DI AJUKAN OLEH :
WASIS MUSNADI
Kepada
Yth. Pemerintah Pekon Waringinsari Timur
di-
Waringinsari Timur
Mengajukan permohonan peninjauan kembali putusan status batas tanah saya (Wasis Musnadi)
dengan batas jalan pekon Waringinsari Timur yang berlokasi di RT/RW 010/03.
Demikian permohonan ini kami sampaikan, besar harapan kami agar pemerintah Pekon
Waringinsari timur menindak lanjuti permasalahan ini, atas perhatiannya kami sampaikan terima
kasih.
Wassalamu`alaikum Wr. Wb
Waringinsari Timur, ……………………..
Pemohon
WASIS MUSNADI
2
KRONOLOGI MASALAH
1. Dua bulan sebelum dibangunnya drainase dan talud jalan di RT 010 RW 03, Bapak Hi.
Mujarot selaku ketua OMS menemui saya di kebun dengan maksud dan tujuan yaitu
mohon izin untuk membeli tanah sebagai urugan jalan. Kemudian saya menyetujui /
memberikan izin kepada Bapak Hi. Mujarot untuk mengambil tanah yang ada dilahan
saya dengan ketentuan bahwa panitia PNPM RIS hanya membeli tanah untuk urugan
jalan dengan tanpa merubah batas lahan yang sudah ada. Dalam hal ini Hi. Mujarot pun
menyetujuinya.
2. Tiga hari sebelum dimulainya proyek pembangunan jalan oleh Panitai PNPM RIS, Bapak
Hi. Mujarot dan Bapak Ahmad Jaelani datang kerumah saya dengan maksud dan tujuan
yaitu memperjelas rundingan yang pernah dilakukan oleh Bapak Hi. Mujarot dan saya
(sesuai keterangan pada nomor 1). Bapak Hi. Mujarot dan Bapak Ahmad Jaelani tetap
mantap akan membeli tanah sebagai urugan jalan, artinya sepakat bukan membeli tanah
seutuhnya dengan memindah batas, tetapi hanya mengambil tanah secukupnya sebagai
urugan jalan.
3. Dalam pertemuan tersebut Bapak Hi. Mujarot menawarkan harga Rp. 3.000.000,- (Tiga
Juta rupiah). Namun saya minta Rp. 4.000.000,- (empat juta rupiah). Bapak Hi. Mujarot
tidak sanggup memenuhi permintaan harga yang saya ajukan tersebut, dengan alasan
anggaran yang disediakan untuk urugan jalan hanya Rp. 3.000.000,- (Tiga Juta rupiah).
Sampai akhirnya terjadilah kesepakatan yaitu harga Rp. 3.000.000 (Tiga Juta rupiah), dan
ditambah semua biaya penebangan pohon yang tumbuh diatas tanah tersebut akan
4. Kemudian proyek pembangunan jalan dimulai. Pada saat mesin eksavator mulai
mengeruk tanah untuk membuat parit sekaligus tanahnya untuk urugan, saya menegur
3
Bapak Hi.Mujarot bahwa pengerukan parit terlalu masuk ke utara. Pada saat itu Bapak
Hi. Mujarot menyadari dan mengakui bahwa memang terjadi kesalahan dan beliau
menjelaskan bahwa nantinya parit tetap dibuat di bekas parit yang lama (yang sudah ada
sejak dulu) beliau menunjuk langsung titik yang dimaksud. Kejadian tersebut terjadi pada
pukul + 11.00 WIB dan disaksikan oleh Bapak Jumari. Kemudian saya pulang karena
sudah mendapat penjelasan dari Bapak Hi. Mujarot. Namun ternyata pembuatan parit
tetap dilanjutkan dan tidak sesuai dengan titik yang telah ditunjuk oleh Bapak Hi.
5. Beberapa hari kemudian tepatnya pada malam Kamis Bapak Hi. Mujarot dan Bapak
Ahmad Jaelani datang kerumah setelah sholat Isya` dengan tujuan memohon maaf atas
kesalahan pembuatan parit. Beliau menjelaskan bahwa paritnya sudah terlanjur jadi,
maka beliau memohon dengan sangat untuk diberi izin memasang drainase di dalam
lokasi tanah yang saya miliki dan benar-benar tidak akan merubah batas tanah yang saya
miliki. Jadi drainase tersebut statusnya menumpang ditanah saya dan bukan sebagai batas
antara tanah saya dan jalan desa. Hal tersebut merupakan penjelasan dan permintaan dari
Setelah mendengar penjelasan Bapak Hi. Mujarot, saya diam sejenak. Saya berfikir kalau
hanya menumpang meletakkan drainase dengan tanpa merubah batas tanah, ya tidak apa-
apa (saya ikhlas) dan memberikan izin, Bapak Hi. Mujarot pun sangat berterimakasih atas
pemberian izin saya tersebut. Saat itu Bapak Ahmad Jaelani keluar rumah, saya tidak
tahu mau kemana. Tidak lama kemudian Bapak Hi. Mujarot berpamitan, saat itu Bapak
Ahmad Jaelani belum kembali masuk kerumah saya. Sambil berpamitan Bapak Hi.
