Anda di halaman 1dari 3

RESUME HAN MATERI TERAKHIR

PENGAWASAN PEMERINTAHAN (FILE 1)


Lord Acton mengatakan bahwa setiap kekuasaan sekecil apapun cenderung untuk
disalahgunakan. Oleh sebab itu dengan adanya keleluasaan bertindak dari administrasi
negara yang memasuki semua sektor kehidupan masyarakat, kadang-kadang dapat
menimbulkan kerugian bagi masyarakat itu sendiri. Maka wajarlah bila timbul suatu
keinginan untuk mengadakan suatu sistem pengawasan terhadap jalannya pemerintahan,
yang merupakan jaminan agar jangan sampai keadaan negara menjurus ke arah diktatur
tanpa batas yang berarti bertentangan dengan ciri negara hukum. Pada sisi lain berarti pula
ada suatu sistem perlindungan hukum bagiyang diperintah maupun bagi sikap tindak
administrasi negara itu sendiri karena adanya diskresi (freies ermessen). Dalam hal
melaksanakan tugas itu secara aktif, artinya dalam menyelenggarakan pemerintahan,
administrasi negara melakukan suatu perbuatan penetapan (beschikkings-handeling) yang
menghasilkan ketetapan (beschikking).Ketetapan yang dibuat oleh administrasi negara itu
harus dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral maupun secara hukum. Untuk inilah
diperlukan pengawasan. Dari segi optik HAN sesungguhnya pengawasan terhadap
perbuatan pemerintah itu terjadi dari berbagai sudut, yaitu oleh instansi pemerintah yang
lebih atas, oleh instansi yang mengambil keputusan itu sendiri, oleh hakim maupun oleh
warga masyarakat (melalui DPR). Dalam hal pengawasan oleh hakim ada negara yang
menganut sistem duality of jurisdiction, misalnya Perancis. Negara lain menganut unity of
jurisdio tion seperti yang terdapat pada negara-negara common law system. Selain kedua
cara di atas,Berbagai macam cara pengawasan dilakukan agar pemerintah tetap berjalan
menurut jalur negara hukum dalam arti tetap berpegang kepada unsur-unsur pokok dari
negara hukum, yakni berpegang pada asas legalitas, bahwa setiap tindakan pemerintah
harus berdasarkan hukum yang berlaku. Hal ini berarti bahwa pengawasan dilakukan agar
kebebasan bertindak dari penyelenggara pemerintah harus tetap dalam batas-batas patokan
yang dalam garis besarnya telah ditentukan oleh undang-undang. Dalam hal-hal tertentu
dimana undang-undang tidak dapat mengatur segala hal sampai seluas luasnya, maka
kebebasan bertindak para penyelenggara negara (administrasi) haruslah berpedoman pada
kepentingan umum.Di samping itu masih terdapat cara pengawasan yang lain, misalnya
dari instansi pemerintah sendiri, terutama terhadap yang dinamakan vrij bestuur yang
merupakan beleid pemerintah, karena dalam hal ini hakim tidak berwenang untuk
melakukan pengawasan. Demikian juga masih terdapat cara pengawasan yang lain,
misalnya pengawasan intern, pengawasan dari DPR, BPK. Pengawasan oleh badan
pengawas itupun dalam kenyataannya terdapat perbedaan antara negara yang satu dengan
negara yang lain. Hukum Administrasi Negara sebagai hukum mengenai administrasi
negara adalah hukum mengenai operasi dan pengendalian kekuasaan-kekuasaan
administrasi atau pengawasan terhadap penguasa-penguasa administrasi. Sebagai hukum
hasil buatan administrasi negara maka HAN adalah hukum yang menjadi pedoman atau
jalan dalam menyelenggarakan undang-undang. Dalam hubungannya dengan
penyelenggaraan pemerintahan, maka HAN merupakan hukum yang mengatur hubungan
antara pemerintah dengan yang diperintah atau hubungan antara penguasa dengan warga
negara. Dapat disimpulkan bahwa arti dan fungsi pengawasan dalam penyelenggaraan
pemerintahan dari optik HAN adalah mencegah timbulnya segala bentuk penyimpangan
tugas pemerintahan dari yang telah digariskan (preventif)dan menindak atau memperbaiki
penyimpangan yang terjadi (represif). Pengawasan dari optik HAN adalah terletak pada
Hukum Administrasi Negara itu sendiri, sebagai landasan kerja atau pedoman bagi
Administrasi Negara dalam melakukan tugasnya menyelenggarakan pemerintahan.
Pengawasan Intern
Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan yang ada di
dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan. Pengawasan dalam bentuk ini dapat
dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau pengawasan melekat (built in
control). Pengawasan jenis ini dilakukan oleh unit pengawas intern organisasi yang diawasi
di mana tugasnya adalah membantu fungsi pengawasan pimpinan organisasi serta
membantu menyusun laporan pelaksanaan kegiatan organisasi. Pengawasan Intern: adalah
pengawasan yang dilakukan oleh satu badan yang secara organisatori/structural masih
termasuk dalam lingkungan pemerintahan sendiri. Biasanya pengawasan ini dilakukan oleh
pejabat atasan terhadap buwahannya secara hirarkis. Instruksi Presiden No. 15 Tahun
1983, Pasal 2 ayat (1) menyebutkan bahwa pengawasan terdiri:
a) Pengawasan yang dilakukan oleh pemimpin/atasan langsung baik di tingkat
Pusat maupun di tingkat Daerah;
b) Pengawasan yang dilakukan secara fungsional oleh aparat pengawasan.

