Anda di halaman 1dari 16

1

PROFIL INDEKS ATEROGENIK PADA INDIVIDU UMUR DEWASA AWAL


SEBAGAI SALAH SATU FAKTOR RISIKO PENYAKIT KARDIOVASKULER
DI PERUMAHAN MEGA NUSA MADANI, DAYA, KECAMATAN
BIRING KANAYA, KOTA MAKASSAR

Rizaldi1, Yanti Sunaidi 2, Resi Agestia Waji3


1. Rizaldi, A.Md.Kes : Program studi D3 Teknologi Laboratorium Medis Fakultas Teknologi
Kesehatan Universitas Megarezky, Jl.Antang Raya No.43 Makassar, Sulawesi Selatan-90245
E-mail : rizaldiichal9@gmail.com

2. Yanti Sunaidi, S.Si.,M.Kes : Program studi D3 Teknologi Laboratorium Medis Fakultas Teknologi
Kesehatan Universitas Megarezky, Jl.Antang Raya No.43 Makassar, Sulawesi Selatan-90245
E-mail : Yanti Suna
3. Resi Agestia Waji,S.Si.,M.Si : Program studi D3 Teknologi Laboratorium Medis Fakultas
Teknologi Kesehatan Universitas Megarezky, Jl.Antang Raya No.43 Makassar, Sulawesi Selatan-
90245
E-mail :

Abstrak
Indeks aterogenik adalah indeks penanda untuk mengukur tingkat aterogenisitas risiko penyakit
kardiovaskuler berdasarkan perhitungan logaritma TG/HDL. Individu umur dewasa awal adalah individu
umur 26-35 tahun yang belakangan ini memiliki jenis pekerjaan lebih banyak didalam ruangan, pola hidup,
dan pengaruh jenis makanan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui profil indeks aterogenik pada individu
umur dewasa awal sebagai salah satu risiko penyakit kardiovaskuler. Jenis penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif dengan pendekatan secara cross sectional. Jumlah subjek yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 31 subjek yang diperoleh menggunakan metode Purposive sampling. Hasil penelitian
ini adalah berdasarkan jenis kelamin perempuan indeks aterogenik risiko tinggi dengan kadar HDL normal
sebanyak 5 (25%) subjek yang terdiri dari TG normal sebanyak 3 (15%) subjek dan TG tidak normal
sebanyak 2 (10%) subjek. Indeks aterogenik risiko tinggi dengan kadar HDL tidak normal sebanyak 7 (30%)
subjek yang terdiri dari TG normal 7 sebanyak (30%) dan TG tidak normal sebanyak 0 (0%). Berdasarkan
jenis kelamin laki-laki indeks aterogenik tinggi dengan kadar HDL tidak normal sebanyak 3 (38%) subjek
yang terdiri dari TG normal sebanyak 1 (13%) subjek dan TG tidak normal sebanyak 2 (25%) subjek.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu individu umur dewasa awal lebih banyak memiliki indeks aterogenik
risiko tinggi penyakit kardiovaskuler.

Kata Kunci: Umur Dewasa Awal, High Density Lipoprotein, Indeks Aterogenik, Penyakit Kardiovaskuler,
Trigliserida.
2

Pendahuluan
Penyakit kardiovaskular (PKV) adalah sekelompok penyakit yang disebabkan oleh
gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah. Kelompok penyakit yang termasuk dalam PKV ada
banyak jenis, namun yang paling umum dan paling terkenal adalah penyakit jantung dan stroke
(Kemenkes RI, 2014). Kematian akibat PKV diprediksi akan terus meningkat setiap tahunnya dan
tahun 2030 mendatang diperkirakan kematian PKV sebanyak 23,3 juta jiwa (Thahira, 2020).
Berbagai faktor risiko yang bisa menyebabkan PKV, yaitu faktor yang tidak dapat diubah seperti
umur, keturunan, jenis kelamin sedangkan faktor yang bisa diubah seperti dislipidemia, merokok,
hipertensi, diabetes, dan stress (Pintaningrum, Y., 2021).
Indonesia termasuk dalam wilayah Asia Tenggara dengan menempati urutan keempat
setelah negara Laos, Kamboja, dan Filipina sebagai negara dengan tingkat prevalensi jantung
koroner tertinggi (WHO, 2013). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018
angka kejadian penyakit jantung koroner semakin meningkat setiap tahunnya. Di Indonesia,
sedikitnya 15 dari 1000 orang atau sekitar 2.784.064 orang menderita penyakit jantungBerdasarkan
data Riskesdes tahun 2018, PKV di Indonesia terbanyak diantaranya penyakit stroke 10,9%, dan
penyakit jantung 1,5%. Provinsi Sulawesi Selatan menempati urutan ke tujuh tertinggi PKV di
Indonesia yang meliputi penyakit stroke 10,6%, dan penyakit jantung 1,5%. Di Sulawesi Selatan
sebesar 1,5% penduduknya menderita penyakit jantung pada semua kategori umur dan sebesar
10,6% menderita penyakit stroke pada umur ≥15 tahun (RISKESDAS, 2018).
Secara umum, individu yang berisiko terkena penyakit PKV yakni individu yang memiliki
faktor risiko namun belum menunjukan adanya gejala klinis PKV (Wicaksana et al., 2017). Individu
umur dewasa merupakan kelompok yang berisiko mengalami PKV walaupun belum menunjukkan
gejala klinis. Hal ini disebabkan PKV dipengaruhi oleh faktor umur, semakin bertambahnya umur
maka semakin tinggi risiko menderita PKV yang disebabkan oleh semakin besar timbunan plak
yang menempel di dinding pembuluh darah sehingga menyebabkan gangguan pada aliran darah
(Ghani et al., 2016). Menurut Departemen Kesehatan umur dewasa terbagi menjadi dewasa awal
dimulai sejak umur 26-35 tahun dan dewasa akhir dimula sejak 36-45 tahun (Depkes RI, 2009).
Individu umur dewasa biasanya ditandai dengan berakhirnya masa pubertas serta kematangan organ
reproduksinya sehingga pada masa ini individu akan mengalami beberapa perubahan seperti
perubahan fisik, biologis serta gaya hidup yang akan menjadi salah faktor risiko timbulnya penyakit
(Rehm et al., 2012) .
Seiring dengan bertambahnya umur akan mempengaruhi kandungan lemak dalam darah
yang dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang disebabkan adanya penimbunan
kolesterol sehingga tekanan darah meningkat dan berpotensi menyebabkan penyakit jantung
3

