Anda di halaman 1dari 61

Nama : Nur Nafi’ah

Nim : 2019012197
Kelas : Psik 7b

ANALISI JURNAL

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT


KECEMASAN PENDERITA KANKER SERVIKS PALIATIF

A. ANALISIS JURNAL
1. Judul penelitian
Hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan penderita
kanker serviks paliatif
2. Peneliti
Misgiyanto & dwi susilawati
3. Ringkasan jurnal
Kanker serviks adalah kanker yang menyerang uterus yaitu bagian serviks
uterus atau leher rahim, merupakan penyakit keganasan yang paling banyak
ditemukan pada perempuan. Di Indonesia prevalensi kanker serviks 4,3 per
1000 penduduk. Prevalensi tertinggi di Yogyakarta 9,6 per 1000 penduduk.
Angka harapan kesembuhan penderita kanker serviks stadium paliatif adalah
kecil, penderita sering mengalami penderitaan fisik dan psikososial sehingga
menimbulkan kecemasan. Penderita kanker serviks memerlukan dukungan
keluarga. Bentuk dukungan keluarga berupa dukungan emosional, dukungan
penghargaan, dukungan materi dan dukungan informasi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan
tingkat kecemasan penderita kanker serviks. Penelitian ini adalah deskriptif
korelatif dengan rancangan crossectional. Data diperoleh dengan cara
responden mengisi kuesioner. Sampel penelitian yaitu penderita kanker serviks
paliatif di Poliklinik Penyakit Kandungan dan IRNA (Anggrek I) RSUP Dr
Sardjito dan memenuhi kriteria inklusi. Data hubungan dianalisis dengan
menggunakan Gamma Corelation. Terdapat hubungan yang kuat antara
dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan penderita kanker serviks paliatif
(r) -1,000. Perawat senantiasa meningkatkan pelayanan kepada penderita
kanker serviks dengan memperhatikan kebutuhan biopsiko-sosio dan spiritual
melalui pendidikan kesehatan dan konseling kepada penderita maupun
keluarga.
4. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga
dengan tingkat kecemasan penderita kanker serviks
5. Kelebihan dan kekurangan penelitian
1. Kelebihan
a. Pembahasan tentang dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan
penderita kanker serviks paliatif sangat detail dan terperinci
b. Tidak ada variabel yang melalui proses manipulatif
c. Mampu memberikan informasi tentang dukungan keluarga dengan
tingkat kecemasan penderita kanker serviks paliatif
2. Kekurangan
a. Pengetahuan yang didapatkan tidak bebas nilai, taoi bermuatan nilai
b. Hanya mengungkapkan hubungan

B. ANALISIS PICO
P : Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel
jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Kanker serviks adalah kanker
yang menyerang uterus, yaitu pada bagian serviks uterus (leher rahim), suatu
daerah pada organ reproduksi perempuan yang merupakan pintu masuk ke arah
rahim (uterus) yang terletak antara rahim dengan liang senggama (vagina) atau
rahim bagian bawah. Kanker serviks (leher rahim) adalah penyakit keganasan yang
paling banyak ditemukan pada perempuan yang dapat berdampak terhadap fisik,
mental dan sosial, bahkan kematian penderitanya. Kondisi demikian sangat
merugikan sehingga tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa Cancer is a public
health problem”. Kanker serviks adalah jenis kanker kedua setelah kanker payudara
yang paling umum diderita oleh perempuan dan diperkirakan pada tahun 2006 ada
sekitar 1,4 juta penderita di seluruh dunia. Setiap tahun, terjadi lebih dari 460.000
kasus kanker serviks dan sekitar 231.000 penderita meninggal karena penyakit
tersebut dan hampir 80% kasus berada di negara-negara yang sedang berkembang.

I : pada penderita kanker serviks membutuhkan dukungan keluarga karena


dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental anggota
keluarganya yang menderita kanker serviks. Kecemasan pada penderita kanker
serviks paliatif tidak hanya dipengaruhi oleh faktor dukungan keluarga semata
tetapi banyak faktor yang mempengaruhi. faktor yang menyebabkan kecemasan
dipengaruhi faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik antara lain faktor
usia, pengalaman penderita menjalani pengobatan, konsep diri dan peran, tingkat
social ekonomi, jenis tindakan kemoterapi, dan komunikasi terapeutik. Faktor
ekstrinsik antara lain faktor kondisi medis, tingkat pendidikan, akses informasi dan
proses adaptasi.

C : metode yang di gunakan adalah Penelitian ini merupakan penelitian


deskriptif korelasi atau penelitian hubungan antara dua variabel pada suatu situasi
atau kelompok subyek. Variabel tersebut adalah dukungan keluarga sebagai
variabel independent dan kecemasan pada penderita kanker serviks paliatif sebagai
variabel dependent. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yaitu,
suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara variabel dengan cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada saat
bersamaan.Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain
deskriptif korelasi. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Penyakit Kandungan
dan Ruang Anggrek Instalasi Rawat Inap I (IRNA I) RSUP.DR. Sardjitoyogyakarta
yaitu rumah sakit terbesar di Yogyakarta yang ditunjuk pemerintah sebagai rumah
sakit rujukan untuk kasus paliatif.

O : Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan antara dukungan keluarga


dengan tingkat kecemasan penderita kanker serviks paliatif. Hasil penelitian ini
untuk variabel dukungan keluarga mayoritas dukungannya baik dan variabel
tingkat kecemasan dalam kategori tingkat kecemasan sedang . Berdasarkan uji
statistik menggunakan Gamma Corelation didapatkan tingkat kemaknaan sehingga
dapat disimpulkan terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan penderita kanker serviks paliatif di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT
KECEMASAN PENDERITA KANKER SERVIKS PALIATIF

(The Correlation between Family Support with The Level of Anxiety of Patients with
Palliative Cervical Cancer )

Misgiyanto1 & Dwi Susilawati2


1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
e-mail: 1)misgi_y@yahoo.co.id)
2
Staf Pengajar Departemen Keperawatan Maternitas Program Studi Ilmu Keperawatan,
Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
e-mail: 2)suziebima@gmail.com)

ABSTRAK

Kanker serviks adalah kanker yang menyerang uterus yaitu bagian serviks uterus atau leher
rahim, merupakan penyakit keganasan yang paling banyak ditemukan pada perempuan. Di
Indonesia prevalensi kanker serviks 4,3 per 1000 penduduk. Prevalensi tertinggi di Yogyakarta 9,6
per 1000 penduduk. Angka harapan kesembuhan penderita kanker serviks stadium paliatif adalah
kecil, penderita sering mengalami penderitaan fisik dan psikososial sehingga menimbulkan
kecemasan. Penderita kanker serviks memerlukan dukungan keluarga. Bentuk dukungan keluarga
berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan materi dan dukungan informasi.
Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan
tingkat kecemasan penderita kanker serviks. Desain: penelitian ini adalah deskriptif korelatif
dengan rancangan crossectional. Data diperoleh dengan cara responden mengisi kuesioner. Sampel
penelitian yaitu penderita kanker serviks paliatif di Poliklinik Penyakit Kandungan dan IRNA
(Anggrek I) RSUP Dr Sardjito dan memenuhi kriteria inklusi. Data hubungan dianalisis dengan
menggunakan Gamma Corelation. Hasil: terdapat hubungan yang kuat antara dukungan keluarga
dengan tingkat kecemasan penderita kanker serviks paliatif (r) -1,000. Saran: perawat senantiasa
meningkatkan pelayanan kepada penderita kanker serviks dengan memperhatikan kebutuhan bio-
psiko-sosio dan spiritual melalui pendidikan kesehatan dan konseling kepada penderita maupun
keluarga.

Kata kunci: dukungan keluarga, tingkat kecemasan, kanker serviks.

ABSTRACT

Cervical cancer attacks the part of uterus or cervix which is the most common cancer in
women. In Indonesia, cervical carcinoma prevalence is 4.3 per citizen. Moreover, the highest
prevalence in Yogyakarta is approximately 9.6 per citizen. Life expectation rate of cervical cancer
in palliative stadium is low since patient usually suffers from physical and psychosocial disruption
so it would be an anxiety for patien. Family support is needed for patient. Family support such as
emotional, appraisal, material and information support is required for cervical cancer patient.
Objective: To conduct correlation between family support and level of anxiety in cervical cancer
patient. Design: This was correlation descriptive research with cross sectional design. Data were
obtained by respondent which occupy questionnaire. Sample were cervical carcinoma patient in
palliative stadium in Polyclinic of Obstetric & Gynecology and Patient Room I of CDS Ward
(Anggrek I) which fulfill inclusion criteria. Data were analyzed by Gamma Correlation. Result :
The result showed that there was significant correlation between family support and anxiety level
of cervical cancer patient in palliative stadium (r) -1,000. Suggest : Nurse should increase their
caring and occupy attention in order to fulfill cervical cancer patient’s bio-psycho-sosio and
spiritual needs through health education and patient/family counseling.
Keyword : Family support, anxiety level, cervical cancers

LATAR BELAKANG Kejadian kanker serviks di negara negara


maju mulai menurun disebabkan oleh
Kanker adalah penyakit akibat meningkatnya kesadaran untuk deteksi dini
pertumbuhan tidak normal dari sel-sel dan penatalaksanaan yang adekuat bila
jaringan tubuh yang berubah menjadi sel dijumpai kelainan pada serviks.
kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel Menurut data Departemen Kesehatan
kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh Republik Indonesia ditemukan kanker
lainnya sehingga dapat menyebabkan serviks sebanyak 100 kasus per 100 ribu
kematian. Kanker adalah sekelompok penduduk atau 200 ribu kasus setiap
penyakit yang dicirikan dengan pertumbuhan tahunnya.Penyakit kanker merupakan
dan penyebaran sel tidak terkontrol dan sel penyebab kematian nomor 7 (5, 7%) (Riset
yang abnormal. Salah satu jenis penyakit Kesehatan Dasar/Riskesdas, 2007) dan pada
kanker adalah kanker serviks. tahun 2011 prevalensi kanker di Indonesia
Kanker serviks adalah kanker yang adalah 4,3 per 1000 penduduk, artinya dari
menyerang uterus, yaitu pada bagian serviks setiap 1000 orang Indonesia sekitar 4 orang
uterus (leher rahim), suatu daerah pada organ di antaranya menderita kanker. Prevalensi
reproduksi perempuan yang merupakan pintu kanker tertinggi di Indonesia dilaporkan di
masuk ke arah rahim (uterus) yang terletak Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
antara rahim dengan liang senggama (vagina) yaitu 9,6 per 1000 penduduk.Penyebab
atau rahim bagian bawah. Kanker serviks kanker serviks Sebagian besar (95%) berasal
(leher rahim) adalah penyakit keganasan dari lingkungan berupa virus human
yang paling banyak ditemukan pada papilloma virus (HPV), sementara 5%
perempuan yang dapat berdampak terhadap lainnya adalah faktor keturunan.
fisik, mental dan sosial, bahkan kematian Human Papiloma Virus (HPV)
penderitanya. Kondisi demikian sangat merupakan faktor inisiator dari kanker
merugikan sehingga tidak berlebihan apabila serviks yang dapat menyebabkan terjadinya
dikatakan bahwa Cancer is a public health gangguan sel serviks. Oncoprotein E6 dan E7
problem”. yang berasal dari HPV merupakan penyebab
Kanker serviks adalah jenis kanker terjadinya degenerasi keganasan.
kedua setelah kanker payudara yang paling Oncoprotein E6 akan mengikat p53 sehingga
umum diderita oleh perempuan dan TSG p53 akan kehilangan fungsinya.
diperkirakan pada tahun 2006 ada sekitar 1,4 Sedangkan oncoprotein E7 akan mengikat
juta penderita di seluruh dunia. Setiap tahun, TSG Rb, ikatan
terjadi lebih dari 460.000 kasus kanker ini menyebabkan terlepasnya E2F, E2F
serviks dan sekitar 231.000 penderita merupakan faktor transkripsi sehingga siklus
meninggal karena penyakit tersebut dan sel berjalan tanpa control. Virus HPV
hampir 80% kasus berada di negara-negara ditularkan melalui hubungan seksual.
yang sedang berkembang. Menurut badan Perempuan dapat tertular dari mitra
registrasi kanker Ikatan Dokter Ahli Patologi seksualnya dan laki-laki juga dapat terjangkit
Indonesia (IDAPI), pada tahun 2008 dari data infeksi virus setelah berhubungan dengan
di 13 rumah sakit pemerintah di Indonesia, perempuan yang terinfeksi HPV, oleh karena
kanker leher rahim(serviks) bahkan itu penyakit kanker serviks sering disebut
menduduki peringkat pertama dari seluruh penyakit akibat hubungan seksual.
kasus kanker Kanker serviks terdiri dari stadium I, II,
(17,2%), diikuti kanker payudara (12,2%). III dan stadium IV. Stadium I invasive kanker
masih terbatas serviks, stadium II invasive menyebabkan kecemasan baik bagi penderita
kanker telah menembus serviks tetapi belum maupun keluarga. Masalah sosial yang sering
menembus dinding pelvis atau sepertiga muncul pada penderita kanker serviks adalah
bawah vagina. Kanker pada stadium III telah isolasi sosial, gangguan peran, adanya
mengalami perluasan lokal dan regional, ketergantungan, kehilangan kontrol dan
sedangkan pada stase IV, kanker mengalami kehilangan produktifitas. Penderita yang
metastasis yang sangat meluas. Penderita mengetahui dirinya mengidap kanker serviks
kanker serviks yang memiliki stadium biasanya akan mengalami kecemasan dan
penyakit III dan IV memiliki prognosis yang merasa cepat akan mati dalam keadaan yang
buruk atau dapat disebut dengan kanker menyedihkan.Kecemasan adalah kondisi
paliatif. Kanker paliatif adalah istilah kejiwaan yang penuh dengan kekhawatiran
perawatan untuk kanker stadium terminal. atau ketegangan terhadap suatu ancaman
Stadium terminal pada kanker secara umum yang sumbernya tidak diketahui, bersifat
terjadi pada tahap lanjutan, telah menyebar internal, samar-samar dan konfliktual.Emosi
jauh dan merusak berbagai macam organ dari seperti sedih dan sakit umumnya akan hilang
fungsinya, bermetastase, menyebabkan dengan hilangnya penyebab, namun tidak
kondisi lemah secara umum. dengan kecemasan.Kecemasan merupakan
Angka harapan kesembuhan penderita reaksi normal terhadap situasi yang sangat
kanker serviks stadium III dan IV sangat menekan kehidupan seseorang dan karena itu
kecil, karenaberakibat serius pada kehidupan, berlangsung tidak lama. Penting sekali untuk
penderita sering mengalami penderitaan mengingat bahwa kecemasan bisa muncul
fisik, psikososial dan berbagai masalah lain sendiri atau bergabung dengan gejala-gejala
bahkan kematian penderitanya. Pengobatan lain dari gangguan emosi . Pada penderita
mungkin terus dilakukan tetapi bukan untuk kanker tahap terminal kecemasan memiliki
mengobati penyakitnya melainkan hanya beberapa pengaruh yang sangat merugikan
untuk mengurangi atau menghilangkan antara lain, meningkatkan kejadian insomnia,
gejalanya. Makin lanjut stadiumnya akan berkurangnya rasa percaya terhadap
memberikan penderitaan yang makin berat. kemampuan fisik, dan rendahnya partisipasi
Penderitaan itu tidak saja dirasakan oleh dalam pengobatan dan menjadi rendahnya
penderita sendiri, tetapi juga kualitas hidup penderita.
keluarganya.Masalah fisik yang terjadi pada The Psychosocial Collaborative
penderita kanker serviks adalah adanya nyeri, Oncology Group (PSYCOG)
perubahan warna kulit dan konstipasi. mengidentifikasi gangguan psikiatri pada
Apabila kanker serviks sudah mengalami penderita kanker sebesar 47% yang meliputi
progresivitas atau stadium lanjut, maka depresi dan ansietas (68%), depresi major
gejala-gejala yang timbul antara lain (13%), gangguan mental organik (8%), dan
perdarahan setelah melakukan hubungan gangguan kepribadian (7%). Efek negatif dari
seksual, perdarahan spontan yang terjadi di penderita kanker serviks yang depresi dan
antara periode menstruasi rutin, timbulnya ansietas adalah penderita lebih berisiko tiga
keputihan yang bercampur darah dan berbau, kali lipat menjadi tidak patuh berobat
nyeri panggul dan gangguan atau bahkan dibanding penderita yang tidak depresi.
tidak bisa buang air kecil, nyeri ketika Penderita yang tidak patuh berobat apalagi
berhubungan seksual.Selain permasalahan sampai putus pengobatan akan berdampak
fisik, penderita kanker serviks sering buruk bagi kesehatannya bahkan berakibat
mengalami masalah psikologi karena kematian, oleh karena itu diperlukan adanya
diagnosa kanker serviks merupakan salah dukungan keluarga.
satu peristiwa paling menakutkan yang Dukungan keluarga adalah bantuan
yang dapat diberikan kepada anggota orang yang rata rata sudah stadium III dan IV.
keluarga lain berupa barang, jasa, informasi Hasil observasi dan wawancara perawat jaga
dan nasihat yang mampu membuat penerima dan penderita yang menjalani rawat inap
dukungan akan merasa disayang, dihargai, diperoleh data rata- rata penderita mengeluh
dan tenteram.Dukungan ini merupakan sikap, mual, muntah, mengalami kerontokan rambut
tindakan dan penerimaan keluarga terhadap dan susah tidur. Perubahan fisik yang dialami
penderita yang sakit. Anggota keluarga menyebabkan perasaan cemas pada penderita
memandang bahwa orang yang bersifat disamping kemungkinan ketidakberhasilan
mendukung akan selalu siap member pengobatan. Sedangkan hasil wawancara
pertolongan dan bantuan yang diperlukan. dengan keluarga penderita diperoleh data
Dukungan keluarga yang diterima salah satu rata- rata peran keluarga yang mereka berikan
anggota keluarga dari anggota keluarga yang terhadap penderita kanker serviks berupa
lainnya dalam rangka menjalankan fungsi- motivasi, membantu kebutuhan sehari hari
fungsi yang terdapat dalam sebuah dan membantu selama proses pengobatan.
keluarga.Bentuk dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga adalah secara moral atau METODE.
material. Adanya dukungan keluarga akan
Penelitian ini merupakan penelitian
berdampak pada peningkatan rasa percaya
deskriptif korelasi atau penelitian hubungan
diri pada penderita dalam menghadapi proses
antara dua variabel pada suatu situasi atau
pengobatan penyakitnya.
kelompok subyek. Variabel tersebut adalah
Dengan adanya dukungan keluarga
dukungan keluarga sebagai variabel
mempermudah penderita dalam melakukan
independent dan kecemasan pada penderita
aktivitasnya berkaitan dengan persoalan-
kanker serviks paliatif sebagai variabel
persoalan yang dihadapinya juga merasa
dependent. Desain penelitian yang digunakan
dicintai dan bisa berbagi beban,
adalah cross sectional yaitu, suatu penelitian
mengekspresikan perasaan secara terbuka
untuk mempelajari dinamika korelasi antara
dapat membantu dalam menghadapi
variabel dengan cara pendekatan, observasi
permasalahan yang sedang terjadi. Jenis
atau pengumpulan data sekaligus pada saat
dukungan keluarga memiliki beberapa fungsi
bersamaan.Penelitian menggunakan
yaitu dukungan informasional, dukungan
pendekatan kuantitatif dengan desain
penilaian, dukungan instrumen dan dukungan
deskriptif korelasi.
emosional.
Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik
Berdasarkan survey pendahuluan yang
Penyakit Kandungan dan Ruang Anggrek
dilakukan peneliti pada bulan September
Instalasi Rawat Inap I (IRNA I) RSUP.DR.
2012 diperoleh data pada tahun 2010 jumlah
SardjitoYogyakarta yaitu rumah sakit
penderita kanker serviks yang menjalani
terbesar di Yogyakarta yang ditunjuk
rawat inap 498 orang menempati urutan ke 19
pemerintah sebagai rumah sakit rujukan
dari 26 pola penyakit terbanyak penderita
untuk kasus paliatif. Jumlah penderita dengan
rawat inap. Pada tahun 2011 berjumlah
kasus kanker serviks di rumah sakit tersebut
500penderita rawat inap menempati urutan
cenderung meningkat. Penelitian ini
ke 20 dari 30 pola penyakit terbanyak
dilakukan pada tanggal 1 sd 31 Desembar
penderita rawat inap di Instalasi Rawat Inap
2012. Populasi terjangkau pada penelitian ini
RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. Pada bulan
adalah semua penderita kanker serviks
Januari sampai dengan bulan Juni tahun 2012
paliatif di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta.
diperoleh data, penderita kanker serviks yang
Teknik pengambilan sampling pada
menjalani rawat inap di Ruang Anggrek 2
penelitian ini adalah total sampling. Total
RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta sejumlah 186
sampling adalah sampel tehnik penentuan menggambarkan perasaan cemas yang
sampel apabila semua anggota populasi dialami saat itu. Davey et al. (2007)
digunakan sebagai sampel.Dalam penelitian melaporkan bahwa Anxiety VAS merupakan
kriteria sampel dapat meliputi kriteria inklusi alat ukur yang cukup reliable untuk
dan kriteria eksklusi,yang mana kriteria digunakan pada pengukuran cemas.
tersebut menentukan dapat atau tidaknya Beberapa studi lainnya menunjukkan
sampel yang akan digunakan.Sampel dalam bahwa Anxiety VAS merupakan alat ukur
penelitian ini adalah penderita yang yang valid dan reliable pada pengukuran
terdiagnosa kanker serviks paliatif (derajat III tingkat kecemasan pada penderita dengan
dan IV) di Poliklinik Penyakit Kandungan gangguan kecemasan dan panik secara
dan penderita yang menjalani rawat inap di umum.Penelitian Chang et al cit Jensen
Ruang Anggrek RSUP DR. Sardjito. Besar (2003) menunjukkan nilai validitas r >
sampel dalam penelitian ini adalah seluruh 0,7.45. ReliabilitasAnxiety VAS sebesar r =
penderita yang di Poliklinik Penyakit 0,78 menggunakan metode test-retest dengan
Kandungan dan penderita yang menjalani selang waktu selama lima menit dan
rawat inap di Ruang Anggrek RSUP DR didapatkan r = 0,75 dengan selang waktu test-
Sardjito selama bulan Desember sejumlah 30 retest selama 1 minggu.kuesioner yang lain
responden. Kriteria inklusi dalam penelitian adalah tentang dukungan keluarga meliputi
ini adalah : 1) Penderita yang terdiagnosa dukungan emosional, dukungan
kanker serviks paliatif yang berobat di penghargaan, dukungan materi dan dukungan
Poliklinik Penyakit Kandungan dan yang informasi. Bentuk instrument adalah
menjalani rawat inap di Ruang Anggrek kuesioner yang berupa pertanyaan tertutup.
RSUP DR. Sardjito. 2) Memiliki kesadaran Kuesioner dukungan keluarga pada penderita
penuh (compos mentis). 3) Berusia diatas kanker serviks dibuat sendiri oleh peneliti
delapan belas tahun. 4) Bersedia mengikuti dengan pengorganisasian terdiri dari empat
penelitian. domain yaitu: Dukungan Emosional
Instrumen yang digunakan dalam (Emosional Support, Dukungan Penghargaan
penelitian ini adalah menggunakan (Apprasial Assistance). Dukungan Materi
kuesioner. Peneliti mengumpulkan data (Tangibile Assistance), Dukungan Informasi
secara formal kepada subyek untuk (informasi support). Struktur kuesioner pada
menjawab pertanyaan secara tertulis. domain dukungan materi dibuat berdasar
Pertanyaan dalam kuesioner ini terdiri dari penelitian dari Pearlin et al. (1990); Given
beberapa bagian antara lain tentang data and Given (1990); Given et al. (2001)
karakteristik responden yang terdiri dari mengenai dukungan pemenuhan kebutuhan
umur, alamat, pendidikan terakhir, pekerjaan penderita akibat sakit kronis yang terdiri dari
dalam. Untuk mengetahui tingkat kecemasan, dukungan kebutuhan secara langsung dan
yaitu mengukur tingkat kecemasan dengan kebutuhan tidak langsung.48,49,50
menggunakan Anxiety Visual Analog Scale Pertanyaan untuk dukungan penghargaan
(Anxiety VAS). Dengan menggunakan dibuat berdasar petunjuk dari National Health
sebuah garis horizontal yang berupa skala and Medical Research Council Australia
sepanjang 10 cm atau 100 mm dengan (2003) mengenai emotional and sosial
penilaian dari garis ujung sebelah kiri yang support. Struktur kuesioner pada domain
mengindikasikan “tidak ada kecemasan” informasi dan dukungan emosional secara
hingga ujung sebelah kanan yang operasional dibuat berdasar definisi teori
menyatakan kecemasan luar biasa. yang diadopsi dari instrumen penelitian
Penderita diminta memberi tanda dengan sebelumnya dari Hoskins
garis vertikal pada garis yang
(1988) dan Kristjanson (1991) pada terdistribusi normal maka uji hipotesis
penelitian Eriksson and Lauri (2000) hubungan menggunakan uji gamma
mengenai informational and emotional correlation (uji nonparametrik) dengan
support for cancer patient’s relaives. tingkat kemaknaan (a) < 0,05 (CI 95%).
Uji validitas kuesioner dukungan
keluarga menggunakan Pearson product HASIL DAN PEMBAHASAN
moment dan di dapatkan hasil r hitung terendah
bernilai 0,098 dan tertinggi 0,769 dengan r
hitung > 0,312 dilakukan pada 40 penderita
kanker serviks paliatif. Uji reliabilitas
menggunakan alpha Cronbach. didapatkan
nilai alpha > 0,878.
Analisis univariat digunakan untuk
mendiskripsikan variabel variabel penelitian
yaitu data demografi responden, dukungan
keluarga dan kecemasan penderita kanker
serviks paliatif di RSUP DR Sardjito
Yogyakarta.Data demografi responden terdiri
dari usia, pekerjaaan dan tingkat pendidikan.
Data demografi dalam bentuk kategorikal
akan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi
dan persentase. Analisa univariat dilakukan
pula untuk data tingkat kecemasan dan
dukungan keluarga.Tingkat kecemasan
dikategorikan menjadi tidak cemas (0-4 mm),
cemas ringan (5-44 mm), cemas sedang (45-
74 mm) dan cemas berat (75-100 mm).
Dukungan keluarga dikategorikan dalam
bentuk ada dukungan buruk (skor 0 sd 7),
dukungan cukup (skor 8 sd 14), dukungan
baik (skor 15 sd 22). Kedua data akan
disajikan dalam bentuk frekuensi dan
persentase.
Analisa bivariat dilakukan untuk
menguji hipotesis hubungan antara dukungan
keluarga (ordinal) dan tingkat kecemasan
penderita (data ordinal). Sebelum dilakukan
uji hubungan dilakukan uji normalitas
terhadap data tersebut. Data tingkat
kecemasan dan dukungan keluarga diuji
normalitas datanya dengan uji Shapiro-Wilk
oleh karena jumlah sampel kurang dari 50
sampel. Didapatkan hasil p = 0,001 untuk
tingkat kecemasan dan p = 0,002untuk data
dukungan keluarga. Kedua data tersebut
kurang dari 0,05 yang berarti data tidak
terdistribusi normal. Datayang tidak
Hasil