Pengawasan Ekstern
Pengawasan ekstern : adalah pengawasan yang dilakukan oleh organ/lembaga secara
organisatoris/structural berada di luar pemerintah (dalam arti eksekutif).Sebagai contoh,
BPK (Badan Pengawasan Keuangan) adalah merupakan perangkat pengawasan ekstern
terhadap pemerintah karena ia berada di luar susunan organisasi Pemerintah (dalam arti
eksekutif). tidak mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala
Pemerintahan (Presiden) tetapi kepada Dewan Perwakilan Rakyat (Ps 23 UUD 1945).
Selain bentuk pengawasan Pemerintah di atas, Adapun pengawasan dalam bentuk
Prefentif, yakni untuk mencegah timbulnya segala bentuk penyimpangan
dalampelaksanaan tugas pemerintahan dari yang telahdigariskan. Pengawasan yang
dilakukan sebelum dikeluarkannya suatukeputusan/ketetapan pemerintah, yang disebut
juga pengawasan a priori. Kedua Refpresif untuk menindak penyimpangan yang terjadi
atau telah dilakukan. Pengawasan yang dilakukan sesudah dikeluarkannya
keputusan/ketetapan Pemerintah; Berwujud penangguhan atau pembatalan, yang disebut
juga pengawasan a posteriori.

TEORI PENGAWASAN KEKUASAAN


Pengawasan kekuasaan merupakan tujuan dasar dari konstitusi. Satu penjelasan yang
dikemukakan oleh Max Weber, bahwa sementara gagasan kekuasaan dapat didefinisikan
dalam pengertian yang sangat netral, fungsional tanpa kualifikasi moral, fenomenanya
tampak dalam situasi situasi dan hubungan-hubungan sebenarnya, seringkali tidak netral
dan sangat tidak bermoral. Dengan Pembatasan konstitusionalisme pengertian yakni :
1. Suatu Negara atau setiap sistem pemerintahan , harus berdasarkan hukum ,
sementara kekuatan yang digunakan di dalam negara menyesuaikan diri pada
aturan - aturan dan prosedur - prosedur hukum yang pasti.
2. Struktur pemerintahan harus memastikan bahwa kekuasaan terletak dengan atau di
antara cabang cabang kekuasaan yang berbeda yang saling mengawasi penggunaan
kekuasaannya dan yang berkewajiban untuk bekerja sama.
3. Hubungan antara Pemerintah dengan rakyatnya. harus diatur dengan cara mengatur
rupa dalam menyerahkan hak - hak dasar dengan tidak mengurangi kebebasan
individu.

