Anda di halaman 1dari 61

BAB 1

I’ll wish to go back to the times that I loved


Why do the stars shine so bright in the sky
If most of the people are sleeping at night?
Why do we only have one change at life?

Bel berbunyi, semua siswa berhamburan ingin cepat pulang,


tetapi tidak dengan Zella, perempuan berambut Panjang dan
mempunyai tahi lalat di hidung kirinya itu harus mengikuti
pertemuan pertama ekstrakulikuler yang ia ikuti.
Zella beranjak dari kursi hendak menuju pintu “Gue duluan
ya, mau kumpul.” Kata Zella
“Semangat anggota baru! HAHAHAHA” kata Celsa, gadis
dengan surai sebahu dan kulit putih menyemangati Zella.
Teman baru Zella selama beberapa bulan kebelakang.
Mendapati semangat yang sekaligus ejekan untuknya Zella
hanya merespon dengan mengerlingkan matanya lalu hilang
seperkian detik dari hadapan Celsa.
Sesampainya dilapangan Zella melihat pria yang mempunyai
tinggi sekitar 170 cm yang juga Zella yakini itu Ka Reygan,
seniornya. Mengandalkan kesamaan foto profil imey Zella
memberanikan diri untuk bertanya kepada empu yang sedari
tadi ia tuju.
“Kak, ini ekskul Taekwondo?” tanya Zella kepada Reygan.
Diiringi dengan senyum, empu yang Bernama Reygan itu
menjawab “ Iya, baris dulu aja disini ya “ Reygan menunjuk
ke arah kiri dimana terdapat barisan perempuan yang baru
diisi oleh 3 orang.
Zella baris dibagian paling belakang. Suasana lapangan
sebenarnya ramai, tapi tidak untuk barisan yang Zella ikuti,
keempatnya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Sampai 5
menit berlalu salah satu diantara mereka mulai membuka
obrolan.
“Hai, gue Aleska kelas X IPS 2. Salam kenal.” Perempuan
dengan nama Ael itu tersenyum dan menjulurkan tangannya
kepada Zella ingin berjabat tangan.
“Aku Zella, X MIPA 6. Salam kenal juga.” Ucap Zella seraya
menerima juluran tangan Ael.
“Waah kereen anak IPA” ucapnya bersemangat.
“IPS juga keren” jawab Zella sambil tersenyum ramah.
Keadaan hening sejenak.
“Oh iya, fyi aja. Yang paling depan, namanya Vanya anak IPS
3 terus belakangnya Salsa, anak IPS 3 juga.” Ucap Ale
merujuk kearah Vanya dan Salsa yang berada di depan
mereka.
Mendengar hal itu Zella menangguk paham. “Makasih
infonya El” jawab Zella tersenyum simpul. Mendengar hal itu
Ael merespon dengan menjulurkan jempolnya tanda ‘oke’.
Hampir 20 menit di lapangan seluruh anggota ekstrakulikuler
dibawa ke kelas XII MIPA 4 yang berada di lantai dua gedung
sebelah kanan sekolah. Sesampainya disana, Zella duduk
bersama Ael – perempuan yang mengajaknya berkenalan tadi.
Setelah mendapatkan tempat duduk dan melihat ke sekeliling,
Zella melihat laki-laki yang tidak asing baginya, Ethan. Ia
tidak menyadari keberadaan Ethan sewaktu di lapangan tadi.
Mengenai Ethan, dia merupakan teman 1 kelompok Zella
sewaktu MOS. Pria berciri ciri mempunyai tinggi 170 cm
dengan model rambut curtain hairs itu cukup melekat pada
ingatan Zella. Karakternya yang ramah kepada semua orang
melekat pada diri Ethan.
Seperti kumpul pertama pada umumnya, kami hanya
berkenalan sesama angkatan, dan tidak lupa juga senior kami
memberi arahan mengenai teknis kumpul, aturan-aturan
selama mengikuti organisasi lalu sedikit games. Lalu kami
diberi waktu untuk istirahat selama 15 menit.
Atas ide salah satu anggota angkatan Zella, mereka tidak
menggunakan waktu istirahat pada umumnya, duduk
melingkar, mereka mengobrol mengenai hal-hal random dan
basa-basi. Zella yang duduk di sebelah Ael dan Salsha hanya
mendengar sambil sesekali memainkan handphonennya. Ia
ingin pertemuan ini segera selesai tetapi ia juga tidak ingin
pulang.
“Lo inget gue ga?” tanya seorang lelaki yang suaranya Zella
kenal.
Karena sedang membalas Whatsapp dari Lika, teman sedari
SD nya dan mengira pertanyaan itu bukan untuknya Zella
tetap melanjutkan kegiatannya membalas pesan dari Lika.
“Ngomong ke siapa lo” Tanya Keenan kepada si sumber suara
pertanyaan tadi.
“Ke lo, zel. Zella” Zella yang merasa terpanggil segara
menengadahkan kepalanya kepada sumber suara pernyataan
barusan, terdapat tatapan lelaki yang sedari tadi menatap Zella
begitu lekat diiringi dengan senyum teduh nya yang tidak
berubah. Iya, dia Ethan.
“Lo masih inget gue kan?” ulang Ethan lagi.
Zella yang sudah bangun dari kekagetannya mengangguk lalu
memberikan jawabannya.
“Masih” ucap Zella sedikit akward ‘Tiba-tiba banget?!’
batinnya.
“1 SMP?” tanya Keenan KEPO.
“Ngga, satu kelompok waktu MOS” jawab Ethan yang
Kembali menatap Zella. Empu yang ditatap hanya bisa
menatap Ethan sekilas lalu Kembali menyibukkan diri dengan
handphone nya lagi. Mendapati hal itu Ethan beralih kearah
Keenan. Keenan yang sudah mendapat jawaban dari
pertanyaan nya pun hanya mengangguk paham.
Mendapati seniornya Kembali memasuki kelas menandakan
istirahat selesai. Ka Reygan selaku ketua ekskul
menyimpulkan lagi hal apa saja yang sudah di bahas lalu
menutup ekskul dengan berdoa.
Ketika sedang berjalan di lorong menuju ke luar sekolah
Bersama Ael, Vanya dan Shalsa, Ethan yang sedang berjalan
Bersama temannya menyapa ketiganya.
“Duluan ya” ucapnya dengan senyum.
Mendapati hal itu Zella hanya mengangguk, sementara Ael
merespon sapaan Ethan tadi dengan kalimat “Hati-hati”
Ethan yang mendengarnya hanya mengangguk dan tersenyum
ke arah Ael, sebelum membalikkan badannya untuk berjalan
ke depan, Ethan menatap Zella dan memberikan senyum
sembari mengangkat kedua alisnya, segera Ethan
membalikkan badannya dan berjalan mendahului ketiganya.
Mendapati hal itu Zella hanya mengerutkan kening, tidak
mengerti atas senyum yang Ethan berikan.
“Lo deket Zel sama Ethan?” tanya Ael tiba-tiba.
“Enggak, Cuma kenal aja” jawab Zella cepat. Mendengar
jawaban yang diberikan Zella, Ael hanya mengangguk.

Sesampainya di rumah Zella segera memasuki kamarnya,


ketika berjalan kekamarnya didapati ibunya sedang menelfon
sambil menangis meminta simpati orang-orang. Di awal cerita
ini mungkin kalian akan memandang Zella sebagai anak tidak
sopan, tapi tidak apa-apa. Orang-orang yang mengetahui
masalah dirumah dari cerita ibunya mengaggap dia seperti itu.
Rumah dan Ibu bukan seperti definisi kebanyakan kata orang,
baginya rumah adalah neraka yang merenggut senyum Zella
secara perlahan. 6 Tahun selepas kepergian ayahnya, tidak
pernah Zella mendapati kehangatan dari dalamnya. Semua
yang ia dapati dari rumah dan keluarganya sekarang hanyalah
luka, tangisan dan rasa sakit.
Setelah memasuki kamar, Zella bergegas membersihkan diri
dan membuat beberapa hal yang harus ia lakukan besok.
Notifikasi dari handphonenya menghentikan kegiatannya
untuk sementara waktu, Zella mengingat sedari diperjalanan
pulang ia belum mengecek handphonenya, ditakutkan ada hal
penting yang dibutuhkan untuk besok. Tetapi satu notifikasi
menarik perhatiannya.
‘Ethan?’ tuturnya dalam hati. Zella mengabaikan dulu pesan
itu sementara, dan kembali menutup ponselnya lalu memulai
mengerjakan tugas.
Sampai pukul 21.00 didapati rumah sudah sepi, kemungkinan
kakak dan ibunya sudah memasuki kamar masinng-masing.
Zella keluar kamar untuk melakukan rutinitasnya. Mencuci
piring dan pakaian lalu menyetrika beberapa baju, tidak terasa
waktu menunjukkan pukul 23.00 pekerjaannya sudah selesai.
Zella pun mematikan lampu lalu duduk di meja makan,
bersiap untuk makan. Pada saat seperti ini Zella mempunyai
kebiasaan makan di dalam gelap, hanya memanfaatkan
penerangan dari senter handphonenya. Menurutnya ia bisa
makan sambil menangis, benar saja sebelum melahap
makanannya Zella menatap langit-langit lalu air matanya
menetes sedikit demi sedikit. Ia menangis tanpa suara.
Melihat jam di handphonenya menunjukkan pukul 23.30 Zella
Kembali memasuki kamarnya bersiap untuk tidur. Kembali
mengecek handphonenya Zella melupakan pesan yang sejak
tadi Ethan kirim.