koroner (Kumar, P., dikutip dalam Ghani et al., 2016). High Density Lipoprotein (HDL) merupakan
salah satu jenis kolesterol baik yang berperan mencegah terjadinya aterosklerosis (Anies., 2015).
Trigliserida (TG) merupakan salah satu jenis lemak yang berasal dari dalam darah, kadar TG yang
tinggi dikaitkan dengan peningkatan risiko PKV (Astuti., 2015). Pada orang dewasa kadar normal
HDL yakni 40-60 mg/dL dan TG yakni <150 mg/dL (Nugraha, 2018)(Hanun, Mukhilidah, Fatimah,
2020).
Faktor utama penyebab penyakit PKV adalah dislipidemia yang di awali dengan
aterosklosis (Dina,Nurul & Ratu, Ayu, 2020). Kadar HDL dan TG termasuk dalam indeks
aterogenik sebagai parameter faktor risiko terjadinya PKV. Indeks aterogenik (IA) merupakan
biomarker yang digunakan untuk memprediksi risiko penyakit kardiovaskular berdasarkan derajat
arterogenitas dengan menggunakan rumus logaritma (TG/HDL). Nilai IA menggambarkan
hubungan antara lipoprotein pelindung (HDL) dan lipoprotein aterogenik, dan hubungan antara IA
dan ukuran partikel serta tingkat risiko berbagai lipoprotein aterogenik. Berdasarkan data penelitian
sebelumnya telah diketahui bahwa hasil perhitungan indeks aterogenik yang berupa log TG/HDL
dapat dikategorikan sebagai risiko rendah (<0,11), risiko sedang (0,12 - <21), dan risiko tinggi PKV
(>0,21) (Niromand, et. al., 2015).
Dalam memprediksi lebih awal kejadian PKV dengan menggunakan indeks aterogenik,
dapat melihat sejauh mana risiko individu terhadap PKV dikemudian hari. Jika didapatkan nilai IA
yang menunjukkan adanya risiko PKV maka klinisi akan melakukan pemantauan lebih lanjut untuk
meminimalisir kejadian klinis dan kematian mendadak pada individu yang memiliki risiko tinggi
dimasa mendatang (Wicaksana et al., 2017). Menurut Persatuan Dokter Spesialis Kardiovaskuler
Indonesia (PERKI) tahun 2017 bahwa tiap individu dengan tingkat risiko PKV memiliki intervensi
terapi masing-masing yang secara umum terdiri atas intervensi perubahan gaya hidup dan intervensi
farmakologis. Penyakit kardiovaskuler (PKV) selalu dikaitkan dengan gaya hidup yang kurang baik
seperti merokok, kurangnya olahraga, serta mengkonsumsi makanan yang berlemak dalam jangka
waktu yang panjang sekitar 10-15 tahun atau bahkan lebih (Kemenkes RI., 2014). Dengan demikian
dengan mengetahui indeks aterogenik seseorang sejak memasuki umur dewasa dapat menjadi
biomarker yang baik dalam memprediksi terjadinya PKV dimasa mendatang.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu jenis
penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data dalam satu kali pada
waktu yang dilakukan dengan pengambilan sampel pada individu umur dewasa awal (26-35
tahun) di Perumahan Mega Nusa Madani, Daya, Kecamatan Biring Kanaya, Kota Makassar pada
tanggal 22 Juli-02 Agustus 2022 sebanyak 45 populasi dengan penetapan besar sampel dalam
penelitian ini adalah convenience sampling yaitu pengambilan sampel sesuai dengan kondisi di
4

lapangan dengan jumlah 31 sampel sesuai dengan kriteria inklusi dan inklusi yang ditentukan oleh
peneliti yang dilakukan uji analisa dilaksanakan di Laboratorium Klinik Parahita Diagnostic Center
Makassar.
Hasil
Tabel 1. Indeks Aterogenik Berdasarkan Jenis Kelamin

Kategori Indeks Aterogenik Jumlah

Risiko Rendah Risiko Sedang Risiko Tinggi


(<0,11) (0,12-0,21) (>0,21)
Laki-laki :
N (%) 3 (37) 1 (13) 4 (50) 8 (100)
Min -0,10 0,13 0,47
Max 0,09 0,13 0,83
Mean 0,02 0,13 0,63
Median 0,07 0,13 0,61
Perempuan :
N (%) 8 (35) 3 (13) 12 (52) 23 (100)
Min -0,08 0,12 0,24
Max 0,09 0,16 0,66
Mean 0,02 0,14 0,35
Median 0,04 0,14 0,31

(Sumber : Data Primer, 2022)


Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa subjek dengan jenis kelamin laki-laki adalah
sebanyak 8 subjek. Subjek yang memiliki indeks aterogenik risiko rendah (<0,11) sebanyak 3
(37%) subjek dengan hasil minimum -0,10, hasil maksimum 0,09, hasil mean 0,02, dan hasil
median 0,07. indeks aterogenik risiko sedang (0,12-0,21) sebanyak 1 (13%) subjek dengan hasil
minimum 0,13, hasil maksimum 0,13, hasil mean 0,13, dan hasil median 0,13. Sedangkan indeks
aterogenik risiko tinggi (>0,21) sebanyak 4 (50%) subjek dengan hasil minimum 0,47, hasil
maksimum 0,83, hasil mean 0,63, dan hasil median 0,61.
Subjek dengan jenis kelamin perempuan adalah sebanyak 23 subjek. Subjek yang memiliki
indeks aterogenik risiko rendah (<0,11) sebanyak 8 (35%) subjek dengan hasil minimum -0,08,
hasil maksimum 0,09, hasil mean 0,02, dan hasil median 0,04. Indeks aterogenik risiko sedang
(0,11-0,21) sebanyak 3 (13%) subjek dengan hasil minimum 0,12, hasil maksimum 0,16, hasil mean
0,14, dan hasil median 0,14. Sedangkan risiko tinggi (>0,21) sebanyak 12 (52%) subjek dengan
hasil minimum 0,24, hasil maksimum 0,66, hasil mean 0,35, dan hasil median 0,31.
5

