Anda di halaman 1dari 20

“LAPORAN HASIL WAWANCARA”

DIBUAT UNTUK MEMEMNUHI TUGAS TERAKHIR


DAN PENGGANTI UJIAN
HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA

OLEH:

SERLIMA ANGGINA
2110111131

DOSEN PENGAMPU: Dr. YASNIWATI, SH., MH

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
TP.2023/2024
“LAPORAN HASIL WAWANCARA”

I. Latar Belakang

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Masa Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat melaksanakan kegiatan ini dengan lancar dan sebagaimana mestinya.
Kegiatan wawancara ini merupakan salah satu tugas akhir dan pengganti ujian dibidang mata
kuliah Hukum Acara Peradilan Agama yang bertujuan untuk memperoleh informasi dari
narasumber. Saya diberi topic mengenai “alasan perceraian ”. Oleh karena itu saya wawancari
salah satu janda di medan. Dengan terlaksananya kegiatan wawanca ini, maka saya berharap
telah memenuhi tugas Hukum Acara Peradilan Agama dan mendapatkan nilai yang baik Dan
memberikan dosen pengampu kepuasan dalam membaca, serta bermanfaat bagi pembaca.serta
laporan ini tidak hanya berisi tentang laporan hasil wawancara juga, laporan ini juga berisi
materi materi mengenai perceraian serta analisis dan pendapat saya.

II. Maksud dan tujuan


a) Memenuhi Tugas Akhir dan sebagai pengganti UJIAN Hukum Acara peradilan
agama
b) Memenuhi dan menguasai kegiatan wawancara.

III. Memperoleh informasi.

Topik wawancara :”WAWANCARA SEPUTAR PERCERAIN IBU A DAN


MANTAN SUAMINYA”

IV. Waktu dan Tempat Kegiatan.

Acara ini dilaksanakan pada :


Hari / tanggal : Minggu, 20 juni 2023
Pukul : 08.00 wib s/d selesai
Tempat : Medan
V. Laporan Hasil Wawancara

Narasumber : IBU A”
Pewawancara : SERLIMA ANGGINA

I. HASIL WAWANCARA :

Pada hari Selasa,20 juni 2023 pukul 08.00 saya datang kerumah Ibu inisial A, tentu saja saya
langsung bertemu dengan Ibu A dan meminta izin untuk mewawancarainya. Narasumber ini
bersikap ramah kepada saya,Dan menyuguhkan teh hangat untuk saya.saya memulai bincang
bincang kecil kecil dengan beliau agar tidak kelihatan lancing dan tidak kaku dan suasana tidak
menegangkan dan membuat sedih beliau.

Pertanyaan Pembuka saya:

SERLIMA :Assalamu’alaikum ,Ibu A.! maaf kedatangan Saya kemari mengganggu aktifitas
ibu saya hanya sekedar ingin tahu perihal pernikahan dan perceraian ibu ?

IBU A :Wa’alaikumussalam, dengan senang hati saya akan menceritakan semuanya.

SERLIMA :Apa status pernikahan ibu dengan mantan suami ibu ?

IBU A. :Status pernikahan kami sah menurut agama dan hukum.

SERLIMA :Dulu dimana ibu dan Mantan suami ibu melangsungkan pernikahan?

IBU A :Dulu kami melangsungkan pernikahan KUA di Gunung Tua Kecamatan Ranah
Batahan.

SERLIMA : Lalu, mengapa ibu dan mantan suami ibu memutuskan untuk bercerai?

IBU A :Selama saya menikah dengannya, saya tidak pernah merasa bahagia. Bahkan,
saya merasa tersiksa lahir batin. Karena setiap hari dia selalu cemburu dan
menganggap saya genit ke laki laki lain, bukan saja itu dia selalu mengatai saya
yang tidak tidak sehingga membuat saya sangat sakit. Saya pernah di tuduh dekat
dengan sepupu saya sendiri padahal pada saat itu sepupu saya dating hanya untuk
melihat saya dan membesuk saya. Kami biasa bercanda dan pada saat itu mantan
suami saya datang dan memasang mata buruk terhadap saya dan sepupu saya
sendiri, bukan hanya itu di saat pergi ke warung sebelah untuk bercerita dengan
tetangga saya, tepat pada saat itu ada orang datang menjual berbagai macam
jualan jajanan harian ke kampung saya,dan duduk di warung yang sama, mantan
suami saya kemudian datang dan menyuruh saya pulang, dia berprasangka bahwa
saya dan orang tersebut berpacaran dan pdkt Karena saya sering di ajak ngobrol
oleh penjual tersebut. Padahal di saat itu suasana di warung tersebut sedang ramai
pelanggan. Semua itu dia lakuannya hanya tuduhan dan hanya ingin menyakiti
saya saja.bukan saja itu dia sudah sering mengusir saya dari rumah dan selalu
marah hingga memukuli anak saya, hingga kata kata yang dia keluarkan tidak
pernah lembut kepada saya. Dan saya juga tidak suka dengan sikap dan
periakunya yang tidak pernah sholat.kemesjid saja tidak pernah apalagi sholat
berjamaah dengan saya di rumah. Perasaan seperti itulah membuat saya tidak
Nyaman bersama dia lagi. Dan saya memutuskan untuk tidak bertemu dengannya
lagi dan pindah kemedan untuk mencari kerja dan memulai hidup baru
disana.sebenarnya sebelum saya kabur dari rumah saya sudah sering ditalak oleh
mantan suami saya tersebut dan ingin memulangkan saya. Karna saya mau dan
dapat di bujuk serta semua masih bisa saya tahan maka saya kembali ke rumah
saya, tetapi setelah kejadian kejadian seperti itu terulang kembali maka saya tidak
ingin dan hanya berpisah saja dengan suami saya dan meninggalan semuanya.
Tidak hanya itu, mantan suami saya dulu pernah mengata ngatai saya di warung
tempat dia ngopi untuk menyuruh temannya memakai dan menyetubuhi saya,
saking dia marahnya kepada saya. Saya saat itu tidak tau berbuat kesalahan apa
sehingga dia tega melakukan hal seperti itu kepada istrinya sendiri. Saya tidak tau
bagaimana menutupi rasa malu ituuu… sudah sangat sakit dan sampai sekarang
saya tidak pernah kekampung itulagi.aku tidak tahu bagaimana menutup rasa
malu dan sampai sekarang saya tidak dapat memaafkan diri saya sendiri dan saya
benar benar tidak suka dengan prilaku suami saya.