Karakteristik Responden.

Tabel 1. Karakteristik responden penelitian, penderita kanker serviks paliatif di Poliklinik


Penyakit Kandungan dan IRNA I, RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta, bulan Desember 2012 (n=30)
No. Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)

1. Usia
19 - 30 th 0 0
31 - 50 th 6 20,0
• - 64 th 16 53,3
> 65 th 8 26,7
2. Pendidikan
Tidak lulus SD 5 16,7
SD 14 46,7
SMP 4 13,3
SMA 5 16,7
Perguruan Tinggi 2 2,7
3. Pekerjaan
Tidak bekerja 2 6,7
Petani 2 6,7
PNS 3 10,0
Wiraswasta 8 26,7
Ibu Rumah tangga 15 50,0
Dari Tabel di atas menunjukkan bahwa responden mayoritas bekerja sebagai ibu
mayoritas usia responden direntang 51 sd 64 rumah tangga (50%).
tahun (53,3%), tingkat pendidikan responden
mayoritas SD 14 orang (46,7%) dan Dukungan Keluarga

Tabel 2. Gambaran dukungan keluarga penderita kanker serviks paliatif, di Poliklinik Penyakit
Kandungan dan IRNA I RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta, bulan Desember 2012 (n=30)
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Dukungan keluarga

buruk 1 3,3
cukup 6 20,0
baik 23 76,7
Tabel di atas menunjukkan mayoritas baik (76,7 %).
dukungan keluarga pada responden adalah Tingkat Kecemasan.
Tabel 3. Gambaran tingkat kecemasan penderita kanker serviks paliatif, di Poliklinik Penyakit
Kandungan dan IRNA I RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta, bulan Desember 2012 (n=30)
Variabel tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase (%)
Tidak cemas 0 0
Cemas ringan 6 20
Cemas sedang 15 50
Cemas berat 9 30

Tabel di atas menunjukkan mayoritas Hubungan antara dukungan keluarga


responden mengalami tingkat kecemasan dengan tingkat kecemasan penderita
sedang (50%) kanker serviks paliatif.

Tabel 4 Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan penderita kanker serviks
paliatif, di Poliklinik Penyakit Kandungan dan IRNA I, RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta,
bulan Desember 2012 (n=30)

tingkat kecemasan _ Kemak- Koefisien


Variabel Ringan (f) Sedang (f) Berat total naan Korelasi (r)
(%) (%) (f)(%) (p)
kategori dukungan 0,001 -1,000
buruk 0 0 1(3,3) 1(3,3)
cukup 0 0 6(20) 6(20)
baik 6(20) 15(50) 2(6,7) 23(76,7)
total 6(20) 15(50) 9(30) 30(100)

Tabel di atas menunjukkan hasil dalam kategori tingkat kecemasan sedang


hubungan antara dukungan keluarga dengan (50%). Berdasarkan uji statistik
tingkat kecemasan penderita kanker serviks menggunakan Gamma Corelation didapatkan
paliatif. Hasil penelitian ini untuk variabel tingkat kemaknaan (p)=0,001 sehingga dapat
dukungan keluarga mayoritas dukungannya disimpulkan terdapat hubungan antara
baik (76,7%) dan variabel tingkat kecemasan dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan penderita kanker serviks paliatif sering terjadi pada perempuan usia 40 sampai
di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. 60 tahun meskipun ada perempuan yang
Koefisien korelasi dalam penelitian ini menderita kanker serviks pada usia 30 tahun.
memiliki nilai -1,000 yang berarti nilai Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
hubungan kedua variabel ini sangat kuat dan yang dilakukan oleh Yunitasari di RSU Dr
berhubungan berbanding terbalik. Kariadi Semarang bahwa usia penderita
kanker mayoritas diatas 50 tahun. Nugrahaeni
Pembahasan dan Salamahdalam sebuah studi kasus di RS
“X” Surabaya juga menemukan bahwa
Karakteristik Responden. mayoritas penderita kanker serviks usianya di
atas 50 tahun.Nadia dalam penelitiannya yang
Usia. dilakukan pada penderita kanker serviks di
RSCM pada tahun 2007 menyimpulkan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
bahwa ada korelasi antara stadium dan usia
mayoritas usia responden 16 orang (53,3%)
penderita kanker serviks artinya semakin
adalah di rentang usia 51-64 tahun.
lanjut usia semakin tinggi stadium kanker
Berdasarkan teori perkembangan kanker
serviks yang terdiagnosis.Ditinjau dari
serviksmenurut Heardman et.al, proses
distribusi usia penderita kanker serviks hasil
terjadinya kanker serviks berhubungan
penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian
dengan proses metaplasia. Sekitar 95% dari
yang dilakukan oleh Oemiyati penderita
kanker serviks adalah sel squamosa yang
kanker serviks di DKI Jakarta mayoritas
mengalami dysplasia. Lesi prakanker biasa
terjadi pada usia produktif yaitu rentang usia
disebut neoplasia intra-epitelial cervical
41 tahun sampai dengan 50 tahun disusul
(CIN) umumnya terjadi pada usia 40 sampai
pada rentang usia 31 tahun 40 tahun.Sesuai
50 tahun. CIN kemudian berkembang
dengan hasil penelitian ini dan penelitian
menjadi karsinoma in-situ dan akhirnya
sebelumnya, terlihat bahwa umumnya
menjadi karsinoma invasif.
penderita ditemukan pada usia diatas 40
Menurut WHO waktu yang dibutuhkan
tahun. Hal tersebut disebabkan karena usia 40
bervariasi dari awal terjadinya infeksi HPV
tahun ke atas merupakan usia yang rentan
menjadi sel kanker. Waktu dari
dengan terjadinya gangguan kesehatan karena
teridentifikasinya karsinoma in-situ biasanya
proses degeneratif.
memerlukan waktu 10-20 tahun untuk
berkembang menjadi karsinoma invasif, hal Tingkat Pendidikan.
ini memungkinkan untuk pengendalian
kanker serviks bisa dilakukan melalui Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
skrining.Secara umum cakupan skrining di mayoritas tingkat pendidikan responden
negara berkembang sangat rendah. Survai adalah SD 14 orang (46,7%) dan responden
berbasis populasi yang dilakukan oleh yang tidak lulus SD ada 5 orang atau 16,7 %.
Gakidou et.al mengindikasikan bahwa Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
cakupan skrining di negara berkembang rata- penelitian Kusumawati yang menyimpulkan
rata 19% sedangkan di negara-negara maju bahwa sebagian besar pasien kanker serviks
mencapai 63%.Menurut estimasi data dari di RSUP Dr Sardjito mempunyai status
WHO cakupan angka pemeriksaan pap smear pendidikan Sekolah Dasar (36,8%) dan tidak
di negara berkembang hanya 5% termasuk di sekolah/tidak tamat SD (31,6%)69. Status
Indonesia.Hasil ini sesuai dengan pendidikan penderita kanker leher rahim
Champbell.et.al dalam faktor resiko kanker umumnya rendah, hal ini berhubungan
serviks, menyatakan bahwa kanker serviks dengan status sosial ekonomi yang rendah.
Status pendidikan yang rendah sangat dilakukan oleh Puspitarini, tentang hubungan
berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap kualitas hidup dengan kebutuhan perawatan
terhadap adanya gejala kanker leher rahim, paliatif pada pasien kanker di RSUP Dr
seperti perdarahan abnormal pervaginam dan Sardjito juga menyatakan 23% penderita
discharge vagina abnormal, hal serupa juga kanker adalah ibu rumah tangga dan 10%
disimpulkan oleh Rauf dan Thamrin, yang sebagai wiraswasta.Hasil penelitian ini
melakukan penelitian pada Januari 2002 menunjukkan bahwa pekerjaan seseorang
sampai Desember 2003 di empat rumah sakit juga menentukan status kesehatan seseorang.
di Makasar dengan 173 responden penderita Siti Musrifah berpendapat ada hubungan
kanker serviks menyatakan bahwa tingkat antara sikap ibu rumah tangga dengan praktik
pendidikan penderita kanker serviks adalah pencegahan penyakit kanker serviks. Dari
SD (45,7%).Tingkat pendidikan seseorang penelitiannya di kota Semarang
akan berpengaruh dalam memberikan respon menyimpulkan bahwa pada ibu rumah tangga
terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang melakukan praktik pencegahan pada
yang berpendidikan tinggi umumnya akan penyakit kanker serviks hanya 33,7% hal ini
memberikan respon yang lebih rasional disebabkan karena kurangnya dukungan
terhadap informasi dan berfikir jauh tentang suami dan dukungan petugas kesehatan.
keuntungan yang diperoleh dari gagasan Dorongan atau dukungan keluarga
tersebut. Tingkat pendidikan juga akan merupakan faktor penting dalam
mempengaruhi kemampuan individu dalam meningkatkan partisipasi wanita dalam
mengontrol hidupnya. Individu termotivasi pencegahan penyakit. Pada masyarakat
untuk memelihara kesehatan dengan lebih tradisional yang masih memegang teguh adat
baik dengan sikap positif dalam hidup dengan suami atau kepala keluarga merupakan
melakukan pemeriksaan kesehatan secara pembuat keputusan segala atas segala
rutin.Tingginya kasus kanker serviks di sesuatu. Suami atau kepala keluarga
Indonesia ini masih tinggi disebabkan karena merupakan seseorang yang memegang
masih rendahnya cakupan angka skrining peranan penting dalam keluarga yang dapat
pencegahan. Hal ini dipengaruhi oleh memberikan dorongan kepada para wanita
beberapa faktor antara lain para wanita untuk membuat keputusan sendiri dalam
Indonesia sering enggan memeriksakan pencegahan penyakit kanker serviks.
kesehatannya karena ketidaktahuan, rasa
malu, rasa takut dan faktor biaya. Hal ini Dukungan Keluarga.
umumnya karena disebabkan oleh rendahnya
tingkat pendidikan dan pengetahuan Hasil penelitian ini menunjukkan 23
penduduk. responden (76,6%) menyatakan dukungan
keluarga baik. Kanker serviks selain potensial
Pekerjaan Responden. memberikan penderitaan bersifat fisik juga
memberikan penderitaan bersifat psikis. Jika
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gangguan fisik dimanifestasikan dalam
mayoritas responden bekerja sebagai ibu bentuk keluhan nyeri, mual, keputihan hingga
rumah tangga (50%). Penelitian ini sesuai perdarahan sampai komplikasi organ maka
dengan hasil penelitian yang dilakukan gangguan psikis bisa dimanifestasikan dalam
Megaputra, tentang gambaran penderita bentuk keluhan depresi, cemas, gugup, dan
kanker serviks di Rumah Sakit Santo perasaan tidak berguna. Mengingat dampak
Borromeus Bandung yang menyatakan kanker serviks diatas maka penderita kanker
bahwa 55% penderita kanker serviks adalah serviks membutuhkan dukungan keluarga.
Ibu Rumah Tangga. Menurut penelitian yang Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan
dan penerimaan keluarga terhadap anggota mengancam kehidupan dan kondisi kesehatan
keluarganya yang sakit. Perhatian dari ternyata ditemukan pengalaman pengalaman
keluarga sangat membantu pemilihan kecemasan, depresi dan masalah emosional
kesehatan keluarganya. Berdasarkan hasil lainnya. Berdasarkan penelitian Barnes et al,
penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa wanita-wanita yang terdiagnosis penyakit
keluarga dalam memberikan dukungan pada kanker serviks menghadapi banyak keputusan
penderita kanker serviks dalam kategori baik keputusan yang sulit. Keputusan sulit untuk
karena masih kentalnya hubungan menerima kenyataan hidup yang terdiagnosa
kekerabatan dalam sebuah keluarga penyakit kanker sehingga menimbulkan
tersebut.Faktor lain adalah keluarga mampu perasaan cemas. Hasil penelitian ini sesuai
melakukan peran dan fungsinya yang dengan studi yang dilakukan oleh De Groot,
senantiasa mendampingi dan menjadi yang menjelaskan bahwa para wanita,
pendukung utama responden selama terutama pada kasus kanker serviks lebih
perawatan penyakitnya.Kesimpulan ini perlu memiliki pengalaman dan perasaan takut
ditindaklanjuti dengan dilakukannya serta kekhawatiran yang lebih besar.
penelitian lebih lanjut dengan responden pada Penelitian lain menjelaskan bahwa terdapat
keluarga penderita mengingat dukungan peningkatan level kecemasan dan depresi
keluarga pada penderita kanker serviks pada wanita-wanita dengan kasus kanker
dengan kecemasan sangat diperlukan serviks, bahkan level distress emosional-nya
terutama aspek dukungan emosional. telah sampai pada fase klinis- patologis.
Ketiadaan dukungan keluarga akan sangat Banyak faktor yang meyebabkan
berpengaruh pada penurunan kualitas hidup penderita kanker serviks mengalami
penderita kanker serviks.Hasil penelitian ini kecemasan. Menurut Lubis, bentuk respon
berbeda dengan hasil penelitian yang emosional yang secara umum muncul pada
dilakukan oleh Wahyuni dan Siburian, yang saat individu terdiagnosa kanker seperti
meneliti tentang Dukungan Keluarga dan kanker serviks adalah penolakan. Pada saat
Harga Diri Pasien Kanker Payudara di RSUP individu mengalami reaksi penolakan maka
H Adam Malik Medan.Penelitian ini individu tidak mudah beradaptasi dengan
mengambil sampel 30 responden didapatkan penyakinya. Akibatnya akan menimbulkan
hasil bahwa 56,7% dukungan keluarga cukup, kecemasan.
36,7% dukungan keluarga baik, dan 6,7% Selain itu penyakit kanker serviks sulit
dukungan kurang. Dalam jurnal penelitiannya untuk dideteksi tanda dan
peneliti tidak menampilkan bentuk domain gejalanya,umumnya terdeteksi pada stadium
masing-masing dukungan keluarga. lanjut ketika tumor sudah menyebar ke organ
lain beberapa penderita mengeluh nyeri
Tingkat Kecemasan. berkemih, haematuria, perdarahan rectum,
atau susah buang air besar. Keluhan-keluhan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tersebut menyebabkan kecemasan. Faktor
hasil tertinggi 15 responden (50%) responden lain yang menyebabkan kecemasan adalah
mengalami tingkat kecemasan sedang. angka untuk sembuh pada penderita kanker
Pengambilan data tingkat kecemasan serviks paliatif relative kecil. Pada penderita
disamping melalui kuesioner peneliti juga kanker serviks sering dijumpai penderita
harus mengamati ekspresi wajah dari dikuasai perasaan tidak berguna, malu, serta
responden untuk mendukung hasil yang kekhawatiran karena merasa menjadi beban
obyektif. Hasil peneltian ini menjelaskan orang lain sehingga menimbulkan perasaan
bahwa pada orang tua/dewasa yang cemas.Teori kecemasan tingkat sedang
berhadapan dengan penyakitpenyakit yang memungkinkan seseorang untuk memusatkan
pada hal-hal penting dan mengesampingkan Hasil penelitian ini untuk variabel
yang lain, sehingga seseorang menjadi dukungan keluarga mayoritas dukungannya
selektif. Setiap individu mempunyai reaksi baik dan variabel tingkat kecemasan sedang
yang berbeda pada kecemasan. Manifestasi sebanyak responden (50%) dengan koefisien
pada tingkat kecemasan ini umumnya adalah korelasi -1,000 dan tingkat kemaknaan p
kelelahan meningkat, ketegangan otot 0,001.Hubungan antara dukungan keluarga
meningkat, bicara cepat dengan volume dengan tingkat kecemasan diuji statistic
tinggi, lahan persepsi menyempit, dengan menggunakan Gamma didapatkan
kemampuan konsentrasi menurun, mudah hasil nilai p value 0,001 (<0,05) maka uji
tersinggung, marah dan menangis. keputusan ini Ho ditolak dan Ha diterima,
Kecemasan pada penderita kanker maknanya ada hubungan antara dukungan
serviks akan meningkat ketika individu keluarga dengan tingkat kecemasan penderita
membayangkan adanya perubahan dalam kanker serviks paliatif. Hasil penelitian ini
hidupnya di masa depan akibat penyakit yang sesuai dengan beberapa teori yang
diderita ataupun proses pengobatannya. berpendapat bahwa penderita kanker serviks
Kecemasan ini akan memberikan dampak membutuhkan dukungan keluarga karena
buruk bagi penderita. Menurut Suharna, dukungan keluarga sangat berpengaruh
dampak dari kecemasan adalah menurunnya terhadap kesehatan mental anggota
kapasitas kognitif seseorang dalam keluarganya yang menderita kanker serviks.
menyelesaikan persoalan yang komplek. Menurut Mubarak terdapat hubungan yang
Sedangkan menurut Romas dan Sharma akan kuat antara keluarga dan status kesehatan
terjadi gangguan terhadap hubungan sosial. anggotanya dimana peran keluarga sangat
Seseorang yang mengalami kecemasan akan penting bagi setiap aspek perawatan
menghindari hal-hal yang membuat dirinya kesehatan anggota keluarga, mulai dari
terancam dan menutup diri terhadap strategi-strategi hingga fase rehabilitasi.
lingkungannya. Sebaliknya penderita yang Menurut De Groot, banyak hasil penelitian
nyaman terhindar dari kecemasan akan yang menunjukkan pengaruh kanker terhadap
mencegah terjadinya penurunan system imun kondisi psikologis pasien yang mengalami
sehingga mempercepat proses kesembuhan. kecemasan, namun pasien-pasien kanker
Adanya perasaan tenang dan nyaman saat yang senantiasa memperoleh dukungan
perawatan tubuh akan menghasilkan hormone keluarga ternyata berhubungan positif dengan
endorphin, yang menyebabkan otot tubuh berkurangnya kecemasan. Dukungan ini
rilek, system imun meningkat, kadar oksigen ternyata membantu perbaikan kesehatan dan
dalam darah naik dan penderita akan hubungannya dengan kualitas kehidupan
mengantuk sehingga bisa beristirahat dengan penderita kanker serviks. Kecemasan pada
tenang. Hormon ini memperkuat system penderita kanker serviks paliatif tidak hanya
kekebelan tubuh untuk melawan infeksi dan dipengaruhi oleh faktor dukungan keluarga
dikenal sebagai morfin tubuh yang semata tetapi banyak faktor yang
menimbulkan efek sensasi yang sehat dan mempengaruhi. Menurut Kaplan dan Sadock,
nyaman. faktor yang menyebabkan kecemasan
dipengaruhi faktor intrinsik dan faktor
Hubungan Antara Dukungan Keluarga ekstrinsik. Faktor intrinsik antara lain faktor
dengan Tingkat Kecemasan usia, pengalaman penderita menjalani
pengobatan, konsep diri dan peran, tingkat
Penderita Kanker Serviks paliatif. social ekonomi, jenis tindakan kemoterapi,
dan komunikasi terapeutik. Faktor ekstrinsik
antara lain faktor kondisi medis, tingkat
pendidikan, akses informasi dan proses kehilangan identitas diri, dan kehilangan
adaptasi.Hal tersebut juga dibuktikan dari kontrol atas tubuhnya sehingga membuat
hasil penelitian ini. Responden menyatakan penderita merasa tidak nyaman menjalani
bahwa mayoritas dukungan keluarga baik perawatan di rumah sakit.
tetapi responden juga merasa kecemasan
dalam kategori sedang. Hasil ini KESIMPULAN DAN SARAN.
kemungkinanada faktor lain yang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mempengaruhi kecemasan tingkat sedang
karakteristik responden usia responden
pada penderita kanker serviks, berhubungan
mayoritas direntang 51 sd 64 tahun,tingkat
dengan faktor usia lanjut, tingkat pendidikaan
pendidikan responden mayoritas adalah SD,
yang rendah atau pekerjaan ibu rumah tangga
mayoritas bekerja sebagai ibu rumah
yang sehari-harinya dihabiskan dengan
tangga.Dukungan keluarga penderita kanker
pekerjaan rumah,mengurus anak dan
serviks paliatif mayoritas baik.Tingkat
suaminya.
kecemasan penderita kanker serviks paliatif
Kecemasan pada penderita kanker
mayoritas mengalami tingkat kecemasan
serviks tidak mutlak dipengaruhi oleh kualitas
sedang. Ada hubungan antara dukungan
dukungan keluarga dibuktikan dengan
keluarga dengan tingkat kecemasan penderita
penelitian tentang kecemasan pada penderita
kanker serviks paliatif di RSUP Dr Sardjito
kanker serviks juga dilakukan oleh Nasution
dengan p value 0,001 (< 0,05)
dan Tanjung, tentang Faktor internal dan
Disarankan bagi perawat agar
Eksternal Kecemasan pada Pasien Kanker
senantiasa meningkatkan pelayanan kepada
Serviks di RSUP H Adam Malik Medan
penderita kanker serviks dengan
dengan 42 responden. Hasil penelitian
memperhatikan kebutuhan bio-psiko-sosio
menunjukkan bahwa kecemasan pasien
dan spiritual melalui pendidikan kesehatan
kanker serviks yang paling besar berdasarkan
dan konseling kepada penderita maupun
faktor internal adalah faktor maturitas, faktor
keluarga. Disarankan bagi institusi
tipe kepribadian dan faktor keadaan fisik.
pendidikan hasil penelitian ini dapat
Faktor eksternal menunjukkan bahwa
digunakan sebagai referensi/sumbangan
kecemasan pasien kanker serviks yang paling
materi bagi mahasiswa agar mahasiswa
besar adalah faktor dukungan sosial dan
memahami tentang dukungan keluarga dan
dukungan keluarga. Menurut De groot,
kecemasan penderita kanker serviks paliatif
menyatakan bahwa profil psikologis
dengan mempelajari materi dukungan dan
penderita kanker seperti kanker serviks yang
kecemasan dalam penelitian ini. Di saran bagi
datang dalam pemeriksaan medis
keluarga mampu senantiasa mengembangkan
menunjukkan tingginya tingkat kecemasan,
diri dalam rangka memberi motivasi kepada
rasa marah dan keterasingan. Perawatan di
anggota keluarganya yang menderita sakit
rumah sakit juga merupakan salah satu faktor
kanker serviks dengan memberikan dukungan
yang mencemaskan bagi pasien.Pada
sesuai dengan materi-materi dukungan
penderita kanker serviks yang menjalani
emosional, dukungan penghargaan,
perawatan di rumah sakit ketika akan
dukungan materi dan dukungan informasi
dilakukan operasi, kemoterapi, radiotherapy
dalam penelitian ini.Disarankan bagi
atau tindakan perawatan yang lainnya, juga
penelitian selanjutnya,penelitian ini dijadikan
sering mengalami kecemasan. Selain itu,
sumber dan bahan pembanding bagi yang
sikap yang tidak personal dari dokter, perawat
berkepentingan untuk melanjutkan penelitian
atau petugas rumah sakit yang lain penderita
yang lebih komplek misalnya penelitian
merasa menjadi obyek pemeriksaan semata.
kualitatiftentang persepsi penderita kanker
Kondisi demikian penderita seringkali merasa
serviks terhadap dukungan keluarga atau Dolan, P., Canavan, J., Pinkerton, J. (2006).
hubungan antara usia, tingkat pendidikan dan Family Support as Reflective Practice.
pekerjaan dengan tingkat kecemasan London : Jessica Kingsley Publishers.
penderita kanker serviks paliatif.
Edianto. (2006). Buku Acuan Onkologi
DAFTAR PUSTAKA Ginekologi. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawihardjo.
Allan H., Goroll. Albert G., Mulley. (2006).
Primary Care Medicine : Office Faull, C., Carter, Y.H., dan Daniels, L.
Evaluation and Management of the (2007). Handbook of PalliativeCare,
Adult Patient, Philadelphia : Lippincot Second Edition. Victoria: Blackwell
Williams & Wilkins. Science.

