Anda di halaman 1dari 8

STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI

DUKA CITA

(TAHAP TAWAR MENAWAR)

DOSEN PENGAMPU: Ns. Riska Amalya Nasution, M.Kep., Sp. Kep. J

DI SUSUN OLEH :

SYIFA INAYATI G1B119023

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

TAHUN 2021
STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI DUKA CITA

(TAHAP TAWAR MENAWAR)

Kasus :

Ibu Nina, usia 25 tahun mempunyai seorang suami yang sudah meninggal dunia sejak 2 minggu
yang lalu akibat kecelakaan pesawat saat hendak dinas ke luar kota. Pesawat tersebut hilang
kontak 15 menit setelah lepas landas dan jatuh yang mengakibatkan banyak korban jiwa
termasuk suami klien. Pihak maskapai penerbangan sudah mengkonfirmasi nama penumpang
yang ternyata benar adalah suami klien namun setelah 2 minggu insiden tersebut klien belum
juga menerima kabar ditemukannya jenazah atau barang milik suaminya. Klien merasa
menyesal karena gagal melarang suaminya untuk pergi keluar kota, sampai saat ini klien terus
merasa berkabung mengingat kejadian tersebut dan merasa hilang harapan. Saat ini klien
tinggal bersama orangtuanya. Ibu klien mengatakan klien sering menolak kenyataan atas
kejadian tersebut dengan sering mengatakan “Seandainya aku benar benar melarang suamiku
pergi pasti ia tidak akan berada di dalam pesawat itu, suamiku pasti akan selalu berada di
sampingku” klien juga tampak murung dan sering diam serta melamun kemudian menangis
secara tibatiba, klien juga mengatakan suaminya akan segera menemuinya kembali, klien juga
tampak lesu, wajah pucat, enggan berbicara dengan orang lain dan terkesan menarik diri dari
lingkungannya. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital menunjukan tekanan darah klien 150/100
mm Hg, nadi 110 x/menit, pernapasan 25 x/menit.

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Klien tampak tampak murung dan sering diam serta melamun kemudian menangis
secara tibatiba, klien juga mengatakan suaminya akan segera menemuinya kembali,
klien juga tampak lesu, wajah pucat, enggan berbicara dengan orang lain dan terkesan
menarik diri dari lingkungannya. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital menunjukan
tekanan darah klien 150/100 mm Hg, nadi 110 x/menit, pernapasan 25 x/menit
2. Diagnosa Keperawatan
Duka cita.
3. Tujuan khusus
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dan klien dapat
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat
b) Klien mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya
c) Klien merasa lebih tenang
4. Tindakan keperawatan
a) Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara mengucapkan salam
terapeutik, memperkenalkan diri perawat sambil berjabat tangan dengan klien
b) Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Dengarkan setiap
perkataan klien. Beri respon, tetapi tidak bersifat menghakimi
c) Tingkatkan kesadaran klien secara bertahap
d) Jelaskan bahwa sikap klien wajar terjadi
e) Berikan dukungan nonverbal (memegang tangan/menepuk bahu)
f) Jawab pertanyaan pasien dengan Bahasa sederhana, jelas dan singkat
g) Amati respon klien selama berbicara
h) Tingkatkan harga diri klien
i) Cegah klien merusak diri
j) Ajarkan klien teknik relaksasi

B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
• “Assalamualaikum, selamat pagi bu, perkenalkan saya Syifa Inayati, ibu bisa
panggil saya perawat Syifa ya bu. Ibu apa benar nama ibu adalah ibu Nina
Oktavia? Ibu senangnya dipanggil apa bu? Baik, kalau begitu Ibu saya panggil
Ibu Nina ya? Baiklah Ibu Nina, saya perawat dari RS Lestari yang hari ini
bertugas merawat Ibu dari pukul 08.00 sampai 14.00”

b. Evaluasi
• “Bagaimana keadaan ibu Nina hari ini? Apa yang ibu rasakan?”
c. Validasi
• “Baik, jadi saat ini ibu sedang merasa sangat sedih ya bu”