“(IBU A menceritakan sambil menangis)”

SERLIMA : Saya turut prihatin mendengarnya BUK,Anak ibuk dengan mantan suami ibuk
ada berapa?
IBUK A :Anak saya dengan mantan suami saya ada 5 Orang, 1 perempuan dan 4 laki
laki.Yang saya bawa sekarang yang anak perempuan karena masih kecil dan
masih butuh sosok seorang ibu,namanya yola masih kelas 2 SD.sedangkan yang
selebihnya laki laki 4 orang,1 sudah bekerja di Jakarta ,1 masih kuliah tinggal
bersama saya di medan, dan 2 anak laki laki saya masih di jenjang SMA bersama
ayahnya dikampung Taming tengah

SERLIMA :(Saya sangat sedih mendengarnya). Ketika ibu dalam masa iddah, apakah ibu
dinafkahi oleh mantan suami ?

IBU A :Sebenarnya Saya tidak terlalu memintakan nafkah dari mantan suami saya itu
karna saya saat itu sudah bekerja, dan saya hanya mengharapkan nafkah yang
diberikan oleh mantan suami saya untuk anak anak saya saja. Asalkan anak anak
saya bahagia dan senang, di berikan makan dan keperluan mereka saja sudah
cukup bagi saya.

SERLIMA :Apakah ibu pada saat itu IBU tidak ingin berdamai dan memikirkan anak anak
ibuk apabila bercerai tidak ada sosok seorang ayah disampingnya? Apalagi yola
masih kecil dan sangat membutuhkan seorang ayah?

IBU A :Saat itu saya memang sangat sudah memikirkan dengan matang bahwa saya tidak
ingin bersama dia lagi,saya sudah tidak cinta dan sudah tidak sayang lagi
kepadanya.perasaan saya sudah hilang,sudah terlalu malu dan lukanya saya di
permalukan di depan orang lain. Harga diri ku sudah habis di buat suami ku
sendiri pada saat itu. Saya merasa sudah tidak tahan dengan perilaku orang yang
seperti itu. Masalah anak seiring dengan berjalannya waktu mereka akan tumbuh
besar dan memiliki keluarga masing masing. Tugas saya dan mantan suami saya
hanya memberikan nafkah dan memberikan keperluan mereka saja. Masalah ingin
damai dan rujuk kembali membangun keluarga seperti dulu lagi sepertinya saya
sudah tidak bisa. Anak anak saya akan saya didik tanpa seorang ayah disamping
mereka.

SERLIMA :Lalu bagaimana dengan anak laki laki yang sedang bersama ayahnya? Apakah
ibu sudah pernah bertemu dengan mereka setelah bercerai?
IBU A. :Saya sudah lama tidak bertemu dengan kedua anak laki laki saya tersebut.karna
jarak saya yang jauh dari kampung dulu tidak dekat dan jauh dari tempat saya.
Dan saya hanya dapat kabar dari VC dengan mereka setiap harinya.

SERLIMA :Lalu bagaimana dengan pembagian harta gono gini ?

IBU A :Harta yang kita miliki tidak dibagi, karena 100 % harta tersebut baik rumah,
kebun dan semua aset hanya untuk anak anak kami berdua dengan mantan suami
saya itu.Sesuai dengan kesepakatan kami berdua.

SERLIMA :Jadi apakah sekarang rumah yang di tempati ibuk dan mantan suami ibuk dulu
masih di tempati mantan suami ibuk?

IBU A :Iya, dia masih menempati rumah dengan kedua anak laki laki saya. Tetapi sesuai
kesepakatan jika mantan suami saya menikah lagi dengan orang lain maka harus
pindah dari rumah tersebut.

SERLIMA :Setelah ibu bercerai dulu, apakah ada sesuatu benda atau uang yang di berikan
oleh mantan suami ibu ?

IBU A :Tidak ada. Karena setelah kami berpisah kami lost kontak dan saya tidak ingin
menghubungi dia lagi. Saya meninggalkan hutang di bank bersamanya saat itu
dan saya tidak ingin ikut campur dalam membayar hutang tersebut. Dia mncoba
membujuk saya lagi agar saya pulang kerumah tapi saya tidak mau.

SERLIMA :Apakah pihak dari mantan suami ibuk tidak menuntut bahwa ibuk telah
meninggalkan segenap hutang di bank dan ingin membebaskan diri begitu saja,
dan membiarkan mantan suami ibuk menanggungnya sendiri?

IBU A :Tentu saja ada, karna saya ya tidak ingin ikut campur lagi dengan urusan dia dan
ingin bebas saya tidak peduli lagi dengan urusan di masa pernikahan kami. Saya
ingin membuka lembaran baru dan melupakan semua.biarkan saja dia yang
menanggung akibat kekasarannya.

SERLIMA :baiklah terima kasih ibu sudah mau di wawancarai oleh saya, maaf sudah
mengungkit ungkit masalah pribadi ibu,maaf mengganggu aktifitasnya ibu, jika
ada perkataan yang tidak berkenan dan pertanyaan yang tidak sopan saya minta
maaf bu,semoga ibu sehat selalu dan diberikan kekuatan dan kesabaran ya bu saya
minta maaf sudah membuat ibu meneteskan air mata.saya mohon pamit pulang
dulu. Assalamualaikum bu,,

IBU A :Baiklah nak SERLIMA sama,tidak apa apa, semua sudah berjalan sesuai rencana
allah yang maha kuasa. Waalaikumsalam…

II. PENUTUP

A. Kesimpulan

Status pernikahan Ibu A dengan mantan suaminya tercatat di KUA dan hukum. Namun, akhirnya
mereka bercerai karena sang suami tidak Memberikan pelayanan yang baik terhadap istrinya dan
hanya mementingkan kecemburuan. Setelah berpisah ibu A dan mantan suaminya tersebut tidak
pernah bertemu lagi dengannya dan hidup dengan sendiri sendiri, diketahui bahwa sang mantan
suami belum menikah lagi dan masih tinggal di rumah bersama anak nya,dan si IBU A ini
tinggal di medan bekerja. Dalam Pasal 39 ayat (2) UU No. 1 Tahun 1974, disebutkan, “Untuk
melakukan Perceraian harus ada cukup alasan bahwa suami isteri itu tidak akan dapat hidup
rukun sebagai suami isteri.