Friedman, M.M. (1998). Family Nursing:


Aziz, M.F. (2006). Masalah pada Kanker
Serviks. Cermin Dunia Kedokteran, vol Theory and Practice. Keperawatan
keluarga Teori dan praktek. Alih bahasa
133; 5-7.
Asy dan Debora. Jakarta:EGC.
Barnes, J., Kroll, L., Lee, J., Burke, O., Jones,
Gakidau.E.,Nordagen,S.,Obermeyer,Z.
A., & Stein, A. (2002). Factors
Predicting Communication about the (2008). Coverege of Cervical Cancer
Diagnosis of Maternal Breast Cancer to Screening in 57 Countries : Low average
level and large inequalities. Plos Med
Children. Journal of Psychosomatic
5(6) 0863:0868.
Research, 52, 209 - 214.

Baradero, M., Dayrit, M.W., Siswandi, Y. Heardman,et al. (2006). Palliative Care For
Women With Cervical Cancer.Engender
(2008). Seri Asuhan Keperawatan Klien
Kanker. Jakarta : EGC. Health : New York.

Berger., Ann M., Portenoy., Russel K., Hidayat,AA.(2003). Riset Keperawatan dan
Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta;
Weissman., David E. (2002). Principles
Salemba Medika.
and Practice of Palliative Care and
Supportive Oncology 2nd edition.
Hawari,D. (2001). Manejemen stress,cemas
Lippincott Williams & Wilkins
dan depresi.Jakarta; FKUI.
Publishers.
Colegrave, S., Holcombe, C., & Salmon, P.
IP Suiroka. (2012). Penyakit Degenaratif .
(2001) . Psychological Characteristics of
Yogyakarta : Nuha Medika.
Women Presenting with Breast Pain.
Journal of Psychosomatic Research, 50, Jenkins, J.H.,Garcia, J.I.R., Chang, C.L.,
303 - 307. Young, J.S., Lopez, S.R. Family (2006).
Support Predicts Psichiatric Medication
De Groot, Janet M. (2002) The Complexity of
Usage Among Mexican American
the Role of Social Support in Relation to
Individuals with Schizophrenia. Social
the Psychological Distress Associated
Psyciatry and Psychiatric Epidemology.
with Cancer, Journal of Psychosomatic
Research, 52, 277 - 278. Jong, W. D. (2005). Kanker, Apakah Itu?.
Jakarta: Arcan.
Departemen Kesehatan RI.(2008).
Penanggulangan Kanker Serviks Kaplan, H.I., Sadock, J.B., Grebb, J.A.(1997).
dengan Vaksin HPV.Jakarta: Depkes RI.
Synopsis Psikiatri edisi 7. Jakarta: Bina Suharnan. (2005). Psikologi Kognitif .Jakarta
Rupa Aksara. :Erlangga.

Kolva, et al.(2011). Anxiety in Terminally Ill Sukardja I. (2000).Onkologi Klinik. Surabaya


Cancer Patients .Journal of Pain and : Penerbit Airlangga University Press.
Symptom Management 42(5):691-701.
Soepardiman HM. (2002). Deteksi Dini
Lubis. (2009). Gambaran Psikologis Pasien Kanker. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
yang Pertama Kali Terdiagnosa Kanker
Serviks. http://unair respiratory.ac.id/ Stuart dan Sundeen.(2006). Keperawatan
pdf.Lubis. diakses tanggal 3 Desember Jiwa. Jakarta:EGC..
2012
Taylor, S.E. (1995). Health Psychology 3rd
Megaputra A. (2011). Gambaran Penderita Edition. Singapore : Mc.Graw Hill.
Kanker Serviks di Rumah Sakit Santo
Triharini. (2009). Hubungan pelaksanaan
Borromeus Bandung.Skripsi, tidak
paket edukasi dengan keluhan fisik
dipublikasikan.
danpsikologis pada pasien kanker
serviks yang menjalani kemoterapi di
Mubarak, W.I. dkk. (2009). Ilmu
RSU
Keperawatan Komunitas Konsep dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
Dr.Soetomo Surabaya. http://
www.digilib.ui.ac.id/bab II/
Musrifah S. (2011). Hubungan
download/pdf. Diakses tanggal 2
Karakteristik,Pengetahuan dan Sikap Ibu
Oktober 2012
Rumah Tangga dengan Praktik Pencegahan
Kanker Leher Rahim di Kelurahan Wahyuni S,Siburian C. (2012). Dukungan
Padangsari Kecamatan Banyumanik Kota Keluarga dan Harga Diri Pasien Kanker
Semarang. Skripsi, Tidak dipublikasikan Payudara di RSUP H Adam Malik
Notoatmodjo,S. (2003). Promosi Kesehatan, Medan. Jurnal FK. UNSU.
Teorinya dan Aplikas. Jakarta:Rineka Cipta.
Waggoner, S.E.(2003). Cervical Cancer. The
Pradjatmo, H. (2000). Pengaruh derajat dan Lancet,.361:2217-2225.
jenis histopatologik karsinoma serviks
uteri terhadap kemampuan hidup WHO. (2008). Global Health Indicator.
penderita. Berita Berkala Ilmu Aviabel, Http:// www.who.int/whosis /
Kedokteran. 32 (2): 111-118.

Puspitarini Z. (2009). Hubungan Kualitas


Hidup dengan Kebutuhan Perawatan

Palliative pada Pasien Kanker di RSUP Dr


Sardjito. Skripsi, tidak dipubilkasikan.

Ramli. (2000). Deteksi Dini Kanker. Jakarta:


FKUI.

Rasjidi.(2007). Vaksin Human Papilloma


Virus dan Eradikasi Kanker Mulut
Rahim. Jakarta: Seagung Seto.
2008/en/index.html, diakses tanggal 15 januari 2013.

Wilson, KG., et al. (2007). Depression and anxiety disorders in palliative cancer care. Journal of P
ain Symptom Manage 33:118-129.

Yani, I.D. (2007). Pengalaman Hidup Klien Kanker Serviks di Bandung. Skripsi, tidak
dipublikasikan.

Yunitasari LN. (2007). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan pada Pasien Pasca
Didiagnosa Kanker di RSU Dr Kariadi Semarang. Skripsi,tidak dipubilkasikan .

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT


KECEMASAN PENDERITA KANKER SERVIKS PALIATIF

(The Correlation between Family Support with The Level of Anxiety of Patients with
Palliative Cervical Cancer )

Misgiyanto1 & Dwi Susilawati2


1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
e-mail: 1)misgi_y@yahoo.co.id)
2
Staf Pengajar Departemen Keperawatan Maternitas Program Studi Ilmu Keperawatan,
Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
e-mail: 2)suziebima@gmail.com)

ABSTRAK

Kanker serviks adalah kanker yang menyerang uterus yaitu bagian serviks uterus atau leher
rahim, merupakan penyakit keganasan yang paling banyak ditemukan pada perempuan. Di
Indonesia prevalensi kanker serviks 4,3 per 1000 penduduk. Prevalensi tertinggi di Yogyakarta 9,6
per 1000 penduduk. Angka harapan kesembuhan penderita kanker serviks stadium paliatif adalah
kecil, penderita sering mengalami penderitaan fisik dan psikososial sehingga menimbulkan
kecemasan. Penderita kanker serviks memerlukan dukungan keluarga. Bentuk dukungan keluarga
berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan materi dan dukungan informasi.
Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan
tingkat kecemasan penderita kanker serviks. Desain: penelitian ini adalah deskriptif korelatif
dengan rancangan crossectional. Data diperoleh dengan cara responden mengisi kuesioner. Sampel
penelitian yaitu penderita kanker serviks paliatif di Poliklinik Penyakit Kandungan dan IRNA
(Anggrek I) RSUP Dr Sardjito dan memenuhi kriteria inklusi. Data hubungan dianalisis dengan
menggunakan Gamma Corelation. Hasil: terdapat hubungan yang kuat antara dukungan keluarga
dengan tingkat kecemasan penderita kanker serviks paliatif (r) -1,000. Saran: perawat senantiasa
meningkatkan pelayanan kepada penderita kanker serviks dengan memperhatikan kebutuhan bio-
psiko-sosio dan spiritual melalui pendidikan kesehatan dan konseling kepada penderita maupun
keluarga.

Kata kunci: dukungan keluarga, tingkat kecemasan, kanker serviks.

ABSTRACT

Cervical cancer attacks the part of uterus or cervix which is the most common cancer in
women. In Indonesia, cervical carcinoma prevalence is 4.3 per citizen. Moreover, the highest
prevalence in Yogyakarta is approximately 9.6 per citizen. Life expectation rate of cervical cancer
in palliative stadium is low since patient usually suffers from physical and psychosocial disruption
so it would be an anxiety for patien. Family support is needed for patient. Family support such as
emotional, appraisal, material and information support is required for cervical cancer patient.
Objective: To conduct correlation between family support and level of anxiety in cervical cancer
patient. Design: This was correlation descriptive research with cross sectional design. Data were
obtained by respondent which occupy questionnaire. Sample were cervical carcinoma patient in
palliative stadium in Polyclinic of Obstetric & Gynecology and Patient Room I of CDS Ward
(Anggrek I) which fulfill inclusion criteria. Data were analyzed by Gamma Correlation. Result :
The result showed that there was significant correlation between family support and anxiety level
of cervical cancer patient in palliative stadium (r) -1,000. Suggest : Nurse should increase their
caring and occupy attention in order to fulfill cervical cancer patient’s bio-psycho-sosio and
spiritual needs through health education and patient/family counseling.

Keyword : Family support, anxiety level, cervical cancers

LATAR BELAKANG juta penderita di seluruh dunia. Setiap tahun,


terjadi lebih dari 460.000 kasus kanker
Kanker adalah penyakit akibat serviks dan sekitar 231.000 penderita
pertumbuhan tidak normal dari sel-sel meninggal karena penyakit tersebut dan
jaringan tubuh yang berubah menjadi sel hampir 80% kasus berada di negara-negara
kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel yang sedang berkembang. Menurut badan
kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh registrasi kanker Ikatan Dokter Ahli Patologi
lainnya sehingga dapat menyebabkan Indonesia (IDAPI), pada tahun 2008 dari data
kematian. Kanker adalah sekelompok di 13 rumah sakit pemerintah di Indonesia,
penyakit yang dicirikan dengan pertumbuhan kanker leher rahim(serviks) bahkan
dan penyebaran sel tidak terkontrol dan sel menduduki peringkat pertama dari seluruh
yang abnormal. Salah satu jenis penyakit kasus kanker
kanker adalah kanker serviks. (17,2%), diikuti kanker payudara (12,2%).
Kanker serviks adalah kanker yang Kejadian kanker serviks di negara negara
menyerang uterus, yaitu pada bagian serviks maju mulai menurun disebabkan oleh
uterus (leher rahim), suatu daerah pada organ meningkatnya kesadaran untuk deteksi dini
reproduksi perempuan yang merupakan pintu dan penatalaksanaan yang adekuat bila
masuk ke arah rahim (uterus) yang terletak dijumpai kelainan pada serviks.
antara rahim dengan liang senggama (vagina) Menurut data Departemen Kesehatan
atau rahim bagian bawah. Kanker serviks Republik Indonesia ditemukan kanker
(leher rahim) adalah penyakit keganasan serviks sebanyak 100 kasus per 100 ribu
yang paling banyak ditemukan pada penduduk atau 200 ribu kasus setiap
perempuan yang dapat berdampak terhadap tahunnya.Penyakit kanker merupakan
fisik, mental dan sosial, bahkan kematian penyebab kematian nomor 7 (5, 7%) (Riset
penderitanya. Kondisi demikian sangat Kesehatan Dasar/Riskesdas, 2007) dan pada
merugikan sehingga tidak berlebihan apabila tahun 2011 prevalensi kanker di Indonesia
dikatakan bahwa Cancer is a public health adalah 4,3 per 1000 penduduk, artinya dari
problem”. setiap 1000 orang Indonesia sekitar 4 orang
Kanker serviks adalah jenis kanker di antaranya menderita kanker. Prevalensi
kedua setelah kanker payudara yang paling kanker tertinggi di Indonesia dilaporkan di
umum diderita oleh perempuan dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
diperkirakan pada tahun 2006 ada sekitar 1,4 yaitu 9,6 per 1000 penduduk.Penyebab
kanker serviks Sebagian besar (95%) berasal fisik, psikososial dan berbagai masalah lain
dari lingkungan berupa virus human bahkan kematian penderitanya. Pengobatan
papilloma virus (HPV), sementara 5% mungkin terus dilakukan tetapi bukan untuk
lainnya adalah faktor keturunan. mengobati penyakitnya melainkan hanya
Human Papiloma Virus (HPV) untuk mengurangi atau menghilangkan
merupakan faktor inisiator dari kanker gejalanya. Makin lanjut stadiumnya akan
serviks yang dapat menyebabkan terjadinya memberikan penderitaan yang makin berat.
gangguan sel serviks. Oncoprotein E6 dan E7 Penderitaan itu tidak saja dirasakan oleh
yang berasal dari HPV merupakan penyebab penderita sendiri, tetapi juga
terjadinya degenerasi keganasan. keluarganya.Masalah fisik yang terjadi pada
Oncoprotein E6 akan mengikat p53 sehingga penderita kanker serviks adalah adanya nyeri,
TSG p53 akan kehilangan fungsinya. perubahan warna kulit dan konstipasi.
Sedangkan oncoprotein E7 akan mengikat Apabila kanker serviks sudah mengalami
TSG Rb, ikatan progresivitas atau stadium lanjut, maka
ini menyebabkan terlepasnya E2F, E2F gejala-gejala yang timbul antara lain
merupakan faktor transkripsi sehingga siklus perdarahan setelah melakukan hubungan
sel berjalan tanpa control. Virus HPV seksual, perdarahan spontan yang terjadi di
ditularkan melalui hubungan seksual. antara periode menstruasi rutin, timbulnya
Perempuan dapat tertular dari mitra keputihan yang bercampur darah dan berbau,
seksualnya dan laki-laki juga dapat terjangkit nyeri panggul dan gangguan atau bahkan
infeksi virus setelah berhubungan dengan tidak bisa buang air kecil, nyeri ketika
perempuan yang terinfeksi HPV, oleh karena berhubungan seksual.Selain permasalahan
itu penyakit kanker serviks sering disebut fisik, penderita kanker serviks sering
penyakit akibat hubungan seksual. mengalami masalah psikologi karena
Kanker serviks terdiri dari stadium I, II, diagnosa kanker serviks merupakan salah
III dan stadium IV. Stadium I invasive kanker satu peristiwa paling menakutkan yang
masih terbatas serviks, stadium II invasive menyebabkan kecemasan baik bagi penderita
kanker telah menembus serviks tetapi belum maupun keluarga. Masalah sosial yang sering
menembus dinding pelvis atau sepertiga muncul pada penderita kanker serviks adalah
bawah vagina. Kanker pada stadium III telah isolasi sosial, gangguan peran, adanya
mengalami perluasan lokal dan regional, ketergantungan, kehilangan kontrol dan
sedangkan pada stase IV, kanker mengalami kehilangan produktifitas. Penderita yang
metastasis yang sangat meluas. Penderita mengetahui dirinya mengidap kanker serviks
kanker serviks yang memiliki stadium biasanya akan mengalami kecemasan dan
penyakit III dan IV memiliki prognosis yang merasa cepat akan mati dalam keadaan yang
buruk atau dapat disebut dengan kanker menyedihkan.Kecemasan adalah kondisi
paliatif. Kanker paliatif adalah istilah kejiwaan yang penuh dengan kekhawatiran
perawatan untuk kanker stadium terminal. atau ketegangan terhadap suatu ancaman
Stadium terminal pada kanker secara umum yang sumbernya tidak diketahui, bersifat
terjadi pada tahap lanjutan, telah menyebar internal, samar-samar dan konfliktual.Emosi
jauh dan merusak berbagai macam organ dari seperti sedih dan sakit umumnya akan hilang
fungsinya, bermetastase, menyebabkan dengan hilangnya penyebab, namun tidak
kondisi lemah secara umum. dengan kecemasan.Kecemasan merupakan
Angka harapan kesembuhan penderita reaksi normal terhadap situasi yang sangat
kanker serviks stadium III dan IV sangat menekan kehidupan seseorang dan karena itu
kecil, karenaberakibat serius pada kehidupan, berlangsung tidak lama. Penting sekali untuk
penderita sering mengalami penderitaan mengingat bahwa kecemasan bisa muncul
sendiri atau bergabung dengan gejala-gejala mempermudah penderita dalam melakukan
lain dari gangguan emosi . Pada penderita aktivitasnya berkaitan dengan persoalan-
kanker tahap terminal kecemasan memiliki persoalan yang dihadapinya juga merasa
beberapa pengaruh yang sangat merugikan dicintai dan bisa berbagi beban,
antara lain, meningkatkan kejadian insomnia, mengekspresikan perasaan secara terbuka
berkurangnya rasa percaya terhadap dapat membantu dalam menghadapi
kemampuan fisik, dan rendahnya partisipasi permasalahan yang sedang terjadi. Jenis
dalam pengobatan dan menjadi rendahnya dukungan keluarga memiliki beberapa fungsi
kualitas hidup penderita. yaitu dukungan informasional, dukungan
The Psychosocial Collaborative penilaian, dukungan instrumen dan dukungan
Oncology Group (PSYCOG) emosional.
mengidentifikasi gangguan psikiatri pada Berdasarkan survey pendahuluan yang
penderita kanker sebesar 47% yang meliputi dilakukan peneliti pada bulan September
depresi dan ansietas (68%), depresi major 2012 diperoleh data pada tahun 2010 jumlah
(13%), gangguan mental organik (8%), dan penderita kanker serviks yang menjalani
gangguan kepribadian (7%). Efek negatif dari rawat inap 498 orang menempati urutan ke 19
penderita kanker serviks yang depresi dan dari 26 pola penyakit terbanyak penderita
ansietas adalah penderita lebih berisiko tiga rawat inap. Pada tahun 2011 berjumlah
kali lipat menjadi tidak patuh berobat 500penderita rawat inap menempati urutan
dibanding penderita yang tidak depresi. ke 20 dari 30 pola penyakit terbanyak
Penderita yang tidak patuh berobat apalagi penderita rawat inap di Instalasi Rawat Inap
sampai putus pengobatan akan berdampak RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. Pada bulan
buruk bagi kesehatannya bahkan berakibat Januari sampai dengan bulan Juni tahun 2012
kematian, oleh karena itu diperlukan adanya diperoleh data, penderita kanker serviks yang
dukungan keluarga. menjalani rawat inap di Ruang Anggrek 2
Dukungan keluarga adalah bantuan RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta sejumlah 186
yang dapat diberikan kepada anggota orang yang rata rata sudah stadium III dan IV.
keluarga lain berupa barang, jasa, informasi Hasil observasi dan wawancara perawat jaga
dan nasihat yang mampu membuat penerima dan penderita yang menjalani rawat inap
dukungan akan merasa disayang, dihargai, diperoleh data rata- rata penderita mengeluh
dan tenteram.Dukungan ini merupakan sikap, mual, muntah, mengalami kerontokan rambut
tindakan dan penerimaan keluarga terhadap dan susah tidur. Perubahan fisik yang dialami
penderita yang sakit. Anggota keluarga menyebabkan perasaan cemas pada penderita
memandang bahwa orang yang bersifat disamping kemungkinan ketidakberhasilan
mendukung akan selalu siap member pengobatan. Sedangkan hasil wawancara
pertolongan dan bantuan yang diperlukan. dengan keluarga penderita diperoleh data
Dukungan keluarga yang diterima salah satu rata- rata peran keluarga yang mereka berikan
anggota keluarga dari anggota keluarga yang terhadap penderita kanker serviks berupa
lainnya dalam rangka menjalankan fungsi- motivasi, membantu kebutuhan sehari hari
fungsi yang terdapat dalam sebuah dan membantu selama proses pengobatan.
keluarga.Bentuk dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga adalah secara moral atau METODE.
material. Adanya dukungan keluarga akan
Penelitian ini merupakan penelitian
berdampak pada peningkatan rasa percaya
deskriptif korelasi atau penelitian hubungan
diri pada penderita dalam menghadapi proses
antara dua variabel pada suatu situasi atau
pengobatan penyakitnya.
kelompok subyek. Variabel tersebut adalah
Dengan adanya dukungan keluarga
dukungan keluarga sebagai variabel menjalani rawat inap di Ruang Anggrek
independent dan kecemasan pada penderita RSUP DR. Sardjito. 2) Memiliki kesadaran
kanker serviks paliatif sebagai variabel penuh (compos mentis). 3) Berusia diatas
dependent. Desain penelitian yang digunakan delapan belas tahun. 4) Bersedia mengikuti
adalah cross sectional yaitu, suatu penelitian penelitian.
untuk mempelajari dinamika korelasi antara Instrumen yang digunakan dalam
variabel dengan cara pendekatan, observasi penelitian ini adalah menggunakan
atau pengumpulan data sekaligus pada saat kuesioner. Peneliti mengumpulkan data
bersamaan.Penelitian menggunakan secara formal kepada subyek untuk
pendekatan kuantitatif dengan desain menjawab pertanyaan secara tertulis.
deskriptif korelasi. Pertanyaan dalam kuesioner ini terdiri dari
Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik beberapa bagian antara lain tentang data
Penyakit Kandungan dan Ruang Anggrek karakteristik responden yang terdiri dari
Instalasi Rawat Inap I (IRNA I) RSUP.DR. umur, alamat, pendidikan terakhir, pekerjaan
SardjitoYogyakarta yaitu rumah sakit dalam. Untuk mengetahui tingkat kecemasan,
terbesar di Yogyakarta yang ditunjuk yaitu mengukur tingkat kecemasan dengan
pemerintah sebagai rumah sakit rujukan menggunakan Anxiety Visual Analog Scale
untuk kasus paliatif. Jumlah penderita dengan (Anxiety VAS). Dengan menggunakan
kasus kanker serviks di rumah sakit tersebut sebuah garis horizontal yang berupa skala
cenderung meningkat. Penelitian ini sepanjang 10 cm atau 100 mm dengan
dilakukan pada tanggal 1 sd 31 Desembar penilaian dari garis ujung sebelah kiri yang
2012. Populasi terjangkau pada penelitian ini mengindikasikan “tidak ada kecemasan”
adalah semua penderita kanker serviks hingga ujung sebelah kanan yang
paliatif di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta. menyatakan kecemasan luar biasa.
Teknik pengambilan sampling pada Penderita diminta memberi tanda dengan
penelitian ini adalah total sampling. Total garis vertikal pada garis yang
sampling adalah sampel tehnik penentuan menggambarkan perasaan cemas yang
sampel apabila semua anggota populasi dialami saat itu. Davey et al. (2007)
digunakan sebagai sampel.Dalam penelitian melaporkan bahwa Anxiety VAS merupakan
kriteria sampel dapat meliputi kriteria inklusi alat ukur yang cukup reliable untuk
dan kriteria eksklusi,yang mana kriteria digunakan pada pengukuran cemas.
tersebut menentukan dapat atau tidaknya Beberapa studi lainnya menunjukkan
sampel yang akan digunakan.Sampel dalam bahwa Anxiety VAS merupakan alat ukur
penelitian ini adalah penderita yang yang valid dan reliable pada pengukuran
terdiagnosa kanker serviks paliatif (derajat III tingkat kecemasan pada penderita dengan
dan IV) di Poliklinik Penyakit Kandungan gangguan kecemasan dan panik secara
dan penderita yang menjalani rawat inap di umum.Penelitian Chang et al cit Jensen
Ruang Anggrek RSUP DR. Sardjito. Besar (2003) menunjukkan nilai validitas r >
sampel dalam penelitian ini adalah seluruh 0,7.45. ReliabilitasAnxiety VAS sebesar r =
penderita yang di Poliklinik Penyakit 0,78 menggunakan metode test-retest dengan
Kandungan dan penderita yang menjalani selang waktu selama lima menit dan
rawat inap di Ruang Anggrek RSUP DR didapatkan r = 0,75 dengan selang waktu test-
Sardjito selama bulan Desember sejumlah 30 retest selama 1 minggu.kuesioner yang lain
responden. Kriteria inklusi dalam penelitian adalah tentang dukungan keluarga meliputi
ini adalah : 1) Penderita yang terdiagnosa dukungan emosional, dukungan
kanker serviks paliatif yang berobat di penghargaan, dukungan materi dan dukungan
Poliklinik Penyakit Kandungan dan yang informasi. Bentuk instrument adalah
kuesioner yang berupa pertanyaan tertutup.
Kuesioner dukungan keluarga pada penderita
kanker serviks dibuat sendiri oleh peneliti
dengan pengorganisasian terdiri dari empat
domain yaitu: Dukungan Emosional
(Emosional Support, Dukungan Penghargaan
(Apprasial Assistance). Dukungan Materi
(Tangibile Assistance), Dukungan Informasi
(informasi support). Struktur kuesioner pada
domain dukungan materi dibuat berdasar
penelitian dari Pearlin et al. (1990); Given
and Given (1990); Given et al. (2001)
mengenai dukungan pemenuhan kebutuhan
penderita akibat sakit kronis yang terdiri dari
dukungan kebutuhan secara langsung dan
kebutuhan tidak langsung.48,49,50
Pertanyaan untuk dukungan penghargaan
dibuat berdasar petunjuk dari National Health
and Medical Research Council Australia
(2003) mengenai emotional and sosial
support. Struktur kuesioner pada domain
informasi dan dukungan emosional secara
operasional dibuat berdasar definisi teori
yang diadopsi dari instrumen penelitian
sebelumnya dari Hoskins
(1988) dan Kristjanson (1991) pada terdistribusi normal maka uji hipotesis
penelitian Eriksson and Lauri (2000) hubungan menggunakan uji gamma
mengenai informational and emotional correlation (uji nonparametrik) dengan
support for cancer patient’s relaives. tingkat kemaknaan (a) < 0,05 (CI 95%).
Uji validitas kuesioner dukungan
keluarga menggunakan Pearson product HASIL DAN PEMBAHASAN
moment dan di dapatkan hasil r hitung terendah
bernilai 0,098 dan tertinggi 0,769 dengan r
hitung > 0,312 dilakukan pada 40 penderita
kanker serviks paliatif. Uji reliabilitas
menggunakan alpha Cronbach. didapatkan
nilai alpha > 0,878.
Analisis univariat digunakan untuk
mendiskripsikan variabel variabel penelitian
yaitu data demografi responden, dukungan
keluarga dan kecemasan penderita kanker
serviks paliatif di RSUP DR Sardjito
Yogyakarta.Data demografi responden terdiri
dari usia, pekerjaaan dan tingkat pendidikan.
Data demografi dalam bentuk kategorikal
akan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi
dan persentase. Analisa univariat dilakukan
pula untuk data tingkat kecemasan dan
dukungan keluarga.Tingkat kecemasan
dikategorikan menjadi tidak cemas (0-4 mm),
cemas ringan (5-44 mm), cemas sedang (45-
74 mm) dan cemas berat (75-100 mm).
Dukungan keluarga dikategorikan dalam
bentuk ada dukungan buruk (skor 0 sd 7),
dukungan cukup (skor 8 sd 14), dukungan
baik (skor 15 sd 22). Kedua data akan
disajikan dalam bentuk frekuensi dan
persentase.
Analisa bivariat dilakukan untuk
menguji hipotesis hubungan antara dukungan
keluarga (ordinal) dan tingkat kecemasan
penderita (data ordinal). Sebelum dilakukan
uji hubungan dilakukan uji normalitas
terhadap data tersebut. Data tingkat
kecemasan dan dukungan keluarga diuji
normalitas datanya dengan uji Shapiro-Wilk
oleh karena jumlah sampel kurang dari 50
sampel. Didapatkan hasil p = 0,001 untuk
tingkat kecemasan dan p = 0,002untuk data
dukungan keluarga. Kedua data tersebut
kurang dari 0,05 yang berarti data tidak
terdistribusi normal. Datayang tidak
Hasil