Tabel 2. Indeks Aterogenik Berdasarkan Umur

Indeks Aterogenik

Kategori Risiko Risiko Risiko Jumlah


Rendah Sedang Tinggi
(<0,11) (0,11-0,21) (>0,21)

Umur (26-30 Tahun) :


N (%) 10 (50) 3 (15) 7 (35) 20 (100)
Min -0,10 0,12 0,28
Max 0,09 0,16 0,66
Mean 0,13 0,13 0,41
Median 0,04 0,13 0,38

Umur (31-35 Tahun):


(N) % 1 (9) 1 (9) 9 (82) 11 (100) (Sumber :
Data Min 0,09 0,14 0,24 Primer,
Max 0,09 0,14 0,83 2022)
Mean 0,09 0,14 0,43
Median 0,09 0,14 0,40

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa subjek dengan umur 26-30 tahun adalah sebanyak
20 subjek. Subjek yang memiliki indeks aterogenik risiko rendah (<0,11) sebanyak 10 (50%) subjek
dengan hasil minimum -0,10, hasil maksimum 0,09, hasil mean 0,13, dan hasil median 0,04. Indeks
aterogenik risiko sedang (0,12-0,21) sebanyak 3 (15%) subjek dengan hasil minimum 0,12, hasil
maksimum 0,16, hasil mean 0,13, dan hasil median 0,13. Sedangkan risiko tinggi (>0,21) sebanyak
7 (35%) subjek dengan hasil minimum 0,28, hasil maksimum 0,66, hasil mean 0,41, dan hasil
median 0,38.
Subjek dengan umur 31-35 tahun adalah sebanyak 11 subjek. Subjek yang memiliki indeks
aterogenik dalam risiko rendah (<0,11) sebanyak 1 (9%) subjek dengan hasil minimum 0,09, hasil
maksimum 0,09, hasil mean 0,09, dan hasil median 0,09. Indeks aterogenik risiko sedang yaitu
(0,12-0,21) sebanyak 1 (9%) subjek dengan hasil minimum 0,14, hasil maksimum 0,14, hasil mean
0,14, dan hasil median 0,14, sedangkan kategori tinggi (>0,21) sebanyak 9 (82%) subjek dengan
hasil minimum 0,24, hasil maksimum 0,83, hasil mean 0,43, dan hasil median 0,40.
6

Tabel 3. Kategori Indeks Aterogenik Berdasarkan Kadar HDL

Indeks Aterogenik
Kategori
Rendah Sedang (0,11- Tinggi Jumlah
Kadar HDL (mg/dL)
(<0,11) 0,21) (>0,21)
Normal
20 (100)
(N) % 10 (50) 4 (20) 6 (30)
Min -0,1 0,12 0,24
Max 0,09 0,16 0,66
Mean 0,01 0,13 0,4
Median 0,04 0,13 0,37
Tidak Normal
11 (100)
(N) % 1 (9) 0 (0) 10 (91)
Min 0,05 0 0,25
Max 0,05 0 0,83
Mean 0,05 0 0,44
Median 0,05 0 0,39

(Sumber : Data Primer, 2022)


Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa subjek dengan kadar HDL normal adalah
sebanyak 20 subjek. Subjek yang memiliki indeks aterogenik risiko rendah (<0,11) sebanyak 10
(50%) subjek dengan hasil minimum -0,1, hasil maksimum 0,09, hasil mean 0,01, dan hasil median
0,04. Indeks aterogenik risiko sedang (0,12-0,21) sebanyak 4 (20%) subjek dengan hasil minimum
0,12, hasil maksimum 0,16, hasil mean 0,13, dan hasil median 0,13. Sedangkan risiko tinggi (>0,21)
sebanyak 6 (30%) subjek dengan hasil minimum 0,24, hasil maksimum 0,66, hasil mean 0,4, dan
hasil median 0,37.
Tabel 4. Kategori Indeks Aterogenik Berdasarkan Kadar Trigliserida
7

Indeks Aterogenik
Kategori
Rendah Sedang (0,11- Tinggi Jumlah
Trigliserida (mg/dL)
(<0,11) 0,21) (>0,21)
Normal
(N) % 11 (41) 4 (15) 12 (44) 27 (100)
Min -0,1 0,12 0,24
Max 0,09 0,16 0,52
Mean 0,02 0,13 0,35
Median 0,05 0,13 0,31
Tidak Normal
(N) % 0 (0) 0 (0 ) 4 (100) 4 (100)
Min 0 0 0,46
Max 0 0 0,83
Mean 0 0 0,66
Median 0 0 0,68

(Sumber : Data Primer, 2022)


Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa subjek dengan kadar trigliserida normal adalah
sebanyak 27 subjek. Subjek yang memiliki indeks aterogenik risiko rendah (<0,11) sebanyak 11
(41%) subjek dengan hasil minimum -0,10, hasil maksimum 0,09, hasil mean 0,02, dan hasil
median 0,05. Indeks aterogenik risiko sedang (0,12-0,21) sebanyak 4 (15%) subjek dengan hasil
minimum 0,12, hasil maksimum 0,16, hasil mean 0,13, dan hasil median 0,13. Sedangkan risiko
tinggi (>0,21) sebanyak 12 (44%) subjek dengan hasil minimum 0,24, hasil maksimum 0,52, hasil
mean 0,35, dan hasil median 0,31.
Subjek dengan trigliserida tidak normal adalah sebanyak 4 subjek. Subjek yang memiliki
indeks aterogenik dalam risiko rendah dan risiko sedang tidak ditemukan pada subjek, sedangkan
risiko tinggi (>0,21) sebanyak 4 (100%) subjek dengan hasil minimum 0,46, hasil maksimum 0,83,
hasil mean 0,66, dan hasil median 0,68.
Tabel 5. Berdasarkan Kadar HDL Pada Subjek Perempuan
HDL Normal HDL Tidak Normal