Ethan
Nomor aku masih disimpan Zel?
Enggak
Your cheek turn red when you are lying
How can you know my cheek turn red?
I know
The truth is you’re good liar
/emot ketawa
Besok kumpul lagi
Iya
Ga bisa tidur lagi?
Bisa, but you’re reply my message too fast
Dijawab bsk juga aku gapapa Zel
Just say the truth if you’re missed talk with me
PD
/emot ketawa
Yaudah tidur
Ok
Sleep tight

Seperti yang sudah Ethan ingatkan semalam, Zella Kembali


kumpul ekstrakulikuler. Seperti sebelumnya semua anggota
berkumpul di satu kelas, tetapi kelas yang kali ini mereka
tempati berbeda dengan kelas kemarin. Memasuki kelas
dengan berjalan beriringan Bersama Ael, Ael memberi saran
untuk duduk di barisan paling depan.
“Zell, duduk disini yuk” ajak Ael sembari menunjuk bangku
yang sejajar dengan meja guru barisan paling depan.
“Boleh” jawab Zella. Mereka pun duduk dan berbincang
sambil menunggu senior mempersiapkan untuk kumpulnya.
Berbalik ke arah belakang Ael mendapati Keenan dan Ethan
duduk di meja belakang mereka berdua. Karena mengetahui
Keenan anak IPS dan untuk memecah keakwardan Ael
bertanya mengenai tugas kepada Keenan.
“Keenan, kelas kamu udah dikasih tugas buat peta belum?”
“Belom, ribet banget anjing tugas nya, harus di kertas A3 trus
pake skala-skala an ah anjing El lu mah”
“Kok marah ke gue?” tanya Ael sewot tetapi masih diselingi
tawa ringan
“Bete gue kalo diingetin tugas” jawab Keenan memaparkan
wajah cemberut, melihat hal itu Ael tertawa melihat tingkah
Keenan, Zella yang mendengar percakapan keduanya pun
tersenyum mendengarnya.
Kumpul dimulai, para senior memberikan beberapa materi.
“Kalian sudah membuat grup angkatan?” tanya Ka Regan
santai ditengah-tengah keheningan ruangan itu.
“Belum kang” jawab lelaki yang Zella kenal dengan nama
Ian.
“Pertemuan selanjutnya harus sudah dibuat ya, supaya lebih
akrab, kalian juga boleh sesekali mengadakan kumpul
angkatan kalian, atau main bareng biar lebih kerasa
kekeluargaannya.” Tambah Kang Regan lagi.
Anggota yang berada di ruangan pun serentak menjawab
“siap kang.”

Keeseokan harinya ketika sedang jam istirahat dan mengobrol


Bersama Celsa, Faiz memanggilnya dari arah pintu kelas.
“Zel, ada yang nyariin” Panggil Faiz dari depan pintu.
“Siapa?” tanya Celsa kepada Zella. Zella yang tidak tahu juga
hanya menggelengkan kepala nya sebagai respon.Segera Zella
keluar kelas.
Dilihat terdapat Ethan yang sedang memunggunginya sambil
membawa selembar kertas dan pulpen.
“Ethan?” tanya Zella memastikan. Ethan yang merasa
terpanggil langsung membalikkan tubuhnya dan memberikan
senyum simpul kepada Zella.
“Kenapa?” tanya Zella kepada Ethan saat mereka sudah
berhadapan.
“Buat grup dan keperluan Angkatan” jelas Ethan sembari
memperlihatkan kertas yang seadari tadi ia pegang.
“Isi biodata” lanjut Ethan sembari memberi secarik kertas dan
pulpen kepada Zella. Zella mengangguk dan mencari tembok
sebagai alas untuk menulis biodata tersebut.
“Biodatanya buat apa?” tanya Zella ditengah sedang menulis.
“Buat pegangan Angkatan kita, pasti nanti butuh”
“Inisiatif sendiri atau gimana?”
“Kata Kang Reygan, kemarin nge chat ke Ian, ga di deadline,
Cuma sebatas nyuruh aja”
Zella mendengar itu pun mengangguk paham.
“Butuh bantuan?” tanya Zella tiba-tiba.
“Ada sih”
“Apa?”
“Pulang sekolah aku kasih tau, nanti aku tunggu di bawah”
Mendengarnya Zella mengangguk mengerti, karena sudah
selesai menulis biodata tersebut Zella memberikan kertasnya
Kembali kepada Ethan.
“Makasih ya. Maaf ganggu jam istirahatnya. Jangan lupa
makan, nanti gerd nya kambuh” Ucap Ethan sambil
tersenyum manis kepada Zella.
Zella yang mendengar hal itu tertawa kecil.
“Hahaha Oke, makasih pengingatnya” Keduanya pun berbalik
arah menuju tujuan masing-masing.

5 menit sebelum bel pulang Zella mendapati notifikasi pesan


dari Ethan.
Ethan
Jadinya aku tungguin di kantin ya Zel, sorry

Mendapati pesan tersebut Zella hanya membacanya lewat


pop-up pesan. Bel berbunyi, guru yang mengajar juga sudah
keluar kelas.
“Duluan ya” Ucap Zella kepada Celsa.
“Kumpul terooos, kasian amat” Ejek Celsa.
“Biar sibuk, ga kayak lo” Jawab Zella dan langsung pergi
melengos keluar kelas.
Dari kejauhan Zella melihat sosok yang tadi siang meminta
bantuannya, Ethanaarav Dharmendra. Sosok yang Zella
maksud melambaikan tangannya menandakan bahwa -aku
disini Zel. Dengan langkah yang lebih cepat dari sebelumnya
Zella menghampiri Ethan yang sedang duduk di bangku
kantin dengan Ian, teman satu ekskul nya juga.
Ethan yang melihat Zella sudah ada dihadapannya memberi
isyarat agar Zella duduk disebelahnya, Zella yang mengerti
akan hal itu mengikuti isyarat Ethan. Ethan yang duduk di
tengah antara Ian dan Zella membuka obrolan agar tidak
akward
“Kenal kan Zel yang sebelah kiri aku siapa?” Tanya Ethan
sambil mengarahkan tangannya ke arah Ian.
Ian yang merasa terpanggil memindahkan pandangannya dan
melemparkan senyum ke arah Zella.
“ Ian kan?” tanya Zella memastikan
Empu yang namanya dipanggil itu pun mengangguk lalu
menjukurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Zella
“Iya, aku Alvian, panggil aja Ian kelas X MIPA 4” ucapnya
diiringi senyum.
“Zella kelas X MIPA 6” jawab Zella sembari menerima
jabatan tangan Ian.
Dengan keadaan tangan yang masih berjabat tangan Ian
Kembali berbicara.
“Salam kenal lagi” ucapnya lalu melepas jabatan tangan
diantara mereka.
“Iya hehe” Zella tersenyum kaku.
Entah kenapa sesaat setelah Zella melepaskan jabatan
tangannya, sudut matanya ingin melihat ke arah Ethan. Tidak
bereaksi apa-apa, Ethan hanya tersenyum menyaksikan kedua
temannya berkenalan.

GAMBAR (dua orang jabat tangan, belakang nya cowok


yang liatin itu)

Setelah hampir 45 menit berbicara dan mengerjakan beberapa


hal mengenai ekstrakulikuler terdengar suara seseorang
memanggil nama salah satu diantara mereka.
“Yan” Pria bertubuh jenjang yang tidak Zella kenal itu
menghampiri mereka dan tersenyum kepada ketiganya.
“Oit, kalem bro” respon Ian sambil berbenah memakai jaket.
“Urang duluan ya Than, Zel. Kalo ada yang mau dibahas lagi
obrolin aja di grup angkatan” lanjutnya.
“Siap” tutur Ethan sambil melemparkan senyum ramahnya.
Melihat punggung Ian sudah semakin menjauh Ethan
langsung menatap Wanita disebelahnya.
“Mau pulang juga?” tanya Ethan.
“Boleh”
“Bareng sama aku ya?”
“Yaudah” mendengar jawaban Zella, Ethan tersenyum
senang.
“Bawa jaket ga?’
“Enggak”
“Kebiasaan”
“Baru juga 2 kali kamu tau aku ga bawa jaket”
“Kata siapa?”
“Aku”
“Gatau aja aku suka diem-diem merhatiin kamu”
Menarik nafas Panjang Zella menjawab
“You’re good liar Ethan” jawab Zella yang sudah malas
mendengar perkataan bohong dari Ethan.
Ethan tertawa mendengarnya.
“Yaudah nih pake” ucap Ethan sambil memberika jaket coklat
nya kepada Zella.
“Gausah”
“Mau aku pakein?” tanya Ethan iseng supaya Zella tidak
menolak permintaannya, karena ia tahu Zella tidak suka hal
semacam itu.
“Yaudah” jawab Zella nge-gas. Melihat hal itu Ethan Kembali
tertawa.
‘Kangen’ tutur Ethan dalam hati.
Setelah memastikan Zella memakai jaket nya, mereka pun
keluar dari kantin menuju parkiran motor.
Sesampainya di parkiran Ethan membuka bagasi motonya dan
mengambil helm di dalamnya. Melihat hal itu Zella sedikit
bertanya dalam hati ‘emang biasa bawa helm 2 gini?’ tapi
segera Zella membiarkan apa yang ada di fikirannya tadi.
Ethan pun memberikan helm bogo berawarna hijau kepada
Zella untuk memakainya. Dan segera menaikkan motornya.
Zella pun begitu.
Diperjalanan keduanya sama-sama diam, sampai Ketika
hampir tiba ke dekat rumah Zella, Ethan bersuara.
“Didepan rumah atau mau sebelumnya?” tanya Ethan
memastikan. Karena sewaktu pertama kali ia mengantar Zella,
perempuan itu meminta nya untuk tidak menurunkannya di
depan rumah nya.
“Disini aja” ucap Zella di titik yang sama seperti sebelumnya.
Ethan pun memberhentikan motonya, membiarkan Zella
turun. Melihat Zella hendak melepaskan jaketnya, Ethan
mencegahnya.
“Pake dulu, besok aja dibalikinnya”
“Gamau” Dengan cepat Zella melepaskan jaket yang dipakai
nya dan mengembalikannya kepada Ethan.
“Makasih” ucap Zella berbisik lalu berjalan cepat ke arah
rumahnya. Ethan tidak segera berbalik arah pulang, ia
menunggu Zella memasuki rumahnya.
‘Masih sama’ ucapnya lagi dalam hati.
Setelah melihat Zella memasuki rumahnya Ethan pun berbalik
arah menuju ke tujuan berikutnya.

