bahwa
"Hukum" Taurat telah berakhir. Dalam bukunya, pada bagian "The End of Law", Charles Ryrie
menulis tiga klaim berikut:

1 "Konsili Yerusalem menyelesaikan masalah ini dengan cepat dan tegas (Kisah Para Rasul
15)…Petrus menyatakan bahwa hukum Taurat sebagai kuk yang tidak dapat
dipikul…mereka tidak mencoba menempatkan orang percaya di bawah hukum
Taurat…mereka menyadari bahwa hukum Taurat telah berakhir."

2 "Dalam 2 Korintus 3:7-11 Paulus bahkan menyatakan bahwa bagian dari hukum Taurat
yang tertulis di atas lohloh batu (Sepuluh Perintah) telah selesai. Ia dengan berani
menamakan bagian moral dari hukum Taurat sebagai pelayanan untuk maut dan kutukan,
tetapi puji Tuhan, ini semua sudah digantikan dengan Perjanjian Baru yang membawa
kehidupan dan pembenaran."

3 Dalam Ibrani 7:11-12…jika hukum Taurat tidak ditiadakan, berarti imamat bani Lewi
masih berlaku, dan dengan begitu Kristus belum menjadi Imam Besar kita saat ini. Tetapi
ketika Kristus menjadi Imam Besar kita, maka hukum Taurat tidak lagi berlaku dan
mengikat kita." 13

Sayangnya, kesimpulan Ryrie dihasilkan dari pemahaman Alkitab melalui bias anti-Taurat yang
sama. Penafsiran dari ketiga ayat yang sama berdasarkan sikap pro-Taurat dan konteks-sensitif,
akan nampak seperti ini:

1. Kisah Para Rasul 15 – Konsili Yerusalem diadakan untuk memecahkan masalah apakah orang-
orang bukan Yahudi harus membuktikan diri mereka dengan mengerjakan Taurat dahulu
SEBELUM memperoleh keselamatan (15:1). Injil saat itu telah menyebar ke negeri-negeri lain
yang dihuni oleh para penyembah berhala. Dan mereka, orang-orang yang baru percaya,
menerima sistem kepercayaan Yahudi langsung melalui Mesias, tidak perlu lagi melalui sistem
konversi tradisional Yahudi seperti sebelumnya. Ini boleh dibilang "cara baru", tetapi Tuhan
sendiri telah menegaskan hal ini (15:8). Tetapi, sulit bagi beberapa orang Yahudi menerima
"penerimaan instan" seperti ini karena orang-orang penyembah berhala yang baru bertobat itu
tidak tahu apa-apa tentang Taurat dan seringkali masih membawa-bawa cara beribadah mereka
yang dulu. Hal ini sangat mengerikan bagi orang-orang Yahudi karena dalam pemahaman
Yahudi dosa seseorang bisa membawa dampak kepada seluruh bangsa. Dalam sistem konversi
tradisional, seseorang diwajibkan mempelajari dan menguasai terlebih dahulu seluruh Taurat
sebelum diterima sebagai bagian dari umat Tuhan. Tetapi sidang konsili memutuskan bahwa
begitu mereka menerima Yeshua, mereka cukup memenuhi perintah minimal dalam Taurat
(15:20). Sidang tersebut memberikan perintah Taurat yang paling dasar dengan
pengertian bahwa mereka akan belajar lebih banyak tentang Taurat Musa nantinya
ketika datang beribadah di sinagoga (Ini adalah penjelasan dari ayat 15:21).
13 Basic Theology - A Popular Systematic Guide To Understanding Biblical Truth, Charles C. Ryrie, 1986, SP
Publications Inc., Victor Books, Wheaton IL, p. 304.

20
Komentar Petrus dalam ayat 10 maksudnya adalah jika Tuhan memerintahkan pelaksanaan
Taurat yang sempurna sebagai syarat untuk menerima (beriman kepada) Yeshua, maka mereka
semua akan gagal karena tidak ada yang dapat mengerjakan Taurat dengan sempurna tanpa
iman.

2.II Korintus 3:7-11 – Paulus tidak menamakan "bagian moral dari hukum Taurat sebagai
pelayanan untuk maut dan kutukan". Melainkan apa yang ia maksud adalah hanya Roh Kudus,
yang kita terima melalui iman, memberikan hidup atas huruf-huruf Taurat. Jika kita mencoba
mengerjakannya tanpa Roh Kudus (dalam iman), pastilah akan membawa binasa (kutuk Hukum
Taurat). Paulus juga mengajarkan hal ini dalam Roma pasal 8, tulisnya bahwa barangsiapa
datang kepada iman, hidup menurut Roh, tidak lagi dipersalahkan menurut Taurat. Jadi
bukannya hukum Taurat yang dibuang jauh, tetapi selubungnya (mengerjakan Taurat membabi-
buta tanpa iman) yang dibuang (disunat) melalui iman kepada Yeshua.

3. Ibrani 7:11-12 – Surat Ibrani berisi banyak ajaran Yahudi yang kurang dipahami Kristen.
Memang surat ini ditujukan khusus kepada orang Ibrani. Bayangkan, bagaimana anda bisa
mendapatkan pemahaman yang sempurna dari kitab ini jika anda membacanya dengan cara pikir
Hellenistis. Ibrani menunjuk Yeshua sebagai korban keselamatan Yom Kippur yang permanen,
satu kali untuk selama-lamanya. Imamat-Nya merupakan bagian daripada imamat surgawi, yang
diawali oleh Adam dan diteruskan oleh "anak sulung" (atau khususnya seseorang yang berhak
atas hak kesulungan, misalnya Set, Sem, Yakub). Tujuan Tuhan adalah agar anak sulung dari
setiap keluarga meneruskan peran sebagai imam, tetapi hal ini diserongkan oleh dosa
penyembahan anak lembu emas sehingga peran imam ini dialihkan kepada bani Lewi saja.14
Dengan imamat Yeshua, peran dari Imam Besar (cohen hagadol) pada saat Yom Kippur telah
berubah. Dan ini artinya imamat dikembalikan kepada "anak sulung". Perjanjian di Gunung Sinai
sendiri tidak dengan sendirinya rusak. Dosa manusia-lah (yang telah berjanji akan menaati
Taurat) yang menyebabkan Perjanjian itu dianggap rusak (Ibr 8:8). Perjanjian yang baru (yang
diperbaharui), pada dasarnya adalah Perjanjian yang sama. "Perbedaannya" adalah bahwa
Perjanjian yang baru tidak didasarkan oleh janji yang keluar dari manusia yang berdosa, tetapi
oleh janji Mesias, yang imamat-Nya adalah kekal (Ibr 5:6-9; 7:20-22; 8:6). Kematian Yeshua
tidak membatalkan atau mengubah bagian tertentu dari Taurat, termasuk ibadah korban
persembahan (yang bertujuan untuk pendamaian dosa BUKAN untuk keselamatan). Surat Ibrani
menaruh perhatian pada korban keselamatan dalam Yom Kippur, bukan pada korban
persembahan yang lain. Satu hal lagi, kita BELUM masuk dalam Perjanjian Baru (Yer 31:36;
Ibr 8:13). Kitab Yehezkiel dan Wahyu memperlihatkan ibadah korban persembahan (di luar
korban Yom Kippur) akan kembali diadakan pada masa 1000 tahun ketika Bait Elohim dibangun
kembali di atas Gunung Moriah dan Yeshua akan datang kembali ke dunia untuk memerintah atas
manusia dalam kerajaan-Nya. Tidak pernah ada kejadian dimana Perjanjian Tuhan atau bagian
tertentu daripadanya yang mengalami perubahan atau pembatalan. Ketika Tuhan mengadakan
Perjanjian dengan Abraham, Ia tidak membatalkan Perjanjian sebelumnya dengan Nuh. Begitu
pula ketika Ia mengadakan Perjanjian dengan bangsa Israel di Gunung Sinai, Ia tidak
membatalkan Perjanjian-Nya dengan Abraham. Sunat sebagai tanda Perjanjian dengan Abraham
kembali diperteguh dalam Perjanjian di Gunung Sinai. Tidak ada satu kasus pun dimana Tuhan
membatalkan Taurat. Hal ini digenapi, seperti kata penulis David Stern, "dalam kerangka satu
Taurat yang kekal".15

Anehnya, Charles Ryrie mengakui bahwa orang Yahudi memandang Taurat sebagai satu
kesatuan. Berbicara tentang hal itu, Ryrie menulis:

"Hukum Taurat merupakan satu kesatuan…Yakobus memandang hukum Taurat sebagai satu
kesatuan. Ia menentang pengerjaan Taurat yang setengah-setengah karena pelanggaran satu

14 Literatur Yahudi di luar Alkitab memberikan gambaran tentang hal ini, seperti dalam: Midrash Rabbah Genesis
LXXXV:1; Midrash Rabbah Exodus V:7; Midrash Rabbah Numbers IV:8; Zohar, Bereshit Section 1, page 176a.
(Soncino)
15 Jewish New Testament Commentary, David Stern, (Jewish New Testament Publication, Inc., 4th edition, 1995),
penjelasan Surat Ibrani 10:8-10.

21
perintah saja, katanya, membuat manusia itu bersalah atas seluruh Taurat (Yakobus 2:10). Ia tidak
mungkin sampai pada kesimpulan demikian jika Taurat bukanlah satu kesatuan." 16

Ryrie mengakui ada kesulitan untuk memahami bagaimana hukum Taurat masih diterapkan bagi
orang Kristen. Ia menulis: "hukum Kristus memuat beberapa perintah baru…beberapa yang
lama…dan beberapa yang disesuaikan." 17

Ryrie benar tentang kesatuan seluruh perintah Taurat (Mat 5:18-19; Gal 3:10,12; 5:3; Yak 2:10-
11). Maka lalu timbul pertanyaan : Jika a) orang Yahudi memandang Taurat sebagai satu
kesatuan b) Yakobus dan Paulus mengajarkan kesatuan Taurat dalam surat mereka, dan c)
Yeshua mengajarkan kesatuan Taurat dengan mengatakan tidak satu bagian terkecil pun dari
Taurat yang dibatalkan oleh-Nya – maka bagaimana orang Kristen bisa memilih perintah-perintah
tertentu saja lalu menerapkannya sebagai "hukum Kristus" ? Bagaimana orang Kristen bisa
bersikap "ambillah perintah-perintah yang kita kehendaki saja, sisanya boleh diabaikan" ?

Kristen bisa bersikap "ambillah perintah-perintah yang kita kehendaki


saja, sisanya boleh diabaikan" ?
Tidak ada dasar untuk melakukan hal demikian menurut kepercayaan Yahudi yang dianut Yeshua
dan para pengikut-Nya. Yeshua sendiri berkata, "Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan
diabaikan." (Mat 23:23b) Bagaimana perubahan teologi ini terjadi akan dijelaskan dalam bagian
berikutnya.

Sistem kepercayaan Yahudi Messianis yang berbasiskan Taurat adalah satu-satunya


"agama" yang Tuhan ciptakan. Ini adalah kepercayaan Yeshua dan kepercayaan Paulus (lebih
tepatnya Rabbi Sha’ul) sebelum DAN sesudah pertobatannya di jalan menuju Damsyik. Ini
adalah kepercayaan seluruh penulis "Perjanjian Baru" dan kepercayaan komunitas Messianis
mula-mula pada abad pertama – yang dikenal sebagai sekte Nasrani (Kis 24:5) atau Jalan Tuhan
(Kis 24:14).

Sistem kepercayaan Yahudi Messianis yang berbasiskan Taurat adalah agama yang selalu
menekankan keselamatan oleh karena iman – iman menurut pemahaman Yeshua Sang Mesias
Yahudi, saudara-Nya Ya’aqov dan Yehuda, dan rasul-rasul-Nya, Kefa, Mattityahu, Yochanan,
dan Sha’ul – bukan iman menurut definisi westernisasi orang-orang Yunani/Romawi.

Kasus: Bagaimana Kristen Memandang hari Sabat

Kristen mengajarkan bahwa Paulus berkata karena sekarang kita telah percaya kepada Yesus, kita
tidak lagi berada di bawah "Hukum", jadi "Hukum" tidak berlaku lagi. Ini merupakan teologia
yang membingungkan sebab Kristen tetap memandang bahwa beberapa bagian dari "Hukum"
tetap berlaku.

Contoh utamanya adalah bagaimana Kristen memandang hari Sabat. Kita diharuskan menaati 10
Perintah Taurat. Namun demikian perintah untuk memelihara hari Sabat, yang termasuk ke dalam
10 perintah tersebut, tidak ditaati lagi. Kristen mengatakan bahwa hal ini telah "diubah" oleh
Tuhan.

Seperti yang ditulis penulis Kristen James Montgomery Boice berikut:

"Pertama, hari Sabat adalah kebiasaan unik orang Yahudi dan tidak dimaksudkan atau
diperintahkan kepada bangsa lain, baik dulu maupun sekarang. Hal ini berbeda dengan perintah-

16 Basic Theology - A Popular Systematic Guide To Understanding Biblical Truth, Charles C. Ryrie, 1986, SP
Publications Inc., Victor Books, Wheaton IL, p. 303.
17 ibid p. 305.

22
perintah lainnya yang secara umum kita jumpai di dalam hukum-hukum [agama] kuno lainnya.
Para pendukung hari Sabat seringkali menggunakan Kejadian 2:2-3 (yang dirujuk dalam perintah
keempat) untuk memperlihatkan hal sebaliknya…Untuk tegasnya begini, ayat ini tidak
menunjukkan bahwa Tuhan menetapkan hari Sabat pada saat penciptaan; namun ada beberapa
ayat yang memperlihatkan bahwa Ia melakukan hal itu di kemudian waktu. Dua di antaranya
adalah Nehemia 9:13-14… Ayat-ayat tersebut menghubungkan penetapan aturan tentang hari
Sabat di Gunung Sinai dan secara tidak langsung menunjukkan bahwa hari Sabat tidak dikenal
dan tidak dirayakan sebelum waktu itu. Ayat lainnya yang penting adalah dalam Keluaran…(Kel
31:12-17). Ayat-ayat tersebut menggambarkan hari Sabat sebagai sebuah tanda perjanjian antara
Tuhan dan bangsa Israel; begitu pentingnya sehingga sampai diulangi dua kali. Jadi sulit
dimengerti bagaimana perintah hari Sabat dikatakan juga berlaku untuk bangsa lain ? Justru
sebaliknya, memelihara hari Sabat adalah tanda untuk membedakan bangsa Israel dari bangsa
lain, sama seperti halnya perintah sunat. Tetapi bagaimana dengan hari Minggu ? Minggu adalah
hari lain yang ditetapkan Tuhan, namun untuk Gereja bukan untuk bangsa Israel dan dengan
karakteristik yang berbeda tentunya. Hari Sabat adalah waktu untuk beristirahat dan terbebas dari
segala aktivitas. Dan kegagalan untuk beristirahat membawa hukuman bagi para pelanggarnya.
Berlawanan dengan Sabat, hari Minggu adalah hari penuh sukacita, aktivitas, dan pengharapan…
Fakta bahwa hari Minggu telah ditetapkan menggantikan hari Sabat terlihat dalam cara beribadah
gereja mula-mula." 18

Sayangnya, bukti yang disodorkan Boice ini penuh dengan ketidakakuratan dan ketidak-benaran:

 Mengenai "perintah hari Sabat ditujukan hanya untuk bangsa Israel" – ketetapan atau
perintah apakah yang diberikan Tuhan kepada bangsa lain SELAIN bangsa Israel ? Tidak
ada. Setiap perintah yang Ia berikan kepada bangsa Israel adalah untuk menjadikan
mereka umat-Nya, sebagai terang bagi dunia (Yesaya 49:5-6; Lukas 2:32). Fakta adanya
bagian-bagian dari Taurat yang terkandung dalam agama bangsa-bangsa lain tidak dapat
dijadikan bukti bahwa hari Sabat hanya untuk bangsa Israel. Tuhan membuat satu bangsa
berbeda dari bangsa lain supaya mereka membawa firman-Nya (Taurat) itu kepada dunia.
Tuhan juga berfirman bahwa hukum-Nya berlaku sama, untuk bangsa Israel dan orang
asing yang tinggal bersama-sama bangsa Israel (Imamat 24:22). Dan faktanya, dalam
Keluaran 12:48-49, Tuhan berfirman "satu Hukum untuk bangsa Israel dan non-Israel" –
dan ini terjadi sebelum peristiwa Gunung Sinai. Dalam Yesaya 51:4-5 dan 56:1-8, Tuhan
kembali berfirman tentang posisi orang non-Israel terhadap Taurat-Nya.

 Tuhan sendiri yang menghubungkan perintah hari Sabat dengan pekerjaan-Nya pada
waktu penciptaan. Ia berfirman dengan jelas oleh sebab itulah hari Sabat dikuduskan
(Keluaran 20:11).

 Acuan dalam Nehemia sama sekali tidak mengimplikasikan hal demikian. Bangsa Israel
telah memelihara Sabat bahkan sebelum di Gunung Sinai, seperti yang tertulis dalam
Keluaran 16:25-26 dan juga dalam literatur-literatur Yahudi.

 Tentang pertanyaan Boice, "bagaimana perintah hari Sabat dikatakan juga berlaku untuk
bangsa lain ?" – sekali lagi poin yang hilang ialah bahwa Taurat adalah firman Tuhan
untuk seluruh dunia, bukan sekumpulan aturan khusus untuk orang Israel. Tuhan
membuat jelas bahwa orang non-Israel suatu hari nanti akan bergabung dengan Israel
dalam satu kepercayaan untuk menyembah-Nya. Orang non-Israel tidak akan memiliki
kepercayaan baru yang terpisah dari bangsa Israel (Yesaya 54:1-3). Paulus
mengulanginya kembali dalam Efesus 2:10-12 dimana ia mengatakan bahwa orang-orang
percaya bukan Yahudi tidak lagi asing terhadap perjanjian dan hukum Israel – dan ini
termasuk perintah hari Sabat.

18 Foundations of the Christian Faith, James Montgomery Boice, 1986, InterVarsity Press, Downsers Grove, IL, p.234

23
 Alkitab dan fakta sejarah membuktikan gagasan bahwa Tuhan "mengubah" Sabat
menjadi hari Minggu adalah tidak benar. Pembuktikan bahwa gagasan ini "ada di dalam
Alkitab" dihasilkan dari terjemahan beberapa ayat Alkitab yang salah dan di luar
konteks.19 Ingatlah firman ini, "Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah."
(Maleakhi 3:6)

 Hari Sabat adalah lebih dari sekedar "hari peristirahatan". Pernyataan bahwa "kegagalan
beristirahat membawa hukuman" adalah tidak akurat. Hari Sabat memang hari
beristirahat dari segala akitivitas kita dalam mencari nafkah dan kesenangan duniawi,
akan tetapi hari Sabat adalah hari yang penuh dengan aktivitas ibadah, belajar dan
memuji Tuhan.