d. Kontrak Kerja
• “Baiklah bu, sebelumnya saya akan periksa ibu terlebih dahulu untuk
memastian kondisi ibu dan nanti saya akan mengajarkan ibu bagaimana cara
untuk mengatasi masalah ibu. Bagaimana kalau kita berbincang-bincang
sebentar bu? Tujuannya agar ibu merasa jauh lebih tenang dan saya harap
dengan ini bisa membantu ibu untuk mengurangi rasa sedih yang ibu alami.
Ibu boleh menceritakan apapun kepada saya. Kira-kira 15 menit saja bu,
bagaimana? Dimana sebaiknya kita berbincang-bincang, bu? Bagaimana kalau
di taman? Baiklah kita akan berbincang-bincang selama 15 menit ke depan di
taman saja ya bu”

2. Fase Kerja
a. Pengkajian
• “Ibu, coba ibu ceritakan kepada saya apa yang sedang ibu rasakan saat ini “ “
Bu, terimakasih sudah mau menceritakan hal itu kepada saya”
• “Baik bu Nina, jadi penyebab kesedihan ibu adalah meninggalnya suami ibu
akibat peristiwa kecelakaan pesawat 2 minggu lalu ya bu”
• “Ibu Nina, selain perasaan sedih apa ada perasaan lain yang ibu rasakan?”
• “Apa yang terjadi saat ibu merasakan perasaan tersebut?”
• “Biasanya perasaan tersebut muncul pada situasi seperti apa bu?”
• “Ibu Nina, menurut ibu apa akibat dari perasaan dan perilaku tersebut bu?
• ”Ibu Nina, setelah kejadian tersebut. Apa yang biasanya ibu lakukan bu?”
• “Untuk hasilnya bagaimana menurut ibu?”

b. Diagnosa
• “Baik bu, ibu Nina mengatakan saat ini ibu merasa menyesal karena gagal
melarang suami ibu untuk pergi keluar kota, sampai saat ini ibu terus merasa
berkabung mengingat kejadian tersebut dan merasa hilang harapan. Ibu juga
mengungkapkan bahwa ibu sering menolak kenyataan atas kejadian tersebut
dengan sering berandai jika saja suami ibu tidak pergi pasti beliau tidak akan
berada di dalam pesawat itu, ibu juga sering murung, berdiam diri serta
melamun kemudian menangis secara tibatiba, ibu juga mengatakan suami ibu
akan segera menemui ibu kembali, saat ini ibu juga tampak lesu, wajah ibu
pucat, dan ibu juga mengatakan enggan berbicara dengan orang lain dan sering
menarik diri dari lingkungan ya bu”
• “Baik, ibu Nina dari masalah yang ibu ceritakan kepada saya saat ini ibu tengah
mengalami respon Duka Cita, respon ini terdiri dari 5 tahap bu. Yakni tahap
pengingkaran, tahap marah, tahap tawar menawar, tahap depresi dan tahap
penerimaan. Saat ini ibu Nina tengah berada pada tahap tawar menawar ya bu”