Ethan pun sampai di tujuan berikutnya, rumah neneknya.


Yang berada di sudut kota Bandung. Gadis kecil yang sedang
memeluknya terlihat senang akan kedatangannya.
“Yuk pulang” tuturnya ketika mendapati gadis kecil itu sudah
melepas pelukan diantara keduanya. Empu yang tadi diajak
pulang pun hanya mengangguk mengerti.
“Ethan sama Cia pulang dulu ya nek” ucap Ethan sambil
mencium tangan sang nenek.
“Hati-hati, kalo ada apa-apa langsung telfon nenek”
Mendengar perintah neneknya Ethan mengangguk faham.
“Uang jajanmu masih ada?” tanya nenek Ethan.
“Masih nek” jawab Ethan dengan senyumnya. Sesaat
kemudian wanita tua yang biasa disebut nenek oleh Ethan dan
adiknya itu memasukkan 5 lembar uang berwarna merah ke
dalam saku jaket Ethan. Ethan yang mendapati hal itu pun
hanya mengangguk pasrah, kejadian seperti ini sering terjadi
hampir 2 minggu sekali, Ethan sudah pernah mencoba
menolak tetapi malah didapati nenek nya merajuk.
‘Nenek sedih, cucu nenek sudah tidak ada yang sayang sama
nenek lagi, niat nenek kan cuma ingin berbagi dengan cucu
nenek sendiri’ begitu katanya jika Ethan menolak
pemberiannya.
“Makasih ya nek” Ucap Ethan sambil memeluk neneknya.
Adik nya yang ingin juga dipeluk memeluk keduanya dari
bawah karena tinggi tubuh yang belum bisa menggapai
keduanya.
Sambil melepaskan pelukan diantara mereka Ethan berkata
“Ethan pamit ya nek”
“Hati-hati ya nak, kabari kalau sudah sampai” ucap nenek
setelah mencium kening Cia, adik kecil Ethan.
“Iya nek” balasnya lagi. Ethan dan adiknya pun pergi dari
rumah neneknya itu.
Selama diperjalanan adiknya yang berusia 5 tahun itu tidak
merengek, sampai pada lampu merah tiba-tiba adiknya
merengek dari jok belakang motor.
“Abang, Cia pengen burger”
“Boleh, mau beli dimana?”
“Terserah abang” Setelah mendapati jawaban dari adiknya itu
Ethan mengangguk mengerti.
Lampu hijau menyala “Ayo kita beli burger” ucap Ethan.
Ketika sampai di tempat burger awalnya ia tidak menyadari
mengujungi tempat burger di dekat rumah Zella, sampai
Ketika sedang menunggu pesanan dan melihat pemandangan
sekitar dari kaca ia teringat bahwa ini adalah perjalanan
menuju rumah Zella.
Dengan fikiran iseng nya Ethan mencoba mengirim pesan
kepada Zella dengan mengirim foto toko burger tersebut. Tak
kunjung menjawab Ethan mengurungkan niatnya untuk
mengajak Zella memakan burger malam itu.

Sampai dirumah dan memasuki kamarnya Zella mendengar


teriakan-teriakan itu lagi. Ia sudah muak, tetapi ia tidak ingin
memperumit masalah. Kedua makhluk itu terus saling
mementingkan ego nya masing-masing, Zella lelah.
Membersihkan diri dan Ketika hendak memakai earphone nya
Zella mendengar suara pukulan.
‘Here we go again’ ucapnya dalam hati. Segera Zella keluar
kamar dan menghentikan aksi itu.
Menghentikan tamparan kedua Zella berkata pelan tetapi
menusuk.
“Ma, mama ga cape? Ga cape nyiksa aku sama kakak?” Ucap
Zella sembari menempatkan kakaknya di belakangnya.
“Kalo mau mukul sini aja ke aku, jangan ke kakak, diam au
nikah ma. Ga lucu kalo badannya tiba-tiba ada lebam” Ucap
Zella Panjang lebar.
Mendengar hal itu sudah Zella pastikan mama nyam akin naik
pitam, sesuai perkiraannya sosok yang seharusnya bisa
memberikan kehangatan itu memukul Zella di daerah kepala
nya.
“Anak-anak ga tau diuntung. Mama kaya gini biar kalian ga
bantar perkataan mama” Kalimat itu, kalimat yang sangat
Zella bosan unruk mendengarnya. Terlalu sering, sampai rasa
sakit nya tidak berasa.
Kakaknya pun menarik Zella menuju ke kamarnya. Mungkin
ia juga sudah Lelah, masih dengan ocehan yang sama mama
Zella terus mengatai keduanya.
‘Tringg…Tring…Tringg….’
Bunyi telfon membuyarkan amarah mamanya, melihat sang
mama sedang mencari dimana asal suara itu segera mereka
berdua memasuki kamar.
Dari dalam Zella mendengar kalimat-kalimat manipulasi dari
ibunya itu. ‘Sudah biasa’ batinnya.
__________________________________________________
Waktu menunjukkan pukul 23.49 bagian Barat. Sudah tidak
ada aktivitas lain di rumah ini kecuali dirinya. Ketika hendak
mengganti lagu di handphone nya, terdapat pesan dari Ethan
yang telat ia balas sejak 1 jam yang lalu.

Ethaan
Zel, ini Ethan
Sorry baru bisa ngabarin
Ga ngabarin juga gapapa
/emot ketawa
Makasih ya udah mau direpotin
Oke, kamu juga
For what?
Tadi
Apa?
Gajadi
Wkwkwk
Besok mau bareng lagi?
Gausah
Oke
Parfumnya wangi
Siapa?
Kamu
Wangi kamu nempel di jaket aku
Yaudah di cuci aja
Kenapa
Siapa tau ga suka sama baunya
Gapapa
Kalo kangen kamu aku bisa peluk jaketnya
Alay
Iya, aku juga geli ngetiknya hahaha
Tapi kalo kamu butuh itu bilang ke aku
Itu apa
Peluk
STOOOPPP
Aku gabisa bacanya
Too weird
Sorry
Wkwkwk
Yaudah ganti pake kata ‘itu’
seraahhh
Tapi kalo aku butuh itu boleh aku datang ke kamu?
Ngga
Wkwkwk
Someday i will make sure you say ‘yes’ Zell
Lets see
Sleep tight

Zella hanya membaca pesan yang terakhir Ethan kirim lalu


mulai terlelap.
I don't want to hope for you
anymore, if I do that it's like re-
reading a book that I already
know the ending.

GAMBAR
BAB 2

The world is fake, so we can play pretend


If you come over, would you love me again?
I’ll let you hold my me in the palm of your hands
You’re so special

Satu bulan setelah diantar nya Zella pulang oleh Ethan mereka
tidak pernah berhubungan lagi, ketika pertemuan
ekstrakulikuler pun Ethan hanya berbicara seperlunya kepada
Zella. Ya, siklus seperti itu sudah ke dua kalinya Zella alami,
tetapi ia tidak terlalu mempermasalahkannya karena memang
tidak perlu ada yang di permasalahkan, karena mereka hanya
teman.
“YA TAPI GA BISA GITU DONG ZELL” ucap Lika yang
gemas dan kesal ketika baru saja mendengar bagaimana
kelanjutan antara cerita Zella dan Ethan.
“Bisa, ga ada yang ga bisa! Aku punya temen yang beda kelas
juga gitu, sebutuhnya” jawab Zella dengan raut wajah serius.
“Trus temen kamu ini suka flirting juga? Nawarin pulang?
Bilang kangen?”
“Ya nggak lah. kamu gitu ga sih? Nggak kali ya, gapernah
kamu flirting dan bilang kangen ke aku”
“OHHH JADI KAMU NGANGGEP AKU SEBUTUHNYA
KE KAMU?” ucap Lika dengan penuh penekanan di setiap
katanya.
Mendengar penuturan Lika, Zella terkekeh melihat sahabat
nya dengan raut muka penuh semangat dan emosi.
“Nggak lah, bercanda aku biar kamu ga bahas itu”
“Dongkol aku, denger ya Zel---”Lika memberi jeda pada
kalimatnya.
“Sikap Ethan itu bisa disebut ghosting, dan cowok kaya Ethan
itu bisa dilabeli dengan label redlag” ucap Lika dengan
penekanan di akhir kata.
“Jadi sebaiknya kamu jauh jauh sama dia.” lanjut Lika dengan
emosi yang masih sama.
“No, cari masalah banget. Lagian kita masih satu organisasi,
aneh banget kalo aku tiba-tiba ngehindar kek gitu. Childish
tau”
“Kamu ga cape di ghosting gitu terus?”
“Ngga, karena aku ga pernah merasa di ghosting. Aku
anggapnya kalo dia chat aku karena butuh”
“Ya pokoknya gitu deh susah dijelasin, ribet” lanjut Zella
ingin cepat keluar dari obrolan ini.
“Kamu tuh denial banget Zell” ucap Lika sembari fokus
mengaduk minuman es jeruk di depannya.
“Denial gimana?” Zella mengubah posisi duduk nya yang
semula bersandar sembari memainkan jarinya di atas meja
menjadi mencondongkan badannya dan menangkup kedua
pipinya.
Beralih menatap Zella dengan serius Lika berkata “Denial
kalo selama ini kamu baper sama dia, tapi kamu gamau bilang
atau jujur ke diri kamu sendiri”
Mendengar hal itu Zella mengangguk lalu berkata “Udah ah
aku cape bahas nya, bahas yang lain aja”
“TUHKAN, TIBA-TIBA PENGEN GANTI TOPIK” Ucap
Lika gemas dan emosi.
“Likaa, aku cuma gamau memperbesar masalah yang emang
ga seharusnya diperbesar, bikin capek ke diri sendiri” tutur
Zella diakhiri senyum.
Lika diam sejenak, omongan Zella ada benarnya, jika ia terus
memaksa Zella untuk meminta penjelasan mengenai mau
dibawa kemana arah hubungan antara Ethan dan Zella itu
akan membuat sahabatnya sakit.
“Iya juga sih, cuma aku greget aja liat dia flirting trus
bersikap manis ke kamu tapi tiba-tiba suka ilang.”
Zella Kembali mensandarkan badannya lalu berucap
“Yaudah, let it flow aja, gausah dipikirin banget hal-hal kaya
gini. Setiap hubungan itu pasti ada aja masalah nya”
Mendengar hal itu Lika mengangguk mengerti.
“Makasih udah mau dengerin cerita aku Lik” ucap Zella
dikala makanan mereka sudah datang.
“Aku seneng denger kamu cerita, tapi kesel aja sama Ethan.”
Jawab Lika dengan nada ketus di akhir.
Mendengar dan melihat tingkah Lika, Zella pun tertawa kecil
lalu keduanya pun memulai kegiatan makan nya. Untung nya
keadaan warung makan itu sedang sepi pengunjung, sehingga
mereka tidak perlu ber-overthinking jika ada pengunjung lain
yang tertanggu dengan obrolan dan suara emosi dari Lika.
Mengenai Lika, ia merupakan sahabat Zella sejak SD,
walaupun sering berbeda kelas tetapi setidaknya mereka
selalu satu sekolah mulai dari sekolah dasar sampai SMA ini.
Lika teman dan pendengar Zella satu-satunya yang Zella
percaya, cara dan respon Lika selalu Zella senangi ketika ia
sedang bercerita.