Sejarah menunjukkan bahwa ibadah hari Minggu untuk menggantikan ibadah Sabat adalah tradisi
manusia, terutama pada masa awal Gereja Roma. Ini merupakan bahasan utama dalam Konsili di
Trent, yang diadakan di Italia Utara (1545-1563). Wakil Paus, Uskup Agung Reggio,
membungkam argumen "sola scriptura"-nya Martin Luther dan para pembaharu Protestan ketika
ia dengan benar menyatakan:

"Kaum Protestan mengklaim bersandar kepada firman yang tertulis saja; mereka menyatakan
berpegang hanya kepada Alkitab sebagai standar iman. Mereka membenarkan pemberontakan
mereka dengan dalih Gereja telah menyelewengkan firman yang tertulis dan mengikuti tradisi-
tradisi. Sekarang klaim kaum Protestan bahwa mereka bersandar hanya kepada firman yang
tertulis ternyata tidak benar. Pengakuan mereka bahwa mereka berpegang hanya kepada Alkitab
adalah bohong. Buktinya…firman yang tertulis dengan eksplisit memerintahkan untuk
memelihara hari ketujuh sebagai Sabat. Namun mereka tidak memelihara hari ketujuh itu, tapi
malah menolaknya. Jika mereka sungguh-sungguh berpegang hanya kepada Alkitab, mereka akan
memelihara hari ketujuh itu sebagaimana diperintahkan sepanjang Alkitab. Tapi mereka bukan
saja menolak memelihara Sabat seperti yang diperintahkan dalam firman yang tertulis, malahan
mereka mengadopsi, dan mempraktekkan, ibadah hari Minggu, yang hanya merupakan tradisi
Gereja. Maka dari itu klaim sola scriptura mereka telah gagal dan bahwa "Kitab suci dan tradisi
adalah sama pentingnya" justru dibenarkan. Biar kaum Protestan sendirilah yang jadi hakimnya."

Hari Sabat : beban atau sukacita?

Ada semacam miskonsepsi pada sebagian orang bahwa perintah hari Sabat hanya menyusahkan
manusia saja. Contohnya seperti kisah berikut ini. Seorang anak kecil menanyai ibunya apakah ia
dapat pergi bermain. Lalu ibunya menjawab, "kamu tidak boleh pergi bermain, sebab seseorang
tidak boleh melakukan hal itu pada hari Sabat." Namun anak itu tetap mendesak, "Ibu, izinkanlah
aku pergi." Akhirnya, ibunya menyerah sembari menjawab, "baiklah, kamu bisa pergi dan
bermain, namun dengan satu syarat, jangan bersenang-senang sambil bermain, sebab
bagaimanapun hari ini adalah hari Sabat." Pengertian Sabat disini terlanjur diartikan sebagai hari
yang penuh beban karena kita dituntut untuk tidak boleh ini, tidak boleh itu. Padahal dalam kitab
nabi Yesaya hari Sabat dinamakan sebagai "hari kenikmatan" (Yesaya 58:13-14). Dalam sebuah
midrash dikatakan:

"Mungkin kamu mengira bahwa Aku memberikan kepadamu hari Sabat untuk menyusahkanmu;
Aku sesungguhnya memberimu Sabat untuk menyenangkan kamu. Menguduskan hari ketujuh
bukan berarti kamu mesti menyengsarakan dirimu, tetapi sebaliknya engkau harus
menguduskannya dengan seluruh hatimu, dengan segenap jiwamu dan dengan seluruh
perasaanmu. Sucikanlah hari itu dengan memilih makananmu, dengan memakai pakaian yang
indah; penuhilah jiwamu dengan kesenangan dan Aku akan memberi upah untuk kesenangan itu."
(Deuteronomy Rabba 3,1)
19 Buku yang membahas hal in secara detil adalah From Sabbath to Sunday, Samuele Bacchiocchi, 1977, The
Pontifical Gregorian University Press, Roma). Riset yang dilakukan Bacchiocchi memperlihatkan bagaimana
perubahan Sabat dan hari-hari raya Alkitab lainnya dicetuskan oleh sikap anti-Yahudi para "Bapa Gereja".

24
Yeshua pun berkata bahwa Sabat diciptakan untuk manusia dan bukan manusia untuk Sabat. Oleh
sebab itu pergunakanlah Sabat sebagai hari sukacita dimana kamu bisa memanfaatkan 24 jam
penuh khusus untuk Tuhan. Tentu saja bukan berarti anda tidak boleh mempergunakan hari-hari
lain untuk Tuhan, tetapi sediakan satu hari spesial – Sabat – supaya menjadi tanda bahwa
TUHAN adalah Elohim kita (Yeh 20:20).

Tuhan sendiri berfirman tentang hubungan antara orang-orang percaya yang bukan Yahudi
dengan Sabat dan Taurat:

"Berbahagialah orang yang melakukannya, dan anak manusia yang berpegang kepadanya: yang
memelihara hari Sabat dan tidak menajiskannya, dan yang menahan diri dari setiap perbuatan
jahat Janganlah orang asing yang menggabungkan diri kepada TUHAN berkata: "Sudah tentu
TUHAN hendak memisahkan aku dari pada umat-Nya"; dan janganlah orang kebiri berkata:
"Sesungguhnya, aku ini pohon yang kering." Sebab beginilah firman TUHAN: "Kepada orang-
orang kebiri yang memelihara hari-hari Sabat-Ku dan yang memilih apa yang Kukehendaki dan
yang berpegang kepada perjanjian-Ku, kepada mereka akan Kuberikan dalam rumah-Ku dan di
lingkungan tembok-tembok kediaman-Ku suatu tanda peringatan dan nama--itu lebih baik dari
pada anak-anak lelaki dan perempuan--,suatu nama abadi yang tidak akan lenyap akan Kuberikan
kepada mereka. Dan orang-orang asing yang menggabungkan diri kepada TUHAN untuk
melayani Dia, untuk mengasihi nama TUHAN dan untuk menjadi hamba-hamba-Nya, semuanya
yang memelihara hari Sabat dan tidak menajiskannya, dan yang berpegang kepada perjanjian-Ku,
mereka akan Kubawa ke gunung-Ku yang kudus dan akan Kuberi kesukaan di rumah doa-Ku.
Aku akan berkenan kepada korban-korban bakaran dan korban-korban sembelihan mereka yang
dipersembahkan di atas mezbah-Ku, sebab rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala
bangsa." (Yesaya 56:2-7)

Menurut kitab Yesaya, orang-orang bukan Yahudi manakah yang bakal mendapatkan berkat
Tuhan ? Yaitu mereka yang memelihara Taurat-Nya. Kitab Wahyu meneguhkannya demikian:

"Blessed are they that do His commandments, that they may have right to the tree of life, and may
enter in through the gates into the city." (King James Bible, Wahyu 22:14)

25
Bagaimana pandangan Kristen
terhadap Taurat bermula ?
Kekeliruan cara pandang Kristen terhadap Taurat dan juga "Perjanjian Baru" disebabkan oleh
penafsiran yang dilakukan dengan cara-cara non-Ibrani dan banyak mengabaikan konteks
historis yang ada. Ini adalah bagian dari permasalahan. Jika anda mempunyai wawasan yang
salah tentang budaya pada masa itu, anda akan tiba pada kesimpulan yang keliru, yang pada
gilirannya akan menghasilkan doktrin yang salah.

Sebagai contoh ketidak-pedulian akan konteks historis/budaya terdapat pada bukunya J. Vernon
McGee yang sudah disebutkan sebelumnya. Pengajar Kristen ini menjelaskan kata kumpulan
(assembly) yang ditemukan dalam Yakobus 2:2 seperti berikut:

"Kata kumpulan (assembly) disini berarti sinagoga. Jelas sekali disini orang-orang Jewish
Christian menyebut tempat dimana mereka berkumpul sebuah sinagoga. Mereka tidak
membangun gedung khusus dan secara teratur berkumpul di rumah-rumah jemaat, namun ada
kemungkinan di banyak tempat mereka menyewa sebuah sinagoga. Mereka bertemu di hari
Minggu, bukan hari Sabtu supaya tidak bertubrukan dengan pertemuan orang-orang Yahudi." 20

Sayangnya, orang-orang Kristen akan membaca tulisan tersebut apa adanya dan menerimanya
sebagai "fakta" – lagipula ini kan penjelasan dari orang yang terkenal, maka sudah pasti benar.
Sayangnya lagi, penjelasan Bapak McGee ini penuh dengan kesalahan dan semakin menambah
kekeliruan umat Kristen.

Dari hasil analisis pernyataan di atas terungkap kekeliruan yang mesti diluruskan:

1. "Jewish Christian" – Tidak ada sebetulnya apa yang dinamakan "orang-orang Jewish
Christian". Ini adalah sebuah istilah modern. Penggunaan istilah ini mendukung pendapat
bahwa orang Yahudi pengikut Yeshua yang mula-mula telah berpindah agama dari Yudaisme
ke Kristen. Penggunaan kata Kristen sendiri baru muncul kemudian untuk mengacu kepada
orang percaya di Antiokhia (Kis 11:26) dan istilah ini mula-mula digunakan oleh penguasa
Romawi sebagai kata hinaan.21

2. Mereka "menyebut tempat dimana mereka berkumpul sebuah sinagoga" karena satu dari dua
kemungkinan. Mereka bisa jadi menggunakan bangunan sinagoga atau mereka berkumpul di
suatu gedung lain yang masih di berada di dalam lingkungan sinagoga. Bukan saja
"kekristenan" belum ada pada waktu itu, juga halnya tidak ada kumpulan "Kristen" yang
dapat terorganisasi dan berkumpul, karena hal ini tidak diizinkan oleh penguasa Romawi.
Orang Yahudi sebaliknya mempunyai izin untuk itu, di bawah hukum Romawi.22 Di samping
itu, jemaat mula-mula tetap datang mengunjungi Bait Elohim (Kis 2:46) dan sinagoga-
sinagoga, termasuk orang-orang bukan Yahudi, karena ini satu-satunya tempat dimana
Alkitab dibacakan dan mereka bisa belajar Taurat (Kis 15:21).

3. "Menyewa sebuah sinagoga" – Ini adalah contoh bagaimana sebuah pernyataan yang
menggelikan disebar-luaskan sebagai "pengetahuan".Adalah illegal bagi orang Yahudi untuk

20 Thru the Bible Commentary Series, James, J. Vernon McGee, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1991, p. 56
21 Ada petunjuk bahwa kata Kristen disisipkan kemudian ke dalam Perjanjian Baru karena pada sejumlah manuskrip
tua dijumpai kata "pemberi sedekah" (dan bukannya Kristen). Ini nampak seperti sebuah bentuk pelecehan dari
orang-orang Romawi karena "pemberian sedekah" merupakan istilah dan praktek ibadah dari orang Yahudi. Ini
menunjukkan bahwa orang-orang percaya bukan Yahudi di Antiokhia "telah menjadi seperti Yahudi" dalam iman
baru mereka. Bagi orang Romawi, menjadi seperti Yahudi adalah memalukan.
22 The Mystery of Romans, Mark Nanos, 1996, Fortress Press, Minneapolis, pp. 64-68. Julius Caesar sangat menaruh
hormat terhadap agama kuno dan memberikan orang Yahudi hak legal yang disebut collegia, mengizinkan mereka
untuk berkumpul, memerintah dan menarik pajak sendiri, dan menerapkan aturan-aturan mereka sendiri. Orang
Yahudi adalah satu-satunya bangsa yang diberikan hak demikian. Hal ini menimbulkan kebencian di antara
penduduk Romawi lainnya.
26
menyewakan bangunan mereka kepada kelompok mana saja kecuali kalau mereka mau kena
sanksi dari penguasa Romawi. Para pengikut Yeshua mempunyai hak penuh sebagai orang
Yahudi untuk terus beribadah secara normal di sinagoga.
4. "Mereka bertemu di hari Minggu" – Pernyataan ini tidak didukung fakta sama sekali. Para
pengikut Yeshua tetap berkumpul di sinagoga-sinagoga pada hari Sabat. Praktek ibadah yang
umum dilakukan adalah havdallah – berkumpul di rumah setelah matahari terbenam untuk
melanjutkan diskusi dan pujian pada ibadah Sabat hari itu. Ini menjelaskan mengapa Paulus
dikatakan "berbicara sampai tengah malam" dalam Kisah Para Rasul 20:7. Hari pertama
dalam seminggu bagi orang Yahudi (seperti Paulus) dimulai pada saat matahari terbenam di
akhir hari Sabat – yakni hari Sabtu malam bukan hari Minggu.23
5. Lagi, mereka "tidak bertubrukan dengan pertemuan orang-orang Yahudi" karena mereka tetap
adalah orang Yahudi dan tetap mendatangi sinagoga bersama-sama saudara mereka yang
belum menerima Yeshua.

Sejarah singkat asal mula Gereja Kristen dan doktrinnya


Bagaimana bisa kepercayaan Yahudi Messianis yang berbasiskan Taurat seperti ini…

 "Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi
ini, satu jot atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum
semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum
Taurat sekalipun yang paling kecil dan mengajarkannya demikian kepada orang
lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga;
tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia
akan menduduki tempat yang paling tinggi di dalam Kerajaan Sorga." (Matius 5:18-19)

 Mendengar itu mereka memuliakan Tuhan. Lalu mereka berkata kepada Paulus,
"Saudara, lihatlah, beribu-ribu orang Yahudi telah menjadi percaya dan mereka semua
rajin memelihara hukum Taurat." (Kisah Para Rasul 21:20)

 "Aku adalah orang Yahudi, lahir di Tarsus di tanah Kilikia,tetapi dibesarkan di kota ini;
dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel di bawah hukum nenek moyang kita
sehingga aku menjadi seorang yang giat bekerja bagi Eloah sama seperti kamu semua
pada waktu ini." (Kisah Para Rasul 22:3)

 "Saudara-saudara yang kekasih, bukan perintah baru yang kutuliskan kepada kamu,
melainkan perintah lama yang telah ada padamu dari mulanya. Perintah lama itu
ialah firman yang telah kamu dengar." (I Yohanes 2:7)
berubah menjadi kepercayaan non-Yahudi yang tidak berbasiskan Taurat seperti ini…

 "Bahwa Kristen mengungguli Yudaisme…", "Paulus mengajarkan bahwa perbudakan


hukum Taurat telah berakhir ketika Yesus membebaskan semua manusia." (dari kutipan-
kutipan pengarang Kristen yang sudah disajikan di bagian awal)
Dalam "Perjanjian Baru" jelas tertulis bahwa Yeshua, para rasul dan para jemaat mula-mula
adalah para pelaku Taurat yang taat. Bagaimana ceritanya kondisi seperti ini bisa berkembang
menjadi kondisi Gereja Kristen saat ini yang tidak berbasiskan Taurat ?
Penguasa Romawi di abad pertama dan kedua sering kali mempunyai masalah dengan propinsi
Yudea dan Galilea. Kerusuhan dan pemberontakan berulang kali terjadi di dua propinsi Yahudi
itu, dan sampai kepada puncaknya adalah terjadinya dua kali peperangan besar antara bangsa
Yahudi dan penguasa Romawi.24

23 Orang Yahudi memandang sebuah hari dimulai pada saat matahari terbenam di malam hari dan bukan dimulai
pada pagi hari seperti penduduk dunia lainnya. Pandangan ini berdasarkan atas kisah penciptaan (Kej 1:3-5). Hari
Sabat sendiri dimulai pada Jum’at petang dan berakhir pada Sabtu petang.
24 Lihat Jerusalem – One City Three Faiths, Karen Amstrong, Alfred A. Knopf, New York, 1996
27
Ada dua peristiwa penting yang terjadi di sekitar masa itu:
1. Yakobus (nama sebenarnya adalah Ya’aqov, saudara Yeshua) mati syahid.
2. Bait Elohim dihancurkan.
Sepeninggal Yeshua, kepemimpinan jemaat diserahkan kepada saudara-Nya, Ya’aqov yang
dijuluki Tzaddik (Orang Saleh). Ya’aqov diakui telah memegang peranan yang sangat besar
dalam menjembatani hubungan antara kelompok Messianis dengan kelompok Yahudi lainnya.25
Ia memiliki hubungan yang sangat baik dengan orang-orang Farisi dan Esseni, dan hidup
sangat keras dan teliti dalam menjalankan Taurat sehingga dikabarkan bahwa ia
diperbolehkan untuk memakai jubah imam dan berdoa di Ruang Imam dalam Bait
Elohim. Tetapi Ananus, Imam Besar saat itu bukan main sentimennya dengan Yakobus. Pada
tahun 62, Ia membawa Yakobus ke hadapan Sanhedrin dan imam-imam Saduki. Oleh hasutan
Ananus pula mereka menjatuhkan tuduhan pelanggaran Taurat terhadap Yakobus karena
bersikeras mengatakan bahwa Yeshua adalah Sang Mesias. Mereka berseru, "Oh, Tzaddik ini juga
ikut-ikutan salah !" Kemudian mereka menyeretnya dan menjatuhkannya dari bubungan Bait
Elohim.26 Beberapa orang Farisi berusaha membela Yakobus dan memrotes tindakan Ananus
kepada raja Agrippa dan Albinus, wali negeri Romawi. Akibatnya Ananus kemudian dicopot dari
jabatan yang baru disandangnya tiga bulan27. Dengan wafatnya Yakobus, hubungan baik antara
dua kelompok Yahudi ini makin hari makin menurun.
Selang beberapa tahun kemudian, jendral Titus datang memikul tugas berat dari ayahnya, Kaisar
Vespasianus, untuk menghadapi bangsa yang amat fanatik dengan agamanya itu. Di saat-saat
itulah para pengikut Yeshua teringat akan pesan-Nya:
"Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara ketahuilah, bahwa keruntuhan-
nya sudah dekat. Pada waktu itu orang- orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke
pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota harus mengungsi, dan orang-orang yang
berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota sebab itulah masa pembalasan di mana
akan genap semua yang ada tertulis." (Luk 21:20-22)
Di bawah pimpinan Simeon (juga saudara Yeshua), mereka kemudian mengungsi ke Pella,
sebuah kota di seberang sungai Yordan. Seperti apa yang telah diramalkan Yeshua, Yerusalem
beserta Bait Elohim akhirnya diluluh-lantakkan oleh pasukan Romawi (70 M). Enam ribu orang
Yahudi gugur saat itu dalam mempertahankan Yerusalem. Disinilah timbul perselisihan. Larinya
kaum Messianis dari keikutsertaan mempertahankan Yerusalem dinilai sebagai suatu tindakan
yang tidak "patriot".
Dua kombinasi peristiwa ini menyebabkan terjadinya perpisahan antara orang-orang Yahudi yang
percaya kepada Yeshua dengan yang tidak. Sampai akhirnya pada tahun 90, para pemimpin
agama Yahudi memutuskan untuk melarang kaum Messianis beribadah lagi di sinagoga. Hal ini
menyebabkan komunitas Nasrani (termasuk orang-orang bukan Yahudi yang menerima Yeshua)
semakin jauh dari orang-orang Yahudi lainnya.
Perpisahan ini memberikan peluang bagi orang-orang percaya non-Yahudi (yang berlatar
belakang dari kultur paganisme) yang tidak mempedulikan keyahudian "kepercayaan" mereka –
untuk bersuara lebih besar dalam urusan-urusan komunitas dan penafsiran Alkitab. Polemik anti-
Yahudi sudah muncul seawal-awalnya pada tahun 98 dalam ajaran St. Ignatius, uskup Antiokhia
– kota dimana istilah Kristen pertama kali dipakai. Ignatius mengatakan kepada orang-orang
Kristen non-Yahudi agar tidak lagi mengikuti cara beribadah orang-orang Yahudi dan kepada
orang-orang Yahudi yang telah menerima Mesias agar menghentikan cara hidup Yahudi mereka.
Demikian tulisnya: "tidak masuk akal berbicara tentang Yesus Kristus dengan lidah [Yahudi] dan
menumbuhkan harapan dalam pemikiran kepercayaan Yahudi yang sekarang sudah berakhir." 28
25 James the Brother of Jesus, Robert Eisenman, 1997, Penguin Books, New York, NY.
26 Ecclesiastical History, Eusebius, 325. (Buku II bab XXIII)
27 Antiquities of The Jews, Flavius Josephus, 93. (Antiquities 20:9:1)
28 Letter to Magnesians, Ignatius, 98.

