Anda di halaman 1dari 9

Mediator : Assalamualaikum w.

w, Selamat pagi bapak dan ibu sekalian

Para pihak : Selamat pagi

Mediator : bagaimana kabarnya bapak ibu ?

Para pihak : alhamdulillah baik pak

Mediator : baik....Sebelum kita mulai sesi mediasi pada pagi hari ini
terlebih dahulu perkenankan saya memperkenalkan diri saya,
nama saya Habib Khirzin, S.H ,CPM. Selaku Mediator yang
bersertifikat dari Dewan Sengketa Indonesia.

Baik... selanjutnya saya persilahkan bapak dan ibu untuk


memperkenalkan dirinya masing masing. Dimulai dari ibu,
kepada ibu saya persilahkan.

Mawar : saya Mawar pak, disini saya sebagai penggugat dalam perkara ini
pak.

Mediator : baik.... selanjutnya kepada bapak saya persilahkan !

Sanusi : Saya Sanusi pak, dan disini saya sebagai tergugat dalam kasus ini
pak.

Mediator : Baik, terimakasih bapak ibu atas perkenalannya, selanjunya perlu


saya jelaskan juga bahwa berdasarkan peraturan mahkamah agung
no 1 tahun 2008 tentang prosedur mediasi di pengadilan. Dalam
pasal 4 disebutkan bahwa semua sengketa perdata yang diajukan
ke pengadilan tingkat pertama wajib terlebih dahulu di upayakan
penyelesaikan melalui perdamaian dengan bantuan seorang
mediator. Begitu juga dengan peraturan mahkama agung no.1
tahun 2016, sebagaimana seperti pada sidang pertama, bapak dan
Ibu telah sama-sama bersepakat menunjuk saya sebagai mediator
pada perkara ini.
Selanjutnya saya akan menerangkan sedikit mengenai
mediasi. Mediasi adalah suatu alternative penyelesaian sengketa
dimana kedua belah pihak saling berdialog, berunding untuk
mencari titik temu penyelesaian masalah dengan bantuan mediator
dan fungsi saya disini hanyalah sebagai pihak yang netral yang
akan membantu memfasilitasi, negosiasi atau pembicaraan antara
bapak dan ibu.

Sebelum kita mulai proses sesi mediasi ini, saya akan menjelaskan tahapan
tahapan yang akan kita lalui dan tata tertib didalam proses mediasi ini.

Yang Pertama, saya akan memberikan kesempatan kepada para pihak untuk
menyampaikan permasalahannya secara bergantian dimana pada saat salah satu
pihak saya berikan kesempatan untuk berbicara maka saya mohon agar pihak yang
lain mendengarkan, dan tidak menyela pembicaraan ataupun menyerang satu
sama lain.

Kedua, selama proses mediasi berlangsung ada kemungkinan saya akan meminta
waktu pertemuan terpisah atau dapat disebut kaukus. bapak ibu jangan kuatir , apa
apa saja yang dibicarakan dalam pertemuan terpisah dan itu tidak akan sampai
kepada pihak lain. Kalau pun ada hal – hal yang perlu disampaikan kepada pihak
yang satunya, maka saya akan meminta bapak dan ibulah yang menyampaikan
sendiri. Bapak ibu tenang saja disaat pertemuan kaukus. jadi, Pada saat saya
berbicara dengan salah satu pihak, saya akan meminta pihak lain untuk menunggu
diluar begitu juga sebaliknya. Dan informasi yang saya dapatkan dari pihak
manapun akan saya jaga kerahasiaannya.

Ketiga, selama menjalankan proses mediasi, saya sebagai mediator akan menjaga
kerahasiaan dan saya juga bersikap netral dimana saya tidak memihak kepada
salah satu pihak.

Baiklah bapak ibu, apakah setuju dengan tata tertib tersebut ?

