Prof. Dr. Abdul Razak, S.H., M.H. Dr. Andi Bau Inggit AR, S.H., M.H.
Prof. Dr. Marthen Arie, S.H., M.H. Ariani Arifin, S.H., M.H.
Prof. Dr. Marwati Riza, S.H., M.Si. Dian Utami Mas Bakar, S.H., M.H.
Dr. Anshory Illyas, S.H., M.H. Ruslan Hambali, S.H.,M.H.
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
KEGIATAN BELAJAR I
LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN PERADILAN ADMINISTRASI
1. Pendahuluan 1
a. Sub-CPMK 1
b. Materi Pembelajaran 1
2. Penyajian 1
Latar Belakang Pembentukan Peradilan Administrasi 1
3. Penutup 6
Penugasan 6
Daftar Pustaka 7
KEGIATAN BELAJAR II
KOMPETENSI PTUN
1. Pendahuluan 8
a. Sub-CPMK 8
b. Materi Pembelajaran 8
2. Penyajian 8
Kompetensi PTUN 8
3. Penutup 12
Penugasan 12
Daftar Pustaka 13
1. Pendahuluan
a. Sub-CPMK
Mampu menganalisis kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara.
b. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran yang akan dibahas pada modul ini ialah tentang latar
belakang pembentukan peradilan administrasi.
2. Penyajian
Latar Belakang Pembentukan Peradilan Administrasi
Dalam usaha menapai tata kehidupaan yang adil dan makmur sebagaimana
dicitacitakan oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, membuat pemerintah
berperan aktif dalam kehidupan masyarakat.1 Di negara-negara yang telah maju,
konsep tentang welfare state telah berkembang sedemikian rupa sehingga peranan
pemerintah bertambah besar untuk mewujudkan welfare state. Oleh karena itu
diperlukan kleincahan yang lebih besar daripada dalam suatu negara di aman
pemerintah hanya bersikap sebagai polisi dan hanya bertindak atas permintaan
perorangan atau apabila ada kepentingan yang dilanggar. Akan tetapi dilain pihak,
terhadap kebebasan bertindak dan mengatur yang bertambah besar daka negara
ini, perlu dipikirkan cara-cara yang tepat agar dapat dipelihara keseimbangan
anatara kepentingan umum dan kepentingan warga negara.2
Urgensi mengadakan suatu Peradilan Tata Usaha Negara (selanjutnya disingkat
Peradilan TUN) tidak hanya dimaksudkan sebagai pengawasan intern terhadap
pelaksanaan Hukum Administrasi Negara sesuai dengan asas-asas yang berlaku
bagi (dan harus dipegang teguh oleh) suatu negara hukum. Akan tetapi, yang
benar-benar berfungsi sebagai badan peradilan yang secara bebas dan objektif
diberi wewenang menilai dan mengadili pelaksanaan hukum administrasi negara
itu yang dilakukan oleh pejabat eksekutif. Pembentukan Peradilan TUN juga
1
Martiman Prodjohamidjojo, Hukum Acara Pengadilan Tata Usaha Negara dan UU PTUN 2004,
Ghalia Indonesia, Bogor, 2005, hlm. 1.
2
Baharuddin Lopa, et.al, Peradilan Tata Usaha Negara, Sinar Grafika, Jakarta, 1989, hlm. 9.
3
Martiman Prodjohamidjojo, Loc.Cit.
5
SF Marbun, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administrasi di Indonesia, Liberty,
Yogyakarta, 1997, hlm. 76.
6
Philipus. M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia. Cetakan I, Bina Ilmu,
Surabaya, 1987, hlm.89-90
3. Penutup
Penugasan
7
Sjachran Basah, Eksistensi dan Tolok Ukur Badan Peradilan Administrasi di Indonesia, Cetakan I,
Alumni, Bandung, 1985, hlm. 154.
8
S.F. Marbun, Op.CIt., hlm.27.
Daftar Pustaka
Baharuddin Lopa, et.al, Peradilan Tata Usaha Negara, Sinar Grafika, Jakarta, 1989.
Martiman Prodjohamidjojo, Hukum Acara Pengadilan Tata Usaha Negara dan UU PTUN
2004, Ghalia Indonesia, Bogor, 2005.
Philipus. M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia. Cetakan I, Bina
Ilmu, Surabaya, 1987.
SF Marbun, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administrasi di Indonesia, Liberty,
Yogyakarta, 1997.
