Anda di halaman 1dari 4

NASKAH PRAKTIK MEDIASI DAN NEGOSIASI

PERKARA PENGANIAYAAN

Mediator : Selamat siang bapak dan ibu yang saya hormati, sebelum kita melakukan mediasi,
izinkan saya memperkenalkan diri terlebih dahulu, nama saya …, S.H., M.H.
sebagai mediator yang telah dipilih bapak dan ibu. Selanjutnya kepada bapak dan
ibu saya berikan kesempatan untuk memperkenalakan diri masing – masing.
Korban : Terimakasih ibu mediator, perkenalkan nama saya … sebagai korban dalam kasus
penganiayaan ini.
Pelaku : Perkenalkan saya … sebagai pelaku pada kasus ini.
Mediator : Baik terimakasih atas perkenalan dirinya. Sebelum memulai mediasi, perlu saya
sampaikan beberapa hal kepada bapak dan ibu. Dasar hukum dari proses mediasi
ini berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 tahun 2016 tentang
Prosedur Mediasi di Pengadilan. Selain itu, perlu saya sampaikan bahwa proses
mediasi juga dapat diterapkan pada kasus pidana melalui metode restorative
justice. Mediasi merupakan sebuah proses penyelesaian sengketa berdasarkan
perundingan antara para pihak korban maupun pelaku. Hasilnya adalah hubungan
korban dan pelaku dipulihkan. Saya selaku mediator akan memfasilitasi negosiasi
ini. Namun sebelum saya memulai mediasi saya akan menjelaskan tahapan –
tahapan mediasi diantaranya :
1. Saya memberikan penyelesaian kepada para pihak untuk bergantian
2. Saya akan mencari kesepahaman awal dari kedua belah pihak
3. Saya mendefisinisikan,menentukan agenda pembicaraan.
4. Setelah itu kita masuk dalam tahap negosiasi
5. Apabila negosiasi mencari kesepakatan kita akan menyusun kesepakatan akhir
Baiklah bapak dan ibu apakah setuju dengan kesepakatan tersebut?
Korban : Saya setuju bu.
Pelaku : Saya juga setuju.
Mediator : Baiklah, langsung saja kita mula proses mediasi ini. Pertama-tama bagaimana jika
kita dengarkan keterangan dari ibu … terlebih dahulu? Bagaimana pak … apakah
setuju?
Pelaku : Baik silahkan.
Mediator : Silahkan ibu ….
Korban : Terimakasih atas kesempatannya bu. Jadi begini, saya dan mas … itu sudah
menikah kurang lebih 2 tahun. Di awal, saya kira mas … seorang yang romantis
dibuktikan waktu dulu kami sering diam-diam pacaran, love language-nya itu
service of act jadi apa-apa inisiatif dan responsive pokoknya. Tetapi entah
mengapa semenjak dia mengikuti ajang balap merpati --kurang lebih 3 bulan ini--,
apakah dia kalah di permainan atau bagaimana, akhir-akhir ini auranya kelam
sekali. Dulu, sama sekali dia tidak ringan tangan karena dia selalu sabar
menghadapi mood saya yang kadang berubah-ubah, bahkan dia tidak pernah
membentak saya, paling itu cuma ungkapan resah sedikit bernada tinggi, tapi
puncaknya itu kemarin mulai bersikap kasar kepada saya, dari menampar saya
lalu menjambak bahkan memukul saya menggunakan barang barang yang dia
pegang. Saya sampai bingung sendiri kenapa sikap mas … berubah drastis seperti
ini. Dia menjadi sosok yang pemarah dan kasar. Awalnya saya mencoba
menganalisis psikologis dia secara otodidak dari info Instagram mengenai mental
awareness untuk mengira apakah suami saya ini terkena shock sesaat yang
membuat stress dan lepas kendali, tapi lama kelamaan saya menjadi tidak tahan
karena badan saya mulai sakit sakit bahkan meninggalkan bekas memar. Saya
pernah kepikiran untuk mengajukan gugatan cerai tapi saya tidak boleh egois
karena bahtera harus tetap berlayar dan juga anak kami masih kecil dan masih
butuh sosok ayah.
Mediator : Lalu kenapa ibu berpikir untuk melaporkan suami ibu ke pihak berwajib?