28
Perang Yahudi kedua terjadi pada tahun 135 yang dipicu sebelumnya oleh rencana Kaisar
Hadrian untuk membangun Yerusalem menjadi kota metropolis baru dengan nama Aelia
Kapitolina. Hadrian juga berencana mendirikan kuil Yupiter dan Venus di atas reruntuhan Bait
Elohim. Maka bangkitlah orang Yahudi melawan rencana ini di bawah pimpinan Simon Bar
Koseba. Tetapi kekuatan mereka tidaklah sebanding dengan Romawi. Pasukan Romawi
membumi-hanguskan 985 kota dan lebih dari setengah juta orang Yahudi tewas dalam
peperangan ini, termasuk di antaranya adalah anggota komunitas Nasrani.29 Hadrian kemudian
mengeluarkan undang-undang baru yang melarang orang Yahudi untuk beribadah pada hari
Sabat, merayakan hari-hari raya Tuhan, mengadakan upacara-upacara keagamaan, dan membaca
Taurat. Inilah saat dimulainya masa Diaspora Yahudi. Rencana Hadrian terus berlanjut, sebuah
kota baru berdiri dan Hadrian mendatangkan orang-orang Yunani dan Suriah untuk mengisi kota
baru tersebut. Tidak dapat disangkal, beberapa di antara orang-orang itu adalah orang Kristen.30
Orang Yahudi sendiri, termasuk dari golongan Messianis, dilarang untuk mendekati kota
Yerusalem dalam radius 150 mil. Apa yang tinggal tersisa sedikit dari komunitas Nasrani ini
segera tersingkir oleh kedatangan orang-orang Kristen non-Yahudi itu. Bahkan kepemimpinan
komunitas Nasrani – yang turun temurun dipegang oleh kerabat Yeshua: Yakobus, Simeon,
Yustus, Zakheus, Tobias, Benyamin, Yohanes, Matias, Filipus, Seneka, Yustus, Lewi, Efres,
Yusuf, dan Yudas 31 – diambil alih oleh uskup non-Yahudi.

Kepemimpinan "Gereja" non-Yahudi yang baru ini kelak mempengaruhi posisi pemerintah
Romawi terhadap orang Yahudi dan melahirkan sikap memusuhi apa saja yang berbau Yahudi,
termasuk kitab Taurat. Puluhan doktrin-doktrin salah dikembangkan sedini-dininya mulai abad
kedua. Di antaranya yang mengajarkan bahwa hukum Taurat sebenarnya diberikan untuk
menghukum orang Yahudi, bahwa Yerusalem dihancurkan dan diambil dari orang Yahudi karena
dosa mereka, dan bahwa "Gereja" sekarang telah menggantikan posisi Israel sebagai umat Tuhan
(replacement theology).32
Ambil contoh, pada awal abad kedua, kita mendapati "Bapa Gereja" Yustinus Martyr berkata:
"Kami juga, akan turut menjalankan sunat dagingmu itu, hari-hari Sabatmu dan singkat kata
semua upacara-upacaramu, jika saja kami tidak mengetahui alasan mengapa itu semua
dibebankan kepadamu, yaitu karena dosa-dosamu dan kekerasan hatimu. Kebiasaan sunat, yang
diturunkan dari mulai Abraham, diberikan kepadamu sebagai tanda pembeda, untuk memisahkan
kamu dari bangsa-bangsa lain dan dari kami, orang Kristen. Tujuan hal ini ialah supaya kamu dan
hanya kamu mengalami kesusahan ini yang sekarang pantas kamu terima; dimana negerimu
menjadi sunyi, dan kota-kotamu dirubuhkan oleh api, buah-buah yang dihasilkan negerimu
dimakan oleh orangorang asing di depan matamu, tidak seorangpun darimu yang diperbolehkan
memasuki Yerusalem. Sunat dagingmu itu hanya menjadi tanda supaya kamu dapat dibedakan
dari orang-orang lain…seperti yang saya katakan sebelumnya adalah karena dosa-dosamu dan
dosa nenek moyangmu, di antara perintah-perintah lainnya, Tuhan membebankanmu untuk
memelihara Sabat untuk menjadi tanda." 33
Pada abad ketiga, kita mendapati pernyataan Origen dari Alexandria yang tersohor itu:
"Kami dengan demikian boleh menegaskan dengan keyakinan penuh bahwa orang Yahudi
tidak akan kembali lagi ke keadaan mereka semula, oleh sebab mereka telah melakukan
kejahatan yang paling keji, dengan mengadakan persengkongkolan melawan Juru selamat
manusia…maka itu kota dimana Yesus menderita perlu dihancurkan, bangsa Yahudi dibuang
dari negerinya, dan untuk itu bangsa lain telah dipanggil dan dipilih Tuhan." 34

29 Caesar and Christ, Will Durant, 1944, Simon and Schuster, New York, p. 548.
30 Ecclesiastical History 4:6. Eusebius melaporkan adanya sebuah gereja non-Yahudi di masa itu.
31 Ecclesiastical History 4:5.
32 Kehancuran Yerusalem juga menjadi alasan bagi pihak Gereja Roma untuk mengklaim diri sebagai pusat ajaran
"Kristen" yang baru.
33 Dialogue with Trypho, Justin Martyr (Circa 138-161 M)
34 Origen dari Alexandria (185-254 A.D.) seperti dikutip dari Scattered Among the Nations, Documents Affecting
Jewish History 49 to 1975, diedit oleh Alexis P. Rubin, Jason Aronson Inc., London, pp. 22-23.

29
Sikap dari kedua "Bapa Gereja" ini bukanlah hal yang tidak lazim. Pada masa Yeshua dan para
rasul, seluruh penduduk dalam Kerajaan Romawi mempunyai sikap bermusuhan dengan bangsa
Yahudi karena hak istimewa mereka. Orang-orang cendekiawan Roma pada masa itu banyak
menulis karya-karya yang mengandung hinaan terhadap orang Yahudi yang hidup di antara
mereka.35 Masyarakat Romawi adalah masyarakat penyembah berhala dan beribadah kepada
banyak dewa-dewi. Di tengah-tengah mereka inilah hidup sekitar 7 juta masyarakat Yahudi (kira-
kira 10 persen dari total populasi Romawi), boleh dibilang cuma minoritas.36 Bangsa Yahudi
diperbolehkan untuk tidak turut beribadah kepada dewa-dewi Roma, tidak seperti halnya bangsa-
bangsa taklukan lainnya yang dipaksa untuk itu.37 Orang-orang Kristen non-Yahudi datang dari
latar belakang ini dan tidak menaruh peduli dengan hal-hal keyahudian seperti Sabat dan Taurat.
Bagi mereka menjalankan hal-hal semacam itu merupakan "kebodohan". Begitu kepemimpinan
orang Yahudi dalam "Gereja" berhasil disingkirkan, perubahan demi perubahan berhasil
diterapkan tanpa oposisi berarti dari kalangan orang percaya Yahudi. Justru silang pendapat
mengenai doktrin-doktrin kekristenan terjadi di kalangan orang-orang non-Yahudi ini. Unsur-
unsur gnostisme, pantheisme, dan paganisme begitu mudahnya terserap ke dalam Kristen
dan sebaliknya Taurat dan hal-hal berbau Yahudi semakin ditinggalkan.

Tetapi Kristen belum benar-benar menjadi agama resmi sampai awal abad keempat. Pada tahun
312, Kaisar Konstantin (seorang penyembah berhala matahari yang baru bersedia dibaptis saat
hendak menghembuskan nafas terakhirnya) mengklaim memperoleh "penglihatan" yang
mengantarnya kepada "legalisasi Kristen" dengan mengeluarkan Undang-undang Milan.38 Hal
ini memulai sebuah proses yang pada akhirnya membuat Kristen menjadi agama resmi kerajaan.
Sekarang, jika anda seorang Yahudi, dan ingin "menerima Yeshua sebagai Mesias", anda harus
menyatakan diri meninggalkan keyahudian anda dan menjadi "Kristen". Sedangkan orang-orang
non-Yahudi yang menggabungkan dirinya dalam ibadah orang Yahudi akan dihukum karena
melanggar undang-undang.

Konstantin memainkan pula peranan yang penting dalam urusan intern Gereja. Ia melibatkan diri
secara aktif dalam sengketa antara pengikut Arius dengan pengikut Athanasius (dua teolog
Kristen yang mengajukan doktrin berbeda tentang aspek ketuhanan Yesus). Ia kemudian
memanggil 300 uskup dari seluruh dunia untuk menghadiri konsili di Nicea pada tahun 325.
Meski begitu Konstantin sebetulnya tidak begitu peduli dengan apa yang dibicarakan dalam
konsili tersebut karena ia sangat awam terhadap masalah-masalah teologi (ingat, ia sendiri belum
menyerahkan dirinya dibaptis saat itu dan tetap beribadah kepada berhala matahari). Baginya
yang penting kesatuan dan stabilitas negara bisa tetap terjaga.

Konsili Nicea dan konsili-konsili lainnya yang menyusul belakangan menghasilkan keputusan
yang kelak menjadi doktrin dan kredo yang dianut oleh Kristen sampai hari ini. Konsili-konsili
ini diadakan oleh orang-orang bukan Yahudi yang berasal dari latar belakang anti-Yahudi sama
seperti mereka yang hidup dua abad lalu. Orang-orang percaya dari kalangan Yahudi yang
tetap memelihara Taurat dilarang untuk ikut serta dalam rapat-rapat seperti itu, dan posisi
mereka terhadap pemahaman Alkitab yang berbasiskan Taurat ikut "dilibas". 39 Salah satu
keputusan konsili adalah barangsiapa ketahuan makan bersama-sama orang Yahudi tidak
akan diperbolehkan ambil bagian dalam komuni supaya ia boleh "belajar untuk berubah" 40,
dan bila menikah dengan seorang Yahudi akan dikucilkan dari masyarakat.41

35 Jew & Gentile in the Ancient World, Louis H. Feldman, 1993, Princeton University Press, Princeton, NJ, pp. 123-
176
36 Caesar and Christ, Will Durant, 1944, Simon and Schuster, New York, p. 546.
37 The Mystery of Romans, Mark Nanos, 1996, Fortress Press, Minneapolis, pp. 64-68.
38 Undang-undang Milan juga menetapkan hari Minggu sebagai hari beribadah.
39 Pertemuan terakhir yang diketahui antara orang Yahudi (minoritas) dengan orang non-Yahudi (mayoritas) terjadi
pada tahun 318 yakni antara Paus Silvester, yang mewakili Kaisar dengan Yoses, juru bicara desposyni (orang-
orang yang masih punya hubungan darah dengan Yeshua). Setelah pertemuan itu, Silvester mengambil alih
kepemimpinan para desposyni dan menyerahkannya kepada uskup-uskup Romawi. Sejak itu hilang sudah peranan
orang Yahudi dalam "Gereja".
40 Council of Elvira, 304 A.D., Canon 50, Laws Relating to Jews
41 Council of Elvira, 304 A.D., Canon 16, Laws Relating to Jews

30
Sisa-sisa orang percaya yang tetap bertahan kepada kepercayaan yang berbasiskan Taurat seperti
halnya jemaat mula-mula, senantiasa menjadi bahan olok-olok dan sudah untung cuma dianggap
"lemah iman" jika tidak mau dicap sesat.
Contohnya, kita dapati Epiphanius, pada abad keempat, berkata:

"Mereka [kaum Nasrani] tidak mempunyai pendapat yang berbeda namun melakukan
semua hal tepat seperti apa yang diperintahkan dalam Taurat, menurut tata cara Yahudi –
kecuali kepercayaan mereka terhadap Mesias…tetapi karena mereka tetap terbelenggu
oleh hukum Taurat – sunat, Sabat, dan lainnya – mereka tidak termasuk ke dalam
Kristen." 42
Pada akhir abad keempat, apa saja yang berhubungan dengan kepercayaan "pro-Taurat" telah
lenyap dalam lautan "kekristenan". Konsili di Antiokhia (341 M) dan Laodicea (360 M) melarang
orang Kristen untuk turut serta dalam peribadatan Yahudi. Seperti yang dikatakan sejarahwan
modern, hal ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa tradisi Yahudi itu "sudah dari sananya
buruk, usang, dan tidak relevan lagi terhadap kehidupan orang Kristen sehari-hari."43

Kepercayaan terhadap Yeshua berubah dari 100 persen Yahudi menjadi 100 persen anti-Yahudi
dalam waktu kurang dari 300 tahun.
Semua ini kelak menjadi dasar "Gereja" Kristen. Penganiayaan terhadap orang Yahudi sepanjang
sejarah, Perang Salib, Inquisisi, pengusiran massal yang tidak terhitung jumlahnya dalam sejarah,
isolasi di dalam ghetto dan tentu saja Holocaust-nya Hitler, semuanya merupakan hasil langsung
dari doktrin anti-Yahudi Gereja.

Dasar sikap anti-Yahudi ini tidak berubah sekalipun dengan reformasi yang dilakukan oleh
kaum Protestan pada abad keenambelas. Para tokoh-tokoh reformasi seperti Martin Luther
dan John Calvin sama anti-nya, kalau tidak boleh dibilang lebih, dengan para pendahulu mereka
seribu tahun sebelumnya. Perhatian para reforman ini lebih tercurah kepada apa yang mereka
rasakan sebagai penyelewengan dan penyalah-gunaan kekuasaan dalam Gereja (Katholik).
Mereka tidak berkeinginan untuk membawa Gereja kembali kepada kepercayaan Yahudi
Messianis berbasiskan Taurat seperti yang dianut Yeshua dan para rasul. Luther pada
mulanya mencoba merangkul orang Yahudi (saat ia menulis buku That Jesus was Born a Jew)
dengan harapan mereka akan mendukung gerakan reformasinya itu, tetapi setelah melihat tidak
ada respon dari mereka, maka Luther berbalik menjadi begitu benci terhadap orang Yahudi.
Tulisan-tulisan Martin Luther ini adalah bacaan kesukaan Adolf Hitler, yang memperoleh
banyak ide dari sana bagaimana cara menangani orang-orang Yahudi.44
Penting untuk dimengerti bahwa:
Sikap anti-Yahudi dan anti-Taurat dari para Bapa Gereja dan kelak dari para tokoh reformasi
Protestan telah menjadi dasar bagi seluruh opini Kristen (Katholik dan Protestan) sampai kepada
hari ini. Semua penafsiran Alkitab yang berasal dari para pengajar Kristen, pendeta atau lembaga,
termasuk setiap terjemahan Alkitab yang ada, buku-buku Kristen, renungan harian, khotbah di
hari Minggu, film-film dan kurikulum di sekolah-sekolah tinggi teologia, telah dihasilkan
menurut doktrin dari orang-orang ini dan dari kesalahan yang terkumpul selama beratus-ratus
tahun.

42 Panarion 29, Epiphanius, abad keempat.


43 Paul and the Jewish Law - Halakha in the Letters of the Apostle to the Gentiles, Peter J. Tomson, 1990,
Fortress Press, Minneapolis, p. 3.
44 Martin Luther dalam bukunya On The Jews and Their Lies (1543) memerintahkan penganiayaan terhadap
orang Yahudi, termasuk di dalamnya: membakar sinagoga mereka sampai rata, menghancurkan rumah
mereka, menyita kitab Talmud dan buku-buku doa, membunuh para rabbi yang menolak untuk berhenti
mengajar, menghalangi hak mereka untuk melakukan perjalanan, dan menempatkan mereka ke dalam
kamp-kamp terkonsentrasi (ghetto). Hitler menuruti saran-saran Luther ini dengan baik sekali.