Keesokan harinya, karena bosan Zella memilih menghabiskan


waktu istirahat nya di perpustakaan. Ketika sedang membuka
tali sepatu hendak bersiap memasuki perpustakaan, Zella
mendengar suara Ethan yang sepertinya baru saja keluar dari
perpustakaan. Mendapati hal itu Zella tetap fokus membuka
tali sepatu nya yang entah kenapa saat itu sangat sulit untuk
dibuka. Ethan yang juga sedang memakai sepatu dan
mengobrol dengan temannya tidak menghiraukan keberadaan
Zella. Lalu ketika Zella hendak berdiri kebetulan Ethan pun
berdiri, tidak sengaja kedua nya bertatapan sekilas, mendapati
hal itu Zella bergegas memasuki perpustakaan.
Menelusuri setiap rak, Zella mencari buku yang sekiranya
cocok untuk ia baca. Dari bagian lain, laki-laki sedang terbirit
kembali menuju perpustakaan menyusuri setiap lorong rak
buku untuk mencari perempuan yang sejak satu bulan yang
lalu tidak ia ajak bicara. Sampai di lorong yang terdapat
banyak novel komedi, Ethan melihat perempuan yang sedang
mencari satu per satu buku dengan jari telunjuk nya.
Zella yang sadar bahwa ada seseorang datang ke dalam
Lorong buku yang sedang ia jelajah tertarik lah matanya
mengikuti arah bayangan seseorang yang datang itu.
“Ethan?”
Mendengar itu Ethan tersenyum dan segera mendekat ke arah
Zella.
“Nyari buku apa?” ucap Ethan dengan posisi berdiri miring
menghadap kearah Zella dan bersandar kepada rak buku.
Mendengarnya Zella menjawab dengan sedikit menaikkan
alisnya dan menyipitkan matanya pertanda bingung “Masih
bingung” jawabnya.
Meraih pergelangan tangan Zella, Ethan membawa
perempuan itu ke lorong lain. “Ikut dulu bentar” ucapnya.
Mendengar dan melihat pergelangan tangannya di genggam
oleh Ethan, Zella sedikit terkejut sehingga tidak tahu harus
bersikap apa jadinya ia hanya mengikuti apa yang dilakukan
Ethan. Terlalu tiba-tiba fikirnya.
Setelah sampai ke lorong yang dituju, Ethan mengambil buku
yang ia maksud tanpa berniat melepaskan genggaman tangan
diantara mereka berdua.
“Nih, ini bagus” ucap Ethan sembari menyerahkan buku
berjudul ‘Almond’ kepada Zella.
Melepaskan genggaman tangan yang sedari tadi terpaut di
antara mereka berdua, Zella mengambil buku yang Ethan
tawarkan.
“Ma..makasih”
Ethan mengangguk sebagai respon nya.
“Mau duduk di mana?” tanya Ethan lagi.
Tanpa menjawab pertanyaan Ethan, Zella hanya memberi
isyarat kepada Ethan untuk mengikutinya. Ethan yang
mengerti akan hal itu pun mengikuti Zella dari belakang.
Dipilihlah tempat duduk lesehan paling belakang yang
untungnya saat itu kosong, melihat Zella duduk Ethan pun
mengikutinya untuk duduk.
“Happy reading” ucap Ethan sembari menepuk-nepuk atas
kepala Zella. Mendapati hal itu, gerakan tubuh nya seketika
kaku kembali.
‘Gak, cuma gini doang masa baper lagi. Tapi kan aku ga
pernah baper sama dia’ tutur Zella dalam hati layaknya
sinetron.
Merespon gerakan tangan Ethan yang diberikan kepada nya
tadi Zella hanya mengangguk dan segera mengeluarkan
earphone dari saku rok nya.
Ditengah kesunyian perpustakaan Zella berucap pelan “Kamu
hari ini aneh banget” Dilihat empu yang diajak bicara sedang
menutup mata tanda tertidur pun ia kembali melanjutkan
bacaannya.
Ethan yang sebenarnya hanya sedang memejamkan matanya
dan tidak tertidur pun menjawab tiba-tiba.
“Kaget ya?”
Mendengar jawabannya, Zella menjawab.
“Aneh aja sih”
Ethan tersenyum kecut mendengar jawaban Zella. Mendapati
ada yang tidak beres dengan diri Ethan karena sedari tadi raut
wajah nya sedikit berbeda dari biasanya, Zella mencoba
memastikan.
“Kenapa? Ada masalah selama 1 bulan kebelakang? Jadinya
aneh gini” tanya Zella masih dengan bacaannya.
“Ada”
Mendengar jawaban Ethan, Zella mengangguk, tidak ingin
bertanya lebih lanjut, ia menunggu Ethan spontan cerita saja.
“Zel” panggil Ethan lembut.
“Apa”
“If im not okay, boleh aku cerita ke kamu?”
“Sure” jawab Zella sembari mengangguk dan tetap membaca
buku nya.
Menutup bukunya lalu menghadap kepada Ethan, Zella
memanggil lelaki di sampingnya.
“Than”
Ethan yang merasa Zella sedang menghadap ke arah nya pun
perlahan membuka matanya dan menatap balik wanita itu.
“Hmm?”
“I hope you’re okay” ucap Zella tiba-tiba. Mendengar
penuturan Zella, Ethan tersenyum.
"I'm not, but rn i can handle it" ucap nya masih dengan
tersenyum dan menatap Zella semakin dalam.
Mendengar hal itu Zella mengangguk dan tersenyum tipis.
“Tau gak kenapa aku masih bisa handle itu?”
“Kenapa?”
“Karena ada kamu” Ethan yang melihat ekspresi terkejut dari
Zella pun tersenyum.
“Bisa deket dan ngobrol sama kamu sedeket ini bikin aku
punya kekuatan lagi. Aku ngerasa bodoh karena ngehindarin
kamu, padahal aku juga tau salah satu hal yang bikin aku kuat
lagi ya kamu”
Hening beberapa saat, Zella sedikit bingung dengan apa yang
Ethan ucapkan. “Kenapa?” tanya Zella menggantung.
“Apanya?” jawab Ethan bingung.
“Kenapa kamu bisa jadiin aku sebagai salah satu nya? Apa
alasannya? Kita juga belum terlalu lama ini kenal.”
“Aku juga gatau, mungkin memang ga ada alasannya, tiba-
tiba gitu aja, dan tiga bulan bukan waktu yang bentar buat
aku.”
Mendengarnya Zella hanya menganggukkan kepala nya pelan.
Kembali Zella memposisikan dirinya seperti semula dan
melanjutkan membaca buku berjudul ‘Almond’ tadi meskipun
ia sudah tidak focus. Melihat raut wajah dan sikap Ethan yang
sejak tadi gusar dan terlalu tenang membuat Zella sedikit
khawatir tentangnya.
GAMBAR
Melihat jam menunjukkan pukul 10.35 WIB yang
menandakan bahwa 5 menit lagi bel akan berbunyi tanda
istirahat sudah berakhir. Melepaskan earphone nya dan
menandai halaman buku yang terakhir ia baca Zella berdiri
menuju ke lorong asal buku novel yang ia pegang. Merasa
Zella berdiri dan melangkah kan kaki nya pelan, Ethan pun
membuka matanya berjalan perlahan mengikuti arah langkah
perempuan yang sedari tadi bersamanya.
Menunggu Zella di ujung lorong Ethan memainkan
handphone nya sebentar.
“Kirain mau bolos kelas” ucap Zella berjalan melewati Ethan.
Ethan tersenyum miring “Kalo sama kamu aku ayo” tuturnya
sembari mensejajarkan langkah dengan Zella. Mendengarnya
Zella hanya menggelengkan kepala nya.
“Makasih bu” ucap Ethan kepada penjaga perpustakaan,
mendengarnya Zella ikut memberi senyuman kepada penjaga
perpustakaan tersebut.
“Thank’s for saying that’s word Zell” ucap Ethan dikala
mereka sedang memakai sepatu di bangku depan
perpustakaan.
“It’s mean a lot” ucap Ethan sembari menatap Zella sekilas.
Zella mengangguk “Urwel” ucapnya ditengah menalikan tali
sepatu nya.
“Jangan lupa besok latihan, pulang sore, bawa makan” ucap
Ethan sembari memainkan handphone nya, pasalnya ia sudah
selesai menalikan sepatunya dan menunggu Zella selesai
dengan kegiatannya.
“Iya aku inget” jawab Zella.
Melihat Zella sudah selesai menalikan sepatunya dan berdiri
hendak berjalan ke kelas, Ethan berjalan mendahuluinya
sembari sekilas berkata
“Aku duluan ya”
Mendengarnya Zella hanya menangguk dan sedikit
melambatkan langkahnya, tidak berniat berjalan beriringan
dengan Ethan.