Kategori Indeks TG Tidak TG Tidak


TG Normal TG Normal
Aterogenik Normal Normal
(N) % (N) %
(N) % (N) %

Rendah 7 (30) 0 (0) 1 (4) 0 (0)

Sedang 3 (13) 0 (0) 0 (0) 0 (0)

Tinggi 3 (13) 2 (10) 7 (30) 0 (0)


8

(Sumber : Data Primer, 2022)


Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa indeks aterogenik risiko rendah dengan kadar HDL
normal sebanyak 7 (30%) subjek yang terdiri dari TG normal sebanyak 7 (30%) subjek dan TG
tidak normal sebanyak 0 (0%) subjek. Indeks aterogenik risiko rendah dengan kadar HDL tidak
normal sebanyak 1 (4%) subjek yang terdiri dari TG normal sebanyak 1 (4%) subjek dan TG tidak
normal sebanyak 0 (0%) subjek. Berdasarkan indeks aterogenik risiko sedang dengan kadar HDL
normal sebanyak 3 (13%) subjek yang terdiri dari TG normal sebanyak 3 (13%) subjek dan TG
tidak normal sebanyak 0 (0%) subjek. Indeks aterogenik risiko sedang dengan kadar HDL tidak
normal sebanyak 0 (0%) subjek yang terdiri dari TG normal sebanyak 0 (0%) subjek dan TG tidak
normal sebanyak 0 (0%) subjek. Berdasarkan indeks aterogenik risiko tinggi dengan kadar HDL
normal sebanyak 5 (25%) subjek yang terdiri dari TG normal sebanyak 3 (15%) subjek dan TG
tidak normal sebanyak 2 (10%) subjek. Indeks aterogenik risiko tinggi dengan kadar HDL tidak
normal sebanyak 7 (30%) subjek yang terdiri dari TG normal 7 sebanyak (30%) dan TG tidak
normal sebanyak 0 (0%).
Tabel 6. Parameter Indeks Aterogenik Berdasarkan Jenis Kelamin Laki-laki
HDL Normal HDL Tidak Normal
Kategori Indeks TG Tidak TG Tidak
TG Normal TG Normal
Aterogenik Normal Normal
(N) % (N) %
(N) % (N) %

Rendah 3 (38) 0 (0) 0 (0) 0 (0)

Sedang 1 (12) 0 (0) 0 (0) 0 (0)

Tinggi 1 (12) 0 (0) 1 (12) 2 (26)

(Sumber : Data Primer, 2022)


Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa indeks aterogenik risiko rendah dengan kadar
HDL normal sebanyak 3 (38%) subjek yang terdiri dari TG normal sebanyak 3 (38%) subjek dan
TG tidak normal sebanyak 0 (0%) subjek. Indeks aterogenik risiko rendah dengan kadar HDL tidak
normal sebanyak 0 (0%) subjek yang terdiri dari TG normal sebanyak 0 (0%) subjek dan TG tidak
normal sebanyak 0 (0%) subjek. Berdasarkan indeks aterogenik risiko sedang dengan kadar HDL
9

normal sebanyak 1 (12%) subjek yang terdiri dari TG normal sebanyak 1 (12%) subjek dan TG
tidak normal sebanyak 0 (0%) subjek. Indeks aterogenik risiko sedang dengan kadar HDL tidak
normal sebanyak 0 (0%) subjek yang terdiri dari TG normal sebanyak 0 (0%) subjek dan TG tidak
normal sebanyak 0 (0%) subjek. Berdasarkan indeks aterogenik risiko tinggi dengan kadar HDL
normal sebanyak 1 (12%) subjek yang terdiri dari TG normal sebanyak 1 (12%) subjek dan TG
tidak normal sebanyak 0 (0%) subjek. Indeks aterogenik risiko tinggi dengan kadar HDL tidak
normal sebanyak 3 (38%) subjek yang terdiri dari TG normal sebanyak 1 (13%) subjek dan TG
tidak normal sebanyak 2 (25%) subjek.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai profil indeks aterogenik pada individu umur dewasa
awal sebagai salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler, yang dilakukan di Perumahan Megah
Nusa Madani, Daya, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar dengan subjek penelitian berjumlah
31 subjek. Kadar HDL dan trigliserida dilakukan menggunakan metode enzimatik kalorimetri dan
diperiksa menggunakan alat Cobas C311.
Berdasarkan karakteristik subjek penelitian terdapat lebih banyak subjek penelitian yang
berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 23 (74%) subjek dibandingkan laki-laki dengan jumlah
8 (26%) subjek. Berdasarkan kelompok umur terdapat lebih banyak subjek penelitian berumur 26-
30 tahun sebanyak 20 (65%) subjek dibandingkan umur 31-36 tahun sebanyak 11 (35%) subjek.
Berdasarkan kadar HDL, terdapat lebih banyak subjek yang memiliki kadar HDL normal sebanyak
20 (65%) subjek dibandingkan dengan kadar HDL tidak normal sebanyak 11 (35%) subjek.
Berdasarkan kadar trigliserida, terdapat lebih banyak subjek yang memiliki kadar trigliserida
normal sebanyak 27 (87%) subjek dibandingkan dengan kadar trigliserida tidak normal sebanyak 4
(13%) subjek.
Berdasarkan hasil median indeks aterogenik risiko tinggi lebih besar ditemukan pada laki-
laki sebesar 0,61 dibandingkan perempuan sebesar 0,31 Penyebab laki-laki memiliki nilai median
indeks aterogenik risiko tinggi dibandingkan perempuan dikarenakan adanya hormon estrogen pada
perempuan sebagai protektif sebelum memasuki masa menopause. Dalam sebuah buku (Nuraini,
2015) menyebutkan individu laki –laki akan memiliki risiko yang lebih besar mengalami PKV
dibandingkan perempuan. Hal tersebut sesuai dengan teori (Nurul Dina Rahmawat dan Ratu Ayu
Dewi Sartika, 2020) bahwa risiko PKV terjadi serangan awal pada laki-laki, namun setelah
memasuki masa menopause pada perempuan tingkat risiko PKV lebih tinggi. Hormon estrogen
tersebut berpengaruh terhadap kadar HDL. Dengan kata lain, menurunnya hormon estrogen
membuat kadar HDL pun menurun yang merupakan risiko PKV. Menurut penelitian mengatakan
adanya korelasi antara hormon esterogen dengan indeks aterogenik sebagai indikator PKV. Hal
tersebut disebabkan karena aktifitas hormon estrogen dalam meminimalisir resistensi pembuluh
10