Sjachran Basah, Eksistensi dan Tolok Ukur Badan Peradilan Administrasi di Indonesia,
Cetakan I, Alumni, Bandung, 1985.
1. Pendahuluan
a. Sub-CPMK
Mampu menganalisis kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara.
b. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran yang akan dibahas pada modul ini ialah tentang kompetensi
PTUN.
2. Penyajian
Kompetensi PTUN
Pengertian dan Pembagian Kompetensi
1. Kompetensi Relatif
1. Kompetensi Relatif
Pasal 54
(1) Gugatan sengketa Tata Usaha Negara diajukan kepada Pengadilan yang
berwenang yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan tergugat.
(2) Apabila tergugat lebih dari satu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dan
berkedudukan tidak dalam satu daerah hukum Pengadilan, gugatan
diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat
kedudukan salah satu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.
(3) Dalam hal tempat kedudukan tergugat tidak berada dalam daerah hukum
Pengadilan tempat kediaman penggugat, maka gugatan dapat diajukan ke
Pengadilan yang daerah hukummnya meliputi tempat kediaman penggugat
untuk selanjutnya diteruskan kepada Pengadilan yang bersangkutan.
(4) Dalam hal-hal tertentu sesuai dengan sifat sengketa Tata Usaha Negara
yang bersangkutan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah, gugatan
dapat diajukan kepada Pengadilan yang berwenang yang daerah hukumnya
meliputi tempat kediaman penggugat.
(5) Apabila penggugat dan tergugat berkedudukan atau berada di luar negeri,
gugatan diajukan kepada Pengadilan di Jakarta.
(6) Apabila tergugat berkedudukan di dalam negeri dan penggugat di luar
negeri, gugatan diajukan kepada Pengadilan di tempat kedudukan tergugat.
2. Kompetensi Absolut
Pasal 2
Tidak termasuk dalam pengertian Keputusan Tata Usaha Negara menurut
Undang- undang ini :
Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan perbuatan hukum perdata;
b. Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan pengaturan yang bersifat
umum;
c. Keputusan Tata Usaha Negara yang masih memerlukan persetujuan;
Pasal 49
Pengadilan tidak berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa
Tata Usaha Negara tertentu dalam hal keputusan yang disengketakan itu
dikeluarkan :
a. dalam waktu perang, keadaan bahaya, keadaan bencana alam, atau keadaan luar
biasa yang membahayakan, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
b. dalam keadaan mendesak untuk kepentingan umum berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
“suatu prosedur yang dapat ditempuh oleh seorang atau badan hukum perdata
apabila ia tidak puas terhadap suatu Keputusan Tata Usaha Negara. Prosedur
tersebut dilaksanakan di lingkungan pemerintahan sendiri atau terdiri atas dua
bentuk dalam hal penyelesaian itu harus dilakukan oleh instansi atasan atau
instansi lain dari yang mengeluarkan keputusan yang bersangkutan, maka
prosedur tersebut dinamakan "banding administratif'”.
1. bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus sengketa Tata Usaha Negara
di tingkat banding.
3. Penutup
Penugasan
Buatlah analisis singkat berdasarkan kasus berikut:
“Ketua Komisi Pemilihan Umum Kota Makassar, menerbitkan Keputusan mengenai
hasil pemilihan kepala daerah. Namun, banyak pihak yang tidak sepakat terhadap
hasil tersebut sehingga ingin menggunggat di PTUN.”
Pertanyaan:
1. Pendahuluan
a. Sub-CPMK
Mampu menganalisis kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara.
b. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran yang akan dibahas pada modul ini ialah tentang sengketa
TUN.
2. Penyajian
Sengketa TUN
Pengertian
Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang Tata
Usaha Negara antara orang atau badan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat
Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat
dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa kepegawaian
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
a. Orang
a. Pusat
b. Daerah
1) Penetapan tertulis
Bersifat konkrit
Bersifat individual
Bersifat final
Keputusan Tata Usaha Negara yang tertuju kepada orang atau badan
hukum perdata tertentu menimbulkan akibat hukum, artinya
menimbulkan suatu perubahan dalam suasana hubungan hukum yang
telah ada, karena penetapan tertulis selalu menimbulkan akibat hukum.
Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan dari UU ini, maka dapat diketahui
bahwa terdapat dua kategori yang dimaksud dengan peraturan
perundang-undangan, yaitu:
Pertanyaan:
Daftar Pustaka
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.