Karakteristik Responden.

Tabel 1. Karakteristik responden penelitian, penderita kanker serviks paliatif di Poliklinik


Penyakit Kandungan dan IRNA I, RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta, bulan Desember 2012 (n=30)
No. Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)

1. Usia
19 - 30 th 0 0
31 - 50 th 6 20,0
• - 64 th 16 53,3
> 65 th 8 26,7
2. Pendidikan
Tidak lulus SD 5 16,7
SD 14 46,7
SMP 4 13,3
SMA 5 16,7
Perguruan Tinggi 2 2,7
3. Pekerjaan
Tidak bekerja 2 6,7
Petani 2 6,7
PNS 3 10,0
Wiraswasta 8 26,7
Ibu Rumah tangga 15 50,0
Dari Tabel di atas menunjukkan bahwa responden mayoritas bekerja sebagai ibu
mayoritas usia responden direntang 51 sd 64 rumah tangga (50%).
tahun (53,3%), tingkat pendidikan responden
mayoritas SD 14 orang (46,7%) dan Dukungan Keluarga

Tabel 2. Gambaran dukungan keluarga penderita kanker serviks paliatif, di Poliklinik Penyakit
Kandungan dan IRNA I RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta, bulan Desember 2012 (n=30)
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Dukungan keluarga

buruk 1 3,3
cukup 6 20,0
baik 23 76,7
Tabel di atas menunjukkan mayoritas baik (76,7 %).
dukungan keluarga pada responden adalah Tingkat Kecemasan.
Tabel 3. Gambaran tingkat kecemasan penderita kanker serviks paliatif, di Poliklinik Penyakit
Kandungan dan IRNA I RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta, bulan Desember 2012 (n=30)
Variabel tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase (%)
Tidak cemas 0 0
Cemas ringan 6 20
Cemas sedang 15 50
Cemas berat 9 30

Tabel di atas menunjukkan mayoritas Hubungan antara dukungan keluarga


responden mengalami tingkat kecemasan dengan tingkat kecemasan penderita
sedang (50%) kanker serviks paliatif.

Tabel 4 Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan penderita kanker serviks
paliatif, di Poliklinik Penyakit Kandungan dan IRNA I, RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta,
bulan Desember 2012 (n=30)

tingkat kecemasan _ Kemak- Koefisien


Variabel Ringan (f) Sedang (f) Berat total naan Korelasi (r)
(%) (%) (f)(%) (p)
kategori dukungan 0,001 -1,000
buruk 0 0 1(3,3) 1(3,3)
cukup 0 0 6(20) 6(20)
baik 6(20) 15(50) 2(6,7) 23(76,7)
total 6(20) 15(50) 9(30) 30(100)

Tabel di atas menunjukkan hasil dalam kategori tingkat kecemasan sedang


hubungan antara dukungan keluarga dengan (50%). Berdasarkan uji statistik
tingkat kecemasan penderita kanker serviks menggunakan Gamma Corelation didapatkan
paliatif. Hasil penelitian ini untuk variabel tingkat kemaknaan (p)=0,001 sehingga dapat
dukungan keluarga mayoritas dukungannya disimpulkan terdapat hubungan antara
baik (76,7%) dan variabel tingkat kecemasan dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan penderita kanker serviks paliatif sering terjadi pada perempuan usia 40 sampai
di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. 60 tahun meskipun ada perempuan yang
Koefisien korelasi dalam penelitian ini menderita kanker serviks pada usia 30 tahun.
memiliki nilai -1,000 yang berarti nilai Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
hubungan kedua variabel ini sangat kuat dan yang dilakukan oleh Yunitasari di RSU Dr
berhubungan berbanding terbalik. Kariadi Semarang bahwa usia penderita
kanker mayoritas diatas 50 tahun. Nugrahaeni
Pembahasan dan Salamahdalam sebuah studi kasus di RS
“X” Surabaya juga menemukan bahwa
Karakteristik Responden. mayoritas penderita kanker serviks usianya di
atas 50 tahun.Nadia dalam penelitiannya yang
Usia. dilakukan pada penderita kanker serviks di
RSCM pada tahun 2007 menyimpulkan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
bahwa ada korelasi antara stadium dan usia
mayoritas usia responden 16 orang (53,3%)
penderita kanker serviks artinya semakin
adalah di rentang usia 51-64 tahun.
lanjut usia semakin tinggi stadium kanker
Berdasarkan teori perkembangan kanker
serviks yang terdiagnosis.Ditinjau dari
serviksmenurut Heardman et.al, proses
distribusi usia penderita kanker serviks hasil
terjadinya kanker serviks berhubungan
penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian
dengan proses metaplasia. Sekitar 95% dari
yang dilakukan oleh Oemiyati penderita
kanker serviks adalah sel squamosa yang
kanker serviks di DKI Jakarta mayoritas
mengalami dysplasia. Lesi prakanker biasa
terjadi pada usia produktif yaitu rentang usia
disebut neoplasia intra-epitelial cervical
41 tahun sampai dengan 50 tahun disusul
(CIN) umumnya terjadi pada usia 40 sampai
pada rentang usia 31 tahun 40 tahun.Sesuai
50 tahun. CIN kemudian berkembang
dengan hasil penelitian ini dan penelitian
menjadi karsinoma in-situ dan akhirnya
sebelumnya, terlihat bahwa umumnya
menjadi karsinoma invasif.
penderita ditemukan pada usia diatas 40
Menurut WHO waktu yang dibutuhkan
tahun. Hal tersebut disebabkan karena usia 40
bervariasi dari awal terjadinya infeksi HPV
tahun ke atas merupakan usia yang rentan
menjadi sel kanker. Waktu dari
dengan terjadinya gangguan kesehatan karena
teridentifikasinya karsinoma in-situ biasanya
proses degeneratif.
memerlukan waktu 10-20 tahun untuk
berkembang menjadi karsinoma invasif, hal Tingkat Pendidikan.
ini memungkinkan untuk pengendalian
kanker serviks bisa dilakukan melalui Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
skrining.Secara umum cakupan skrining di mayoritas tingkat pendidikan responden
negara berkembang sangat rendah. Survai adalah SD 14 orang (46,7%) dan responden
berbasis populasi yang dilakukan oleh yang tidak lulus SD ada 5 orang atau 16,7 %.
Gakidou et.al mengindikasikan bahwa Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
cakupan skrining di negara berkembang rata- penelitian Kusumawati yang menyimpulkan
rata 19% sedangkan di negara-negara maju bahwa sebagian besar pasien kanker serviks
mencapai 63%.Menurut estimasi data dari di RSUP Dr Sardjito mempunyai status
WHO cakupan angka pemeriksaan pap smear pendidikan Sekolah Dasar (36,8%) dan tidak
di negara berkembang hanya 5% termasuk di sekolah/tidak tamat SD (31,6%)69. Status
Indonesia.Hasil ini sesuai dengan pendidikan penderita kanker leher rahim
Champbell.et.al dalam faktor resiko kanker umumnya rendah, hal ini berhubungan
serviks, menyatakan bahwa kanker serviks dengan status sosial ekonomi yang rendah.
Status pendidikan yang rendah sangat dilakukan oleh Puspitarini, tentang hubungan
berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap kualitas hidup dengan kebutuhan perawatan
terhadap adanya gejala kanker leher rahim, paliatif pada pasien kanker di RSUP Dr
seperti perdarahan abnormal pervaginam dan Sardjito juga menyatakan 23% penderita
discharge vagina abnormal, hal serupa juga kanker adalah ibu rumah tangga dan 10%
disimpulkan oleh Rauf dan Thamrin, yang sebagai wiraswasta.Hasil penelitian ini
melakukan penelitian pada Januari 2002 menunjukkan bahwa pekerjaan seseorang
sampai Desember 2003 di empat rumah sakit juga menentukan status kesehatan seseorang.
di Makasar dengan 173 responden penderita Siti Musrifah berpendapat ada hubungan
kanker serviks menyatakan bahwa tingkat antara sikap ibu rumah tangga dengan praktik
pendidikan penderita kanker serviks adalah pencegahan penyakit kanker serviks. Dari
SD (45,7%).Tingkat pendidikan seseorang penelitiannya di kota Semarang
akan berpengaruh dalam memberikan respon menyimpulkan bahwa pada ibu rumah tangga
terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang melakukan praktik pencegahan pada
yang berpendidikan tinggi umumnya akan penyakit kanker serviks hanya 33,7% hal ini
memberikan respon yang lebih rasional disebabkan karena kurangnya dukungan
terhadap informasi dan berfikir jauh tentang suami dan dukungan petugas kesehatan.
keuntungan yang diperoleh dari gagasan Dorongan atau dukungan keluarga
tersebut. Tingkat pendidikan juga akan merupakan faktor penting dalam
mempengaruhi kemampuan individu dalam meningkatkan partisipasi wanita dalam
mengontrol hidupnya. Individu termotivasi pencegahan penyakit. Pada masyarakat
untuk memelihara kesehatan dengan lebih tradisional yang masih memegang teguh adat
baik dengan sikap positif dalam hidup dengan suami atau kepala keluarga merupakan
melakukan pemeriksaan kesehatan secara pembuat keputusan segala atas segala
rutin.Tingginya kasus kanker serviks di sesuatu. Suami atau kepala keluarga
Indonesia ini masih tinggi disebabkan karena merupakan seseorang yang memegang
masih rendahnya cakupan angka skrining peranan penting dalam keluarga yang dapat
pencegahan. Hal ini dipengaruhi oleh memberikan dorongan kepada para wanita
beberapa faktor antara lain para wanita untuk membuat keputusan sendiri dalam
Indonesia sering enggan memeriksakan pencegahan penyakit kanker serviks.
kesehatannya karena ketidaktahuan, rasa
malu, rasa takut dan faktor biaya. Hal ini Dukungan Keluarga.
umumnya karena disebabkan oleh rendahnya
tingkat pendidikan dan pengetahuan Hasil penelitian ini menunjukkan 23
penduduk. responden (76,6%) menyatakan dukungan
keluarga baik. Kanker serviks selain potensial
Pekerjaan Responden. memberikan penderitaan bersifat fisik juga
memberikan penderitaan bersifat psikis. Jika
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gangguan fisik dimanifestasikan dalam
mayoritas responden bekerja sebagai ibu bentuk keluhan nyeri, mual, keputihan hingga
rumah tangga (50%). Penelitian ini sesuai perdarahan sampai komplikasi organ maka
dengan hasil penelitian yang dilakukan gangguan psikis bisa dimanifestasikan dalam
Megaputra, tentang gambaran penderita bentuk keluhan depresi, cemas, gugup, dan
kanker serviks di Rumah Sakit Santo perasaan tidak berguna. Mengingat dampak
Borromeus Bandung yang menyatakan kanker serviks diatas maka penderita kanker
bahwa 55% penderita kanker serviks adalah serviks membutuhkan dukungan keluarga.
Ibu Rumah Tangga. Menurut penelitian yang Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan
dan penerimaan keluarga terhadap anggota mengancam kehidupan dan kondisi kesehatan
keluarganya yang sakit. Perhatian dari ternyata ditemukan pengalaman pengalaman
keluarga sangat membantu pemilihan kecemasan, depresi dan masalah emosional
kesehatan keluarganya. Berdasarkan hasil lainnya. Berdasarkan penelitian Barnes et al,
penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa wanita-wanita yang terdiagnosis penyakit
keluarga dalam memberikan dukungan pada kanker serviks menghadapi banyak keputusan
penderita kanker serviks dalam kategori baik keputusan yang sulit. Keputusan sulit untuk
karena masih kentalnya hubungan menerima kenyataan hidup yang terdiagnosa
kekerabatan dalam sebuah keluarga penyakit kanker sehingga menimbulkan
tersebut.Faktor lain adalah keluarga mampu perasaan cemas. Hasil penelitian ini sesuai
melakukan peran dan fungsinya yang dengan studi yang dilakukan oleh De Groot,
senantiasa mendampingi dan menjadi yang menjelaskan bahwa para wanita,
pendukung utama responden selama terutama pada kasus kanker serviks lebih
perawatan penyakitnya.Kesimpulan ini perlu memiliki pengalaman dan perasaan takut
ditindaklanjuti dengan dilakukannya serta kekhawatiran yang lebih besar.
penelitian lebih lanjut dengan responden pada Penelitian lain menjelaskan bahwa terdapat
keluarga penderita mengingat dukungan peningkatan level kecemasan dan depresi
keluarga pada penderita kanker serviks pada wanita-wanita dengan kasus kanker
dengan kecemasan sangat diperlukan serviks, bahkan level distress emosional-nya
terutama aspek dukungan emosional. telah sampai pada fase klinis- patologis.
Ketiadaan dukungan keluarga akan sangat Banyak faktor yang meyebabkan
berpengaruh pada penurunan kualitas hidup penderita kanker serviks mengalami
penderita kanker serviks.Hasil penelitian ini kecemasan. Menurut Lubis, bentuk respon
berbeda dengan hasil penelitian yang emosional yang secara umum muncul pada
dilakukan oleh Wahyuni dan Siburian, yang saat individu terdiagnosa kanker seperti
meneliti tentang Dukungan Keluarga dan kanker serviks adalah penolakan. Pada saat
Harga Diri Pasien Kanker Payudara di RSUP individu mengalami reaksi penolakan maka
H Adam Malik Medan.Penelitian ini individu tidak mudah beradaptasi dengan
mengambil sampel 30 responden didapatkan penyakinya. Akibatnya akan menimbulkan
hasil bahwa 56,7% dukungan keluarga cukup, kecemasan.
36,7% dukungan keluarga baik, dan 6,7% Selain itu penyakit kanker serviks sulit
dukungan kurang. Dalam jurnal penelitiannya untuk dideteksi tanda dan
peneliti tidak menampilkan bentuk domain gejalanya,umumnya terdeteksi pada stadium
masing-masing dukungan keluarga. lanjut ketika tumor sudah menyebar ke organ
lain beberapa penderita mengeluh nyeri
Tingkat Kecemasan. berkemih, haematuria, perdarahan rectum,
atau susah buang air besar. Keluhan-keluhan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tersebut menyebabkan kecemasan. Faktor
hasil tertinggi 15 responden (50%) responden lain yang menyebabkan kecemasan adalah
mengalami tingkat kecemasan sedang. angka untuk sembuh pada penderita kanker
Pengambilan data tingkat kecemasan serviks paliatif relative kecil. Pada penderita
disamping melalui kuesioner peneliti juga kanker serviks sering dijumpai penderita
harus mengamati ekspresi wajah dari dikuasai perasaan tidak berguna, malu, serta
responden untuk mendukung hasil yang kekhawatiran karena merasa menjadi beban
obyektif. Hasil peneltian ini menjelaskan orang lain sehingga menimbulkan perasaan
bahwa pada orang tua/dewasa yang cemas.Teori kecemasan tingkat sedang
berhadapan dengan penyakitpenyakit yang memungkinkan seseorang untuk memusatkan
pada hal-hal penting dan mengesampingkan Hasil penelitian ini untuk variabel
yang lain, sehingga seseorang menjadi dukungan keluarga mayoritas dukungannya
selektif. Setiap individu mempunyai reaksi baik dan variabel tingkat kecemasan sedang
yang berbeda pada kecemasan. Manifestasi sebanyak responden (50%) dengan koefisien
pada tingkat kecemasan ini umumnya adalah korelasi -1,000 dan tingkat kemaknaan p
kelelahan meningkat, ketegangan otot 0,001.Hubungan antara dukungan keluarga
meningkat, bicara cepat dengan volume dengan tingkat kecemasan diuji statistic
tinggi, lahan persepsi menyempit, dengan menggunakan Gamma didapatkan
kemampuan konsentrasi menurun, mudah hasil nilai p value 0,001 (<0,05) maka uji
tersinggung, marah dan menangis. keputusan ini Ho ditolak dan Ha diterima,
Kecemasan pada penderita kanker maknanya ada hubungan antara dukungan
serviks akan meningkat ketika individu keluarga dengan tingkat kecemasan penderita
membayangkan adanya perubahan dalam kanker serviks paliatif. Hasil penelitian ini
hidupnya di masa depan akibat penyakit yang sesuai dengan beberapa teori yang
diderita ataupun proses pengobatannya. berpendapat bahwa penderita kanker serviks
Kecemasan ini akan memberikan dampak membutuhkan dukungan keluarga karena
buruk bagi penderita. Menurut Suharna, dukungan keluarga sangat berpengaruh
dampak dari kecemasan adalah menurunnya terhadap kesehatan mental anggota
kapasitas kognitif seseorang dalam keluarganya yang menderita kanker serviks.
menyelesaikan persoalan yang komplek. Menurut Mubarak terdapat hubungan yang
Sedangkan menurut Romas dan Sharma akan kuat antara keluarga dan status kesehatan
terjadi gangguan terhadap hubungan sosial. anggotanya dimana peran keluarga sangat
Seseorang yang mengalami kecemasan akan penting bagi setiap aspek perawatan
menghindari hal-hal yang membuat dirinya kesehatan anggota keluarga, mulai dari
terancam dan menutup diri terhadap strategi-strategi hingga fase rehabilitasi.
lingkungannya. Sebaliknya penderita yang Menurut De Groot, banyak hasil penelitian
nyaman terhindar dari kecemasan akan yang menunjukkan pengaruh kanker terhadap
mencegah terjadinya penurunan system imun kondisi psikologis pasien yang mengalami
sehingga mempercepat proses kesembuhan. kecemasan, namun pasien-pasien kanker
Adanya perasaan tenang dan nyaman saat yang senantiasa memperoleh dukungan
perawatan tubuh akan menghasilkan hormone keluarga ternyata berhubungan positif dengan
endorphin, yang menyebabkan otot tubuh berkurangnya kecemasan. Dukungan ini
rilek, system imun meningkat, kadar oksigen ternyata membantu perbaikan kesehatan dan
dalam darah naik dan penderita akan hubungannya dengan kualitas kehidupan
mengantuk sehingga bisa beristirahat dengan penderita kanker serviks. Kecemasan pada
tenang. Hormon ini memperkuat system penderita kanker serviks paliatif tidak hanya
kekebelan tubuh untuk melawan infeksi dan dipengaruhi oleh faktor dukungan keluarga
dikenal sebagai morfin tubuh yang semata tetapi banyak faktor yang
menimbulkan efek sensasi yang sehat dan mempengaruhi. Menurut Kaplan dan Sadock,
nyaman. faktor yang menyebabkan kecemasan
dipengaruhi faktor intrinsik dan faktor
Hubungan Antara Dukungan Keluarga ekstrinsik. Faktor intrinsik antara lain faktor
dengan Tingkat Kecemasan usia, pengalaman penderita menjalani
pengobatan, konsep diri dan peran, tingkat
Penderita Kanker Serviks paliatif. social ekonomi, jenis tindakan kemoterapi,
dan komunikasi terapeutik. Faktor ekstrinsik
antara lain faktor kondisi medis, tingkat
pendidikan, akses informasi dan proses kehilangan identitas diri, dan kehilangan
adaptasi.Hal tersebut juga dibuktikan dari kontrol atas tubuhnya sehingga membuat
hasil penelitian ini. Responden menyatakan penderita merasa tidak nyaman menjalani
bahwa mayoritas dukungan keluarga baik perawatan di rumah sakit.
tetapi responden juga merasa kecemasan
dalam kategori sedang. Hasil ini KESIMPULAN DAN SARAN.
kemungkinanada faktor lain yang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mempengaruhi kecemasan tingkat sedang
karakteristik responden usia responden
pada penderita kanker serviks, berhubungan
mayoritas direntang 51 sd 64 tahun,tingkat
dengan faktor usia lanjut, tingkat pendidikaan
pendidikan responden mayoritas adalah SD,
yang rendah atau pekerjaan ibu rumah tangga
mayoritas bekerja sebagai ibu rumah
yang sehari-harinya dihabiskan dengan
tangga.Dukungan keluarga penderita kanker
pekerjaan rumah,mengurus anak dan
serviks paliatif mayoritas baik.Tingkat
suaminya.
kecemasan penderita kanker serviks paliatif
Kecemasan pada penderita kanker
mayoritas mengalami tingkat kecemasan
serviks tidak mutlak dipengaruhi oleh kualitas
sedang. Ada hubungan antara dukungan
dukungan keluarga dibuktikan dengan
keluarga dengan tingkat kecemasan penderita
penelitian tentang kecemasan pada penderita
kanker serviks paliatif di RSUP Dr Sardjito
kanker serviks juga dilakukan oleh Nasution
dengan p value 0,001 (< 0,05)
dan Tanjung, tentang Faktor internal dan
Disarankan bagi perawat agar
Eksternal Kecemasan pada Pasien Kanker
senantiasa meningkatkan pelayanan kepada
Serviks di RSUP H Adam Malik Medan
penderita kanker serviks dengan
dengan 42 responden. Hasil penelitian
memperhatikan kebutuhan bio-psiko-sosio
menunjukkan bahwa kecemasan pasien
dan spiritual melalui pendidikan kesehatan
kanker serviks yang paling besar berdasarkan
dan konseling kepada penderita maupun
faktor internal adalah faktor maturitas, faktor
keluarga. Disarankan bagi institusi
tipe kepribadian dan faktor keadaan fisik.
pendidikan hasil penelitian ini dapat
Faktor eksternal menunjukkan bahwa
digunakan sebagai referensi/sumbangan
kecemasan pasien kanker serviks yang paling
materi bagi mahasiswa agar mahasiswa
besar adalah faktor dukungan sosial dan
memahami tentang dukungan keluarga dan
dukungan keluarga. Menurut De groot,
kecemasan penderita kanker serviks paliatif
menyatakan bahwa profil psikologis
dengan mempelajari materi dukungan dan
penderita kanker seperti kanker serviks yang
kecemasan dalam penelitian ini. Di saran bagi
datang dalam pemeriksaan medis
keluarga mampu senantiasa mengembangkan
menunjukkan tingginya tingkat kecemasan,
diri dalam rangka memberi motivasi kepada
rasa marah dan keterasingan. Perawatan di
anggota keluarganya yang menderita sakit
rumah sakit juga merupakan salah satu faktor
kanker serviks dengan memberikan dukungan
yang mencemaskan bagi pasien.Pada
sesuai dengan materi-materi dukungan
penderita kanker serviks yang menjalani
emosional, dukungan penghargaan,
perawatan di rumah sakit ketika akan
dukungan materi dan dukungan informasi
dilakukan operasi, kemoterapi, radiotherapy
dalam penelitian ini.Disarankan bagi
atau tindakan perawatan yang lainnya, juga
penelitian selanjutnya,penelitian ini dijadikan
sering mengalami kecemasan. Selain itu,
sumber dan bahan pembanding bagi yang
sikap yang tidak personal dari dokter, perawat
berkepentingan untuk melanjutkan penelitian
atau petugas rumah sakit yang lain penderita
yang lebih komplek misalnya penelitian
merasa menjadi obyek pemeriksaan semata.
kualitatiftentang persepsi penderita kanker
Kondisi demikian penderita seringkali merasa
serviks terhadap dukungan keluarga atau Dolan, P., Canavan, J., Pinkerton, J. (2006).
hubungan antara usia, tingkat pendidikan dan Family Support as Reflective Practice.
pekerjaan dengan tingkat kecemasan London : Jessica Kingsley Publishers.
penderita kanker serviks paliatif.
Edianto. (2006). Buku Acuan Onkologi
DAFTAR PUSTAKA Ginekologi. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawihardjo.
Allan H., Goroll. Albert G., Mulley. (2006).
Primary Care Medicine : Office Faull, C., Carter, Y.H., dan Daniels, L.
Evaluation and Management of the (2007). Handbook of PalliativeCare,
Adult Patient, Philadelphia : Lippincot Second Edition. Victoria: Blackwell
Williams & Wilkins. Science.