Di dalam konsep konstitusionalisme klasik fungsi utama negara yaitu


memelihara sentimen dan keamanan masyarakat. Susunan pengawasan
konstitusional ditujukan untuk mencegah pemerintah dan negara agar tidak
melakukan suatu perbuatan yang berbahaya bagi penderitaan dan keamanan itu
sendiri. Di negara modem yang birokratis dan sangat rumit, masyarakat industri
dan teknologi maju, alat - alat pemerintahnya menjadi semakin terlibat dengan
pengaturan dan pengarahan masyarakat . Orientasi utama dari negara telah
bergeser dari kekuasaan dan proses kekuasaan ke pengambilan kebijakan. Suatu
konfigurasi konstitusional hubungan kekuasaan dan sistem checks and balances
membatasi kekuasaan yang dipegang oleh atau atas nama negara sebagai titik
awalnya, tidak mencerminkan lintasan masa kini dari aktivitas - aktivitas negara
dan kompleksitas hubungan antara negara dengan masyarakat . Teori pandangan
modern sebagaimana dikemukakan oleh M. T. Oosterhagen adalah Teori
Legitimasi dengan ungkapannya bahwa " Sebuah landasan teoretis alternatif dari
lembaga kontrol dapat dikembangkan jika itu akan dihubungkan , dalam hubungan
fungsional , dengan gagasan legitimasi " ( Suatu landasan alternatif teori terhadap
institusi pengawasan yang dapat dikembangkan dalam hubungan fungsional pada
gagasan legitimasi ) . Hal ini dapat diargumentasikan dalam setiap demokrasi
masyarakat yang di dasarkan pada aturan hukum dan setiap tindakan atau
keputusan yang diambil oleh otoritas publik harus memenuhi syarat bahwa
tindakan atau keputusan yang diambil harus logis dan sah menurut hukum. Sah
menurut hukum dalam pengertian bahwa berwenang untuk melakukan tindakan
memenuhi persyaratan dan sesuai dengan nilai-nilai tertentu, bermanfaat dan efektif
atau secara materil benar atau dibenarkan.
Teori legitimasi merupakan instrumen utama untuk memberikan legitimasi
kepada institusi pengawasan dalam berbagai bentuk baik pengawasan Parlemen,
Administratif termasuk pengawasan masyarakat. Perubahan - perubahan struktural
di dalam sifat dasar negara dan campur tangannya dan teknologi maju, alat - alat
pemerintahnya menjadi semakin terlibat dengan pengaturan dan pengarahan
masyarakat. Orientasi utama dari negara telah bergeser dari kekuasaan dan proses
kekuasaan ke pengambilan kebijakan. Suatu konfigurasi konstitusional hubungan
kekuasaan dan sistem checks and balances membatasi kekuasaan yang dipegang
oleh atau atas nama negara sebagai titik awalnya, tidak mencerminkan lintasan
masa kini dari aktivitas - aktivitas negara dan kompleksitas hubungan antara negara
dengan masyarakat.
Permasalahan ini harus diperhatikan karena partai politik partai di Parlemen
yang merupakan refleksi kehendak rakyat, untuk itu mereka harus bertanggung
jawab kepada para pemilihnya, sehingga kepentingan-kepentingan yang
diperjuangkan oleh anggota Parlemen bukanlah kepentingannya sendiri, melainkan
refleksi kehendak rakyat. Dalam sistem ketatanegaraan berdasarkan UUD NRI
1945, pengawasan terhadap DPR dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi sepanjang
berkaitan dengan fungsi legislasi melalui judicial review. Dengan demikian segala
produk undang-undang akan dinilai oleh Mahkamah Konstitusi berkenaan dengan
sah atau tidaknya produk undang-undang yang telah dikeluarkan oleh DPR,
maupun yang berkaitan dengan substansinya, yaitu bertentangan atau tidak dengan
UUD NRI 1945

Anda mungkin juga menyukai