Korban : Saya ingin membuat suami saya bertobat dan jera bu, jadi ini jalan terakhir yang
saya pikir dapat mengembalikan suami saya seperti dulu. Mbok pikir hubungan
ini ajang MMA di sasana untuk pelampiasan kekesalan dan gundah gulana di
luaran sana? Bukannya rumah adalah tempat bercurah rasa dan mengolah sukma?
Saya merasa kurang cukup nafkah, Pak. Terlebih nafkah batiniyah.
Mediator : Baik terimakasih bu, sekarang saya beri kesempatan kepada pak … untuk
memberikan keterangannya, silahkan.
Pelaku : Terimakasih bu. Baik begini keterangan saya. Sebetulnya saya jelas tidak ingin
menyakiti dan melukai istri saya, namun keadaan psikis dan emosional saya
memang sedang tidak stabil. Sekarang setiap pulang kerja saya menjadi stress
apalagi jika mendengar anak saya yang menangis terus-terusan lalu saya
melampiaskan kepada istri saya yang tidak bisa menenangkan anak kami.
Terlebeih, merpati yang selama ini saya rawat dan didik seperti anak sendiri,
kemampuan tandingnya ngempos banget, Pak. Mana biaya investasi “ragat”
merpati saya tidaklah sedikit, Pak. Iya, memang bukan alasan untuk menyakiti,
namun reaksi spontan ini bak tanpa kendali bergerak menyakiti, Pak. Saya sendiri
juga pernah tanpa sadar mencengkeram lengan saya karena gemas sampai tidak
sadar sudah lecet berdarah, Pak
Korban : Anak bayi kita pun merengek karena ndilalah bangun itu karena suara mas lho.
Itu artinya dia peka akan kedatangan, Mas. Dan mungkin saja itu Bahasa dia
untuk interaksi mengenal Mas buat diajak main. Kok malah emaknya yang ken
aitu bagaimana. Aku aja juga udah usaha buat nenangin anak kita biar ga nangis
terus tapi kamu malah bikin dia tambah nangis dengan marah marah ke aku!! :(
Pelaku : Loh itu berarti kamunya yang gabisa jadi ibu! >:(
Mediator : Bapak ibu harap tenang. Kalau pihak satu bicara maka pihak lain harus
mendengarkan agar kita dapat mengerti apa kemauan dari masing-masing pihak.
Kalau bapak ibu tetap seperti maka tahap mediasi ini tidak bisa di lanjutkan.
Bagaimana apakah mau di lanjutkan atau tidak?
Pelaku : Maaf bu, silahkan dilanjutkan.
Mediator : Baik, jadi berdasarkan keterangan tersebut sebenarnya bapak … tidak ingin
melakukan hal tersebut tapi ada suatu dorongan emosi yang tidak bisa bapak
kontrol ya?
Terdakwa : Iya betul bu
Mediator : Apakah sebelumnya bapak dan ibu sudah pernah membicarakan hal ini?
Bagaimana ibu …?
Korban : Belum bu, karena saya terlanjur sakit hati kepada suami saya dan sejauh ini belum
ada momen yang pas untuk saya bicara dengan suami. Selama ini jika saya tanya,
suami malah emosinya meledak. Saya merasa Mas udah seperti bukan Mas yang
saya kenal dan membersamai saya waktu dulu kalua begini terus.
Mediator : Baik bu saya paham. Lalu kepada bapak … apakah bisa dijelaskan hal yang
membuat bapak menjadi lebih emosional sampai bersikap kasar kepada istri
bapak?
Pelaku : Bisa bu.
Mediator : Silahkan bisa disampaikan pak.
Pelaku : Sebenarnya memang ada hal yang mengganggu pikiran saya bu, tapi jujur saya
tidak tega bila saya cerita ke istri. Ada masalah di kantor, dimana kantor saya
mengalami kerugian sehingga gaji semua karyawan termasuk saya harus
dipotong, padahal kebutuhan saya, istri, dan anak saya sangat banyak, belum lagi
anak saya masih kecil dan sering sakit sehingga mau tidak mau kami harus
membawa anak ke dokter dengan biaya yang tidak murah. Karena gaji saya yang
sekarang tidak cukup, saya terpaksa harus hutang ke koperasi. Hal ini membuat
saya sangat pusing, jatuh tempo pembayaran sudah lewat dan saya harus
membayar bunga dan hutang pokok sedangkan penghasilan saya tidak cukup
untuk kehidupan sehari-hari belum lagi istri saya menuntut untuk membelikan
anak susu dan kebutuhan yang memang lumayan mahal belum lagi kebutuhan
makan dan rumah tangga yang lain. Karena hal itu, emosi saya jadi meluap saat
melihat istri dan anak saya yang rewel.