Sesuai dengan perkataan Ethan kemarin di perpustakaan, hari


ini kembali ia melakukan rutinitas setiap hari Kamis nya itu,
latihan taekwondo di lapang sekolah nya.
“Hari ini karena angkatan 33 dan 32 banyak yang tidak bisa
hadir, jadi akang akan membagi kalian kedalam beberapa
kelompok.”
“Yang sabuk nya hijau atau di atas nya, silahkan pindah ke
sebelah kiri akang”
“Untuk yang sabuk nya dibawah sabuk hijau, pindah ke
sebalah kanan akang”
Mendengar hal itu angkatan Angkatan Zella atau bisa disebut
Angkatan 34 pun menurut. Disebelah kanan terdapat Zella,
Ael, Vanya, Salsa, Kania dan Jay. Sedangkan sebelah kiri
terdapat Ethan, Ian, Keenan, Josua, Arkan dan Nano.
“Oke akang bagi lagi ke beberapa tim lagi, dengar baik-baik
ya tidak ada pengulangan” ucap Ka Reygan dengan mata
mengarah ke kiri dan ke kanan bergantian.
“Keenan dengan Jay, Vanya dengan Josua, Ian dengan Zella,
Ethan dengan Ael, Salsa dengan Arkan dan terakhir Kania
dengan Nano. Silahkan bergabung dengan pasangan masing-
masing dalam waktu 5 detik lebih dari itu akang hukum ya”
“1”
“2”
Ketika hitungan ketiga Ian memberi isyarat agar Zella tetap di
tempat dan tidak perlu menghampirinya, Zella yang mengerti
akan hal itu hanya mengangguk kecil.
Ketika hitungan berakhir untungnya semua anggota 34 sudah
bersama dengan pasangannya masing-masing. Ethan dan
Zella yang posisinya bersebelahan merasakan sedikit
kekecewaan karena tidak bisa satu tim dengan perempuan
yang ia mau. Meski begitu ia tetap memberikan senyuman
teduh nya kepada Zella ketika mereka bertatapan sekilas.
“Oke bagus udah ditempat nya masing-masing. Sekarang
teknis nya adalah anggota di team yang sabuk yang diatas
hijau atau sabuk hijau melatih sabuk yang masih di bawah
sabuk hijau.
“Bikin gerakan variasi tendangan ya, seperti up chagi, dwi
chagi, deol chagi dan lainnya. Masih inget kan?”
“Nanti di akhir di test ya per team, yang kurang lancar push
up 20 kali. Mengerti?”
“Siap paham kang” ucap angkatan 34 serentak dan kembali ke
posisi nya masing-masing.

“Masih inget ga Zell gerakan nya?” tanya Ian setelah mereka


berdua mendapati tempat latihan yang nyaman.
“Inget. Mau ngapain dulu?”
“Kamu mau nya gimana?”
“Ngikut aja”
“Hm mulai dari up chagi dulu kali ya”
Mendengar hal itu pun Zella menganggukan kepalanya tanda
setuju. Mereka berdua pun mulai berlatih dengan arahan dari
Ian.
Dibagian lapang lain terlihat laki-laki yang tidak bisa
mengalihkan pandangannya kepada Zella dan Ian, sesekali
matanya melirik kearah mereka berdua.
“Than, gini udah bener belum?” tanya Lea melirik kearah
Ethan sembari memperagakan gerakan Dollyo nya. Ethan
yang merasa terpanggil pun segera memindahkan tatapannya
ke arah Lea.
Ethan tersenyum lalu berkata “betul, tapi….” Ucapannya
terpotong karena membenarkan sedikit posisi kaki Lea.
“Oke, perfect” ucap Ethan dengan alis yang sedikit dinaikkan
lalu tersenyum.
Selang 40 menit latihan, melihat kondisi muka Zella yang
memerah dan nafas terengah-engah Ian mulai sedikit khawatir
lalu memberhentikan kegiatan diantara keduanya dan
mendekat menghampiri Zella.
“Zel, you okay?” tanya Ian sembari membungkukkan
badannya agar bisa melihat wajah Zella yang sedikit
menunduk.
Mendengar hal itu Zella hanya menganggukan kepalanya
dengan nafas yang masih terengah-tengah.
“Minum kamu dimana?” tanya Ian semakin mendekatkan
tubuhnya dengan Zella sembari menempatkan kedua
tangannya di kedua bahu Zella.
Ketika Zella hendak menjawab, Ian berbicara
“Oke, aku tanya Ael aja. Kamu disini dulu, tegakin badannya
ya.” titah Ian sembari memapah tubuh Zella menuju pinggir
lapang. Setelah menempatkan Zella untuk duduk, Ian segera
berlari ke arah Ael.
“El, tas Zella yang mana?” tanya Ian sesampainya di hadapan
Ael.
“Zella kenapa?” tanya Ethan cepat sebelum Ael memberikan
jawabannya.
“Urang juga gatau, yang mana El tas nya Zella?” ulang Ian
mendesak.
Ael yang hendak menjawab Kembali terpotong karena Ethan
yang tiba-tiba berlari menuju tumpukan tas yang berada di
ujung lapang sebelah kanan, tempat dimana Kang Reygan
memberikan instruksi sebelum Latihan tadi. Melihat hal itu
Ian segera berlari menyusul Ethan.
“She’s relapse” ucap Ethan kepada Ian sesaat setelah melihat
tas biru yang terdapat gantungan karakter Merida dari film
Brave yang Ethan yakini itu milik Zella.
“Asma right?” tanya Ian ketika mereka berdua berlari menuju
ke arah Zella yang saat itu sudah ditemani oleh Ael
disampingnya. Ethan mengangguk sebagai jawaban.
Melihat terdapat dua pria dihadapannya mentapnya khawatir
Zella mengatakan kalimat penenang dengan nafas yang lebih
baik dari sebelumnya.
“Aku…udah…baikan….” Ucap Zella sembari menatap kedua
pria dihadapannya.
“Yaudah minum dulu aja” ucap Ian sembari memberikan
botol minum berwarna putih kepada Zella, belum sempat
meminum nya Ian kembali bertanya.
“Boleh kan ya minum air putih?” tanya Ian memastikan.
Mendapati pertanyaan itu mulut Zella melengkung
membentuk senyuman lalu mengangguk lemah kemudian ia
meminum air yang tadi Ian berikan secara perlahan.
“Mau pake inhaler Zel?” tanya Ethan setelah Zella
menyelesaikan minumnya. Mendengar pertanyaan tersebut
Zella menggelengkan kepalanya tanda tidak perlu.
“Are you sure?” Ethan memastikan. Zella Kembali
mengangguk sebagai jawaban.
“Pakai aja Zel, takut nanti kambuh lagi” saran Ael yang sedari
tadi berada disebelah Zella sembari mengelus-elus Pundak
Zella. Mendengar perkataan Ael, Ethan mengangguk setuju.
Sang empu yang diberi saran Kembali menggelengkan
kepalanya tanda tidak setuju.
“Yaudah gapapa, udah lebih better nafas nya, diistirahatin
dulu aja” ucap Ian menengahi, mendengar hal tersebut Zella
mengangguk.
“Di…marahain…ga…sama….Kang…Reygan…?” tanya
Zella masih sedikit terengah.
“Udah ga usah difikirin, nanti aku bilang ke Reygan” ucap Ian
menenangkan sembari menatap Zella untuk meyakinkannya.
Belum sempat memberi respon mengenai perkataan Ian, Ael
menyela dengan memberikan sebuah pertanyaan.
“Kamu deket sama Kang Reygan yan? Keliatan akrab gitu”
Ian menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
“Biasa aja” jelas Ian. Mendengar hal itu Ael hanya
mengangguk saja. Sedangkan Zella dan Ethan hanya
mendengar, belum ingin bertanya lebih lanjut.
Hampir 10 menit berlangsung dan melihat Kang Reygan
belum kembali, anggota lain yang juga mendapati Zella,
Ethan, Ian dan Ael sedang tidak latihan mengikutinya dengan
beristirahat dan bersantai di tempat masing-masing.
“Makasih ya semua” ucap Zella kepada ketiga rekannya
ketika keadaan nafanya sudah benar-benar normal.
“Maaf kalau bikin panik” lanjut Zella. Sembari tersenyum
kaku.
Mendengarnya, ketiga nya mengangguk dan memberikan
respon jawaban berbeda.
“Santai aja” jawab Ethan dengan senyum yang terpampang di
wajahnya, Zella hanya membalas senyumannya lalu
menganggukkan kepalanya.
“Kita gausah tes dulu aja ya Zel. Nanti aku bilang ke si
Reygan” ucap Ian sembari melihat dan menatap sekilas
kepada Zella.
“Boleh kaya gitu?” tanya Zella ragu.
“Santai, pasti boleh.” Jawab Ian yakin
“Nanti aku bantu bilang juga” ucap Ethan ikut meyakinkan.
“Kalo ngga nanti paling ada tes susulan, nanti aku kasih tau
lagi aja ke kamu” jelas Ian masih berusaha menyakinkan
Zella.
Melihat keyakinan dalam mata Ian dan Ethan serta Ael yang
ikut mengangguk setuju dengan perkataan keduanya,
membuat Zella akhirnya mengangguk setuju. ‘Semoga senior
nya itu bisa mengerti’ tuturnya dalam hati.
“Sini tas kamu, aku simpen lagi” ucap Ael mengambil tas
yang sedari tadi berada di samping Ethan lalu beranjak dari
duduknya.
“Makasih Ael” ucap Zella tersenyum dengan mata yang
menyipit. Ael merespon dengan melemparkan salah satu
jempol nya tanda ‘oke’ lalu ia berjalan menuju tempat tas-tas
berada meninggalkan ketiga rekannya.
Ian yang saat itu duduk dihadapan Zella mengubah posisi
duduk menjadi di samping Zella dengan badan sedikit di
condongkan ke depan dan memeluk kedua lututnya yang
sedang ditekuk, sedangkan Ethan bersiap beranjak dari
duduknya.
“Pulang nya bareng sama aku, ga terima penolakan” ucap
Ethan tegas kepada Zella lalu pergi menyusul Ael. Zella
hanya mendengarkannya dan memandang Ethan berlari
menuju Ael. Tidak ingin berdebat karena menolak tawarannya
jadi Zella hanya diam tidak ingin merespon.
“Beneran udah gapapa?” tanya Ian dengan posisi kepala
menghadap Zella dan di letakkan di atas lutut yang ia peluk.
“Udah” ucap Zella dengan posisi sila sembari memegang
botol minum yang ia pegang. Mendengar jawaban Zella, Ian
hanya menganggukkan kepala nya dan menatap Zella lekat.
‘Matanya keliatan capek banget’ tutur Ian dalam hati.
Sedangkan empu yang ditatap tidak sadar karena sibuk
menatap sekumpulan orang yang sedang bertanding basket di
bagian lapang lain.