Mawar : setuju pak

Aris : Saya juga setuju pak


Mediator : Baiklah selanjutnya kita mulai sesi mediasi dipagi hari ini,
bagaimana kalau kita memberi kesempatan terlebih dahulu kepada
ibu Mawar menyampaikan keterangannya. Apakah bapak Sanusi
setuju ?

Sanusi : Setuju pak

Mediator : baiklah langsung saja kepada ibu saya persilahkan !!

Mawar : Begini pak, saya kan seorang ibu rumah tangga yang sehari –
seharinya bekerja berjualan di pasar. Sebelumnya pernikahan saya
dengan suami saya baik baik saja pak. Akan tetapi selama 1 tahun
ini suami saya berubah sikap kepada saya, Suami saya sering
melakukan tindakan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
Bahkan sudah 1 (satu) tahun ini tidak pernah lagi memberikan
nafkah kepada saya baik nafkah lahir maupun batin pak. Saya
sudah tidak tahan lagi menahan perlakuan suami saya kepada saya
pak, saya sudah cukup sabar selama ini pak.

Oleh karena itu pak saya menggugat cerai ke Mahkamah


Syar’iyah Kota Langsa pak.

Mediator : Baiklah, jadi disini ibu merasa kecewa atas kejadiaan Ini ?

Mawar : Benar bu

Mediator : Dan ibu menginginkan agar pak Sanusi tidak melakukan KDRT
dan juga memberikan nafkah kepada Ibu ?

Mawar : Benar bu

Mediator : Apakah penjelasan ibu sudah cukup atau ibu mau


menambahkannya ?

Mawar : Tidak pak, sudah cukup

Mediator : baik .. Setelah kita mendengarkan keterangan dari pihak ibu


Mawar, selanjutnya saya berikan kesempatan kepada bapak
Sanusi untuk menceritakan hal – hal yang perlu dalam
permasalahan ini, kepada bapak sanusi silahkan pak

Sanusi : Baik pak, jadi apa yang dikatakan oleh istri saya itu tidak benar
pak. Saya tidak pernah melakukan KDRT dan juga tidak memberi
nafkah terhadap istri saya. Jadi begini pak, istri saya itu bekerja
dari pagi sampai sore bahkan sampai malam. Sehingga kurangnya
waktunya untuk dirumah dan begitu juga terhadap anak-anak.
Sehinga menjadikani saya kesal pak, dan saya tidak memukul istri
saya pak. Dan saya kaget kenapa istri saya mau menggugat cerai
saya. saya tidak mau bercerai pak. Karena saya masih sangat
mencintai ibu mawar yaitu istri saya pak.

Mediator : Ohh jadi bapak tidak mau bercerai dengan buk mawar, benar
begitu pak ?

Sanusi : Benar pak

Mediator : Apakah ada tambahan dari pihak bapak Sanusi ?

Sanusi : Tidak ada pak, yang jelasnya saya sangat kaget dan kecewa atas
gugatan cerai dari ibu Mawar pak.

Mediator : Setelah saya mendengar penjelasan dari pihak ibu Mawar maupun
bapak Sanusi , sebelumnya saya melihat bahwa ada kesepahaman
awal yaitu bapak dan ibu menginginkan agar masalah ini cepat
selesai dan jika memungkinkan di selesaikan melalui mediasi.
Bukan begitu bapak ibu ?

Para pihak : Benar pak.

Mediator : Baiklah, selanjutnya seperti yang telah bapak dan ibu ungkapkan,
bahwa sebelum perkara ini terjadi, sebenarnya ibu Mawar
menganggap bapak Sanusi sebagai suami yang baik dan selalu
meberikan nafkah kepada ibu dan sebaliknya pihak bapak Sanusi
menganggap ibu Mawar sebagai istri yang baik. Kalau boleh pak
ibuk saya bertanya, bagaimana pendapat ibu Mawar mengenai
kelanjutan rumah tangga ibu Mawar dengan bapak Sanusi
dikemudian hari ?

