Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PPKN

PERAN LEMBAGA PENEGAK HUKUM DALAM MENJAMIN


KEADILAN DAN KEDAMAIAN

OLEH :

MUH. KASMAN

194294

KELAS : XII IPA 4

SMA NEGERI 1 GOWA


TAHUN PELAJARAN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga makalah tentang “Peran Lembaga Penegak Hukum Dalam
Menjamin Keadilan dan Kedamaian” ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa
shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mandiri mata pelajaran pendidikan
kwarganegaraan. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber
bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang
akan menjadi bahan makalah.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat
dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT,
dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semuanya.

Akhir Qalam Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Gowa, 01 November 2021

Muh. Kasman

ii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Tujuan 2
Manfaat 2
PEMBAHASAN
Peran Lembaga Penegak Hukum Dalam Menjamin Keadilan Dan 3
Kedamaian
Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia 4
Peran Kejaksaan Negara Republik Indonesia 5
Peran Hakim sebagai Pelaksana Kekuasaan Kehakiman 6
Peran Advokat 7
KESIMPULAN 10
DAFTAR PUSTAKA 11

iii
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Undang-Undang Dasar 1945 secara tegas menerangkan dalam pasal 1 ayat


(3) UUD 1945 perubahan ketiga yang berbunyi “Negara Indonesia adalah Negara
hukum”. Artinya, Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang
berdasar atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan (machstaat), dan
pemerintah berdasarkan sistem konsitusi (hukum dasar), bukan absolutisme
(kekuasaan yang tidak terbatas). Dan perwujudan hukum tersebut terdapat dalam
UUD 1945 serta peraturan perundangan di bawahnya.
Sistem hukum di negeri ini selalu menjadi topik yang tak bosan-bosannya
diperbincangkan dan selalu membuat masalah. Apakah sistem yang berlaku tidak
sesuai dengan karakter bangsa Indonesia? Apakah para pelaku hukum yang tidak
mengetahui ganjaran setiap tindakan penyelewengan yang mereka lakukan? Atau
apakah ganjaran dari sistem hukum tersebut yang kurang tegas untuk mengatasi
berbagai macam permasalahan tindak pidana?
Dalam negara hokum segala permasalahan diselesaikan sesuai hukum
yang  berlaku. Akan tetapi, praktik perlindungan dan penegakan hukum terkadang
berbeda dengan prosedur yang ditetapkan. Oleh karena itu, perlindungan dan
penegakan hukum di Indonesia untuk menjamin keadilan dan kebenaran dalam
kehidupan  bermasyarakat harus segera dibenahi agar tidak terjadi penyelewengan
hukum yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Seorang yang melanggar hukum harus ditindak sesuai aturan hukum yang
berlaku.
Perlindungan dan penegakan hukum harus memenuhi rasa keadilan
masyarakat. Hukum Negara ialah aturan bagi Negara itu sendiri, bagaimana suatu
Negara menciptakan keadaan yang relevan, keadaan yang menentramkan
kehidupan sosial masyarakatnya, menghindarkan dari segala bentuk tindak pidana
maupun perdata.  Namun tidak di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini,
pemberitaan di media masa sungguh tragis. Bahkan dari Hasil survei terbaru dari
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyebutkan bahwa 56,0 persen publik
menyatakan tidak puas dengan penegakan hukum di Indonesia, hanya 29,8 persen

1
menyatakan puas, sedangkan sisanya 14,2 persen tidak menjawab. Sebuah
fenomena yang menggambarkan betapa rendahnya wibawa hukum di mata publik.
Dengan landasan pemikiran ini, penulis akan mencoba memaparkan mengenai
hukum, perlindungannya, penegakannya, aspek-aspek yang menjadi subjek dan
objeknya, serta penerapannya di tengah masyarakat yang tidak puas dengan
keadaan  penegakan hukum di Indonesia sekarang ini.

Tujuan
1. Untuk mengetahui sistem perlindungan dan penegakan hukum di
Indonesia.
2. Menganalisis praktik perlindungan dan penegakan hukum dalam
masyarakat untuk menjamin keadilan dan kedamaian.
3. Menyaji hasil analisis praktik perlindungan dan penegakan hukum untuk
menjamin keadilan dan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan  bernegara.
 

Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut.
1. Dapat mengetahui sistem perlindungan dan penegakan hukum yang
berlaku di Indonesia.
2. Dapat mengetahui mengapa masyarakat tidak puas dengan penegakan
hukum di Indonesia.
3. Dapat mengetahui dan menilai bagaimana solusi dalam pemecahan
permasalahan hokum di Indonesia
4. Khusus bagi pemerintahan, memberikan gambaran mengenai sistem
penegakan hukum yang berlaku dalam masyarakat, serta diharapkan dapat
menilai,

2
PEMBAHASAN

A. Peran Lembaga Penegak Hukum Dalam Menjamin Keadilan dan


Kedamaian

Sebagai negara hokum Negara Indonesia tentu memiliki lembaga penegak


hukum untuk menjamin keadilan dan kedamaian bagi seluruh rakyatnya. Ada
empat lembaga penegak hukum dalam menjamin keadilan dan kedamaian di
Indonesia yakni Kepolisian, Mahkamah Konstitusi (MK), Mahkamah Agung
(MA), dan Pengadilan Militer. Setiap warga negara berhak untuk mendapat
perlindungan hukum. Negara berkewajiban memberikan perlindungan hukum
kepada warga negaranya. Perlindungan hukum difungsikan untuk menghindari
segala bentuk perilaku sewenang wenang, penindasan, perampasan hak, dan lain-
lain yang dapat merugikan dan bahkan menyengsarakan seseorang atau
masyarakat.
Perlindungan hukum juga didasari oleh faktor bahwa manusia pada
hakikatnya adalah sama, yaitu sebagai mahluk Tuhan yang Maha Esa. Oleh
karena itu, siapapun yang bersalah ataupun melakukan pelanggaran hukum harus
mendapatkan sanksi huku. Sebaliknya bagi siapa yang tidak bersalah harus
terhindar dari sanksi hukum. Semua orang harus diperlakukan sama di dalam
hukum. Keadilan adalah sesuatu yang dirasakan seimbang, pantas sehingga semua
orang atau sebagian besar orang yang mengalami merasa pantas, nyaman, dan
adil. Salah satu ciri keadilan yang penting adakah adanya keseimbangan antara
hak dan kewajiban. Memperoleh keadilan adalah hak asasi bagi setiap manusia.
Tegaknya keadilan dan kebenaran dalam masyarakat akan dapat
mewujudkan masyarakat yang damai, sejahtera, aman, tentram, dan saling
percaya. Baik antara sesama masyarakat, maupun terhadap pemerintah.
Kedamaian dapat diartikan bahwa di satu pihak terdapat ketertiban antar  pribadi
yang bersifat ekstern dan di lain pihak terdapat ketentraman pribadi intern. Demi
tercapainya suatu ketertiban dan kedamaian maka hukum berfungsi untuk
memberi jaminan bagi seseorang agar kepentingannya diperhatikan oleh orang

3
lain. Jika kepentingan itu terganggu, maka hukum harus melindunginya, serta
setiap ada  pelanggaran hukum. Oleh karenanya, hukum itu harus dilaksanakan
dan ditegakkan tanpa membeda-bedakan atau tidak memberlakukan hukum secara
diskriminatif.
B. Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia
Kehidupan politik pada masa demokrasi terpimpin dilatarbelakangi pula
oleh belum pernah mencapai kestabilan secara nasional pada masa Demokrasi
Parlementer. Persaingan partai-partai politik yang menyebabkan pergantian
kabinet terus terjadi. Selain itu, Dewan Konstituante hasil pemilu tahun 1955
ternyata tidak berhasil melaksanakan tugasnya menyusun UUD baru bagi
Republik Indonesia.Oleh karena itu, muncul gagasan untuk melaksanakan model
pemerintahan Demokrasi Terpimpin dan kembali kepada UUD 1945. Pada
tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit yang dikenal dengan
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang isinya adalah sebagai berikut.

a.Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan; 


b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara
untuk kepentingan penyidikan;
c.Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan; 
d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa
tanda pengenal diri; 
e.Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; 
g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara; h. mengadakan penghentian penyidikan; 
h. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum; 
i. Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang
di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk
mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana; 
j. Memberikan petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri
sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk
diserahkan kepada penuntut umum; dan 

4
k. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab, yaitu
tindakan penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan dengan syarat sebagai
berikut: 

1) Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;


2) Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut
dilakukan;
3) Harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya;
4) Pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa;
menghormati hak asasi manusia.

C. Peran Kejaksaan Republik Indonesia


Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga negara yang melaksanakan
kekuasaan negara, khususnya dibidang penuntutan. Penuntutan merupakan
tindakan. Jaksa untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeri yang
berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang dengan
permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang Pengadilan. Pelaku
pelanggaran pidana  yang akan dituntut adalah yang benar – benar bersalah dan
telah memenuhi unsur- unsur tindak pidana yang disangkakan dengan didukung
oleh barang bukti yang cukup dan didukung oleh mininimal 2 (dua) orang saksi.
Keberadaan Kejaksaan Republik Indonesia diatur dalam  Undang- Undang
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik
Indonesia. Berdasarkan undang-undang tersebut, kejaksaan sebagai salah satu
lembaga penegak hukum dituntut untuk lebih berperan dalam menegakkan
supremasi hukum, perlindungan kepentingan umum, penegakan hak asasi
manusia, serta pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).
Kejaksaan Republik Indonesia sebagai lembaga negara yang melaksanakan
kekuasaan negara di bidang penuntutan harus melaksanakan fungsi, tugas, dan
wewenangnya secara merdeka, terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan
pengaruh kekuasaan lainnya. Adapun yang menjadi tugas dan wewenang
kejaksaan dikelompokkan menjadi tiga bidang, yaitu:

5
1. Di Bidang Pidana : 
a. melakukan penuntutan;
b. melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap;
c. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat,
putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat;
d. melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-
undang;  
e. melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.