GAMBAR

Keadaan hening sejenak, keduanya masih enggan beranjak


dari kegiatan masing-masing. Suasana akward menguasai
keduanya.
“Beneran gapapa yan kalo kita di tes nya nyusul?” tanya Zella
Kembali membahas masalah tadi.
“Gapapa santai aja, si Reygan anaknya nyantai” ucap Ian
kembali mengubah posisi duduk nya menjadi menghadap ke
depan seperti Zella.
“Kalo ngga, kamu tes aja duluan, nanti aku nyusul bilang ke
Kang Reygan” saran Zella
“Gausah Zel, selama ada aku semua nya aman” ucap Ian
sembari mengangkat salah satu alisnya dan tersenyum miring.
“Gitu ya” Zella mengangguk-anggukkan kepala nya.
“Wkwkwk, nanti kalo emang harus susulan dan kamu masih
belum lancar, kita ketemuan aja buat latihan lagi”
“Itu juga kalo kamu mau” lanjut Ian
“Okee, nanti kabarin lagi aja ya yan. Makasih banyak” ucap
Zella dengan senyum.
“Okee” Ian menjawan dengan anggukan kepalanya.
Menghabiskan waktu istirahat nya, keduanya berbincang-
bincang ringan dengan angin sepoi sore hari. Ian senang
mengobrol dengan Zella, karena menurut nya Zella tipikal
orang yang mudah mengerti.
“Kamu deket sama Ethan Zel?” tanya Ian ditengah obrolan
random kala itu.
Hening sejenak, Zella memikirkan apa yang harus ia jawab,
berbalik menatap Ian, Zella mengeluarkan pertanyaan kembali
“Kenapa?”
Ian berfikir sejenak “Pengen tau aja sih” jawabnya.
“Ooh” ucap Zella dengan bibir membentuk huruf ‘O’
“Iya Ooh” cengir Ian.
“Iya” jawab Zella cepat.
“Oke” ucap Ian, mendengar hal itu keduanya tertawa,
menyadari obrolan diantara mereka terlalu absurd.
“Tuh Reygan udah balik, aku kesana dulu ya. Gapapa?”
“Gapapa apanya?”
“Gapapa aku tinggal? Wkwkwk”
“Apa sih yaan”
“Wkwkwk kesana dulu yaa”
Zella mengacungkan kedua jempol nya sebagai respon.
Terlihat lelaki berbadan tinggi dengan bahu yang tegak
menghampiri senior nya, Kang Reygan.

Pukul 16.45 kegiatan kumpul sore itu diselesaikan, sebelum


semua anggota pulang ke rumah masing- masing, Ka Reygan
senior nya memberi sedikit pengumuman.
“Mulai minggu ini kumpul hari Jumat bukan di sekolah ya,
tapi di dojang. Lokasi nya di Bumi Perumahan Parahyangan.
Ada yang tau?”
Dari 12 orang anggota, hanya Ian yang menjawab.
“Saya kang” jawabnya sembari mengangkat tangan kanan
nya.
“Cuma si Ian aja?” tanya senior lain bernama Kang Haikal.
Hening sesaat sampai salah satu anggota mengeluarkan
suaranya membantu menjawab.
“Izin menjawab iya kang” jawab Ethan
“Yasudah, karena Ian tau tempatnya nanti Ian yang sharelock.
Jumat pulang jam 14.00 kan ya? Jadi jam 14.30 sudah ada
disana semua, tidak ada yang telat, yang telat ada hukuman.”
“Oh iya lupa satu lagi, buat yang tadi ga di tes dan ga sempet
di tes, nanti di tes nya langsung di dojang ya depan sabeum”
semua anggota mengangguk faham. Setelah itu Kang Reygan
menutup kumpul dengan berdoa dan membubarkan barisan.
“Zel, kamu pulang sama siapa?” tanya Ael ketika keduanya
sedang berjalan keluar lapangan.
“Jalan, kenapa El?” ucap Zella sembari mengecek handphone
nya.
“Rumah kamu emang dimana?”
“Binakreasi”
“Dimana tuh”
“Disitu” jawab Zella cengengesan. Mendengarnya Ael pun
ikut tertawa.
“Yaudah bareng yuk jalannya” ajak Ael ketika mereka sampai
di gerbang sekolah.
“Kamu jalan juga?”
“Iya, rumah aku deket soalnya, kamu dari pertigaan belok
kanan atau kiri?”
“Kiri”
“Yaah beda jalur, yaudah gapapa deh”
“Wkwkwk okee”
Ketika sedang berjalan, Zella mengingat ucapan Ethan
sewaktu latihan tadi. Melihat handphone nya, benar saja ia
baru saja mendapatkan notifikasi dari Ethan.

Ethan
Aku ngikutin kamu dari belakang ya
Jalan sama Ael nya sampe mana?
Pulang aja than
Ga terima penolakan
Sampe pertigaan, dia ke kanan
Oke, setelah pertigaan bareng aku aja
Jangan sendiri.