Friedman, M.M. (1998). Family Nursing:


Aziz, M.F. (2006). Masalah pada Kanker
Serviks. Cermin Dunia Kedokteran, vol Theory and Practice. Keperawatan
keluarga Teori dan praktek. Alih bahasa
133; 5-7.
Asy dan Debora. Jakarta:EGC.
Barnes, J., Kroll, L., Lee, J., Burke, O., Jones,
Gakidau.E.,Nordagen,S.,Obermeyer,Z.
A., & Stein, A. (2002). Factors
Predicting Communication about the (2008). Coverege of Cervical Cancer
Diagnosis of Maternal Breast Cancer to Screening in 57 Countries : Low average
level and large inequalities. Plos Med
Children. Journal of Psychosomatic
5(6) 0863:0868.
Research, 52, 209 - 214.

Baradero, M., Dayrit, M.W., Siswandi, Y. Heardman,et al. (2006). Palliative Care For
Women With Cervical Cancer.Engender
(2008). Seri Asuhan Keperawatan Klien
Kanker. Jakarta : EGC. Health : New York.

Berger., Ann M., Portenoy., Russel K., Hidayat,AA.(2003). Riset Keperawatan dan
Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta;
Weissman., David E. (2002). Principles
Salemba Medika.
and Practice of Palliative Care and
Supportive Oncology 2nd edition.
Hawari,D. (2001). Manejemen stress,cemas
Lippincott Williams & Wilkins
dan depresi.Jakarta; FKUI.
Publishers.
Colegrave, S., Holcombe, C., & Salmon, P.
IP Suiroka. (2012). Penyakit Degenaratif .
(2001) . Psychological Characteristics of
Yogyakarta : Nuha Medika.
Women Presenting with Breast Pain.
Journal of Psychosomatic Research, 50, Jenkins, J.H.,Garcia, J.I.R., Chang, C.L.,
303 - 307. Young, J.S., Lopez, S.R. Family (2006).
Support Predicts Psichiatric Medication
De Groot, Janet M. (2002) The Complexity of
Usage Among Mexican American
the Role of Social Support in Relation to
Individuals with Schizophrenia. Social
the Psychological Distress Associated
Psyciatry and Psychiatric Epidemology.
with Cancer, Journal of Psychosomatic
Research, 52, 277 - 278. Jong, W. D. (2005). Kanker, Apakah Itu?.
Jakarta: Arcan.
Departemen Kesehatan RI.(2008).
Penanggulangan Kanker Serviks Kaplan, H.I., Sadock, J.B., Grebb, J.A.(1997).
dengan Vaksin HPV.Jakarta: Depkes RI.
Synopsis Psikiatri edisi 7. Jakarta: Bina Suharnan. (2005). Psikologi Kognitif .Jakarta
Rupa Aksara. :Erlangga.

Kolva, et al.(2011). Anxiety in Terminally Ill Sukardja I. (2000).Onkologi Klinik. Surabaya


Cancer Patients .Journal of Pain and : Penerbit Airlangga University Press.
Symptom Management 42(5):691-701.
Soepardiman HM. (2002). Deteksi Dini
Lubis. (2009). Gambaran Psikologis Pasien Kanker. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
yang Pertama Kali Terdiagnosa Kanker
Serviks. http://unair respiratory.ac.id/ Stuart dan Sundeen.(2006). Keperawatan
pdf.Lubis. diakses tanggal 3 Desember Jiwa. Jakarta:EGC..
2012
Taylor, S.E. (1995). Health Psychology 3rd
Megaputra A. (2011). Gambaran Penderita Edition. Singapore : Mc.Graw Hill.
Kanker Serviks di Rumah Sakit Santo
Triharini. (2009). Hubungan pelaksanaan
Borromeus Bandung.Skripsi, tidak
paket edukasi dengan keluhan fisik
dipublikasikan.
danpsikologis pada pasien kanker
serviks yang menjalani kemoterapi di
Mubarak, W.I. dkk. (2009). Ilmu
RSU
Keperawatan Komunitas Konsep dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
Dr.Soetomo Surabaya. http://
www.digilib.ui.ac.id/bab II/
Musrifah S. (2011). Hubungan
download/pdf. Diakses tanggal 2
Karakteristik,Pengetahuan dan Sikap Ibu
Oktober 2012
Rumah Tangga dengan Praktik Pencegahan
Kanker Leher Rahim di Kelurahan Wahyuni S,Siburian C. (2012). Dukungan
Padangsari Kecamatan Banyumanik Kota Keluarga dan Harga Diri Pasien Kanker
Semarang. Skripsi, Tidak dipublikasikan Payudara di RSUP H Adam Malik
Notoatmodjo,S. (2003). Promosi Kesehatan, Medan. Jurnal FK. UNSU.
Teorinya dan Aplikas. Jakarta:Rineka Cipta.
Waggoner, S.E.(2003). Cervical Cancer. The
Pradjatmo, H. (2000). Pengaruh derajat dan Lancet,.361:2217-2225.
jenis histopatologik karsinoma serviks
uteri terhadap kemampuan hidup WHO. (2008). Global Health Indicator.
penderita. Berita Berkala Ilmu Aviabel, Http:// www.who.int/whosis /
Kedokteran. 32 (2): 111-118.

Puspitarini Z. (2009). Hubungan Kualitas


Hidup dengan Kebutuhan Perawatan

Palliative pada Pasien Kanker di RSUP Dr


Sardjito. Skripsi, tidak dipubilkasikan.

Ramli. (2000). Deteksi Dini Kanker. Jakarta:


FKUI.

Rasjidi.(2007). Vaksin Human Papilloma


Virus dan Eradikasi Kanker Mulut
Rahim. Jakarta: Seagung Seto.
2008/en/index.html, diakses tanggal 15 januari 2013.

Wilson, KG., et al. (2007). Depression and anxiety disorders in palliative cancer care. Journal of
P ain Symptom Manage 33:118-129.

Yani, I.D. (2007). Pengalaman Hidup Klien Kanker Serviks di Bandung. Skripsi, tidak
dipublikasikan.

Yunitasari LN. (2007). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan pada Pasien
Pasca Didiagnosa Kanker di RSU Dr Kariadi Semarang. Skripsi,tidak dipubilkasikan .
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT
KECEMASAN PENDERITA KANKER SERVIKS PALIATIF DI RSUP DR
SARDJITO YOGYAKARTA

Relationship between family support and anxiety level on palliative cervix cancer patients
in RSUP Dr Sardjito Yogyakarta

Dwi Susilawati
Departemen Keperawatan Maternitas Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas
Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang 50275, Indonesia
email: suziebima@gmail.com

ABSTRAK

Kanker serviks adalah kanker yang menyerang uterus yaitu bagian serviks uterus atau leher rahim,
merupakan penyakit keganasan yang paling banyak ditemukan pada perempuan. Di Indonesia prevalensi
kanker serviks 4, 3 per 1000 penduduk. Prevalensi tertinggi di Yogyakarta 9, 6 per 1000 penduduk. Angka
harapan kesembuhan penderita kanker serviks stadium paliatif adalah kecil, penderita sering mengalami
penderitaan fisik dan psikososial sehingga menimbulkan kecemasan. Penderita kanker serviks memerlukan
dukungan keluarga. Bentuk dukungan keluarga berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan,
dukungan materi dan dukungan informasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan penderita kanker serviks. Penelitian ini adalah deskriptif
korelatif dengan rancangan crossectional. Data diperoleh dengan cara responden mengisi kuesioner. Sampel
penelitian yaitu penderita kanker serviks paliatif di Poliklinik Penyakit Kandungan dan IRNA (Anggrek I)
RSUP Dr Sardjito dan memenuhi kriteria inklusi. Data hubungan dianalisis dengan menggunakan Gamma
Corelation. Terdapat hubungan yang kuat antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan penderita
kanker serviks paliatif (r) -1,000. Perawat senantiasa meningkatkan pelayanan kepada penderita kanker
serviks dengan memperhatikan kebutuhan bio-psiko-sosio dan spiritual melalui pendidikan kesehatan dan
konseling kepada penderita maupun keluarga.

Kata kunci: dukungan keluarga, tingkat kecemasan, kanker serviks.

ABSTRACT

Cervical cancer attacks the part of uterus or cervix which is the most common cancer in women. In
Indonesia, cervical carcinoma prevalence is 4.3 per citizen. Moreover the highestprevalence in Yogyakarta
is approximately 9.6per citizen. Life expectation rate of cervical cancer in palliative stadium is low since
patient usually suffers from physical and psychosocial disruption. Family support such as emotional,
appraisal, material and information support is requiredfor cervical cancerpatient. To conduct correlation
between family support and level of anxiety in cervical cancer patient. This was correlation descriptive
research with cross sectional design. Data were obtained by respondent which occupy questionnaire. Sample
was cervical carcinoma patient in palliative stadium in Polyclinic of Obstetric & Gynecology and Patient
Room I of CDS Ward (Anggrek I) which fulfill inclusion criteria. Data were analyzed by Gamma Correlation.
The result showed that there was significant correlation between family support and anxiety level of cervical
cancer patient in palliative stadium (r) -1,000. Nurse should increase their caring and occupy attention in
order to fulfill cervical cancer patient’s bio-psycho-sosio and spiritual needs through health education and
patient/family counseling.