Mediator : Bapak selama ini memendam masalah ini sendiri tanpa memberitahu istri bapak?
Pelaku : Iya betul bu, saya tidak mau membuat istri saya kepikiran tapi tindakan saya ini
salah dan justru menyakiti istri saya.
Mediator : Baik pak, terimakasih atas keterangannya. Dari penjelasan ibu dan bapak dapat
saya tarik kesimpulan bahwa bapak dan ibu masih ingin mempertahankan rumah
tangga bapak dan ibu?
Korban : Iya bu betul, saya masih ingin mempertahankan rumah tangga ini. Saya juga ingin
suami saya kembali seperti dulu karena saya yakin suami saya sebenarnya tidak
sekasar ini. Sebenarnya saya ingin mencabut laporan saya karena saya tidak ingin
suami saya masuk penjara, asal dia berjanji dan membuktikan bahwa dia akan
berubah.
Pelaku : Betul bu, saya masih sangat mencintai istri dan anak saya, saya juga menyesal
dengan perbuatan saya.
Mediator : Setelah saya mendengar penjelasan bapak … dan ibu …, maka dapat saya tarik
kesepahaman dari kedua pihak yaitu :
1. Bapak dan ibu menginginkan untuk berdamai dan mempertahankan rumah
tangga
2. Bapak dan ibu ingin masalah ini cepat terselesaikan
Apakah betul begitu?
Korban : Betul bu, saya ingin masalah ini selesai jika suami saya bisa menjamin bahwa dia
akan berubah dan tidak akan melakukan kekerasan lagi ke saya. Jika hal tersebut
sudah terpenuhi maka saya akan mencabut laporan saya.
Pelaku : Saya siap melakukan apa saja untuk istri saya bu.
Mediator : Baik bapak dan ibu, karena sudah ada itikad baik dari kedua pihak untuk
menyelesaikan permasalahan ini dengan damai maka izinkan saya untuk
menyampaikan definisi permasalahan berupa bagaimana jaminan yang akan
diberikan oleh bapak … bahwa bapak … tidak akan melakukan kekerasan lagi.
Sebelumnya apakah ada usulan dari bapak …?
Pelaku : Dari saya mengusulkan untuk membuat surat perjanjian bu, bahwa saya tidak
akan melakukan kekerasan lagi terhadap istri saya beserta konsekuensi jika saya
melanggar perjanjian tersebut.
Mediator : Bagaimana ibu … tanggapannya? Apakah setuju atau ada tanggapan lain?
Korban : Saya setuju bu. Saya hanya ingin menambahkan usulan untuk surat perjanjiannya
harus bermaterai agar apabila nantinya suami saya ingkar janji, saya akan
membawa perkara ini ke pengadilan perdata.
Mediator : Baiklah terimakasih atas usulan dari bapak dan ibu. Jadi untuk bapak … dan ibu
… apakah setelah perjanjian ini dibuat nantinya ibu … akan mencabut laporan ke
bapak … dan menganggap perkara ini selesai melalui jalur damai?
Korban : Iya bu, saya bersedia mencabut laporan dan saya ingin berdamai dengan suami
saya.
Mediator : Baik apabila keputusan kedua pihak sudah bulat, saya sebagai mediator turut
senang atas perdamaian bapak dan ibu. Perlu saya sampaikan bahwa hasil dari
mediasi ini akan diterbitkannya akta perdamaian yang mengikat bapak dan ibu,
akta ini juga dapat menjadi jaminan yang ibu … minta tadi. Apabila salah satu
pihak ingkar janji, maka pihak lain dapat mengajukan gugatan ke pengadilan
perdata. Maka dengan ini proses mediasi saya nyatakan berhasil. Terimakasih
kepada bapak dan ibu atas kerjasamanya telah mengikuti proses ini dengan baik.
Korban : Terimakasih bu
Pelaku : Terimakasih banyak bu

Anda mungkin juga menyukai