Zella menutup handphone nya, hanya membaca pesan dari


Ethan. Sekitar 5 menit berjalan keduanya hampir sampai di
pertigaan. Ael yang saat itu sedang melihat ke sekitar, melihat
keberadaan Ethan yang berada tidak jauh di belakang mereka
sedang mengendarai motornya pelan.
“Eh itu Ethan” ucap Ael dengan gestur kepala mengarah
Ethan. Mendengar hal itu Zella reflek menoleh kebelakang,
empu yang sedang dilihat sedang memainkan handphone nya
dengan tangan kiri sembari mengendarai motornya pelan.
Melihat Ethan tidak sadar sedang dilihat oleh keduanya, Ael
dan Zella kembali berjalan ke arah depan lalu kembali
berbincang, selang mereka berbincang terdengar suara
menyapa mereka.
“Duluan ya” sapa seseorang dari motornya, sontak Zella
melihat ke arah sumber suara, dilihatnya Ethan sedang
tersenyum ke arah mereka.
“Iyaa” ucap Ael sedikit keras supaya terdengar oleh Ethan
yang sudah sedikit menjauh.
Melihat Ethan yang pergi mendahuluinya, Zella berfikir
‘mungkin tidak jadi’ dan menganggapnya sebagai angin lalu
saja.
“Zel aku kesana ya!” ucap Ael ketika sudah sampai di
pertigaan sembari menunjuk ke arah kanan jalan.
“Ooh okee, hati-hati ya” jawab Zella sembari melambaikan
tangannya, Ael mengangguk lalu menyebrangi jalan.
Keduanya berjalan ke arah masing-masing, ketika baru
berjalan sekitar 100 meter, Zella melihat Ethan sedang duduk
membelakangi stang motornya menghadap ke arah datangnya.
Zella yang melihat Ethan sedang duduk seperti itu sedikit
bingung.
‘Dia nungguin aku?’ tanyanya dalam hati.
Ketika hendak mengirim pap kepada Zella dengan
memfotokan apa yang ada di depannya Ethan melihat
perempuan yang ia tunggu sedang berjalan dengan rambut di
ikat dan memegang satu botol minum berwarna oranye.
Melihat nya Ethan tersenyum, empu yang sedang berjalan pun
mendadak menghentikan langkahnya, memberikan tatapan
bingung kepadanya.
Melihat hal itu Ethan menghampiri Zella yang tidak berjarak
jauh dari dirinya.
“Yuk” ajak nya ketika mereka sudah berhadap-hadapan.
Melihat senyum yang tidak pudar dari Ethan, Zella menghela
nafas lalu menganggukan kepala nya pelan, mengartikan
kesetujuan nya untuk diantar pulang oleh Ethan sore itu.
Masih dengan posisi yang sama, Ethan mengambil botol
minum di tangan Zella “Masih mau minum?” tanya nya, Zella
yang memang sedang tidak haus hanya menggelengkan
kepala nya.
Melihat respon Zella, Ethan memasukkan botol minum nya ke
sisi tas Zella lalu memakai kan helm yang sudah ia pegang
sedari tadi ke kepala Zella.
Setelah memastikan helm terpasang dengan benar Ethan
tersenyum tepat di hadapan muka Zella. Sedangkan
perempuan yang di tatap hanya bisa memasang wajah pasrah.
“Yuk” ucap Ethan lalu berbalik arah menuju motornya.
Mendengar hal itu Zella mengikuti Ethan dan berjalan di
belakangnya, untungnya saat itu jalanan yang mereka tempati
sedang sepi, Zella malu jika kejadian seperti tadi dilihat
orang-orang.
“Tadi aku kaget Ael tiba-tiba nengok ke belakang, jadi aku
jalan ngedahuluin kalian” ucap Ethan ketika motor mulai
membelah kemacetan Bandung sore itu.
“Kenapa harus kaget?”
“Nanti dia tau aku bareng sama kamu”
“Oooh, kita harus sembunyi-sembunyi gitu ya”
“Nanti kalo dia tau aku harus nganterin dia juga”
“Kenapa?”
“Ga enak kamu dianterin tapi dia ngga”
“Oooh ga enak, kamu anterin dia aja, aku gausah juga gapapa
sih”
“Gamau. Aku mau nya sama kamu”
“Ga percaya”
“Yaudah”
“Pasrah banget” Zella ketawa. Melihat tawa Zella dari spion
Ethan ikut tersenyum, sesaat ia tersadar perempuan di jok
belakang nya tidak memakai jaket.
“Tuh kan kamu ga pake jaket” omel Ethan lalu mengentikan
motor nya ke pinggir. Men-standarkan motornya, Ethan
melepaskan jaket nya.
“Nih pake” ucap Ethan sembari memberi jaket coklat nya
yang waktu itu Zella gunakan. Merasa percuma jika ia
menolak akhirnya Zella mengambil dan memakai jaket coklat
nya.
“Sini in dulu tas nya, aku pegang dulu biar ga susah”
Zella menganut pada titah Ethan, karena jika ia menolak
tawarannya Ethan akan terus memaksanya sampai kata ‘iya’
terucap dari bibir Zella.
“Jaket nya simpen dulu aja di kamu, pake setiap hari. Bahaya
tau ga kalo kamu kedinginan, asma kamu nanti kambuh lagi
kaya tadi.” Omel Ethan.
Zella mengangguk dan tersenyum kecil, suasana hatinya hari
ini sedikit senang karena Ethan lebih banyak bicara tidak
seperti di perpustakaan kemarin. Ethan yang melihat Zella
tersenyum, kembali mengomel.
“Cantik sih kalo senyum, tapi kan aku lagi ngomelin kamu
Zel”
Masih dengan senyum yang sama, Zella menjawab.
“Aku tadi ga kambuh, cuma mau kambuh doang, soalnya
masih bisa ditanganin sama minum air putih”
“Trus aku gerah sih ini, ga dingin” jelas Zella sembari
menggerakkan jaket yang sedang di pakai nya.
“Tetep aja yang namanya antisipasi itu harus, jangan nunggu
hal buruk kejadian”
Mendengarnya Zella tersenyum sembari mengangguk,
melihat Ethan yang sudah tidak mengomel ia mulai
menikmati wajahnya yang tersapu oleh semilir angin sore hari
itu. Melihat hal itu dari spion Ethan ikut menarik kan sudut
bibirnya tersenyum.
“Sambil spotses yuk zell, aku kepinggir nih” ajak Ethan untuk
memecah keheningan diantara keduanya.
“Gimana dengerinnya?”
“Pake earphone”
“Kalo nyetir ga boleh sambil pake earphone. Bahaya”
“Yaudah kamu aja yang dengerin”
“Gabisa nanti?”
Ethan menggelengkan kepalanya dan memberi saran lain.
“Yaudah aku nyanyi aja gimana?”
Tidak ada jawaban, Ethan menganggap Zella setuju. Tidak
ingin kembali berdebat Zella pun hanya pasrah.
To be young and in love in Bandung City
Mendengar bait pertama lagu I Like Me Better by Lauv yang
Ethan nyanyikan Zella tertawa, kalimat yang seharusnya New
York City Ethan ubah menjadi Bandung City, ‘ada-ada saja’
batinnya.
To not know who I am, but still know that I am good long as
you’re here with me
To be drunk and in love in Bandung City
Midnight into morning coffe
Burning through the hours talking
Memberi jeda, Ethan sedikit memutarkan kepala nya ke arah
Zella tetapi matanya tetap focus kepada jalan. Zella yang
merasa Ethan ingin mengucapkan sesuatu mendekatkan
kepala nya kearah Ethan.
Damn, I like me better when im with you
Satu kalimat nyanyian lagu dari Ethan sontak membuat
pipinya sedikit memerah. Empu yang melakukan hal itu pun
hanya tersenyum iseng lalu melanjutkan kembali nyanyian
nya dengan posisi seperti semula, focus ke depan.
‘huh, kenapa lo blushing Zell’ tuturnya dalam hati.
Selesai menjanyikan reff Ethan bertanya kepada Zella.
“Telinga kamu rusak ga denger aku nyanyi?”
“Kamu ngomong gitu mau dapet pujian?” jawab Zella
Mendengar nya Ethan tertawa.
“Pengen denger pendapat kamu aja sih” lanjut Ethan seusai
tawanya terhenti.
“Hmmmmm” Zella menimang apa yang harus ia utarakan.
“Bagus, masih bisa di dengar” ucap Zella memberi pendapat,
memang benar nyanyian Ethan tidak terlalu buruk, suara nya
yang sedikit bass dan nada-nada yang tidak salah tempat
membuat nyanyian nya tidak terlalu buruk.
“Mau denger terus ga?”
“Apa?”
“Aku nyanyi, kalo mau nanti malem aku telfon”
“Gausah”
“Ada lagu yang mau aku dengerin ke kamu”
“Kasih tau aja judul nya nanti aku dengerin”
“Suara aku jelek ya” ucap Ethan dengan suara dilemah-
lemahkan.
“Gak gituu”
“Yaudah daripada kamu telfon ntar malem spotses aja ya”
ajak Zella cepat.
“DEAL” jawab Ethan semangat.
Seperti biasa, Ethan tidak mengantarnya sampai di depan
rumah.
“Parfum kamu apa sih Zel?” tanya Ethan ketika Zella sudah
turun dari motornya dan sedang membuka helm.
“Bloom dari heura” jawab Zella sembari menyerahkan helm
kepada Ethan.
“Beli dimana? Online or offline store?”
“Online”
“Offline store nya ada ga ya?”
“Gaada”
“Yaah, next time temenin aku cari parfum mau?” ajak Ethan
dengan mata berbinar, menunggu jawaban ‘iya’ dari Zella.
Zella diam sejenak, menimang ajakan Ethan yang terlalu
spontan.
“Liat nanti” jawabnya singkat.
Meskipun tidak mendapat kepastian dari jawaban yang Zella
berikan, Ethan tersenyum simpul dan menganggukkan
kepalanya menghargai jawaban Zella.
“Makasih tumpangannya” pamit Zella lalu lari terbirit
memasuki rumah nya.
Terlihat sudut bibir yang tidak turun dari wajah lelaki yang
sedang melihat perempuan yang sedari tadi duduk di jok
belakang nya sedang membuka pagar dan tersenyum sekilas
ke arahnya sebelum benar-benar hilang dari pandangannya.
We will be better more than
yesterday

ilustrasi
BAB 3

Empty and numb


Still can’t get past all the sadness and the crumbs I left
Help me, I’m scared
Cause the one thing on my mind is for me to disappear