31
Realitas Sejarah Mengenai
Apa yang Dianut Yeshua dan Pengikut-Nya

Untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang apa yang Alkitab ajarkan, kita perlu
kembali kepada masa dimana Yeshua dan Paulus hidup. Yudaisme pada abad pertama didominasi
oleh golongan yang dinamakan Farisi. Hal pertama yang perlu dibereskan adalah mengenai
pengertian istilah "Farisi". The American Heritage Dictionary 45 memberikan dua definisi
berikut:
1. Seorang anggota dari sebuah sekte Yahudi kuno yang menekankan pada penafsiran yang keras
dan ketaatan terhadap hukum Musa baik dalam bentuk tertulis maupun lisan.
2. Seorang yang berlaku munafik dalam beribadah.
Budaya Barat yang kita anut menyamakan definisi pertama dengan yang kedua. Orang Farisi
adalah "orang-orang yang jahat", dan kepercayaan yang mereka anut pun juga sesat.
Bukankah "Yesus" sendiri menyebut mereka orang munafik, setan, keturunan ular beludak, dan
sebagainya ? Pandangan ini merupakan produk dari sikap anti-Yahudi yang sudah berlangsung
berabad-abad dan berseberangan dengan Alkitab dan fakta historis.
Contoh-contoh tipikal dalam ajaran Kristen tentang hal ini dapat dijumpai dalam karya penulis
dan apologis terkenal, J. Dwight Pentecost, dalam bukunya yang mashyur, The Words and
Works of Jesus Christ. Untuk menunjukkan bagaimana Yesus mengajarkan doktrin yang
berbeda dengan orang Farisi, dan memerintahkan manusia untuk mengikuti ajaran-Nya, dan
bukan ajaran mereka, Pentecost memberikan bukti pendukung argumennya dengan mengutip dua
penulis Kristen lainnya.
Pentecost, mengutip J.W Shepard, menulis:
"Contoh dari tulisan-tulisan dalam Mishna dan Gemara (dua bagian dari Talmud) menunjukkan
bahwa mereka adalah koleksi menjemukan yang berisi penjelasan yang terputus-putus atas
banyak pokok persoalan. Ajaran mereka sempit, dogmatis, second hand, tidak ada yang baru,
memaksa, atau menggerakkan emosi…Khotbah Yesus justru adalah sebaliknya, dengan
pengertian intuitif yang cepat menembus lubuk hati manusia yang paling dalam, menggerakkan
kesadaran dan kehendak untuk berbuat…Kata-kata yang begitu indah keluar dari bibir-Nya,
diucapkan dengan cara yang ramah, sehingga dunia berkata: Tidak ada manusia yang berbicara
seperti orang ini."
Pentecost, mengutip Frederick Farrar, menulis:
"Banyak hal telah ditulis belakangan ini yang memuji-muji Talmud. Saat ini literatur yang diberi
nama Talmud itu terdiri atas duabelas volume tebal seukuran folio; dan adalah aneh jika dari
literatur setebal ensiklopedia ini kita tidak dapat mengutip barang sepotong pun bagian yang
mengesankan, ilustrasi yang menarik, atau sejumlah perasaan moral yang membangkitkan
pemikiran mulia. Tetapi apa yang terlihat oleh saya tidak dapat disangkal, dan orang lain juga
bisa menilainya sendiri, bahwa apa yang benar-benar berharga dalam Talmud sangat sedikit
sekali dibandingkan dengan tumpukan sampah di dalamnya yang hampir tidak terhitung
jumlahnya." 46
Mari kita perjelas – Pentecost, Shepard dan Farrar tidak diragukan lagi mewakili posisi Kristen
terhadap Talmud (ajaran orang Farisi). Mereka semua setuju bahwa:
1. Ajaran "Yesus" berbeda secara keseluruhan dengan yang ada di Talmud.
2. Tidak ada ajaran Talmud yang mengandung nilai-nilai moral seperti dalam ajaran "Yesus".
3. Kata-kata dalam Talmud mengandung nilai-nilai "second hand".
4. Sedikit sekali hal-hal yang berharga di dalam Talmud.

45 The American Heritage Dictionary, Second College Edition, Houghton Mifflin Company, Boston, 1985.
46 The Words and Works of Jesus Christ, J. Dwight Pentecost, 1981, The Zondervan Corporation, Grand Rapids, MI,
p.188-189.
32
Selama berabad-abad Gereja memegang opini ini terhadap Talmud. Sepanjang sejarah, kapan saja
terjadi penganiayaan terhadap orang Yahudi oleh orang-orang Kristen, Talmud selalu menjadi
sasaran pertama untuk dijadikan api unggun.

Ada dua lipat masalah dalam opini Kristen terhadap ajaran Farisi ini:

1. Sedikit sekali orang Kristen yang pernah mengusahakan diri mereka untuk membaca Talmud.

2. Bahkan lebih sedikit lagi yang mengerti bagaimana memahami tulisan tersebut karena Talmud
tidak ditulis dalam gaya literatur "Barat". (Makanya J.W Shepard mengomentari Talmud
sebagai "koleksi menjemukan yang berisi penjelasan yang terputus-putus atas banyak pokok
persoalan." Seperti semua orang yang bersikap masa bodoh, ia mengutuki apa yang tidak
dimengertinya).

Talmud merupakan saripati dari karya-karya tulis orang Farisi, kebanyakan berasal dari masa
sebelum Yeshua. Dengan mempelajari Talmud dan membandingkannya dengan kata-kata
Mesias47 , kita menemukan hal yang bertolak-belakang dengan apa yang Kristen ajarkan:

47 The Way of the Boundary Crosser, Gershon Winkler, 1998, Jason Aronson Inc., Jerusalem, pp. 221-251. Contoh-
contoh yang ditunjukkan dalam tabel ini hanyalah sebagian kecil dari yang diberikan oleh Winkler, yang
memperlihatkan ajaran Yeshua banyak memiliki kepadanan dengan Talmud, Midrash Rabbah, dan tulisan-tulisan
Yahudi kuno.

33
34
Dari perbandingan antar ayat dalam tabel ini terungkap fakta:

1. Banyak kata-kata Yeshua yang tidak "orisinil".

1. Yeshua secara langsung mengutip dan mendukung ajaran di dalam Talmud.

Bagaimana kemudian pengajar Kristen mengelak dari hal ini ?

35
Satu hal, orang Kristen tidak ada yang menaruh peduli dengan kesalahan mereka itu. Orang
Kristen sudah terbiasa dicekoki oleh apa saja yang diajarkan dari atas mimbar. Orang Yahudi
yang tidak percaya kepada Yeshua tentu saja juga tidak mempunyai hasrat untuk membangun
dukungan bagi ke-Mesias-an Yeshua. Jadi siapa yang tersisa untuk mengungkapkan muslihat
yang tersembunyi ini ? Untungnya, Tuhan masih meninggalkan sisa-sisa umat-Nya (Roma 11),
dan kebenaran selalu mempunyai jalan untuk dinyatakan, walau sekalipun lambat.
Satu hal, kenyataan bahwa ucapan-ucapan Yeshua banyak yang tidak "orisinil" sama sekali tidak
mengurangi kewibawaan dan otoritas Mesias dalam mengajar Taurat. Kita harus berpikir dalam
arah kebalikan. Para rabbi sebelum Yeshua telah mewariskan pengajaran Taurat ini dari para
pendahulu-pendahulu mereka, para nabi-nabi, para tua-tua, yang jika ditelusuri terus tentunya
berawal dari Musa. Musa menerima Taurat langsung dari TUHAN dan itu berarti bersumber dari
Mesias sendiri. Jadi sebenarnya Yeshua sedang mengulangi apa yang Ia telah ajarkan ke pd Musa

Yeshua adalah seorang Farisi


Mengatakan Yeshua adalah seorang Farisi akan kedengaran sangat menggelikan bagi orang
Kristen. Ini sekali lagi menunjukkan betapa jauhnya Kristen dari realitas sejarah mengenai
Alkitab, Mesias dan kepercayaan para pengikut-Nya mula-mula.
Betul memang Yeshua mengritik beberapa orang Farisi yang tidak melakukan apa yang mereka
ajarkan, karena kemunafikan mereka, dan karena mengikat beban-beban berat. Apa yang tidak
dipahami oleh orang Kristen ialah kritikan keras merupakan hal yang lazim di kalangan
kelompok-kelompok Farisi, dan dianggap wajar dalam ceramah-ceramah.
Sebagai contoh, orang Farisi sendiri mengakui bahwa mereka tidak semuanya baik, sebetulnya
dikatakan ada "tujuh macam orang Farisi." 48 Kebiasaan Yeshua menyebut sebagian dari mereka
dengan kata-kata seperti "keturunan setan" merupakan hal yang umum dilakukan oleh orang-
orang Yahudi yang religius pada masa itu. Istilah yang sama juga digunakan oleh murid-murid
Rabbi Hillel untuk menyebut seorang murid Rabbi Shammai, beberapa tahun sebelum Yeshua
lahir.49 Dan sama halnya juga ketika Yeshua menyebut Petrus "Iblis" (Mat 16:23).
Penting dicatat bahwa Yeshua tidak pernah memarahi orang Farisi karena mengajarkan Taurat
dengan benar, sebuah contoh yang bagus terdapat pada Matius 23:23. Disini Yeshua berkata
kepada mereka, "Boleh-boleh saja kamu menambahkan hal-hal yang menurutmu dapat
membawamu lebih dekat kepada Tuhan." (membayar selasih, adas manis dan jintan tidak
diharuskan dalam Taurat). Tetapi Ia kemudian berkata, "Kamu harus melaksanakan apa yang
terpenting dalam Taurat lebih dahulu, baru kemudian hal-hal optional seperti ini." Yeshua tidak
menyuruh mereka berhenti mengerjakan Taurat – Ia menyuruh mereka untuk
mengerjakannya dengan benar. Yang dikecam oleh Yeshua adalah perbuatan manusianya
dan bukan hukum Tauratnya sebab perintah Taurat itu kudus, benar dan baik.
Yeshua bukan saja mengutip dan mendukung ajaran Farisi, seperti yang disajikan dalam tabel di
atas, Ia juga menjunjung otoritas orang Farisi. Ia menyuruh orang banyak untuk mematuhi apa
yang diajarkan oleh orang Farisi, karena mereka "telah menduduki kursi Musa", artinya otoritas
mereka berasal dari Tuhan. (Mat 23:1-3) Pernyataan Yeshua ini menegaskan apa yang menjadi
kalimat pembuka dalam Mishna Avot:
Musa menerima Taurat di Sinai dan menurunkannya kepada Y’hoshua, Y’hoshua kepada orang
tua-tua, dan orang tua-tua kepada para nabi, dan para nabi kepada orang-orang dalam Majelis
Besar.50 (Mishna Avot 1:1)
48 Babylonian Talmud, traktat Sotah 22b
49 Babylonian Talmud, traktat Yevamot, catatan kaki #14-16a: "secara harafiah ‘anak sulung setan.'"
50 Majelis Besar adalah semacam mahkamah agama yang mengurus dan mengatur semua masalah-masalah agama.
Secara tradisional mahkamah ini dimulai oleh Ezra sepulangnya bangsa Israel dari pembuangan. Shim'on
Ha'Tzaddiq adalah salah seorang anggotanya yang terakhir. Shim’on menurunkan Taurat (lisan) kepada Antigonus
dari Socho, Antigonus kepada Yose Ben Yo'ezer dan Yose Ben Yochanan, kemudian kepada Y'hoshua Ben
Perayah dan Nittay dari Arbela, kemudian kepada Y'hudah Ben Tabbai dan Shim'on Ben Shetah, kemudian
kepada Shemayah dan Abtalion, kemudian kepada Hillel dan Shammai.(Mishna Avot 1:1-18)

36
Ada dua madrasah yang paling terkemuka dan menjadi acuan masyarakat pada masa itu yakni
madrasah Hillel dan madrasah Shammai (30 SM - 10 M). Pada waktu itu Hillel menjabat sebagai
Nasi (presiden) Sanhedrin (mahkamah agama Yahudi) dan Shammai sebagai ketua dewannya.
Keduanya saling bersaing dalam menghasilkan tafsiran-tafsiran dan aplikasi Taurat dalam
kehidupan sehari-hari. Ajaran Hillel tergolong "liberal" sedangkan Shammai lebih cenderung
menuruti "huruf hukum Taurat". Banyak sekali doktrin Yudaisme yang "diselesaikan" sebelum
masa Yeshua oleh madrasah-madrasah ini. Ketika Yeshua bicara, Ia sering menyatakan pendapat-
Nya terhadap penafsiran Alkitab yang telah ada, yaitu dengan mendukung pendapat orang lain.
Misalnya, dalam Matius 7:12, kita menjumpai ajaran-Nya yang terkenal sebagai "the golden
rule":

"Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga
kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." (Matius 7:12)

Yeshua disini mengulangi apa yang diajarkan oleh Rabbi Hillel beberapa tahun sebelumnya:

"Apa yang jahat di matamu jangan lakukan itu terhadap sesamamu Itulah keseluruhan Taurat,
sementara sisanya merupakan penjelasan saja, maka pergilah dan pelajarilah." (Babylonian
Talmud, Shabbat 31a)

Dalam banyak kasus, Yeshua mendukung ajaran Hillel (kakek Rabbi Gamaliel, guru Paulus).
Dalam kasus yang jarang, seperti dalam aturan (halakha) mengenai perceraian (Mat 5:31),
Yeshua justru mendukung ajaran Shammai (bd. Gittin 9:10). Di luar itu kita juga bisa
menemukan kesamaan antara ajaran Yeshua dengan ajaran kaum Esseni, misalnya tentang
mengucapkan sumpah (Mat 5:33-37; bd. Damascus Document - Geniza A; Kolom. 15; Baris 1-3).

Contoh-contoh dimana ajaran Yeshua bersesuaian dengan Hillel dapat dijumpai dalam keempat
Injil.51

Banyak sekali bukti yang bisa ditunjukkan, jika kita membandingkan Talmud dengan Kitab Suci,
bahwa Yeshua meneguhkan ajaran-ajaran orang Farisi. Alkitab menunjukkan bahwa Ia juga
meneguhkan otoritas orang Farisi dalam masalah-masalah agama. Jika dipahami dengan baik
(tanpa bias), kritikan Yeshua terhadap orang Farisi sebenarnya bagian dari rangka diskusi antar
Farisi yang menjadi kebiasaan di antara mereka sendiri (mungkin paling baik dikatakan sebagai
"debat kekeluargaan"). Talmud sendiri dipenuhi oleh setumpuk besar debat-debat macam ini –
yang dikenal dengan istilah "berdebat demi Kerajaan [Elohim]" atau "berdebat demi
perkara Hashem (Tuhan)".

51 The Way of the Boundary Crosser, Gershon Winkler, 1998, Jason Aronson Inc., Jerusalem, pp. 221-251.

37
Sejarah dan Alkitab menunjukkan bahwa Yeshua mengidentifikasikan diri-Nya sebagai seorang
Farisi. Sesungguhnya, ketika orang-orang Farisi menanyakan Yohanes (Yochanan) Pembaptis
siapakah dia, ia menjawab bahwa seseorang dari antara MEREKA (orang-orang Farisi itu) adalah
Mesias yang akan datang (Yoh 1:26-27).

Yeshua adalah seorang Yahudi, seorang rabbi dan seorang Farisi, yang selalu menjunjung tinggi
Taurat, mengucapkan Shema, mengenakan tzitzit, mendukung Talmud, dan orthodoks dalam
kehidupan-Nya.

Inikah "Yesus"-nya orang Kristen ?

Orang Farisi dalam "Perjanjian Baru"

Seperti yang sudah diterangkan di atas, pada masa Yeshua ada dua buah kelompok besar dalam
tubuh Farisi yang masing-masing dipimpin oleh madrasah besar, satu didirikan oleh Rabbi Hillel
dan satunya lagi oleh Rabbi Shammai. Kalau kita memahami konteks dalam "Perjanjian Baru"
dalam setting Yahudi pada abad pertama, kita akan banyak menemukan perjumpaan Yeshua
dengan kedua kelompok orang Farisi ini. Walaupun "Perjanjian Baru" tidak menerangkan secara
definitif dari madrasah mana orang-orang Farisi yang bertanya-jawab dengan Yeshua, kita bisa
mengetahuinya dari diskusi mereka tersebut.

Marilah kita meluruskan dulu hal yang disalah-pahami oleh orang Kristen bahwa : SEMUA orang
Farisi adalah jahat dan memusuhi Yeshua. Ini adalah asumsi yang SALAH. Sebaliknya, juga
adalah asumsi yang SALAH mengatakan Yeshua mengecam SEMUA orang Farisi. Pemahaman
yang keliru ini merupakan hasil pendekatan yang sangat hurufiah terhadap bahasa Ibrani
"Perjanjian Baru" yang sarat dengan gaya bahasa hiperbola. Contoh yang satu ini rasanya sudah
mencukupi. Dalam Markus 14:64 ditulis: "Lalu dengan SUARA BULAT mereka
memutuskan bahwa Dia harus dihukum mati". Bandingkan dengan ayat paralel dalam Lukas
23:50-51: "Adalah seorang yang bernama Yusuf. Ia anggota Majelis Besar dan seorang
yang baik lagi benar. Ia tidak setuju dengan putusan dan tindakan Majelis itu. Ia berasal
dari Arimatea, sebuah kota Yahudi dan ia menanti-nantikan Kerajaan Tuhan."

Contoh di atas menunjukkan penggunaan gaya bahasa hiperbola dalam penulisan Injil. Markus
mengatakan bahwa semua anggota Sanhedrin dengan SUARA BULAT memutuskan hukuman
mati sementara Lukas memperlihatkan bahwa Yusuf dari Arimatea (dan mungkin juga
Nikodemus) tidak setuju dengan putusan ini. Apakah Markus disini mau mengatakan bahwa
semua anggota Sanhedrin, termasuk Yusuf dan Nikodemus, turut menjatuhkan putusan untuk
menyalib Yeshua ? Tidak ! Markus disini menggunakan pernyataan hiperbola bergaya Ibrani
untuk menyatakan bahwa mayoritas Sanhedrin memutuskan demikian.

Kembali kepada fakta historis bahwa ada dua kelompok besar Farisi pada masa Yeshua, yang
dimotori masing-masing oleh madrasah Hillel dan madrasah Shammai. Jadi ketika Yeshua
bertanya-jawab dengan orang-orang Farisi ini, maka tentunya Ia sedang berbicara dengan salah
satu dari kedua kelompok ini. Madrasah Shammai adalah madrasah yang lebih dominan. Kita
mengetahui dari literatur yang luas dari masa itu bahwa madrasah ini belum lama didirikan ketika
Yeshua dilahirkan. Madrasah Shammai merupakan contoh apa yang dinamakan dengan "the
letter of the Law", menuruti hukum secara hurufiah. Ajaran-ajaran madrasah ini bisa dibayangkan
seperti demikian: bahwa orang Yahudi adalah bangsa yang lebih unggul dan bangsa lain sama
sekali tidak berharga. Bahwa keselamatan hanya diperoleh oleh bangsa Yahudi dan mereka
membuat aturan yang keras bagi orang-orang bukan Yahudi yang mau menganut agama mereka.
Madrasah ini membenci semua yang bukan Yahudi dan meremehkan orang-orang Yahudi yang
tidak mengikuti ajaran mereka. Sekitar tahun 8 Masehi (ketika Yeshua baru berumur kira-kira 12
tahun), Shammai mengeluarkan 18 buah maklumat yang ditujukan untuk memaksakan pemisahan
antara orang Yahudi dan orang bukan Yahudi. Ini termasuk pelarangan memasuki rumah orang
bukan Yahudi agar tidak mencemarkan diri. Maklumat ini menjadi hukum bagi bangsa Israel.