2. Di Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara


    Kejaksaan dengan kuasa khusus, dapat bertindak baik di dalam maupun di
luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah. 

3. Dalam Bidang Ketertiban dan Ketenteraman Umum, Kejaksaan Turut


Menyelenggarakan Kegiatan: 
a. peningkatan kesadaran hukum masyarakat;
b. pengamanan kebijakan penegakan hukum;
c. pengawasan peredaran barang cetakan;
d. pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan
negara;
e. pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;
f. penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal.

D. Peran Hakim sebagai Pelaksana Kekuasaan Kehakiman


Di Indonesia, perwujudan kekuasaan kehakiman ini diatur sepenuhnya
dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 48 tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman, yang merupakan penyempurnaan dari Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.
Berdasarkan undang-undang tersebut, kekuasaan kehakiman di Indonesia
dilakukan oleh Mahkamah Agung, badan peradilan yang berada di bawah

6
Mahkamah Agung meliputi badan peradilan yang berada di lingkungan Peradilan
Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara,
serta oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Lembaga-lembaga tersebut berperan
sebagai penegak keadilan, dan dibersihkan dari setiap intervensi baik dari lembaga
legislatif, eksekutif maupun lembaga lainnya. Kekuasaan kehakiman yang
diselenggarakan oleh lembaga-lembaga tersebut dilaksanakan oleh hakim
Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang untuk oleh
undang-undang untuk mengadili. Mengadili merupakan serangkaian tindakan
hakim untuk menerima, memeriksa, dan memutuskan perkara hukum berdasarkan
asas bebas, jujur dan tidak memihak di sebuah sidang pengadilan berdasarkan
ketentuan perundang-undangan. Dalam upaya menegakkan hukum dan keadilan
serta kebenaran, hakim diberi kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan. Dengan kata lain, hakim tidak boleh dipengaruhi oleh kekuasaan-
kekuasaan lain dalam memutuskan perkara.
Menurut ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 tahun
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, hakim berdasarkan jenis lembaga
peradilannya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok. Pengadilan secara
umum mempunyai tugas untuk mengadili perkara menurut hukum dengan tidak
membeda-bedakan orang. Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa,
mengadili dan memutus suatu perkara yang diajukukan dengan dalih bahwa
hukum tidak ada atau kurang akan tetapi pengadilan wajib memeriksa dan
mengadili setiap perkara peradilan yang masuk.

E. Peran Advokat
Advokat disebut juga penasihat hukum adalah orang yang diberi kuasa
untuk memberi bantuan di bidang hukum baik perdata atau pidana kepada yang
memerlukannya, baik berupa nasehat (konsultasi) maupun bantuan hukum aktif
baik di dalam maupun di luar pengadilan dengan jalan mewakili, mendampingi,
membela dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentigan hukum para
pengguna jasanya. Melalui jasa hukum yang diberikan, advokat menjalankan
tugas profesi demi tegaknya keadilan berdasarkan hukum untuk kepentingan

7
masyarakat pencari keadilan, termasuk usaha memberdayakan masyarakat dalam
menyadari hak-hak fundamental mereka di depan hukum.
Keberadaan advokat sebagai salah satu penegak hukum diatur dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat.
Setiap orang yang memenuhi persyaratan, dapat menjadi seorang advokat.
Adapun persyaratan untuk menjadi advokat di Indonesia diatur dalam Pasal 3
Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat,
yaitu
a. Warga negara Republik Indonesia; 
b. Bertempat tinggal di Indonesia; 
c. Tidak berstatus sebagai pegawai negeri atau pejabat negara; 
d. Berusia sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun; 
e. Berijazah sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum; 
f. Lulus ujian yang diadakan oleh Organisasi Advokat; 
g. Magang sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terus menerus pada kantor
advokat; 
h. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan yang
diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; 
i. Berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab, adil, dan mempunyai integritas
yang tinggi. 

Adapun tugas dari advokat secara khusus adalah membuat dan mengajukan
gugatan, jawaban, tangkisan, sangkalan, memberi pembuktian, mendesak segera
disidangkan atau diputuskan perkaranya dan sebagainya. Di samping itu,
pengacara bertugas membantu hakim dalam mencari kebenaran dan tidak boleh
memutar balikkan peristiwa demi kepentingan kliennya agar kliennya menang dan
bebas. Oleh karena itu, dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003, seorang advokat mempunyai
hak dan kewajiban. Adapun yang menjadi hak advokat adalah:
a. Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara
yang menjadi tanggung jawabnya di dalam sidang pengadilan dengan tetap
berpegang pada kode etik profesi dan peraturan perundang-undangan.