Keywords: Family support, anxiety level, cervical cancers

LATAR BELAKANG jaringan tubuh yang berubah menjadi sel


kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel
Kanker adalah penyakit akibat kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh
pertumbuhan tidak normal dari sel-sel lainnya sehingga dapat menyebabkan
kematian (Allan et al. 2006; Schiffman et al. serviks sebanyak 100 kasus per 100 ribu
2007). Kanker adalah sekelompok penyakit penduduk atau 200 ribu kasus setiap
yang dicirikan dengan pertumbuhan dan tahunnya. Penyakit kanker merupakan
penyebaran sel tidak terkontrol dan sel yang penyebab kematian nomor 7 (5, 7%) (BPPK,
abnormal. Salah satu jenis penyakit kanker 2008) dan pada tahun 2011 prevalensi kanker
adalah kanker serviks. di Indonesia adalah 4, 3 per 1000 penduduk,
Kanker serviks adalah kanker yang artinya dari setiap 1000 orang Indonesia
menyerang uterus, yaitu pada bagian serviks sekitar 4 orang di antaranya menderita
uterus (leher rahim), suatu daerah pada organ kanker. Prevalensi kanker tertinggi di
reproduksi perempuan yang merupakan pintu Indonesia dilaporkan di Provinsi Daerah
masuk ke arah rahim (uterus) yang terletak Istimewa Yogyakarta (DIY) yaitu 9,6 per
antara rahim dengan liang senggama (vagina) 1000 penduduk.Penyebab kanker serviks
atau rahim bagian bawah. Kanker serviks Sebagian besar (95%) berasal dari
(leher rahim) adalah penyakit keganasan lingkungan berupa virus human papilloma
yang paling banyak ditemukan pada virus (HPV), sementara 5% lainnya adalah
perempuan yang dapat berdampak terhadap faktor keturunan.
fisik, mental dan sosial, bahkan kematian Human Papiloma Virus (HPV)
penderitanya. Kondisi demikian sangat merupakan faktor inisiator dari kanker
merugikan sehingga tidak berlebihan apabila serviks yang dapat menyebabkan terjadinya
dikatakan bahwa Cancer is a public health gangguan sel serviks. Oncoprotein E6 dan E7
problem" (Allan et al. 2006; Schiffman et al. yang berasal dari HPV merupakan penyebab
2007). terjadinya degenerasi keganasan (Schiffman
Kanker serviks adalah jenis kanker et al. 2007). Oncoprotein E6 akan mengikat
kedua setelah kanker payudara yang paling p53 sehingga TSG p53 akan kehilangan
umum diderita oleh perempuan dan fungsinya. Sedangkan oncoprotein E7 akan
diperkirakan pada tahun 2006 ada sekitar 1,4 mengikat TSG Rb, ikatan ini menyebabkan
juta penderita di seluruh dunia. Setiap tahun, terlepasnya E2F, E2F merupakan faktor
terjadi lebih dari 460.000 kasus kanker transkripsi sehingga siklus sel berjalan tanpa
serviks dan sekitar 231.000 penderita control. Viru s HPV ditularkan melalui
meninggal karena penyakit tersebut dan hubungan seksual. Perempuan dapat tertular
hampir 80% kasus berada di negara-negara dari mitra seksualnya dan laki-laki juga dapat
yang sedang berkembang (Aziz, 2007). terjangkit infeksi virus setelah berhubungan
Menurut badan registrasi kanker Ikatan dengan perempuan yang terinfeksi HPV, oleh
Dokter Ahli Patologi Indonesia (IDAPI), karena itu penyakit kanker serviks sering
pada tahun 2008 dari data di 13 rumah sakit disebut penyakit akibat hubungan seksual
pemerintah di Indonesia, kanker leher (Schiffman et al. 2007).
rahim(serviks) bahkan menduduki peringkat Kanker serviks terdiri dari stadium I, II,
pertama dari seluruh kasus kanker (17,2%), III dan stadium IV. Stadium I invasive kanker
diikuti kanker payudara (12,2%). Kejadian masih terbatas serviks, stadium II invasive
kanker serviks di negara negara maj u mulai kanker telah menembus serviks tetapi belum
menurun disebabkan oleh meningkatnya menembus dinding pelvis atau sepertiga
kesadaran untuk deteksi dini dan bawah vagina. Kanker pada stadium III telah
penatalaksanaan yang adekuat bila dijumpai mengalami perluasan lokal dan regional,
kelainan pada serviks. sedangkan pada stase IV, kanker mengalami
Menurut data Departemen Kesehatan metastasis yang sangat meluas (Pradjatmo
Republik Indonesia ditemukan kanker 2000; Gakidau et al. 2008). Penderita kanker
serviks yang memiliki stadium penyakit III gangguan peran, adanya ketergantungan,
dan IV memiliki prognosis yang buruk atau kehilangan kontrol dan kehilangan
dapat disebut dengan kanker paliatif. Kanker produktifitas (Pradjatmo 2000; Gakidau et al.
paliatif adalah istilah perawatan untuk kanker 2008) .
stadium terminal. Stadium terminal pada Penderita yang mengetahui dirinya
kanker secara umum terjadi pada tahap mengidap kanker serviks biasanya akan
lanjutan, telah menyebar jauh dan merusak mengalami kecemasan dan merasa cepat
berbagai macam organ dari fungsinya, akan mati dalam keadaan yang menyedihkan.
bermetastase, menyebabkan kondisi lemah Kecemasan adalah kondisi kejiwaan yang
secara umum (Pradjatmo 2000; Gakidau et al. penuh dengan kekhawatiran atau ketegangan
2008). terhadap suatu ancaman yang sumbernya
Angka harapan kesembuhan penderita tidak diketahui, bersifat internal, samar-
kanker serviks stadium III dan IV sangat samar dan konfliktual. Emosi seperti sedih
kecil, karenaberakibat serius pada kehidupan, dan sakit umumnya akan hilang dengan
penderita sering mengalami penderitaan hilangnya penyebab, namun tidak dengan
fisik, psikososial dan berbagai masalah lain kecemasan.Kecemasan merupakan reaksi
bahkan kematian penderitanya. Pengobatan normal terhadap situasi yang sangat menekan
mungkin terus dilakukan tetapi bukan untuk kehidupan seseorang dan karena itu
mengobati penyakitnya melainkan hanya berlangsung tidak lama. Penting sekali untuk
untuk mengurangi atau menghilangkan mengingat bahwa kecemasan bisa muncul
gejalanya. Makin lanjut stadiumnya akan sendiri atau bergabung dengan gejala-gejala
memberikan penderitaan yang makin berat. lain dari gangguan emosi. Pada penderita
Penderitaan itu tidak saja dirasakan oleh kanker tahap terminal kecemasan memiliki
penderita sendiri, tetapi juga keluarganya. beberapa pengaruh yang sangat merugikan
Masalah fisik yang terjadi pada penderita antara lain, meningkatkan kejadian insomnia,
kanker serviks adalah adanya nyeri, berkurangnya rasa percaya terhadap
perubahan warna kulit dan konstipasi. kemampuan fisik, dan rendahnya partisipasi
Apabila kanker serviks sudah mengalami dalam pengobatan dan menjadi rendahnya
progresivitas atau stadium lanjut, maka kualitas hidup penderita (Pradjatmo 2000;
gejala-gejala yang timbul antara lain Gakidau et al. 2008).
perdarahan setelah melakukan hubungan The Psychosocial Collaborative
seksual, perdarahan spontan yang terjadi di Oncology Group (PSYCOG)
antara periode menstruasi rutin, timbulnya mengidentifikasi gangguan psikiatri pada
keputihan yang bercampur darah dan berbau, penderita kanker sebesar 47% yang meliputi
nyeri panggul dan gangguan atau bahkan depresi dan ansietas (68%), depresi major
tidak bisa buang air kecil, nyeri ketika (13%), gangguan mental organik (8%), dan
berhubungan seksual (Allan et al. 2006; gangguan kepribadian (7%). Efek negatif dari
Schiffman et al. penderita kanker serviks yang depresi dan
2007) . Selain permasalahan fisik, penderita ansietas adalah penderita lebih berisiko tiga
kanker serviks sering mengalami masalah kali lipat menjadi tidak patuh berobat
psikologi karena diagnosa kanker serviks dibanding penderita yang tidak depresi.
merupakan salah satu peristiwa paling Penderita yang tidak patuh berobat apalagi
menakutkan yang menyebabkan kecemasan sampai putus pengobatan akan berdampak
baik bagi penderita maupun keluarga . buruk bagi kesehatannya bahkan berakibat
Masalah sosial yang sering muncul pada kematian, oleh karena itu diperlukan adanya
penderita kanker serviks adalah isolasi sosial, dukungan keluarga.
Dukungan keluarga adalah bantuan diperoleh data, penderita kanker serviks yang
yang dapat diberikan kepada anggota menjalani rawat inap di Ruang Anggrek 2
keluarga lain berupa barang, jasa, informasi RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta sejumlah 186
dan nasihat yang mampu membuat penerima orang yang rata rata sudah stadium III dan IV.
dukungan akan merasa disayang, dihargai, Hasil observasi dan wawancara perawat jaga
dan tenteram.Dukungan ini merupakan sikap, dan penderita yang menjalani rawat inap
tindakan dan penerimaan keluarga terhadap diperoleh data rata- rata penderita mengeluh
penderita yang sakit. Anggota keluarga mual, muntah, mengalami kerontokan
memandang bahwa orang yang bersifat rambut dan susah tidur. Perubahan fisik yang
mendukung akan selalu siap member dialami menyebabkan perasaan cemas pada
pertolongan dan bantuan yang diperlukan. penderita disamping kemungkinan
Dukungan keluarga yang diterima salah satu ketidakberhasilan pengobatan. Sedangkan
anggota keluarga dari anggota keluarga yang hasil wawancara dengan keluarga penderita
lainnya dalam rangka menjalankan fungsi- diperoleh data rata- rata peran keluarga yang
fungsi yang terdapat dalam sebuah keluarga. mereka berikan terhadap penderita kanker
Bentuk dukungan keluarga terhadap anggota serviks berupa motivasi, membantu
keluarga adalah secara moral atau material. kebutuhan sehari hari dan membantu selama
Adanya dukungan keluarga akan berdampak proses pengobatan.
pada peningkatan rasa percaya diri pada
METODE
penderita dalam menghadapi proses
pengobatan penyakitnya (Pradjatmo 2000;
Penelitian ini merupakan penelitian
Gakidau et al. 2008). Dengan adanya
deskriptif korelasi atau penelitian hubungan
dukungan keluarga mempermudah penderita
antara dua variabel pada suatu situasi atau
dalam melakukan aktivitasnya berkaitan
kelompok subyek. Variabel tersebut adalah
dengan persoalan-persoalan yang
dukungan keluarga sebagai variabel
dihadapinya juga merasa dicintai dan bisa
independent dan kecemasan pada penderita
berbagi beban, mengekspresikan perasaan
kanker serviks paliatif sebagai variabel
secara terbuka dapat membantu dalam
dependent. Desain penelitian yang digunakan
menghadapi permasalahan yang sedang
adalah cross sectional yaitu, suatu penelitian
terjadi. Jenis dukungan keluarga memiliki
untuk mempelajari dinamika korelasi antara
beberapa fingsi yaitu dukungan
variabel dengan cara pendekatan, observasi
informasional, dukungan penilaian,
atau pengumpulan data sekaligus pada saat
dukungan instrumen dan dukungan
bersamaan.Penelitian menggunakan
emosional.
pendekatan kuantitatif dengan desain
Berdasarkan survey pendahuluan yang
deskriptif korelasi.
dilakukan peneliti pada bulan September
Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik
2012 diperoleh data pada tahun 2010 jumlah
Penyakit Kandungan dan Ruang Anggrek
penderita kanker serviks yang menjalani
Instalasi Rawat Inap I (IRNA I) RSUP.DR.
rawat inap 498 orang menempati urutan ke
SardjitoYogyakarta yaitu rumah sakit
19 dari 26 pola penyakit terbanyak penderita
terbesar di Yogyakarta yang ditunjuk
rawat inap. Pada tahun 2011 berjumlah 500
pemerintah sebagai rumah sakit rujukan
penderita rawat inap menempati urutan ke
untuk kasus paliatif. Jumlah penderita dengan
20 dari 30 pola penyakit terbanyak penderita
kasus kanker serviks di rumah sakit tersebut
rawat inap di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr
cenderung meningkat. Penelitian ini
Sardjito Yogyakarta. Pada bulan Januari
dilakukan pada tanggal 1 sd 31 Desembar
sampai dengan bulan Juni tahun 2012
2012. Populasi terjangkau pada penelitian ini
adalah semua penderita kanker serviks mengindikasikan “tidak ada kecemasan”
paliatif di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta. hingga ujung sebelah kanan yang
Teknik pengambilan sampling pada menyatakan kecemasan luar biasa. Penderita
penelitian ini adalah total sampling. Total diminta memberi tanda dengan garis vertikal
sampling adalah sampel tehnik penentuan pada garis yang menggambarkan perasaan
sampel apabila semua anggota populasi cemas yang dialami saat itu. Davey et al.
digunakan sebagai sampel.Dalam penelitian (2007) melaporkan bahwa Anxiety VAS
kriteria sampel dapat meliputi kriteria inklusi merupakan alat ukur yang cukup reliable
dan kriteria eksklusi,yang mana kriteria untuk digunakan pada pengukuran cemas.
tersebut menentukan dapat atau tidaknya Beberapa studi lainnya menunjukkan
sampel yang akan digunakan. Sampel dalam bahwa Anxiety VAS merupakan alat ukur
penelitian ini adalah penderita yang yang valid dan reliable pada pengukuran
terdiagnosa kanker serviks paliatif (derajat III tingkat kecemasan pada penderita dengan
dan IV) di Poliklinik Penyakit Kandungan gangguan kecemasan dan panik secara
dan penderita yang menjalani rawat inap di umum. Penelitian Chang et al cit Jensen
Ruang Anggrek RSUP DR. Sardjito. Besar (2003) menunjukkan nilai validitas r >
sampel dalam penelitian ini adalah seluruh 0,7.45. Reliabilitas Anxiety VAS sebesar r =
penderita yang di Poliklinik Penyakit 0,78 menggunakan metode test-retest dengan
Kandungan dan penderita yang menjalani selang waktu selama lima menit dan
rawat inap di Ruang Anggrek RSUP DR didapatkan r = 0,75 dengan selang waktu test-
Sardjito selama bulan Desember sejumlah 30 retest selama 1 minggu.kuesioner yang lain
responden. Kriteria inklusi dalam penelitian adalah tentang dukungan keluarga meliputi
ini adalah : 1) Penderita yang terdiagnosa dukungan emosional, dukungan
kanker serviks paliatif yang berobat di penghargaan, dukungan materi dan dukungan
Poliklinik Penyakit Kandungan dan yang informasi. Bentuk instrument adalah
menjalani rawat inap di Ruang Anggrek kuesioner yang berupa pertanyaan tertutup .
RSUP DR. Sardjito. 2) Memiliki kesadaran Kuesioner dukungan keluarga pada penderita
penuh (compos mentis). 3) Berusia diatas kanker serviks dibuat sendiri oleh peneliti
delapan belas tahun. 4) Bersedia mengikuti dengan pengorganisasian terdiri dari empat
penelitian. domain yaitu: Dukungan Emosional
Instrumen yang digunakan dalam (Emosional Support, Dukungan Penghargaan
penelitian ini adalah menggunakan (Apprasial Assistance). Dukungan Materi
kuesioner. Peneliti mengumpulkan data (Tangibile Assistance), Dukungan Informasi
secara formal kepada subyek untuk (informasi support). Struktur kuesioner pada
menjawab pertanyaan secara tertulis. domain dukungan materi dibuat berdasar
Pertanyaan dalam kuesioner ini terdiri dari penelitian dari Pearlin et al. (1990); Given
beberapa bagian antara lain tentang data and Given (1990); Given et al. (200 1)
karakteristik responden yang terdiri dari mengenai dukungan pemenuhan kebutuhan
umur, alamat, pendidikan terakhir, pekerjaan penderita akibat sakit kronis yang terdiri dari
dalam. Untuk mengetahui tingkat kecemasan, dukungan kebutuhan secara langsung dan
yaitu mengukur tingkat kecemasan dengan kebutuhan tidak langsung.48,49,50
menggunakan Anxiety Visual Analog Scale Pertanyaan untuk dukungan penghargaan
(Anxiety VAS). Dengan menggunakan dibuat berdasar petunjuk dari National Health
sebuah garis horizontal yang berupa skala and Medical Research Council Australia
sepanjang 10 cm atau 100 mm dengan (2003) mengenai emotional and sosial
penilaian dari garis ujung sebelah kiri yang support.Struktur kuesioner pada domain
informasi dan dukungan emosional secara cemas berat (75-100 mm). Dukungan
operasional dibuat berdasar definisi teori keluarga dikategorikan dalam bentuk ada
yang diadopsi dari instrumen penelitian dukungan buruk (skor 0 - 7), dukungan cukup
sebelumnya dari Hoskins (1988) dan Kristj (skor 8-14), dukungan baik (skor 15 - 22).
anson (1991) pada penelitian Eriksson and Kedua data akan disajikan dalam bentuk
Lauri (2000) mengenai informational and frekuensi dan persentase.
emotional support for cancer patient’s Analisa bivariat dilakukan untuk
relaives. menguji hipotesis hubungan antara dukungan
Uji validitas kuesioner dukungan keluarga (ordinal) dan tingkat kecemasan
keluarga menggunakan Pearson product penderita (data ordinal). Sebelum dilakukan
moment dan di dapatkan hasil r h terendah uji hubungan dilakukan uji normalitas
bernilai 0,098 dan tertinggi 0,769 dengan r terhadap data tersebut. Data tingkat
hitung > 0,312 dilakukan pada 40 penderita kecemasan dan dukungan keluarga diuji
kanker serviks paliatif. Uji reliabilitas normalitas datanya dengan uji Shapiro-Wilk
menggunakan Alpha Cronbach didapatkan oleh karena jumlah sampel kurang dari 50
nilai alpha > 0,878. Analisis univariat sampel. Didapatkan hasil p = 0,001 untuk
digunakan untuk mendiskripsikan variabel tingkat kecemasan dan p = 0,002untuk data
variabel penelitian yaitu data demografi dukungan keluarga. Kedua data tersebut
responden, dukungan keluarga dan kurang dari 0,05 yang berarti data tidak
kecemasan penderita kanker serviks paliatif terdistribusi normal. Datayang tidak
di RSUP DR Sardjito Yogyakarta. Data terdistribusi normal maka uji hipotesis
demografi responden terdiri dari usia, hubungan menggunakan uji gamma
pekerjaaan dan tingkat pendidikan. Data correlation (uji non parametrik) dengan
demografi dalam bentuk kategorikal akan tingkat kemaknaan (a) < 0,05 (CI 95%).
disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
persentase. Analisa univariat dilakukan pula
untuk data tingkat kecemasan dan dukungan
Hasil
keluarga. Tingkat kecemasan dikategorikan
menjadi tidak cemas (0-4 mm), cemas ringan Karakteristik Responden
(5-44 mm), cemas sedang (4574 mm) dan

Tabel 1 Karakteristik responden penelitian, penderita kanker serviks paliatif di Poliklinik


Penyakit
Kandungan dan IRNA I, RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta, bulan Desember 2012 (n=30)

No. Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)


1. Usia
19 - 30 th 0 0
31 - 50 th 6 20,0
• - 64 th 16 53,3
> 65 th 8 26,7
2. Pendidikan
Tidak lulus SD 5 16,7
SD 14 46,7
SMP 4 13,3
SMA 5 16,7
Perguruan Tinggi 2 2,7
3. Pekerjaan
Tidak bekerja 2 6,7
Petani 2 6,7
PNS 3 10,0
Wiraswasta 8 26,7
Ibu Rumah tangga 15 50,0

Dari Tabel di atas menunjukkan bahwa Tidak cemas 0 0


mayoritas usia responden direntang 51 sd 64 Cemas ringan 6 20
tahun (53,3%), tingkat pendidikan responden Cemas sedang 15 50
Cemas berat 9 30
mayoritas SD 14 orang (46,7%) dan
responden mayoritas bekerja sebagai ibu Tabel di atas menunjukkan mayoritas
rumah tangga (50%). responden mengalami tingkat kecemasan
Dukungan Keluarga sedang (50%)

Tabel 2 Gambaran dukungan keluarga Hubungan antara dukungan keluarga


penderita kanker serviks paliatif, di dengan tingkat kecemasan penderita
Poliklinik Penyakit Kandungan
kanker serviks paliatif.
dan IRNA I RSUP. Dr. Sardjito
Yogyakarta, bulan Desember 2012
Tabel 4. menunjukkan hasil hubungan
(n=30)
antara dukungan keluarga dengan tingkat
Variabel Frekuensi kecemasan penderita kanker serviks paliatif.
Persentase (%)
Hasil penelitian ini untuk variabel dukungan
Dukungan keluarga keluarga mayoritas dukungannya baik
Buruk 1 3,3 (76,7%) dan variabel tingkat kecemasan
Cukup 6 20,0 dalam kategori tingkat kecemasan sedang
Baik 23 76,7
(50%). Berdasarkan uji statistik menggunakan
Tingkat Kecemasan. Gamma Corelation didapatkan tingkat
kemaknaan (p) = 0,001 sehingga dapat
Tabel 3. Gambaran tingkat kecemasan disimpulkan terdapat hubungan antara
penderita kanker serviks paliatif, di dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan
Poliklinik Penyakit Kandungan penderita kanker serviks paliatif di RSUP Dr
dan IRNA I RSUP. Dr. Sardjito Sardjito Yogyakarta. Koefisien korelasi
Yogyakarta, bulan Desember 2012 dalam penelitian ini memiliki nilai - 1,000
(n=30) yang berarti nilai hubungan kedua variabel ini
Variabel Tingkat Frekuensi Persentase sangat kuat dan berhubungan berbanding
Kecemasan (%) terbalik.

Tabel 4. Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan penderita kanker serviks paliatif,
di Poliklinik Penyakit Kandungan dan IRNA I, RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta, bulan
Desember 2012 (n=30).
Tingkat Kecemasan Kemaknaan Koefisien
Variabel Ringan (F) Sedang (F) Berat Total (P) Korelasi (R)
(%) (%) (F)(%)
Kategori 0,001 -1,000
dukungan
Buruk 0 0 1(3,3) 1(3,3)
Cukup 0 0 6(20) 6(20)
Baik 6(20) 15(50) 2(6,7) 23(76,7)

Total 6(20) 15(50) 9(30) 30(100)