38
Jadi, jika kita membaca bagaimana Yeshua dan Petrus dikecam karena makan bersama dan
masuk ke rumah orang bukan Yahudi, hal ini dapat ditelusuri berasal dari maklumat Shammai.
Madrasah tersebut juga mempunyai ikatan yang erat dengan golongan fanatik Zelot yang
menyerukan perlawanan bersenjata melawan Romawi. Sebenarnya setiap kali kita melihat
Yeshua atau para rasul berseteru dengan orang-orang Farisi, mereka adalah orang-orang Farisi
dari kelompok madrasah Shammai.

Madrasah Hillel jauh lebih memiliki karakteristik apa yang dinamakan dengan "the spirit of the
Law", menuruti hukum secara rohani. Hillel terkenal karena menempatkan humanisme dan belas-
kasih ke dalam intisari Yudaisme dimana Shammai lebih menekankan ketaatan dalam
menjalankan hukum-hukum agama. Walau para pengikut Hillel mengakui bahwa bangsa Yahudi
adalah umat pilihan Tuhan, mereka menerima orang-orang bukan Yahudi yang mau menganut
agama mereka dengan tangan terbuka.52 Boleh jadi ketika Yeshua berada di Bait Elohim pada
usia 12 tahun seperti yang diceritakan oleh Lukas, Ia ditemukan sedang bertanya-jawab dengan
orang-orang Farisi, dan sangat mungkin Rabbi Hillel ada disana juga pada waktu itu.

Perbedaan antara dua kelompok ini juga bisa dilihat dari tabiat pemimpinnya. Dalam Talmud
dikisahkan pada suatu ketika datanglah seorang tidak bersunat kepada Shammai dan berkata
kepadanya, "Buatlah saya bertobat, dengan satu syarat engkau harus dapat mengajari saya
seluruh Taurat sampai selesai selagi saya berdiri di atas satu kaki". Shammai menganggap orang
itu melecehkan agamanya, lalu memukul orang itu sampai termundur-mundur dengan tongkat
pengukur cubit yang ada di tangannya. Kemudian orang itu ganti mendatangi Hillel dan
memberikan tantangan yang sama. Hillel tidak menjadi marah karena hal itu. Jawab Hillel kepada
orang itu, "Apa yang jahat di matamu jangan lakukan itu terhadap sesamamu Itulah keseluruhan
Taurat, sementara sisanya merupakan penjelasan saja, maka pergilah dan pelajarilah." 53

Satu contoh yang menunjukkan betapa kontrasnya Hillel dan Shammai ditemukan dalam kisah
orang yang disembuhkan di kolam Bethsaida. Selagi membawa pulang tilamnya, orang itu
mendapat omelan dari beberapa orang Farisi karena membawa tilam pada hari Sabat.
Berdasarkan fakta yang ada, tidak diragukan lagi orang-orang Farisi ini berasal dari madrasah
Shammai. Menurut halakha yang dikeluarkan oleh madrasah Shammai, seseorang yang
disembuhkan pada hari Sabat tidak diizinkan membawa tilamnya tanpa melanggar aturan Sabat.
Sebaliknya, madrasah Hillel menganut aturan yang berlawanan – orang yang disembuhkan pada
hari Sabat boleh membawa pulang tilamnya.

Ketika kita membaca "Perjanjian Baru" dimana Yeshua berbincang-bincang secara positif dengan
orang Farisi (misalnya Nikodemus, atau orang muda yang kaya), Ia kemungkinan besar sedang
berbincang dengan orang Farisi dari madrasah Hillel. Orang-orang yang akrab dengan ajaran
Hillel dan ajaran Yeshua akan menemukan persamaan-persamaan yang luar biasa di antara
keduanya.

Contoh lainnya lagi bagaimana Yeshua berinteraksi dengan kedua madrasah ini terdapat dalam
Yohanes 9:16. Maka kata sebagian orang-orang Farisi itu (dari madrasah Shammai): "Orang ini
tidak datang dari Eloah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat". Sebagian pula (dari madrasah
Hillel) berkata: "Bagaimanakah seorang berdosa dapat membuat mukjizat demikian ?" Maka
timbullah pertentangan di antara mereka. Perhatikan bagaimana orang-orang dari madrasah
Shammai menolak Yeshua mentah-mentah, sementara orang-orang dari madrasah Hillel tidak
yakin. Shammai mengajarkan bahwa menyembuhkan orang di hari Sabat sama saja artinya
dengan bekerja, maka itu dosa, sedangkan Hillel memandang bahwa menyembuhkan orang itu
adalah perbuatan baik sehingga diperbolehkan pada hari Sabat.

52 Bd. Matius 23:15


53 Babylonian Talmud, Shabbat 31a. Lihat pula Imamat 19:18.

39
Sepeninggal Hillel, posisinya digantikan oleh anaknya, Rabbi Simeon.54 Simeon kemudian
digantikan oleh anaknya, Rabbi Gamaliel, yang adalah guru Paulus (Kis 5:34; 22:3). Yang
menarik untuk diperhatikan bahwa hampir semua orang-orang Farisi yang diceritakan dalam
Kisah Para Rasul dan surat-surat para rasul berasal dari kelompok Shammai. Banyak dari mereka
sebenarnya yang menjadi percaya. Ketika membaca Kisah Para Rasul dimana menyebut
"beberapa orang dari golongan Farisi yang menjadi percaya", maka yang dimaksud adalah orang-
orang dari kelompok Shammai. Orang-orang Farisi ini masih terpaku kepada filosofi mereka dan
mempersulit orang-orang bukan Yahudi untuk menjadi percaya. Paulus berulang-kali berurusan
dengan orang-orang seperti mereka. Sikap Paulus terhadap mereka ini dapat dipahami bukan saja
karena memang apa yang mereka ajarkan adalah tidak benar tetapi dengan melihat pula sisi latar-
belakang Paulus yang merupakan jebolan madrasah Hillel. Bab berikutnya akan membicarakan
siapa Paulus dan bagaimana ajaran-ajarannya sering disalah-pahami, baik oleh orang-orang
Yahudi maupun oleh orang-orang bukan Yahudi.

54 Posisi Ketua Dewan dihapuskan setelah Rabbi Akabia menolak menduduki jabatan itu untuk menggantikan Rabbi
Shammai. Sejak itu presiden (Nasi) menjadi pimpinan tunggal dalam Sanhedrin.

40
Paulus dan Ajarannya
Dalam Perspektif Ibrani
Paulus juga adalah seorang Farisi
Rabbi Sha’ul atau yang lebih dikenal sebagai Paulus, juga membaca, mengerti, mengajar dan
menulis tentang Kitab Suci Ibrani dan Mesias Ibrani dengan cara-cara pikir orang Farisi. Secara
pribadi Paulus dididik langsung oleh Rabbi Gamaliel, Nasi Sanhedrin yang sekaligus juga adalah
cucu dari Rabbi Hillel.
Paulus mengaku bahwa ia adalah "orang Farisi dari keturunan Farisi", sebuah pernyataan bahwa
ia bukan dari golongan Yahudi yang dipengaruhi oleh budaya Hellenis (orang-orang Yahudi yang
lebih suka menghiraukan Taurat supaya lebih dapat diterima dalam budaya Yunani/Romawi
dimana mereka tinggal). Alkitab memperlihatkan bahwa tidak ada yang berubah dari Paulus
ketika ia menjadi orang percaya – ia tetap seorang rabbi Farisi yang taat menjalankan Taurat
sampai akhir hidupnya. Lewat dua puluh tahun pelayanannya menyebarkan Injil, ia tetap
mengakui dirinya sebagai seorang Farisi (Kis 23:6; 26:5 - teks Yunani yang dipakai adalah dalam
continuous tense !55). Kalau saja anda bisa menghapuskan pemikiran anti-Yahudi ini: "Farisi =
orang jahat", maka pengakuan Paulus disini bukanlah suatu kontradiksi terhadap apa yang
diajarnya.
Semua ini membuat persoalan yang serius bagi orang yang ingin memahami surat-surat Paulus
pada masa kini.
Bagaimana orang Kristen bisa memperoleh pemahaman yang mendalam terhadap nats-nats
keagamaan Yahudi dari abad pertama yang ditulis oleh seorang rabbi Farisi yang sangat
menguasai Taurat bila mereka membaca surat-surat Paulus dalam budaya westernisasi abad ke-20
yang alergi terhadap Taurat dan budaya Yahudi dimana Paulus tumbuh dan belajar ?
Maka itu tidaklah mengherankan mengapa ajaran Paulus terkadang membingungkan, sulit
ditangkap, dan bahkan mengandung kontradiksi bagi sebagian orang yang membacanya.
Misalkan, buku seri pemahaman Alkitab "The Daily Study Bible Series: The Letters to
Galatians and Ephesians" karangan William Barclay, menulis demikian untuk menjelaskan
Galatia 3:19-22:

"Ini adalah bagian yang paling sukar yang pernah Paulus tulis, begitu sukarnya sehingga
ada hampir tiga ratus penafsiran tentangnya." 56
Tiga ratus penafsiran yang dikatakan Barclay disini tentunya adalah penafsiran yang tidak
berbasiskan Taurat.
Jadikan saja 301 dengan penafsiran Barclay sendiri. Ia melanjutkan perkataannya bahwa Tuhan
memberikan hukum Taurat untuk menyatakan pelanggaran. Itu benar, namun kemudian Barclay
menambahkan ini artinya, "…jika hukum tidak ada, maka dosa tidak ada. Seseorang tidak
dapat dipersalahkan karena melakukan kesalahan jika ia tidak tahu bahwa itu salah." 57 Ini
adalah pemikiran yang bagus, tetapi bukan apa yang Taurat, Yeshua, dan Paulus ajarkan. Taurat
diberikan TUHAN untuk menunjukkan manusia mana yang baik dan mana yang tidak. Sama
halnya seperti seorang ayah yang mengajarkan anaknya bahwa mencuri mangga tetangga atau
berkelahi memperebutkan layang-layang itu tidak baik. Jika kita memakai logika Barclay, maka
untuk apa ayah tersebut mengajarkan anaknya hal-hal tersebut ? Biarkan saja, toh selama ia tidak
tahu bahwa itu salah maka ia tidak bisa dipersalahkan. Demikiankah ? Bukan demikian, tetapi
karena cinta kasih.

55 Lihat Strong #1510 (5748).


56 The Daily Study bible Series - the Letters to the Galatians and Ephesians, William Barclay, 1976, The Westminster
Press, Philadelphia, p. 29.
57 Ibid. p.29

41
Cukup aneh, dalam buku yang sama, Barclay dengan BENAR mengatakan:

"…kita harus ingat bahwa Paulus adalah seorang rabbi yang terpelajar, seorang ahli dalam
metoda pelajaran dalam madrasah para rabbi. Ia mampu memakai cara-cara mereka dalam
berargumen, dan itu ia lakukan, yang mana sangat meyakinkan sekali bagi orang Yahudi, tetapi
mungkin sukar dimengerti oleh kita." 58

Legalisme vs Iman

Paulus mengerti benar perbedaan antara legalisme Farisi dengan pendekatan iman terhadap
hukum Taurat melalui pengalaman pribadinya sendiri. Kita harus ingat bahwa Paulus adalah
sekaligus seorang Farisi dan juga seorang rasul Mesias. Dengan demikian, ia benar-benar
memahami sepenuhnya perbedaan kedua pendekatan tersebut.

Legalisme adalah praktik, teori, doktrin atau sistem dimana perintah-perintah Taurat dikerjakan
supaya kewajiban agama orang tersebut terpenuhi. Legalisme sebagaimana pengertian Paulus
ialah tentang "bagaimana" dan bukan tentang "apa". Hukum Taurat adalah baik jika ia digunakan
dengan benar (menurut roh). Sebaliknya Taurat menjadi tidak baik jika digunakan untuk sekedar
memenuhi kewajiban saja (legalistis) (I Tim 1:8).

Definisi Paulus mengenai legalisme dapat diuraikan sebagai sebuah pendekatan non-iman
terhadap Hukum Tuhan. Antara legalisme dan pendekatan iman terdapat perbedaan perspektif
seperti berikut :

 Legalisme berfokus kepada suatu sistem.


 Iman berfokus kepada suatu hubungan (relationship).
 Legalisme berfokus kepada apa yang Hukum kehendaki.
 Iman, sebaliknya, berfokus kepada apa yang Tuhan kehendaki melalui Hukum-Nya itu.
 Legalisme mempertanyakan "bagaimana saya memenuhi seluruh kewajiban Hukum ?"
 Iman mempertanyakan "apa yang Tuhan hendaki pada diri saya melalui Hukum-Nya itu ?"

Efek samping pendekatan legalisme adalah kita menjadi lupa apa sebenarnya yang dihendaki
Tuhan melalui Hukum-Nya itu karena kita telah tenggelam dalam upaya memenuhi setiap detil
Hukum.

Tujuan legalisme Farisi adalah bagaimana melakukan hal-hal baik untuk memperoleh pahala.
Yang dimaksud dengan hal-hal baik disini antara lain bagaimana kita memenuhi ke-613 perintah
Taurat sesuai dengan penafsiran para ahli Taurat.

Berlawanan dengan mentalitas yang demikian, tujuan pendekatan iman terhadap Hukum adalah
bagaimana meningkatkan hubungan kita dengan Tuhan dengan berlandaskan kasih dan setia.

Legalisme didasarkan kepada usaha diri-sendiri untuk memenuhi kewajiban Hukum dimana
pertolongan dan pengajaran Tuhan seakanakan tidak diperlukan lagi. Pendekatan iman terhadap
Hukum, sebaliknya, justru menggantungkan diri kepada kemurahan dan kekuatan Tuhan dalam
memenuhi kewajiban Hukum. Seorang yang beriman harusnya berdoa seperti Daud berdoa :

 "Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu." (Mzm


119:18)
 "Ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku." (Mzm 119:26)
 "Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang Taurat-Mu; aku hendak memeliharanya
dengan segenap hati." (Mzm 119:34)
 "Hamba-Mu aku ini, buatlah aku mengerti, supaya aku tahu peringatan-peringatan-Mu."
(Mzm 119:125)
58 Ibid. p.27

42
Buah dari pendekatan legalisme adalah perasaan bermegah terhadap pencapaian yang kita raih.
Sedangkan pendekatan iman justru semakin menumbuhkan rasa betapa kita sebenarnya tidak
layak dan masih terus-menerus membutuhkan pertolongan dan pengajaran dari Tuhan.
Yeshua datang untuk mengoreksi dan mengritik pendekatan legalisme ini terutama pada diri
kaum Farisi. Paulus mengerti benar hal ini sehingga dalam setiap tulisannya ia mengecam betul
legalisme yang ada dalam masyarakat Yahudi. Namun sayangnya tulisan-tulisan Paulus banyak
sekali disalah-pahami orang seperti contohnya dalam Galatia 3:10-14.
Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat berada di bawah kutuk. Sebab
ada tertulis: "Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam
kitab hukum Taurat." Dan bahwa tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Tuhan karena
melakukan hukum Taurat adalah jelas, karena: "Orang yang benar akan hidup oleh iman."
Tetapi dasar hukum Taurat bukanlah iman, melainkan siapa yang melakukannya, akan hidup
karenanya. Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk
karena kita, sebab ada tertulis "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!" Yesus
Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa
lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu. (Galatia 3:10-14)
Frase di atas akan terbaca lain jika kita me-render tulisan Paulus ini dengan perspektif
"Legalisme vs Iman". Ada beberapa poin yang rancu antara pengertian hukum Taurat dengan
legalisme. Yang dikecam oleh Paulus sebenarnya adalah pendekatan legalismenya - bukan hukum
Tauratnya. Baiklah saya kutip frase yang sama dari Complete Jewish Bible terjemahan Dr. David
Stern:

Karena semua orang, yang hidup demi memenuhi kewajiban hukum Taurat semata
(legalistis), berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang tidak
melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat." Sekarang jelas bahwa tidak
ada orang yang dibenarkan di hadapan Tuhan karena melakukan hukum Taurat demi kewajiban
semata-mata, karena: "Orang yang benar akan hidup oleh iman dan kasih-setia." Tetapi dasar
legalisme bukanlah iman, melainkan penyalah-tafsiran ayat yang mengatakan : "siapa yang
melakukannya, akan hidup karenanya." Mesias telah menebus kita dari kutuk dosa yang
diceritakan dalam Taurat dengan jalan menjadi kutuk demi kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah
orang yang digantung pada kayu salib!" Yeshua Mesias telah membuat ini, supaya di dalam Dia
berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman dan kasih-setia kita
menerima Roh yang telah dijanjikan itu. (Complete Jewish Bible, Galatia 3:10-14)

Ajaran Paulus diselewengkan


Bahwa Paulus telah mengajarkan bahwa hukum Taurat tidak berlaku lagi sekarang benar-benar
diyakini bukan saja oleh umat Kristen tetapi juga oleh sekelompok orang yang disebut kaum
Ebion di masa lampau yang menyingkirkan surat-surat Paulus dari kanon Alkitab mereka.59
Mereka juga menganggap Paulus sebagai rasul gadungan. Anggapan bahwa Yeshua tidak
mengajarkan membatalkan Taurat, tetapi Paulus yang melakukannya, telah didengung-
dengungkan sejak zaman dulu. Contohnya Toldot Yeshu, sebuah tulisan abad keenam dari
kalangan Yahudi yang berisikan kisah parodi Injil, menuduh Paulus bersilang pendapat dengan
Yeshua dalam masalah ini (Toldot Yeshu 6:16-41; 7:3-5). Orang Islam juga memandang hal yang
sama. Mereka menganggap Paulus orang yang paling bertanggung jawab atas penyelewengan
ajaran nabi Isa.60 Bahwa Paulus yang menjadi peletak dasar teologi Kristen juga dipercaya oleh
banyak kalangan. Setidaknya seorang Dispensationalis modern seperti Maurice Johnson,
mengajarkan bahwa Yeshua tidak membatalkan Taurat, melainkan Paulus beberapa tahun
kemudian. Ia menulis: "Jelas Tuhan membolehkan peribadatan Yahudi diteruskan selama
tigapuluh tahun setelah Kristus menggenapinya oleh karena kesabaran-Nya, Tuhan secara
pelan-pelan memperlihatkan kepada orang Yahudi bagaimana program-Nya sedang
berubah……..Maka setelah Tuhan secara perlahan membimbing orang Kristen keluar dari
59 Ecclesiastical History. Eusebius. 3:27:4
60 Lihat Christ in Islam, Ahmad Deedat.