Untuk menghindari masalah perceraian, terdapat beberapa hal yang dapat Anda dan pasangan
lakukan. Beberapa cara untuk mencegah terjadinya perceraian, di antaranya:

a) Buang jauh-jauh pikiran tentang bercerai. Ini dapat membantu Anda dan pasangan selalu
mencoba untuk memperbaiki pernikahan.
b) Saling menghormati. Dengan saling menghormati satu sama lain, Anda dan pasangan
dapat saling menghargai, serta memperkuat rasa cinta yang ada.
c) Sering berkomunikasi. Berbagi perasaan satu sama lain bersama pasangan merupakan hal
yang penting. Ini dapat membantu mendekatkan hubungan dan mengetahui apa yang
masing-masing pihak inginkan.
d) Sesekali beri ruang untuk pasangan. Terkadang, Anda atau pasangan membutuhkan ruang
karena jenuh dengan rutinitas sehari-hari. Biarkan ia berkumpul dengan temannya atau
menghabiskan waktu untuk memanjakan dirinya sendiri.
e) Merawat diri. Ini juga merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Merawat diri bisa
membuat Anda dan pasangan terus saling menginginkan. Tak hanya menambah
keharmonisan, ini juga baik untuk kebersihan dan kesehatan tubuh.
f) Kencan dengan pasangan. Anda mungkin berpikir ini hanya dilakukan ketika masih
berpacaran. Namun, berkencan dalam pernikahan juga hal yang penting untuk
membangun ikatan yang kuat bersama pasangan. Ajaklah makan malam, berjalan-jalan,
atau liburan untuk menghabiskan waktu bersama.
g) Saling memaafkan. Menyimpan amarah dan dendam pada pasangan bisa menimbulkan
rasa ingin bercerai. Oleh sebab itu, ketika Anda atau pasangan memiliki kesalahan
sebaiknya cobalah untuk saling memaafkan. Namun, pastikan bahwa kesalahan tersebut
tak diulangi.
h) Jangan terlalu mengontrol. Hubungan yang terlalu mengontrol dapat membuat satu sama
lain tidak nyaman sehingga terapkanlah batasan-batasan yang tidak terlalu mengekang.
i) Dapatkan bantuan profesional. Jika hubungan Anda bersama pasangan sudah tidak baik,
maka pertimbangkan untuk segera mendapat konseling untuk menghindari terjadinya
perceraian.
j) Mempertahankan pernikahan memang bukan hal yang mudah. Namun, Anda dan
pasangan dapat selalu berusaha untuk menjaga hubungan pernikahan, terutama jika sudah
memiliki anak.

B. Saran

Dalam sebuah hubungan janganlah menilai seseorang dengan melihat luarnya saja, karena bisa
saja tampang luar dapat membuat kita hancur. Tapi, cobalah melihat pada sifat dan
kepribadiannya. Sama halnya dengan memilih pasangan hidup, karena kita hidup bersamanya
bukan sesaat, melainkan sampai ajal menjemput.serta hubungan akan harus dilakukan dengan
secara searah, harus dilakukan dengan perjuangan dan usaha, serta doa di dukung dengan iman
yang kuat, hubungan yang serasi adalah hubungan yang menjaga keharmonisan rumah tangga.

Demikianlah laporan hasil kegiatan wawancara ini kami buat dengan sebenar-sebenarnya.
Ucapan terima kasih saya tertuju kepada Tuhan Yang Maha Esa. yang telah memberikan
kemudahan kepada saya sehingga terlaksana acara ini. Serta kepada ibuk yang telah
membimbing saya selama satu semester ini. Saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan serta
kekurangan dalam laporan hasil wawancara ini. Selain untuk memenuhi tugas Ilmu Sosial dan
Budaya Dasar, semoga laporan hasil wawancara ini dapat menjadi acuan, pertimbangan, serta
motivasi dan koreksi bagi kegiatan wawancara selanjutnya.

“PEMBAHASAN”

1. PENGERTIAN PERCERAIAN

Perceraian adalah kebalikan dari pernikahan dan berakhirnya suatu perkawinan. Perceraian
merupakan terputusnya hubungan antara suami istri oleh suami atau hakim yang mencerai,
keputusan hakim tersebut dengan menjalankan prosedur proses alur persidangan berawal dari
tahapan Majelis Hakim Pembacaan gugatan, Jawaban tergugat, Pembuktian dari penggugat dan
tergugat hingga putusan hakim sampai Mahkamah Syar'iy (MS) memberikan dokumen
keputusan perceraian, seperti disebabkan oleh kegagalan suami atau istri dalam menjalankan
obligasi peran masing-masing. Perceraian dipahami sebagai akhir dari ketidakstabilan
perkawinan antara suami istri yang kemudian hidup terpisah dan diakui secara sah
berdasarkan hukum yang berlaku.[1] Keharusan perceraian dilakukan di depan sidang pengadilan
agama ini sejalan dengan ketetapan syari’at Islam bahwa madharat haruslah dihilangkan, dan
turunan dari qaidah tersebut apabila terjadi perbenturan antara maslahat dan madharat maka
maslahat yang lebih diutamakan.[2] Artinya tugas dan fungsi hakim pengadilan agama merupakan
tugas suci, dan dalam hal perkara perceraian hakim pengadilan agama bertugas untuk
mewujudkan kembali keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah.[3] Dalam Islam bahwa
perceraian itu sangat dibenci oleh Allah SWT.

Alur proses persidangan perkara permohonan perceraian di pengadilan agama, "Majelis hakim
berupaya mendamaikan pengugat dan tergugat, namun bilamana penggugat meminta majelis
hakim untuk melanjutkan perkara tersebut, maka majelis hakim membacakan gugatan penggugat
disaksikan tergugat dan pengugat selanjutnya tergugat menyampaikan sanggahan jawaban secara
tertulis atau langsung, replik, duplik, dilanjutkan pembuktian dalil-dalil penggugat kepada
tergugat, namun bilamana dalil-dalil tersebut tidak dapat dibuktikan maka Majelis Hakim
menolak gugatan pengugat tersebut, jika dapat dibuktikan maka Majelis Hakin melakukan
pembuktian atas jawaban sanggahan tergugat serta melanjutkan alur proses melanjutkan hingga
putusan Hakim,"[4] yang seadil-adilnya tanpa meninggalkan kode etik dan pedoman Perilaku
Hakim[5].