Pembahasan penelitian yang dilakukan oleh Yunitasari di


Karakteristik Responden RSU Dr Kariadi Semarang bahwa usia
Usia penderita kanker mayoritas diatas 50 tahun.
Nugrahaeni dan Salamah dalam sebuah studi
Hasil penelitian ini menunjukkan kasus di RS “X” Surabaya juga menemukan
bahwa mayoritas usia responden 1 6 orang bahwa mayoritas penderita kanker serviks
(53,3%)adalah di rentang usia 51-64 tahun. usianya di atas 50 tahun. Nadia dalam
Berdasarkan teori perkembangan kanker penelitiannya yang dilakukan pada penderita
serviksmenurut Heardman et.al, proses kanker serviks di RSCM pada tahun 2007
terjadinya kanker serviks berhubungan menyimpulkan bahwa ada korelasi antara
dengan proses metaplasia.59 Sekitar 95% stadium dan usia penderita kanker serviks
dari kanker serviks adalah sel squamosa yang artinya semakin lanjut usia semakin tinggi
mengalami dysplasia. Lesi prakanker biasa stadium kanker serviks yang terdiagnosis.
disebut neoplasia intra-epitelial cervical Ditinjau dari distribusi usia penderita kanker
(CIN) umumnya terjadi pada usia 40 sampai serviks hasil penelitian ini berbeda dengan
50 tahun. CIN kemudian berkembang hasil penelitian yang dilakukan oleh
menjadi karsinoma in-situ dan akhirnya Oemiyati penderita kanker serviks di DKI
menjadi karsinoma invasif. Jakarta mayoritas terjadi pada usia produktif
Menurut WHO, waktu yang dibutuhkan yaitu rentang usia 41 tahun sampai dengan 50
bervariasai dari awal terjadinya infeksi HPV tahun disusul pada rentang usia 31 tahun 40
menj adi sel kanker. Waktu dari tahun.Sesuai dengan hasil penelitian ini dan
teridentifikasinya karsinoma in-situ biasanya penelitian sebelumnya, terlihat bahwa
memerlukan waktu 1 0-20 tahun untuk umumnya penderita ditemukan pada usia
berkembang menjadi karsinoma invasif, hal diatas 40 tahun. Hal tersebut disebabkan
ini memungkinkan untuk pengendalian karena usia 40 tahun ke atas merupakan usia
kanker serviks bisa dilakukan melalui yang rentan dengan terjadinya gangguan
skrining.Secara umum cakupan skrining di kesehatan karena proses degeneratif.
negara berkembang sangat rendah. Survai
berbasis populasi yang dilakukan oleh Tingkat Pendidikan
Gakidou et.al mengindikasikan bahwa
cakupan skrining di negara berkembang rata- Hasil penelitian ini menunjukkan
rata 19% sedangkan di negara-negara maju bahwa mayoritas tingkat pendidikan
mencapai 63%.Menurut estimasi data dari responden adalah SD 14 orang (46,7%) dan
WHO cakupan angka pemeriksaan pap responden yang tidak lulus SD ada 5 orang
smear di negara berkembang hanya 5% atau 16,7 %. Hasil penelitian ini sesuai
termasuk di Indonesia.Hasil ini sesuai dengan dengan hasil penelitian Kusumawati yang
Champbell.et.al dalam faktor resiko kanker menyimpulkan bahwa sebagian besar pasien
serviks, menyatakan bahwa kanker serviks kanker serviks di RSUP Dr Sardjito
sering terjadi pada perempuan usia 40 sampai mempunyai status pendidikan Sekolah Dasar
60 tahun meskipun ada perempuan yang (36,8%) dan tidak sekolah/tidak tamat SD
menderita kanker serviks pada usia 30 (31,6%). Status pendidikan penderita kanker
tahun.Hasil penelitian ini sesuai dengan leher rahim umumnya rendah, hal ini
berhubungan dengan status sosial ekonomi bahwa 55% penderita kanker serviks adalah
yang rendah. Status pendidikan yang rendah Ibu Rumah Tangga. Menurut penelitian yang
sangat berpengaruh terhadap pengetahuan dilakukan oleh Puspitarini, tentang hubungan
dan sikap terhadap adanya gejala kanker kualitas hidup dengan kebutuhan perawatan
leher rahim, seperti perdarahan abnormal paliatif pada pasien kanker di RSUP Dr
pervaginam dan discharge vagina abnormal. Sardjito juga menyatakan 23% penderita
Hal serupa juga disimpulkan oleh Rauf dan kanker adalah ibu rumah tangga dan 10%
Thamrin, yang melakukan penelitian pada sebagai wiraswasta. Hasil penelitian ini
Januari 2002 sampai Desember 2003 di menunjukkan bahwa pekerjaan
empat rumah sakit di Makasar dengan 173 seseorangjuga menentukan status kesehatan
responden penderita kanker serviks seseorang. Siti Musrifah berpendapat ada
menyatakan bahwa tingkat pendidikan hubungan antara sikap ibu rumah tangga
penderita kanker serviks adalah SD dengan praktik pencegahan penyakit kanker
(45,7%).Tingkat pendidikan seseorang akan serviks. Ibu rumah tangga yang melakukan
berpengaruh dalam memberikan respon praktik pencegahan pada penyakit kanker
terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang serviks hanya 33,7% hal ini disebabkan
yang berpendidikan tinggi umumnya akan karena kurangnya dukungan suami dan
memberikan respon yang lebih rasional dukungan petugas kesehatan. Dorongan atau
terhadap informasi dan berfikir jauh tentang dukungan keluarga merupakan faktor penting
keuntungan yang diperoleh dari gagasan dalam meningkatkan partisipasi wanita
tersebut. Tingkat pendidikan juga akan dalam pencegahan penyakit. Pada
mempengaruhi kemampuan individu dalam masyarakat tradisional yang masih
mengontrol hidupnya. Individu termotivasi memegang teguh adat suami atau kepala
untuk memelihara kesehatan dengan lebih keluarga merupakan pembuat keputusan
baik dengan sikap positif dalam hidup dengan segala atas segala sesuatu. Suami atau kepala
melakukan pemeriksaan kesehatan secara keluarga merupakan seseorang yang
rutin. Tingginya kasus kanker serviks di memegang peranan penting dalam keluarga
Indonesia ini masih tinggi disebabkan karena yang dapat memberikan dorongan kepada
masih rendahnya cakupan angka skrining para wanita untuk membuat keputusan
pencegahan. Hal ini dipengaruhi oleh sendiri dalam pencegahan penyakit kanker
beberapa faktor antara lain para wanita serviks (Gakidau et al 2008).
Indonesia sering enggan memeriksakan
kesehatannya karena ketidaktahuan, rasa Dukungan Keluarga
malu, rasa takut dan faktor biaya. Hal ini
umumnya karena disebabkan oleh rendahnya Hasil penelitian ini menunjukkan 23
tingkat pendidikan dan pengetahuan responden (76,6%) menyatakan dukungan
penduduk (Colegrave et al 2001). keluarga baik. Kanker serviks selain
potensial memberikan penderitaan bersifat
Pekerjaan Responden fisik juga memberikan penderitaan bersifat
psikis. Jika gangguan fisik dimanifestasikan
Hasil penelitian ini menunjukkan dalam bentuk keluhan nyeri, mual, keputihan
bahwa mayoritas responden bekerja sebagai hingga perdarahan sampai komplikasi organ
ibu rumah tangga (50%). Penelitian ini sesuai maka gangguan psikis bisa dimanifestasikan
dengan hasil penelitian yang dilakukan dalam bentuk keluhan depresi, cemas, gugup,
Megaputra, tentang gambaran penderita dan perasaan tidak berguna. Mengingat
kanker serviks di Rumah Sakit Santo dampak kanker serviks diatas maka penderita
Borromeus Bandung yang menyatakan kanker serviks membutuhkan dukungan
keluarga. Dukungan keluarga adalah sikap, bahwa pada orang tua/dewasa yang
tindakan dan penerimaan keluarga terhadap berhadapan dengan penyakitpenyakit yang
anggota keluarganya yang sakit. Perhatian mengancam kehidupan dan kondisi
dari keluarga sangat membantu pemilihan kesehatan ternyata ditemukan pengalaman
kesehatan keluarganya. Berdasarkan hasil pengalaman kecemasan, depresi dan masalah
penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa emosional lainnya. Berdasarkan penelitian
keluarga dalam memberikan dukungan pada Barnes et al (2002), wanita-wanita yang
penderita kanker serviks dalam kategori baik terdiagnosis penyakit kanker serviks
karena masih kentalnya hubungan menghadapi banyak keputusan keputusan
kekerabatan dalam sebuah keluarga tersebut. yang sulit. Keputusan sulit untuk menerima
Faktor lain adalah keluarga mampu kenyataan hidup yang terdiagnosa penyakit
melakukan peran dan fungsinya yang kanker sehingga menimbulkan perasaan
senantiasa mendampingi dan menjadi cemas. Hasil penelitian ini sesuai dengan
pendukung utama responden selama studi yang dilakukan oleh De Groot et al
perawatan penyakitnya (Gakidau et al 2008). (2006), yang menjelaskan bahwa para
Kesimpulan ini perlu ditindaklanjuti dengan wanita, terutama pada kasus kanker serviks
dilakukannya penelitian lebih lanjut dengan lebih memiliki pengalaman dan perasaan
responden pada keluarga penderita takut serta kekhawatiran yang lebih besar.
mengingat dukungan keluarga pada penderita Penelitian lain menjelaskan bahwa terdapat
kanker serviks dengan kecemasan sangat peningkatan level kecemasan dan depresi
diperlukan terutama aspek dukungan pada wanita- wanita dengan kasus kanker
emosional. Ketiadaan dukungan keluarga serviks, bahkan level distress emosional-nya
akan sangat berpengaruh pada penurunan telah sampai pada fase klinis-patologis.
kualitas hidup penderita kanker serviks. Hasil Banyak faktor yang meyebabkan
penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian penderita kanker serviks mengalami
yang dilakukan oleh Wahyuni dan Siburian, kecemasan. Menurut Lubis (2009), bentuk
yang meneliti tentang Dukungan Keluarga respon emosional yang secara umum muncul
dan Harga Diri Pasien Kanker Payudara di pada saat individu terdiagnosa kanker seperti
RSUP H Adam Malik Medan. Penelitian ini kanker serviks adalah penolakan. Pada saat
mengambil sampel 30 responden didapatkan individu mengalami reaksi penolakan maka
hasil bahwa 56,7% dukungan keluarga individu tidak mudah beradaptasi dengan
cukup, 36,7% dukungan keluarga baik, dan penyakinya. Akibatnya akan menimbulkan
6,7% dukungan kurang. Dalam jurnal kecemasan.
penelitiannya peneliti tidak menampilkan Selain itu penyakit kanker serviks sulit
bentuk domain masing-masing dukungan untuk dideteksi tanda dan
keluarga. gejalanya,umumnya terdeteksi pada stadium
lanjut ketika tumor sudah menyebar ke organ
Tingkat Kecemasan lain beberapa penderita mengeluh nyeri
berkemih, haematuria, perdarahan rectum,
Hasil penelitian ini menunjukkan atau susah buang air besar.70 Keluhan-
bahwa hasil tertinggi 15 responden (50%) keluhan tersebut menyebabkan kecemasan
responden mengalami tingkat kecemasan (Barnes et al, 2002). Faktor lain yang
sedang. Pengambilan data tingkat kecemasan menyebabkan kecemasan adalah angka untuk
disamping melalui kuesioner peneliti juga sembuh pada penderita kanker serviks
harus mengamati ekspresi wajah dari paliatif relative kecil. Pada penderita kanker
responden untuk mendukung hasil yang serviks sering dijumpai penderita dikuasai
obyektif. Hasil peneltian ini menjelaskan perasaan tidak berguna, malu, serta
kekhawatiran karena merasa menjadi beban dengan Tingkat Kecemasan Penderita
orang lain sehingga menimbulkan perasaan Kanker Serviks paliatif.
cemas.Teori kecemasan tingkat sedang
memungkinkan seseorang untuk Hasil penelitian ini untuk variabel
memusatkan pada hal-hal penting dan dukungan keluarga mayoritas dukungannya
mengesampingkan yang lain, sehingga baik dan variabel tingkat kecemasan sedang
seseorang menjadi selektif. Setiap individu sebanyak responden (50%) dengan koefisien
mempunyai reaksi yang berbeda pada korelasi -1,000 dan tingkat kemaknaan p
kecemasan. Manifestasi pada tingkat 0,001.Hubungan antara dukungan keluarga
kecemasan ini umumnya adalah kelelahan dengan tingkat kecemasan diuji statistic
meningkat, ketegangan otot meningkat, dengan menggunakan Gamma didapatkan
bicara cepat dengan volume tinggi, lahan hasil nilai p value 0,001 (<0,05) maka uji
persepsi menyempit, kemampuan keputusan ini Ho ditolak dan Ha diterima,
konsentrasi menurun, mudah tersinggung, maknanya ada hubungan antara dukungan
marah dan menangis (Gakidau et al 2008). keluarga dengan tingkat kecemasan penderita
Kecemasan pada penderita kanker kanker serviks paliatif. Hasil penelitian ini
serviks akan meningkat ketika individu sesuai dengan beberap a teori yang
membayangkan adanya perubahan dalam berpendapat bahwa penderita kanker serviks
hidupnya di masa depan akibat penyakit yang membutuhkan dukungan keluarga karena
diderita ataupun proses pengobatannya . dukungan keluarga sangat berpengaruh
Kecemasan ini akan memberikan dampak terhadap kesehatan mental anggota
buruk bagi penderita. Menurut Barnes et al keluarganya yang menderita kanker serviks.
(2002), dampak dari kecemasan adalah Menurut Barnes et al (2002), terdapat
menurunnya kapasitas kognitif seseorang hubungan yang kuat antara keluarga dan
dalam menyelesaikan persoalan yang status kesehatan anggotanya dimana peran
komplek. Sedangkan menurut De Groot et al keluarga sangat penting bagi setiap aspek
(2002), seseorang yang mengalami perawatan kesehatan anggota keluarga, mulai
kecemasan akan menghindari hal-hal yang dari strategi-strategi hingga fase rehabilitasi.
membuat dirinya terancam dan menutup diri Menurut De Groot et al (2002), banyak hasil
terhadap lingkungannya. Sebaliknya penelitian yang menunjukkan pengaruh
penderita yang nyaman terhindar dari kanker terhadap kondisi psikologis pasien
kecemasan akan mencegah terjadinya yang mengalami kecemasan, namun pasien-
penurunan system imun sehingga pasien kanker yang senantiasa memperoleh
mempercepat proses kesembuhan. Adanya dukungan keluarga ternyata berhubungan
perasaan tenang dan nyaman saat perawatan positif dengan berkurangnya
tubuh akan menghasilkan hormone kecemasan.Dukungan ini ternyata membantu
endorphin, yang menyebabkan otot tubuh perbaikan kesehatan dan hubungannya
rilek, system imun meningkat, kadar oksigen dengan kualitas kehidupan penderita kanker
dalam darah naik dan penderita akan serviks. Kecemasan pada penderita kanker
mengantuk sehingga bisa beristirahat dengan serviks paliatif tidak hanya dipengaruhi oleh
tenang. Hormon ini memperkuat system faktor dukungan keluarga semata tetapi
kekebelan tubuh untuk melawan infeksi dan banyak faktor yang mempengaruhi. Faktor
dikenal sebagai morfin tubuh yang intrinsik antara lain faktor usia, pengalaman
menimbulkan efek sensasi yang sehat dan penderita menjalani pengobatan, konsep diri
nyaman. dan peran, tingkat social ekonomi, jenis
tindakan kemoterapi, dan komunikasi
Hubungan Antara Dukungan Keluarga terapeutik. Faktor ekstrinsik antara lain faktor
kondisi medis, tingkat pendidikan, akses KESIMPULAN DAN SARAN.
informasi dan proses adaptasi. Hal tersebut
juga dibuktikan dari hasil penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Responden menyatakan bahwa mayoritas karakteristik responden usia responden
dukungan keluarga baik tetapi responden mayoritas direntang 51 sd 64 tahun,tingkat
juga merasa kecemasan dalam kategori pendidikan responden mayoritas adalah SD,
sedang. Hasil ini kemungkinanada faktor lain mayoritas bekerja sebagai ibu rumah tangga.
yang mempengaruhi kecemasan tingkat Dukungan keluarga penderita kanker serviks
sedang pada penderita kanker serviks, paliatif mayoritas baik. Tingkat kecemasan
berhubungan dengan faktor usia lanjut, penderita kanker serviks paliatif mayoritas
tingkat pendidikaan yang rendah atau mengalami tingkat kecemasan sedang. Ada
pekerjaan ibu rumah tangga yang sehari- hubungan antara dukungan keluarga dengan
harinya dihabiskan dengan pekerjaan tingkat kecemasan penderita kanker serviks
rumah,mengurus anak dan suaminya paliatif di RSUP Dr Sardjito dengan p value
(Gakidau et al 2008). 0,001 (< 0,05)
Kecemasan pada penderita kanker Disarankan bagi perawat agar
serviks tidak mutlak dipengaruhi oleh senantiasa meningkatkan pelayanan kepada
kualitas dukungan keluarga. Kecemasan penderita kanker serviks dengan
pasien kanker serviks yang paling besar memperhatikan kebutuhan bio-psiko-sosio
berdasarkan faktor internal adalah faktor dan spiritual melalui pendidikan kesehatan
maturitas, faktor tipe kepribadian dan faktor dan konseling kepada penderita maupun
keadaan fisik. Faktor eksternal menunjukkan keluarga. Disarankan bagi institusi
bahwa kecemasan pasien kanker serviks yang pendidikan hasil penelitian ini dapat
paling besar adalah faktor dukungan sosial digunakan sebagai referensi/sumbangan
dan dukungan keluarga. Menurut De Groot materi bagi mahasiswa agar mahasiswa
(2002), menyatakan bahwa profil psikologis memahami tentang dukungan keluarga dan
penderita kanker seperti kanker serviks yang kecemasan penderita kanker serviks paliatif
datang dalam pemeriksaan medis dengan mempelajari materi dukungan dan
menunjukkan tingginya tingkat kecemasan, kecemasan dalam penelitian ini. Di saran
rasa marah dan keterasingan. Perawatan di bagi keluarga mampu senantiasa
rumah sakit juga merupakan salah satu faktor mengembangkan diri dalam rangka memberi
yang mencemaskan bagi pasien. Pada motivasi kepada anggota keluarganya yang
penderita kanker serviks yang menjalani menderita sakit kanker serviks dengan
perawatan di rumah sakit ketika akan memberikan dukungan sesuai dengan materi-
dilakukan operasi, kemoterapi, radiotherapy materi dukungan emosional, dukungan
atau tindakan perawatan yang lainnya, juga penghargaan, dukungan materi dan dukungan
sering mengalami kecemasan.Selain itu, informasi dalam penelitian ini. Disarankan
sikap yang tidak personal dari dokter, bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini
perawat atau petugas rumah sakit yang lain dijadikan sumber dan bahan pembanding
penderita merasa menjadi obyek bagi yang berkepentingan untuk melanjutkan
pemeriksaan semata. Kondisi demikian penelitian yang lebih komplek misalnya
penderita seringkali merasa kehilangan penelitian kualitatif tentang persepsi
identitas diri, dan kehilangan kontrol atas penderita kanker serviks terhadap dukungan
tubuhnya sehingga membuat penderita keluarga atau hubungan antara usia, tingkat
merasa tidak nyaman menjalani perawatan di pendidikan dan pekerjaan dengan tingkat
rumah sakit (De Groot 2002). kecemasan penderita kanker serviks paliatif.
DAFTAR PUSTAKA

Allan H., Goroll. Albert G., Mulley. 2006.


Primary Care Medicine : Office
Evaluation and Management of the
Adult Patient, Philadelphia : Lippincot
Williams & Wilkins.
Aziz, M.F. 2006. ‘Masalah pada Kanker
Serviks. Cermin Dunia Kedokteran , vol
133; 5-7.
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (BPPK. 2008. Riset
Kesehatan Dasar (Online) http://
www.terbitan.litbang.depkes.go.id/
penerbitan/index.php/blp/catalog,
(diakses tanggal 15 Desembar 2012)
Barnes, J., Kroll, L., Lee, J., Burke, O., Jones,
A., & Stein, A. 2002. ‘Factors
Predicting Communication about the
Diagnosis of Maternal Breast Cancer to
Children’. Journal of Psychosomatic
Research, 52, 209 - 214.
Colegrave, S., Holcombe, C., & Salmon, P.
2001. ‘Psychological Characteristics of
Women Presenting with Breast Pain’.
Journal of Psychosomatic Research, 50,
303 - 307.
De Groot, JM. 2002. ‘The Complexity of the
Role of Social Support in Relation to the
Psychological Distress Associated with
Cancer’, Journal of Psychosomatic
Research, 52, 277 - 278.
Seminar Nasional Keperawatan “Tren Perawatan Paliatif sebagai Peluang Praktik Keperawatan Mandiri”

Departemen Kesehatan RI 2008. Penanggulangan Kanker Serviks dengan Vaksin HPV. Jakarta: Depkes RI.
Davey, HM, Barrut, AL, Buton, PN & Deeks, JJ. 2007. A one-item question with a likert or visual Analog
scale adeqnately measured current anxiety. Journal of Clinical Epidemiology. 60(4): 356-360.
Eriksson, E & Lauri, S. 2000. Informational and emotional support for cancer patients’ relatives. Eur J cancer
care. 9(1): 8-15.
Gakidau.E., Nordagen,S., Obermeyer, Z. 2008. ‘Coverege of Cervical Cancer Screening in 57 Countries :
Low average level and large inequalities’. Plos Med 5(6) 0863:0868.
Given, B, Reihard, SC, Petlick, NH & Bemis, A. 2001. Supporting Family Caregivers in providing care.
patient safety and quality:An evidance based handbook for nurse. Agenay for heathcare research and
quality.
Jenkins, J.H.,Garcia, J.I.R., Chang, C.L., Young, J.S., Lopez, S.R. 2006, ‘ Family Support Predicts
Psichiatric Medication Usage Among Mexican American Individuals with Schizophrenia’. Social
Psyciatry and Psychiatric Epidemology.
Kolva, et al. 2011. ‘Anxiety in Terminally Ill Cancer Patients’. Journal of Pain and Symptom Management
, 42(5):691- 701.
Lubis. 2009. Gambaran Psikologis Pasien yang Pertama Kali Terdiagnosa Kanker Serviks. (Online) (http://
unair respiratory.ac.id/pdf.Lubis, diakses tanggal 3 Desember 2012)
Pradjatmo, H. 2000. Pengaruh derajat dan jenis histopatologik karsinoma serviks uteri terhadap kemampuan
hidup penderita . Berita Berkala Ilmu Kedokteran. 32 (2): 111-118.
Schiffman, M, Castle, PE, Jeronimo, J, Rodriguez, AC, Wacholder, S, 2007, Human papillomavirus and
cervical

164
Seminar Nasional Keperawatan “Tren Perawatan Paliatif sebagai Peluang Praktik Keperawatan Mandiri”

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN SELF ESTEEM


PADA PERAWATAN PALIATIF PASIEN KANKER SERVIKS
RELATIONSHIP BETWEEN F AMIL Y SUPPORT AND SELF ESTEEM
INPALLIATIVE CARE OF CERVICAL CANCER PATIENTS

1Selvia Anggraini, 2*Nurna Ningsih, 3Jaji


1,2,3
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
*Email: nani.kewet@gmail.com

Abstrak
Dukungan keluarga adalah suatu dukungan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari
keluarganya dan self esteem merupakan hasil penilaian berupa penerimaan atau penolakan individu terhadap
dirinya sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan self
esteem pada perawatan paliatif pasien kanker serviks yang menjalani terapi perawatan paliatif berupa
kemoterapi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Penelitian ini menggunakan desain penelitian
survey analitik. Sampel pada penelitian ini berjumlah 51 responden dengan menggunakan metode total
sampling. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang mencakup data demografi dan pernyataan mengenai
dukungan keluarga dan self esteem. Uji korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi-square.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan self esteem pada
perawatan paliatif pasien kanker servik, yang menjalani terapi paliatif berupa kemoterapi di RSUP Dr
Mohammad Hoesin Palembang (p = 0,016, OR = 4,242). artinya pasien kanker yang tinggi dukungan
keluarganya memiliki kecenderungan self esteemnya meningkat sebesar 4,242 atau 4 kali lebih besar
dibandingkan dengan penderita kanker serviks yang rendah dukungan keluarganya. Hasil penelitian
menunjukan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan self esteem pada perawatan paliatif
pasien kanker serviks. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah mengkaji faktor-faktor yang
mempengaruhi self esteem pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi.

Kata kunci : Dukungan Keluarga, Self Esteem, Kanker Serviks yang menjalani kemoterapi

Abstract
Family support was a support that is beneficial to the individual obtainedfrom his family and self esteem
is the result of the assessment of acceptance or rejection of the individual to himself This study aims to
identify the relationship of family support with self esteem on palliative care of cervical cancer patients who
undergo palliative care therapy in the form of chemotherapy in Dr. Mohammad Hoesin Palembang. This
research used analytic survey research design. Sampling used total sampling technique and samples
obtained was 51 people. The research instrument was a questionnaire that included demographic data and
statements regarding family support and self esteem. Data collection took place on 11-18 January 2018. The
correlation test used in this research is chi-square test. The results showed that there was a relationship
between family support and self esteem in palliative care of cervical cancer patients, who underwent
palliative therapy in the form of chemotherapy at Dr Mohammad Hoesin Palembang (p = 0.016, OR =
4,242). meaning that cancer patients with high family support have a tendency of self esteemnya increased
by 4.242 or 4 times greater than patients with low cervical cancer family support. The results showed that
there was a relationship between family support and self esteem in palliative care of cervical cancer patients.
Recommendations for further research are to examine the factors that affect self esteem of cervical cancer
patients undergoing chemotherapy.

Keywords: Family Support, Self Esteem, Cervical Cancer undergoing chemotherapy


165
Seminar Nasional Keperawatan “Tren Perawatan Paliatif sebagai Peluang Praktik Keperawatan Mandiri”

PENDAHULUAN

Kanker serviks adalah kanker yang menyerang uterus (rahim), yaitu pada bagian leher
rahim (serviks uterus), suatu daerah organ reproduksi perempuan, terletak antara rahim dengan
liang senggama (vagina) atau rahim bagian bawah. Tingginya kasus kanker serviks di
Indonesia membuat WHO menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah penderita
kanker serviks terbanyak di dunia (Poerbantanoe & Salim, 2014). Di Indonesia, kasus baru
kanker serviks ditemukan sebanyak 40-45 kasus perhari, hal ini berarti bahwa dalam waktu 24
jam terjadi kematian sebanyak 24 perempuan dikarenakan kanker serviks (Nurwijaya, dkk.,
2010). Kanker serviks di Provinsi Sumatera Selatan, menjadi penyakit dengan jumlah kasus
terbanyak dibandingkan jenis kanker lainnya yaitu sebesar 797 kasus pada tahun 2014 (Dinkes
Sumatra Selatan, dalam Warta, dkk., 2015).
Berdasarkan data Rekam Medik RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang tercatat pasien
kanker serviks pada tahun 2013 berjumlah 576 orang dengan 6 orang meninggal. Pada tahun
2014 tercatat 704 orang dengan 37 orang meninggal dan pada tahun 2015 tercatat pasien kanker
serviks sebanyak 653 orang dan 31 orang meninggal, pada tahun 2016 bulan Januari sampai
Juni tercatat pasien kanker serviks berjumlah 486 orang dan 13 orang meninggal dunia (Rekam
Medik RSUP Moh. Hoesin, 2015).
Kanker serviks berhubungan dengan perubahan pada organ reproduksi perempuan yang
dianggap sebagai bagian yang sangat penting bagi perempuan. Perempuan yang mengalami
kanker serviks biasanya merasakan ketakutan dikarenakan adanya dampak yang serius
terhadap kehidupan misalnya kehilangan kemampuan melakukan hubungan seksual dan lain-
lain, bahkan sampai kepada kematian (Susanti, 2012). Ada beberapa jenis terapi perawatan
yang biasa dilakukan terhadap pasien kanker serviks, yaitu salah satunya adalah kemoterapi,
menurut Fauziana (2011) kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker
dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker,
namun tidak hanya sel kanker, tetapi juga sel-sel yang ada di seluruh tubuh. Kemoterapi
mempunyai efek samping fisik dan psikologis pada pasien kanker. Efek samping fisik
kemoterapi yang umum adalah pasien akan mengalami mual dan muntah, tidak nafsu makan,
ngilu pada tulang, rambut rontok (alopecia), mukositis, dermatitis, keletihan, juga kulit
menjadi kering bahkan kaku dan kulit bisa sampai menghitam (Nisman, 2011; Smeltzer &
Bare, 2002). Efek samping fisik tersebut memberikan dampak psikologis pada pasien yaitu
menyebabkan pasien merasa tertekan dikarena kondisi fisik (kesempurnaan, kecantikan, dan
lain-lain) sangat memegang peranan penting dalam pembentukan harga diri (Self Esteem).
Self esteem merupakan hasil penilaian individu terhadap dirinya sendiri. Penilaian ini
menyatakan suatu sikap yang berupa penolakan atau penerimaan dan juga menunjukkan
seberapa besar individu itu percaya bahwa dirinya mampu, berarti,
berhasil, dan berharga. Adanya permasalahan psikologis yang dialami oleh pasien
mengindikasikan bahwa kanker servik yang dialaminya merupakan suatu kondisi yang sangat
menekan dan hal ini menyebabkan self esteem yang rendah. Pasien kanker yang menjalani
kemoterapi mengekspresikan ketidakberdayaan, merasa tidak sempurna, merasa malu dengan
penyakitnya, ketidak bahagiaan, merasa tidak menarik lagi, perasaan kurang diterima oleh
orang lain, merasa terisolasi, takut, berduka berlama- lama di tempat tidur, ketidak mampuan
fungsional, gagal memenuhi kebutuhan keluarga, kurang tidur, sulit konsentrasi, kecemasan

166
Seminar Nasional Keperawatan “Tren Perawatan Paliatif sebagai Peluang Praktik Keperawatan Mandiri”

dan depresi (Wahyuni & Siburian, 2012).


Menurut Sudrajat (2012), pada keadaan psikologi yang kurang baik akibat kondisi fisik,
seperti yang terjadi pada penderita kanker servik dalam uraian di atas tentunya
membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekat seperti keluarga, dikarenakan
dukungan keluarga adalah suatu dukungan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari
keluarganya serta dapat menimbulkan pengaruh positif bagi kesejahteraan fisik maupun psikis.
Seseorang yang mendapatkan dukungan keluarga merasa diperhatikan, disayangi, merasa
berharga dapat berbagi beban, percaya diri dan menumbuhkan harapan sehingga mampu
menangkal atau mengurangi stres (Grant, Sun, Fujinami, Sidhu, Otis, Juarez, et al., 2013).
Menurut Henriksson dan Arestedt (2013) pasien kanker yang diberikan dukungan keluarga
berupa dukungan emosional misalnya dengan memberikan perhatian, kasih sayang, dan
empati, dukungan instrumental misalnya dengan memberikan bantuan tenaga, dana, dan waktu,
dukungan informasional dengan memberikan saran nasihat, juga informasi, dan terakhir
dukungan penghargaan
misalnya dengan memberikan umpan balik dan menghargai, jika semuanya terpenuhi
maka kualitas hidupnya meningkat, dan menurut Wahyuni dan Siburian (2012) Semakin tinggi
dukungan keluarga maka akan semakin tinggi juga harga diri (self esteem) pasien kanker yang
menjalani kemoterapi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Husni pada tahun 2012 di RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang pada pasien kanker, jumlah responden yang memiliki
dukungan keluarga kurang baik berjumlah 32 responden yaitu, 75% dari sampel penelitian. Hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya ekonomi dan pengetahuan yang kurang
terhadap pentingnya dukungan keluarga dalam proses penyembuhan pasien kanker. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sastra tahun 2016 di RSUP Dr. M. Djamil
Padang pada pasien kanker, dengan hasil penelitian sebesar 50,7% dukungan keluarga kurang
baik. Dengan demikian fenomena-fenomena diatas menunjukkan adanya masalah yang dapat
mempengaruhi self esteem pasien. Berdasarkan fenomenafenomena diatas maka, peneliti
ingin melakukan penelitian tentang
hubungan antara dukungan keluarga dengan self esteem pada perawatan paliatif pasien
kanker servik di RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang.
MATODE

Metode penelitian yang digunakan surveyanalitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap self esteem pada perawatan
paliatif pasien kanker serviks.
Populasi dalam penelitian ini yaitu sebanyak 51, seluruh pasien kanker serviks yang
menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Sampel penelitian diambil
dengan metode Total sampling karena semua anggota populasi digunakan sebagai sempel
penelitian. pengambilan sampel dipilih dengan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti.
Kriteria sampel penelitian ini adalah bersedia menjadi responden, pasien kanker serviks yang
menjalani kemoterapi di RSUP Dr.
Mohammad Hoesin., penderita yang
terdiagnosa kanker servik stadium II -IV dan mampu berkomunikasi verbal dengan baik.