darah perifer yang bisa mempengaruhi nilai indeks aterogenik. Hormon estrogen yang berkurang
bisa menyebabkan vasokontriksi akibat penurunan relaksasi pembuluh darah sehingga bisa
meningkatkan risiko PKV (Wayan dan Nyoman, 2019)
Berdasarkan indeks aterogenik pada kategori umur menunjukkan bahwa subjek umur 26-30
tahun lebih banyak masuk dalam indeks aterogenik risiko rendah sedangkan subjek umur 31-36
tahun lebih banyak masuk dalam indeks aterogenik risiko tinggi. Penyebab umur 31-35 tahun
memiliki hasil indeks aterogenik risiko tinggi dibandingkan umur 26-30 dikarenakan risiko PKV
memiliki keterkaitan dengan umur. Semakin bertambahnya umur individu maka semakin tinggi
risiko individu terkena PKV. Risiko PKV tersebut meningkat terjadi dimulai pada umur 30 tahun
keatas. PJK merupakan salah satu PKV yang sangat erat kaitannya dengan umur (Darmawan,
2012). Umur berpengaruh terhadap kadar HDL yang disebabkan semakin bertambahnya umur maka
mekanisme kerja organ dalam tubuh akan menurun sehingga menghambat produksi HDL
(Ramadhan, Widianto., et al, 2019). Selain itu, seiring dengan bertambah umur maka berbagai
fungsi organ tubuh juga akan mengalami penurunan yang menyebabkan kadar trigliserida
cenderung mengalami peningkatan akibat kesulitan mencapai keseimbangan dalam darah (Putri et
al., 2017). Penelitian (Darmawan, 2012) juga menyatakan risiko PKV disebabkan karena
penumpukan lemak pada jaringan yang sebelumnya telah berlangsung disaat umur belasan tahun
sehingga pada umur diatas 40 tahun kemungkinan terjadi penyempitan pembuluh darah. Penelitian
(Rega, Efrida, et al, 2021) mengatakan indeks aterogenik mempunyai hubungan dengan usia
sebagai faktor risiko PKV. Hal tersebut disebabkan usia merupakan salah satu faktor risiko PKV
yang tidak dapat diubah sehingga faktor risiko ini seiring waktu akan terus meningkat sehingga bisa
menyebabkan terjadinya kerusakan pada dinding arteri akibat aterosklerosis yang telah berlangsung
sedangkan disisi lain kemampuan tubuh dalam memperbaikinya semakin menurun akibat proses
penuaan.
Indeks aterogenik berdasarkan kategori kadar HDL menunjukkan bahwa subjek dengan
kadar HDL normal lebih banyak masuk dalam indeks aterogenik risiko rendah sedangkan subjek
dengan kadar HDL tidak normal lebih banyak masuk dalam indeks aterogenik risiko tinggi.
Selain itu, berdasarkan kadar trigliserida subjek dengan kadar trigliserida normal lebih
banyak masuk indeks aterogenik risiko rendah sedangkan subjek dengan kadar trigliserida tidak
normal lebih banyak masuk dalam indeks aterogenik risiko.
Parameter HDL dan trigliserida merupakan indeks penanda yang digunakan dalam
menentukan risiko PKV suatu individu berdasarkan nilai indeks aterogenik. Nilai Indeks aterogenik
risiko tinggi bisa disebabkan dari ketidak normalan salah satu kadar HDL dan trigliserida ataupun
keduanya dan didukung juga dari gaya hidup individu yang dimiliki sehingga dengan demikian hal
11

tersebut bisa menyebabkan terjadinya aterosklerosis yang bisa berujung menyebabkan risiko terjadi
PKV pada individunya .
Pada subjek jenis kelamin perempuan yang memiliki indeks aterogenik risiko rendah lebih
banyak ditemukan dengan kadar HDL normal dan TG normal. Berdasarkan hasil penelusuran
mereka memiliki lingkar pinggang yang normal. selain memiliki lingkar pinggang normal subjek
juga tidak sering terpapar asap rokok serta memiliki aktifitas fisik yang tinggi. Berdasarkan hasil
wawancara dengan subjek ternyata juga tidak memiliki riwayat keluarga PKV.
Sedangkan subjek jenis kelamin perempuan yang memiliki indeks aterogenik risiko sedang
lebih banyak ditemukan dengan kadar HDL normal dan TG normal. Hal ini bisa terjadi karena
setelah dilakukan penelusuran mereka memiliki lingkar pinggang yang tidak normal, sering terpapar
asap rokok, dan memiliki asupan lemak yang tinggi sekalipun subjek tidak memiliki riwayat
keluarga PKV. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa suatu individu dengan kadar HDL dan
TG normal perlu berhati-hati karena beberapa penelitian juga mengatakan bahwa pengukuran
lingkar pinggang pada obesitas merupakan prediktor penyakit kardiovaskular yang lebih baik
dibandingkan IMT dikarenakan IMT tidak dapat membedakan massa otot dan lemak serta
distribusinya (Shen S, Lu Y, et al., 2017) Penelitian (Arimura, et al, 2011) mengatakan terdapat
hubungan antara lingkar pinggang, kadar HDL, kadar trigliserida dan indeks aterogenik yaitu
semakin besar nilai lingkar pinggang maka semakin rendah kadar HDL dan semakin besar nilai
linggkar pinggang maka semakin tinggi kadar trigliserida dan semakin tinggi nilai risiko indeks
aterogenik. Selain itu, penelitian terkait paparan asap rokok juga menyebutkan bahwa paparan asap
rokok memiliki keterkaitan dengan risiko kejadian PKV yang disebabkan dari kandungan rokok
berupa nikotin dan tar. Paparan asap rokok yang diterima seseorang disebut sebagai perokok pasif.
Menurut (Anggraini dan Hidajah, 2018) menyatakan kandungan asap rokok yang dikeluarkan dari
perokok aktif lebih banyak dihirup oleh perokok pasif berupa kandungan nikotin dan tar. Teori ini
didukung dari penelitian (Setyananda, 2015) bahwa paparan asap rokok yang diterima oleh perokok
pasif memiliki keterkaitan dengan peningkatan terjadinya aterosklerosis yang berhubungan dengan
nilai indeks atrogenik yang yang merupakan tahap awal terjadinya risko PKV. Keterkaitan tersebut
berawal dari kinerja jantung yang lebih besar serta banyaknya kandungan karbonmonoksida
didalam darah dibandingkan oksigen sehingga akan memicu jantung dalam memenuhi kebutuhan
oksigen. Hal tersebut dipengaruhi dari kandungan nikotin yang dapat merangsang saraf simpatis.
Semakin banyak asap rokok yng dihirup suatu individu maka semakin tinggi nilai kadar trigliserida
dan semakin tinggi pula nilai indeks aterogeniknya.
Berdasarkan dari asupan lemak subjek yang tinggi memberikan pengaruh terhadap nilai
indeks aterogenik seseorang yang akan menyebabkan tinggi pula risiko PKV yang akan dialaminya.
Sebuah penelitian mengatakan bahwa sering mengonsumsi gorengan (≥6 kali seminggu) termasuk
12