2. DINAMIKA KOPLEKS INDIVIDU RUMAH TANGGA

Dinamika kehidupan dalam lingkup rumah tangga semakin hari semakin kompleks, sementara
pasangan suamu istri dituntut untuk menghadapi kondisi tersebut dengan segenap upaya yang
bisa dikerahkan oleh kedua belah pihak. Konflik yang timbul dari upaya penyelesaian masalah
ketika tidak terpecahkan dan terselesaikan akan menggangu dan mengakibatkan
ketidakharmonisan dalam hubungan suami istri tersebut (Dewi dan Basti 2008:43).
Akibat kondisi ini maka sering timbul pertengkaran yang pada akhirnya membuat mereka merasa
bahwa perkawinan mereka tidak seperti yang diharapkan dan merasa kecewa. Untuk mengatasi
rasa kecewa tersebut suami istri harus mengadakan negosiasi, jika negosiasi berhasil maka
hubungan suami istri akan membaik, sebaliknya jika suami istri tidak menegosiasikan maka
tidak menutup kemungkinan perkawinan tersebut mengalami kehancuran atau penceraian.
Karim, (1999 dalam Ihromi, 2004: 137) menyatakan, perceraian adalah cerai hidup antara
pasangan suami istri sebagai akibat dari kegagalan mereka menjalankan obligasi peran masing-
masing, dalam hal ini perceraian dilihat sebagai akhir dari suatu ketidakstabilan perkawinan
dimana pasangan suami istri kemudian hidup berpisah dan secara resmi diakui oleh hukum yang
berlaku. Sedangkan, menurut Dariyo (2003: 160) perceraian (divorce) merupakan peristiwa yang
sebenarnya tidak direncanakan dan dikehendaki kedua individu yang sama-sama terikat dalam
perkawinan.

Perceraian merupakan terputusnya keluarga karena salah satu atau kedua pasangan memutuskan
untuk saling meninggalkan sehingga mereka berhenti melakukan kewajibannya sebagai suami
istri. Selain itu, perceraian adalah keadaan keluarga yang tidak harmonis, tidak stabil atau
berantakan, biasanya terjadinya perceraian karena hadirnya penghasut dari keturunan sedarah
sehingga melakukan intervensi berlebihan dengan tujuan perceraian itu terjadi. Dari kedua
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perceraian merupakan berakhirnya hubungan suami
istri karena ketidakcocokan antara keduanya serta dapat dibuktikan oleh pihak pengugat dan
diputuskan oleh hukum.

Badrus (2003: 45) mengemukakan bahwa perceraian merupakan kegagalan dalam


mengembangkan, menyempurnakan cinta antar suami istri karena perselingkuhan perasaan
dengan orang lain atau keturunan sedarah, dan juga terlalu menurut dengan hasutan keturunan
sedarah.

Krantzler (dalam Machasin, 2006:33) menyatakan bahwa perceraian bagi kebanyakan orang
adalah sebagai masa transisi yang penuh kesulitan terutama jika dikaitkan dengan harapan-
harapan masyarakat tentang perceraian. Jika masyarakat memandang perceraian sebagai suatu
yang tidak patut, maka dalam proses penyesuaian kembali seseorang akan merasakan beratnya
tantangan yang harus dihadapi. Perceraian dapat terjadi apabila pasangan suami isteri sudah tidak
mampu menyelesaikan konflik atau permasalahan yang terjadi diantara mereka dengan catatan
kedua belah pihak tidak di intervensi penghasut yang memiliki tujuan perceraian itu terjadi.

Sebenarnya dapat dikatakan bahwa perceraian selamanya menjadi hal buruk, kadang perceraian
memang jalan terbaik bila melihat dampak yang akan terjadi pada anak maupun anggota
keluarga lain apabila pernikahan tetap dilanjutkan contoh seperti kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT) (Farida, 2007:17). Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa perceraian adalah
berakhirnya hubungan suami istri sebagai akibat dari kegagalan dalam mengembangkan,
menyempurnakan cinta antar suami istri dan keturunan sedarah dikarenakan kedua pasangan
memutuskan untuk saling meninggalkan dengan terpaksa karena dihadapkan pada dua pilihan,
sehingga mereka berhenti melakukan kewajiban sebagai suami istri., namun terkadang
perceraian merupakan jalan terbaik bila melihat dampak yang akan terjadi pada anak maupun
anggota keluarga lain apabila pernikahan tetap dilanjutkan.[6]

3. JENIS PERCERAIAN

 Cerai hidup - seseorang yang telah berpisah sebagai suami-istri karena bercerai dan belum
kawin lagi. Dalam hal ini tidak termasuk mereka yang mengaku cerai walaupun belum/atau
telah resmi secara hukum sebelum ada pengakuan dari pemilik akad ialah suami, dan juga
alasan dalih-dalih harus dapat dibuktikan secara hukum negara ataupun hukum agama dan
hukum adat dengan minimal terbuktinya dengan 3 (tiga) barang bukti, dan keterangan para
saksi-saksi dari pihak suami dan dari pihak istri, tidak sah gugatan tersebut apabila saksi
hanya diadakan dari satu pihak saja contoh: dari suami begitupun sebaliknya, para saksi
wajib menyampaikan keterangan yang sebenarnya dan tidak direkayasa serta kesaksian
palsu, hal ini berdasarkan Penerapan Pasal 22 ayat 2 PP No. 9 Tahun 1975 jo. Pasal 76 ayat 1
UU No. 7 Tahun 1989.[7][8][9] Serta tidak termasuk mereka yang hanya hidup terpisah tetapi
masih berstatus kawin, misalnya suami/istri ditinggalkan oleh istri/suami ke tempat lain
karena sekolah, bekerja, mencari pekerjaan, atau untuk keperluan lain bak korban intervensi
campur tangan oknum dan penyekapan oleh oknum. Wanita yang mengaku belum pernah
kawin tetapi pernah hamil, dianggap cerai hidup.[9][10]
 Cerai mati - Perceraian yang diakibatkan salah satu pasangan telah meninggal dunia.
 Cerai Gugat - Perceraian yang dilakukan karena kehendak Istri untuk melepaskan ikatan
perkawinan dalam Islam disebut Khulu.[11][12] Karena takut tidak dapat hukum-
hukum Allah SWT yaitu taat kepada suami dengan adanya iwadh (tebusan) yang diberikan
kepada suami sebagai tebusan dirinya agar suami mewnceraikannya dengan menggunakan
lafaz khulu atau semakna dengan itu dari suami. Adapun yang menjadi landasan Cerai Gugat
adalah Al-Qur'an, hadis Nabi Muhammad SAW dan ijma' ulama.[11] Firman Allah SWT
dalam Q.S. al-Baqarah: 229. Adapun akibat dari Cerai Gugat:

1. Bagi istri yang meminta cerai kepada suaminya, melawan suami tanpa alasan yang
dibenarkan oleh tuntutan dari Allah SWT yang berhubungan dengan perbuatan-
perbuatan bagi tiap-tiap orang muslim yang dikenai kewajiban atau perintah dan
menjauhi larangan-larangan agama Islam (pribadi muslim yang sudah dapat dikenai
hukum) maka tidak dapat masuk surga karenamencium bau surga saja tidak bisa.[11]
2. Dengan adanya Cerai Gugat mantan Istri menguasai dirinya secara penuh, segala urusan
mantan istri berada ditangannya sendiri, sebab ia telah menyerahkan sejumlah uang
kepada suaminya guna untuk melepaskan dirinya itu, sejumlah uang tersebut ditetapkan
dan ditentukan oleh penerima sakral ialah suami.[11]
3. Cerai Gugat berakibat jatuhnya talak ba'im shugra. Jadi Cerai Gugat mengurangi jumlah
talak tetapi suami tidak boleh rujuk kepada bekas istrinya, apabila suami ingin kembali
kepada Istrinya maka harus dengan akad nikah baru.[11]
4. Akibat Cerai Gugat pada anak yang belum mumayyiz, mencari uang sendiri berhak
mendapatkan hadhanah dari ibunya, kecuali ibunya telah meninggal dunia maka
kedudukannya digantikan. Sedangkan pada anak yang sudah mumayyiz, bisa mencari
uang sendiri anak memiliki hak khiyar (memilih) yakni memilih untuk mendapat hak
hadhanah ayah atau ibunya.[11]

4. Penyebab perceraian menurut tidak Islam


[13]
dirujuk terdapat beberapa faktor utama yang biasa menjadi penyebab perceraian, tidak ada
tanggung jawab, faktor Stabilitas Ekonomi disebabkan karena pernikahan dini, ikut campur
tangan pihak ketiga tujuan perceraian. Selain beberapa faktor tersebut ada faktor-faktor lainnya
yang menyebabkan terjadinya perceraian seperti cemburu tanpa dasar, selingkuh perasan dengan
keturunan sedarah, penghasutan, intervensi dengan tujuan perceraian, dipenjara, kawin paksa,
penganiayaan (kekerasan dalam rumah tangga). Sering kali juga muncul sebagai penyebab
perceraian.[14]
Dalam hukum positif Indonesia, perceraian hanya dapat diperbolehkan jika memiliki dasar serta
bukti yang akurat seperti disebabkan oleh sebab-sebab seperti yang disebutkan dibawah ini:[15]

 Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya
yang sukar disembuhkan;
 Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak
yang lain.[16][17]
 Salah satu keturunan sedarah Istri/suami melakukan penghasutan perceraian, kecuali
terpaksa di karekan pelaku prnghasutan dalam keadaan sakit jiwa[18]
 Ikut campur tangan pihak ketiga keturunan sedarah (Intervensi perceraian), terkecuali
keturunan sedarah terindikasi penyakit iri (merasa kurang senang melihat kelebihan orang
lain)[19]
 Perselisihan akibat intervensi yang mengarah pada perceraian "catatan hasil sidik polri".[20]
 Ketika seseorang Istri/suami memenuhi kebutuhan emosionalnya secara intim, non-seksual
kepada keturunan sedarah "mengakibatkan perceraian objek keturunan sedarah".[21]
 Salah satu pihak melakukan peralihan agama atau murtad.[22]

5. Penyebab perceraian menurut Agama Islam Dan secara umum

4 (empat) Alasan Perceraian Yang Diperbolehkan Islam yang menjadi dasar mutlak Pengadilan
Agama Islam di seluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam menentukan
kategori alasan dalil-dalil Penggugat mengajukan gugatan Lihat Khulu.[23]

1. Penganiayaan atau penyiksaan fisik,


2. Kegagalan untuk memenuhi maksut dan tujuan pernikahan,
3. Perselingkuhan,
4. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara selama 5 tahun sehingga kegagalan suami
untuk memberi nafkah selama berjalannya pernikahan, menjalani hukuman negara

Penyebab perceraian yang sering terjadi secara umum

Perceraian adalah kondisi suami dan istri yang memutuskan untuk mengakhiri pernikahannya,
serta biasanya tidak tinggal serumah lagi. Keduanya juga setuju menandatangani surat-surat
hukum yang mengesahkan perceraian mereka.Perkara ini tidaklah mudah bagi kedua belah
pihak. Seperti yang tertuang dalam UU No. 1 tahun 1974, tujuan dari sebuah perkawinan adalah
membentuk keluarga bahagia dan kekal.Akan tetapi, saat masalah tak dapat diperbaiki, maka
bercerai menjadi satu-satunya jalan terbaik. Sebelum memutuskan bercerai, kedua pihak juga
biasanya telah berupaya untuk menyelesaikan masalah yang ada.Dilansir dari Databoks Kata
Data, berdasarkan Laporan Statistik Indonesia, angka perceraian di Indonesia pada tahun 2021
mencapai 447.743 kasus. Dibandingkan tahun 2020 yang mencapai 291.677, kasus perceraian di
Indonesia ini meningkat sekitar 53,50 persen.Di balik banyaknya angka perceraian di Indonesia,
berikut adalah berbagai penyebab perceraian yang sering terjadi.