8
b. Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela perkara yang
menjadi tanggung jawabnya dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan
peraturan perundang-undangan.
c. Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam
menjalankan tugas profesinya dengan iktikad baik untuk kepentingan pembelaan
klien dalam sidang pengadilan. d. Advokat berhak memperoleh informasi, data,
dan dokumen lainnya, baik dari instansi Pemerintah maupun pihak lain yang
berkaitan dengan kepentingan tersebut yang diperlukan untuk pembelaan
kepentingan kliennya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
d. Advokat berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan klien, termasuk
perlindungan atas berkas dan dokumennya terhadap penyitaan atau pemeriksaan
dan perlindungan terhadap penyadapan atas komunikasi elektronik advokat.
e. Advokat tidak dapat diidentikkan dengan kliennya dalam membela perkara klien
oleh pihak yang berwenang dan/atau masyarakat.
Sedangkan yang menjadi kewajiban yang harus dipatuhi oleh seorang
advokat diantaranya adalah:
a. Advokat dalam menjalankan tugas profesinya dilarang membedakan perlakuan
terhadap klien berdasarkan jenis kelamin, agama, politik, keturunan, ras, atau latar
belakang sosial dan budaya.
b. Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau diperoleh dari
kliennya karena hubungan profesinya, kecuali ditentukan lain oleh undang-
undang.
c. Advokat dilarang memegang jabatan lain yang bertentangan dengan kepentingan
tugas dan martabat profesinya.
d. Advokat dilarang memegang jabatan lain yang meminta pengabdian sedemikian
rupa sehingga merugikan profesi advokat atau mengurangi kebebasan dan
kemerdekaan dalam menjalankan tugas profesinya.
e. Advokat yang menjadi pejabat negara, tidak melaksanakan tugas profesi advokat
selama memangku jabatan.

9
KESIMPULAN

Dalam pelaksanaan penegakan hukum, keadilan harus diperhatikan, namun


hukum itu tidak identik dengan keadilan, hukum itu bersifat umum, mengikat
setiap orang, bersifat menyamaratakan. Setiap orang yang mencuri harus dihukum
tanpa membeda-bedakan siapa yang mencuri. Sebaliknya keadilan bersifat
subjektif, individualistis dan tidak menyamaratakan. Adil bagi seseorang belum
tentu dirasakan adil bagi orang lain.
Kalau kita bicara tentang nilai kepastian hukum, maka sebagai nilai
tuntutannya adalah semata-mata peraturan hukum positif atau peraturan
perundang-undangan. Pada umumnya bagi praktisi hanya melihat pada peraturan
perundang-undangan saja atau melihat dari sumber hukum yang formil.
Sebagaimana diketahui undang-undang itu, tidak selamanya sempurna dan
tidak mungkin undang-undang itu dapat mengatur segala kebutuhan hukum dalam
masyarakat secara tuntas. Adakalanya undang-undang itu tidak lengkap dan
adakalanya undang-undang itu tidak ada ataupun  tidak sempurna. Keadaan ini
tentunya menyulitkan bagi hakim untuk mengadili perkara yang dihadapinya.
Salah satu aspek dalam kehidupan hukum adalah kepastian, artinya, hukum
berkehendak untuk menciptakan kepastian dalam hubungan antar orang dalam
masyarakat. Salah satu yang berhubungan erat dengan masalah kepastian tersebut
adalah masalah dari mana hukum itu berasal. Kepastian mengenai asal atau
sumber hukum menjadi penting sejak hukum menjadi lembaga semakin formal
Sosialisasi politik adalah suatu proses untuk memasyarakatkan nilai-nilai atau
budaya politik ke dalam suatu masyakat, sehingga masyarakat menjadi mengerti
tentang politik tersebut. Ada beberapa metode sosialisasi politik diantaranya yaitu;

10
metode imitasi (peniruan), instruksi (perintah) dan motivasi (dorongan). Adapun
sarana-sarana untuk mensosialisasikan politik kepada masyarakat yaitu melalui;
keluarga, sekolah, kelompok pergaulan, tempat kerja, media massa dan kontak-
kontak  politik secara langsung

DAFTAR PUSTAKA

http://lbhperjuangan.blogspot.com/2010/10/penegakan-hukum-yang-menjamin-

keadilan.html

http://www.academia.edu/8960853/Makalah_PPKN

http://ilmuhukumuin-suka.blogspot.com/2013/05/penegakan-hukum-yang-

menjamin-kepastian_7121.html

11

Anda mungkin juga menyukai