43
agama Yahudi, Ia pada akhirnya mengutus Paulus untuk menulis kebenaran mulia yang
memerdekakan ini." (Saved By "Dry" Baptism; sebuah pamflet oleh Maurice Johnson; pp.9-10)
Rasul Shim’on Kefa (Petrus) mengakui bahwa dalam surat-surat Paulus ada hal-hal yang sukar
dipahami. Ia berpesan kepada kita supaya berhati-hati terhadap orang-orang yang memutar-
balikkan surat-surat Paulus tersebut.
"Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti
juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang
dikaruniakan kepadanya. Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang
perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-
orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi
kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain.
" (II Petrus 3:15-16)
Siapakah orang-orang yang dimaksud ? Petrus mengatakan mereka adalah orang-orang yang
tidak mengenal hukum (2 Pet 3:17). Apakah yang Petrus maksud disini adalah orang-orang yang
tidak mengenal hukum lalu lintas, hukum dagang, hukum Romawi ? Tentu tidak. Tidak mengenal
hukum, dalam konteks religius ini artinya keadaan tanpa hukum Tuhan yaitu Taurat. Petrus
hendak mengatakan bahwa orang-orang yang memutar-balikkan tulisan-tulisan Paulus adalah
orang-orang yang tidak mempunyai (mengerti/memelihara) Taurat. Mereka membaca surat-surat
Paulus, dalam ketidak-tahuan dan ketidak-pedulian akan Taurat, dan tidak heran jika tafsiran
mereka kemudian menjadi ngawur.
Inilah yang diwariskan oleh Gereja Kristen. Dalam masa Gereja Purba saja, uskup Kristen
Iraneus (187 M) telah menghitung adanya duapuluh aliran yang berbeda dalam kekristenan. Pada
tahun 384, Epiphanius menghitung ada delapanpuluh.61 Kurangnya dasar–dasar pengenalan akan
Taurat telah mendorong begitu banyak aliran sesat yang berlindung dibalik kedok "kasih" dan
"kemerdekaan". "Perjanjian Baru" sudah memperingatkan kita akan hal ini dalam banyak tempat.
Tentu saja tidak ada golongan gereja manapun (apalagi kalau menjadi "mayoritas") yang mau
mengakui bahwa diri merekalah yang dimaksudkan oleh ayat-ayat tersebut.
Paulus sendiri mengetahui ajarannya telah disalah-pahami. Ia mengungkitnya dalam Surat Roma,
dengan berkata: "Bukankah tidak benar fitnahan orang yang mengatakan, bahwa kita berkata
"Marilah kita berbuat yang jahat, supaya yang baik timbul dari padanya." (Rom 3:8) Paulus
membantah fitnahan terhadap ajarannya ini dengan mengatakan: "Jika demikian, apakah yang
hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih
karunia itu? Sekali-kali tidak!" (Rom 6:1-2) dan "Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat
dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-
kali tidak!" (Rom 6:15) Jadi Paulus disalah-pahami telah mengajarkan bahwa karena kita di
bawah kasih karunia, maka kita tidak perlu lagi mengikuti hukum Taurat. Seperti yang sudah
diceritakan dalam bab sebelumnya, Paulus dihadapkan kepada tudingan ini dalam kunjungannya
ke Yerusalem (Kis 21). Dan Paulus membuktikan ketidak-benaran hal ini dan bahwa ia tetap
menjalankan hukum Taurat dengan bernazar dan melakukan persembahan di Bait Elohim sesuai
apa yang diperintahkan dalam Taurat (Bil 6:13-21). Dalam kehidupan dan pelayanannya Paulus
mengajar dan mengerjakan banyak hal untuk membuktikan ia tetap memelihara Taurat. Ia:
• Menyunat Timotius (Kis. 16:1-3)
• Bersembahyang di sinagoga (Kis. 16:13,17:2,18:19)
• Merayakan hari raya Hag ha-Matzah/Roti Tidak Beragi (Kis. 20:6)
• Merayakan hari raya Shavuot/Pentakosta (Kis. 20:16; 1 Kor 16:8)
• Berpuasa pada hari raya Yom Kippur/Pendamaian (Kis. 27:9)
• Bernazar dan mentahirkan diri (Kis. 18:18,21:26)
• Melakukan persembahan korban di Bait Elohim (Kis. 21:26, 24:17)

61 Caesar and Christ, Will Durant, 1944, Simon and Schuster, New York, p. 616.

44
Di samping itu beberapa perkataannya yang berkaitan dengan hal ini antara lain:

 Sebaliknya Paulus membela diri, katanya: "Aku sedikitpun tidak bersalah, baik terhadap hukum
Taurat orang Yahudi maupun terhadap Bait Elohim atau terhadap Kaisar." (Kisah Para Rasul
25:8)
 "Saudara-saudara, meskipun aku tidak berbuat kesalahan terhadap bangsa kita atau terhadap
adat istiadat nenek moyang kita, namun aku ditangkap di Yerusalem dan diserahkan kepada
orang-orang Roma." (Kisah Para Rasul 28:17)
 "Jika demikian, adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak!
Sebaliknya, kami meneguhkannya." (Roma 3:31)
 "Jadi hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik." (Roma
7:12)
 "Perkataan ini benar dan aku mau supaya engkau dengan yakin menguatkannya, agar mereka
yang sudah percaya kepada Eloah sungguh-sungguh berusaha melakukan pekerjaan yang
baik. Itulah yang baik dan berguna bagi manusia." (Titus 3:8)

Dan apakah pekerjaan yang baik itu jika bukan dengan memelihara perintah-perintah Taurat
Tuhan yang kudus, benar dan baik ? Perhatikan dalam ayat-ayat selanjutnya Paulus berpesan
kepada Titus supaya tidak perlu berdebat terus menerus kepada orang yang menyalah-pahami
Taurat Tuhan (bisa dari kalangan Yahudi maupun yang bukan Yahudi). Perhatikan pula
bagaimana Paulus berpesan supaya Titus menolong sebaik-baiknya Zenas, seorang ahli Taurat!
(lihat Titus 3:9-14).

Beberapa ayat yang sering disalah-tafsirkan


* Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum
Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah
percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus
dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorangpun yang
dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat. (Galatia 2:16)

Paulus menggunakan frase ini untuk menyatakan metode keselamatan yang salah, yang
berlawanan 180 derajat dengan iman Messianis. Penemuan manuskrip Laut Mati membantu
kita untuk memahami apa yang dimaksud oleh Paulus dengan “melakukan hukum Taurat”.
Dalam sebuah dokumen yang diberi nama 4QMMT (4Q394-399) kita menjumpai istilah yang
sama dipakai untuk merujuk kepada suatu pengajaran yang menerangkan bahwa manusia
dibenarkan karena melakukan hukum Taurat. Menurut Paulus "melakukan hukum Taurat
supaya dibenarkan di hadapan TUHAN" bukanlah apa yang diajarkan dalam Alkitab,
melainkan suatu bentuk penyimpangan yang tidak benar. Tetapi bukan berarti ia mengatakan
bahwa kita mesti meninggalkan hukum Taurat.

* "Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah
hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia." (Roma 6:14) Paulus memandang bahwa
keadaan "di bawah hukum Taurat" dan "di bawah kasih karunia" merupakan dua hal yang
bertolak-belakang. Kita tidak bisa berada di bawah keduanya. Karena kita selalu berada di
bawah kasih karunia (lihat Kej 6:8; Kel 33:12, 17; Hak 6:17; Yer 31:2), kita tidak pernah
berada "di bawah hukum Taurat". Sebab hukum Taurat diciptakan untuk manusia, bukan
manusia untuk hukum Taurat (lihat Mrk 2:27). Yang dihendaki Tuhan ialah bahwa kita
memelihara Taurat karena kasih setia kita kepada-Nya ("with the Law") dan bukannya
malah merasa terbeban oleh karenanya ("under the Law"). Jadi "di bawah hukum Taurat"
sebenarnya juga bukan apa yang diajarkan dalam Alkitab, tetapi suatu bentuk penyimpangan
yang tidak benar.

* "Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi
dia, yang mengurung kita sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut
Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat." (Roma 7:6)
45
Marilah kita membuka Roma 7:1-7. Paragraf ini ditujukan Paulus kepada orang-orang Yahudi
dalam jemaat Roma dengan menyebut mereka "orang yang mengetahui hukum" (ay. 1). Sebab
itu Paulus mengambil ilustrasi dari hukum perkawinan dalam Taurat supaya mereka lebih
mudah mengerti. Seorang wanita terikat dengan suaminya sepanjang suaminya masih hidup.
Jika suaminya sudah mati barulah ia boleh menikah dengan orang lain. Kita disini diibaratkan
sebagai sang istri (ay. 2-3). Dalam pengertian hukum Taurat, kita sekarang telah dibebaskan
dari suami lama kita yaitu dosa sehingga kita boleh menikah dengan suami baru kita yakni
Mesias (ay. 4-6). Paulus sadar bahwa para pembacanya akan mudah menyalah-pahami apa
yang ia bicarakan. Ia khawatir para pembaca-nya akan menangkap kesan keliru dari ilustrasinya
itu dengan mengira bahwa yang ia maksudkan dengan dosa adalah Taurat. "Sekali-kali tidak !",
Paulus berkata dengan tegas (ay. 7). Bukan itu yang dimaksud Paulus. Suami kita yang lama
adalah DOSA yang mana menurut hukum Taurat kita sudah dibebaskan darinya. Jadi TAURAT
BUKANLAH DOSA. Dan karena Taurat bukan dosa maka Taurat BUKAN suami kita yang
lama dan itu berarti kita TIDAK dibebaskan dari Taurat untuk menjadi pengantin Mesias. Kita
dibebaskan dari DOSA supaya kita boleh menjadi pengantin Mesias. Hukum Taurat adalah alat
atau perangkat hukum yang mengizinkan kita untuk memilih : menikah dengan DOSA atau
dengan MESIAS. Taurat menjelaskan apa itu dosa dan apa itu Mesias. Anda tidak bisa menikah
dengan kedua-duanya.

* "dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa


dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib."
(Kolose 2:14)

Pengertian yang keliru terhadap ayat ini disebabkan oleh terjemahan yang buruk. Jika secara
literal diterjemahkan dari teks Alkitab Peshitta yang berbahasa Aramaik maka akan terbaca
demikian:

"Dan Ia telah menghapuskan dengan ketetapan-Nya, surat hutang kita yang menuntut
kita, dan Ia mengambilnya dari tengah-tengah kita dan mengikatnya pada balok [salib]-
Nya."

* "Having abolished in his flesh the enmity, even the law of commandments contained in
ordinances" (King James Bible, Efesus 2:15a)

Ayat ini juga merupakan hasil terjemahan yang buruk. Dalam Peshitta tertulis: "dan hukum
(namosa) karena perintah (puqada) dalam ketetapannya (puqdana)." Kata namosa dalam
Aramaik adalah sama dengan torah dalam bahasa Ibrani, puqada sama dengan mitzvah dan
puqdana sama dengan mitzvot (mis. Mrk 10:19). Sedang kata ganti "karena" disebut sebagai
klausa dalet yang dapat diartikan "of", "that", "which", atau "because". Dalam ayat ini artinya
adalah "because" seperti halnya dalam Daniel 3:29, 4:9, 6:3, 23 dan 7:11. Kata kerja pasif
"ditiadakan" (abolished) yang digunakan dalam Peshitta adalah dalam bentuk singular sehingga
tidak mungkin mempunyai dua subyek. Jadi yang ditiadakan adalah rasa permusuhan. Ayat di
atas kemudian dapat diterjemahkan menjadi:

"Dan rasa permusuhan telah ditiadakan dengan jadinya Ia sebagai manusia dan dengan
hukum Taurat, karena perintah dalam ketetapannya."

Kesimpulan dari bahasan di atas jelas sampai pada suatu fakta bahwa Paulus tetap memelihara
Taurat dan tidak pernah mengajarkan hal sebaliknya. Penafsiran terhadap tulisan-tulisan Paulus
yang dilakukan dengan cara-cara pemikiran Hellenistis yang anti-Taurat telah membawa Kristen
ke dalam jurang kesalahan.

46
Membangun kembali hubungan
antara orang percaya dengan Taurat
Salah satu kemungkinan respon orang Kristen terhadap semuanya ini adalah…apakah anda mau
mengatakan kepada saya bahwa saya harus menjalankan semua perintah, termasuk mengadakan
persembahan korban dan merajam orang-orang yang berbuat cabul ?
Apakah anda tinggal di negeri teokrasi, negeri Israel ?
Tidak
Kalau begitu maka perintah-perintah itu tidak bisa diterapkan. Taurat mempunyai perintah-
perintah di dalamnya yang hanya diterapkan di atas negeri Israel yang teokrasi (catatan: negara
Israel modern bukanlah negara teokrasi). Taurat juga mempunyai aturan-aturan yang hanya
diterapkan untuk para imam, dan ada juga yang hanya untuk Imam Besar. Ada perintah-perintah
khusus untuk pria dan khusus untuk wanita – dan juga untuk yang sudah menikah dan yang
belum menikah. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Taurat juga cukup fleksibel dan
dinamis dengan memberikan ruang yang luas bagi terjadinya perubahan-perubahan atau
amandemen menurut rencana Tuhan yang sempurna. Paulus mengajarkan hal yang sama. Ia juga
mengajarkan Timotius untuk "bertekun" dalam kitab suci – artinya selalu ada cara untuk
"memecahkan masalah" – menurut Taurat !

Bukankah Paulus mengajarkan bahwa kita tidak perlu lagi memelihara hukum Taurat ?
Hal pertama yang perlu diluruskan adalah surat-surat Paulus banyak berurusan dengan kasus-
kasus yang spesifik. Setidaknya ada DUA pengajaran sesat yang menyusup ke dalam komunitas
Messianis mula-mula pada zaman Paulus. Yang pertama mengajarkan bahwa orang-orang non-
Yahudi harus menjadi Yahudi terlebih dahulu (disunat), menjalankan semua perintah Taurat,
sebelum mereka beroleh keselamatan. Ini adalah persoalan pertama yang timbul, datangnya dari
"kelompok Yahudi" yang notabene adalah orang-orang yang pertama kali menerima pengajaran
Yeshua. Mereka ini masih memegang pandangan tradisional tentang keselamatan untuk orang-
orang yang tidak bersunat. Kebanyakan orang Kristen tahu tentang "kelompok Yahudi" ini
beserta seluruh tindak-tanduk mereka karena cerita tentang mereka sudah sering diterangkan
bahkan sejak masa sekolah minggu.
Namun apa yang tidak diterangkan dalam dunia Kristen adalah pengajaran sesat yang belakangan
muncul dan berasal dari "orang-orang tidak bersunat dari seberang lautan". Mereka ini
mengajarkan bahwa orang bukan Yahudi tidak perlu memelihara Taurat setelah mereka beroleh
keselamatan. Latar belakang persoalan kedua ini sama sekali berbeda dengan yang pertama
karena yang kedua ini disokong oleh budaya paganisme darimana orang-orang bukan Yahudi itu
berasal. Mayoritas orang Kristen saat ini tidak pernah mempelajari sejarah abad pertama dan
mereka tidak mengetahui bahwa orang-orang percaya yang bukan Yahudi, berasal dari
masyarakat Romawi yang tidak bersahabat dengan orang Yahudi. Padahal ini penting untuk
memahami Alkitab dengan baik (terutama surat-surat Paulus).
Paulus sedang menghadapi dua persoalan yang berbeda jenis, dan penting untuk diketahui kepada
siapa sebenarnya ia menujukan suratnya itu. Sebagai contoh, permulaan Surat Galatia ditujukan
kepada kelompok pengajar sesat yang pertama ("kelompok Yahudi"), sementara surat Roma,
ditujukan terutama kepada kelompok kedua (orang-orang bukan Yahudi).62
Tiga konteks penting dalam penafsiran Alkitab adalah:

 Konteks Grammatikal/Literasi
 Konteks Historis
 Konteks Kultural/Religius

62 The Mystery of Romans, Mark Nanos, 1996, Fortress Press, Minneapolis.

47
Dua yang terakhir ini biasanya agak terabaikan dalam studi Alkitab. Hal ini menimbulkan
persoalan penting lainnya mengenai penafsiran Alkitab. Kristen secara umum memandang surat-
surat Paulus sebagai pelajaran yang dinamis untuk semua orang sepanjang zaman untuk
ditafsirkan menurut situasi mereka masing-masing. Meskipun sebagian besar ajaran Kitab Suci
dapat diterapkan untuk "kejadian masa kini", tetapi selama anda tidak memahami dahulu
situasi yang ditujukan oleh penulisnya dalam konteks yang benar, maka anda tidak bisa
memulainya untuk diterapkan pada situasi anda dengan benar.

Kembali kepada "musuh" Paulus dalam jemaat Galatia. Mereka adalah orang-orang Yahudi yang
belum lama menjadi percaya, yang masih mempunyai pemahaman yang tidak benar atau tidak
lengkap tentang iman dan keselamatan. Hal ini ditunjukkan dalam banyak tempat seperti: 2:3-5;
3:1-4;5:2-11 dan 6:12-15. Mereka ini mengajarkan kepada jemaat Galatia bahwa anda harus
melakukan hal-hal tertentu untuk beroleh keselamatan, selain percaya kepada Tuhan melalui
Yeshua. Mereka adalah golongan yang sama dengan yang disebutkan dalam Kisah Para Rasul 15.

Perhatikan bagaimanapun orang-orang ini juga mempunyai pandangan yang salah terhadap apa
yang sebenarnya diajarkan oleh Paulus, dengan menuduhnya mengajarkan orang untuk
melepaskan hukum Taurat. Paulus pun terkejut mendengar tuduhan ini, seperti komentarnya
dalam Roma 3:8. Sewaktu ia tiba di Yerusalem, para penatua memintanya untuk membuktikan
ketidak-benaran hal itu. Seandainya memang benar Paulus telah mengajarkan demikian, maka
berarti tuduhan itu benar. Tetapi Paulus membuktikan sebaliknya. Paulus menolak semua
tuduhan bahwa ia mengajarkan orang untuk melepaskan hukum Taurat dengan bernazar
dan mentahirkan diri (Kis 21:21-26). Tindakan ini seperti apa yang diatur dalam hukum Taurat
dengan melibatkan pula persembahan korban (Bil 6:13-21). Dengan demikian Paulus juga
membuktikan bahwa dirinya tetap memelihara hukum Taurat.