Mujarot menyerahkan uang sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) kepada saya tanpa
ikrar apapun.
6. Setelah kurang lebih satu bulan lamanya saya menunggu kabar dari Bapak Hi. Mujarot
tentang kejelasan batas tanah saya, namun tidak ada kabar apapun. Akhirnya saya dan
4
anak menantu saya (Yudi Setiawan) datang kerumah Bapak Bayan Muji untuk
melaporkan hal tersebut agar bapak bayan menegur Bapak Hi. Mujarot supaya
mengembalikan batas tanah sesuai aslinya yang saat itu sudah tertimbun oleh jalan baru.
Akan tetapi tidak ada tindakan apapun dari Bapak Hi. Mujarot dan panitia PNPM RIS.
7. Akhirnya terjadilah pertemuan dibalai pekon dengan dihadiri oleh semua tokoh yang
pada tanggal 20 Januari 2015. Adapun nama dan hasil kesepekatannya terlampir dalam
Jika proyek PNPM RIS 2014 tersebut sudah diserah terimakan (dengan
2015) maka pihak pengurus PNPM dan dibantu oleh pamong Pekon
sementara kepala pekon), Bapak Hi. Mujarot (ketua OMS), membuat patok dari cor
semen di tempat yang telah disepakati, sebagai batas sementara yang nantinya akan
9. Sampai batas waktu yang telah disepakati ternyata Panitia PNPM RIS tidak pernah
merealisasikan kesanggupannya untuk membuat parit sebagai pembatas tanah saya dan
jalan desa. Sampai akhirnya saya datang ke rumah Sekretaris Pekon (Bapak Toha
namun saya terlebih dahulu meminta pertimbangan kepada beliau apakah permasalahan
ini bisa langsung saya utarakan kepada beliau atau ke pihak lain dahulu, misalkan kepada
bayan. Ternyata bapak Toha mempersilahkan bisa langsung diutarakan kepada beliau
saja.
5
10. Beberapa hari kemudian Sekretaris pekon (Bapak Toha Mahsun) beserta Bapak penjabat
kepala Pekon (Bapak Asmudi) datang kerumah saya yang maksud dan tujuannya ingin
menunjukkan berita acara rapat para tokoh di Balai Pekon Waringinsari Timur. Setelah
mendengarkan penjelasan saya dan membaca sendiri berita acara tersebut, beliau
mengatakan bahwa “keputusan ini adalan keputusan yang konyol”, setelah berbincang-
bincang beberapa saat, kemudian bapak Asmudi mengatakan bahwa “ mbah.. nek laut,
darat, tambang kui nek arep digunake pemerintah, awake dewe ora iso opo-opo mbah..
kae nek kon marit ora iso mbah… soale masih dalam pengawasan”. Bapak Asmudi
juga menyarankan untuk menanam papaya di batas tanah tersebut dengan mengatakan “
mang tanemi gandul mawon mbah… soale akar gandul niku iso cepet mecahne
pondasi. Lek pecahe drainase niku mergo alam aku sanggup gawe parit sing anyar,
mbok sesok mawon kulo sanggup gawe”. Kemudian beliau berpamitan dengan
11. Beberapa hari kemudian Bapak Asmudi menemui saya kembali, saat itu saya sedang
menyadap pohon karet di tanah wakaf masjid Al-Abror yang berlokasi di depan rumah
Bapak Masnuri (RT 002 RW 01). Saat itu Bapak Asmudi kembali mengatakan “ dalan
kae nek diparit tetep nggak iso mbah… mau nggak mau suka nggak suka tetep nggak
iso mbah..” kemudian Bapak Asmudi menyarankan tanah tersebut diganti rugi saja
dengan mengatakan “ nopo diganti rugi mawon mbah… mangke kulo fasilitasi, nopo
sejuta nopo rong juta nopo telung juta”. Saya tetap diam dan tidak menanggapi saran
beliau. Kemudian beliau bertanya kepada saya “ piye mbah coro liyo sing ora di parit
tapi iso ditutup” kemudian saya sarankan agar dibelikan batu dua truk untuk diletakan
dilokasi batas jalan tersebut dan dibagi menjadi tiga tempat (telung nuk). Kemudian
Bapak Asmudi menelfon bapak Sukaji untuk membelikan rokok Sampurna dua bungkus.