167
Seminar Nasional Keperawatan “Tren Perawatan Paliatif sebagai Peluang Praktik Keperawatan Mandiri”

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yaitu kuesioner
dukungan keluarga berjumlah 20 pertanyaan yang diadobsi dari kuesioner Putra (2015) yang
telah di modifikasi oleh peneliti dan kuesioner self esteem berjumlah 10 pertanyaan kuesioner
Rosenberg self-esteem scale (RSES) yang disusun oleh Rosenberg (1965) dalam Martin et al,
(2007) dan Suhron (2017), untuk mengukur pengetahuan dan sikap responden. Pengolahan
data sesuai dengan langkah-langkah edit data (editting), pengkodean (coding), pemasukan data
(data entry) dan melakukan teknik analisis.
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah anlisa univariat dan bivariat.
Analisa univariat uji statistik menggunakan frekuensi dan persentase sedangkan untuk analisa
bivariat menggunakan uji chi-square.
Etika pengambilan data penelitian ini menggunakan prisnsip menghormati harkat dan
martabat manusia (respect for human dignity), tidak mencantumkan nama (Anonimity),
menghormati privasi dan kerahasiaan responden penelitian (respevt for privacy and
confidentiality), keadilan dan inklusivitas/ keterbukaan (respect for justice and inclusiveness)
dan memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and benefits).
HASIL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur,


Pendidikan, Pekerjaan, Penghasilan
Keluarga dan Siklus Kemoterapi (n 51)
Variabel Kategori n %

Usia 19-30 Tahun 2 3,9%


31-50 Tahun 2 41,2%
51-64 Tahun 1 2 45,1%
>65 Tahun 35 9,8%
Pendidikan Tidak Sekolah 4 7,8%
SD 1 33,3%
SMP 7 1 27,5%
SMA 4 1 29,4%
Perguruan Tinggi 5
1 2,0%
Pegawai
Negeri/TNI/ Polri
Pekerjaan 2 3,9%
Ibu Rumah Tangga
3 76,5%
Swasta 94 7,8%
Lain-lain 6 11,8%
Penghasilan Kurang dari
Keluarga UMP 1 19,6%
Lebih dari 0 4
UMP 1 80,4%
Siklus 1
Kemoterapi I Siklus 9 37,3%
II Siklus 2 52,9%
7

168
Seminar Nasional Keperawatan “Tren Perawatan Paliatif sebagai Peluang Praktik Keperawatan Mandiri”

III Siklus 3 5,9%


IV Siklus 1 2,0%
V Siklus 1 2,0%
Berdasarkan tabel 1 didapatkan informasi mengenai karakteristik responden pasien kanker
serviks di RSUP Dr M ohammad Hoesin Palembang. Diketahui bahwa mayoritas usia
responden dalam penelitian ini adalah usia di rentang 51-64 tahun sebanyak 23 responden (45,1
%),
berdasarkan pendidikannya mayoritas adalah SD sebanyak 16 responden (33,3%)
berdasarkan mayoritas pekerjaan responden adalah ibu rumah tangga sebanyak 39 responden
(76,5%), berdasarkan mayoritas penghasilan keluarga yaitu lebih dari UMP sebanyak 41
responden (80,4%), dan berdasarkan siklus terapi mayoritas responden berada pada siklus
kemoterapi II sebanyak 27 responden (52,9%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Dukungan ___ Keluarga (n 51)


Variabel Kategiori
n %

Dukungan Renda
Keluarga h 20 39,2%
Tinggi 3 60,8%
1. Dukungan 1
Renda
Emosional h 13 25,5
Tinggi 38 74,5
2. Dukungan Ren
Informasional dah 12 23,5
Tinggi 39 76,5
3. Dukungan Renda
Instrumental h 13 25,5
Tinggi 38 74,5

4. Dukungan Penilaian Rendah 17 33,3


Tinggi 34 66,7
Total 51 100%

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa dukungan keluarga pada pasien kanker serviks
dalam menjalani kemoterapi adalah mayoritas tinggi yaitu sebanyak 31 (60,8%), dan dari
keempat dimensi dukungan keluarga dapat diketahui bahwa dukungan informasional pada
pasien kanker kanker serviks yang menjalani terapi perawatan paliatif berupa kemoterapi
sebagian besar dukungan informasionalnya tinggi diberikan, dengan mayoritasnya yaitu
sebanyak 39 responden (76,5%).

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Self Esteem


______________ (n=51) ______________
Variabel Kategori N %
Self Rendah 25 49,0%
Esteem
Tinggi 26 51,0%

169
Seminar Nasional Keperawatan “Tren Perawatan Paliatif sebagai Peluang Praktik Keperawatan Mandiri”

Total 51 100
%
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa self esteem pada pasien kanker serviks yang
menjalani terapi perawatan paliatif berupa kemoterapi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang hampir berimbang, namun sebagian besar tergolong dengan self esteem yang tinggi
sebanyak 26 responden (51,0%).
Tabel 4. Dukungan Keluarga Dengan Self
Esteem Pada Perawatan Paliatif Pasien
Kanker Serviks (n 51)
Dukunga Self Esteem OR P-
Keluarga Va
Rendah Tinggi Total lue
n % n % n% 4, 0,
Rendah 14 7 6 3 2 1 242 016
0 % 0 %0 00%
Tinggi 11 3 2 6 3 1
5, 5 0 4. 51 00%
Total 25 % 4 2% 5 5 1
9 %6 1 %1 00%

Berdasarkan tabel 4 hasil analisis hubungan dukungan keluarga dengan self esteem pada
perawatan paliatif pasien kanker serviks di dapatkan hasil dari 20 orang responden yang
mendapat dukungan keluarga rendah, mayoritas mempunyai self esteem rendah (70,0%).
Sedangkan dari 31 responden yang mendapat dukungan keluarga tinggi, mayoritas mempunyai
self esteem yang tinggi berjumlah 20 responden (64,5%).
Hasil Uji Statistik menggunakan uji Chi Square di peroleh nilai p-value 0,016 (p value<
0,05) artinya Ho ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga
dengan self esteem pada perawatan paliatif pasien kanker serviks.
PEMBAHASAN
Dukungan Keluarga
Hasil analisis univariat variabel dukungan keluarga, penelitian yang dilakukan pada 51
responden pasien kanker serviks yang menjalani perawatan paliatif berupa kemoterapi di
RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang, jumlah responden yang memiliki dukungan
keluarga tinggi lebih banyak yaitu 60,8%. Hal tersebut berkaitan dengan hasil ekonomi
keluarga yang tinggi dikarenakan dari hasil penghasilan atau pendapatan keluarga yang lebih
dari UMP sebanyak 41 responden (80,4%) dan pada pendidikan tingkat SMA sebanyak 15
responden (29,4%).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adipo (2015) di RSUD Arifin
Achmad Provinsi Riau, Putra (2015) di RSUD Dr. Pringadi Kota Medan pada pasien kanker
yang menjalani kemoterapi bahwa mayoritas dukungan keluarga baik sebesar 27 responden
(45,8%) dan dukungan kurang yaitu 9 responden (15,3%). Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Indriatmo (2015) di RSUD Dr. Moewardi menyatakan dukungan keluarga pada
pasien kanker yang menjalani kemoterapi sebagian besar mempunyai dukungan baik dan cukup
baik masing-masing sebanyak 37 responden (47,4%) dan yang mempunyai dukungan keluarga
kurang baik hanya sebanyak 4 orang (5,1%).
Berbeda dengan penelitian Husni (2015) yang menyatakan dukungan keluarga pada pasien
kanker di RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang kurang baik yaitu sebagian besar 32

170
Seminar Nasional Keperawatan “Tren Perawatan Paliatif sebagai Peluang Praktik Keperawatan Mandiri”

responden (75%) yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya ekonomi dan pengetahuan
keluarga yang kurang terhadap pentingnya dukungan keluarga dalam proses penyembuhan
pasien kanker.
Pada hasil penelitian ini dukungan informasional memiliki mayoritas dukungan keluarga
paling tinggi yaitu 39 responden (76,5%) dari dimensi dukungan keluarga yang lain. Siburian
(2012) menunjukan dukungan informasional pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di
RSUP H. Adam Malik Medan bahwa 43,3% keluarga sering berusaha untuk mencari informasi
tentang pengobatan dan pemeriksaan yang
diterima pasien, 63% keluarga sering mengingatkan pasien untuk menjalani kemoterapi
secara teratur, 43,3 % keluarga sering membantu pasien mengambil keputusan akan
pengobatan, dan 33,3% keluarga sering menjelaskan hal yang tidak di mengerti akan
pengobatan kepada pasien. Dukungan informasional adalah dukungan ini tampak dalam
penyediaan petunjuk atau saran, nasihat, memberikan bimbingan dan arahan atau umpan
balik terhadap
pemecahan masalah atau yang digunakan oleh seorang dalam menanggulangi persoalan-
persoalan yang dihadapi (Setiadi, 2008).
Asumsi peneliti berdasarkan yang berkaitan dengan penelitian Husni (2015) yang di
lakukan di RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang, menjelaskan dukungan keluarga kurang
baik diakibatkan oleh beberapa faktor ekonomi yang kurang yaitu dengan penghasilan yang
rendah dan tingkat pendidikan yang sebagian besar juga rendah. Berbeda dengan penelitian ini
yang menjelaskan bahwa tingkat pendidikan dan penghasilan yang sebagian besar tinggi.
Artinya yaitu penelitian dapat disimpulkan bahwasannya dukungan keluarga yang tinggi
disebabkan oleh tingkat ekonomi serta pendidikan yang tinggi dan sebaliknya.
Self Esteem
Hasil analisis univariat variabel self esteem, penelitian yang dilakukan pada 51 responden
pasien kanker serviks yang menjalani perawatan paliatif berupa kemoterapi di RSUP Dr
Mohammad Hoesin Palembang, jumlah responden yang memiliki self esteem tinggi lebih
banyak yaitu 51,0%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wahyuni dan Siburian
(2012) yang menyatakan self esteem pasienkanker yang menjalani kemoterapi secara
keseluruhan, mayoritas responden memiliki self esteem yang tinggi yaitu sebanyak 18
responden (60%). Hal ini di dukung oleh penelitian Sudrajat (2012) yang menyatakan sebagian
besar penderita kanker diBandung Cancer Society memiliki self esteem yang tinggi dan hanya
sebanyak 3orang atau sebesar 20% responden memiliki self esteem yang rendah.
Wartona dan Tarwoto (2011) menyatakan jika individu selalu sukses maka cenderung
memiliki self esteem yang tinggi dan jika mengalami gagal cenderung Self esteem menjadi
rendah. Seseorang yang mempunyai Self esteem yang tinggi akan memandang dirinya sebagai
seseorang yang bermanfaat. Perry dan Potter (2010) dalam teorinya mengatakan harga diri (Self
esteem) adalah perasaan individu secara keseluruhan tentang self esteem atau pernyataan
emosional dari konsep diri. Hal ini merupakan dasar dari evaluasi diri karena mewakili
keseluruhan pendapat tentang penghargaan atau nilai personal. Self steem bersifat positif saat
seseorang merasa mampu, berguna, dan kompeten.
Asumsi peneliti berdasarkan self esteem pada penelitian ini dilihat dari teori-teori
sebelumnya yang menjelaskan bahwa ada faktor yang dapat mempengaruhi self esteem
seseorang yaitu salah satunya usia, yang dimana setiap fase ini punya rentang usia, dan rentang

171
Seminar Nasional Keperawatan “Tren Perawatan Paliatif sebagai Peluang Praktik Keperawatan Mandiri”

usia ini berperan dalam pembentukan self esteem, kemudian tingkat pendidikan yang dimana
dapat dikatakan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin
meningkatkan self esteem orang tersebut dan terakhir penghasilan yang dimana self esteemyang
tinggi terlihat pada seseorang yang memiliki pekerjaan permanen dan berpenghasilan tinggi.
Dari sini terlihat bahwa penghasilan yang stabil bisa meningkatkan penilaian seseorang
terhadap dirinya sendiri.
Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Self Esteem pada perawatan paliatif
pasien kanker serviks
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mayoritas dukungan keluarga tinggi untuk pasien
kanker serviks. Hasil penelitian ini didukung oleh Admin (2011) yang berpendapat bahwa
peran keluarga sangat penting dalam perawatan pasien dimana keluarga berusaha
meningkatkan semangat hidup dan komitmen pasien untuk tetap menjalani pengobatan
terutama untuk pasien kanker. Hal ini juga dinyatakan oleh Muhith dan Nasir (2011)
menyebutkan bahwa peran keluarga dalam terapi itu sangat penting seperti membuat suatu
keadaan yang di mana anggota keluarga dapat melihat bahaya terhadap diri pasien dan
aktivitasnya misalnya mengurangi rasa takut dengan cara memberikan arahan, menolong
mereka agar dapat merasa senang dengan proses terapinya, menerima keahlian dan melakukan
perannya dengan baik agar mereka mampu bersifat terbuka dan dapat membangun self
esteemnya.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pasien kanker serviks yang menjalani perawatan
paliatif berupa kemoterapi mayoritas memiliki self esteem tinggi karena pasien kanker serviks
memiliki penilaian yang positif (penerimaan) terhadap dirinya. Self esteem sangat dipengaruhi
oleh usia pasien. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Robin et all (2002) yang meneliti
tentang hubungan self esteem dengan usia yang dilakukan dengan melibatkan 326.641
responden, dengan rentang usia 9 hingga 90 tahun , disebutkan bahwa self esteem cenderung
meningkat di rentang usia 40-60 tahun.
Hasil penelitian yang dilakukan pada 51 responden, pada perawatan paliatif pasien kanker
serviks di RSUP Dr Mohmmad Hoesin Palembang, yang meneliti hubungan antara dukungan
keluarga dengan self esteem pada perawatan paliatif pasien kanker serviks didapatkan p value
= 0,016 (p value < 0,05) dengan OR= 4,242 (95% CI= 1,269-14,179), artinya pasien kanker
yang tinggi dukungan keluarganya memiliki kecenderungan self esteemnya meningkat sebesar
4,242 atau 4 kali lebih besar dibandingkan dengan penderita kanker serviks yang rendah
dukungan keluarganya, sehingga menunjukan bahwa terdapat hubungan antara dukungan
keluarga dengan self esteem pada perawatan paliatif pasien kanker serviks.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni dan Siburian
(2012) yang menyatakan bahwa semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin tinggi self
esteem pasien kanker. Hal ini di dukung oleh penelitian Henriksson dan Arestedt (2013) yang
menyatakan pasien
kanker yang diberikan dukungan keluarga berupa dukungan emosional; misalnya dengan
memberikan perhatian, kasih sayang, dan empati, dukungan instrumental; misalnya dengan
memberikan bantuan tenaga, dana, dan waktu, dukungan informasional; dengan memberikan
saran nasihat, juga informasi, dan terakhir dukungan penghargaan;
misalnya dengan memberikan umpan balik dan menghargai, jika semuanya terpenuhi
maka kualitas hidup pasien kanker akan meningkat.

172
Seminar Nasional Keperawatan “Tren Perawatan Paliatif sebagai Peluang Praktik Keperawatan Mandiri”

Asumsi peneliti, bahwa benar dengan adanya dukungan keluarga dapat meningkat self
eteem pasien kanker serviks karena dimana dukungan keluarga membuat penderita kanker
serviks merasa diterima dalam suatu komunitas baik itu di dalam rumah sakit maupun di luar
rumah sakit, mengajak mereka berbagi pengalaman atau melakukan aktifitas bersama-sama,
membuat penderita kanker serviks tidak merasa menjadi satu- satunya yang mengalami
penderitaan di dunia ini.
KESIMPULAN

Berdasarkan karakteristik pasien kanker serviks dapat dilihat bahwa usia responden dalam
penelitian ini diperoleh sebagian besar usia di rentang 51-64 yaitu 23 responden (45,1 %),
berdasarkan pendidikannya
sebagian besar adalah SD yaitu 16 responden (33,3%) berdasarkan pekerjaan responden
adalah ibu rumah tangga yaitu 39 responden (76,5%), berdasarkan tingkat penghasilan keluarga
yaitu lebih dari UMP sebanyak 41 responden (80,4%), dan berdasarkan siklus terapi sebagian
besar responden berada pada siklus kemoterapi II yaitu 27 responden (52,9%).
Berdasarkan distribusi frekuensi dukungan keluarga pada perawatan paliatif pasien kanker
serviks sebagian besar tinggi yaitu sebanyak 31 (60,8%) responden dan
distribusi frekuensi self esteem pada perawatan paliatif pasien kanker serviks sebagian
besar self esteem nya tinggi yaitu 26 (51,0%) responden. Berdasarkan uji statistik terdapat
hubungan antara dukungan keluarga dengan self esteem pada perawatan paliatif pasien kanker
serviks (p value = 0,016 ; p value < 0,05).
SARAN

Diharapkan kepada Pelayanan Kesehatan untuk lebih meningkatkan pelayanan


kesehatannya khususnya dalam
meningkatkan self esteem pasien kanker serviks, dengan memberikan informasi- informasi
tentang pentingnya dukungan keluarga dalam meningkatkan self esteem pasien kanker serviks.
Diharapkan agar peneliti selanjutnya melakukan penelitian pada pasien kanker serviks
dengan berbagai variabel lain yang belum terkaji yang dapat mempengaruhi variabel self
esteem yaitu variabel tingkat keparahan penyakit, lama sakit, komplikasi lain, status sosial dans
jumlah sampel yang lebih besar. Dalam pengisian kuesioner ini sebaiknya peneliti gunakan
waktu yang lebih longgar sehingga dapat menciptakan
hubungan yang saling percaya, sehingga akan mengurangi subjektivitas dalam pengisian
kuesioner dukungan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Adipo, S., Jumaini, & Damanik, S,R, H.(2015). Hubungan Dukungan


Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pasien yang Menjalani Kemoterapi di Ruang
Anyelir RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Jurnal Online Mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Ria
Bayu, H., Berhe, Y., Mulat, A., & Alemu, A.(2016).Cervical Cancer Screening Service Uptake
and Associated Factors among Age Eligible Women in Mekelle Zone, Northern Ethiopia,
2015: A Community Based Study Using Health Belief Model’.vol. 11, no. 3.
Grant, M., Sun, V., Fujinami.,R.,Otis-Green, S., Juare, G., et al. (2013). Family

173
Seminar Nasional Keperawatan “Tren Perawatan Paliatif sebagai Peluang Praktik Keperawatan Mandiri”

caregiverburden, skill preparedness, and quality of life in non-small cell lung caner,
Oncol Nurs Forum 337346.
Henriksson, A., & Arestedt, K.(2013).
Exploring factor and caregiver outcomes associated with feeling of preparedness for
caregiving in family caregiver in palliative care: A
correlation, cross- sectional study palliative medicine. Vol : 7 (7): 639646
Luthfa, U & Maliya, A. (2008). Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi
Kecemasan Pasien Dalam Tindakan Kemoterapi Di Rumah Sakit Dr.Moewardi
Surakarta. Berita Ilmu Keperawatan. Vol : 1 (4) 1979-2697.
Martin, J.A, Nunez, J.L, Navarro, J.G & Grijalvo,F. (2007). The Rosenberg Self Esteem
Scale: Translation and Validation in University Student. The Spanish Journal Of
Psychology. Vol : 10 (2):458-467.
Mardiana, D., Ma’rifah, A, R., &
Rahmawati, A, N.(2013). Hubungan Mekanisme Koping Dengan Kualitas Hidup
Penderita Kanker Serviks Di RSUD Prof, Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Jurnal
Keperawatan Maternitas. Vol : 1 (1).
Munawarah, S, M.,& Retnowati, S.(2009). Hardieness, Harga Diri, Dukungan Sosial dan
Depresi Penyintas Bencana di Jogjakarta. Humanitas. Vol : VI (2).
Poerbantono, B & Salim. (2014). Rumah Perawatan Paliatif Pada Wanita Penderita Kanker di
Surabaya. Jurnal Edimensi Arsitektur. Vol : 2 (2).
Putra, M, J, S. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan pada
Pasien Kanker dalam Menjalani Kemoterapi di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun.
2015. Universitas Sari Mutiara Indonesia
Robin, Trzesniewski, Tracy, Gosling, And Potter. (2002). Global Self-Esteem Across The Life
Span. The American Psychological Association, Inc. Vol : 17 (3) 23-434
Ryden, M, B. (1978). An adult version of the Coopersmith Self-Esteem Inventory: Testretest
reliability and social desirability. Psychological Reports. 43:1189-1190
Santana, (2012). Hubungan antara sikap dan pengetahuan terhadap kesadaran diri pada
pemeriksaan pap smear. http :// digilib .esaunggul .ac.id / public /UEUUndergraduate-
1063-BABI. pdf diakses 18 September 2017.
Sari, M., Dewi, Y, I., & Utami, A. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Motivasi
Pasien Kanker Payudara Dalam Menjalani Kemoterapi Di Ruang Cendrawasih I Rsud
Arifin Achmad Provinsi Riau. Jurnal Ners Indonesia. Vol : 2 (2)
Sastra, L. (2016). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Konsep Diri Pasien Kanker
Payudara. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah. Vol : 1 (1) 7-12
Schmitt, D.P., & Allik, J. (2005).Simulation administration of the Rosenbergh Self Esteem
Scale in 53 nation: Exploring the universal and cukture specific feature of global self-
esteem. Journal of Personality and Social Psychology. Vol 89 (4) : 623-642.
Sudrajat, C, A. (2012). Hubungan Dukungan Suami Dengan Self Esteem Pada Penderita
Kanker Payudara Di Bandung Cancer Society. Universitas Islam Bandung : Fakultas
Psikologi.
Susanti, D, D., Hamid, A, Y, S., & Afiyanti, Y. (2011). Pengalaman Spiritual Perempuan
Dengan Kanker Serviks. Jurnal Keperawatan Indonesia. Vol : 14 (1)
Susilawati, D. (2013). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan

174
Seminar Nasional Keperawatan “Tren Perawatan Paliatif sebagai Peluang Praktik Keperawatan Mandiri”

Penderita Kanker Serviks Paliatif di RSUP Sardjito Yogyakarta. Jurnal Keperawatan.


Vol : 4 (2) 20863071.
Susilawati, D & Misgiyanto. (2014). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
Kecemasan Penderita Kanker Serviks Paliatif. Jurnal Keperawatan. Vol : 5 (1) 2086-
3071.
Warta, N., Fajar, N, A., & Utama, N. (2015). Pengaruh Persepsi Terhadap Partisipasi Wanita
Usia Subur dalam Melakukan Screening Kanker Serviks dengan Metode Inspeksi Visual
Asam Asetat (Iva) Di Desa Talang Aur Kabupaten Ogan Ilir. Jurnal Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Vol : 6 (03).
Wahyuni, S, E., & Siburian, C, H. (2012). Dukungan Keluarga dan Harga Diri Pasien Kanker
Payudara di RSUP H.Adam Malik Medan. Jurnal Keperawatan Klinis. Vol : 2 (1).

175

Anda mungkin juga menyukai