dalam asupan lemak yang tinggi (Nida Alhusna Sugiyanto, 2017). Gorengan yang berlebihan
dikomsumsi setiap harinya akan disimpan dalam bentuk lemak dan glukosa dalam tubuh.
Kelebihan tersebut makin lama akan menyebabkan tidak hanya kegemukan, namun juga bisa
meyebabkan penyakit jantung, sehingga sangat diperlukan komsumsi sayuran untuk mengurangi
penyerapan lemak dan glukosa yang berlebihan (Kurniadi, 2013). Berdasarkan salah satu penelitian
yang dilakukan (Ratnasari, Ali, et al, 2018) menemukan adanya hubungan yang signifikan antara
konsumsi lemak dengan indeks aterogenik dengan nilai p<0,05 yaitu 0,025 dan nilai koefisien
korelasi 0,260.
Pada subjek jenis kelamin perempuan lebih banyak yang memiliki indeks aterogenik risiko
tinggi yang ditemukan dengan kadar HDL tidak normal walaupun TG normal. Berdasarkan
penelusuran pada subjek ditemukan mereka memiliki lingkar pinggang tidak normal. selain
memiliki lingkar pinggang tidak normal subjek juga memiliki asupan lemak yang tinggi, sering
terpapar asap rokok, aktifitas fisik yang rendah serta kisaran IMT 20,0-25,0 kg/m 2. Berdasarkan
hasil wawancara dengan subjek ternyata juga memiliki riwayat keluarga PKV. Subjek dengan
aktifitas fisik yang rendah juga akan memberikan peluang untuk mengalami risiko PKV yang
ditandai dengan nilai indeks aterogenik masuk dalam risiko tinggi. Menurut (Brown, 2012)
menyebutkan klasifikasi aktifitas fisik berdasarkan tingkatannya dibagi menjadi tiga yaitu aktifitas
rendah (menonton televisi, bermain komputer, duduk ditempat kerja, menyapu), aktifitas sedang
(berjalan, bersepeda, bermain, berkebun atau aktifitas lainnya), dan aktifitas tinggi (berlari,
berenang, olahraga aktif seperti basket, sepak bola, bulutangkis, latihan angkat beban dan aerobik).
Menurut penelitian (Amelia, 2019) menyatakan bahwa aktifitas fisik yang tinggi dapat memberikan
perubahan terhadap ketebalan pada dinding pembuluh darah arteri sehingga mencegah terjadinya
aterosklerosis yang bisa menjadi risiko PKV. Hal tersebut disebabkan karena adanya perubahan
pada metabolisme lipid dan lipoprotein yang bisa menyebabkan meningkatan HDL. Selain itu,
dalam sebuah penelitian (Rega, Efrida, et al, 2021) menyebutkan individu dengan aktifitas fisik
yang rendah cenderung memiliki nilai indeks aterogenik yang lebih tinggi dibandingkan individu
yang tingkat aktifitas fisik sedang ataupun tinggi. Dalam penelitian sebelumnya juga menyebutkan
hal yang sama bahwa adanya keterkaitan antara aktifitas fisik dengan nilai indeks aterogenik.
Selain itu, subjek yang memiliki riwayat keluarga PKV cenderung akan memiliki indeks
aterogenik risiko tinggi. Individu dengan riwayat PKV akan memiliki risiko untuk mengalami
kejadian PKV yang disebabkan adanya garis keturunan individu tersebut. Sejalan dengan penelitian
(Sulistyo Andarmoyo, 2014) yang menyatakan individu dengan riwayat keluarga PJK dilaporkan
11,2 kali lebih berisiko mengalami PJK dibandingkan individu yang tidak memiliki riwayat PJK.
Dalam penelitian (Purbianto dan Dwi Agustianti, 2015) juga menyimpulkan bahwa individu dengan
riwayat keluarga PKV akan lebih berisiko dibandingkan individu tanpa riwayat keluarga PKV.
13