Kemudian Bapak Asmudi berpamitan dan berpesan “ mbah… nek enten petugas tanglet,
6
12. Permasalahan tetap belum selesai, akhirnya setelah beberapa hari saya diundang kerumah
Bapak Bayan MUJI. Saat itu yang hadir diantaranya Bapak Asmudi, Bapak Toha
Mahsun, Bapak Suwito, Bapak Sodik, Bapak Muji, Bapak Hi. Mujarot dan satu lagi saya
tidak kenal tapi jelas dia adalah teman Bapak Asmudi. Dalam pertemuan tersebut Bapak
Asmudi tetap bersikeras jalan tidak bisa diparit. Kemudian saya menjawab sambil
menunjuk hI. Mujarot “ lha niki pak jarot mawon sanggup lho pak.. kok sampean
nggak sanggup, lha lek pak jarot ninggal, opo ngge nyaur ? wong kadung duwe
kesanggupan. Kemudian pak Asmudi dengan nada emosi mengatakan “ Pokoe mau
nggak mau, suka nggak suka tidak bisa diparit”. Akhirnya dalam rapat tersebut
menghasilkan kesepakatan bahwa mulai hari Minggu akan dimulai pemaritan oleh Bapak
13. Ternyata pada hari Minggu yang telah ditentukan tersebut tidak ada realisasi tentang
14. Beberapa hari kemudian bapak bayan MUJI datang kerumah saya untuk meminta
sertifikat tanah yang sedang menjadi sengketa. Saat itu saya sedang tidak ada dirumah
(masih di ladang). Setelah saya sampai dirumah dan mendapat kabar tersebut, saya
langsung menelpon bapak suwito “ lek kok jarene aku kok dijaluki sertifikat”.
Kemudian bapak suwito menjawab “ ho`oh lek… Pak Asmudi sing duwe karep kon
nganggo sertifikat kui”. Kemudian saya mengatakan “ pokok`e lek urung dilaksanakne
15. Kemudian pada hari itu juga Bapak Bayan Muji datang ke rumah saya untuk meminta
sertifikat tanah yang sedang sengketa tersebut. Saat itu bapak Muji menjelaskan bahwa
beliau diperintah Bapak Asmudi untuk mengambil sertifikat tanah yang tujuannya untuk
mengukur luas tanah yang sedang sengketa tersebut. Kemudian saya berikan foto
kopiannya.
7
16. Beberapa hari kemudian bapak Asmudi mendatangkan tukang ukur tanah yang entah dari
mana saya pun tidak tahu dan juga tidak kenal. Dengan tanpa mempertimbangkan
keputusan musyawarah tanggal 19 Januari 2015 dibalai pekon yang telah disepakati oleh
para tokoh pada masa jabatannya Bapak Sugiyatno dan BHP nya bapak Untung Subagyo,
Bapak Asmudi membuat keputusan sendiri mengukur tanah yang sedang sengketa
tersebut.
17. Setelah pengukuran selesai, secara sepihak Bapak Asmudi menganggap dan memutuskan
bahwa permasalahan telah selesai, tanpa meminta persetujuan dan pertimbangan dari
saya sebagai pemilik tanah yang sah cara penyelesaiannya menyimpang dari hasil
kesepakatan rapat tanggal 19 Januari 2015 di balai pekon Waringinsari Timur. . Bahkan
saat itu langsung bubar begitu saja tanpa ada dokumen resmi dan berita acara tentang
18. Saat itu bahkan sampai sekarang saya tetap menganggap bahwa kasus tersebut belum
selesai, sekalipun Bapak Asmudi dan pemerintah Pekon saat itu sudah menganggap
selesai. Karena keputusan itu hanya sepihak saja, sama sekali tidak mempertimbangkan
apa yang telah disepakati oleh para tokoh ketika musyawarah tanggal 19 Januari 2015 di
8
BAHAN PERTIMBANGAN PERMOHONAN
1. Saya merasa telah dirugikan dan dibohongi oleh pengurus OMS/panitia PNPM, yang
2. Saya menuntut keadilan dan hak saya, yang mana saya telah diombang ambingkan
dengan keputusan-keputusan yang berubah-ubah. Disatu sisi telah disepakati tapi di sisi
3. Sejak awal saya tidak pernah menuntut untuk diberi ganti rugi, apalagi berniat menjual
tanah tersebut. Saya hanya minta parit pembatas tanah dan jalan bagian utara
diluruskan dengan jalan yang barat (parit kembali diposisi semula). Panitia janji
sendiri bahwa tidak akan pernah memindah batas tanah, tapi kenyataannya tanah tersebut
4. Saya memberikan izin pembuatan drainase dilanjutkan karena saat itu pihak panitia
pembangunan hanya akan menumpang / menitipkan drainase di lahan saya dan berjanji
tidak akan merubah atau memindah batas lahan, tapi ternyata akhirnya batas lahan
berubah.
9
KESIMPULAN
yang saat itu peserta rapat tidak ada yang merasa terpaksa bahkan Bpk. Hi.
Mujarot pun sangat sadar, dan legowo atas hasil keputusan rapat saat itu.
saya berfikir permasalahan ini harus diselesaikan saat kita masih sama-sama
hidup didunia.
10
PENUTUP
Demikian permohonan ini saya sampaikan, besar harapan saya kepada pemerintah
pekon yang baru ini mau mempertimbangkan dan menindak lanjuti permohonan saya ini.
Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan dan atas perhatian dan kerja
Pemohon
WASIS MUSNADI
11