Pesan Paulus kepada jemaat Galatia adalah untuk mengingatkan mereka akan persamaan yang
benar:

Iman yang berbasiskan Taurat + Tanpa hal lain = Keselamatan

Ini adalah pesan yang sama yang Musa berikan kepada bangsa Israel pada zamannya.

Membangun Hubungan Ibrani : Taurat dan Injil

Surat Ibrani menulis bahwa angkatan bani Israel di padang gurun telah menerima Injil (Beh-so-
rah’) dan Injil itu harus diikuti dalam iman. Bukankah menarik bahwa mereka telah menerima
Injil SEBELUM Mesias mati dan dibangkitkan ? Perjanjian Lama menunjukkan kepada kita apa
yang mereka terima adalah Taurat, yang harus diikuti dalam iman. Maka inilah hubungan yang
tercipta antara Taurat dan Injil.

Taurat = Injil = Firman = Yeshua = Taurat yang telah menjadi manusia dan berdiam (tabernacle)
di tengah-tengah kita (Yoh 1:1,14)

Firman Tuhan luar biasa konsistennya dan saling menjalin satu sama lain jika anda
menafsirkannya dengan benar.

Istilah "tabernacle" disini berhubungan erat dengan Sukkot (Pondok Daun), yaitu salah satu Hari
Raya TUHAN yang utama. Coba ingat saat Petrus menyaksikan Yeshua bersama-sama dengan
Musa dan Elia (Mat 17:1-13). Apa yang Petrus pikirkan dan lakukan saat itu ? Ia memandang apa
yang terjadi di depan matanya suatu penggenapan Messianis yang terkandung dalam makna hari
raya Sukkot, dan oleh sebab itulah ia buru-buru mendirikan pondok daun (sukkah) !

Anda sekarang mulai melihat "gambaran besar"-nya jika anda meletakkan "Perjanjian Baru"
kembali ke dalam konteks Ibrani.

48
Membangun Hubungan Ibrani : Taurat dan Mesias
Mari kita lihat apa yang tertulis dalam Ulangan 30:11-14 tentang Hukum Taurat.
"Sebab perintah ini, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, tidaklah terlalu sukar bagimu dan
tidak pula terlalu jauh. Tidak di langit tempatnya, sehingga engkau berkata: Siapakah yang akan
naik ke langit untuk mengambilnya bagi kita dan memperdengarkannya kepada kita, supaya kita
melakukannya? Juga tidak di seberang laut tempatnya, sehingga engkau berkata: Siapakah yang
akan menyeberang ke seberang laut untuk mengambilnya bagi kita dan memperdengarkannya
kepada kita, supaya kita melakukannya? Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam
mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan."
Sekarang bacalah perbandingan antara Taurat dan Yeshua yang ditulis oleh Paulus dalam Surat
Roma:
"Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah supaya mereka diselamatkan.
Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk
Eloah, tetapi tanpa pengertian yang benar. Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran
Eloah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka
mereka tidak takluk kepada kebenaran Eloah. Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat,
sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya. Sebab Musa menulis tentang
kebenaran karena hukum Taurat "Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya." Dan
kebenaran karena iman berkata demikian: "Jangan katakan di dalam hatimu Siapakah akan naik
ke sorga?", yaitu: untuk membawa Yesus turun atau: "Siapakah akan turun ke jurang maut?",
yaitu: untuk membawa Kristus naik dari antara orang mati. Tetapi apakah katanya? Ini "Firman
itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu." Itulah firman iman, yang
kami beritakan." (Roma 10:1-8)
Kutipan Surat Roma di atas mengandung perbaikan atas kesalahan penerjemahan yang terjadi
hampir di semua Alkitab Kristen. Pertama, dalam ayat 4, Yeshua (Kristus) BUKAN "the end of
the Law" (dalam pengertian pembatalan Hukum) tetapi Ia adalah "the goal" yakni tujuan akhir
daripada Taurat (dalam konteks ini kata Yunani yang digunakan adalah "telos" = "tujuan", bukan
"akhir").63 Puji Tuhan, dalam Alkitab Bahasa Indonesia terjemahan baru, kata telos ini telah
diterjemahkan dengan baik sebagai "kegenapan".
Kedua, kata "Tetapi" pada permulaan ayat 6, diganti kata "Dan" sebagai terjemahan yang benar
(dalam konteks ini kata Yunani "de" = "dan", bukan "tetapi"). Disini Paulus tidak sedang
menunjukkan suatu perbedaan atau kontradiksi antara Taurat dengan Yeshua, malahan ia
berusaha mengungkapkan sebuah persamaan dan kesinambungan di antara keduanya,
sebagaimana Tuhan selalu konsisten dan tidak berubah. Jika Paulus hendak menggambarkan
perbedaan di antara keduanya, ia seharusnya memakai kata "alla" yang mana hanya dapat
diartikan sebagai "tetapi", seperti yang ia pakai pada permulaan ayat 8.64
Kesalahan penerjemahan ini tentunya menggiring umat Kristen kepada pemahaman yang keliru,
yakni bahwa Taurat sudah "habis". Hal ini semakin menjadi-jadi dengan penggunaan istilah
"Perjanjian Baru" yang menciptakan sebuah pemahaman bahwa ada jalan yang "lama"
(Yudaisme) sebelum Yeshua, dan ada jalan yang "baru" (Kristen) sesudah-Nya.
Gagasan ini merupakan bagian daripada doktrin replacement theology yang dianut Kristen yakni
bahwasanya Gereja telah menggantikan bangsa Israel sebagai umat pilihan Tuhan. Doktrin ini
tentu saja melawan fakta bahwa firman Tuhan tidak pernah berubah (Roma 11). Kata "Gereja"
(church) sendiri pada dasarnya tidak pernah ada dalam Alkitab. Kata Yunani dari mana kata

63 Vine’s Expository Dictionary, kamus referensi Kristen yang paling banyak digunakan, menyatakan bahwa kata
telos seharusnya tidak diterjemahkan sebagai "end" dalam Roma 10:4 melainkan sebagai "suatu hasil dari sebuah
kondisi atau proses" (tujuan).
64 Jewish New Testament Commentary, David Stern, Jewish New Testament Publication, Inc., Edisi Keempat, 1995.

49
tersebut diterjemahkan adalah ekklesia, yang berarti "yang terpanggil", bukan "Gereja". Ekklesia
adalah kata yang sama yang digunakan oleh 70 orang rabbi Yahudi yang menulis Septuaginta
(Alkitab Yahudi berbahasa Yunani), jauh sebelum Yeshua dilahirkan.65

Lukas, dalam Kisah Para Rasul, memperjelas bahwa orang Israel yang menerima Mesias Israel
DAN memelihara Taurat, adalah ekklesia.66

Penerjemahan kata ekklesia menjadi "Gereja" merupakan suatu kesalahan yang serius dan sekali
lagi digunakan untuk mendukung sebuah konsep yang asing dari apa yang Alkitab katakan.

Membangun Hubungan Ibrani : Taurat dan "Kemerdekaan" Orang Percaya

Pertama-tama kita harus meluruskan dulu masalah penafsiran terhadap ungkapan "kemerdekaan
Kristen" dan "hukum kasih". Kedua ungkapan ini seringkali ditafsirkan sebagai "bebas dari
Hukum

Taurat". Sebagai contoh, dalam menjelaskan 1 Yohanes 2:3, J. Vernon McGee menulis:

"Pertama, biarkan saya menunjukkan bahwa ayat ini tidak berhubungan sama sekali dengan
masalah apakah orang percaya selamat atau tidak [dari api neraka]. Yohanes sedang berbicara
tentang jaminan. Sebagai anak-anak Tuhan, kita adalah dalam satu keluarga. Tetapi bagaimana
kita mempunyai jaminan bahwa kita berada di dalam keluarga Tuhan ? Ia mengatakan kepada
kita bahwa jaminan itu didapat dengan menuruti perintah-perintah-Nya. "Jika kita menuruti
perintah-perintah-Nya" tidak mengacu kepada Sepuluh Perintah. Yohanes disini tidak berbicara
tentang aspek legal, ia berbicara tentang masalah keluarga." 67

Penulis yang sama menjelaskan pula Yakobus 2:12 seperti berikut:

"Hukum yang memerdekakan" adalah hukum Kristus. Tuhan Yesus berkata: "Jikalau kamu
mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku." (Yoh 14:15). Apakah perintah-Nya itu
? "Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu."
(Yoh 15:12) 68

McGee juga menulis bahwa perintah-perintah Bapa dalam Perjanjian Lama telah diganti dengan
yang baru dari "Yesus", seperti "pikullah beban sesamamu", "bersukacitalah", "berdoalah
senantiasa", dan "jangan padamkan Roh".

Benar memang bahwa menuruti perintah Tuhan adalah JAMINAN BAGI ORANG PERCAYA
bahwa mereka hidup dalam Roh – akan tetapi yang dimaksud dengan perintah-perintah itu adalah
Taurat-Nya. Coba pikir, apakah yang langsung muncul dalam benak orang-orang Yahudi yang
menyimak khotbah-khotbah Yeshua begitu mendengar kata "perintah Bapa" atau "perintah
Tuhan" seperti ini ?
"Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah El." (Mat 19:17b)
"Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti
perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya." (Yoh 15:10)
Tentu saja tanpa pikir dua kali mereka akan segera menjawab: Taurat Tuhan! (Mrk 10:19; Luk
18:20). Beginilah jika kita mau memahami Alkitab dalam konteks budaya yang benar. Jika

65 Kata "Gereja" disusupkan dalam teks "Perjanjian Baru" pada abad pertengahan dan sangat mungkin berasal dari tradisi paganisme
66 The Unknown Paul – Essays on Luke-Acts and Early Christian History, Jacob Jervell, 1984, Augsburg Publishing House,
Minneapolis, p.41
67 Thru the Bible Commentary Series, First John, J. Vernon McGee, 1991, Thomas Nelson Publishers, Nashville, pp.
41-42
68 Thru the Bible Commentary Series, James, J. Vernon McGee, 1991, Thomas Nelson Publishers, Nashville, pp. 61

50
perintah-perintah Yeshua tidak sama dengan perintah Tuhan, maka Yeshua bukanlah Tuhan, atau
kita mempunyai dua Tuhan yang berbeda. Tetapi Tuhan tidak pernah berubah. Selama 1900
tahun, Kristen menggantikan Taurat dengan konsep demikian dan mengajarkan bahwa orang
percaya mampu memahami apa yang dimaksudkan untuk mereka dengan "mengikuti petunjuk
Roh Kudus", sehingga dengan begitu malah menimbulkan penafsiran yang beraneka-ragam, dan
kebanyakan justru bertentangan dengan Taurat Tuhan.

Bukankah ini yang dimaksud dengan ajaran untuk memuaskan keinginan telinga, yang
menjauhkan orang percaya dari Taurat Tuhan ? (2 Tim 4:3) Alkitab telah memperingatkan kita
terhadap guru-guru palsu yang mau mengajarkan apa yang orang-orang ingin dengar. Dan
kebanyakan orang puas mendengar bahwa mereka tidak perlu lagi melaksanakan kewajiban
hukum Taurat.

Ajaran yang mengatakan "kita dimerdekakan dari hukum Taurat" merupakan produk dari teologi
anti-Yahudi yang telah berlangsung ratusan tahun. "Perjanjian Baru" kalau ditempatkan kembali
ke dalam konteks Ibrani, mengatakan demikian tentang Taurat dan orang-orang percaya:

 Iman tidak membatalkan bagian manapun dari Taurat yang merupakan satu kesatuan (Mat
5:17-21; Yak 2:10).

 Memelihara Taurat adalah bagian dari iman yang membawa kita ke surga (Mat 19:17; Why
12:17; 14:12; 22:14).

 Kamu akan tinggal dalam kasih Yeshua, jika kamu menuruti perintah Taurat (Yoh 14:15-23)
sebagaimana Ia tinggal dalam kasih Bapa dengan menuruti perintah Taurat (Yoh 15:10; Ibr
2:17-18; 4:15).

 Iman dalam Yeshua tidak membatalkan apa yang Taurat katakan, justru meneguhkannya (Rom
3:31).

 Taurat sendiri adalah "memerdekakan" dan standar dimana kita harus bertekun (Yak 1:22-25).

 Yang hidup menurut daging tidak mau tunduk kepada Taurat (Rom 8:5-8).

 Jika kamu berkata kamu mengenal Dia tetapi tidak menuruti Taurat-Nya, maka kamu adalah
seorang pendusta (1 Yoh 2:3-7).

 Yahudi atau bukan adalah tidak penting, yang penting ialah menaati Taurat Tuhan (1 Kor 7:19).

 "Hukum Kasih" adalah bahwa kita memelihara Taurat-Nya – tanpa merasakan itu sebagai
beban lagi, melainkan sebagai pernyataan kasih setia kita kepada-Nya (1 Yoh 5:3; 2 Yoh 1:6;
Mat 11:29-30).

Perkataan-perkataan dalam "Perjanjian Baru" yang diasosiasikan dengan Taurat seperti di atas
mungkin akan membingungkan orang karena mereka tidak terbiasa berpikiran demikian. Namun
demikian, pada saat Yeshua dan para penulis "Perjanjian Baru" (yang notabene adalah orang
Yahudi) berbicara tentang "perintah/hukum Tuhan" dalam konteks religius, tentu yang dimaksud
tidak lain dan tidak bukan adalah Taurat, karena memang inilah yang berlaku dalam budaya
mereka. Atau adakah yang lain ?

Taurat ini pula, termasuk kitab-kitab lainnya dalam Tanakh ("Perjanjian Lama"), yang dimaksud
Paulus sebagai Kitab Suci dalam suratnya untuk Timotius:

"Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat
kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala
tulisan yang diilhamkan Roh memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan,
51
untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-
tiap manusia kepunyaan Eloah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik." (2 Timotius 3:15-17)

Ada beberapa hal penting yang dapat dipetik:

1. Timotius mempunyai Kitab Suci sejak ia masih kecil. Kitab Suci ini tentunya tidak memuat
"Perjanjian Baru" (sebab baru ditulis antara tahun 40-90 M).

2. Rencana keselamatan Tuhan dalam Kitab Suci "Perjanjian Lama" adalah berdasarkan iman,
dan bukan perbuatan.

3. Kitab Suci "Perjanjian Lama" adalah yang digunakan oleh para pengikut Yeshua untuk
mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk
mendidik orang dalam kebenaran.

4. Dengan Kitab Suci "Perjanjian Lama", tiap-tiap manusia kepunyaan Tuhan diperlengkapi.

5. Perbuatan merupakan hal yang tidak terpisahkan dari iman.

Kristen mengajarkan tentang "Yesus" hampir secara ekslusif dari "Perjanjian Baru". Saya jadi
teringat ketika sewaktu kecil saya memperoleh Alkitab gratis dari pekerja Gideon dimana ketika
saya membacanya, saya hanya menemukan bagian "Perjanjian Baru" di dalamnya. Dimana
"Perjanjian Lama"-nya ? Apakah itu artinya "Perjanjian Lama" menjadi kurang penting dalam
memberitakan Yeshua ? Padahal Yeshua sendiri mengajarkan bahwa "Perjanjian Lama" bercerita
tentang diri-Nya (Lukas 24:27).

Apakah Paulus dan murid-murid lainnya memberitakan Yeshua dengan "Perjanjian Baru" ? Tentu
tidak – sebab yang mereka miliki hanyalah Tanakh. Disini saya tidak bermaksud mengurangi
arti/peranan dari kitab-kitab "Perjanjian Baru" yang tentu juga merupakan kitab suci. Yang
hendak diluruskan disini adalah bahwa Taurat, yang adalah Firman Tuhan, datang sebagai yang
pertama, dan tidak ada satupun kitab setelahnya yang bertentangan dengannya.

Taurat adalah dasar bagi penafsiran "Perjanjian Baru" yang benar – BUKAN dengan
cara-cara lainnya.

Kitab-kitab dalam "Perjanjian Baru" ditulis oleh para penulis Yahudi dengan pola pikir Yahudi
Messianis mereka, dengan harapan tulisan mereka dibaca, dimengerti dan diajarkan dengan pola
pikir Yahudi Messianis yang sama. Terima kasih kepada ajaran teologi anti-Taurat yang telah
berlangsung selama 1900 tahun - yang menyebabkan hal ini tidak terjadi ! Hasilnya adalah suatu
ajaran yang salah tentang Taurat dan "Perjanjian Baru" yang melekat pada Kristen.

52
Apakah semua ini begitu penting ?
Apakah Yeshua memandang Taurat penting ?

Orang Kristen akan mengatakan, "Tidak, sebab kami diselamatkan semata-mata oleh iman – jadi
semua ajaran tentang tetek-bengek hukum Taurat ini adalah tidak penting." Seperti yang telah
dijelaskan di depan, disini terdapat persoalan tentang definisi "iman". Definisi "iman" menurut
orang Kristen masa kini adalah tidak sama seperti yang dimiliki oleh Yeshua – Mesias Yahudi –
dan orang-orang Yahudi penulis kitab-kitab "Perjanjian Baru", serta orang-orang Yahudi lainnya
di masa itu. Definisi Kristen berpusat kepada apa yang anda percaya, sementara dalam
Yudaisme, fokusnya adalah pada sebuah hubungan yang berbasiskan iman dan ketaatan terhadap
Taurat. Yakobus menekankan pada hal ini, iman dan taat, dalam keseluruhan suratnya, terutama
pada ayat 2:17, dimana ia berkata bahwa "iman" tanpa disertai perbuatan pada hakekatnya adalah
iman yang mati.69

Yeshua sendiri dengan jelas menjunjung tinggi pandangan Yahudi. Matius 5:17-7:28 adalah
penjelasan panjang dari Mesias tentang cara melakukan Taurat dengan benar.

"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab
para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu
iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang
paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat
yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan
segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan
Sorga. Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup
keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke
dalam Kerajaan Sorga." (Matius 5:17-19)

Ia memulainya dengan menyatakan dua buah fakta:


1. Jika anda berpikir ada bagian dari Taurat yang dibatalkan, maka anda salah. (Matius
5:17-18)
2. Jika anda tidak mengerjakan Taurat dan mengajarkannya demikian kepada orang lain,
maka anda tidak akan memperoleh tempat di Kerajaan-Nya (Matius 5:19-20)

Perhatikan kalimat pertama yang digunakan oleh Yeshua adalah "Janganlah kamu menyangka".
Yeshua mengetahui sejak awal bahwa banyak pengikut-Nya akan berpikir bahwa Ia hendak
mengakhiri hukum Taurat. Dan itu dikatakan-Nya tidak benar.