Riwayat keluarga dengan indeks aterogenik memiliki hubungan sebagai prediktor risiko PKV.
Dalam sebuah buku Pedoman Tatalaksana Pencegahan PKV tahun 2015 .menyebutkan individu
dengan risiko rendah namun mempunyai riwayat keluarga dengan PKV mempunyai korelasi dalam
hal genetika sehingga sekalipun individu tersebut melakukan upaya modifikasi tetap saja akan
sangat sulit di hindari.
Penelitian juga menemukan keterkaitan antara IMT dan risiko PKV. Menurut (Jean-Pierre
Depres, 2012) mengatakan bahwa peningkatan IMT berhubungan dengan faktor risiko beberapa
penyebab kematian seperti penyakit kardiovaskular, stroke dan kanker. Peningkatan IMT juga
berkaitan dengan terjadinya penurunan pada kadar HDL. Kadar kolesterol akan meningkat dengan
adanya perubahan berat badan dari berat badan normal. Penelitian (Karniawati, Yani, et al, 2017)
menyebutkan IMT yang semakin meningkat menyebabkan penurunan kadar kolesterol HDL
sehingga nilai indeks aterogenik pun juga ikut meningkat. Hal tersebut disebabkan adanya
mekanisme dari proses dislipidemia yang akan memicu peningkatan risiko PKV.
Pada subjek jenis kelamin laki-laki yang memiliki indeks aterogenik risiko rendah lebih
banyak ditemukan dengan kadar HDL normal dan TG normal. Berdasarkan penelusuran yang
ditemukan mereka memiliki lingkar pinggang normal. Selain memiliki lingkar pinggang normal
subjek juga memiliki asupan lemak yang rendah serta aktifitas fisik yang tinggi. Berdasarkan hasil
wawancara dengan subjek ternyata juga tidak memiliki riwayat keluarga PKV.
Sedangkan subjek jenis kelamin laki-laki lebih banyak yang memiliki indeks aterogenik
risiko sedang lebih banyak ditemukan dengan kadar HDL normal walaupun TG normal.
Berdasarkan penelusuran ditemukan mereka memiliki lingkar pinggang normal. Walaupun mereka
memiliki lingkar pinggang normal dan aktifitas fisik namun mereka memiliki asupan lemak yang
tinggi serta memiliki riwayat keluarga PKV. Hal ini memberikan kita gambaran bahwa sekalipun
memiliki kadar HDL dan TG normal juga perlu berhati-hati karena beberapa penelitian juga
mengatakan bahwa beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko PKV suatu individu seperti
memiliki asupan lemak yang tinggi maupun memiliki riwayat keluarga PKV, sehingga dengan
beberapa faktor yang dimiliki subjek sehingga bisa menyebabkan nilai indeks aterogeniknya masuk
dalam kategori sedang.
Pada subjek jenis kelamin laki-laki lebih banyak yang memiliki indeks aterogenik risiko
tinggi lebih banyak ditemukan dengan kadar HDL tidak normal serta TG tidak normal. Berdasarkan
penelusuran ditemukan mereka memiliki lingkar pinggang tidak normal. selain memiliki lingkar
pinggang tidak normal subjek juga memiliki asupan lemak yang tinggi, kisaran IMT 20,0-25,0
kg/m2 serta sering terpapar asap rokok. Berdasarkan hasil wawancara pada subjek ternyata juga
memiliki riwayat keluarga PKV.
14

Penelitian ini memberikan gambaran bahwa individu umur dewasa awal yang sehat tanpa
memiliki riwayat keluarga PKV dengan telah discreening baik lebih banyak memiliki indeks
aterogenik risiko tinggi penyakit kardiovaskuler. Hal ini memberikan gambaran kepada kita bahwa
individu yang sehat diumur muda tidak menjamin memiliki nilai indeks aterogenik risiko rendah
penyakit kardiovaskuler. Sehingga hal inilah yang sangat perlu menjadi perhatian untuk diwaspadai
sejak dini dengan memperhatikan pola hidup (menghindari asupan lemak yang berlebihan, sering
terpapar rokok), memperbaiki aktifitas fisik, serta rutin melakukan medical check up untuk
mengontrol kadar profil lipid dalam tubuh.
Dalam memprediksi sejak dini kejadian risiko PKV maka klinisi akan melakukan
pemantauan lebih lanjut untuk meminimalisir kejadian klinis dan kematian mendadak pada individu
yang memiliki risiko tinggi dimasa mendatang. Individu dengan tingkat risiko PKV memiliki
intervensi terapi masing-masing yang secara umum terdiri atas intervensi perubahan gaya hidup dan
intervensi farmakologis sesuai dengan pernyataan Persatuan Dokter Spesialis Kardiovaskuler
Indonesia (PERKI) tahun 2017.
Adapun terdapat beberapa keterbatasan penelitian ini adalah tidak ada penentuan gizi normal
dalam mengkonsumsi lemak dan penentuan tingkatan aktifitas fisik dengan mengukur durasi waktu
selama beraktifitas.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian ini maka dapat disimpulkan yaitu profil indeks aterogenik pada individu
umur dewasa awal lebih banyak menunjukkan indeks aterogenik risiko tinggi penyakit
kardiovaskuler.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia., Y.D. (2019). Peran Aktifitas Fisik Bagi Kinerja jantung dan Paru-Paru Seta Relevansinya
dengan Aterosklerosis. Fakultas Kedokteran. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Anggraini dan Hidajah. (2018). Hubungan Antara Paparan Asap Rokok dan Pola Makan dengan
Kejadian Penyakit Jantung Koroner pada Perempuan Usia Produktif. Amerta Nur, 10–16.
Anies. (2015). Kolestrol & Penyakit Jantung Koroner. AR-RUZZ MEDIA.
Astuti. (2015). Makanan-Makanan Tinggi Kolestrol. FlashBooks.
Berk, L. (2012). Edisis Kelima Transisi Menjelang Dewasa. Pustaka Pelajar.
Brown, J. . (2012). Nutrion Throught The Life Cycle (Wadsword).
Darmawan. (2012). Waspadai Gejala Penyakit Mematikan. ORYZA.
Depkes RI. (2009). Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan. PDF
Geru, Y. L. (2018). Perbedaan kadar kolesterol High Density LipoproteiN (HDL) pada serum
15

segera dan tunda 4 jam. Skripsi. 1, 1–4.