1. Kurang berkomitmen

Komitmen adalah rasa tanggung jawab bersama untuk mempertahankan bahtera rumah tangga.
Ketika berkomitmen, Anda dan pasangan harus mendedikasikan diri, memberi waktu, dan
mencurahkan kasih sayang untuk satu sama lain. Jika tidak dijaga, komitmen bisa terkikis seiring
berjalannya waktu. Selain itu, komitmen dapat berkurang karena adanya suatu hal yang
mempengaruhi kualitas hubungan. Kurangnya komitmen tersebut bisa menjadi alasan perceraian.

2. Berselingkuh

Berselingkuh merupakan salah satu faktor perceraian Salah satu penyebab perceraian yang sering
terjadi adalah perselingkuhan. Ketika Anda atau pasangan berselingkuh, tentu bisa membuat
hubungan rumah tangga menjadi tidak harmonis. Anda dan pasangan mungkin akan semakin
sering bertengkar.Memiliki pria atau wanita idaman lain bisa menjadi faktor perceraian karena
seseorang berpikir bahwa mereka akan lebih bahagia dengan pasangan yang baru.
Perselingkuhan dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, mulai dari ekonomi sampai urusan
ranjang.

3. Kecanduan hal negatif

Selanjutnya, alasan perceraian adalah kecanduan hal negatif. Kecanduan alkohol, narkoba, judi,
ataupun pornografi dapat merusak diri sendiri maupun hubungan dengan pasangan. Seorang
pecandu (apa pun itu), tidak menyadari bahwa perilakunya semakin rusak.Padahal kondisi ini
dapat menyebabkan masalah pada dirinya sendiri ataupun orang-orang di sekitarnya. Biasanya
korban yang paling terdampak dari seorang pecandu adalah pasangannyaPasangan seorang
pecandu bisa sangat lelah, baik secara fisik maupun mental, dengan perilaku buruk pasangannya
sehingga menjadi sebab perceraian terjadi.Kecanduan alkohol dan narkoba juga dapat
menyebabkan gangguan perilaku sehingga berpotensi menyebabkan kekerasan dalam rumah
tangga.

4. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)

KDRT dapat bermacam-macam jenisnya, baik fisik, emosional, verbal, ataupun


ekonomi.Menendang, menampar, ataupun memukul pasangan tergolong dalam kekerasan fisik.
Sementara itu, kekerasan emosional dapat berupa pasangan yang terlalu terobsesi untuk
mengendalikan atau sering mengolok-olok.Selain itu, kekerasan verbal biasanya berupa ancaman
atau makian-makian kasar yang ditujukan pada Anda. Terakhir, kekerasan ekonomi dapat berupa
pasangan yang terlalu mengendalikan keuangan rumah tangga dan tidak memberi nafkah yang
selayaknya.Para korban KDRT umumnya tidak berdaya, takut, tertutup, dan sangat tidak bahagia
dengan pernikahannya. Hal inilah yang membuatnya menjadi salah faktor penyebab perceraian
di Indonesia.

5. Perbedaan prinsip

Seiring bertambahnya usia pernikahan, segelintir pasangan mungkin akan merasakan banyak
perubahan yang terjadi pada diri pasangannya. Terkadang, perubahan ini dapat menyebabkan
hubungan yang tidak lagi harmonis.Contohnya, ketika Anda menginginkan pindah ke kota A,
pasangan menginginkan kota B. Atau, saat Anda ingin bekerja setelah cuti hamil, pasangan
menolaknya sehingga dapat timbul perdebatan.Jika Anda dan pasangan dapat beradaptasi dengan
perbedaan-perbedaan tersebut, maka hubungan pernikahan tentunya bisa dipertahankan. Akan
tetapi, terkadang perbedaan ini tak berhasil dilewati sehingga bisa menjadi salah satu alasan
cerai.

6. Masalah keuangan

Masalah keuangan juga termasuk salah satu faktor penyebab terjadinya perceraian yang umum
terjadi. Hal tersebut dapat dipicu tidak adanya pemasukan, kebutuhan tidak terpenuhi, atau
keuangan rumah tangga yang tidak pernah cukup.Masalah ini bisa meningkatkan stres dan
ketegangan dalam hubungan. Jika tidak adanya kerja sama antara Anda dan pasangan, perceraian
bisa jadi tidak terelakkan.

7. Terlalu sering bertengkar

Apakah Anda dan pasangan terlalu sering bertengkar? Jika hal tersebut terjadi, sebaiknya Anda
perlu berhati-hati.Sering bertengkar umumnya terjadi karena konflik yang ada tidak diselesaikan
dengan baik atau efektif karena amarah yang menggebu-gebu.Tidak terjalinnya komunikasi yang
baik di antaranya keduanya membuat konflik dapat semakin memanas.Akibatnya, perasaan
positif dalam hubungan pun menjadi hilang dan saling merasa tidak mengerti satu sama lain. Hal
ini merupakan salah satu alasan perceraian terbanyak.

8. Kurang komunikasi

Ketika Anda dan pasangan tidak dapat berkomunikasi dengan baik, hal ini berpotensi menjadi
masalah dalam pernikahan. Kurang komunikasi bisa dipicu kesibukan, mendiamkan pasangan
karena marah, atau berbicara hal serius di waktu yang tidak tepat (misalnya setelah lelah
bekerja).Masalah ini dapat memperkeruh hubungan sehingga timbul ketidakbahagiaan.
Akibatnya, salah satu atau kedua pihak bisa jadi ingin berpisah.

9. Menikah terlalu muda

Tidak sedikit pasangan yang memilih untuk menikah di usia yang sangat muda. Walaupun tidak
selalu terjadi, menikah terlalu muda bisa menjadi faktor alasan bercerai.Masalah ini disebabkan
karena Anda atau pasangan masih bersikap kekanak-kanakan, belum bisa mengambil keputusan
dengan matang, ataupun menyelesaikan konflik dengan tenang.