Paragraf pertama lagu yang Zella dengarkan di earphone


menggema di telinganya, satu tetes air mata jatuh tanpa Zella
ketahui penyebabnya, yang ia tahu ia hanya ingin sedikit
mengeluarkan perasaan sedihnya melalui tangis kecil nya saat
ini.
<Flashback on>
Sebelum masuk ke dalam rumahnya, Zella berdiam diri
sejenak di depan pintunya, menarik nafas pelan lalu
membuangnya dengan kasar, mengira-ngira apa yang akan
terjadi ketika ia masuk ke dalam rumah yang sudah seperti
neraka baginya.
‘ciut…..’ terdengar suara decitan pintu utama rumahnya
dibuka, begitu masuk terlihat sang ibu sedang mengamatinya
dari sofa ruang tamu yang tidak terlalu jauh dari posisi pintu
utama.
“Darimana kamu?” tanya sang ibu dengan nada dinginnya.
“Kumpul ekskul” jawab Zella singkat dengan raut wajah
malas bercampur lelah.
“Belum izin belum apa, udah main kumpul gitu aja. Kalo ada
apa-apa tetep aja mama yang nanggungnya!!!” ucapnya
dengan nada sedikit tinggi.
“Aku kan udah izin tadi malem”
“Aku juga udah chat mama tadi siang sebelum ekskul” lanjut
Zella dengan nada pasrah akan bagaimana perdebatan ini
nantinya
“SUSAH KAMU DIBILANGIN!!”
“DINASEHATIN MALAH NGEJAWAB”
“Aku cuma jelasin, biar mama ga salah paham” ucap Zella
pasrah, menurutnya ini masalah yang seharusnya tidak
dibahas, toh ia sudah meminta izin hampir 3 kali.
“Lagian ngapain ikutan ekskul kaya gitu, ga jelas!! Kayak
yang bisa aja!!”
“Setiap aja mama butuh kamu, kamu nya ga ada. Gak guna
jadi anak!!!!” Bentak mama Zella dengan penekanan di akhir
kalimat.
‘Deg’ dada nya sedikit nyeri mendengar perkataan ibunya
itu. Meski sudah biasa dikatai dengan hal-hal seperti itu
tetapi entah kenapa selalu saja terasa sakit.
Menarik nafas panjang, Zella bertanya dan memberikan
penjelasan kembali kepada ibunya itu.
“Mama butuh apa?” tanya nya dengan memberanikan diri
menatap mata ibunya itu.
“Aku kan harus sekolah ma” lanjut Zella dengan nada yang
masih sama -pasrah.
“HALAH UDAHLAH, GA GUNA KAMU” Ucap ibunya
marah dengan melempar koran yang ada di hadapannya ke
arah Zella, untungnya koran itu meleset sehingga tidak
mengenai kepala Zella.
Zella yang saat itu sudah benar-benar lelah hanya diam
menunduk sembari menunggu amarah ibunya itu reda.
“BESOK GAUSAH SEKOLAH!!! BERESIN RUMAH!!
BANTUIN ORANG TUA NYA!!” bentak ibu Zella lalu pergi
menuju kamar nya.
Zella kembali menarik nafas nya, berdiam diri sejenak di
ruang tamu sampai suara adzan maghrib berkumandang lalu
ia pun berjalan pelan menuju kamarnya.
Memasuki kamarnya, ia menatap sekeliling lalu memejamkan
matanya sejenak sembari menarik nafas dalam-dalam
menahan sesak, anehnya setiap kali ia bertengkar dengan
ibunya asma nya tidak pernah kambuh, sedangkan setiap hal
itu terjadi dadanya sering kali sesak karena perkataan dan
sikap abussive yang ibunya berikan.
‘Mungkin tuhan masih belum mau mengabulkan do’a aku
untuk menyusul papa’ pikirnya.
Setelah sedikit lebih tenang, Zella memasuki kamar mandi
dalam kamarnya untuk membersihkan diri. Biasanya ia akan
menangis ketika memasuki kamar mandi, menurutnya karena
kamar mandi nya itu kedap suara jadi tidak akan ada orang
yang bisa mendengar tangisannya. Tapi kali ini ia tidak
menangis, entah karena air matanya sudah kering atau
memang sudah tidak ingin keluar. Entahlah ia tidak ingin
memikirkannya lagi, semangat hidupnya semakin menurun
dari hari ke hari.
<Flashback off>
Benar saja, hari setelah ia diantar pulang oleh Ethan, Zella
tidak mengikuti KBM di sekolah. Ibunya mengunci pintu
kamar nya sampai pukul 9 pagi, mendapati hal itu Zella hanya
bisa pasrah.
‘Alfa sekali-kali gapapa kayaknya’ tuturnya dalam hati.,
mencoba tetap tenang, tidak berniat mengabari wali kelas atau
pun Celsa teman sebangkunya.
Saat ini Zella sedang duduk di depan minimarket di dekat
tempat latihan taekwondo baru nya, menahan sakit yang entah
karena masalah keluarga nya atau luka gores yang cukup
panjang di tangannya dikarenakan oleh gantungan besi tajam
yang sengaja ia mainkan ketika hendak tidur semalam, atau
juga karena lelah latihan taekwondo dari pukul jam 3 sore
tadi.
Gerimis turun, seolah-olah mendukung ia untuk bersedih sore
itu, seraya duduk di anak tangga minimarket dengan badan
menunduk dan kaki dipeluk oleh kedua tangannya, ia
menangis pelan tanpa suara, membiarkan kesedihannya jatuh
sore itu.
Selang beberapa menit, tiba-tiba terdapat tangan yang sedang
mengelus kasar rambutnya, sontak Zella mendongakkan
kepala dan melihat sosok lelaki yang sedang tersenyum
kepadanya, Alvian Evans Bawika.
“Ngapain?” satu pertanyaan yang reflek Zella keluarkan
sembari menatap lelaki yang sudah duduk di sebelahnya.
“Harusnya aku yang tanya gitu” jawab Ian yang saat itu
menggunakan jaket hitam dan sedang membawa sebotol air
mineral yang sudah ia bawa sedari tadi.
Menatap lurus kedepan, memperhatikan setiap tetes air ujan
yang turun Zella memberikan jawaban atas pertanyaan Ian
tadi.
“Lagi cosplay jadi pasien RSJ” jawab Zella asal dengan nada
datar. Mendengar jawaban Zella, sontak membuat Ian tertawa.
“Gak dingin?” tanya Ian karena melihat Zella tidak memakai
jaket.
Sebagai respon Zella hanya menggelengkan kepalanya,
memberikan jawaban tidak atas pertanyaan Ian barusan. Ian
menyipitkan matanya tanda tidak percaya, dengan sigap ia
membuka jaket yang ia pakai lalu memakaikannya ke pundak
Zella.
Zella yang kaget dengan tindakan Ian sedikit memiringkan
badannya dan menatap Ian datar, empu yang di tatap hanya
memberikan tatapan bingung.
‘ah…’ Zella mendadak meringis kesakitan sembari
memegang tangan kiri nya yang tidak sengaja terkena tetesan
air hujan.
“Are you blind? I see something wrong from your hand”
tanya Ian khawatir sembari melihat ke arah tangan Zella yang
terdapat beberapa tetes darah di bajunya. Mendengar hal itu
Zella hanya diam tidak berkutik, menatap datar ke arah
lukanya.
“Tunggu disini bentar” ucap Ian cepat lalu beranjak pergi ke
minimarket, Zella yang tidak memperdulikan hal itu kembali
diam sembari menatap kosong pada luka di tangan nya itu,
kembali terbayang apa yang ia lakukan kepada tangan nya.
Setelah 5 menit berlalu Ian kembali dengan membawa kapas,
kassa, obat merah, plester dan air mineral.
“Aku boleh liat lukanya?” tanya Ian lembut dengan tatapan
khawatir.
Empu yang ditanya hanya mengangguk sayu sembari
menjulurkan tangannya ke arah Ian
“Makasih” satu kata yang kembali terucap dari mulut Zella
kepada empu yang sedang membersihkan luka ditangannya.
“My pleasure” ucap Ian sedikit tenang karena melihat respon
Zella.
“Kalo sakit bilang ya” titah Ian dikala dirinya hendak
mengobati luka Zella dengan obat merah.
Zella yang paham pun menganggukkan kepala nya tanda
setuju. Ketika obat merah mulai mengalir di atas luka
sepanjang 10 cm itu, Zella mengepalkan tangan kiri nya untuk
menahan sakit.
Ian yang sadar akan hal itu, membuka kepalan tangan kiri
Zella lalu menempatkan telapak tangan kirinya ke telapak
tangan kiri Zella, menautkan tangan kedua nya, berniat
memberikan sedikit samsak sebagai pelampiasan rasa sakit
yang Zella rasakan kepada dirinya.
GAMBAR

“Ian” panggil Zella kepada Ian yang sedang memasangkan


beberapa plester kepada lukanya.
“Hmm” respon Ian lembut lalu menghentikan kegiatannya
dan menatap kepada empu yang tadi memanggilnya.

GAMBAR

“Makasih ya” jawab Zella membalas tatapan Ian dengan


diiringi senyum tipis dan mata sedikit berkaca-kaca menahan
air mata yang ingin jatuh.
Ian mengangguk lalu melanjutkan kegiatannya.
“Kalo mau nangis keluarin aja, lagi ga ada orang nih” Ucap
Ian sembari membersihkan sisa-sisa obat merah yang berada
di pinggir-pinggir plester yang sudah terpasang di tangan
Zella.
“Zel” panggil Ian setelah selesai mengobati luka Zella lalu
mengubah posisi duduk menjadi bersandar kepada tangga
dengan kedua tangan yang bertengger di belakang nya.
Mendengar Ian memanggil namanya, Zella menoleh ke arah
Ian sekilas, terlihat Ian sedang menatap ke depan dengan
tatapan datar, memperhatikan setiap tetes air hujan yang
turun.
“I don’t know what you through, but if u need to cry, just let
them out, nangis aja sepuasnya, masih ada aku disini”
Zella tersenyum pahit mendengar perkataan Ian, sungguh ia
sangat berterima kasih atas kepedulian Ian tapi sayangnya
Zella sudah tidak mempan dengan kata-kata penenang seperti
itu.
“Kalo nanti aku nangis trus kamu ga ada gimana” tanya Zella
iseng dikala keadaan hati nya sudah mulai tenang.
“You can call me every time and i’ll be there, beside you”
jawab Ian sembari mencondongkan badannya dan menatap
Zella dari samping.
Zella kembali tersenyum mendengar nya lalu menganggukkan
kepala nya, tidak ingin berlama-lama membicarakan omong
kosong yang sudah sering Zella dengar.
Handphone Zella bergetar, terlihat panggilan dari ibunya,
menekan tombol hijau Zella menjawab telepon ibunya itu.
“Ini udah mau pulang” ucap Zella sesaat setelah keduanya
terhubung melalui telepon, sudah mengetahui apa yang akan
ibunya tanyakan.
Setelah itu terdengar ibunya Kembali memarahi Zella karena
belum pulang, Zella hanya menarik nafas panjang sembari
diam mendengarkan ibunya memarahi nya.
‘Iya ini sudah pesan ojek online’ ucap Zella sebelum menutup
teleponnya.
“Mau bareng sama aku?” tanya Ian ketika Zella sudah selesai
menelepon. Zella menggelengkan kepalanya.
“Makasih” ucap Zella sembari melepaskan jaket yang
bertengger di pundaknya. Melihat hal itu Ian mencegahnya.
“Pake aja, aku ada jaket cadangan di box motor” ucap Ian
kembali memasangkan jaket nya ke Pundak Zella.
“Engga mau” keukeh Zella lalu memberikan jaket nya kepada
Ian dan berdiri berniat memantau ojek online yang sudah Kak
Ibel pesan dari rumah.
“Anggap aja jaket ini sebagai ucapan terima kasih kamu ke
aku” ucap Ian kembali memasangkan jaket ke pundaknya lalu
diakhir dengan membenarkan beberapa rambut Zella yang
berantakan.
Mendengar hal itu Zella tidak bisa mengelak, akhirnya ia
memakai jaket tersebut dengan benar.
“Ojek online nya udah deket” ucap Zella dengan posisi berdiri
di sebelah Ian,
“Oke, kamu save nomer aku kan Zel?” tanya Ian tiba-tiba.
Zella menoleh ke arah Ian sekilas lalu mengangguk, bingung
mengapa Ian mendadak menanyakan hal itu.
“Oke, nanti kalo ada chat trus tiba-tiba ngabarin ‘aku udah
sampai rumah’ itu aku ya” ucap Ian diakhiri senyum iseng.
Zella yang mendengar hal itu tertawa pelan lalu mengangguk
kecil, melihat perempuan disebelah nya sudah bisa tertawa Ian
sedikit tenang dan senang. Perasaan nya sore itu sangat
menyenangkan, jantung nya sedikit berdegup lebih cepat dari
biasanya saat tadi memasangkan jaket kepada Zella.

Anda mungkin juga menyukai