Mawar : Ya pak, seperti yang sudah saya jelaskan tadi bahwa sebelumya
itu hubungan saya dan bapak Sanusi baik baik saja. Tapi saya
sangat kecewa pak dengan bapak Sanusi selama 1 tahun terakhir
ini karena tidak memberikan saya nafkah lahir batin. Dan malah
menjadi orang yang kasar dan suka KDRT.

Mediator : Jadi Ibu menginginkan masalah nafkah agar diberikan oleh bapak
Sanusi, dan pak sanusi agar tidak melakukan KDRT lagi. Namun
saya ingin bertanya bila masalah ini dapat terselesaikan. Apakah
ibu dapat mempertimbangan kelanjutan rumah tangga ibu dengan
bapak Sanusi dikemudian hari ?

Mawar : Iya pak, saya bisa mempertimbangkannya lagi. Jika bapak Sanusi
tidak berlaku kasar lagi terhadap saya. Bagaimanapun juga saya
memiliki anak pak. Yang masih butuh peran kedua orang tua.

Mediator : Oke.. baik, mengenai penjelasan dari ibu Mawar, apakah pihak
bapak Sanusi ada tanggapan?

Sanusi : Ya pak, sebenarnya saya tidak pernah melakukan seperti apa yang
dikatakan oleh istri saya. Akan tetapi jika istri saya masih
bersikeras mengatakan kalau saya melakukan itu. Maka disini saya
meminta maaf kepada istri saya , jika perlu buk dibuat surat hitam
di atas putih bahwasanya saya tidak akan melakukan KDRT dan
akan memberikan nafkah lahir batin kepada istri saya. Karena saya
tidak mau bercerai dengan istri saya buk, saya sangat mencintai ibu
mawar. akan tetapi saya kecewa kepada ibu Mawar yang mana
seharusnya masalah ini bisa dibicarakan secara kekeluargaan
terlebih dahulu. Bukannya langsung menggugat cerai langsung ke
pengadilan.
Mediator : baik....Dari penjelasan bapak dan ibu, saya dapat menyimpulkan
bila masalah pemberian nafkah dan KDRT dapat diselesaikan
dengai baik. Maka kedua belah pihak sama sama memiliki
keinginan untuk melanjutkan rumah tangga dimasa yang akan
datang. Benar begitu bapak ibu?

Sanusi : Benar pak.

Mawar : Iya benar pak.

Mediator : Baiklah, jika demikian saya melihat iqtikad baik dari kedua belah
pihak untuk sama – sama menyelesaikan masalah ini. Selanjutnya
izinkanlah saya menulis mengenai definisi permasalahannya.

Definisi permasalahan

1. Bagaimana kelanjutan hubungan rumah tangga antara kedua belah pihak


dikemudian hari?

2. Bagaimana cara menunaikan kewajiban pemberian nafkah dan KDRT?

Mediator : Dari Kedua permasalahan tersebut, poin mana yang ingin bapak
ibu bahas terlebih dahulu. Bagaimana ibu Mawar ??

Mawar : Yang jelas pak, saya ingin rumah tangga saya seperti dulu lagi,
yang mana suami saya berperilaku baik dan juga selalu
memberikan nafkah lahir batin kepada saya.

Mediator : Baik pak, selanjutnya bagaimana menurut bapak Sanusi ?

Sanusi : baik pak, saya setuju dengan pendapat buk mawar.

Mediator : Baiklah, kalau saya lihat pembicaraan kita, sudah jauh


melangkah kearah yang lebih positif. Selanjutnya bagaimana
kalau kita bahas mengenai permasalahan pertama, yaitu mengenai
kelanjutan hubungan rumah tangga antara ibu Mawar dan bapak
Sanusi dikemudian hari. Apakah bapak dan ibu ada usul untuk
penyelesaian masalah tersebut ??
Mawar : pak,,, sebenarnya saya tetap ingin menjalin hubungan rumah
tangga ini, tapi saya tidak mau kejadian seperti ini terulang
kembali, pemberian nafkah tepat waktu dan pak Sanusi tidak
berlaku kasar lagi terhadap saya.