10. Hilangnya keintiman

Seiring waktu, kontak fisik bisa berkurang dalam hubungan pernikahan. Walaupun demikian,
bukan berarti keintiman harus hilang. Keintiman melibatkan perhatian dan kasih sayang pada
pasangan.Misalnya, mengucapkan kata cinta, menanyakan kegiatannya seharian, menanyakan
apakah pasangannya baik-baik saja, mendengarkan saat pasangan bercerita, menggenggam
tangan, atau memeluknya. Ketika keintiman tersebut hilang, kualitas hubungan otomatis akan
menurun. Sebab, Anda atau pasangan merasa tidak dicintai dan dihargai.

6. Dampak perceraian menurut agama pada umumnya

Dampak perceraian yang dilakukan oleh pasangan suami-istri, baik yang sudah mempunyai anak
maupun yang belum sebagai berikut:[24]

Dagun (2002:113) menyatakan perceraian akan berdampak mendalam bagi setiap anggota
keluarga. Kejadian ini akan menimbulkan banyak perubahan, baik dari fisik, mental, maupun
komunikasi dalam keluarga. Sedangkan Seifert dan Hoffnung (1991:480) mengkategorikan
akibat yang ditimbulkan dari perceraian itu dalam dua hal, yaitu:

(a) Membuat keluarga menghadapi tekanan ekonomi secara tiba-tiba dimana tanggungjawab
finasial menjadi bertambah, yaitu disatu sisi suami harus menghidupi keluarga yang
diceraikannya dan disisi lain harus menghidupi keluarganya yang baru.

(b) Mengakibatkan tekanan psikologis, baik bagi mantan pasangan maupun bagi anak mereka.
Orang tua maupun anak mereka merasa terisolasi dari lingkungan sosial yang semula dekat.
Belum lagi, kondisi mental anak, yang pada umumnya merasa terkucilkan dari kasih sayang
orang tuanya.

Pada dasarnya perceraian itu menimbulkan dampak yang kompleks bagi pasangan yang bercerai
maupun bagi keturunannya. Meskipun perceraian disatu sisi bukan cara yang baik untuk
menyalesaikan suatu masalah rumah tangga yang tidak mungkin lagi dikompromikan, tetapi
perceraian itu juga menimbulkan dampak negatif berkaitan dengan pembangunan ekonomi
rumah tangga, hubungan individu dan sosial antar dua keluarga menjadi rusak. Dan yang lebih
berat adalah berkaitan dengan perkembangan psikis anak mereka, yang pada giliranya akan
mempengaruhi perilakunya. Menurut Dariyo (2003:168), yang telah melakukan perceraian baik
disadari maupun tidak disadari akan membawa dampak negatif. Hal-hal yang dirasakan akibat
perceraian tersebut diantaranya:

 Dampak terhadap suami atau istri

Akibat perceraian adalah suami-istri hidup sendiri-sendiri, suami atau istri dapat bebas menikah
lagi dengan orang lain. Perceraian membawa konsekuensi yuridis yang berhubungan dengan
status suami, istri dan anak serta terhadap harta kekayaannya. Dengan adanya perceraian akan
menghilangkan harapan untuk mempunyai keturunan yang dapat dipertanggungjawabkan
perkembangan masa depannya. Perceraian mengakibatkan kesepian dalam hidup, karena
kehilangan pasangan hidup, karena setiap orang tentunya mempunyai cita-cita supaya
mendapatkan pasangan hidup yang abadi. Jika pasangan yang diharapkan itu hilang akan
menimbulkan kegoncangan, seakan-akan hidup tidak bermanfaat lagi, karena tiada tempat untuk
mencurahkan dan mengadu masalah-masalah untuk dipecahkan bersama. Jika kesepian ini tidak
segera diatasi aakan menimbulkan tekanan batin, merasa rendah diri, dan merasa tidak
mempunyai harga diri lagi.

Traumatis pada salah satu pasangan hidup Individu yang telah berupaya sungguh-sungguh dalam
menjalankan kehidupan pernikahan dan ternyata harus berakhir dalam perceraian, akan dirasakan
kesedihan, kekecewaan, frustasi, tidak nyaman, tidak tentram, dan khawatir dalam diri.

 Dampak terhadap anak

Perceraian dipandang dari segi kepentingan anak yaitu keluarga bagi anak-anaknya merupakan
tempat perlindungan yang aman, karena ada ibu dan bapak, mendapat kasih sayang, perhatian,
pengharapan, dan Iain-Iain. Jika dalam suatu keluarga yang aman ini terjadi perceraian, anak-
anak akan kehilangan tempat kehidupan yang aman, yang dapat berakibat menghambat
pertumbuhan hidupnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Akibat lain telah adanya
kegoncangan jiwa yang besar, yang langsung dirasakan oleh anak-anaknya meskipun anak-anak
ini dijamin kehidupannya dengan pelayanan yang baik oleh kerabat-kerabat terpilih. Akan tetapi,
kasih sayang ibunya sendiri dan bapaknya sendiri akan berbeda dan gantinya tidak akan
memberikan kepuasan kepadanya.

Traumatis pada anak, Anak-anak yang ditinggalkan Orang Tua yang bercerai juga merasakan
dampak negatif. Mereka mempunyai pandangan yang negatif terhadap pernikahan, mereka akan
merasa takut mencari pasangan hidupnya, takut menikah sebab merasa dibayang-bayangi
kekhawatiran jika perceraian itu juga terjadi pada dirinya.

 Dampak terhadap harta kekayaan

Apabila terjadi perceraian maka perikatan menjadi putus, dan kemudian dapat diadakan
pembagian kekayaan perikatan tersebut. Jika ada perjanjian perkawinan pembagian ini harus
dilakukan menurut perjanjian tersebut. Dalam suatu perceraian dapat berakibat terhadap harta
kekayaan yaitu harta bawaan dan harta perolehan serta harta bersama. Untuk harta bawaan dan
harta perolehan tidak menimbulkan masalah, karena harta tersebut tetap dikuasai dan adalah hak
masing-masing pihak. Apabila terjadi penyatuan harta karena perjanjian, penyelesaiannya juga
disesuaikan dengan ketentuan perjanjian dan kepatutan.

Ketidakstabilan kehidupan dalam pekerjaan Setelah bercerai, individu merasakan dampak


psikologis yang tidak stabil. Ketidakstabilan psikologis ditandai oleh perasaan tidak nyaman,
tidak tentram, gelisah, takut, khawatir, dan marah. Akibatnya secara fisiologis mereka tidak
dapat tidur dan tidak dapat berkosentrasi dalam bekerja sehingga menggagu kehidupan kerjanya.