Hanun, Mukhilidah, Fatimah, R. S. (2020). Analisis Faktor Utama Kadar Trigliserida Abnormal
pada Penduduk Dewasa di Indonesia. 7(September).
Jean-Pierre Depres. (2012). Abdominal Olahraga Kolestrol Tinggi. Citra Aji Pratama.
Karniawati., M. Yani. M et al. (2017). Perbandingan Indeks Aterogenik Plasma Log (TG/HDL)
Pada Wanita Obes dan Non Obes. Jurnal Ilmiah Farmasyifa. Universitas Bhakti Kencana.
Hal.35-43. Vol.3. No 1.
Kemenkes RI. (2014). Info Datin Situasi kesehatan jantung. In Pusat data dan informasi
kementerian kesehatan RI. Pusat Data dan Informasi.
Nida Alhusna Sugiyanto. (2017). Hubungan Kebiasaan Komsumsi Lemak dan Aktifitas Fisik
Terhadap Status Gizi pada pegawai Di Kantor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam (FMIPA) Universitas Negri Yogyakarta.
Niroumand, S., Khajedaluee, M., Khadem-Rezaiyan, M., Abrishami, M., Juya, M., Khodaee, G., &
Dadgarmoghaddam, M. (2015). Atherogenic Index of Plasma (AIP): A marker of
cardiovascular disease. Medical Journal of the Islamic Republic of Iran. 29(1), 627–635.
Nugraha, G. (2018). Pedoman Teknik Pemeriksaan Laboratorium Klinik untuk Mahasiswa
Teknologi Laboratorium Medik. Anggota IKAPI.
Nuraini, B. (2015). Risk Factors Of Hypertension. Faculty Of Medicine, University (Vol.4 No.5),
pp.11.
Nurhidayat, S. (n.d.). Faktor resiko penyakit kardiovaskular berbasis sekolah.
Nurul Dina Rahmawat dan Ratu Ayu Dewi Sartika. (2020). Analisis Faktor-faktor Risiko Kejadian
Diskipidemia pada Karyawan Pria Head Office PT.X, Cakung, Jakarta Timur. Nutrire Diaita,
12(01), 01–09.
Pintaningrum, Y., B. rahmat. (2021). Penatalaksanaan Penyakit Kardiovaskular Dalam Praktek
Sehari-Hari Untuk Dokter Umum. Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun
2021 LINGKAR PINGGANGPM. 3(November), 47–54.
Purbianto dan Dwi Agustianti. (2015). Analisis Faktor Risiko Gagal jantung Di RSUD dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal Keperawatan. XI(02).
Putri, S. R., Angraini, D. I., & Kurniawan, B. (2017). Hubungan Asupan Makan Terhadap Kadar
Trigliserida Pada Mahasiswa Obesitas Di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Jurnal
Agromed Unila. 4(2), 232–237.
Ratnasari, M., Ali, S, et al. (2018). Hubungan Konsumsi Lemak dengan Indeks Aterogenik pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di RSD dr. Soebandi (The Correlation between Fat
Consumption and Atherogenic Index on Type 2 Diabetes Mellitus Patients in dr. Soebandi
Hospital). Journal of Agromedicine and Medical Sciences. Vol.4. No.1.
16

Rega., R, Efrida, et al. (2021). Hubungan Tingkat Aktifitas Fisik dengan Indeks Aterogenik Plasma
pada Mahasiswa dengan Obesitas. Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia. Vol.2. No.2.
Rehm, J., Baliunas, D., Borges, G. L. G., Graham, K., Kehoe, T., Parry, C. D., Patra, J., Popova, S.,
Poznyak, V., Roerecke, M., Room, R., & Samokhvalov, A. V. (2012). Alcohol Consumption
And Burden Of Disease - An. 105(5), 817–843.
RISKESDAS, 2018. (n.d.). Salam Sehat ! Semoga fakta yang disajikan dalam buku ini , bermanfaat
untuk perbaikan perencanaan pembangunan kesehatan.
Roslaeni, R., Sundari, R., Baswedan, M. H., Klinik, L. P., Kedokteran, F., Jenderal, U., Yani, A.,
Kedokteran, P. S., Kedokteran, F., Jenderal, U., & Yani, A. (2019). Rini Roslaeni : Gambaran
Risiko Penyakit Jantung Koroner 2(2), 110–122.
Septyne rahayu Putri, Dian isti Angraini, B. K. (2015). Korelasi Asupan makan Terhadap Kadar
Trigliserida pada Mahasiswa Obesitas di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Artikel
Penelitian.
Setyananda, Y. O. (2015). Hubungan Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Laki-laki Usia
35-65 Tahun Di Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 4(2).
Shen S, Lu Y, qi H, Li F, shen Z, Waist to-Rosenthal R, H. A. (2017). Waist to-Height Ratio is An
Affective Indicator For Comprehensive Cardiovascular Health. Nature, 1–7.
Sulistyo Andarmoyo, T. N. (2014). Laki-laki dan Riwayat Keluarga dengan Penyakit Jantung
Koroner (PJK) Beresiko Terhadap Kejadian PJK. (Universiitas Muhammadiyah Ponorogo).
Suryani, B. &. (n.d.). Hubungan Asupan Natrium , Gaya Hidup , dan Faktor Genetik dengan
Tekanan Darah pada Penderita Penyakit Jantung Koroner. 240–249.
Synta, A. (2021). Hipertensi dan Penyakit Jantung Literature Review. Jurnal Ilmiah Permas :
Jurnal Ilmiah STIKES Kendal. 11(4).
Thahira, R. (2020). Gambaran Karakteristik Pasien Penyakit Jantung Koroner Di Rs Unhas Kota
Makassar. Skripsi, Fakultas Kedokteran (Universitas Hasanuddin).
Sugiritama & I Nyoman Adiputra, I. W. (2019). Potensi Antosianin Dalam Manajemen Menopause.
Jurnal Kesehatan Andalas, 8(1), 158–166.
WHO. (2013). About Cardiovascular Disease. World Health Organization. Geneva. Cited July 15
2014.
Wicaksana, A. L., Septiani, V. E., Destiana, A. K., Artawan, I. P. A. A., Jumayanti, & Lukitasari.
(2017). Buku Saku Pedoman Pengkajian dan Pengelolaan Risiko Penyakit Kardiovaskuler
Versi Bahasa Indonesia. Universitas Gadjah Mada, November. 45.

Anda mungkin juga menyukai