Setelah Ia menjelaskan panjang lebar tentang Taurat, Ia menyimpulkan ajaran-Nya (Mat 7:21-23)
dengan berbicara tentang masa depan, ketika orang-orang tertentu tidak diperbolehkan memasuki
Kerajaan Sorga.

"Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam Kerajaan
Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir
banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu,
dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga ? Pada
waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal
kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian orangorang yang tidak mengerjakan
hukum!" (Matius 7:21-23)

69 Lebih jauh Yakobus mengatakan "Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia
mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?" (ay. 14) dan
"Hai manusia yang bebal maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang
kosong?" (ay. 20).

53
Apakah Ia menolak orang-orang ini karena "tidak mempercayai-Nya sebagai Mesias ?" Atau
karena "tidak mengundang-Nya dalam hati mereka ?" Atau karena "tidak melakukan pengakuan
dosa ?"

Tidak. Melainkan Yeshua dengan jelas mengatakan bahwa orang-orang yang tidak mengerjakan
hukum (Yunani: anomia) tidak akan masuk ke dalam Kerajaan-Nya.70 Hukum apa yang dilanggar
oleh orang-orang anomos ini ?

Konteks dalam Matius 7:21-23 tentu berhubungan dengan "hukum agama", karena Yeshua telah
berbicara tanpa putus tentang Taurat dalam ayat-ayat sebelumnya yang Ia mulai dengan
mengatakan tidak satu pun bagian dari Taurat yang dibatalkan (Matius 5:17-21). Ia menutup
khotbah-Nya itu dengan memberikan suatu peringatan: barangsiapa tidak mengerjakan Taurat
tidak akan masuk ke dalam Kerajaan-Nya.
Perhatikan baik-baik, orang-orang yang dimaksud oleh-Nya bukanlah para penyembah berhala
atau kaum atheis. Atau adakah Yeshua berbicara tentang para pembuat dosa, maling, perampok,
pelacur ? Bukan. Tetapi Yeshua berbicara tentang mereka yang mengklaim diri mereka adalah
orang percaya dan memanggil-Nya "Tuhan". Mereka adalah orang-orang yang telah pergi
menginjil dalam nama-Nya, mengusir setan dalam nama-Nya dan membuat mukjizat dalam
nama-Nya.
Ini menimbulkan pertanyaan serius:
Apakah itu yang berisi kumpulan orang-orang yang mengaku sebagai pengikut Yesus, namun
menganggap tidak perlu lagi mengerjakan Taurat seperti deskripsi yang disebutkan oleh Yeshua ?
Bukankah Gereja Kristen cocok sekali dengan deskripsi ini ?
Orang-orang anomos ini kelak di hari penghakiman akan terkejut amat kepalang ketika Yeshua
menolak dan mengusir mereka. Mengapa ? Karena mereka tidak melakukan kehendak Bapa di
sorga. Dan apakah kehendak Bapa itu ?
"Sesungguhnya kamu harus berpegang pada ketetapanKu dan peraturanKu. Orang yang
melakukannya, akan hidup karenanya; Akulah YHWH." (Imamat 18:5)
"Akulah YHWH, Elohimmu: Hiduplah menurut ketetapan-ketetapan-Ku dan lakukanlah
peraturan-peraturan-Ku dengan setia kuduskanlah hari-hari Sabat-Ku, sehingga itu menjadi
peringatan di antara Aku dan kamu, supaya orang mengetahui bahwa Akulah YHWH,
Elohimmu." (Yeh 20:19-20)
Ketetapan dan peraturan-Nya itu semua sudah ditulis dalam Taurat. Yang tinggal adalah apakah
kita mau mengerjakannya untuk menyatakan kasih setia kita kepada-Nya ?

Apakah Paulus memandang Taurat penting ?


Ada semacam miskonsepsi yang dipegang banyak orang, termasuk oleh orang Yahudi modern
saat ini, bahwa Yeshua mungkin saja mendukung hukum Taurat, namun rasul Paulus – dialah
yang mendirikan agama Kristen dengan mengambil pendirian yang berlawanan dengan Taurat.
Sebagai contoh, seperti yang ditulis oleh pengarang Kristen Daniel Fuller dalam bukunya, The
Unity of the Bible: Tetapi para ahli sejarah harus juga menjelaskan bagaimana seorang yang

70 Dalam Alkitab bahasa Indonesia terjemahan baru, kata anomia ini diterjemahkan menjadi "pembuat
kejahatan". Sebenarnya terjemahan ini kurang pas. Kata anomia (Nomor Strong 458) sesungguhnya
berarti: (1) keadaan tanpa hukum: (1a) karena tidak menghiraukannya (1b) karena melanggarnya. (2)
pelanggaran terhadap hukum, kejahatan, perbuatan salah. Adalah lebih tepat kalau ayat 23
diterjemahkan menjadi "orang-orang yang tidak mengerjakan hukum." Kata anomia juga digunakan
dalam 1 Yoh 3:4 untuk menyatakan pelanggaran hukum Tuhan, juga dalam 2 Tesalonika 2:7, untuk
menyatakan anti-Mesias yang melawan kebenaran Tuhan.

54
begitu terlibat dalam Yudaisme dapat kemudian terlepas sepenuhnya dari jalan hidup Yahudi.
Menolak sunat sebagai tanda perjanjian untuk orang percaya baik Yahudi dan bukan Yahudi (Gal
2:3-5) dan mau makan makanan yang haram supaya ia memelihara persahabatan dengan orang-
orang bukan Yahudi (ay. 11-14). Tidak ada satupun dari latar belakang Paulus sebagai orang yang
terpengaruh kuat dalam tradisi Yudaisme, yang dapat menjelaskan tindakannya berbalik dari
Yudaisme. Satu-satunya alternatif yang dapat menjelaskan bagaimana Paulus mau makan daging
babi adalah dengan menerima penjelasannya sendiri: perubahan mencolok ini disebabkan
pertemuannya dengan Yesus yang telah bangkit pada saat perjalanannya menuju Damaskus untuk
menghancurkan gereja Kristen disana.71

Kecaman Paulus terhadap Petrus, dalam Galatia pasal 2, secara tradisional dipandang oleh umat
Kristen sebagai bukti bahwa hukum Taurat telah berakhir bagi orang-orang Yahudi yang menjadi
pengikut Mesias. Permasalahan disini ialah dalam paragraf tersebut kasus yang dibicarakan bukan
tentang makanan. Petrus memang sedang makan bersama orang-orang bukan Yahudi, akan tetapi
ini BUKAN berarti ia sekarang sedang makan makanan yang haram. Melainkan karena orang
Yahudi biasanya tidak duduk dan makan bersama-sama orang bukan Yahudi pada masa itu.
Namun Petrus telah diberitahu Tuhan bahwa orang-orang bukan Yahudi adalah "halal" – bahwa
Tuhan tidak membedakan manusia. (Inilah arti mimpinya dalam Kisah Para Rasul pasal 10, yang
tidak ada hubungannya dengan makan makanan haram sebagaimana terlihat dalam respon Petrus
dalam Kisah Para rasul 10:17, 28, 34; 11:3-17; 15:7-10)

Petrus dikecam oleh Paulus karena kemunafikannya, karena begitu ia melihat saudara-saudara
Yahudinya (dari kalangan Yakobus) datang, ia berjalan menjauhi orang-orang bukan Yahudi itu,
dengan menganggap mereka seolah-olah lebih rendah. Ketika Paulus berkata kepada Petrus
bahwa mereka "hidup" dengan cara yang sama, ia tidak sedang berbicara tentang kebiasan makan
mereka, melainkan yang dimaksudnya ialah mereka "diselamatkan" dengan cara yang sama. Hal
ini konsisten dengan tema dalam ayat-ayat berikutnya, bahwa orang Yahudi dan bukan Yahudi
diselamatkan ("hidup") dengan cara yang sama, yaitu dengan iman, bukan dengan "mengerjakan
Taurat".72

Dengan menyimpulkan bahwa "Paulus mau makan daging babi", dan mengajarkan Petrus untuk
berbuat hal yang sama, setidaknya Fuller:

 Mengasumsikan Paulus anti terhadap Taurat dan mengajarkan demikian.


 Mengasumsikan apa yang dibicarakan Paulus dalam ayat-ayat ini ialah "kita tidak perlu lagi
menaati larangan makan makanan yang haram".
 Tidak menghiraukan konteks keseluruhan dari surat Paulus ini, tentang keselamatan atas dasar
iman baik untuk orang Yahudi dan orang bukan Yahudi.

Tetapi apa yang diasumsikan Fuller tidak demikian pada diri Paulus sebenarnya, yang
mengajarkan bahwa Taurat juga berlaku untuk orang bukan Yahudi – bukan untuk keselamatan,
tetapi sebagai petunjuk jalan hidup dalam iman. Ini adalah bagian dari rencana Tuhan untuk
memulihkan kesatuan-Nya (melalui iman Israel), karena walaupun "Tuhan adalah satu" (Ulangan
6:4), Ia belum benar-benar "satu", sampai kedatangan Mesias pada akhir zaman (Zakharia 14:9).

Sebagai seorang rabbi orthodoks, begitulah cara pandang Paulus terhadap "kesatuan" (echad)
Tuhan dan menjadi landasan bagi semua tulisan-tulisannya. Kepercayaan ini menekankan bahwa
satu Tuhan, di bumi ini, untuk orang Yahudi dan orang bukan Yahudi (mis. Roma 1:16). Dan satu
Tuhan di surga, dengan satu Taurat (pengajaran) dari- Nya untuk seluruh umat manusia (Keluaran
12:48-49; Imamat 24:22; Yesaya 56). Dan satu Tuhan sepanjang sejarah (Maleakhi 3:6; Ibrani
13:8). Jalan yang Ia sediakan untuk kita mengarah kepada pemulihan kesatuan Tuhan dengan
ciptaan-Nya, yang terjadi melalui Mesias, pada masa 1000 tahun dan masa berikutnya "Dunia
Baru" (Olam Haba), sebuah konsep yang fundamental dalam Yudaisme.
71 The Unity of the Bible, Daniel P. Fuller, 1992, Zondervan Publishing House, Grand Rapids MI, p. 53
72 Lihat The Mystery of Romans, Mark nanos, 1996, Fortress Press, Minneapolis, pp.337-371, untuk bahasan yang
lebih dalam tentang ayat-ayat ini.

55
Dalam Surat Roma sendiri terkandung sebuah ajaran (midrash) yang sangat signifikan tentang
Taurat. Walaupun Paulus secara agresif mengecam ajaran bahwa orang bukan Yahudi harus
mengerjakan Taurat supaya memperoleh keselamatan (Kisah Para Rasul, Galatia), ia tetap pada
pendiriannya bahwa setelah keselamatan diperoleh, hukum Taurat harus menjadi pedoman hidup
bagi setiap orang percaya.

Peranan Taurat di Masa Depan

Ayat-ayat dalam Tanakh ("Perjanjian Lama") yang menunjuk kepada Messias dan masa 1000
tahun, semuanya memperlihatkan ketaatan kepada Taurat.

 Persembahan (untuk pendamaian, BUKAN keselamatan) berlangsung kembali (Yehezkiel


45:13:20).

 Bangsa-bangsa tidak datang untuk merayakan Natal 25 Desember di Yerusalem, mereka datang
untuk merayakan Sukkot, Hari Raya Pondok Daun (Zakharia 14:16-19).

 Orang-orang percaya akan menjadi imam (cohen) di dalam Kerajaan Tuhan – anda tidak bisa
menjadi seorang cohen dengan mengabaikan Taurat (Ibrani 7:12).

 Para imam semuanya akan berpakaian dalam 4 macam pakaian Imam Besar, menggambarkan
status Yom Kippur yang berkelanjutan. (Yehezkiel 44:17-18; juga Keluaran 28 dan Imamat
16:4)73

 Orang-orang akan memegang tzitzit (jumbai atau punca jubah) seorang Yahudi pada waktu itu
dan berkata "bawalah saya kepada Elohim" (Zakharia 8:23).

 Masa 1000 tahun itu sendiri adalah kegenapan dari apa yang ditunjukkan kepada kita pada
setiap Sabat.

Yesaya 61:3 (bagian yang dibaca oleh Yeshua dalam Lukas 4:16-21) berbicara tentang Mesias,
pada Masa 1000 tahun, menyebut umat-Nya "pohon tarbantin kebenaran", "tanaman TUHAN".
Istilah ini adalah bentuk eufemisme Yahudi untuk menyebut orang-orang yang taat kepada
Taurat. Wahyu pasal 22 menggambarkan ide yang sama, dimana "pohon kehidupan" juga
menyatakan Taurat. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, Wahyu menempatkan sebuah ketentuan
bagi orang-orang yang berharap memasuki Yerusalem Baru – mereka adalah orang-orang yang
memelihara Taurat-Nya (Why 22:14)74

Tempat bagi orang-orang yang melanggar Taurat adalah di luar kota (Why 22:15).

Kristen sejak lama menafsirkan ayat-ayat Ibrani baik dalam Perjanjian "Lama" dan "Baru"
dengan pola pikir Yunani yang anti-Taurat sehingga mempunyai arti yang berbeda dari apa yang
ayat-ayat itu katakan.

Kita diselamatkan oleh iman semata-mata – tetapi iman ini, menurut Kitab Suci Ibrani (baik
Perjanjian "Lama" maupun "Baru") adalah hal yang tidak terpisahkan dari perbuatan menaati
perintah Tuhan tentang bagaimana kita harus hidup – Taurat Tuhan. Yeshua sendiri tidak
terpisahkan dari Taurat, sebab Ia adalah tujuan dan kegenapannya – Yeshua adalah "Taurat yang
hidup".

73 Juga lihat Mishna Yoma 7:5


74 Ada perbedaan terjemahan disini antara King James Bible Authorised Version 1769 dengan Revised Standard
Version 1947. Dalam KJV tertulis: "they that do His commandments" sedangkan RSV tertulis: "those who wash
their robes". Alkitab bahasa Indonesia terjemahan baru mengikuti terjemahan yang terdapat pada RSV.

56
Ajaran ini konsisten dalam keseluruhan "Perjanjian Baru" jika ditafsirkan dengan benar. Paulus
sendiri berkata jika kamu adalah seorang bukan Yahudi yang dipilih untuk mengikut Mesias,
maka selamat datang kepada Taurat-nya Israel (Efesus 2:11-13).

57
Penutup
Kesimpulan

Seribu sembilan ratus tahun bukanlah sebuah masa yang singkat. Selama kurun waktu tersebut
banyak hal dan perubahan yang telah terjadi, baik dalam tubuh Kristen maupun Yahudi.
Pemahaman Alkitab yang tidak menghiraukan konteks dan cara pikir Ibrani telah menghasilkan
ajaran yang tidak benar tentang hubungan Taurat dengan orang percaya, seperti yang disimpulkan
oleh Biblical Studies Press di bawah ini:

Kristus adalah "the end of the Law" dan orang percaya tidak berada di bawah Hukum
Taurat.75

Kesimpulan ini jelas-jelas berlawanan (kontradiksi) dengan firman TUHAN:

1. Bahwa Taurat-Nya adalah kekal dan tidak dibatalkan hingga kesudahan zaman. (Kej
17:7; Kel 12:24; Yer 33:20-21; 33:25-26; Mat 5:18; Luk 16:17)

2. Bahwa orang percaya harus hidup menurut Taurat-Nya. (Im 18:5; Ul 8:6; 10:12; 12:32;
Yos 1:8; Yeh 20:19-20; Mzm 119:1; Mat 5:18-19; Luk 11:28; Yoh 14:21; 15:10; Yak
1:22-25; 1 Yoh 1:3-7)

Dalam Roma 8:5-8 Paulus mengatakan bahwa manusia bisa masuk ke dalam satu dari dua
kategori di hadapan Tuhan. Apakah mereka hidup: a) menurut daging, atau b) menurut Roh.
Paulus mengatakan jika anda hidup menurut daging, anda tidak mungkin berkenan kepada Tuhan.
Mengapa demikian ? Karena, jawab Paulus, mereka yang hidup menurut daging tidak tunduk
kepada hukum Tuhan (TAURAT). Dengan begitu sebaliknya Paulus mengatakan bahwa
mereka yang hidup menurut Roh (yang telah diselamatkan) TUNDUK kepada Taurat.

Jika anda menganggap diri anda hidup menurut Roh, berarti anda TUNDUK kepada Taurat
Tuhan.

Demikiankah ?

Atau anda hidup menurut daging dan tidak tunduk kepada hukum Tuhan ?

Keputusan Akhir di Tangan Anda

Bagi anda yang haus akan kebenaran Tuhan dan ingin lebih jauh mengenal dan belajar bersama-
sama kami, silakan menghubungi alamat e-mail Komunitas Nasrani: nazarenes@angelfire.com

Dan berdoalah demikian:


"Bapa di surga, buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang Taurat-Mu; aku hendak
memeliharanya dengan segenap hati." (Mazmur 119:34)

Selamat. Tuhan memberkati.

75 Questions and Answers, sub bagian : "How should New Testament Believers relate to Old Testament Laws ?",
Biblical Studies Press, www.bible.org

58
Referensi
 Not Subject to the Law of God ?, YashaNet (http://www.yashanet.com), 1999.

 What is Nazarene Judaism ?, Dr James Trimm dan Chris Lingle, The Society for the
Advancement of Nazarene Judaism (http://www.nazarene.net), 1997.

 Biblical Law, Dr. James Scott Trimm, The Society for the Advancement of Nazarene
Judaism (http://www.nazarene.net), 1997.

 Yom Kippur and The New Convenant, Dr. James Scott Trimm, The Society for the
Advancement of Nazarene Judaism (http://www.nazarene.net), 1997.

 Legalism vs. Paul's Faith Response to the Torah, David Rudolph, The Joseph Rabinowitz
School of Jewish Studies, Messiah Biblical University, Association of Torah-Observant
Nazarenes (www.teshuvah.com), 1995.

 Under The Law, or With The Law?, Yeshayahu Heiliczer, Association of Torah-
Observant Nazarenes (www.teshuvah.com), 1995.

 Torah Rediscovered, Ariel dan D’vorah Berkowitz, First Fruit of Zion (www.ffoz.org),
1998.

 Jerusalem – One City Three Faiths, Karen Armstrong, Alfred A. Knopf, New York.
1996.

 Akar Bersama – Belajar tentang Iman Kristen dari Dialog Kristen-Yahudi, Hans Ucko,
PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1999.

59

Anda mungkin juga menyukai