Berdasarkan dampak perceraian di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa terkadang perceraian
menjadi salah satu solusi terbaik ketika permasalaham dalam rumah tangga sudah tidak mungkin
lagi dikompromikan. Tetapi perceraian juga seringkali disebut membawa dampak negatif
terhadap kedua pasangan dan juga berdampak mendalam bagi setiap anggota keluarganya.
Terutama jika pasangan tersebut memiliki anak, tentunya dapat menimbulkan banyak perubahan,
baik dari fisik, mental, maupun komunikasi dalam keluarga. Bahkan tak jarang mereka
mengalami ketidakstabilan psikologis yang ditandai dengan perasaan tidak nyaman, tidak
tentram, gelisah, takut, khawatir, dan marah.

Hakim sebagai tempat pelarian terakhir bagi para pencari keadilan dianggap bijaksana dan tau
akan hukum, bahkan menjadi tempat bertanya segala macam persoalan bagi rakyat. Dari padanya
diharapkan pertimbangan sebagai orang yang tinggi pengetahuan dan martabatnya serta
berwibawa, kebijakan hakim untuk kebaikan itulah yang diharapkan masyarakat walaupun
hakim harus melanggar peraturan dan perundang undangan. Untuk itu seorang Hakim yang
melaksanakan hukum, karena hakim itu memang bertugas mencegah seseorang dari
kedzaliman2, Sebelum menjatuhkan putusan, hakim harus memperhatikan serta mengusahakan
jangan sampai putusan yang akan dijatuhkan memungkinkan timbulnya perkara baru. Putusan
harus tuntas dan tidak menimbulkan ekor perkara baru, hakim juga harus merasakan apa bila hal
tersebut terjadi pada dirinya, karena pada dasarnya seorang perempuan tidaklah menginginkan
perceraian itu terjadi tampa ada penghasutan serta dukungan dari penegak hukum itu sendiri.
REFERENSI

1. Fachrina, Rinaldi Eka Putra (2013). "Upaya Pencegahan Perceraian Berbasis Keluarga Luas dan
Institusi Lokal dalam Masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat". Antropologi Indonesia. 34 (2):
102. ISSN 1693-167X. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-05-18. Diakses tanggal 2020-11-19.
2. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-20. Diakses tanggal 2022-09-19.
3. ^ https://rasindonews.wordpress.com/2022/06/01/hakikat-perceraian-berdasarkan-ketentuan-hukum-
islam-di-indonesia/
4. ^ https://hukumkeluarga.id/proses-perceraian-di-pengadilan-agama/
5. ^ https://www.hukumonline.com/klinik/a/10-prinsip-kode-etik-hakim-yuk-cari-tahu-di-sini-
lt630335ad22e26/
6. ^ https://rasindogroup.com/tentang-persarakan-dan-emosi/
7. ^ https://www.pa-penajam.go.id/images/PDF/SK-STANDAR-PELAYANAN-2021.pdf
8. ^ https://www.mkri.id/public/content/persidangan/putusan/22_PUU-XV_2017.pdf
9. ^ Lompat ke:a b https://badilag.mahkamahagung.go.id/artikel/publikasi/artikel/pembuktian-dalam-
perkara-perceraian-oleh-muhamad-isna-wahyudi-1010
10. ^ https://sirusa.bps.go.id/sirusa/index.php/variabel/35
11. ^ Lompat ke:a b c d e f https://sumbar.kemenag.go.id/v2/post/2056/maraknya-isteri-menggugat-cerai-
suami-di-pengadilan-agama-padang.html
12. ^ https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/295/1/MARJIANTO%202012.pdf
13. ^ https://nasional.sindonews.com/berita/1383526/15/tokoh-muhammadiyah-istilah-non-islam-dan-kafir-
sama-tinggal-kita-pilih-mana
14. ^ Budhy Prianto, Nawang Warsi Wulandari, Agustin Rahmawati (2013). "Rendahnya Komitmen Dalam
Perkawinan Sebagai Penyebab Perceraian". Komunitas. 5 (2): 209. ISSN 2460-7320.
15. ^ "Mengenal Pengacara Perceraian di Indonesia - Kantor Hukum Jakarta". Kantor Hukum Jakarta.
2018-07-18. Diakses tanggal 2018-07-19.
16. ^ https://katadata.co.id/ariayudhistira/analisisdata/61f219f882b87/layangan-putus-potret-penyebab-
perceraian-di-indonesia#:~:text=Data%20menunjukkan%2C%20beberapa%20faktor%20penyebab,
(KDRT)%2C%20hingga%20poligami
17. ^ https://katadata.co.id/ariayudhistira/analisisdata/61f219f882b87/layangan-putus-potret-penyebab-
perceraian-di-indonesia#:~:text=Data%20menunjukkan%2C%20beberapa%20faktor%20penyebab,
(KDRT)%2C%20hingga%20poligami.
18. ^ https://rasindonews.wordpress.com/2022/06/03/delik-penghasutan-dalam-pasal-160-kuhp/
19. ^ https://www.mfferdiansyah.com/2018/09/perceraian-nafkah-dalam-keluarga-dan.html
20. ^ https://hot.liputan6.com/read/4496079/intervensi-adalah-campur-tangan-dalam-perselisihan-ketahui-
negara-yang-pernah-mengalami
21. ^ https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210628121733-284-660262/arti-dan-tanda-tanda-
umum-selingkuh-perasaan#:~:text=Selingkuh%20perasaan%20atau%20emosional%20adalah,lain
%20yang%20bukan%20pasangan%20romantisnya.
22. ^ https://www.hukumonline.com/klinik/a/cara-mengurus-surat-cerai-beserta-pengajuan-gugatannya-
lt618110a95e0c1
23. ^ https://www.sahijab.com/tips/5043-4-alasan-kuat-perceraian-dalam-islam-diperbolehkan
24. ^ Gunawan (2014). "Dampak-Dampak Perceraian Terhadap Para Pihak Yang Melakukan Perceraian".
Diakses pada 20 November 2020.

Anda mungkin juga menyukai