Mediator : Apakah bapak Sanusi ada usulan pemberian nafkah kepada ibu
Mawar , jika hubungan rumah tangga ini dilanjutkan ?

Sanusi : Ya pak, jadi begini pak. Mengenai pemberian nafkah saya pasti
akan memberi nafkah kepada ibu Mawar. Jadi begini saja pak,
sepertinya istri saya kurang percaya terhadap saya. Buatkan saja
pak surat perjanjian bahwasanya saya akan memberi nafkah
kepada sitri saya 5.000.000 setiap bulannya. Dan saya tidak akan
berlaku kasar atau KDRT lagi. begitu saja pak.

Mediator : Jadi bapak Sanusi menginginkan adanya surat perjanjian


perdamaian yang berisikan akan memberi nafkah kepada ibu
mawar Rp.5.000.000.- setiap bulannya dan tidak akan berlaku
kasar lagi atau KDRT. Benar begitu pak ?

Sanusi : iya pak,

Mediator : Bagaimana ibu Mawar, apa ada tanggapan atas usulan bapak
Sanusi?

Mawar : baiklah, kalau seperti yang dikatakan oleh pak sanusi saya setuju
dengan usulannya pak.

Mediator : Baiklah, masing masing pihak sudah menyampaikan usulannya.


Ini sudah semakin dekat mencapai titik temu. Pertama adanya
keinginan untuk melanjutkan hubungan rumah tangga kembali
dikemudiaan hari, kemudian yang kedua adanya kesepakatan
untuk pemberian nafkah sebesar Rp.5.000.000,- setiap bulannya.
Benar begitu bapak dan ibu ?

Pihak : Iya benar pak.


Mediator : Baiklah pada pertemuan mediasi hari ini kita telah mencapai
kata sepakat yaitu pertama mengenai kelanjutan hubungan
rumah tangga antara bapak sanusi dan ibu Mawar kedua belah
pihak sepakat untuk tetap melanjutkan hubungan rumah tangga
ini. Yang kedua, mengenai pemberian nafkah disepakati untuk
diberikan sebesar Rp.5.000.000,- setiap bulannya. Benar begitu
bapak dan ibu ?

Mawar : Benar pak.

Sanusi : Ya saya juga setuju pak.

Mediator : Baik, saya akan menyiapkan kesepakatan perdamaian yang


mana nantinya didalam kesepakatan perdamaian tersebut bapak
dan ibu harus menambahkan klausul apakah gugatan ini dicabut
ataukah kesepakatan perdamaian ini dikukuhkan dalam putusan
majelis hakim yang melahirkan akte perdamaian, bapak ibu
sekalian selanjutnya saya akan menyerahkan kesepakatan
perdamaian yang telah ditanda tangangi kepada ketua majelis
hakim, dan untuk hari sidang pembacaan putusan mengenai
panitera pengadilan.

Sanusi : Apa itu klausul ibu mediator ?

Mediator : apabila gugatan dicabut, maka kesepakatan perdamaian hanya


mengikat kedua belah pihak. Dimana apabila salah satu pihak
ingkar janji, maka harus diajukan gugatan kembali karena tidak
dapat dieksekusi langsung. Sedangkan untuk klausul yang
menyatakan kesepakatan perdamaian dikukuhkan kedalam
putusan majelis hakim menjadi akta perdamaian, maka
mempunyai kekuatan eksekutorial, sehingga apabila salah satu
pihak wanprestasi atau ingkar janji, maka dapat dieksekusi
langsung melalui ketua pengadilan setempat tanpa mengajukan
gugatan.
Mawar : wah, kalau begitu kesepakatan perdamaian ini dikukuhkan saja
kedalam putusan majelis hakim yang melahirkan akte perdamaian
bapak mediator.

Mediator : baiklah, apakah bapak setuju ?

Sanusi : setuju pak

Pihak : Berjabat tangan

Anda mungkin juga menyukai