c. Tindakan Keperawatan
• “Ibu Nina, apakah ibu percaya bahwa disetiap kejadian pasti selalu ada hikmah
dibaliknya? Ibu mari kita sama sama mencoba melihat dari sisi yang lain, tidak
ada seorang pun manusia yang menginginkan perpisahan dengan orang yang
kita sayangi, ibu apa yang kita miliki saat ini baik itu orang tercinta, mimpi,
diri kita sendiri dan hal lainnya yang ada saat ini hanyalah sebuah titipan.
Titipan itu pasti akan kembali lagi kepada pemilik sebenarnya bu yakni Tuhan
yang Maha Esa. Ibu kejadian menyenangkan hingga menyedihkan semuanya
adalah kehendak dari sang Pemilik, kita semua akan kembali kepada sang
Pemilik bu, Ibu Nina sekarang mari ibu berpikir kembali saat ibu pulang ke
rumah namun ibu tidak menemukan suami ibu di sana, ibu harus tahu bahwa
suami ibu sudah berada di tempat terindah”
• “Ibu Nina, hidup dan matinya seseorang itu sudah diatur oleh yang maha
Kuasa, kita semua akan kembali padaNya. Ibu Nina mencintai suami ibu
namun ada Tuhan yang Maha Kuasa lebih mencintainya bu. Namun cinta ibu
pasti terus berlanjut bu. Ibu dapat mengirimkan doa doa untuk suami ibu. Doa
untuk seseorang yang amat ibu cintai pasti segera tersampaikan bu“
• “Ibu, tidak ada satupun manusia yang mau orang yang disayanginya cepat
dipanggil oleh yang Maha Kuasa dan kita tidak tahu kapan hal tersebut terjadi
bu”
• “Ibu Nina, ibu adalah orang yang berharga, ibu diberikan ujian seperti ini
karena Allah SWT juga teramat menyayangi ibu, mungkin melalui kejadian
tersebut Allah menginginkan ibu untuk menjadi seorang wanita yang ikhlas
dan penyabar. Tentunya juga hal tersebut akan menambah derajat ibu di mata
Allah SWT sebagai seorang hambaNya yang mampu bersabar bu”
• “Ibu tidak baik menyalahkan diri sendiri atas kejadian tersebut, ibu adalah
orang yang dikelilingi oleh orang orang yang teramat menyayangi ibu, ibu
disaat kita kehilangan bukan berarti kita harus berhenti melangkah ke depan.
Hidup kita harus tetap berjalan, karena bu hidup ini adalah sebuah anugrah,
sudah seharusnya kita mengisinya dengan hal hal yang baik dan bermanfaat.
Saya yakin semua manusia mampu melewati fase ini karena ada Allah yang
telah menciptakan kita semua dengan sedemikian hebatnya”
• “Ibu tetaplah tersenyum karena di sini ada saya dan keluarga ibu yang siap
membantu ibu untuk melewati fase ini, seperti yang telah ibu ceritakan kepada
saya ternyata ibu adalah seorang yang memiliki keahlian, ibu merasa senang
ketika ibu menjahit. Keahlian tersebut bisa dimanfaatkan untuk membantu ibu
agar lebih rileks. Bagaimana bu, apakah ibu tertarik bersama saya untuk mulai
menjahit lagi?”
• “Baik bu, sebelum itu saya punya satu cara sederhana untuk membantu ibu?
Caranya dengan melakukan teknik relaksasi, ibu bisa melakukan tarik napas
dalam, tahan sebentar, dan hembuskan perlahan-lahan melalui mulut. Jika ibu
ingin menangis tidak apa apa bu, itu adalah hl yang wajar. Tapi setelah itu saya
harap, saya dan keluarga ibu dapat melihat ibu tersenyum manis lagi”
• “Baik bu, iya bagus seperti itu bu. Sekarang ibu coba lakukan sendiri ya bu”
“Iya bu, bagus sekali, benar seperti itu”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi (Subjektif)
• “Ibu Nina, bagaimana perasaan ibu sekarang bu? Apakah ibu sudah mulai
menyadari apa yang sebenarnya terjadi pada ibu ?”

b. Evaluasi (Objektif)
• “Baik ibu Nina, Coba ibu sebutkan kembali, apa yang harus ibu lakukan jika
ibu sedang dalam perasaan sedih”

c. Rencana Tindak Lanjut


• “Iya bu betul sekali, ibu bisa mengalihkan pikiran ibu dengan melakukan hal
yang ibu senangi seperti menjahit atau ibu boleh melakukan teknik relaksasi
menarik napas dalam seperti yang saya ajarkan tadi ya bu”

d. Kontrak Yang Akan Datang


• “Baik ibu Nina, karena sudah 15 menit kita berdiskusi, saya akhiri dulu diskusi
kita kali ini ya bu, besok pagi setelah sarapan jam 9, saya akan kembali
menemui ibu untuk mendiskusikan tentang hobi ataupun keahlian yang ibu
senangi”
• “Baik, ibu Nina, kira kira ibu mau dimana untuk melakukan diskusi dengan
saya, bu? Baiklah kita akan berdiskusi kembali di taman ini ya bu? Apakah 20
menit cukup bu? Baiklah kalau begitu ibu Nina, besok kita akan berdiskusi
selama 20 menit di taman ya bu”
• “Baik ibu Nina. Sekarang saya pamit dulu ya bu, ibu Nina segeralah tersenyum
kembali bu, Terimakasih untuk hari ini dan selamat pagi bu Nina”

Anda mungkin juga menyukai